Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

POLITIK LUAR NEGERI INDONESIA DAN ASIA TIMUR

Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah politik luar negeri indonesia
Dosen Pengampu : Laeli Nur Khanifah, M.I.P

Disusun oleh:

Nazril Ilham 6670220089


Euis Halimatussadyah 6670220137
Yasmine Desvita Maharani 6670220150
Afrian Albar Erlangga 6670220087

PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SULTAN AGUNG TIRTAYASA
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT dan semoga senantiasa sholawat
dan salam kami panjatkan kepada Tuhan Yang Mulia Nabi Muhammad SAW. Di antara
sekian banyak nikmat yang Allah SWT berikan kepada kita semua dan keutamaan Rasulullah
SAW yang salah satunya membawa kita dari zaman kegelapan menuju zaman terang yaitu
agama Islam yang suci dan mulia, mampu kita lengkapi. ini. kertas dengan baik dan
akurat.waktu.
Tujuan penulisan artikel ini adalah untuk memenuhi salah satu dosen mata kuliah
kebijakan luar negeri Indonesia, Ms. Laeli Nur Khanifah, M.I.P. Selama penyusunan makalah
ini kami menemui beberapa kendala, namun berkat dukungan berbagai pihak akhirnya kami
dapat menyelesaikannya tepat waktu.
Apapun yang salah hanya berasal dari manusia dan apapun yang benar hanya berasal
dari Allah SWT. Tentu saja artikel ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu saran dan
kritik yang membangun dari dosen dan teman-teman sangat saya harapkan untuk
penyempurnaan artikel ini. Kami berharap artikel ini dapat bermanfaat terutama bagi kami
dan para pembaca.
Serang, 15 September 2023

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...................................................................................................................... i


KATA PENGANTAR ................................................................. Error! Bookmark not defined.
DAFTAR ISI .............................................................................. Error! Bookmark not defined.
1. PENDAHULUAN ................................................................... Error! Bookmark not defined.
1.1. Latar Belakang ........................................................... Error! Bookmark not defined.
1.2. Rumusan Masalah ..................................................... Error! Bookmark not defined.
II. KERANGKA TEORI .............................................................. Error! Bookmark not defined.
3. Literatur Review ............................................................. Error! Bookmark not defined.
3.1.1. Teori .................................................................... Error! Bookmark not defined.
III. PEMBAHASAN .................................................................... Error! Bookmark not defined.
3.1.2. Konsep Kebijakan China One Belt and One Road ........... Error! Bookmark not
defined.
3.1.3. Dampak Kerjasama Infrastruktur antara Indonesia dan China dalam Proyek-
Proyek OBOR .................................................................... Error! Bookmark not defined.
PENUTUP ................................................................................. Error! Bookmark not defined.
3.1.4. Kesimpulan ......................................................... Error! Bookmark not defined.
3.1.5. Saran ................................................................... Error! Bookmark not defined.
DAFTAR PUSTAKA .................................................................. Error! Bookmark not defined.
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Mencerminkan signifikansi Inisiatif One Belt One Road (OBOR) yang digagas oleh
Presiden China, Xi Jinping, dalam konteks politik ekonomi global. OBOR adalah proyek
ambisius yang bertujuan untuk menghubungkan infrastruktur, perdagangan, dan investasi
antara dua benua besar, yaitu Eropa dan Asia. Inisiatif ini telah menarik perhatian banyak
negara, termasuk Indonesia, karena potensi dampaknya yang besar terhadap berbagai aspek
ekonomi dan politik. Pentingnya latar belakang ini adalah bahwa OBOR merupakan bagian
dari strategi ekonomi dan politik Tiongkok yang mempengaruhi negara-negara di seluruh
dunia.
Kehadiran OBOR di Indonesia menciptakan berbagai pertanyaan dan perdebatan
mengenai bagaimana negara ini akan merespons inisiatif tersebut. Ini mencakup dampaknya
terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia, serta implikasi politik dan keamanan regional.
Selain itu, OBOR juga menunjukkan kompleksitas hubungan bilateral antara Indonesia dan
Tiongkok, serta bagaimana Indonesia merancang kebijakan luar negeri dan ekonomi untuk
menghadapi tantangan dan peluang yang datang dengan inisiatif ini. Dengan demikian, latar
belakang ini menciptakan kerangka kerja untuk memahami tantangan dan peluang yang
dihadapi Indonesia dalam menghadapi OBOR, yang merupakan peristiwa penting dalam
politik luar negeri dan ekonomi global.

1.2.Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan rumusan masalah yang akan dibahas dalam
makalah ini, yaitu:
1. Bagaimana konsep One Belt One Road (OBOR)
China memengaruhi pertumbuhan ekonomi Indonesia?
2. Apa dampak kerjasama infrastruktur antara Indonesia dan China dalam proyek-
proyek OBOR terhadappertumbuhan ekonomi Indonesia?
II KERANGKA TEORI

3. Literatur Review

Kajian Wijaya (2020) menyimpulkan bahwa dengan penerapan kebijakan OBOR,


Proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung diharapkan dapat meningkatkan daya saing
perdagangan dalam negeri dengan infrastruktur yang memadai untuk mendukung daya saing
Indonesia di internasional. BOR merupakan kebijakan Tiongkok untuk membangun
infrastruktur guna membantu mempercepat dan memfasilitasi perdagangan internasional
darat dan laut. Indonesia merupakan salah satu negara Asia yang memiliki hubungan baik
dengan Tiongkok, telah menjalin hubungan diplomatik dengan Tiongkok selama 70 tahun.
Indonesia ikut serta dalam penerapan kebijakan OBOR Tiongkok karena infrastruktur
Indonesia belum memadai untuk mendukung perdagangan kedua negara. Alasan
keikutsertaan Indonesia adalah karena pemerintah Indonesia mempunyai anggaran nasional
yang terbatas untuk pembangunan infrastruktur. Oleh karena itu, pemerintah Indonesia
memutuskan mengambil pinjaman dari China untuk pembangunan infrastruktur, khususnya
terkait proyek pembangunan kereta cepat bersama Jakarta-Bandung.

Kajian Kusumawardhana (2023) menjelaskan bahwa dalam menjaga kenyamanan


Selat Malaka, di Indonesia dalam mega proyek BRI juga penting dan akan menolong dalam
mengatasi permasalahan yang dilakukan China di kawasan. Kasus ini yang berfokus dengan
analisis kebijakan ekonomi Tiongkok kepada Indonesia dengan menyelesaikan permasalahan
itu. Dalam analisisnya, dalam teori kebijakan tiga dimensi, penelitian tersebut
mengeksplorasi pendekatan Tiongkok dalam menghadapi Indonesia pada tiga tingkatan, yaitu
tingkatan negara-ke-negara, tingkat negara-ke-bisnis, dan tingkat bisnis-ke-bisnis. tingkat. .
tingkat, untuk memperkuat hubungan. Artikel ini menggunakan metode penelitian kualitatif
untuk mendapatkan pemahaman lebih dalam mengenai upaya Tiongkok dalam memperkuat
hubungan dengan Indonesia.

3.1.1. Teori

Seluruh negara di dunia saat ini saling terhubung dan bergantung pada sistem keamanan
global (Danieldi, 2019). Ketika pembuat kebijakan merumuskan kebijakan luar negeri, mereka
harus memastikan bahwa kebijakan tersebut sesuai dengan kepentingan nasional mereka dan
berupaya mencapai serta melindungi cita-cita tersebut. Kepentingan nasional Tiongkok dapat
dikelompokkan menjadi beberapa aspek, antara lain politik, keamanan, ekonomi, dan budaya
(Haikal, 2019).
Istilah "Sabuk" dalam konteks OBOR mengacu pada rangkaian infrastruktur darat
seperti jalan raya, jaringan pipa dan jalur kereta api yang menghubungkan Asia Tengah ke
Eropa. Pada saat yang sama, istilah "jalan raya" mengacu pada berbagai pelabuhan dan jalur
perdagangan maritim yang menghubungkan Laut Cina dan Samudera Hindia ke Timur Tengah,
pantai timur Afrika, dan Eropa (Shatz, 2016).
III. PEMBAHASAN

3.1.2. Konsep Kebijakan China One Belt and One Road

Hubungan diplomatik antara Tiongkok dan Indonesia berlangsung selama 71 tahun,


dimulai pada tahun 1950 pada masa pemerintahan Presiden Sukarno yang menjalin hubungan
dekat dengan pendiri Republik Rakyat Tiongkok, Mao Zedong, berdasarkan ideologi komunis.
Meskipun hubungan ini menghadapi tantangan, termasuk putusnya hubungan diplomatik
selama Gerakan 30 September 1965, Indonesia tetap menjadi pendukung utama keterlibatan
Tiongkok. Tiongkok bergabung dalam Konferensi Asia-Afrika tahun 1955 di Bandung.
Indonesia menerapkan kebijakan luar negeri “liberal” yang tidak selaras dengan negara-negara
blok Barat dan Timur, sehingga mempengaruhi hubungannya dengan Amerika Serikat. Saat ini
hubungan diplomatik Indonesia dan Tiongkok semakin membaik, terutama dalam hal kerja
sama pengembangan infrastruktur Indonesia melalui Belt and Road Initiative (BRI) atau
OBOR yang diusulkan oleh Presiden Tiongkok Xi Jinping (El Qudsi, Kusumawardhana dan
Kyrychenko, 2020). Dalam kerangka diplomasi ekonomi dengan Indonesia, penulis meyakini
Tiongkok sedang melakukan diplomasi tiga arah. Diplomasi tiga arah merupakan konsep
diplomasi ekonomi yang berkembang seiring dengan globalisasi ekonomi. Melibatkan banyak
aktor berbeda seperti negara, dunia usaha, LSM dan organisasi internasional dalam proses
diplomasi ekonomi. Sementara bagi Tiongkok dan Indonesia, Tiongkok mengkhawatirkan
jalur perdagangan Indonesia melalui Selat Malaka. Tiongkok mempunyai dua kekhawatiran
besar mengenai Selat Malaka. Pertama, Tiongkok khawatir negara-negara Barat dapat
mengganggu atau menghambat aktivitas perdagangan Tiongkok melewati Selat Malaka.
Kedua, perairan ini rawan terhadap ancaman teroris yang dapat mengganggu arus
perekonomian di wilayah tersebut. Oleh karena itu, Tiongkok mempunyai kepentingan
strategis dalam menjaga keamanan dan stabilitas di Selat Malaka.
Tiongkok telah mengadopsi pendekatan diplomasi tiga dimensi untuk menyelesaikan
"Dilema Selat Malaka". Mereka bekerja sama dengan pemerintah Indonesia dalam proyek
infrastruktur yang mendukung konektivitas dan perdagangan di kawasan. Salah satu contoh
proyek ini adalah Belt and Road Initiative (OBOR/BRI), yang merupakan bagian dari upaya
Tiongkok untuk menciptakan koridor ekonomi yang menghubungkan Asia, Afrika, dan Eropa.
Sebagai negara dengan perekonomian terbesar di Asia Tenggara, Indonesia menjadi salah satu
fokus utama Tiongkok dalam pengembangan proyek BRI.
3.1.3. Dampak Kerjasama Infrastruktur antara Indonesia dan
China dalam Proyek-Proyek OBOR

Pada saat sektor infrastruktur Indonesia, termasuk transportasi umum, masih tertinggal,
pemerintah yang dipimpin oleh Presiden Joko Widodo memusatkan upaya untuk mengejar
program pembangunan nasional yang ambisius. Fokus utama program ini adalah peningkatan
koneksi jalan raya, pengembangan pelabuhan dan bandara, serta produksi listrik yang
memadai. Namun untuk melaksanakan upaya tersebut, pemerintah Indonesia harus
mengalokasikan dana yang sangat besar, yang sulit dibiayai seluruhnya dari APBN (Bayne
dan Woolcock, 2017). Terkait hal tersebut, Indonesia sedang mencari solusi bantuan pinjaman
luar negeri. Pada akhir September 2015, pemerintah Indonesia mengumumkan bahwa
Tiongkok telah memenangkan tender untuk membangun jalur kereta api berkecepatan tinggi
pertama di Indonesia, yang akan menghubungkan Jakarta dan Bandung dengan kecepatan
tinggi. Tujuan dari proyek ini adalah untuk mengurangi waktu perjalanan antara dua kota yang
sangat dinamis ini, dimana mobilitas penduduknya meningkat dari tahun ke tahun. Kerja sama
Indonesia-Tiongkok dalam proyek kereta cepat Jakarta-Bandung sejalan dengan inisiatif
OBOR Tiongkok yang memiliki tujuan ekonomi dan geostrategis yang berbeda. Selain
meningkatkan konektivitas dan pertumbuhan ekonomi di Indonesia, proyek ini juga dapat
meningkatkan daya saing dunia usaha baik di dalam negeri maupun internasional.

Namun demikian, Indonesia harus mengelola kerjasama ini dengan cermat dan
memperhatikan kepentingan nasionalnya. Dalam konteks kerjasama dengan Tiongkok, penting
untuk memastikan bahwa keuntungan ekonomi yang diharapkan tidak mengorbankan
kedaulatan atau kepentingan jangka panjang Indonesia. Keselarasan antara pertumbuhan
ekonomi dan perlindungan kepentingan nasional adalah tantangan yang harus dihadapi dalam
implementasi proyek-proyek seperti ini. Dalam konteks diplomasi ekonomi, proyek
OBOR/BRI di Indonesia adalah salah satu contoh bagaimana China menerapkan Diplomasi
Segitiga dalam mengatasi tantangan geopolitik dan geoekonomi yang kompleks.
Hal ini dilandaskan pada opini yang sama dan menggunakan strategi yang sama seperti
diplomasi yang biasanya. Tetapi, ada beberapa faktor yang memisahkan diplomasi ekonomi
dan menjadikannya sebagai bidang ilmu tersendiri. Diantaranya ciri penting kebijaksanaan
ekonomi merupakan kepekaan dan kemampuannya merespons peralihan dan rangkaian pasar.
Maka dari itu, diplomasi ekonomi bisa batal dalam beberapa kasus ketika pasar menegosiasikan
alternatif lain yang makin memikat, terlebih lagi pendekatan ini merupakan diplomasi yang
berinteraksi langsung lewat intensitas volume pasar lain. Sementara itu, diplomasi ekonomi
dibedakan dengan kerangka diplomasi lainnya berdasarkan pentingnya tugas swasta dalam
proses negosiasi dan pengambilan kebijakan.
PENUTUP

3.1.4. Kesimpulan

Berdasarkan analisis tersebut, dapat disimpulkan bahwa Tiongkok mempraktikkan


diplomasi ekonomi segitiga guna memperkuat interaksi dengan Tiongkok. Indonesia
mengadopsi gagasan sabuk dan jalan (BRI) untuk mempertahankan kepentingannya di Selat
Malaka. Pada hubungan bilateral, pemerintah Tiongkok berperan menjalin kerja sama dengan
pemerintah Indonesia dan menyerahkan modal bagi pembentukan infrastruktur Indonesia lewat
mekanisme BRI. Dalam koneksi negara-perusahaan, pemerintah Tiongkok telah menepati
janjinya untuk memberikan pinjaman dalam jumlah besar kepada bank-bank di Indonesia untuk
meningkatkan sektor swasta di Indonesia, sehingga meningkatkan keterikatan Indonesia pada
pemberian dari pemerintah Tiongkok. Bagaimanapun juga, dalam kerangka hubungan bisnis-
ke-bisnis yang luas, kamar dagang nasional berperan penting dalam mendorong kerja sama
antara pengusaha Indonesia dan Tiongkok, guna memperkuat saling ketergantungan perbedaan
ekonomi kedua negara. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa selama satu dekade terakhir,
sejak BRI diluncurkan sebagai program kerja sama global, Tiongkok berupaya memperkuat
kerja sama dengan Indonesia yang diharapkan dapat melindungi kepentingan Tiongkok di Selat
Malaka.

3.1.5. Saran

Kami yakin proyek BRI dapat dimanfaatkan sebaik mungkin guna membantu kemajuan
ekonomi Indonesia. Seharusnya BRI sebagai kekuatan pendorong Indonesia buat
meningkatkan perdagangan bersama Tiongkok.
DAFTAR PUSTAKA

Delanova, M. O. (2019). Analisis Kebijakan Diplomasi Ekonomi Indonesia Terhadap Pasar Non
Tradisional: Tantangan dan Peluang. Jurnal Ilmu Hubungan Internasional, 4(2), 382–402.
Fuddin, A. H. (2016). Pengaruh Perkembangan Geopolitik dan Geostrategi Tiongkok. In Jurnal
Kajian Lemhannas RI | Edisi (Vol. 25).
Kusuma, M., & Atmadja. (1994). Politik Luar Negeri Indonesia: Suatu Evaluasi. 156–172.
Kusumawardhana, I. (2023). DIPLOMASI TRIANGULAR CHINA TERHADAP INDONESIA
DALAM MENGANTISIPASI DILEMA MALAKA MELALUI BELT ROAD INITIATIVE.
TheJournalish: Social and Government, 4(2), 173–189. https://doi.org/10.55314/tsg.v4i2.485
Wijaya, H. (2020). AKTUALISASI KEBIJAKAN CHINA ONE BELT AND ONE ROAD DI
INDONESIA MELALUI PEMBANGUNAN KERETA CEPAT JAKARTA-BANDUNG.
Jurnal Dinamika Global, 5(1).

Anda mungkin juga menyukai