PEMBINA:
Dr. Rizqi, S.Pd., M.Pd
PENANGGUNGJAWAB:
Dr. Wahyu Arijatmiko, S.Kom., M.T
ALAMAT REDAKSI
Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) Provinsi Jawa Timur
Jl. Ketintang Madya No.15 Surabaya.
Telepon: (031)8290243, (031)8273734 | Faks: (031)8273732
Email: jurnallpmpjatim@gmail.com
Salam Redaksi
Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Pembaca yang kami hormati, puji syukur atas limpahan rahmat dan ridho Allah
SWT Jurnal Ilmiah “Inspirasi” Volume VIII/Nomor 2/Juni 2022 telah hadir untuk Anda, yang
sebelum telah terbit juga Jurnal Ilmiah “Inspirasi” Volume VIII/Nomor 1/Maret 2022.
Jurnal ini diterbitkan oleh LPMP Provinsi Jawa Timur. Tujuannya untuk menyebarluaskan
eksistensi LPMP Provinsi Jawa Timur sebagai lembaga penjaminan mutu pendidikan yang
dalam menunaikan tugas penjaminan mutunya, peduli sekali dengan referensi-referensi ilmiah
pendidikan di jenjang pendidikan dan menengah
Dengan adanya jurnal ini kami juga ingin memperat hubungan dengan stakeholder agar ter-
cipta program-program pengayaan lain, salah satunya peningkatan mutu pendidikan berbasis
penelitian dan kajian ilmiah serta best practice dari para pelaku pendidikan yang peduli terha-
dap perbaikan mutu/kualitas pendidikan yang berkelanjutan.
Kami berharap, hasil penelitian, hasil telaah/kajian dan best practice seputar pendidikan
(include: penjaminan mutu dan pembelajaran) yang kami publikasikan di jurnal ini, berman-
faat untuk meningkatkan mutu/kualitas pendidikan dasar dan menengah khususnya di Jawa
Timur.
Kami haturkan terimakasih atas dukungan seluruh insan pendidikan terhadap penerbitan jur-
nal ini. Terima kasih tadi juga kami tujukan kepada para penulis yang telah mempercayakan
artikel-artikel ilmiahnya di jurnal ini.
Segenap redaksi (include: pengelola jurnal) ini mengucapkan selamat membaca, semoga isi
jurnal ini dapat membawa berkah, manfaat dan menginspirasi kita semua.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb.
Tulisan disyaratkan sesuai dengan petunjuk dari “Jurnal Ilmiah INSPIRASI” LPMP Provinsi Jawa
Timur, sebagai
berikut:
2. Naskah yang ditulis berupa hasil penelitian, hasil kajian/telaah, best practice di bidang pendidikan
dan pembelajaran
3. Naskah diketik menggunakan Microsft Word dengan hurus Times New Roman, ukuran kertas A4,
font 12, spasi 1,5 (untuk abstrak dan daftar pustaka spasi 1), dengan jumlah halaman antara 10 sam
pai 20 halaman. Batas tepi atas dan tepi kiri 4 cm, sedangkan batas tepi bawah dan tepi kanan 3 cm.
4. Nama penulis dicantumkan tanpa gelar akademik di bawah judul. Di bagian akhir naskah dicantum
kan identitas lengkap penulis (nama penulis, alamat korespondensi, email serta nama dan alamat
lembaga tempat penulis bekerja). Jika ditulis bertim maka komunikasi akan dilakukan kepada penulis
utama atau penulis pada urutan pertama.
6. Sistematika penulisan:
A. Hasil penelitian, yaitu judul; nama penulis (tanpa gelar akademik); Abstrak (maksimal 200
kata) yang berisi tujuan, metode dan hasil penelitian; kata kunci; pendahuluan yang berisi latar
belakang, sedikit tinjauan pustaka, dan tujuan penelitian; metode; hasil dan pembahasan; kesim
pulan dan saran; daftar rujukan (hanya memuat sumber-sumber yang dirujuk)
B. Hasil telaah/kajian, yaitu judul; nama penulis (tanpa gelar akademik); abstrak masimal 200
kata; kata kunci; pendahuluan yang berisi latar belakang dan tujuan atau ruang lingkup tulisan;
bahasan utama (dapat dibagi ke dalam beberapa sub bagian); penutup atau kesimpulan; daftar
rujukan (hanya memuat sumber-sumber yang dirujuk).
C. Best practice, yaitu judul; nama penulis (tanpa gelar akademik); abstrak (maksimal 200 kata);
kata kunci; pendahuluan yang berisi latar belakang, sedikit tinjauan pustaka, dan tujuan penu
lisan; metode; data dan pembahasan; kesimpulan dan saran; daftar rujukan (hanya memuat
sumber-sumber yang dirujuk).
8. Naskah dikirim melalui nomor WhatsApp: 085732044301 dalam bentuk file Microsoft Word, atau
email ke: jurnallpmpjatim@gmail.com. Kepastian pemuatan dan penolakan naskah akan diberita
hukan melalui email atau WhatsApp. Penulis yang naskahnya dimuat akan diberikan hasil Jurnalnya
sebanyak 2 eksemplar. File naskah yang tidak dimuat akan dikembalikan melalui WhatsApp.
9. Segala sesuatu yang menyangkut pelanggaran HAKI (Hak Atas Kekayaan Intelektual) menjadi tang
gung jawab penulis naskah tersebut.
DAFTAR ISI
Upaya Meningkatkan Motivasi Dan Hasil Belajar Siswa Dengan Menerapkan Model
Pembelajaran Picture And Picture Pada Mata Pelajaran Bahasa Inggris Kelas X
MM 1 SMKN 1 Bendo Tahun Ajaran 2019-2020
1
Karmi Ismiati I Guru SMKN 1 Bendo Magetan
2
Penerapan Metode Pembelajaran Picture And Picture Untuk Meningkatkan Keterampilan
Berbicara Dalam Mata Pelajaran Ekonomi Pokok Bahasan Ketenagakerjaan Siswa Kelas XI
IPS-1 Semester 1 SMA Negeri 22 Surabaya Tahun Pelajaran 2019-2020
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar mata pelajaran
Bahasa Inggris pada kompetensi menulis descriptive text dengan menerapkan model pembela-
jaran picture and picture pada kelas X MM 1 SMKN 1 Bendo Magetan Tahun Ajaran 2019-2020.
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan selama dua siklus.
Tiap siklus terdiri dari 2 pertemuan dengan tiap pertemuan terdapat empat tahap, yaitu perenca-
naan, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas X MM 1 SMKN
1 bendo Magetan Tahun Ajaran 2019-2020 yang terdiri dari 31 siswa. Metode pengumpulan data
yang digunakan adalah angket, observasi, tes, dan dokumentasi. Instrumen yang digunakan da-
lam penelitian ini adalah lembar angket, lembar observasi, dan testertulis. Analisis data yang di-
gunakan untuk mengetahui peningkatan motivasi dan hasil belajar adalah analisis data deskriptif.
Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa motivasi belajar siswa mengalami pen-
ingkatan dengan menggunakan model penbelajaran picture and picture. Hal itu dapat dilihat dari
peningkatan rata-rata motivasi siswa tiap siklus. Rata-rata motivasi belajar siswa yang diamati dari
indikator pada siklus I sebesar 74 % kategori sedang, pada siklus II sebesar 76 % kategori tinggi. Ha-
sil belajar siswa juga mengalami peningkatan dengan menggunakan model penbelajaran picture
and picture. Siswa yang memperoleh nilai > 60,00 pada pra siklus I ada 9 siswa, pada siklus I 21 siswa
dan pada siklus II 31 siswa. Rata-rata nilai post test pada akhir setiap siklus selalu meningkat. Pen-
ingkatan hasil belajar siswa pada pra siklus yaitu 29 %, siklus I 67 % dan pada siklus III yaitu 100%.
Kata kunci: Motivasi, Hasil Belajar, Model Pembelajaran Picture and Picture
PENDAHULUAN
2 Jurnal Ilmiah Inspirasi
Volume VIII I Nomor 1 I Maret 2022
Upaya Meningkatkan Motivasi Dan Hasil Belajar Siswa Dengan Menerapkan Karmi Ismiati
Model Pembelajaran Picture And Picture Pada Mata Pelajaran Bahasa Inggris Guru SMKN 1 Bendo Magetan
Kelas X MM 1 SMKN 1 Bendo Tahun Ajaran 2019-2020
KAJIAN PUSTAKA
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK) sehingga prosedur dan
langkah-langkah pelaksanaan penelitian ini mengikuti prinsip-prinsip dasar yang berlaku da-
lam penelitian tindakan.
4 Jurnal Ilmiah Inspirasi
Volume VIII I Nomor 1 I Maret 2022
Upaya Meningkatkan Motivasi Dan Hasil Belajar Siswa Dengan Menerapkan Karmi Ismiati
Model Pembelajaran Picture And Picture Pada Mata Pelajaran Bahasa Inggris Guru SMKN 1 Bendo Magetan
Kelas X MM 1 SMKN 1 Bendo Tahun Ajaran 2019-2020
Pengambilan data dilakukan secara bersamaan dengan proses belajar mengajar, sehingga
tidak memerlukan waktu tersendiri. Hal ini memerlukan waktu 5 minggu dimulai dari minggu
ke 1 dan ke 2 penelitian. Siklus II dilakukan mulai minggu ke 3 dan ke 4 penelitian, kemudian
dilanjutkan dengan pembuatan laporan.
Subyek penelitian ini yaitu siswa Kelas X MM 1 SMK Negeri 1 Bendo Magetan dengan
jumlah peserta 31 siswa. Sasaran penelitian ini adalah meningkatkan motivasi dan hasil belajar
siswa dengan model pembelajaran picture and picture pada mata pelajaran bahasa Inggris, pada
materi pokok menulis descriptive text.
Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa nilai rata-rata tes siswa sangat rendah sebesar
58,38. Siswa yang memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) 9 Siswa dari 31 jumlah pe-
serta tes.
15
Rata-rata = 34
6 Jurnal Ilmiah Inspirasi
Volume VIII I Nomor 1 I Maret 2022
Upaya Meningkatkan Motivasi Dan Hasil Belajar Siswa Dengan Menerapkan Karmi Ismiati
Model Pembelajaran Picture And Picture Pada Mata Pelajaran Bahasa Inggris Guru SMKN 1 Bendo Magetan
Kelas X MM 1 SMKN 1 Bendo Tahun Ajaran 2019-2020
Dari data observasi aktivitas keterlaksanaan pembelajaran siklus I didapat yaitu 34 dengan
keriteria Cukup Baik. Data aktivitas siswa pada siklus I direkap pada table 4 di bawah.
Tabel 4.
Data Aktivitas Siswa
15
Rata-rata = 36
Tabel 5.
Data Motivasi Belajar Siswa
Siklus I per indikator
8 Jurnal Ilmiah Inspirasi
Volume VIII I Nomor 1 I Maret 2022
Upaya Meningkatkan Motivasi Dan Hasil Belajar Siswa Dengan Menerapkan Karmi Ismiati
Model Pembelajaran Picture And Picture Pada Mata Pelajaran Bahasa Inggris Guru SMKN 1 Bendo Magetan
Kelas X MM 1 SMKN 1 Bendo Tahun Ajaran 2019-2020
Pada siklus I terekam data bahwa terdapat motivasi positif yang mengindikasikan ada
beberapa indikator siswa yang mulai menunjukkan peningkatan motivasi dengan metode yang
digunakan dalam pembelajaran di kelas. Dari data yang ada dapat dilihat dalam kegiatan bela-
jar dengan model pembelajaran Picture and Picture terekam persentase dari semua indikator
yaitu sebanyak 74 % lebih meningkat sebelum adanya tindakan. Bila di jabarkan persentase dari
masing-masing indikator yaitu tekun dalam menghadapi tugas 75%, ulet dalam menghadapi
kesulitan 72%, menunjukan minat belajar 75%,senang bekerja mandiri 75%, cepat bosan pada
tugas-tugas rutin 72%, dapat mempertahankan pendapat 76%, tidak mudah melepas hal yang
diyakini itu benar 75%, dan senang mencari dan memecahkan masalah soal-soal 72%, semua
indikator dikategorikan sudah membaik atau sudah sedikit meningkat dari sebelum adanya ti-
dakan siklus.
Siklus I diawali dengan melaksanakan proses belajar dan mengajar dan pada akhir siklus
dilaksanakan evaluasi dalam bentuk tes tertulis untuk mengetahui perkembangan hasil belajar
siswa setelah penerapan model picture and picture. Data hasil evaluasi siklus I seperti pada table
6.
Tabel 6.
Data hasil tes siklus I
KETERANGAN Siklus I
Nilai
Jumlah peserta tes 31
Rata-rata 70
∑ nilai ≥ 75 21
Berdasarkan Tabel 6 terlihat nilai rata-rata sebesar 70 terjadi peningkatan bila diband-
ingkan dengan pra siklus. Siswa yang memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) sejumlah
21 siswa atau 67,74 % dari 31 siswa dan terjadi peningkatan dibandingkan dengan pra siklus.
Setelah siswa diberikan tes evaluasi maka siswa diminta mengisi angket yang telah disediakan
oleh guru. Hal ini bertujuan untuk mengetahui atau melihat apakah siswa bereaksi positif
melakukan arahan guru atau tidak dan melihat tanggapan dan pemahaman siswa terhadap ma-
teri yang diberikan dengan metode pembelajaran picture and picture.
Tabel 7.
Data Aktivitas Guru
15
Rata-rata = 54
Dari data observasi aktivitas keterlaksanaan pembelajaran siklus I didapat yaitu 54 den-
gan keriteria Sangat Baik. Data aktivitas siswa pada siklus II direkap pada table 8 di bawah.
10 Jurnal Ilmiah Inspirasi
Volume VIII I Nomor 1 I Maret 2022
Upaya Meningkatkan Motivasi Dan Hasil Belajar Siswa Dengan Menerapkan Karmi Ismiati
Model Pembelajaran Picture And Picture Pada Mata Pelajaran Bahasa Inggris Guru SMKN 1 Bendo Magetan
Kelas X MM 1 SMKN 1 Bendo Tahun Ajaran 2019-2020
Tabel 8.
Aktivitas Siswa
15
Rata-rata = 53
Dari data observasi aktivitas keterlaksanaan pembelajaran siklus I didapat yaitu 53 dengan
keriteria Sangat Baik. Data motivasi belajar siswa siklus II direkap pada tabel 9.
Tabel 9.
Data Motivasi Belajar Siswa Siklus II
12 Jurnal Ilmiah Inspirasi
Volume VIII I Nomor 1 I Maret 2022
Upaya Meningkatkan Motivasi Dan Hasil Belajar Siswa Dengan Menerapkan Karmi Ismiati
Model Pembelajaran Picture And Picture Pada Mata Pelajaran Bahasa Inggris Guru SMKN 1 Bendo Magetan
Kelas X MM 1 SMKN 1 Bendo Tahun Ajaran 2019-2020
Bila di jabarkan persentase dari masing-masing indikator yaitu tekun dalam meng-
hadapi tugas 75%, ulet dalam menghadapi kesulitan 76%, menunjukan minat belajar 78%,
senang bekerja mandiri 75%, cepat bosan pada tugas-tugas rutin 73%, dapat mempertah-
ankan pendapat 76%, tidak mudah melepas hal yang diyakini itu benar 78%, dan senang
mencari dan memecahkan masalah soal-soal 75%, semua indikator dikategorikan sudah
membaik atau sudah meningkat dibandingkan siklus I. Hasil belajar Siklus II diawali den-
gan melaksanakan proses belajar dan mengajar dan pada akhir siklus dilaksanaan test un-
tuk mengetahui perkembangan hasil belajar siswa setelah penerapan metode belajar dengan
model pembelajaran Picture and Picture. Hasil data test pada siklus II dipaparkan pada
tabel 10.
Tabel 10.
Data hasil tes siklus II
KETERANGAN SIKLUS II
Nilai
Jumlah peserta tes 31
Rata-rata 85
∑ nilai ≥ 75 31
Berdasarkan tabel di atas terlihat nilai rata-rata tes sumatif atau penguasaan standar
kompetensi sebesar 85 terjadi peningkatan bila dibandingkan dengan siklus I. Siswa yang
memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) sejumlah 31 siswa atau 100 % dari 31 siswa
dan terjadi peningkatan dibandingkan dengan siklus I.
Pembahasan
Peningkatan motivasi belajar siswa pada model pembelajaran picture and picture
Dengan pembelajaran Picture and Picture siswa akan terlihat secara aktif terlibat teru-
tama dalam presentasi, tanya jawab dan diskusi kelas selama pembelajaran berlangsung. Ket-
erlibatan siswa dalam kelompok selain memberikan pengetahuan dan pengalaman antar siswa
dalam menyelesaikan masalah juga dapat meningkatkan keterampilan siswa dalam berinteraksi
dan mendukung teman kelompoknya untuk bekerja sama. Selain itu menumbuhkan mental
siswa untuk berani dan percaya diri dalam mengemukakan pendapat dan berbicara didepan
orang banyak. Tabel 11. menunjukkan peningkatan motivasi belajar siswa dalam kelompok
pada siklus I dan siklus II.
Tabel 11.
Rekapitulasi Motivasi Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Picture and Picture
Pencapaian %
No Indikator
Siklus I Siklus II
1 Tekun dalam menghadapi tugas 73% 74%
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa semua indiktor siswa yang diamati
pada siklus I mengalami peningkatan pada siklus II. Pada setiap indikator tersebut siswa
dalam pembelajaran menggunakan model Picture and Picture dilihat dari indikator tekun
dalam menghadapi tugas mengalami pencapaian dari siklus I 73 % meningkat menjadi 74
% pada akhir siklus II. Indikator ulet menghadapi kesulitan dari siklus I 72 % meningkat
menjadi 75 % pada akhir siklus II. Motivasi siswa dari indikator menunjukan minat penca-
paian dari siklus I 75 % menjadi 76 % pada akhir siklus II. Indikator senang bekerja mandiri
dari siklus I 75 % menjadi 78 % pada akhir siklus II. Motivasi siswa pada indikator cepat
bosan pada tugas-tugas rutin dari siklus I 72 % menjadi 73 % pada akhir siklus II. Pada
indikator dapat mempertahankan pendapatnya dari siklus I 76% menjadi 78 % pada akhir
siklus II. Kemudian pada indikator tidak mudah melepas hal yang diyakini itu benar dari
siklus I 75% tetap sama pencapaiannya 75% diakhir siklus II. Motivasi siswa pada indikator
senang mencari dan memecahkan masalah dari siklus I 72% menjadi 75% di akhir siklus II.
14 Jurnal Ilmiah Inspirasi
Volume VIII I Nomor 1 I Maret 2022
Upaya Meningkatkan Motivasi Dan Hasil Belajar Siswa Dengan Menerapkan Karmi Ismiati
Model Pembelajaran Picture And Picture Pada Mata Pelajaran Bahasa Inggris Guru SMKN 1 Bendo Magetan
Kelas X MM 1 SMKN 1 Bendo Tahun Ajaran 2019-2020
Dan secara total persentase siklus I sebesar 74 % meningkat menjadi 76 % pada akhir siklus
II.
Berdasarkan Tabel 11. dapat diketahui bahwa pada siklus I motivasi belajar siswa
ditinjau dari tekun dalam menghadapi tugas, ulet dalam menghadapi kesulitan, cepat bosan
pada tugas-tugas rutin dan senang mencari dan memecahkan masalah menunjukkan pen-
capaian yang sedikit rendah. Rendahnya keempat aspek tersebut mungkin disebabkan
karena kesiapan siswa dalam menguasai materi yang akan di diskusikan dan dipresenta-
sikan kurang selain itu siswa merasa belum memiliki rasa ketertarikan terhada pelajaran
atau metode yang digunakan. Selain itu guru tidak memberikan motivasi dikarenakan ke-
terbatasan waktu yang ada. Motivasi siswa dari segi indikator menunjukan minat, senang
bekerja mandiri, dapat mempertahankan pendapatnya dan tidak mudah melepas hal yang
diyakini itu benar menunjukkan persentase cukup tinggi, siswa sudah berusaha mengikuti
persentasi namun kurang memahami inti dari persentasi baik dari segi pemahaman materi,
diskusi, mengajukan pertanyaan atau memberikan pendapat agar persentasi terlihat aktif
dan hidup.
Pada siklus II terjadi peningkatan pada setiap indikator siswa secara signifikan. Siswa
benar-benar melakukan presentasi, tanya jawab dan diskusi dengan maksimal dengan terli-
hat kesiapan pemahaman materi yang akan dibahas. Hal itu mungkin juga disebabkan kare-
na guru melakukan keterlaksanaan pembelajaran dengan baik dengan penambahan tinda-
kan hasil refleksi dari siklus I. Pada siklus II ini guru menekankan tentang kerja sama tim
kelompok diskusi pada saat persentasi dan diskusi dan mampu memotivasi siswa sebelum
dilakukan tindakan pada siklus II yakni guru memanfaatkan hasil tes formatif pada siklus
I yang hasilnya kurang maksimal. Selain itu guru mampu mengatur penggunaan waktu
dengan baik sehingga tindakan yang telah direncanakan dapat terlaksana dengan baik dan
maksimal.
Pada siklus II ini guru mampu merancang pembelajaran dengan baik sehingga me-
mungkinkan terpenuhinya rencana tindakan yang telah dipersiapkan. Hal ini terlihat da-
lam proses persentasi, tanya jawab dan diskusi siswa terlihat antusisas sehingga dapat ter-
cipta pembelajaran yang kondusif, aktif dan menyenangkan. Dengan demikian tentunya
mempengaruhi motivasi siswa dalam penerapan pembelajaran dengan model Picture and
Picture. Jika siswa itu aktif pada saat mengikuti proses pembelajaran dan didukung dengan
tindakan guru maka motivasi siswa pada model pembelajaran yang diterapkan akan tinggi
namun sebaliknya jika siswa itu malas dan guru tidak melakukan atau mengajak siswa un-
tuk aktif pada saat proses pembelajaran maka keaktifan siswa terhadap metode yang diter-
apkan juga rendah atau kurang.
Peningkatan hasil belajar siswa yang ditunjukkan pada hasil tes siswa dengan model
pembelajaran Picture and Picture
Adapun penilaian tes hasil belajar siswa yang diajarkan dengan pembelajaran Picture
and Picture pada siklus I dan II dapat dilihat pada Tabel 12.
Tabel 12.
Hasil belajar siswa pada model pembelajaran Picture and Picture
KETERANGAN SIKLUS I SIKLUS II
Nilai Nilai
Jumlah peserta tes 31 31
Rata-rata 70 85
∑ nilai ≥ 75 21 31
Persentase siswa yang memenuhi KKM (%) 67,74 % 100 %
Berdasarkan Tabel 12 terlihat bahwa nilai rata-rata siklus 1 sebesar 70 dan mening-
kat menjadi 85 pada siklus II. Pada siklus I jumlah siswa yang memenuhi KKM adalah 21
orang dengan persentase 67,74 % dari 31 siswa. Setelah dilakukan penambahan dan per-
baikan pada tindakan siklus II, jumlah siswa yang memenuhi KKM adalah 31 orang dengan
persentase 100 % dari 31 siswa. Kemudian ditinjau dari data hasil tes hasil pada Pra Siklus
dan Siklus II bila dibandingkan dengan data siklus I disajikan dalam bentuk data. Adapun
hasil tes tersebut dapat dilihat pada Tabel 13.
Tabel 13.
Rekapitulasi hasil belajar siswa pada model pembelajaran Picture and Picture
KETERANGAN SIKLUS I SIKLUS II
Nilai Nilai
Jumlah peserta tes 31 31
Rata-rata 58 85
∑ nilai ≥ 75 9 31
Persentase siswa yang memenuhi KKM (%) 29.03 100 %
16 Jurnal Ilmiah Inspirasi
Volume VIII I Nomor 1 I Maret 2022
Upaya Meningkatkan Motivasi Dan Hasil Belajar Siswa Dengan Menerapkan Karmi Ismiati
Model Pembelajaran Picture And Picture Pada Mata Pelajaran Bahasa Inggris Guru SMKN 1 Bendo Magetan
Kelas X MM 1 SMKN 1 Bendo Tahun Ajaran 2019-2020
Berdasarkan Tabel 13 terlihat bahwa nilai rata-rata pra siklus sebesar 58 dan
meningkat menjadi 85 setelah siklus II. Pada pra siklus jumlah siswa yang memenuhi
KKM adalah 9 dengan persentase 29,03 % dari 31 siswa. Setelah dilakukan tindakan
pada siklus I dan siklus II, jumlah siswa yang memenuhi KKM adalah 31 orang dengan
persentase 100 % dari 31 siswa. Meningkatnya nilai rata-rata dari hasil tes disebabkan
karena penerapan model pembelajaran Picture and Picture dengan memberikan penam-
bahan dan atau perbaikan tindakan pada tiap siklusnya untuk menyelesaikan kenda-
la dan masalah yang muncul. Nilai rata-rata tes hasil belajar dapat dilihat pada Gambar
2.
Menurut Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditentukan di SMK Negeri 1 Bendo bahwa
suatu kelas disebut tuntas belajar jika siswa yang memenuhi KKM (nilai = 60) sekurang-kurangnya
75% dari jumlah siswa dalam kelas. Berdasarkan Tabel 19 dapat dilihat jumlah siswa yang memenuhi
KKM pada siklus I 21 orang dengan persentase 67,74 % dan jumlah siswa yang memenuhi KKM
meningkat pada siklus II menjadi 31 orang dengan persentase 100% dari 31 siswa. Berdasarkan Gambar
2 dapat dilihat jumlah siswa yang memenuhi KKM pada pra siklus atau sebelum diberikan tindakan
adalah 9 orang dan jumlah siswa yang memenuhi KKM meningkat pada pasca siklus setelah diberikan
tindakan pada siklus I dan siklus II menjadi 31 orang dengan persentase 100% dari 31 siswa.
Peningkatan hasil tes hasil belajar disebabkan karena pembelajaran model Picture
and Picture dapat terlaksana secara efektif sehingga mendorong siswa aktif dalam belajar
berkelompok yang berpengaruh meningkatnya hasil atau hasil belajar siswa. Dengan mem-
berikan pujian baik berupa kalimat dan feedback atau hadiah kepada siswa yang mampu
menyelesaikan tugas atau menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru, dengan penam-
bahan nilai atau lainnya maka dapat memberikan dorongan kepada siswa sehingga seman-
gat belajar siswa meningkat dan siswa merasa dihargai dan diperhatikan dalam proses pem-
belajaran. Dengan peningkatan hasil tes soal yang telah diberikan kepada siswa pada tiap
siklus maka menunjukkan terjadi peningkatan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Ba-
hasa Inggris kelas X MM 1 program keahlian teknik kendaraan ringan di SMKN 1 Bendo
Magetan. Pencapaian jumlah siswa yang memenuhi KKM dapat dilihat pada Gambar 3.
18 Jurnal Ilmiah Inspirasi
Volume VIII I Nomor 1 I Maret 2022
Upaya Meningkatkan Motivasi Dan Hasil Belajar Siswa Dengan Menerapkan Karmi Ismiati
Model Pembelajaran Picture And Picture Pada Mata Pelajaran Bahasa Inggris Guru SMKN 1 Bendo Magetan
Kelas X MM 1 SMKN 1 Bendo Tahun Ajaran 2019-2020
Saran
1. Pemberian pembelajaran menggunakan model penbelajaran Picture and Picture
hendaknya diberikan pada setiap pertemuan agar siswa lebih kreatif dan menonjolkan rasa
keingintahuan dan termotivasi untuk belajar.
2. Memberikan persoalan yang menarik pada tugas diskusi, sehingga siswa merasa senang
dan ingin menyelesaikan diskusi dan presentasi yang diberikan. Dan diharapkan menggu-
nakan model penbelajaran Picture and Picture tersebut dapat meningkatkan motivasi
belajar siswa.
DAFTAR RUJUKAN
20 Jurnal Ilmiah Inspirasi
Volume VIII I Nomor 1 I Maret 2022
Penerapan Metode Pembelajaran Picture And Picture
Untuk Meningkatkan Keterampilan Berbicara Dalam
Mata Pelajaran Ekonomi Pokok Bahasan Ketenagaker-
jaan Siswa Kelas XI IPS-1 Semester 1 SMA Negeri 22
Surabaya Tahun Pelajaran 2019-2020
Oleh:
Retno
Guru SMAN 22 Surabaya
ABSTRAK
Keterampilan berbicara sangat penting dikuasai siswa serta berperan besar dalam me-
nentukan kompetensi anak secara keseluruhan, prestasi akademik maupun pencapaian di ke-
giatan lainnya. Faktanya dijumpai keterampilan berbicara siswa masih lemah, oleh karenanya
perlu penerapan metode pembelajaran agar siswa terampil ketrampilan berbicara saat diminta
mengeluarkan pendapat mengenai materi pelajaran ekonomi bab ketenagakerjaan Hal ini di-
tunjukkan dengan ketuntasan belajar siswa hanya 16 siswa dari 36 siswa.Tujuan penelitian
adalah untuk mengetahui kualitas hasil pembelajaran dengan meningkatkan ketrampilan ber-
bicara siswa melalui penerapan metode pembelajaran picture and picture pada siswa kelas XI
IPS-1 SMA Negeri 22 Surabaya Kecamatan Wiyung.
Penelitian ini tergolong jenis penelitian tindakan kelas dengan subjek penelitian siswa
kelas XI IPS-1 SMA Negeri 22 Surabaya Kecamatan Wiyung tahun pelajaran 2019/2020 yang
berjumlah 36 siswa. Penelitian ini dilaksanakan dalam 2 siklus, setiap siklus melalui tahapan
menggunakan instrument berupa tes, yang kemudian dianalisis untuk mengetahui nilai ra-
ta-rata kelas dan tingkat ketuntasannya.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan metode pembelajaran picture and
picture dapat meningkatkan ketrampilan berbicara dan meng ungkapkan pendapat terlihat
dari hasil pekerjaan siswa yaitu, sebelum tindakan sebesar 30%, siklus I sebesar 64%, dan pada
siklus II sebanyak 72,5 %. Berdasar hasil penelitian disarankan agar guru kreatif menerapkan
metode picture and picture dalam meningkatkan ketrampilan berbicara siswa.
Kata kunci: metode picture and picture, ketrampilan berbicara, ekonomi ketenagakerjaan.
21 Jurnal Ilmiah Inspirasi
Volume VIII I Nomor 1 I Maret 2022
Retno Penerapan Metode Pembelajaran Picture And Picture Untuk Meningkatkan
Guru SMAN 22 Surabaya Keterampilan Berbicara Dalam Mata Pelajaran Ekonomi Pokok Bahasan
Ketenagakerjaan Siswa Kelas XI IPS-1 Semester 1 SMA Negeri 22 Surabaya Tahun
Pelajaran 2019-2020
PENDAHULUAN
22 Jurnal Ilmiah Inspirasi
Volume VIII I Nomor 1 I Maret 2022
Penerapan Metode Pembelajaran Picture And Picture Untuk Meningkatkan Retno
Keterampilan Berbicara Dalam Mata Pelajaran Ekonomi Pokok Bahasan Guru SMAN 22 Surabaya
Ketenagakerjaan Siswa Kelas XI IPS-1 Semester 1 SMA Negeri 22 Surabaya Tahun
Pelajaran 2019-2020
KAJIAN PUSTAKA
Penerapan Metode Pembelajaran Picture And Picture
Mengingat pentingnya proses pembelajaran menggunakan media ataupun model yang co-
cok maka saya akan mengambil model pembelajaran picture and picture dengan menggunakan
media gambar. Model pembelajaran ikut menentukan keberhasilan tujuan pembelajaran melalui
model pembelajaran inilah guru mampu untuk merancang aktivitas siswa dan menentukan capa-
ian yang diinginkan.
Metode pembelajaran merupakan hal yang penting dalam mendukung terjadinya proses
pembelajaran yang baik. Menurut Sanjaya, (2010:126) metode pembelajaran adalah upaya dalam
mengimplementasikan rencana yang sudah di susun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah
disusun tercapai secara optimal, metode digunakan untuk merealisasikan strategi yang ditetap-
kan.
Menurut Uno dan Mohamad (2012:7) “metode pembelajaran di definisikan sebagai cara
yang digunakan guru dalam menjalankan fungsinya dan merupakan alat untuk mencapai tujuan
pembelajaran”. Sedangkan menurut Haryono (2013:69) metode pembelajaran dapat diartikan se-
bagai cara yang digunakan untuk mengimplementasikan, mencari informasi baru, rencana yang
sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Dari ketiga pendapat ahli di atas pada hakikatnya memiliki pandangan yang sama bahwa
metode pembelajaran dapat digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Metode Pembela-
jaran yang digunakan melalui picture and picture mengandalkan gambar sebagai media menja-
di factor utama dalam proses pembelajaran. Sehingga sebelum proses pembelajaran guru sudah
menyiapkan gambar yang akan ditampilkan baik dalam bentuk kartu atau dalam bentuk carta
dalam ukuran besar. Atau jika di sekolah sudah menggunakan ICT dalam menggunakan power
point atau software yang lain (Sahrudin & Sri Iriani : 2009).
Metode picture and picture adalah suatu model belajar yang menggunakan gambar dan
dipasangkan / diurutkan menjadi urutan logis. Dengan menggunakan model pembelajaran ter-
tentu, maka pembelajaran menjadi menyenangkan. Selama ini hanya guru sebagai aktor di depan
kelas, dan seolah-olah gurulah sebagai satu-satunya sumber belajar.
Menurut Huda (2013:236) “picture and picture adalah strategi pembelajaran yang
menggunakan gambar sebagai media pembelajaran, gambar yang digunakan sebagai media di-
pasangkan dan dirutkan secara logis”. Model pembelajaran ini melibatkan anak untuk mengi-
kuti kegiatan pembelajaran yang memiliki karakteristik inovatif, kreatif, dan menyenangkan.
Inovatif adalah setiap pembelajaran harus memberikan sesuatu yang baru, berbeda, dan selalu
menarik perhatian anak. Sedangkan kreatif adalah setiap pembelajaran harus menimbulkan
minat kepada anak untuk menghasilkan sesuatu atau dapat menyelesaikan masalah dengan
menggunakan cara-cara yang telah dipilih atau ditentukan.
Menurut Wilantara dkk (2016) yang mengutip dari Shoimin (2014:125) menyebutkan
beberapa dari kelebihan model pembelajaran picture and picture yaitu : memudahkan anak un-
tuk memahami materi yang disampaikan oleh guru, anak dapat memahami lebih cepat materi
yang disajikan dengan gambar, anak dapat membaca gambar satu persatu sesuai dengan gam-
bar-gambar yang ada, anak dapat berkonsentrasi karena anak bermain dengan gambar, Anak
dapat lebih kuat dalam mengingat konsep-konsep yang ada pada gambar, menarik perhatian
anak dalam audio dan visual anak dalam bentuk gambar-gambar. Sehingga dapat disimpulkan
dengan menggunakan model pembelajaran picture and picture dalam kegiatan pembelajaran
anak dapat lebih konsentrasi dalam audio dan visual dan dapat membuat kegiatan pembelaja-
ran lebih menyenangkan. Dalam kegiatan pembelajaran selain menerapkan model pembela-
jaran juga di terapkan dengan media pembelajaran sehingga apapun pesan yang disampaikan
bisa diterima dengan baik dan mampu meresap dalam hati, serta dapat diingat kembali.
Gambar yang baik digunakan dalam pembelajaran adalah gambar yang sesuai dengan
tujuan pembelajaran. Oleh karena itu, terdapat tiga syarat yang harus dipenuhi:
1. Harus otentik artinya gambar tersebut haruslah secara jujur melukiskan situasi seperti
melihat benda sebenarnya.
2. Sederhana, maksudnya komposisi hendaknya cukup jelas dalam menunjukkkan poin-poin
pokok yang terdapat pada gambar.
3. Memiliki Nilai Seni, artinya sebagai media yang baik, gambar hendaklah bagus dari
sudut seni.
24 Jurnal Ilmiah Inspirasi
Volume VIII I Nomor 1 I Maret 2022
Penerapan Metode Pembelajaran Picture And Picture Untuk Meningkatkan Retno
Keterampilan Berbicara Dalam Mata Pelajaran Ekonomi Pokok Bahasan Guru SMAN 22 Surabaya
Ketenagakerjaan Siswa Kelas XI IPS-1 Semester 1 SMA Negeri 22 Surabaya Tahun
Pelajaran 2019-2020
Menurut Johnson & Johnson, prinsip dasar dalam model pembelajaran kooperatif picture and
picture adalah sebagai berikut:
a. Setiap anggota kelompok (siswa) bertanggung jawab atas segala sesuatu yang dikerjakan
dalam kelompoknya.
b. Setiap anggota kelompok (siswa) harus mengetahui bahwa semua anggota kelompok
mempunyai tujuan yang sama.
c. Setiap anggota kelompok (siswa) harus membagi tugas dan tanggung jawab yang sama di
antara anggota kelompoknya.
d. Setiap anggota kelompok (siswa) akan dikenai evaluasi.
e. Setiap anggota kelompok (siswa) berbagi kepemimpinan dan membutuhkan keterampilan
untuk belajar bersama selama proses belajarnya.
f. Setiap anggota kelompok (siswa) akan diminta mempertanggung-jawabkan secara indi-
vidual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.
Sesuai dengan namanya, tipe ini menggunakan media gambar dalam proses pembe-
lajaran yaitu dengan cara memasang / mengurutkan gambar-gambar menjadi urutan yang
logis. Melalui cara seperti ini diharapkan siswa mampu berpikir dengan logis sehingga pem-
belajaran menjadi bermakna.
Adapun Langkah langkah pembelajaran picture and picture adalah sebagai berikut:
1. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai
Di langkah ini guru diharapkan untuk menyampaikan apakah yang menjadi Kom-
petensi Dasar mata pelajaran yang bersangkutan. Dengan demikian maka siswa dapat men-
gukur. Menurut Johnson & Johnson, prinsip dasar dalam model pembelajaran kooperatif
picture and picture adalah sebagai berikut:
a. Setiap anggota kelompok (siswa) bertanggung jawab atas segala sesuatu yang dikerjakan
dalam kelompoknya.
b. Setiap anggota kelompok (siswa) harus mengetahui bahwa semua anggota
kelompok mempunyai tujuan yang sama.
c. Setiap anggota kelompok (siswa) harus membagi tugas dan tanggung jawab yang sama
di antara anggota kelompoknya.
d. Setiap anggota kelompok (siswa) akan dikenai evaluasi.
e. Setiap anggota kelompok (siswa) berbagi kepemimpinan dan membutuhkan
keterampilan untuk belajar bersama selama proses belajarnya.
f. Setiap anggota kelompok (siswa) akan diminta mempertanggung-jawabkan secara
individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.
Sesuai dengan namanya, tipe ini menggunakan media gambar dalam proses pembela-
jaran yaitu dengan cara memasang / mengurutkan gambar-gambar menjadi urutan yang logis.
Melalui cara seperti ini diharapkan siswa mampu berpikir dengan logis sehingga pembelajaran
menjadi bermakna.
Dalam proses penyajian materi, guru mengajar siswa ikut terlibat aktif dalam proses
pembelajaran dengan mengamati setiap gambar yang ditunjukan oleh guru atau oleh temann-
ya. Dalam perkembangan selanjutnya sebagai guru dapat memodifikasikan gambar atau meng-
ganti gambar dengan video atau demontrasi yang kegiatan tertentu.
Di langkah ini guru harus dapat melakukan inovasi, karena penunjukan secara langsung
kadang kurang efektif dan siswa merasa terhukum. Salah satu cara adalah dengan undian, seh-
ingga siswa merasa memang harus menjalankan tugas yang harus diberikan. Gambar-gambar
yang sudah ada diminta oleh siswa untuk diurutkan, dibuat, atau dimodifikasi. Guru menanya-
kan alasan / dasar pemikiran urutan gambar tersebut.
Setelah itu ajaklah siswa menemukan rumus atau tuntutan KD dengan indikator yang
akan dicapai. Ajaklah sebanyak-banyaknya peran siswa dan teman yang lain untuk membantu
sehingga proses diskusi dalam PBM semakin menarik.
Dari alasan / urutan gambar tersebut guru memulai menanamkan konsep / materi sesuai
dengan kompetensi yang ingin dicapai.
Dalam proses diskusi dan pembacaan gambar ini guru harus memberikan penekanan-
penekanan pada hal ini dicapai dengan meminta siswa lain untuk mengulangi, menuliskan atau
bentuk lain dengan tujuan siswa mengetahui bahwa hal tersebut penting dalam pencapaian KD
dan indikator yang telah ditetapkan. Pastikan bahwa siswa telah menguasai indikator yang telah
ditetapkan.
26 Jurnal Ilmiah Inspirasi
Volume VIII I Nomor 1 I Maret 2022
Penerapan Metode Pembelajaran Picture And Picture Untuk Meningkatkan Retno
Keterampilan Berbicara Dalam Mata Pelajaran Ekonomi Pokok Bahasan Guru SMAN 22 Surabaya
Ketenagakerjaan Siswa Kelas XI IPS-1 Semester 1 SMA Negeri 22 Surabaya Tahun
Pelajaran 2019-2020
5. Kesimpulan / rangkuman
Di akhir pembelajaran, guru bersama siswa mengambil kesimpulan sebagai penguatan
materi pelajaran.
Mengutip Fansury (2017, 76) Model pembelajaran picture and picture mempunyai
kelebihan dan kekurangan
Menurut Johonson (dalam Trianto, 2009: 12) menyatakan: 1) Guru lebih mengetahui
kemampuan masing-masing siswa. 2) Melatih berpikir logis dan sistematis 3) Membantu siswa
belajar berpikir berdasarkan sudut pandang suatu subjek bahasa dengan memberikan kebe-
basan siswa dalam praktik berpikir. 4) Mengembangkan motivasi untuk belajar yang lebih baik.
5) Siswa dilibatkan dalam perencanaan dan pengelolaan kelas.
Menurut Johonson (dalam Trianto, 2009: 12) menyatakan: 1) Memakai banyak waktu 2)
Banyak siswa yang pasif 3) Guru khawatir akan terjadi kekacauan di kelas. 4) Banyak siswa yang
tidak senang apabila disuruh bekerja sama dengan yang 5) Dibutuhkan dukungan fasilitas, alat
dan biaya yang cukup memadai untuk mengatasi kekurangan tersebut di atas, pembentukan
kelompok dilakukan secara heterogen agar anak yang kurang aktif berinteraksi dengan anak
yang aktif, begitu juga dengan anak yang kurang pandai dicampur dengan anak yang pandai.
Menurut Sari (dalam Susilawati, 2018: 87) berpendapat “Melalui model pembelajaran
picture and picture dapat digunakan guru sebagai upaya membangkitkan motivasi anak untuk
belajar dengan gambar-gambar dan juga menyenangkan sehingga dapat berpengaruh terhadap
perkembangan kognitif anak”. Melalui media pembelajaran diharapkan dapat membangkitkan
keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan merangsang kegiatan belajar dan
bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologis yang baik terhadap siswa. Fungsi alat peraga
adalah memvisualisasikan sesuatu sehingga tampak jelas dan dapat menimbulkan pengertian
atau peningkatan persepsi seseorang.
Ketrampilan Berbicara
Ketrampilan berbicara termasuk ketrampilan kedua yang dipelajari sejak masa kanak-
kanak setelah ketrampilan menyimak. Tarigan (2008, p.1) menyatakan bahwa berbicara mer-
upakan kemampuan bunyi artikulasi atau kata-kata yang mengekspresikan diri seseorang,
menyampaikan pikiran seseorang, serta mengemukakan gagasan dan perasaan. Berbicara mer-
upakan satu kegiatan yang digunakan untuk berkomunikasi secara langsung untuk menyam-
paikan pendapat, informasi, gagasan, dan lain sebagainya. Adapun taraf kemampuan berbicara
siswa di kelas ada yang terlihat lancar menyampaikan keinginan, perasaan senang, sedih, ada
pula yang terlihat malu, gugup dan takut berdiri di hadapan teman sekelasnya. Perbedaan terse-
but salah satunya disebabkan oleh faktor praktek dan latihan teratur. Dengan adanya praktek
dan latihan kemampuan berbicara siswa akan terasah dengan baik. Hal tersebut sejalan dengan
apa yang dikemukakan Lerner bahwa pengalaman berkomunikasi merupakan dasar utama yang
memperkaya kemampuan berbahasa seseorang. Beragam pengalaman berbahasa yang mum-
puni akan menunjang keempat faktor perkembangan bahasa (Lerner, n.d.; Widianti, Ernalis, &
Rohayati, 2015, p.3). Oleh karena itu sekolah sebagai tempat belajar bahasa harus memberikan
pengalaman-pengalaman berkomunikasi dengan beberapa kegiatan. Berpendapat, memberi
tanggapan, melakukan kegiatan bercerita, mendeskripsikan orang lain, mendeskripsikan posisi,
menjelaskan proses, memberi penjelasan terhadap sesuatu, mengemuka kan argumentasi mer-
upakan bentuk aktivitas yang dapat dilakukan di dalam kelas untuk melatih kemampuan ber-
bicara siswa. Berdasarkan hasil observasi penelitian di kelas XI IPS-1 SMAN 22 Surabaya pada
tanggal 4 September 2019 mengenai pelaksanaan pembelajaran ekonomi khususnya dalam ket-
rampilan mengomentari ketenagakerjaan ditemukan beberapa permasalahan berkaitan dengan
proses dan hasil belajar siswa diantaranya yaitu: 1) siswa terlihat malu saat diminta berbicara
mengomentari gambar yanga berkaitan dengan ketenagakerjaan di hadapan teman-temannya,
2) Siswa belum memahami cara memberikan komentar disertai alasan, 3) Siswa belum mampu
memilih kata yang santun untuk memberikan komentar, 4) Siswa terlihat pasif, 5) Pembelajaran
terasa membosankan, 6) Kualitas pembelajaran dan hasil belajar terasa yang dicapai siswa be-
lum sesuai dengan apa yang menjadi tujuan pembelajaran, 7) Siswa tidak disiplin dalam proses
pembelajaran.
Pembelajaran yang baik dapat ditunjang dari suasana pembelajaran yang kondusif, sara-
na media pembelajaran yang sesuai dengan materi, dan juga model pembelajaran yang cocok,
serta hubungan komunikasi antara guru, siswa dapat berjalan dengan baik, Melalui media pem-
belajaran di harapkan dapat membangkitakan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan
motivasi dan merangsang kegiatan belajar dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikolo-
gis yang baik terhadap siswa.
28 Jurnal Ilmiah Inspirasi
Volume VIII I Nomor 1 I Maret 2022
Penerapan Metode Pembelajaran Picture And Picture Untuk Meningkatkan Retno
Keterampilan Berbicara Dalam Mata Pelajaran Ekonomi Pokok Bahasan Guru SMAN 22 Surabaya
Ketenagakerjaan Siswa Kelas XI IPS-1 Semester 1 SMA Negeri 22 Surabaya Tahun
Pelajaran 2019-2020
Pembelajaran menggunakan alat peraga berarti mengoptimalkan fungsi seluruh panca in-
dera siswa untuk meningkatkan efektifitas siswa belajar dengan cara mendengar, melihat,
meraba, dan menggunakan fikirannya secara logis dan realistis. Fungsi alat peraga adalah
memvisualisasikan sesuatu sehingga tampak jelas dan dapat menimbulkan pengertian atau
peningkatan persepsi seseorang.
Keterampilan berbicara adalah keterampilan yang paling penting dalam berbahasa.
Keterampilan berbicara memiliki tujuan agar para pelajar dapat berkomunikasi secara lisan
dengan baik. Dalam artian orang yang diajak berbicara mampu memahami kata-kata dari
pembicara.
Tujuan dari pembelajaran keterampilan berbicara, yaitu:
a. Agar dapat mengucapkan ungkapan-ungkapan yang berbeda atau yang menyerupainya.
b. Agar dapat membedakan ungkapan yang dibaca panjang dan yang dibaca pendek.
c. Dapat mengungkapkan keinginan hatinya dengan menggunakan susunan kalimat yang
sesuai dengan tata bahasa .
d. Dapat mengungkapkan apa yang terlintas didalam fikirannya dengan menggunakan
aturan yang benar dalam penyusunan kalimat dalam bahasa.
e. Dapat menggunakan ungkapan kebahasaan yang sesuai dengan umur, tingkat
kedewasaan dan kedudukan.
f. Dapat menelusuri dan menggali manuskrip-manuskrip dan literatur- literatur
berbahasa Arab.
g. Dapat mengungkapkan ungkapan yang jelas dan dimengerti tentang dirinya sendiri.
h. Mampu berfikir tentang bahasa arab dan mengungkapkannya secara dalam situasi
dan kondisi apapun.
Penilaian di dalam keterampilan berbicara ditentukan dari 2 hal, yaitu faktor kebaha-
saan dan faktor non kebahasaan (Nurgiyantoro, 1995: 152).Penilaian dari faktor kebahasaan
meliputi: (1) Ucapan, (2) tata bahasa, (3) kosa kata, sedangkan penilaian dari faktor non
kebahasaan meliputi: 1) ketenangan, (2) volume suara, (3) Kelancaran, (4) pemahaman.
Ekonomi merupakan mata pelajaran yang bersumber dari perilaku ekonomi dalam
kehidupan sosial masyarakat yang diseleksi dengan menggunakan konsep-konsep ilmu
ekonomi yang digunakan untuk kepentingan pembelajaran. Mata pelajaran ekonomi memi-
liki tujuan yang ingin dicapai dalam proses pembelajaran. Adapun tujuan mata pelajaran
ekonomi menurut Depdiknas (2013:22) adalah:
1. Membekali peserta didik tentang konsep ekonomi untuk mengetahui dan mengerti
peristiwa dan masalah ekonomi dalam kehidupan sehari-hari.
2. Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, memecahkan
masalah dan keterampilan dalam kehidupan sosial.
3. Membekali peserta didik tentang konsep ekonomi yang diperlukan untuk
mendalami ilmu ekonomi pada jenjang selanjutnya.
4. Membekali nilai-nilai serta etika ekonomi atau bisnis dan memiliki jiwa wirausaha.
Objek ekonomi sangat bervariasi sehingga tidak semua materi dapat disajikan contoh
nyata secara langsung. Pemanfaatan media berupa gambar, foto dan video dapat digunakan
untuk membantu siswa dalam memahami materi. Penggunaan berbagai metode dan sum-
ber belajar tidak berarti menyelesaikan semua permasalahan dalam pembelajaran ekonomi
di sekolah. Hasil wawancara dengan guru ekonomi menunjukkan bahwa tidak semua hasil
belajar materi ekonomi mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang ditetapkan oleh
sekolah yaitu 70. Salah satu materi yang belum mencapai KKM adalah materi ketenagak-
erjaan. Siswa menganggap materi ketenagakerjaan karena objek yang dipelajari tidak dapat
diamati dengan mata telanjang/tanpa alat bantu. Hal ini membuat siswa kesulitan untuk
memahami materi dan menyebabkan miskonsepsi yang berakibat tidak tercapainya tujuan
pembelajaran serta rendahnya hasil belajar siswa.
Kegiatan belajar mengajar dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya adalah
metode pembelajaran. Menurut Suyono & Hariyanto “Metode pembelajaran adalah seluruh
perencanaan dan prosedur maupun langkah-langkah kegiatan pembelajaran termasuk pili-
han cara penilaian yang akan dilaksanakan”(2011: 11). Salah satu metode pembelajaran yang
efektif adalah picture and picture. Menurut Miftahul A’la (2011) picture and picture adalah
BASASTRA Jurnal Penelitian Bahasa, Sastra Indonesia dan Pengajarannya Volume 2 Nomor
1, April 2013, ISSN I2302-6405 4 suatu metode belajar yang menggunakan gambar dan dipas-
angkan atau diurutkan menjadi urutan yang logis.
30 Jurnal Ilmiah Inspirasi
Volume VIII I Nomor 1 I Maret 2022
Penerapan Metode Pembelajaran Picture And Picture Untuk Meningkatkan Retno
Keterampilan Berbicara Dalam Mata Pelajaran Ekonomi Pokok Bahasan Guru SMAN 22 Surabaya
Ketenagakerjaan Siswa Kelas XI IPS-1 Semester 1 SMA Negeri 22 Surabaya Tahun
Pelajaran 2019-2020
Metode Pembelajaran picture and picture mengandalkan gambar sebagai media dalam
proses pembelajaran. Gambar-gambar ini menjadi faktor utama dalam proses pembelajaran.
Sehingga sebelum proses pembelajaran guru sudah menyiapkan gambar yang akan ditampil-
kan baik dalam bentuk kartu atau dalam bentuk carta dalam ukuran besar. Atau jika di sekolah
sudah menggunakan ICT dalam menggunakan power point atau software yang lain (Sahrudin
& Sri Iriani : 2009).
Pada materi ketenagakerjaan ruang lingkupnya meliputi membahas segala sesuatu
yang berhubungan dengan tenaga kerja pada waktu sebelum, selama dan setelah selesai masa
hubungan kerja, baik pada pekerjaan yang menghasilkan barang maupun berupa pekerjaan,
klasifikasi tenaga kerja, masalah ketenagakerjaan, cara mengatasi pengangguran, yang semuan-
ya diwujudkan dalam bentuk gambar dan siswa mengidentifikasi serta menggolongkan gam-
bar yang ada menurut pembahasan yang ada pada materi ketenagakerjaan serta kemudian
mendeskripsikannya dengan kalimat yang benar. Disini dituntut adanya ketrampilan berbic-
ara untuk mendeskripsikan gambar yang ada dan ditempel di papan tulis depan kelas.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini termasuk kategori penelitian tindakan kelas (classrom action research),
dilakukan untuk memperbaiki mutu pembelajaran di kelas. Penelitian ini dilaksanakan dalam
dua siklus terdiri dari empat tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan tindakan,observasi, dan
refleksi.
Perencanaan
Menentukan pokok bahasan yang akan diajarkan, merancang pembuatan rencana pen-
gajaran, merancang metode pembelajaran yang digunakan berupa picture and picture , mem-
bentuk kelompok kecil untuk mengerjakan gambar materi yang ada, dan merancang pelatihan
soal secara individual.
Pelaksanaan
Melaksanakan metode pembelajaran yang digunakan berupa picture and picture, den-
gan metode tanya jawab, guru mengamati pemahaman konsep yang telah dikuasai siswa,
membentuk kelompok-kelompok kecil berdasarkan urutan nomor pada absensi siswa untuk
mengerjakan gambar materi, siswa dengan bimbingan guru membuat kesimpulan, dan siswa
latihan soal secara individual.
Pengamatan
Peneliti berkolaborasi dengan teman seprofesi untuk melakukan pengamatan. Observ-
er mengamati jalannya pembelajaran dan menilai kemampuan guru dalam mengelola kelas,
kelompok serta menilai kemampuan siswa dalam mengerjakan lembar kerja siswa, melakukan
penilaian hasil latihan soal yang dikerjakan siswa secara individu.
Refleksi
Hasil dari tahap pengamatan dikumpulkan untuk dianalisis dan dievaluasi oleh peneli-
ti, kemudian peneliti dapat mereflesi diri tentang berhasil tidaknya yang dilakukan. Hasil dari
siklus I digunakan untuk perbaikan pada siklus II.Tolok ukur keberhasilan pada penelitian tin-
dakan kelas ini adalah apabila hasil belajar ekonomi mencapai ketentuan ketuntasan minimal 70
dan ketuntasan belajar siswa mencapai minimal 75%.
Penelitian ini menggunakan dua teknik pengumpulan data yaitu dengan teknik tes dan
nontes. Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data penelitian adalah tes dan nontes.
Tes digunakan untuk mengetahui prestasi siswa dalam belajar ekonomi materi ketenagakerjaan.
Hasil penghitungan kemudian disandingkan dengan kriteria. Nilai akhir dihitung dengan ru-
mus NA = (Skor siswa)/ (Skor maksimal) x 100%
Tabel 1.
Kategori Penilaian Tes
NO. Kategori Skala skor
1 Baik 75-100
2 Cukup 65-74
3 Kurang 0-64
Teknik pengumpulan data secara nontes digunakan untuk mengetahui proses dan perubahan
tingkah laku siswa selama dan setelah pembelajaran berlangsung, menggunakan instrumen berupa
lembar observasi, lembar wawancara, lembar dan dokumentasi foto.
Pedoman observasi digunakan untuk mengetahui ketrampilan berbicara siswa saat proses
pembelajaran berlangsung. Aspek yang diamati meliputi: (1) Kesesuaian ide dengan isi; (2) Kejelasan
suara; (3) Lafal;(4) Ekspresi; (5) Struktur kalimat; (6) Diksi..
32 Jurnal Ilmiah Inspirasi
Volume VIII I Nomor 1 I Maret 2022
Penerapan Metode Pembelajaran Picture And Picture Untuk Meningkatkan Retno
Keterampilan Berbicara Dalam Mata Pelajaran Ekonomi Pokok Bahasan Guru SMAN 22 Surabaya
Ketenagakerjaan Siswa Kelas XI IPS-1 Semester 1 SMA Negeri 22 Surabaya Tahun
Pelajaran 2019-2020
Ditinjau dari sikap siswa, sebagian besar mereka merasa malu bercerita didepan kelas
yaitu ada 56 %, hanya sebagian kecil 44 % saja yang memang berani dan percaya diri bila ber-
cerita di depan kelas. Dikarenakan memang siswa-siswa tersebut banyak yang merasa kesuli-
tan dalam bercerita yaitu 58 % namun sebagian kecil 42 % sudah lancar dalam berkomunika-
si. Kendala-kendala tersebut akan sangat mempengaruhi semangat siswa dalam mempelajari
bahasa secara lisan. Terbukti ada 69 % siswa yang kurang bersemangat terhadap pembelaja-
ran berbicara, dan ada 31 % siswa yang memang bisa berkomunikasi secara lancar sehingga
mempunyai semangat untuk belajar. Belajar bercerita sebaiknya tidak usah menungu perin-
tah, mereka sadar akan pentingnya latihan penggunaan media pembelajaran yang dipastikan
akan dapat membantu kelancaran siswa dalam berkomunikasi secara lisan.
Tabel 2.
Data Pra Siklus
No Nama Kese kejela- lafal Eks Struk- diksi Jum- Nilai
suaian san presi tur lah
ide de suara kalimat
ngan isi
1 ADI YONATAN 7 7 6 6 6 6 38 63
2 AMELIA ANGELIDA 6 6 6 6 6 6 36 60
3 ANANDA ALYA S 7 7 6 7 6 6 38 63
4 ANDI CYNTYA F 6 6 6 6 6 6 36 60
5 ANNISA NUR AINI 6 6 6 6 6 6 36 60
6 ARIEL MARESCA 7 6 6 6 6 5 36 60
7 AUDIE ULIZHU 5 5 6 6 6 6 34 58
8 AULIA SYIFA K 6 5 6 6 5 6 34 58
9 DESITA AYU WILIANA 6 6 6 6 6 6 36 60
10 DINDA AMELIA DEWI S 6 7 6 6 6 5 36 60
11 DIVA ANANDA P A 7 6 6 6 6 6 37 62
12 EVA TRIE KUSUMA W 6 6 6 6 6 6 36 60
Hasil Tes
Pada siklus I dapat diketahui bahwa jumlah Peserta didik yang belum tuntas sebanyak
11, jumlah peserta didik yang tuntas belajar 25, dan jumlah peserta didik seluruhnya 36. Den-
gan demikian ketuntasan belajar (%) = 69,64%.
34 Jurnal Ilmiah Inspirasi
Volume VIII I Nomor 1 I Maret 2022
Penerapan Metode Pembelajaran Picture And Picture Untuk Meningkatkan Retno
Keterampilan Berbicara Dalam Mata Pelajaran Ekonomi Pokok Bahasan Guru SMAN 22 Surabaya
Ketenagakerjaan Siswa Kelas XI IPS-1 Semester 1 SMA Negeri 22 Surabaya Tahun
Pelajaran 2019-2020
Hasil Pengamatan
Tabel 3.
Nilai Ketrampilan Berbicara Siklus 1
No Nama Kese kejela- lafal Eks Struk- diksi Jum- Nilai
suaian san presi tur lah
ide de suara kalimat
ngan isi
1 ADI YONATAN 7 7 6 6 6 6 38 63
2 AMELIA ANGELIDA 6 6 6 6 6 6 36 60
3 ANANDA ALYA S 7 7 6 7 6 6 38 63
4 ANDI CYNTYA F 6 6 6 6 6 6 36 60
5 ANNISA NUR AINI 6 6 6 6 6 6 36 60
6 ARIEL MARESCA 7 6 6 6 6 5 36 60
7 AUDIE ULIZHU 5 5 6 6 6 6 34 58
8 AULIA SYIFA K 6 5 6 6 5 6 34 58
9 DESITA AYU WILIANA 6 6 6 6 6 6 36 60
10 DINDA AMELIA DEWI S 6 7 6 6 6 5 36 60
11 DIVA ANANDA P A 7 6 6 6 6 6 37 62
12 EVA TRIE KUSUMA W 6 6 6 6 6 6 36 60
13 FARADIBA ISNA FADILA 7 7 6 7 6 6 39 65
14 MARSYANDA SURYA K 7 7 6 7 6 6 39 65
15 MAULDEY SALSANIA N 7 7 6 7 6 6 39 65
16 MEGA ANGGITA 7 7 6 7 6 6 39 65
17 MUHAMMAD ADITYA D 7 7 6 7 6 6 39 65
18 M BINTANG ALFAN N 7 7 6 7 6 6 39 65
19 NAVASHA ISLAMI Z 7 7 6 7 6 6 39 65
20 NAZHMI FADHIL R 7 7 6 7 6 6 39 65
21 NETHANIA CHRISTY 7 7 6 7 6 6 39 65
22 NORRENCIA PRASITHA L 7 7 6 7 6 6 39 65
23 PIPIT YULIA PUTRI 7 7 7 6 6 6 39 65
24 PUTRI ROSA SETIYA Y 7 7 6 6 7 6 39 65
25 PUTRI WAHYU N 7 6 6 7 6 7 39 65
26 RENANTA ENDRY P 7 7 6 6 7 6 39 65
27 RIFKY AZIZA 6 5 5 7 7 6 36 60
28 SABINA ANJUNG V 6 6 6 7 7 6 38 63
29 SABRINA HIDAYAT 7 5 6 7 5 6 36 60
Penelitian Siklus 1I dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 26 Oktober 2019 selama 2 jam
pelajaran ( 2 x 40 menit)
Hasil Tes
Pada siklus II dapat diketahui bahwa jumlah Peserta didik yang belum tuntas tidak ada,
jumlah peserta didik seluruhnya tuntas belajar 36 siswa. Dengan demikian ketuntasan belajar
(%) = 100 %. Berdasarkan data di atas, setelah menerapkan metode pembelajaran picture and
picture dalam siklus II, nilai dan jumlah ketuntasan siswa telah mencapai KKM (Kriteria Ketun-
tasan Minimum), sehingga pelaksanaan siklus berhenti pada siklus II. Guru harus tetap melaku-
kan upaya inovasi dalam melaksanakan pembelajaran.
36 Jurnal Ilmiah Inspirasi
Volume VIII I Nomor 1 I Maret 2022
Penerapan Metode Pembelajaran Picture And Picture Untuk Meningkatkan Retno
Keterampilan Berbicara Dalam Mata Pelajaran Ekonomi Pokok Bahasan Guru SMAN 22 Surabaya
Ketenagakerjaan Siswa Kelas XI IPS-1 Semester 1 SMA Negeri 22 Surabaya Tahun
Pelajaran 2019-2020
Hasil Pengamatan
Data hasil pengamatan terhadap ketrampilan berbicara siswa selama pembelajaran
siklus II disajikan pada Tabel 4.
Tabel 4.
Nilai Ketrampilan Berbicara Siklus II
Tabel 5.
Hasil Rekapitulasi Nilai Kelas XI IPS-1 Per Siklus
38 Jurnal Ilmiah Inspirasi
Volume VIII I Nomor 1 I Maret 2022
Penerapan Metode Pembelajaran Picture And Picture Untuk Meningkatkan Retno
Keterampilan Berbicara Dalam Mata Pelajaran Ekonomi Pokok Bahasan Guru SMAN 22 Surabaya
Ketenagakerjaan Siswa Kelas XI IPS-1 Semester 1 SMA Negeri 22 Surabaya Tahun
Pelajaran 2019-2020
Saran yang dapat diberikan peneliti berdasarkan pada simpulan hasil penelitian ini ada-
lah: metode pembelajaran picture and picture dapat dijadikan alternatif pembelajaran karena
terbukti dapat meningkatkan prestasi siswa dalam ketenagakerjaan dan perubahan ketrampilan
berbicara siswa ke arah positif.
DAFTAR RUJUKAN
Fansury, H. A. (2017). MODEL PEMBELAJARAN PICTURE AND PICTURE
DENGAN MEDIA GAMES ANDROID DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOSA
KATA SISWA KELAS VII SMPN 35 MAKASSAR. Jurnal Keguruan dan Ilmu Pendidikan
(JKIP) FKIP Unismuh Makassar, 4(1), 75-76.
Haryono. 2013. Pembelajaran IPA yang Menarik dan Mengasyikkan. Yogyakarta: Kepel Press.
Huda, M. (2013). Model-model Pengajaran dan Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Nurgiyantoro, B. (1995). Penilaian dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra Indonesia. Yogyakarta: BPFE.
Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Nomor 69 Tahun 2013 Tentang Kerangka Dasar Dan
Struktur Kurikulum Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah
Sahrudin &Iriani, S. (2011). Model Pembelajaran Picture and Picture. Diperoleh 14 Februari 2012.
Sanjaya, Wina. (2010). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan . Jakarta: Ken
cana Prenada Medi
Shoimin, Aris. 2014. 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013. Yogyakarta: Ar-Ruzz
Media.
Susilawati, L. N. (2018). PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PICTURE AND PICTURE TERH
ADAP KEMAMPUAN MENGENAL KONSEP BILANG AN PADA ANAK KELOMPOK B.
e-jurnal Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Anak
Usia Dini, 6(1), 87. Tarigan, H. G. (2008). Berbicara sebagai suatu ketrampilan berbahasa
Bandung: Angkasa
Suyono & Hariyanto. 2011. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Tarigan. H. G. 2008. Berbicara sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa.Bandung: Angkasa.
Trianto, 2009 Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta Kencana Prenada Group.
Uno, H. B., & Mohammad, N. 2012. Belajar dengan Pendekatan PAILKEM. Jakarta: Bumi Aksara.
Wilantara, A. P. N, dkk. (2016). PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PICTURE AND PICTURE
BERBANTUAN MEDIA FLIP CHART UNTUK MENINGKATKAN PERKEMBANGAN KOGNITIF
ANAK. e-jurnal pendidikan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Ganesha, 4(1).
Widianti, L., Ernalis, & Rohayati, T. (2015). Mengembangkan Kemampuan Berbicara Anak Melalui
Metode Bermain Peran. Antologi UPI, 1–11.
40 Jurnal Ilmiah Inspirasi
Volume VIII I Nomor 1 I Maret 2022
Penerapan Metode Pembelajaran Picture And Picture Untuk Meningkatkan
Keterampilan Berbicara Dalam Mata Pelajaran Ekonomi Pokok Bahasan
Peningkatan Kemampuan Mendeskripsikan
Ketenagakerjaan Siswa Kelas XI IPS-1 Semester 1 SMA Negeri 22 Surabaya Tahun
Pelajaran 2019-2020
ABSTRAK
Minimnya nilai ulangan harian IPA, berdasarkan hasil wawancara dengan para siswa dan
sebagian guru disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain: (1) Siswa kurang berminat terhadap
materi mendeskripsikan sistem ekskresi manusia yang sering menjenuhkan; (2) Cara penyam-
paian materi pembelajaran (metode) kurang bervariasi dan kurang menarik; dan (3) Suasana
belajar kurang menyenangkan dan sering menakutkan.
Penerapan pendekatan Kooperatif Tipe TPS diterapkan dalam rangka mempermudah
siswa dalam memahami materi ajar. Dengan bekerja atau berfikir secara kooperatif atau kelom-
pok siswa bisa lebih mudah memahami materi pembelajaran, tidak takut, dan tidak jenuh dalam
mempelajari materi IPA.
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: (1) Bagaimanakah peningkatan kemam-
puan mendeskripsikan sistem ekskresi manusia melalui pendekatan kooperatif tipe TPS pada
siswa kelas IX A UPTD SMP Negeri 2 Rejoso tahun pelajaran 2018/2019; dan (2) Apakah
pendekatan kooperatif tipe TPS dapat meningkatkan aktivitas belajar kelompok siswa kelas IX
A UPTD SMP Negeri 2 Rejoso tahun pelajaran 2018/2019 dalam mendeskripsikan sistem ek-
skresi manusia.
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan dengan pendekatan deskriptif kualitat-
if. Penelitian deskriptif adalah “penelitian yang bertujuan membuat deskripsi, gambaran, atau
lukisan secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat, serta hubungan
antarfenomena yang diselidiki” (Nazir, 2014:63). Pendekatan yang digunakan dalam peneli-
tian ini adalah kualitatif. Dinyatakan kualitatif karena pelaksanaan penelitian ini menggunakan
beberapa konsep dan prinsip metodologi penelitian kualitatif (Moleong, 2010:4–8) Prosedur
penelitian ini direncanakan menggunakan dua siklus. Kegiatan yang harus dilakukan pada
masing-masing siklus adalah tahap perencanaan (planning), tahap pelaksanaan (acting), tahap
observasi (observing), dan tahap refleksi (reflecting).
41 Jurnal Ilmiah Inspirasi
Volume VIII I Nomor 1 I Maret 2022
Harini Peningkatan Kemampuan Mendeskripsikan Sistem Ekskresi Manusia
Guru SMPN 2 Rejoso Melalui Pendekatan Kooperatif Tipe TPS Pada Siswa Kelas IX A SMP
Nganjuk Negeri 2 Rejoso Tahun Pelajaran 2018/2019
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan studi dokumen-
tasi (mendokumentasikan hasil kegiatan tiap siklus). Teknik analisis datanya adalah teknik deskriptif
kuantitatif dengan mean (rata-rata hitung) dan persentase (%) dan deskriptif dengan kategori-kategori
amat baik (A), baik (B), cukup baik (C), kurang (D), dan amat kurang (E) dengan keterangan nilai
kuantitatif rata-rata hitung dengan angka dalam bentuk skor 0 – 100 (bilangan bulat) sedangkan secara
kualitatif keterangan nilai dengan huruf.
Berdasarkan hasil penelitian dapat simpulkan: (1) Peningkatan kemampuan siswa kelas IX
A UPTD SMP Negeri 2 Rejoso Tahun Pelajaran 2018/2019 dalam mendeskripsikan sistem ekskresi
manusia adalah sebagai berikut: (a) Nilai rata-rata kelas mencapai 82,41; (b) Persentase keberhasilan
siswa mencapai 96,55%; (c) Persentase keberhasilan aktivitas siswa mencapai 90,6%; dan (2) Pendeka-
tan kooperatif tipe TPS dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa Kelas IX A UPTD SMP Negeri 2
Rejoso Tahun Pelajaran 2018/2019 dalam mendeskripsikan sistem ekskresi manusia.
PENDAHULUAN
Pembelajaran IPA bertujuan untuk mempersiapkan siswa agar sanggup menghadapi peruba-
han keadaan di dalam kehidupan dan di dunia yang selalu berkembang atas dasar pemikiran secara
logis, rasional, kritis, cermat, jujur, efisien, dan efektif. Tujuan pembelajaran IPA salah satunya adalah
mengembangkan kemampuan memecahkan masalah (Depag RI, 2015: 216).
Upaya maksimal dalam rangka merealisasi tujuan pembelajaran IPA di atas, guru IPA sudah
berusaha semaksimal mungkin membantu dan mengarahkan siswa agar mampu memecahkan per-
soalan-persoalan IPA, namun kenyataannya masih ada sebagian siswa belum mampu memecahkan
persoalan-persoalan IPA tersebut. Perbaikan strategi, pendekatan, maupun metode mengajar perlu
digunakan dengan tujuan merangsang dan mendorong minat dan motivasi belajar siswa.
IPA diperlukan dalam kehidupan sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan manusia melalui
pemecahan masalah-masalah yang dapat diidentifikasikan. Di tingkat SMP/MTs diharapkan ada
penekanan pembelajaran Salingtemas (Sains, lingkungan, teknologi, dan masyarakat) secara terpadu
yang diarahkan pada pengalaman belajar untuk merancang dan membuat suatu karya melalui pener-
apan konsep IPA dan kompetensi bekerja ilmiah secara bijaksana.
Perlu dijelaskan bahwa selama ini kenyataan yang terjadi sebagai bukti empiris menunjukkan
bahwa nilai ulangan harian IPA pada siswa kelas IX A UPTD SMP Negeri 2 Rejoso, Kabupaten
Nganjuk, semester 1 tahun pelajaran 2018/2019 , rata-rata hasil belajar yang diperoleh siswa dari
36 siswa ternyata hanya mencapai nilai 66,89. Nilai sebesar 66,89 tersebut masih jauh dari standar
kompetensi minimal,yang nilainya ditetapkan sebesar 75,0. Sementara persentase keberhasilan da-
lam kelas tersebut hanya mencapai 27,58% (belum mencapai persentase keberhasilan minimal 85%).
Minimnya nilai ulangan harian tersebut berdasarkan hasil wawancara dengan para siswa dan sebagian
guru disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain :
42 Jurnal Ilmiah Inspirasi
Volume VIII I Nomor 1 I Maret 2022
Peningkatan Kemampuan Mendeskripsikan Sistem Ekskresi Manusia Harini
Melalui Pendekatan Kooperatif Tipe TPS Pada Siswa Kelas IX A SMP Guru SMPN 2 Rejoso
Negeri 2 Rejoso Tahun Pelajaran 2018/2019 Nganjuk
1. Siswa kurang berminat terhadap materi mendeskripsikan sistem ekskresi manusia yang sering
menjenuhkan.
2. Cara penyampaian materi pembelajaran (metode) kurang bervariasi dan kurang menarik.
3. Suasana belajar kurang menyenangkan dan sering menakutkan.
Seorang guru yang baik, sebagai alternatif untuk menyelesaikan masalah tersebut dalam
rangka meningkatkan kreativitas belajar siswa, secara berangsur-angsur harus berusaha mengu-
rangi pendekatan individual dan mulai mengembangkan pendekatan lain untuk lebih melibatkan
siswa secara aktif. Diskusi kelompok misalnya, atau tugas rumah, dan lainnya merupakan alternatif
pendekatan yang memungkinkan siswa untuk menguasai konsep atau memecahkan suatu masalah
melalui proses berfikir, serta berlatih bersikap positif.
Sebagai upaya pemecahan masalah, pendekatan dan mengajar yang hendak diaplikasikan
pengembangannya dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini adalah strategi yang umumnya ser-
ing digunakan oleh para guru yaitu pendekatan kooperatif yang berfokus pada tipe TPS. Untuk itu
peneliti mengadakan penelitian langsung pada siswa kelas IX A yang ditindaklanjuti dengan penu-
lisan karya tulis dengan judul Peningkatan Kemampuan Mendeskripsikan Sistem Ekskresi Manusia
melalui Pendekatan Kooperatif Tipe TPS pada Siswa Kelas IX A UPTD SMP Negeri 2 Rejoso Tahun
Pelajaran 2018/2019.
2. Apakah pendekatan kooperatif tipe TPS dapat meningkatkan aktivitas belajar kelompok
siswa kelas IX A UPTD SMP Negeri 2 Rejoso tahun pelajaran 2018/2019 dalam
mendeskripsikan sistem ekskresi manusia?
2. Ingin mengetahui pengaruh pendekatan kooperatif tipe TPS terhadap aktivitas belajar
kelompok siswa kelas IX A UPTD SMP Negeri 2 Rejoso tahun pelajaran 2018/2019 dalam
mendeskripsikan sistem ekskresi manusia.
KAJIAN PUSTAKA
Hasil belajar IPA
Hasil belajar adalah kualitas belajar. (KBBI,1990). Sedangkan belajar menurut Gulo, 2012
hal. 74, merupakan aktivitas manusia di mana semua potensi manusia dikerahkan. Hasil belajar di
sini berhubungan dengan prestasi yang diperoleh siswa selama dan sesudah proses pembelajaran ber-
langsung. Hasil belajar berhubungan dengan penguasaan penuh (mastery learning)/ belajar tuntas.
(Nasution, 2013). Hasil belajar ini merupakan hasil akhir dari sebuah kegiatan atau proses belajar
mengajar selama siswa mempelajari mata pelajaran tertentu. Dengan kata lain, baik buruknya hasil
belajar IPA ini merupakan akibat penguasaan penuh dari proses belajar IPA siswa.
IPA merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai
peran penting dalam berbagai disiplin ilmu dan menunjukkan daya pikir manusia. (Permendiknas
RI, No. 22 Tahun 2008) Mata pelajaran IPA perlu diberikan kepada semua peserta didik mulai dari
sekolah dasar untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis,
kritis, dan kreatif, serta kemampuan bekerjasama.
Berdasar pengertian-pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar IPA mer-
upakan penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang diperoleh siswa dari hasil belajar IPA yang
biasanya ditunjukkan oleh angka atau nilai tes yang diberikan guru pada suatu saat tertentu. Nilai yang
berupa hasil belajar ini biasanya tertuang dalam laporan hasil pendidikan (raport).
44 Jurnal Ilmiah Inspirasi
Volume VIII I Nomor 1 I Maret 2022
Peningkatan Kemampuan Mendeskripsikan Sistem Ekskresi Manusia Harini
Melalui Pendekatan Kooperatif Tipe TPS Pada Siswa Kelas IX A SMP Guru SMPN 2 Rejoso
Negeri 2 Rejoso Tahun Pelajaran 2018/2019 Nganjuk
Defekasi adalah proses pengeluaran sisa-sisa pencernaan atau zat yang tidak mengalami
pencernaan. Zat tersebut berupa feses yang dikeluarkan melalui anus. Sekresi merupakan proses
pengeluaran zat oleh kelenjar yang masih digunakan oleh tubuh. Zat yang dihasilkan berupa en-
zim dan hormon. Sistem ekskresi pada manusia melibatkan alat-alat ekskresi yaitu ginjal, kulit,
paru-paru, dan hati.
Dalam menyampaikan materi pelajaran, pada prinsipnya harus berpegang pada rencana
yang telah disusun, yaitu “merencanakan program kegiatan”, baik dalam materi, metode, mau-
pun alat yang digunakan (Hasibuan, 2016:124). Sementara itu, dalam proses belajar mengajar,
faktor guru sangat dominan peranannya. Oleh karena itu guru harus benar-benar memahami
makna yang terkandung dalam istilah belajar, mengajar, interaksi belajar mengajar sampai pada
pendekatan dan metode yang digunakan dalam belajar mengajar (Depag RI, 2014:38).
Pendekatan Kooperatif didasarkan teori konstruktivistik, bahwa siswa dapat menemukan
dan memahami konsep-konsep yang dipelajari dengan cara mongkonsrruksi pengalamannya.
Usaha untuk mengkonsrruksi pengalaman akan lebih mudah dilakukan jika mereka melaku-
kannya dengan bekerja sama.
Pendekatan Kooperatif adalah suatu sistem yang di dalamnya terdapat elemen-elemen
yang saling berhubungan. Elemen-elemen yang sekaligus merupakan karakteristik pendekatan
Kooperatif adalah sebagai berikut: saling ketergantungan positif, interaksi tatap muka, akunt-
abilitas individual, dan keterampilan hubungan antar pribadi (Nurhadi dan Senduk, 2013: 60)
Ada beberapa tipe dalam pembelajaran kooperatif, yakni Student Team Achievement
Division (STAD), Team Game Tournament (TGT), Team Assisted Individualization (TAI), Co-
operative Integrated Reading and Composition (CIRC), Jigsaw, Learning Together, dan Think-
Pair-Share (TPS). Pembelajaran koopertif yang dipilih dalam penelitian ini adalah pendekatan
Kooperatif Tipe TPS.
a. Guru memberikan pertanyaan pancingan masalah kepada siswa tentang materi ajar.
b. Siswa berfikir (thingking) menyelesaikan masalah terhadap materi yang sedang dibahas,
yakni mendeskripsikan sistem ekskresi manusia secara individual.
c. Siswa berpasangan (dua atau tiga siswa) untuk memikirkan masalah dari guru (pairing).
d. Masing-masing pasangan mengadakan sharing dengan pasangan lain.
e. Wakil dari masing-masing pasangan melaporkan hasil tugas yang telah dikerjakan dan
disharingkan dengan kelompok lain tersebut.
f. Pemberian evaluasi dan pendalaman materi ajar
Kerangka Berfikir
Berdasarkan kajian konseptual di atas, maka kerangka berfikir dalam menyelesaikan
masalah penelitian tindakan kelas ini adalah sebagai berikut:
46 Jurnal Ilmiah Inspirasi
Volume VIII I Nomor 1 I Maret 2022
Peningkatan Kemampuan Mendeskripsikan Sistem Ekskresi Manusia Harini
Melalui Pendekatan Kooperatif Tipe TPS Pada Siswa Kelas IX A SMP Guru SMPN 2 Rejoso
Negeri 2 Rejoso Tahun Pelajaran 2018/2019 Nganjuk
METODE PENELITIAN
1. Untuk data kuantitatif teknik analisis data yang digunakan adalah mean dan persentase, persentase
(%) dengan rumus berikut:
(1) mean nilai kemampuan mendeskripsikan sistem ekskresi manusia.
Skor yang diperoleh
Nilai Rata-rata =-------------------------- x 100 %
Skor Maksimal
(2) persentase keberhasilan
Jumlah siswa berhasil
Persentase Keberhasilan= ------------------------------x 100 %
Jumlah siswa di kelas
2. Untuk data kualitatif teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis membandingkan, yaitu
dengan membandingkan antara kondisi harapan dan kenyataan (Arikunto, 2012:230). Adapun rentang
skor ketuntasan belajar dapat dideskripsikan secara kuantitatif berdasarkan angka-angka dengan skala 0 –
100 dapat dideskripsikan secara kualitatif dengan kalimat atau kategori-kategori:
Penelitian ini dilakukan selama tiga bulan, yakni dari tanggal 25 september s.d 27 desember
2018. Subjek penelitian penelitian ini ialah siswa kelas IX A UPTD SMP Negeri 2 Rejoso, Kabupaten
Nganjuk Tahun Pelajaran 2018/2019 semester ganjil yang berjumlah 29 siswa. Tempat penelitian ini di
UPTD SMP Negeri 2 Rejoso Kabupaten Nganjuk. Objek penelitiannya adalah peningkatan kemampuan
mendeskripsikan sistem ekskresi manusia dan pendekatan kooperatif tipe TPS.
Prosedur Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan dengan pendekatan deskriptif kualitatif. Penelitian
deskriptif adalah “penelitian yang bertujuan membuat deskripsi, gambaran, atau lukisan secara sistematis,
faktual, dn akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat, serta hubungan antarfenomena yang diselidiki” (Nazir,
2012:63). Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif. Dinyatakan kualitatif karena
pelaksanaan penelitian ini menggunakan beberapa konsep dan prinsip metodologi penelitian kualitatif
(Moleong, 2010:4–8).
Prosedur penelitian ini direncanakan menggunakan dua siklus. Bila pada siklus kedua sudah ber-
hasil, maka peneliti tidak merencanakan kegiatan siklus III. Kegiatan yang harus dilakukan pada mas-
ing-masing siklus adalah tahap perencanaan (planning), tahap pelaksanaan (acting), tahap observasi (ob-
serving), dan tahap refleksi (reflecting).
1) Refleksi awal untuk mengidentifikasi permasalahan yang akan terjadi setelah mengetahui hasil
prasiklus/data awal
2) Menyusun alternatif pemecahan masalah (rencana tindakan) siklus 1.
3) Membuat RP yang berisi materi mendeskripsikan sistem ekskresi manusia.
Tahap Observasi
1) Melaksanakan observasi dalam pembelajaran perbaikan siklus 1.
2) Melakukan analisis data siklus 1 dari hasil observasi siklus 1.
Tahap Refleksi
1) Refleksi siklus 1.
2) Bila belum teratasi , perlu alternatif pemecahan (rencana tindakan siklus 2).
Perencanaan Kembali
1) Perencanaan kegiatan siklus berikutnya
2) Penyusunan RPP dan instrumen penelitian siklus II
1) Rencana tindakan siklus II untuk mengidentifikasi permasalahan yang akan terjadi setelah
mengetahui hasil siklus I.
2) Penyusunan rencana Pembelajaran dan instrumen penelitian siklus II
48 Jurnal Ilmiah Inspirasi
Volume VIII I Nomor 1 I Maret 2022
Peningkatan Kemampuan Mendeskripsikan Sistem Ekskresi Manusia Harini
Melalui Pendekatan Kooperatif Tipe TPS Pada Siswa Kelas IX A SMP Guru SMPN 2 Rejoso
Negeri 2 Rejoso Tahun Pelajaran 2018/2019 Nganjuk
Tahap Observasi
1) Melaksanakan observasi dalam pembelajaran perbaikan siklus 2.
2) Melakukan analisis data siklus 2 dari hasil observasi siklus 2.
Tahap Refleksi
1) Refleksi siklus 2.
2) Bila belum teratasi, perlu alternatif pemecahan (rencana tindakan siklus 3).
Berdasarkan hasil kegiatan sebelum penelitian yang diperoleh melalui kegiatan pemberian
tugas materi pokok mendeskripsikan sistem ekskresi manusia, dapat dilaporkan bahwa :
a. Nilai rata-rata kelas untuk pembelajaran mendeskripsikan sistem ekskresi manusia masih di
bawah rata-rata standar minimal prestasi yang diharapkan, yakni masih bawah 75,00 atau baru
mencapai 66,89. Berarti masih jauh dari keberhasilan minimal (masih kurang 8,44 nilai)
b. Jumlah siswa yang berhasil hanya 8 siswa dengan persentase jumlah siswa yang berhasil hanya
mencapai 25 %.
Pelaksanaan
Hasil kegiatan pada tahap pelaksanaan ini berupa jawaban tes akhir siklus I dari siswa yang diko-
reksi bersama pengamat. Setelah diadakan koreksi, maka hasil belajar siswa terhadap pembelajaran IPA
dengan materi pokok mendeskripsikan sistem ekskresi manusia adalah sebagai berikut:
a. Hasil dari pelaksanaan penelitian tindakan pada siklus I ini berdasarkan tabel di atas dapat
dinyatakan bahwa ada peningkatan hasil belajar siswa dari data awal berata-rata 66,89
menjadi 76,20 berarti ada kenaikan nilai sebesar 9,31
b. Rincian hasil belajar siswa kelas IX A dalam mendeskripsikan sistem ekskresi manusia adalah
sebagai berikut:
2 siswa memperoleh nilai 90 (antara 75-90) B (tuntas)
4 siswa memperoleh nilai 85 (antara 75-90) B (tuntas)
11 siswa memperoleh nilai 80 (antara 75-90) B (tuntas)
9 siswa memperoleh nilai 70 (antara 65-74) C (tidak tuntas)
3 siswa memperoleh nilai 60 (antara 65-74) C (tidak tuntas)
Perkembangan nilai siklus I dibanding dengan nilai kegiatan sebelumnya (prasiklus) menunjukkan
peningkatan sebagai berikut:
a. Nilai rata-rata meningkat 9,31 nilai (dari 66,89/data awal menjadi 76,20).
b. Jumlah siswa berhasil meningkat 9 siswa (dari 8 /prasiklus menjadi 17 siswa).
c. Persentase keberhasilan meningkat 31,04% (dari 27,58% / prasiklus menjadi 58,62%)
Observasi
Berdasarkan tabel hasil pengamatan pada siklus I, keaktifan siswa dalam belajar melalui pendeka-
tan kooperatif tipe TPS menunjukkan kenaikan persentase sebesar 39,4% dari data awal 22,2% menjadi
61,6% siswa telah berani melakukan diskusi dengan baik.
Refleksi
Berdasarkan hasil analisis data di atas dapat direfleksikan bahwa: “Penerapan pendekatan kooper-
atif tipe TPS yang dikembangkan pada siklus I belum berhasil, sehingga belum berpengaruh positif terha-
dap kemampuan mendeskripsikan sistem ekskresi manusia siswa kelas IX A UPTD SMP Negeri 2 Rejoso
” Dengan demikian perlu ada revisi sebagai langkah tindak lanjut pengembangan pendekatan kooperatif
tipe TPS. Pada siklus I ini jumlah siswa berhasil baru mencapai 58,62% (17 siswa). Sedangkan yang belum
berhasil masih 41,38% (12 siswa).
Di samping refleksi hasil belajar berupa prestasi belajar IPA, pada kegiatan pembelajaran telah tam-
pak berbagai keaktifan siswa. Sudah 61,6% siswa aktif berkerja sama dalam kelompoknya.
50 Jurnal Ilmiah Inspirasi
Volume VIII I Nomor 1 I Maret 2022
Peningkatan Kemampuan Mendeskripsikan Sistem Ekskresi Manusia Harini
Melalui Pendekatan Kooperatif Tipe TPS Pada Siswa Kelas IX A SMP Guru SMPN 2 Rejoso
Negeri 2 Rejoso Tahun Pelajaran 2018/2019 Nganjuk
Pelaksanaan
Setelah diadakan kegiatan berupa :
a. Pemantapan cara mendeskripsikan sistem ekskresi manusia
b. Pengoptimalan diskusi kelompok.
Nilai siswa dalam mendeskripsikan sistem ekskresi manusia mengalami peningkatan dan
dapat dideskripsikan hasilnya sbb :
a. Hasil dari pelaksanaan penelitian tindakan pada siklus II ini berdasarkan tabel di atas dapat din
yatakan bahwa Ada peningkatan prestasi belajar siswa dari siklus I berata-rata 73,13 menjadi
81,56 berarti ada kenaikan nilai sebesar 8,43 nilai.
b. Rincian hasil belajar siswa kelas IX A UPTD SMP Negeri 2 Rejoso dalam mendeskripsikan
sistem ekskresi manusia adalah sebagai berikut:
8 siswa memperoleh nilai 90 (antara 75-90) B (tuntas)
6 siswa memperoleh nilai 85 (antara 75-90) B (tuntas)
8 siswa memperoleh nilai 80 (antara 75-90) B (tuntas)
6 siswa memperoleh nilai 75 (antara 75-90) B (tuntas)
1 siswa memperoleh nilai 70 (antara 65-74) C (tidak tuntas)
Perkembangan nilai siklus II dibanding dengan nilai siklus I menunjukkan peningkatan
sebagai berikut:
a. Nilai rata-rata meningkat 6,21 (dari 76,20 /hasil siklus I menjadi 82,41).
b. Jumlah siswa berhasil meningkat 11 siswa (dari 17/siklus I menjadi 28 siswa).
c. Persentase keberhasilan meningkat 40,62% (dari 58,62%/ siklus I menjadi 96,55%)
Observasi
Selain hasil kegiatan berupa prestasi belajar (angka-angka), terdapat hasil pengamatan dari
pengamat berupa keaktifan diskusi siswa. Berdasarkan hasil pengamatan pada siklus II, kualitas be-
lajar melalui Penerapan Pendekatan kooperatif tipe TPS menunjukkan kenaikan persentase sebesar
29% dari data siklus I 61,6% menjadi 90,6% siswa telah berani melakukan diskusi dengan baik.
Refleksi
Berdasarkan hasil analisis di atas dapat direfleksikan bahwa: “Penerapan Pendekatan ko-
operatif tipe TPS yang dikembangkan pada siklus II sudah berhasil maksimal walaupun dengan
nilai rata-rata tidak terlalu tinggi, sehingga sudah sangat berpengaruh positif terhadap kemampuan
mendeskripsikan sistem ekskresi manusia pada siswa kelas IX A UPTD SMP Negeri 2 Rejoso .”
Dengan demikian tidak perlu ada revisi lagi sebagai langkah tindak lanjut pengembangan peng-
gunaan Pendekatan kooperatif tipe TPS. Pada siklus II ini jumlah siswa berhasil sudah mencapai
96,55% (28 siswa) dari 29 siswa.
Pembahasan
Berdasarkan hasil perhitungan pada siklus I dan II di atas, pekembangan hasil belajar IPA
materi pokok mendeskripsikan sistem ekskresi manusia tersebut dapat dilihat bahwa :
1. Perkembangan nilai rata-rata kelas, jumlah siswa, dan persentase keberhasilan siswa dalam
mendeskripsikan sistem ekskresi manusia pada setiap siklusnya selalu mengalami kenaikan.
52 Jurnal Ilmiah Inspirasi
Volume VIII I Nomor 1 I Maret 2022
Peningkatan Kemampuan Mendeskripsikan Sistem Ekskresi Manusia Harini
Melalui Pendekatan Kooperatif Tipe TPS Pada Siswa Kelas IX A SMP Guru SMPN 2 Rejoso
Negeri 2 Rejoso Tahun Pelajaran 2018/2019 Nganjuk
2. Pendekatan kooperatif tipe TPS dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa Kelas IX A
UPTD SMP Negeri 2 Rejoso Tahun Pelajaran 2018/2019 dalam mendeskripsikan sistem
ekskresi manusia .
Saran
1. Pendekatan kooperatif tipe TPS perlu dimanfaatkan oleh para guru untuk dapat
meningkatkan efektivitas pembelajaran dengan mempertimbangkan materi pelajaran, kondisi/
kemampuan siswa dan aspek – aspek lain yang berkaitan dengan proses belajar mengajar.
2. Agar tujuan pembelajaran melalui pendekatan kooperatif tipe TPS dapat tercapai
dengan efektif dan efisien maka guru harus mampu membangkitkan minat dan motivasi
siswa untuk ikut terlibat secara aktif dalam kegiatan belajar mengajar yang sedang berlangsung
dengan cara menciptakan suasana belajar yang menggairahkan dan menyenangkan.
DAFTAR RUJUKAN
Arends, R.I. 2008. Filosofi, Pendekatan, dan Penerapan Pembelajaran Metode Kasus. Yogya
karta: Kerjasama Penerbit Andi - Majelis Guru Besar UGM – Magister Manajemen
UGM.
Arikunto, Suharsimi. 2012. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka
Cipta.
Depag RI. 2014. Motivasi dan Etos Kerja Modul Orientasi Pembekalan Calon PNS. Jakarta:
Proyek Pembibitan Calon Tenaga Kependidikan Biro Kepegawaian Sekjen Depag RI.
Depdiknas. 2013. Undang-undang Nomor: 20 Tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan Nasi
onal. Jakarta: Dirjen Dikdasmen.
Depdiknas. 2016. Peraturan Menteri RI Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi Satuan
Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Depdiknas .
Gunawati. 2008. Contextual Teaching and Learning IPA: Sekolah Menengah Pertama/ Ma
drasah Tsanawiyah Kelas IX Edisi 4. Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendi
dikan Nasional
Gulo. 2012. Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionaisme Guru. Jakarta: Ra
jawali Pers.
Hasibuan,JJ, Drs. Dkk. 2016. Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Ibrahim, Muslimin, Pida Rachmadiarti, Mohamad Nur, dan Ismono. 2014. Pembelajaran Ko
operatif. Surabaya: Universitas Negeri Surabaya.
Moleong. 2000. Metode Penelitian Praktis. Jakarta: Rineka Cipta.
Nasution, S. 2013. Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan Mengajar. Jakarta: Bumi
Aksara.
Nurhadi dan Senduk, Agus Gerrad. (2013) Pembelajaran Kontekstual dan Penerapannya da
lam KBK. Malang: Penerbit Universitas Negeri Malang.
Sudjatmiko, dkk. 2004. Kurikulum Berbasis Kompetensi dalam Menunjang Kecakapan
Hidup Siswa. Jakarta: Dirjen Dikdasmen.
Suyatno. 2008. Aneka Model Pembelajaran. Surabaya: UNESHA
54 Jurnal Ilmiah Inspirasi
Volume VIII I Nomor 1 I Maret 2022
PENERAPAN PEMBELAJARAN PJOK
BERBASIS PERMAINAN YANG
MENYENANGKAN BAGI PESERTA
DIDIK TINGKAT SMP
Oleh:
Slamet Sujiono
Guru PJOK SMPN 1 Pakis Kabupaten Malang
ABSTRAK
Pembelajaran PJOK bagi peserta didik yang dilaksanakan dengan cara bermain yang
menyenangkan, dapat memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengulang-ulang,
bereksplorasi, mempraktekkan, dan mendapatkan bermacam-macam konsep.
PENDAHULUAN
Pada umumnya peserta didik itu senang pada pembelajaran mata pelajaran PJOK.
Senangnya peserta didik itu bermacam-macam alasan, ada yang senang berkegiatan di luar ke-
las karena jenuh di dalam kelas, ada yang senang karena bisa bermain-main di luar kelas, atau
ada yang karena memang peserta didik itu senang pada kegiatan olahraga. Keadaan seperti
itu merupakan modal awal yang sangat baik untuk melakukan kegiatan pembelajaran. Namun
pada tingkat pelaksanaannya, pembelajaran mata pelajaran PJOK menjadi tidak menarik bagi
peserta didik. Bahkan yang lebih fatal adalah peserta didik menjadi tidak suka atau takut terh-
adap pembelajaran mata pelajaran PJOK.
Penyebab dari ketidak sukaan peserta didik terhadap pembelajaran mata pelajaran
PJOK, ada beberapa penyebab, salah satunya adalah yang bersumber dari keberadaan pengajar
(guru). Adapun penyebab ketidak sukaan peserta didik terhadap pembelajaran mata pelajaran
PJOK yang bersumber dari kebaradaan guru, yang paling menonjol adalah kurangnya variasi
dalam pembelajaran dan cenderung monoton.
55 Jurnal Ilmiah Inspirasi
Volume VIII I Nomor 1 I Maret 2022
Slamet Sujiono Penerapan pembelajaran PJOK berbasis permainan yang
Guru PJOK SMPN 1 Pakis Kabupaten menyenangkan bagi peserta didik tingkat SMP
Malang
Guru terkadang melaksanakan pembelajaran langsung pada materi pembelajaran. Peserta didik
tidak berusaha diajak pada permulaan kegiatan yang menyenangkan.
Salah satu variasi yang bisa diberikan dalam pembelajaran PJOK adalah adanya kegiatan per-
mainan yang menyenangkan (fun game) di sela-sela pemberian materi pembelajaran. Bentuk-bentuk
permainan yang menyenangkan bisa diberikan dengan menyesuaikan tingkat usia peserta didik. Dan
alangkah lebih baik lagi kalau permainan itu bisa dikaitkan dengan materi sedang dipelajarinya.
Dengan diberikan kegiatan permainan yang menyenangkan dalam pembelajaran, diharapkan
akan menambah motivasi peserta didik untuk berparisipasi aktif dalam mengikuti kegiatan pembela-
jaran PJOK.
Pembelajaran menyenangkan merupakan suasana belajar mengajar yang dapat memusatkan
perhatiannya secara penuh saat belajar sehingga curahan perhatian peserta didik sangat tinggi. Pem-
belajaran menyenangkan dapat diartikan sebagai pembelajaran yang dapat menarik perhatian peserta
didik dengan berbagai metode yang diterapkan, sehingga saat pembelajaran berlangsung peserta didik
tidak merasa bosan. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa pembelajaran menyenangkan adalah
suatu proses pembelajaran yang berlangsung dalam suasana yang menyenangkan dan mengesankan.
Suasana pembelajaran yang menyenangkan dan berkesan akan menarik minat peserta didik untuk
terlibat secara aktif, sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai maksimal.
PEMBAHASAN
Konsep Pembelajaran Pjok Dan Permainan Yang Menyenangkan
Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan nomor 58 tahun 2014, menya-
takan bahwa salah satu mata pelajaran di pendikan dasar dan menengah adalah mata pelajaran Pendi-
dikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan (PJOK).
Tujuan utama pembelajaran PJOK di sekolah adalah membantu siswa agar meningkatkan ket-
erampilan gerak mereka, disamping agar mereka merasa senang dan mau berpartisipasi dalam berbagai
aktivitas. Diharapkan apabila mereka memiliki pondasi pengembangan keterampilan gerak, pemaha-
man kognitif, dan sikap yang positif terhadap aktivitas jasmani kelak akan menjadi manusia dewasa
yang sehat dan segar jasmani dan rohani serta kepribadian yang mantap (Muhajir, 2017: 10).
Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan (PJOK) sebagai komponen pendidikan secara
keseluruhan telah disadari oleh banyak kalangan, termasuk oleh pemerintah. Namun, dalam pelaksa-
naannya pengajaran PJOK masih perlu disempurnakan, salah satunya adalah model pembelajarannya.
Model pembelajaran PJOK haruslah berpusat pada siswa. Orientasi pembelajaran harus disesuaikan
dengan perkembangan siswa, isi dan urusan materi serta cara penyampaian harus disesuaikan seh-
ingga menarik dan menyenangkan, sasaran pembelajaran ditujukan bukan hanya mengembangkan
keterampilan olahraga, tetapi pada perkembangan pribadi siswa seutuhnya. Konsep dasar Pendidikan
Jasmani Olahraga Kesehatan (PJOK) dan model pengajaran yang efektif perlu dipahami oleh mereka
yang hendak mengajar PJOK.
56 Jurnal Ilmiah Inspirasi
Volume VIII I Nomor 1 I Maret 2022
Penerapan pembelajaran PJOK berbasis permainan yang Slamet Sujiono
menyenangkan bagi peserta didik tingkat SMP Guru PJOK SMPN 1 Pakis Kabupaten
Malang
Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan (PJOK) bukan hanya merupakan aktivitas pengemban-
gan fisik secara terisolasi, akan tetapi harus berada dalam konteks pendidikan secara umum (general educa-
tion). Sudah barang tentu proses tersebut dilakukan dengan sadar dan melibatkan interaksi sistematik antar
pelakunya untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Menurut Buku Guru Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan (PJOK) yang diterbit oleh Kemen-
dikbud, bahwa pengertian dari Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan (PJOK) adalah pendidikan yang
menggunakan aktivitas jasmani untuk menghasilkan peningkatan secara menyeluruh terhadap kualitas fisik,
mental, dan emosional siswa. Kata aktivitas jasmani mengandung makna bahwa pembelajaran berbasis aktivi-
tas fisik. Kata olahraga mengandung makna aktivitas jasmani yang dilakukan dengan tujuan untuk memeliha-
ra kesehatan dan memperkuat otot-otot tubuh (Muhajir, 2017).
Salah satu definisi pendidikan jasmani yang lain adalah definisi yang dilontarkan pada Lokakarya Na-
sional tentang Pembangunan olahraga pada tahun 1981 (Abdul Gafur, 1983:8-9) yang dikembangkan oleh
penulis (Cholik Mutohir, 1992) adalah Pendidikan jasmani merupakan suatu proses pendidikan seseorang
sebagai perorangan atau anggota masyarakat yang dilakukan secara sadar dan sistematik melalui berbagai ke-
giatan jasmani untuk memperoleh pertumbuhan jasmani, kesehatan dan kesegaran jasmani, kemampuan dan
keterampilan, kecerdasan dan perkembangan watak serta kepribadian yang harmonis dalam rangka pemben-
tukan manusia Indonesia berkualitas berdasarkan Pancasila.
Secara eksplisit istilah pendidikan jasmani dibedakan dengan olahraga. Dalam arti sempit olahraga
diidentikkan sebagai gerak badan. Olahraga ditilik dari asal katanya dari bahasa jawa olah yang berarti mel-
atih diri dan rogo (raga) berarti badan. Secara luas olahraga dapat diartikan sebagai segala kegiatan atau
usaha untuk mendorong, membangkitkan, mengembangkan dan membina kekuatan-kekuatan jasmaniah
maupun rokhaniah pada setiap manusia. Definisi lain yang dilontarkan pada Lokakarya Nasional Pembangu-
nan Olahraga (Abdul Gafur, 1983:8-9) secara eksplisit berbeda dengan pendidikan jasmani. Definisi tersebut
dikembangkan penulis (Cholik Mutohir, 1992) menjadi Olahraga adalah proses sistematik yang berupa se-
gala kegiatan atau usaha yang dapat mendorong mengembangkan, dan membina potensi-potensi jasmaniah
dan rohaniah seseorang sebagai perorangan atau anggota masyarakat dalam bentuk permainan, perlombaan/
pertandingan, dan kegiatan jasmani yang intensif untuk memperoleh rekreasi, kemenangan, dan prestasi pun-
cak dalam rangka pembentukan manusia Indonesia seutuhnya yang berkualitas berdasarkan Pancasila.
Dapat disimpulkan bahwa Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan (PJOK) merupakan proses
pendidikan yang memanfaatkan aktivitas jasmani dan direncanakan peserta didik secara sistematik bertu-
juan untuk meningkatkan individu secara organik, neuromoskuler, perseptual, kognitif, sosial dan emosional.
Pembelajaran PJOK adalah sebuah proses pengembangan pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang terjadi
pada mata pelajaran Pendidikan Jasmani, olahraga dan Kesehatan (PJOK) dengan melakukan interaksi secara
intensif dengan sumber-sumber belajar. Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan (PJOK) merupakan ba-
gian integral dari pendidikan secara keseluruhan, bertujuan untuk mengembangkan aspek kebugaran jasmani,
keterampilan gerak, keterampilan berfikir kritis, keterampilan sosial, penalaran, stabilitas emosional, tindakan
moral, aspek pola hidup sehat dan pengenalan lingkungan bersih melalui aktivitas jasmani yang direncanakan
secara sistematis dalam rangka mencapai tujuan pendidikan nasional.
Menurut Peraturan Pemerintah No. 57 tahun 2021 pasal 12 ayat 1 berbunyi “Pelaksanaan pembela-
jaran diselenggarakan dalam suasana belajar yang: interaktif; inspiratif; menyenangkan; menantang; memo-
tivasi Peserta Didik untuk berpartisipasi aktif; dan memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas,
kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik, serta psikologis Peserta Didik”. Dalam
peraturan itu ditekankan salah satunya pentingan pembelajaran yang menyenangkan. Salah satu bentuk pem-
belajaran yang menyenangkan adalah adanya aktivitas permainan yang menyenangkan bagi peserta didik.
Permainan yang menyenangkan adalah suatu kegiatan yang dilakukan berulang ulang dan menim-
bulkan kesenangan/kepuasan bagi diri seseorang. Bermain juga merupakan sarana sosialisasi yang dapat
memberi anak kesempatan untuk bereksplorasi, menemukan, mengekspresikan perasaan, berkreasi, dan be-
lajar secara menyenangkan. Bermain dijadikan sebagai salah satu alat utama yang menjadi latihan untuk
pertumbuhannya. Bermain dikatakan menyenangkan karena anak mencobakannya dan tidak hanya di dalam
fantasinya, tetapi nyata aktivitas yang dilakukan anak (Conny R. Semiawan, 2008: 20). Bermain diarti-
kan sebagai kegiatan yang dilakukan demi kesenangan dan tanpa mempertimbangkan hasil akhir. Kegiatan
tersebut dilakukan secara sukarela tanpa paksaan atau tekanan dari pihak luar (Hurlock dalam Tadkiroatun
Musfiroh, 2005: 2). Bagi anak, bermain adalah aktivitas yang dilakukan karena ingin, bukan karena harus
memenuhi tujuan atau keinginan orang lain. Bermain diartikan sebagai suatu kegiatan atau tingkah laku yang
dilakukan anak secara sendirian atau berkelompok dengan menggunakan alat atau untuk mencapai tujuan
tertentu (Soegeng Santoso dalam Rani Yulianti, 2012: 7). Dengan bermain anak-anak akan berusaha untuk
memiliki keinginan dan mencapai keinginannya. Melalui bermain, semua aspek perkembangan anak dapat
ditingkatkan. Dengan bermain secara bebas anak dapat berekspresi dan bereksplorasi untuk memperkuat
hal-hal yang sudah diketahui dan menemukan hal-hal baru. Bermain juga dikatakan suatu kegiatan yang
dilakukan dengan atau tanpa mempergunakan alat yang menghasilkan pengertian atau memberikan infor-
masi, memberikan kesenangan maupun mengembangkan imajinasi yang lebih mendominan pada belahan
otak kiri anak usia dini (Anggani Sudono, 2000:5). Jika pengertian bermain dipahami dan sangat dikuasai
oleh guru, maka kemampuan itu akan berdampak positif dari cara guru dalam membantu proses belajar anak.
Pada saat bermain, guru perlu mengetahui saat yang tepat untuk melakukan dan menghentikan intervensi,
karena jika tidak memahami secara benar dan tepat, hal ini akan membuat anak frustrasi. Setiap anak senang
bermain dan setiap anak akan sangat menikmati permainan yang ia pilih, tanpa terkecuali. Melalui bermain
anak dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Dapat dikatakan bahwa walaupun bermain bukan
merupakan suatu pekerjaan, tapi bagi anak bermain merupakan sesuatu yang serius baginya.
Ada 5 (lima) manfaat nyata dari bermain, yaitu manfaat motorik, afektif, kognitif, spiritual, dan ke-
seimbangan. Manfaat motoric adalah manfaat yang berhubungan dengan nilainilai positif mainan yang ter-
jadi pada fisik/jasmaniah anak. Biasanya hal ini berhubungan dengan unsur-unsur kesehatan, keterampilan,
ketangkasan, maupun kemmpuan fisik tertentu. Manfaat afeksi yaitu manfaat mainan yang berhubungan
dengan perkembangan psikologis anak. Unsur-unsur yang mencakup dalam kelompok ini, antara lain nalu-
ri/insting, perasaan, emosi, sifat/karakter/ watak, maupun kepribadian seseorang.
58 Jurnal Ilmiah Inspirasi
Volume VIII I Nomor 1 I Maret 2022
Penerapan pembelajaran PJOK berbasis permainan yang Slamet Sujiono
menyenangkan bagi peserta didik tingkat SMP Guru PJOK SMPN 1 Pakis Kabupaten
Malang
Manfaat kognitif adalah mannfaat mainan untuk perkembangan kecerdasan anak. Biasanya, ini
berhubungan dengan kemampuan imajinasi, pembentukan nalar, logika, maupun pengetahuan-pengeta-
huan sistematis. Bermain memiliki ciri-ciri yang khas yang membedakannya dari kegiatan lain.
Berdasarkan uraian di atas, maka secara umum ciri kegiatan bermain adalah menyenangkan,
memiliki motivasi intrinsik, spontan/sukarela, ada peran aktif pemain, aktif, dan fleksibel. Dengan de-
mikian, guru tidak dapat terlalu banyak ikut campur karena itu akan merusak hakikatnya bermain.
Bermain mempunyai nilai dan ciri yang penting dalam kemajuan perkembangan kehidupan sehari-hari
seorang anak, yaitu:
a. Arti bermain bagi anak karena bermain mengandung resiko, walaupun permainan dalam bentuk
sederhana.
b. Unsur lain bermain adalah pengulangan, anak dapat memperoleh kesempatan untuk mewujudkan
kegiatan bermainnya dalam nuansa yang berbeda sehinggsa keterampilannya meningkat.
c. Melalui bermain anak secara aman dapat menyatakan kebutuhannya tanpa dihukum dan ditegur
(Conny R. Semiawan, 2008: 20).
Berdasarkan kutipan di atas, bermain merupakan kebutuhan mendasar bagi anak sehingga per-
lu usaha guru untuk mewujudkan kegiatan itu sehingga meningkatkan kreativitas dan mengembangkan
potensi mereka secara optimal. Belajar bagi anak yang dilaksanakan dengan cara bermain memberikan
kesempatan kepada anak untuk mengula-ngulang, menemukan sendiri, bereksplorasi, mempraktekkan,
dan mendapatkan bermacam-macam konsep serta pengertian yang tidak terhitung banyaknya, karena
kegiatan belajar dan bermain yang dilaksanakan sangat menyenangkan mereka.
Suasana pembelajaran yang menyenangkan dan berkesan akan menarik minat peserta didik untuk terlibat
secara aktif, sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai maksimal.
Menurut Iif Khoiru Ahmadi (2011: 31), menyenangkan berarti sifat terpesona dengan keindahan,
kenyamanan, dan kemanfaatannya sehingga mereka terlibat dengan asyik dalam belajar sampai lupa waktu,
penuh percaya diri, dan tertantang untuk melakukan hal serupa atau hal yang lebih berat lagi. Pembelajaran
menyenangkan adalah suatu proses pembelajaran yang berlangsung dalam suasana yang menyenangkan
dan mengesankan. Suasana pembelajaran yang menyenangkan dan berkesan akan menarik minat peserta
didik untuk terlibat secara aktif, sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai maksimal. Di samping itu,
pembelajaran yang menyenangkan dan berkesan akan menjadi hadiah, reward bagi peserta didik yang pada
gilirannya akan mendorong motivasinya aktif dan berprestasi pada kegiatan belajar berikutnya (Ismail,
2008: 47). Menurut Rusman (2010: 326), pembelajaran menyenangkan merupakan suatu proses pembela-
jaran yang di dalamnya terdapat hubungan yang kuat antara guru dan siswa, tanpa ada perasaan terpaksa
atau tertekan. Dengan kata lain, pembelajaran menyenangkan memiliki pola hubungan yang baik antara
guru dan anak. Anak akan bersemangat dan gembira dalam belajar karena mereka tahu apa makna dan gu-
nanya belajar, karena belajar sesuai dengan minat dan hobinya, karena mereka dapat memadukan konsep
pembelajaran yang sedang dipelajarinya dengan kehidupan sehari-hari, bahkan dengan berbagai topik yang
sedang “in” berkembang di dalam masyarakat. Pembelajaran yang menyenangkan merupakan salah satu
model dalam pembelajaran yang mendukung pengembangan berpikir kreatif dan menciptakan suasana
belajar yang menyenangkan. Dengan adanya model-model pembelajaran yang dapat menyenangkan dan
menarik perhatian anak, diharapkan anak merasa senang dan bahagia dalam mengikuti aktivitas. Lebih
jauh lagi, anak dapat mengembangkan kreativitasnya dalam mengembangkan pengetahuan, sikap, nilai,
dan perilaku yang bertanggung jawab terhadap lingkungan sekitarnya. Dengan demikian, pembelajaran
yang diberikan guru dapat mencapai sasaran sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Dave Meier dalam
Indrawati, dkk. (2009: 16) memberikan pengertian menyenangkan sebagai suasana belajar dalam keadaan
gembira. Dapat diartikan bahwa suasana gembira di sini bukan berarti suasana ribut, hura-hura, kesenan-
gan yang sembrono dan kemeriahan yang dangkal. Rose and Nocholl dalam Jamal Ma’mur Asmani
(2011b 84–85) mengatakan bahwa ciriciri pembelajaran yang menyenangkan adalah:
a. Menciptakan lingkungan tanpa stress(rileks).
b. Materi yang diberikan relevan dengan tingkat perkembangan anak.
c. Belajar secara emosional, seperti adanya humor dan dukungan semangat.
d. Melibatkan semua indera dan otak kiri (analitis) maupun kanan (sosial).
e. Menantang peserta didik dan mengekspresikan apa yang sedang dipelajari.
60 Jurnal Ilmiah Inspirasi
Volume VIII I Nomor 1 I Maret 2022
Penerapan pembelajaran PJOK berbasis permainan yang Slamet Sujiono
menyenangkan bagi peserta didik tingkat SMP Guru PJOK SMPN 1 Pakis Kabupaten
Malang
Pendapat di atas hampir sama dengan pandangan Mohammad Jauhar (2011: 164), yang menya-
takan bahwa ciri pokok pembelajaran yang menyenangkan, ialah: adanya lingkungan yang tidak membuat
tegang, aman, menarik, tidak membuat ragu anak untuk melakukan sesuatu, menggunakan semua indera,
dan terlihat anak antusias dalam beraktivitas. Akibatnya, dalam pembelajaran yang menyenangkan guru
tidak membuat anak takut salah dan dihukum, takut ditertawakan teman-teman, takut dianggap sepele
oleh guru atau teman. Di sisi lain, pembelajaran yang menyenangkan dapat membuat anak berani ber-
tanya, mencoba/berbuat, mengemukakan pendapat/gagasan, dan berani mempertanyakan gagasan orang
lain.
Sedangkan ditinjau dari segi guru antara lain guru tidak membuat siswa takut salah, tidak mem-
buat siswa ditertawakan teman lain, tidak membuat siswa dianggap sepele, serta dapat menumbuhkan
motivasi belajar siswa. Indrawati, dkk. (2009: 16) menyatakan ciri-ciri suasana belajar yang
menyenangkan adalah:
a. Rileks
b. Bebas dari tekanan
c. Aman
d. Menarik
e. Bangkitnya minat belajar
f. Adanya keterlibatan penuh
g. Perhatian peserta didik tercurah
h. Lingkungan belajar yang menarik (misalnya, keadaan kelas terang, pengaturan tempat duduk leluasa
untuk peserta didik bergerak)
i. Bersemangat
j. Perasaan gembira
k. Konsentrasi tinggi
a. Tertekan
b. Perasaan terancam
c. Perasaan menakutkan
d. Merasa tidak berdaya
e. Tidak bersemangat
f. Malas/tidak berminat
g. Jenuh/bosan
h.Suasana pembelajaran monoton
i. Tidak menarik
Menurut Syaiful Sagala (2009: 176), menyenangkan dalam pembelajaran dapat dilihat dari:
(a) tidak tertekan, (b) bebas berpendapat, (c) tidak mengantuk, (d) bebas mencari obyek, (e) tidak jemu,
(f) banyak ide, (g) santai tapi serius, (h) dapat berkomunikasi dengan orang lain, (i) tidak merasa canggu-
ng, (j) belajar di alam bebas, dan (k) tidak takut.
Jika anak melakukan suatu aktivitas dengan melihat beberapa hal di atas berarti anak berada
dalam kondisi yang menyenangkan. Pembelajaran yang menyenangkan dapat memberikan tantangan
kepada anak untuk berpikir, mencoba belajar lebih lanjut, penuh dengan percaya diri dan mandiri untuk
mengembangkan potensi diri optimal. Dengan demikian, diharapkan kelak anak menjadi manusia yang
berkarakter penuh percaya diri, menjadi dirinya sendiri.
62 Jurnal Ilmiah Inspirasi
Volume VIII I Nomor 1 I Maret 2022
Penerapan pembelajaran PJOK berbasis permainan yang Slamet Sujiono
menyenangkan bagi peserta didik tingkat SMP Guru PJOK SMPN 1 Pakis Kabupaten
Malang
Dalam rangka menciptakan pembelajaran yang menyenangkan, beberapa hal yang harus dilakukan
oleh guru antara lain:
a. Menyapa siswa dengan ramah dan bersemangat
Menciptakan awal yang berkesan adalah penting karena akan mempengaruhi proses selanjutnya.
Jika awalnya baik, menarik, dan memikat, maka proses pembelajaran akan lebih hidup dan menggairah-
kan. Oleh karena itu selalu awali kegiatan pembelajaran dengan memberikan sapaan hangat kepada peserta
didik. Karena sapaan hangat dan raut wajah cerah memantulkan energi positif yang dapat mempengaruhi
semangat peserta didik.
c. Memotivasi siswa
Motivasi adalah sebuah konsep utama dalam banyak teori pembelajaran. Motivasi ini sangatlah
dikaitkan dengan dorongan, perhatian, kecemasan, dan umpan balik/penguatan. Adanya dorongan dalam
diri individu untuk belajar bukan hanya tumbuh dari dirinya secara langsung, tetapi bisa saja karena rang-
sangan dari luar, misalnya berupa stimulus model pembelajaran yang menarik memungkinkan respon yang
baik dari diri peserta didik yang akan belajar. Respon yang baik tersebut, akan berubah menjadi sebuah
motivasi yang tumbuh dalam dirinya, sehingga ia merasa terdorong untuk mengikuti proses pembelajaran
dengan penuh perhatian dan antusias. Para guru dapat menyadari bahwa pembelajaran dengan bermain
dan menyenangkan dapat meningkatkan keberhasilan dalam proses pembelajaran. Oleh karena itu, guru
hendaknya dapat menciptakan suasana yang menyenangkan dalam setiap proses pembelajaran. Beberapa
cara yang dapat dipakai guru untuk menciptakan pembelajaran melalui yang menyenangkan antara lain
dengan menggunakan metode yang bervariasi, menciptakan suasana yang rileks, memotivasi peserta di-
dik, dan menyapa peserta dengan hangat dan antusias. Dalam konteks pembelajaran menyenangkan guru
dituntut tidak hanya memerankan diri sebagai pengajar atau pendidik, tetapi juga sebagai fasilitator dan
motivator bagi peserta didik.
Bentuk permainan dapat dipilih sebagai pendekatan yang digunakan dalam mengajar mata pela-
jaran Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan (PJOK) untuk anak SMP karena selain sesuai dengan
perkembangan fisik dan psikologis anak pada masa itu. Kegaiatan permainan juga banyak unsur pedagogis
yang dapat diambil dari sebuah permainan, antara lain, menanamkan kejujuran, meningkatkan keberanian
dan kepercayaan diri anak, melatih anak untuk bertanggung jawab atas segala perilakunya, melatih anak
berpikir cepat. Kegiatan permainan yang digunakan dalam pengajaran Pendidikan Jasmani Olahraga dan
Kesehatan (PJOK) dapat dimodifikasi, sehingga melalui permainan itu juga, anak secara tidak langsung
mendapatkan pengetahuan tentang alam dan sosial. Bahkan secara menyeluruh dari aspek psikomotor,
kognitif, dan afektif dapat tersentuh dan tercapai tujuannya.
Menurut Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan nomor 22 tahun 2016 tentang standar
proses pendidikan dasar dan menengah, dikatakan bahwa pelaksanaan pembelajaran merupakan imple-
mentasi dari RPP, meliputi kegiatan pendahuluan, inti dan penutup. Di dalam tahap-tahap pelaksanaan
pembelajaran tersebut di masing tahapan bisa disisipi kegiatan permainan yang mnyenangkan untuk
memberikan suasana variatif dan menyenangkan kepada peserta didik.
Bagaimana untuk bisa mensisipkan kegiatan permainan yang menyenang dalam pembelajaran
PJOK?. Kegiatan permainan yang menyenangkan bisa disisipkan dalam kegiatan pembelajaran PJOK,
meliputi:
a. Kegiatan Pendahuluan Pembelajaran
Pada kegiatan pendahuluan dalam pembelajaran PJOK biasanya dimulai dengan membariskan pe-
serta didik. Setelah itu dilanjutkan dengan berdoa bersama dan mengucapkan salam. Selanjutnya guru
mendata kehadiran peserta didik dan memastikan keadaan kesehatan peserta didik. Setelah itu guru men-
jelaskan gambaran umum materi pelajaran dan tujuan pembelajaran.
Setelah kegiatan berdoa bersama, peserta didik bisa diajak untuk melakukan permainan yang menyenang-
kan atau fun game yang ringan. Dari kegiatan permainan yang menyenangkan ini, diharapkan dapat
menarik perhatian peserta didik, yang sebelum mungkin belum berkonsentrasi secara penuh.
64 Jurnal Ilmiah Inspirasi
Volume VIII I Nomor 1 I Maret 2022
Penerapan pembelajaran PJOK berbasis permainan yang Slamet Sujiono
menyenangkan bagi peserta didik tingkat SMP Guru PJOK SMPN 1 Pakis Kabupaten
Malang
Jika Guru menyebutkan “gajah”, maka semua peserta didik harus menjawab “kecil” dengan disertai gerakan
tangan membentuk lingkaran kecil, sebaliknya jika guru menyebutkan “semut”, maka semua peserta didik
harus menjawab “besar” dengan disertai gerakan tangan membentuk lingkaran kecil,
d) Bila peserta didik melakukan kesalahan, maka dikenai hukuman. (Fika Rumpaka Dewi,2012)
2. Lari Berkelompok
Kegiatan ini bertujuan untuk melatih otot kaki dan kerjasama pada peserta didik. Kegiatan ini bisa
digunakan pemanasan untuk pembelajaran aktivitas atletik. Cara permainan :
a) Semua peserta didik dibagi 4 kelompok,
b) Setiap kelompok memindahkan teman satu regu, dari satu titik ke titik lain yang jarak antar peserta
didik 10 meter.
c) Pada saat memindahkan teman satu regu secara satu persatu dengan cara digandeng tangannya.
d) Rangkaian gandengan tangan tidak boleh dilepas kalo semua anggota regu sudah mengitari titik yang
telah ditentukan.
e) Ketentuan memindahkan teman satu regu:
• Memindahkan peserta didik satu per satu.
• Gandengan tangan dalam satu regu tidak boleh lepas.
• Setiap kelompok harus melewati titik-titik yang telah ditentukan.
f) Bila peserta didik melakukan kesalahan, maka dikenai hukuman.
g) Bila semua peserta didik tidak melakakukan kesalahan, kelompok yang bolanya paling akhir masuk
finish, maka akan dikenai hukuman. (Putra Lengkong dkk, 2008)
66 Jurnal Ilmiah Inspirasi
Volume VIII I Nomor 1 I Maret 2022
Penerapan pembelajaran PJOK berbasis permainan yang Slamet Sujiono
menyenangkan bagi peserta didik tingkat SMP Guru PJOK SMPN 1 Pakis Kabupaten
Malang
Hal-hal yang perlu diperhatikan untuk melaksanakan kegiatan ‘permainan yang menyenangkan’ da-
lam pembelajaran, sebagai berikut:
a. Ciptakanlah suasana yang rileks, yaitu dengan menciptakan lingkungan yang nyaman. Selain itu,
ciptakanlah suasana kelas dimana peserta didik tidak takut melakukan kesalahan.
b. Lakukan penggunaan ‘permainan yang menyenangkan’ dengan tema yang berbeda-beda. Hindari
penggunaan ‘permainan yang menyenangkan’ yang berulang-ulang dalam model yang sama, supaya
tidak berkesan membosankan.
c. Perbanyak koleksi ‘permainan yang menyenangkan’ dengan memodifikasi ‘permainan yang
menyenangkan’ yang ada, mencari di internet atau dari berbagai sumber. Sehingga setiap pertemuan
pembelajaran kegiatan ‘permainan yang menyenangkan’ berbeda-beda bentuk dan model.
d. Perlu dingat bahwa kegiatan ‘permainan yang menyenangkan’ hanya kegiatan penunjang dari kegiatan
pembelajaran. Maka dari jangan sampai memakan waktu yang terlalu panjang, sehingga
menghabiskan waktu untuk kegiatan utama pembelajaran.
KESIMPULAN
Belajar adalah suatu proses perubahan perilaku yang bersifat menetap melalui serangkaian
pengalaman. Belajar tidak sekadar berhubungan dengan buku-buku yang merupakan salah satu
sarana belajar, melainkan berkaitan pula dengan interaksi anak dengan lingkungannya, yaitu pen-
galaman. Hal yang penting dalam belajar adalah perubahan perilaku, dan itu menjadi target dari
belajar.
Guru dapat menerapkan belajar dan bermain menyenangkan sebagai pondasi awal dalam
meningkatkan kualitas tumbuhkembang peserta didik. Anak dapat mengekspresikan diri dalam
menjalani seluruh aktivitas, tanpa adanya paksaan, pengendalian dari para pendidik yang berada di
sekitarnya, namun tetap mewujudkan prinsip belajar dan bermain menyenangkan hingga potensi
yang ada pada dirinya berkembang optimal. Guru dapat menciptakan suasana pembelajaran sede-
mikian rupa yang mengaktifkan dan menyenangkan anak, yang dapat membuat peserta didik aktif,
kreatif, mencurahkan perhatian/konsentrasi penuh dalam suasana pembelajaran yang menimbul-
kan kenyamanan bagi anak sehingga proses pembelajaran dapat dicapai secara optimal seiring den-
gan perkembangan potensi dalam diri peserta didik tersebut.
Menurut Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan nomor 22 tahun 2016 tentang
standar proses pendidikan dasar dan menengah, dikatakan bahwa pelaksanaan pembelajaran mer-
upakan implementasi dari RPP, meliputi kegiatan pendahuluan, inti dan penutup. Di dalam tahap-
tahap pelaksanaan pembelajaran tersebut di masing tahapan bisa disisipi kegiatan permainan yang
mnyenangkan untuk memberikan suasana variatif dan menyenangkan kepada peserta didik.
68 Jurnal Ilmiah Inspirasi
Volume VIII I Nomor 1 I Maret 2022
Penerapan pembelajaran PJOK berbasis permainan yang Slamet Sujiono
menyenangkan bagi peserta didik tingkat SMP Guru PJOK SMPN 1 Pakis Kabupaten
Malang
DAFTAR RUJUKAN
Anggani Sudono. Sumber Belajar dan Alat Permainan untuk PAUD. Jakarta, Grasindo, 2000
Conny R. Semiawan. Belajar dan Pembelajaran Prasekolah dan Sekolah Dasar. Jakarta, Indeks,
2008.
Cholik Mutohir. T. Gagasan-gagasan tentang Pendidikan Jasmani dan Olahraga. Surabaya,
Unesa University Press, 2002.
Cholik M, Toho & Rusli Lutan. Pendidikan Jasmani dan Kesehatan. Jakarta, Depdikbud Ditjen
Dikti, 1996/1997.
Fika Rumpaka Dewi, Outbound Management Training Fun Games. Bandung,
Teknologi Pembelajaran PLS, 2012.
Iif Khoiru Ahmadi dan Sofan Amri. Paikem Gembrot. Mengembangkan Pembelajaran Aktif,
Inovatif, Kreatif, Efektif, Menyenangkan, Gembira Berbobot. Jakarta, Prestasi Pustaka,
2011.
Indrawati, dkk. Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan untuk Guru SD. Jakarta,
PPPPTK IPA, 2009.
Ismail. Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis PAIKEM. Semarang, Rasail, 2008.
Jamal Ma’mur Asmani. 7 Tips Aplikasi PAKEM. Jogjakarta, Diva Press, 2011.
Mohammad Jauhar. Implementasi PAIKEM dari Behavioristik sampai Konstruktivistik.
Jakarta, Prestasi Pustaka Raya, 2011.
Muhajir. Buku Siswa Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan, Jakarta, Kementerian Pendi-
dikan dan Kebudayaan, 2017
Peraturan Pemerintah No. 57 tahun 2021 pasal 12 ayat 1, tentang Standar Pendidikan
Nasional.
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan nomor 58 tahun 2014.
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan nomor 22 tahun 2016 tentang standar proses
pendidikan dasar dan menengah.
(Putra Lengkong dkk. Koleksi Game Seru. Yokyakarta, Galangpress, 2008.
Rusman. Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta,
Raja Grafindo Persada, 2010.
Rani Yulianti. Permainan yang Meningkatkan Kecerdasan Anak. Jakarta, Laskar Aksara, 2012.
Syaiful Sagala. Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan. Bandung, Alfabeta,
2009.
Tadkiroatun Musfiroh. Bermain sambil Belajar dan Mengasah Kecerdasan. Jakarta, Depdiknas,
2005.
V. Edy Santosa dkk. 100 Permainan Kreatif untuk Outbond & Training. Yokyakarta, Andi offset,
2008.
http://anwarholil.blogspot.com/ 2009/01/joyfullearning-sebagai-landasan. html
Oleh:
Nurhajati
Guru SDN Tunjung 1 Kecamatan Burneh Bangkalan
ABSTRAK
Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar mengajar merupa-
kan kegiatan yang paling pokok. Hal itu berarti berhasil atau tidaknya pencapaian tujuan pen-
didikan bergantung pada proses belajar yang dialami oleh siswa sebagai anak didik khususnya
kemampuan dalam hal menulis sejarah kemerdekaan pada bahasan tema persatuan dan ke-
satuan dan subtema persatuan dalam perbedaan menjadi penting bagi seluruh siswa unrytuk
lebih memahami sejarah kemerdekaan.
Permasalahan yang ingin dikaji dalam dalam penelitian tindakan ini adalah: (a) Apakah
pembelajaran model konstruktivisme berpengaruh terhadap hasil belajar siswa kelas 6 tentang
sejarah kemerdekaan dan perumusan pancasila? (b) Seberapa tinggi tingkat penguasaan ma-
teri tentang sejarah kemerdekaan/perumusan pancasila dengan diterapkannya metode pembe-
lajaran model konstruktivisme?
Sedangkan tujuan dari penelitian ini adalah: (a) Untuk mengungkap pengaruh pembe-
lajaran model konstruktivisme terhadap hasil belajar tema persatuan dalam perbedaan. (b) In-
gin mengetahui seberapa jauh pemahaman dan penguasaan penguasaan materi tentang sejar-
ah kemerdekaan setelah diterapkannya pembelajaran model konstruktivisme pada siswa Kelas
VI UPTD SDN Tunjung 1 Kecamatan Burneh Tahun Pelajaran 2020/2021.
Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan (action research) sebanyak tiga pu-
taran. Setiap putaran terdiri dari empat tahap yaitu: rancangan, kegiatan dan pengamatan,
refleksi, dan refisi. Sasaran penelitian ini adalah siswa Kelas VI UPTD SDN Tunjung 1 Ke-
camatan Burneh Tahun Pelajaran 2020/2021. Data yang diperoleh berupa hasil tes formatif,
lembar observasi kegiatan belajar mengajar.
Dari hasil analisis didapatkan bahwa prestasi belajar siswa mengalami peningkatan dari
siklus I sampai siklus II yaitu, siklus I (72,02), siklus II (79,32), Simpulan dari penelitian ini
adalah pembelajaran model konstruktivisme dapat berpengaruh positif terhadap motivasi be-
lajar Siswa Kelas VI UPTD SDN Tunjung 1 Kecamatan Burneh Tahun Pelajaran 2020/2021.
serta model pembelajaran ini dapat digunakan sebagai salah satu alternatif pembelajaran ma-
teri tentang sejarah kemerdekaan dan perumusan pancasila.
PENDAHULUAN
Upaya untuk meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar para siswa pada setiap jenjang
dan tingkat pendidikan perlu diwujudkan agar diperoleh kualitas sumber daya manusia Indonesia
yang dapat menunjang pembangunan nasional. Upaya tersebut menjadi tanggung jawab semua tenaga
kependidikan. Dalam konteks ini, peran guru sangat strategis sebab guru yang langsung dapat mem-
bina siswa di sekolah melalui proses pembelajaran.
Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar mengajar merupakan kegia-
tan yang paling pokok. Hal itu berarti berhasil atau tidaknya pencapaian tujuan pendidikan bergan-
tung pada proses belajar yang dialami oleh siswa sebagai anak didik.
Penelitian tindakan kelas ini dilakukan untuk menggali masalah dari kenyataan-kenyataan
yang terdapat di lingkungan pendidikan, yaitu permasalahan yang dihadapi oleh guru. Dengan de-
mikian, untuk mengetahui permasalahan yang terjadi dalam proses pengajaran sejarah kemerdekaan
pada Tema 2 persatuan dalam perbedaan Subtema Rukun dakam perbedaan diperlukan diskusi kolab-
oratif dengan guru mata pelajaran. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru murid kelas VI UPTD
SDN Tunjung 1 Kecamatan Burneh tahun pelajaran 2020/2021 tentang perumusan pancasila Tema
persatuan dalam perbedaan diketahui dari 27 siswa memperoleh nilai di bawah KKM sebesar 72,97%
dan hanya 10 siswa yang memperoleh nilai di atas KKM atau hanya 27,02% dari jumlah siswa yang
tuntas. Hal ini berarti murid kelas VI UPTD SDN Tunjung 1 Kecamatan Burneh tahun pelajaran
2020/2021 belum mencapai syarat ketuntasan minimal. Dan selain itu, berdasakan hasil wawancara
dengan guru kelas VI UPTD SDN Tunjung 1 Kecamatan Burneh didapatkan bahwa murid kelas VI
UPTD SDN Tunjung 1 Kecamatan Burneh tahun pelajaran 2020/2021 mengalami kesulitan dalam
pembelajaran menulis khususnya tentang perumusan pancasila sebagai dasar negara Tema persatuan
dalam perbedaan. Siswa terkadang sulit membedakan ciri-ciri perumusan pancasila dengan konteks.
Kegiatan pembelajaran di sekolah menunjukkan kegiatan pembelajaran menulis belum optimal. Hal
tersebut ditunjukkan kurang mampunya siswa dalam mengemukakan pendapat dan gagasannya se-
cara kreatif serta kurang mampu mendapatkan dan mengumpulkan informasi yang aktual sebagai
bahan tulisan. Penyebab ketidakoptimalan tersebut antara lain dikarenakan metode yang digunakan
oleh guru kurang tepat, guru masih mendominasi kelas dan kurang memberi kesempatan kepada
siswa untuk berkreasi, mengekspresikan diri secara bebas. Ketika pembelajaran Perumusan pancasi-
la sebagai dasar negaraditentukan oleh guru. Hak otonomi siswa untuk berkreasi, mengekspresikan,
melukiskan jati dirinya atau lingkungan sekitarnya sesuai pengalamannya menjadi terkekang.
Realita pembelajaran yang seperti ini membawa dampak kurang baik untuk siswa. Siswa
mengalami kesulitan ketika harus Perumusan pancasila sebagai dasar negara dan pembelajaran
pancasila. Peserta didik bingung apa yang harus ia lakukan untuk mengerjakan tugas tersebut.
Sulit menemukan data yang aktual dan faktual serta menarik untuk bahan Perumusan pancasila
sebagai dasar negara dan pembelajaran pancasila, tidak tahu bagaimana dan dari mana mesti
memulai perumusan pancasila sebagai dasar negara pada tema persatuan dalam perbedaan.
Belum lagi, perasaan takut salah, takut berbeda dengan apa yang diinstruksikan oleh gurunya
sehingga respon siswa terhadap pelajaran pancasila sebagai dasar negara tema persatuan dalam
perbedaan berkurang dan pada akhirnya menghilangkan minat siswa dalam mengetahui Peru-
musan pancasila sebagai dasar negara tema persatuan dalam perbedaan.
Dalam studi pendahuluan, melalui pengamatan dan wawancara dengan guru kelas dan
murid kelas VI UPTD SDN Tunjung 1 Kecamatan Burneh tahun pelajaran 2020/2021 pem-
belajaran Perumusan pancasila sebagai dasar negara tema persatuan dalam perbedaan kurang
memaksimalkan kemampuan siswa. Hal tersebut dapat dilihat pada: (1) siswa kesulitan dalam
menemukan menulis perbedaan perumusan pancasila tema persatuan dalam perbedaan; (2)
siswa kurang mempunyai data yang aktual dan faktual sebagai bahan untuk mengidentifikasi
jenis-jenis perumusan pancasila tema persatuan dalam perbedaan. Berdasarkan hal tersebut,
masalah yang dihadapi para peserta didik adalah kesulitan memperoleh data yang aktual, faktu-
al, dan menarik sebagai bahan Perumusan pancasila sebagai dasar negara tema persatuan dalam
perbedaan. Salah satu penyebabnya adalah kurangnya keterlibatan dan kesempatan yang diber-
ikan kepada siswa untuk mengalami langsung dalam proses Perumusan pancasila sebagai dasar
negara tema persatuan dalam perbedaan. Eanes (1997:484) berpendapat bahwa pembelajaran
menulis yang baik haruslah memberi model proses dan praktik yang terarah dan sistematis.
Oleh karena itu, peneliti berkolaborasi dengan guru kelas untuk merancang sebuah pem-
belajaran yang mampu peserta didik termotivasi selama mengikuti proses belajar-mengajar.
Salah satu alternatif dalam penelitian ini, yaitu menerapkan metode pembelajaran konstruktiv-
istik. Metode konstruktivistik ini dikembangkan oleh Piaget dan Vigotsky (Suyatno, 2004:33)
yang menekankan bahwa perubahan kognitif hanya terjadi jika konsepsi-konsepsi yang telah
dipahami sebelumnya diolah melalui proses ketidakseimbangan dalam upaya memperoleh in-
formasi baru.
72 Jurnal Ilmiah Inspirasi
Volume VIII I Nomor 1 I Maret 2022
Peningkatan Prestasi Belajar Memahami sejarah kemerdekaan dengan Nurhajati
Metode kontruktivisme Tema Persatuan Dalam Perbedaan Guru SDN Tunjung 1 Kecamatan
Subtema Rukun dalam perbedaan siswa Kelas VI UPTD SDN Tunjung 1 Burneh Bangkalan
Tahun Pelajaran 2020/2021.
Pembelajaran dengan metode konstruktivistik ini digunakan agar siswa mampu mene-
mukan masalah (sering muncul dari siswa sendiri ) dan selanjutnya membantu siswa menyele-
saikan dan menemukan langkah-langkah pemecahan masalah tersebut. Metode Konstruktivistik
didasarkan pada belajar kogntif yang menekankan pada pembelajaran kooperatif, pembelajaran
generatif, bertanya, inkuiri atau menemukan dan keterampilan metakognitif lainnya (Suyatno,
2004:33).
Dengan menyoroti latar belakang tersebut, metode konstruktivistik dipilih sebagai alter-
natif tindakan dalam pengajaran dalam Perumusan pancasila sebagai dasar negara tema persat-
uan dalam perbedaan karena metode ini dianggap sebagai cara yang efektif untuk mengarahkan
seluruh potensi siswa sehingga siswa lebih termotivasi selama mengikuti proses belajar-menga-
jar yang berdampak positif pada hasil belajarnya.
Berdasarkan uraian di atas, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan ke-
mampuan siswa pada tema persatuan dalam perbedaan dengan metode konstruktivistik siswa
kelas VI UPTD SDN Tunjung 1 Kecamatan Burneh tahun pelajaran 2020/2021.
Berdasarkan latar belakang penelitian di atas, masalah penelitian ini dirumuskan sebagai
berikut. Apakah dengan penerapan model pembelajaran kontruktivisme dapat meningkatkan
kemampuan Perumusan pancasila sebagai dasar negara tema persatuan dalam perbedaan mu-
rid kelas VI UPTD SDN Tunjung 1 Kecamatan Burneh tahun pelajaran 2020/2021?
Tujuan Penelitian ini adalah Untuk mengetahui peningkatan kemampuan Perumusan
pancasila sebagai dasar negara tema persatuan dalam perbedaan dengan metode konstrutivistik
murid kelas VI UPTD SDN Tunjung 1 Kecamatan Burneh tahun pelajaran 2020/2021.
KAJIAN PUSTAKA
Metode Konstruktivistik
Metode konstruktivistik adalah ide bahwa siswa harus secara individu menemukan dan
menerapkan informasi-informasi yang kompleks ke dalam situasi lain apabila mereka harus
menjadikan informasi itu miliknya sendiri. Metode konstruktivistik ini memandang siswa se-
cara terus-menerus memeriksa informasi-informasi baru yang berlawanan dengan aturan-atur-
an lama dan memperbaiki aturan-aturan tersebut jika tidak sesuai lagi. Pandangan ini mempu-
nyai keterlibatan yang mendalam dalam pengajaran, sebagaimana diuraikan terdahulu bahwa
metode ini menganjurkan peranan yang lebih aktif bagi siswa dalam pembelajaran mereka
sendiri dibandingkan dengan apa yang saat ini dilaksanakan pada mayoritas kelas (Nur, 2001:2)
Piaget dan Vigotsky (Suyatno, 2004:33) menekankan bahwa perubahan kognitif hanya
terjadi jika konsepsi-konsepsi yang telah dipahami sebelumnya diolah melalui proses keti-
dakseimbangan dalam upaya memperoleh informasi baru. Untuk itu, dalam konstruktivistik
terdapat empat aspek yang penting dalam pengembangan perubahan kognitif yang bertumpu
dari aspek sosial dalam belajar.
Menulis
Menulis ialah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang menggam-
barkan suatu Sejarah kemerdekaan yang dapat dipahami oleh seseorang, sehingga orang lain
dapat membaca lambang-lambang grafik tersebut. Menulis merupakan suatu reperesentasi
bagian dari kesatuan-kesatuan ekspresi Sejarah kemerdekaan.
Selain itu, menulis merupakan bagian dari empat keterampilan bersejarah ke-
merdekaan. Keterampilan bersejarah kemerdekaan itu adalah menyimak, berbicara, memba-
ca, dan menulis. Membaca dan menyimak merupakan keterampilan yang reseptif, sedangkan
berbicara dan menulis merupakan keterampilan yang bersifat produktif. Sebagai keterampi-
lan yang produktif, menulis mempunyai peran pemindahan informasi secara akurat dari diri
seseorang ke dalam tulisan. Menulis juga memberi nuansa bagi pikiran, perasaan dan dunia
batin pembaca. Berkaitan dengan itu, menulis merupakan salah satu aktivitas yang selalu
dilaksanakan oleh semua jenjang pendidikan sebagai bahan pembelajaran.
Pada dasarnya, keterampilan menulis tidak datang dengan sendirinya. Anak dituntut
dengan latihan yang cukup dan teratur serta dengan pendidikan yang terprogram agar anak
dapat menulis dalam bebagai bentuk dengan baik.
Dalam kehidupan sehari-hari, menulis mempunyai beberapa fungsi antara lain; (1) se-
bagai alat komunikasi yang tidak langsung, (2) bagi pendidikan, mempermudah para pelajar
untuk berpikir, (3) dapat menolong berpikir secara kritis, (4) dapat memudahkan, merasakan
menikmati hubungan, memperdalam daya atau persepsi memecahkan masalah dan mem-
bantu menjelaskan pikiran-pikiran (Tarigan 1982:22).
Menulis menurut Musaba (1994:3) berarti melahirkan atau mengungkapkan pikiran
dan perasaan melalui suatu lambang (tulisan). Segala lambang (tulisan) yang dipakai haruslah
merupakan hasil kesepakatan para pemakai Sejarah kemerdekaan yang satu dan lainnya saling
memahami. Apabila seseorang diminta untuk menulis maka berarti ia akan mengungkapkan
pikira dan perasaan ke dalam bentuk tulisan. Jadi, menulis itu berarti melakukan hubungan
dengan tulisan.
Tujuan menulis adalah memberikan atau menyampaikan segala bentuk dan macam in-
formasi kepada pembaca. Seorang penulis dengan karyanya itu mengharapkan agar pembaca
menerima semua yang diungkapkannya sebagai masukan yang berharga.
Perumusan Pancasila
Perumusan pancasila adalah sejarah kemerdekaan perjuangan kemerdekaan
(KBBI,2002:1080). Perumusan pancasila biasanya ditulis dalam dokumen negara. Sedangkan
pembelajaran pancasila (dalam KBBI, 2002:890) adalah kegiatan pembelajaran dikelas yang
melibatkan anak didik. Pembelajaran pancasila biasanya ditulis dengan kalimat yang singkat
tetapi jelas, tulisan harus mudah dibaca, naskah harus membangkitkan rasa ingin tahu, ingin
memiliki atau berbuat sesuatu, dan gambar dibuat mencolok untuk menarik perhatian khalay-
ak.
Pembelajaran pancasila menurut Sudjana (2005:51-54) didefinisikan sebagai sejarah ke-
merdekaan perjuangan kemerdekaan yang kuat, dengan nilai luhur, dan pesan dengan maksud
untuk menjadi tauladan orang sebagai warga negara.
Pada prinsipnya pembelajaran pancasila itu merupakan gagasan yang dicetuskan dalam
bentuk kehidupan nyata , bertujuan untuk menarik perhatian, membujuk, memotivasi atau
memperingatkan pada gagasan pokok, fakta atau peristiwa tertentu. Pembelajaran pancasila
adalah merupakan perpaduan antara pengetahuan sejarah dan sosial serta dinamika kehidupan
berbangsa dan bernegara. Berbagai pengetahuan sejarah kemerdekaan yang benar sering kali
dipakai dalam pembelajaran pancasila di sekolah dasar.
Karakteristik pembelajaran pancasila yang baik harus dinamis, menonjolkan kualitas.
Pembelajaran pancasila harus sederhana tidak memerlukan pemikiran bagi pengamat secara
terinci, harus cukup kuat menarik perhatian. Hal pertama membuat pembelajaran pancasila
menarik adalah menyiapkan konsep dan kata-kata, di sini tidak ada yang teknikal yang dijelas-
kan, area ini adalah murni kreativitas. Hal kedua adalah menyiapkan materi untuk deasain. Hal
ini penting, karena pembelajaran pancasila terfokus pada dua tersebut. Hal ketiga (bila pembe-
lajaran pancasila dimuat) adalah masalah tanggal dan event yang akan ditulis.
76 Jurnal Ilmiah Inspirasi
Volume VIII I Nomor 1 I Maret 2022
Peningkatan Prestasi Belajar Memahami sejarah kemerdekaan dengan Nurhajati
Metode kontruktivisme Tema Persatuan Dalam Perbedaan Guru SDN Tunjung 1 Kecamatan
Subtema Rukun dalam perbedaan siswa Kelas VI UPTD SDN Tunjung 1 Burneh Bangkalan
Tahun Pelajaran 2020/2021.
METODE PENELITIAN
Subjek Penelitian
Penelitian dengan judul “Peningkatan Kemampuan sejarah perumusan pancasila se-
bagai dasar negara tema persatuan dalam perbedaan Melalui Metode Konstruktivistik ini
dilaksanakan di kelas VI, sebagai subjek penelitian murid kelas VI UPTD SDN Tunjung
1 Kecamatan Burneh tahun pelajaran 2020/2021 berjumlah 37 siswa dengan komposisi 24
siswa laki-laki dan 13 siswa perempuan. Siswa kelas VI UPTD SDN Tunjung 1 Kecamatan
Burneh dipilih menjadi subjek penelitian karena menurut hasil pembelajan dan wawancara
dengan guru kelas, murid kelas VI UPTD SDN Tunjung 1 Kecamatan Burneh memiliki nilai
rata-rata yang relatif rendah dan belum mencapai syarat ketuntasan minimal.
Rancangan Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas. Penelitian ini dilakukan oleh
guru pada waktu mengajar di dalam kelas dan tujuannya untuk memperbaiki dan mening-
katkan pembelajaran dengan menggunakan metode konstruktivistik.
Dalam penelitian tindakan kelas ini guru meneliti sendiri kegiatan yang dilakukann-
ya di dalam kelas. Dengan melibatkan siswa, melalui tindakan-tindakan pembelajaran yang
direncanakan, dilaksanakan, dan dievaluasikan. Penelitian ini dilakukan dengan berkolab-
orasi dengan guru pamong yang bertindak sebagai pengamat. Guru dan siswa sama-sama
terlibat dalam proses pembelajaran, namun guru hanya sebagai mediator siswa yang harus
aktif dan bertanggung jawab atas pembelajarannya.
Penelitian ini dilaksanakan dengan dua siklus yang masing-masing memiliki empat
tahapan sebagai berikut. 1) Perencanaan, Dalam tahap ini guru mempersiapkan segala in-
strumen yang akan digunakan dalam penelitian antara lain; lembar pengamatan aktivitas
guru dan siswa, rencana pembelajaran, bahan dan media pembelajaran, penyusunan soal dan
angket respon siswa. 2) Implementasi, Pada tahap implementasi ini, kegiatan pembelaja-
ran diawali dengan guru menyampaikan topik pembelajaran mengenai perumusan pancasila
tema persatuan dalam perbedaan, kemudian guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan
memberikan apersepsi selama sepuluh menit kepada siswa. Guru menunjukkan contoh pe-
rumusan pancasila tema persatuan dalam perbedaan yang diambil dari guntingan Koran
dan majalah kepada siswa. Guru dan siswa sama-sama terlibat dalam proses pembelajaran,
namun guru hanya sebagai mediator, siswa yang harus aktif dan bertanggung jawab atas pem-
belajarannya. 3) Observasi, Dalam tahap observasi, peneliti mengamati perilaku dan peru-
bahan sikap yang terjadi pada siswa setelah diterapkannya tindakan kelas dan dibantu oleh
seorang pengamat yaitu Kepala Sekolah. Pengamat mengamati proses pembelajaran sesuai
dengan instrumen yang tersedia. Instrumen meliputi aktivitas guru dan siswa di kelas, dan
hasil tes dan data respon siswa terhadap pembelajaran Perumusan pancasila sebagai dasar
negara tema persatuan dalam perbedaan dengan metode konstruktivistik. 4) Refleksi, Pada
tahap ini, guru mengkaji, melihat dan mempertimbagkan atas hasil implementasi. Tahap re-
fleksi dilihat dari tahap implementasi dan observasi, melalui tahap ini dirancang tindakan
yang akan diterapkan pada siklus berikutnya yaitu siklus I dan siklus II. Tiap siklus terjadilah
tahap perencanaan – tindakan – observasi – refleksi.
Data Penelitian
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1) Data aktivitas
guru dan siswa dalam proses pembelajaran Perumusan pancasila sebagai dasar negara tema
persatuan dalam perbedaan dengan metode konstruktivistik. 2) Data hasil pembelajaran Pe-
rumusan pancasila sebagai dasar negara tema persatuan dalam perbedaan dengan menggu-
nakan metode konstruktivistik yang sesuai dengan petunjuk tugas.
78 Jurnal Ilmiah Inspirasi
Volume VIII I Nomor 1 I Maret 2022
Peningkatan Prestasi Belajar Memahami sejarah kemerdekaan dengan Nurhajati
Metode kontruktivisme Tema Persatuan Dalam Perbedaan Guru SDN Tunjung 1 Kecamatan
Subtema Rukun dalam perbedaan siswa Kelas VI UPTD SDN Tunjung 1 Burneh Bangkalan
Tahun Pelajaran 2020/2021.
Data penelitian yang diperoleh dalam penelitian ini adalah data dari lembar observasi
berupa pengamatan aktivitas guru dan siswa pada setiap siklus pembelajaran, hasil tes ke-
mampuan siswa pada setiap siklus, dan data respon siswa terhadap proses pembelajaran pada
setiap siklus. 1) Data hasil tes kemampuuan siswa digunakan untuk mengetahui kemampuan
dan hasil belajar siswa dalam kegiatan belajar-mengajar Perumusan pancasila sebagai dasar
negara tema persatuan dalam perbedaan dengan menerapkan metode konstruktivistik. 2)
Data respon siswa digunakan untuk mengetahui efektivitas proses pembelajaran Perumu-
san pancasila sebagai dasar negara tema persatuan dalam perbedaan dengan menerapkan
metode konsruktivistik.
Siklus I
Siklus I dilaksanakan pada 2 September 2020 jam pelajaran kesatu dan kedua di kelas
VI UPTD SDN Tunjung 1 Kecamatan Burneh. Jumlah seluruh siswa sebanyak 37 siswa terdi-
ri atas 24 siswa laki-laki dan 13 siswa perempuan. Pada proses pembelajaran siklus I, jumlah
siswa yang hadir 37 siswa.
Pada data penelitian ditunjukkan bahwa aktivitas guru yang dominan pada kegiatan
belajar-mengajar siklus pertama adalah memberikan informasi sebanyak-banyaknya kepada
siswa (19,51%), dan aktivitas guru dalam menyampaikan materi pelajaran (14,63%). Da-
lam hal ini guru lebih banyak memberikan informasi kepada siswa yaitu menjelaskan atau
menyampaikan materi pelajaran Perumusan pancasila sebagai dasar negaradan pembelaja-
ran pancasila dengan menggunakan metode konstruktivistik. Guru memberikan informasi
yang berupa pengetahuan ini bertujuan agar siswa mengetahui metode yang dipakai dan
lebih mudah untuk menggali pengetahuan siswa dalam pembelajaran Perumusan pancasila
sebagai dasar negara tema persatuan dalam perbedaan.
Aktivitas guru dalam menggunakan media dan menggali pengetahuan siswa lewat
bertanya sebanyak (9,76%). Dalam hal ini guru menggunakan media pembelajaran berupa
guntingan pembelajaran pancasila yang diambil dari gambar kalender. Dengan media yang
digunakan guru ternyata dapat menggali pengetahuan siswa dan memancing siswa dalam
bertanya.
Aktivitas guru dalam menyampaikan tujuan pembelajaran, memberi motivasi pada
siswa, memberi kesempatan untuk berdiskusi, memberi tugas (7,32). Dalam hal ini guru
memnyampaikan tujuan pembelajaran Perumusan pancasila sebagai dasar negara tema per-
satuan dalam perbedaan dengan menggunakan metode konstruktivistik yang di dalam
penerapannya
siswa untuk berpartisipasi aktif baik dalam berdiskusi atau mengerjakan tugas. Guru hanya se-
bagai motivator dan fasilitator sehingga keberhasilan belajar-mengajar berasal dari diri siswa
sendiri.
Aktivitas guru dalam membuka pelajaran (4,88%). Dalam hal membuka pelajaran den-
gan melakukan identifikasi pengetahuan awal siswa tentang perumusan pancasila tema persat-
uan dalam perbedaan. Aktivitas guru dalam membantu siswa menemukan masalah dan idenya
sendiri (4,88%). Dalam hal ini guru hanya membantu siswa, misalnya dengan penggunaan me-
dia siswa harus bisa menemukan masalah atau idenya sendiri yang muncul dari contoh media
yang digunakan oleh guru dalam pembelajaran Perumusan pancasila sebagai dasar negara tema
persatuan dalam perbedaan.
Di akhir pembelajaran guru memberikan penghargaan pada siswa (2,44%) dan memban-
tu siswa melakukan refleksi pembelajaran (4,88%). Guru meminta siswa dari tiap-tiap kelom-
pok untuk merefleksikan pembelajaran pada hari itu dan memberikan penghargaan pada siswa
di akhir pembelajaran.
Pada data penelitian ditunjukkan bahwa aktivitas siswa yang dominan adalah mem-
perhatikan materi pelajaran yang disampaikan (27,78%), dan mencatat hal-hal yang penting
(16,68%). Dalam hal ini siswa memperhatikan penjelasan dan mencatat hal-hal penting yang
disampaikan oleh guru untuk memperoleh pengetahuan atau infomasi dari guru tentang materi
pembelajaran Perumusan pancasila sebagai dasar negaradan pembelajaran pancasila.
Aktivitas siswa dalam mengerjakan tugas (11,11%), mengajukan pertanyaan atau bertanya
(8,33%), aktif dalam proses belajar-mengajar (8,33%), dan siswa berdiskusi (8,33%). Keempat
aktivitas ini saling berkaitan, siswa dalam mengerjakan tugas harus aktif bertanya jika siswa
mengalami kesulitan, baik itu bertanya kepada guru ataupun berdiskusi dengan sesama teman.
Guru memberikan kesempatan berdiskusi kepada siswa untuk menemukan masalah sehingga
siswa mampu mengungkapkan dan menemukan idenya dalam pembelajaran Perumusan pan-
casila sebagai dasar negaradan pembelajaran pancasila.
Aktivitas siswa menemukan masalah dan idenya sendiri (5,56%), menghasilkan produk
atau karyanya (5,56%), merefleksi atau menyimpulkan hasil belajarnya (5,56%), menyajikan ha-
sil karyanya (2,78%). Dalam hal ini, siswa masih belum dapat menggali pengetahuannya sendiri.
Hal itu dapat dilihat dari persentase rendahnya siswa menghasilkan produk atau karyanya yaitu
Perumusan pancasila sebagai dasar negara dan pembelajaran pancasila.
Pada akhir pembelajaran siswa juga masih kurang berani dan percaya diri dalam meny-
ajikan hasil karyanya sendiri (perumusan pancasila tema persatuan dalam perbedaan) dan juga
untuk menyimpulkan atau merefleksi pembelajaran pada hari itu.
80 Jurnal Ilmiah Inspirasi
Volume VIII I Nomor 1 I Maret 2022
Peningkatan Prestasi Belajar Memahami sejarah kemerdekaan dengan Nurhajati
Metode kontruktivisme Tema Persatuan Dalam Perbedaan Guru SDN Tunjung 1 Kecamatan
Subtema Rukun dalam perbedaan siswa Kelas VI UPTD SDN Tunjung 1 Burneh Bangkalan
Tahun Pelajaran 2020/2021.
Data hasil belajar siswa dalam pembelajaran Perumusan pancasila sebagai dasar neg-
ara tema persatuan dalam perbedaan dengan metode konstruktivistik siklus pertama dapat
dilihat pada data penelitian berikut, secara terperinci dapat dilihat pada lampiran 9. Dari
data penelitian juga dapat dketahui bahwa hasil belajar yang dicapai siswa pada siklus perta-
ma ini rata-rata 72,02. Pada pembelajaran Perumusan pancasila sebagai dasar negara tema
persatuan dalam perbedaan siklus pertama siswa yang dikatakan tuntas hanya 72,97%.
Siklus II
Siklus II dilaksanakan pada tanggal 9 September 2020 jam pelajaran pertama dan
kedua di kelas VI UPTD SDN Tunjung 1 Kecamatan Burneh sebanyak 37 siswa terdiri atas
24 siswa laki-laki dan 13 siswa perempuan. Pada proses pembelajaran siklus II, jumlah yang
hadir 37 siswa.
`Data hasil belajar siswa dalam pembelajaran Perumusan pancasila sebagai dasar
negara tema persatuan dalam perbedaan dengan menggunakan metode konstruktivistik
siklus kedua dapat dilihat pada data penelitian secara terperinci dapat dilihat pada lampiran
10.
Dari data penelitian dapat dketahui bahwa hasil belajar yang dicapai siswa pada siklus
kedua nilai rata-rata 79,32. Pada pembelajaran menulis tema persatuan dalam perbedaan
siklus kedua siswa yang tuntas 100%.
Aktivitas guru dalam menyampaikan materi pelajaran dari siklus I sampai siklus II
mengalami penurunan dengan rata-rata (10,2%). Hal ini menunjukkan guru menjelaskan
materi pelajaran atau memberikan informasi kepada siswa sebanyak-banyaknya dengan ra-
ta-rata (14,56%) hanya dilakukan pada siklus I sedangkan pada siklus II guru ingin meng-
gali pengetahuan siswa lewat bertanya yang pada siklus II mengalami peningkatan dengan
rata-rata (11,61%).
Aktivitas guru dalam membantu siswa menemukan masalah dan idenya sendiri dari
siklus I sampai dengan siklus II mengalami peningkatan dengan rata-rata (10,13). Hal inilah
yang merupakan tujuan dari penerapan metode konstruktivistik. Dan pada kenyataannya
metode konstruktivistik ini berhasil diterapkan dalam pembelajaran khususnya pembelaja-
ran Perumusan pancasila sebagai dasar negara tema persatuan dalam perbedaan. Aktivitas
guru dalam menggunakan media pembelajaran dari siklus I sampai dengan siklus II dengan
rata-rata (8,72%). Dalam siklus I media yang digunakan oleh guru hanya berupa contoh pe-
rumusan pancasila tema persatuan dalam perbedaan saja agar siswa dapat menemukan ide
dari perumusan pancasila tema persatuan dalam perbedaan yang ada.
Aktivitas guru dalam memberikan kesempatan pada siswa untuk berdiskusi dari siklus I
sampai dengan siklus II mengalami penurunan dengan rata-rata (4,61%). Hal ini dilakukan oleh
guru agar siswa bisa mandiri belajar menemukan masalah dan idenya sendiri.
Ativitas guru dalam memberikan tugas dari siklus I sampai dengan siklus II mengalami
peningkatan pada siklus II dengan rata-rata (8,47%). Dalam siklus I guru kurang membimbing
siswa dalam mengerjakan tugas. Aktivitas guru dalam memberikan penghargaan pada siswa men-
galami peningkatan mulai dari siklus I sampai dengan siklus II dengan rata-rata (3,14%). Hal ini
dilakukan pada siswa agar siswa termotivasi dalam pembelajaran Perumusan pancasila sebagai
dasar negaradan pembelajaran pancasila dan sebagai bentuk penghargaan kepada siswa pada akhir
pembelajaran guru memberikan hadiah pada siswa yang dapat mengidentifikasi ciri-ciri perumu-
san pancasila dan pembelajaran pancasila dengan tepat. Aktivitas guru dalam membantu siswa
merefleksi hasil pembelajaran dari siklus I sampai siklus II mengalami peningkatan dengan rata-ra-
ta (5,32%). Hal ini dilakukan guru untuk mengukur pemahaman siswa pada akhir pembelajaran
sekaligus sebagai masukan guru untuk perbaikan pembelajaran Perumusan pancasila sebagai dasar
negaradan pembelajaran pancasila berikutnya agar siswa tidak bosan dengan pembelajaran yang
sama dalam dua kali pertemuan.
Dari data penelitian bahwa nilai siswa pada siklus I adalah 72,02.Nilai siswa pada siklus II
adalah 79,32. Siswa yang tuntas belajar pada siklus I sebanyak72,97%, dan siklus II sebanyak 100%.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa dengan menerapkan metode kosnstruktivistik dalam pem-
belajaran Perumusan pancasila sebagai dasar negara tema persatuan dalam perbedaan murid kelas
VI UPTD SDN Tunjung 1 Kecamatan Burneh tahun pelajaran 2020/2021 dari siklus I sampai den-
gan siklus II mengalami peningkatan.
Siswa memberikan respon yang sangat baik untuk media pembelajaran yang digunakan guru
sehingga dapat membantu siswa memahami materi pelajaran. Siswa berpendapat cukup baik ten-
tang materi yang diajarkan selama pembelajaran. Dengan tingkat pemahaman yang dimiliki siswa
membuat siswa aktif dalam mengerjakan tugas sehingga siswa juga berpendapat bahwa siswa ti-
dak merasa kesulitan dalam Perumusan pancasila sebagai dasar negaradan pembelajaran pancasila
dengan metode konstruktivistik.
Siswa sangat senang dengan pembelajan Perumusan pancasila sebagai dasar negara tema
persatuan dalam perbedaan dengan menggunakan metode konstruktivistik. Hal ini dapat dilihat
dengan adanya peningkatan nilai dan respon siswa yang selalu antusias dalam mengikuti pembe-
lajaran serupa yaitu Perumusan pancasila sebagai dasar negara tema persatuan dalam perbedaan
dengan menggunakan metode konstruktivistik.
82 Jurnal Ilmiah Inspirasi
Volume VIII I Nomor 1 I Maret 2022
Peningkatan Prestasi Belajar Memahami sejarah kemerdekaan dengan Nurhajati
Metode kontruktivisme Tema Persatuan Dalam Perbedaan Guru SDN Tunjung 1 Kecamatan
Subtema Rukun dalam perbedaan siswa Kelas VI UPTD SDN Tunjung 1 Burneh Bangkalan
Tahun Pelajaran 2020/2021.
Dari data penelitian nilai siswa pada siklus I adalah 72,02.Nilai siswa pada siklus II
adalah 79,32. Siswa yang tuntas belajar pada siklus I sebanyak72,97%, dan siklus II sebanyak
100%. Jadi, dapat disimpulkan bahwa dengan menerapkan metode kosnstruktivistik dalam
pembelajaran Perumusan pancasila sebagai dasar negara tema persatuan dalam perbedaan
murid kelas VI UPTD SDN Tunjung 1 Kecamatan Burneh tahun pelajaran 2020/2021 dari
siklus I sampai dengan siklus II mengalami peningkatan.
Siswa memberikan respon yang sangat baik untuk media pembelajaran yang digu-
nakan guru sehingga dapat membantu siswa memahami materi pelajaran. Siswa berpendapat
cukup baik tentang materi yang diajarkan selama pembelajaran. Dengan tingkat pemaha-
man yang dimiliki siswa membuat siswa aktif dalam mengerjakan tugas sehingga siswa juga
berpendapat bahwa siswa tidak merasa kesulitan dalam Perumusan pancasila sebagai dasar
negaradan pembelajaran pancasila dengan metode konstruktivistik.
Siswa sangat senang dengan pembelajan Perumusan pancasila sebagai dasar negara tema
persatuan dalam perbedaan dengan menggunakan metode konstruktivistik. Hal ini dapat
dilihat dengan adanya peningkatan nilai dan respon siswa yang selalu antusias dalam mengi-
kuti pembelajaran serupa yaitu Perumusan pancasila sebagai dasar negara tema persatuan
dalam perbedaan dengan menggunakan metode konstruktivistik.
Berdasarkan hasil analisis data yang telah dipaparkan pada bab sebelumnya, pada bab
ini dipaparkan simpulan dari penelitian yang telah dilakukan sekaligus memberikan beber-
apa saran kepada pihak-pihak yang terkait dengan mengacu pada hasil penelitian ini. Pener-
apan pembelajaran Perumusan pancasila sebagai dasar negara tema persatuan dalam perbe-
daan dalam kegiatan belajar-mengajar yang telah dilakukan selama dua siklus telah terbukti
berpengaruh positif terhadap peningkatan kemampuan murid kelas VI UPTD SDN Tunjung
1 Kecamatan Burneh tahun pelajaran 2020/2021.
Dari pelaksanaan tindakan selama penelitian dan hasil analisis terhadap data yang
telah diperoleh, dapat disimpulkan beberpa hal sebagai berikut. 1) Aktivitas guru dan ke-
giatan belajar-mengajar dengan menerapkan metode konstruktivistik dalam pembelajaran
perumusan pancasila sebagai dasar negara tema persatuan dalam perbedaan menunjukkan
adanya peningkatan dan menjadi lebih baik. Guru dapat menerapkan metode konstruktiv-
istik dengan baik, yaitu membantu siswa menemukan masalah dan idenya sendiri dalam
pembelajaran Perumusan pancasila sebagai dasar negara tema persatuan dalam perbedaan.
Hal ini dapat ditunjukkan dengan skor yang diperoleh, yaitu siklus I (4,88%) dan siklus II
(15,38%).
Selain itu, aktivitas murid kelas VI UPTD SDN Tunjung 1 Kecamatan Burneh tahun
pelajaran 2020/2021 dalam kegiatan belajar mengajar dengan menerapkan metode konstruk-
tivistik dalam pembelajaran Perumusan pancasila sebagai dasar negara tema persatuan dalam
perbedaan juga menunjukkan adanya peningkatan dan menjadi lebih baik. Dalam pembelaja-
ran ini siswa berpartisipasi aktif menemukan masalah dan idenya sendiri serta menggali peng-
etahuannya sendiri.
Hal ini dapat ditunjukkan dengan skor yang diperoleh, yaitu siklus I (5,56%) dan siklus
II (10%). 2) Penerapan metode konstruktivistik dapat meningkatkan kemampuan dan hasil be-
lajar siswa kelas VI UPTD SDN Tunjung 1 Kecamatan Burneh dalam pembelajaran Perumusan
pancasila sebagai dasar negara tema persatuan dalam perbedaan. Peningkatan ini dapat dilihat
dari nilai rata-rata siklus I (72,02) dan siklus II (79,32). 3) Dengan diterapkan metode kon-
struktivistik dalam pembelajaran Perumusan pancasila sebagai dasar negara tema persatuan
dalam perbedaan, siswa memberikan respon yang positif karena ini dapat dilihat dari pendapat
siswa yang sngat senang dan antusias dalam mengikuti pembelajaran Perumusan pancasila se-
bagai dasar negaradan pembelajaran pancasila selama dua siklus. Siswa berminat mengikuti
pembelajaran yang serupa pada pembelajan berikutnya karena dengan menerapkan metode
konstruktivistik pada pembelajaran Perumusan pancasila sebagai dasar negara tema persatuan
dalam perbedaan dapat menjadi alternatif bagi siswa untuk meningkatkan kemampuan dan
hasil belajar siswa. Adapun respon positif dari siklus I (67,6%) dan siklus II (70,3%).
Dengan meningkatnya aktivitas guru dan siswa, kemampuan dan hasil belajar siswa,
serta adanya respon yang positif dari murid kelas VI UPTD SDN Tunjung 1 Kecamatan Burneh
tahun pelajaran 2020/2021 pada tiap siklusnya ditunjukkan bahwa pembelajaran Perumusan
pancasila sebagai dasar negara tema persatuan dalam perbedaan dapat dikatakan efektif dan
sesuai jika diterapkan dengan menggunakan metode konstruktivistik.
Saran
Berdasarkan hasil penelitian tentang penerapan metode konstruktivistik dalam pem-
belajaran Perumusan pancasila sebagai dasar negara tema persatuan dalam perbedaan di kelas
VI UPTD SDN Tunjung 1 Kecamatan Burneh dengan saran penelitian ini sebagai berikut. 1)
Bagi guru sebaiknya menerapkan metode konstruktivistik dalam pembelajaran, karena hal itu
mempengaruhi keberhasilan siswa dalam belajar. 2) Bagi siswa harus mengembangkan keter-
ampilan menullisnya, terutama dalam pembelajaran Perumusan pancasila sebagai dasar negara
tema persatuan dalam perbedaan. 3) Bagi peneliti lain disarankan agar memperbaiki kekuran-
gan yang ada dalam penelitian tindakan kelas ini sehingga penerapan metode konstruktivistik
dalam pembelajaran benar-benar optimal pelaksanaannya.
84 Jurnal Ilmiah Inspirasi
Volume VIII I Nomor 1 I Maret 2022
Peningkatan Prestasi Belajar Memahami sejarah kemerdekaan dengan Nurhajati
Metode kontruktivisme Tema Persatuan Dalam Perbedaan Guru SDN Tunjung 1 Kecamatan
Subtema Rukun dalam perbedaan siswa Kelas VI UPTD SDN Tunjung 1 Burneh Bangkalan
Tahun Pelajaran 2020/2021.
DAFTAR RUJUKAN
Oleh:
Sri Hartatik
Guru SDN Burneh 1 Kec. Burneh Bangkalan
ABSTRAK
Guru memiliki peran penting dalam pembelajaran, karena guru harus merancang dan
mempertimbangkan proses belajar siswa dengan melihat situasi dan kondisi yang ada. Pem-
belajaran harus mengarah pada upaya meningkatkan potensi siswa secara komprehensif serta
upaya meningkatkan kegiatan guru dalam mengajar, maka pembelajaran harus dikembangkan
sesuai dengan prinsip-prinsip yang benar.
Permasalahan yang ingin dikaji dalam dalam penelitian tindakan ini adalah: (a) Apa-
kah Melalui pembelajaran berbasis android pada siswa berpengaruh terhadap hasil belajar
Matematika? (b) Seberapa tinggi tingkat penguasaan materi pelajaran Matematika dengan
diterapkannya pembelajaran berbasis android?
Sedangkan tujuan dari penelitian ini adalah: (a) Untuk mengungkap pengaruh pembela-
jaran berbasis android terhadap hasil belajar Matematika. (b) Ingin mengetahui seberapa jauh
pemahaman dan penguasaan mata pelajaran matematika setelah diterapkannya pembelajaran
berbasis android pada siswa Kelas 6 SDN Burneh 1 Kec. Burneh Tahun Pelajaran 2021/2022.
Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan (action research) sebanyak tiga pu-
taran. Setiap putaran terdiri dari empat tahap yaitu: rancangan, kegiatan dan pengamatan,
refleksi, dan revisi. Sasaran penelitian ini adalah siswa Kelas 6 SDN Burneh 1 Kec. Burneh
Tahun Pelajaran 2021/2022. Data yang diperoleh berupa hasil tes formatif, lembar observasi
kegiatan belajar mengajar.
Dari hasil analisis didapatkan bahwa prestasi belajar siswa mengalami peningkatan
dari siklus I sampai siklus III yaitu, siklus I (60,71%), siklus II (75,00%), siklus III (89,29).
Simpulan dari penelitian ini adalah pembelajaran berbasis android berpengaruh posi-
tif terhadap motivasi belajar Siswa Kelas 6 SDN Burneh 1 Kec. Burneh Tahun Pelajaran
2021/2022. serta model pembelajaran ini dapat digunakan sebagai salah satu alternatif pem-
belajaran Matematika.
PENDAHULUAN
Pendidikan adalah tiang pokok suatu bangsa. Tanpa pendidikan, manusia-manusia yang
hidup di dalamnya tidak akan tumbuh berkualitas. Menurut Dr. Agus Salim, MS (2007:148), pen-
didikan adalah ilmu pengetahuan, yang memiliki proses (ilmu) dari tiga unsur utama, yaitu haki-
kat obyek, proses pencarian kebenaran dan kegunaan. Dengan menjalani proses tersebut pendi-
dikan tumbuh menjadi ilmu pengetahuan dan akan berkembang serta memiliki otonomi yang kuat
di struktur keilmuan, memiliki batas-batas yang jelas dan sistematika yang eksplisit. Pendidikan
sendiri diwujudkan melalui suatu rangkaian proses pengembangan kemampuan serta perilaku in-
dividu agar dapat dimanfaatkan dalam kehidupan manusia.
Pendidikan di Indonesia sendiri dimulai dari sejak dini, ketika individu berada di lingkun-
gan keluarga, masyarakat maupun di lingkungan sekolah. Pendidikan formal di Indonesia secara
umum dimulai dari Pendidikan Anak Usia Dini kemudian dilanjutkan pada jenjang Sekolah Dasar,
Sekolah Menengah Pertama, dan Sekolah Menengah Atas. Sekolah Dasar merupakan jenjang pen-
didikan yang menjadi pilar atau tiang pendidikan selanjutnya. Tingkat pendidikan Sekolah Dasar
merupakan pendidikan awal atau dasar, dimana anak mulai mengenal pendidikan yang sesung-
guhnya. Tidak seperti di Taman Kanak-Kanak yang pembelajaran cenderung berisi permainan.
Pada tingkat pendidikan dasar ini anak mulai mengenal berbagai macam pengetahuan sikap dan
keterampilan. Anak mulai belajar beberapa mata pelajaran yang harus dikuasai, seperti Matemati-
ka, Bahasa Indonesia, IPA, IPS, dan sebagainya.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia oleh tim penyusun kamus Pusat Pembinaan dan
Perkembangan Bahasa, Matematika adalah ilmu tentang bilangan-bilangan, hubungan antara bil-
angan dan prosedur operasional yang digunakan dalam penyelesaian masalah bilangan. Di Indone-
sia sendiri, pendidikan matematika masih jauh tertinggal dibanding negara-negara lain walaupun
di kancah Internasional secara individu siswa Indonesia ada yang berprestasi namun hal itu belum
dapat dijadikan potret pendidikan di Indonesia. Matematika cenderung dijadikan momok bagi
siswa dan dianggap pelajaran yang menakutkan. Padahal dalam kehidupan sehari-hari ilmu ini
sering digunakan. Untuk itu pendidikan matematika perlu diajarkan sejak dini dan pemahaman
siswa pada mata pelajaran ini perlu ditingkatkan. Pendidikan matematika di Sekolah Dasar sangat
penting, karena merupakan dasar dari penggunaan matematika di tingkat selanjutnya. Anggapan
matematika sebagai pelajaran yang menakutkan harus dihapuskan dan diganti dengan pelajaran
yang menyenangkan. Di Sekolah Dasar sebagian besar materi pelajaran disampaikan secara kon-
vensional.
Sehingga materi terlihat kurang menarik. Untuk itu diperlukan sebuah inovasi pembela-
jaran sehingga materi terlihat lebih menarik dan memotivasi siswa untuk belajar. Seiring dengan
berkembangnya arus globalisasi, dunia mengalami perubahan teknologi menuju pada kemajuan
zaman dimana diciptakannya teknologi yang memudahkan kegiatan manusia. Salah satunya
adalah dengan berkembangnya smartphone. Di Indonesia sendiri dikutip dari kemenperin.go.id
mengatakan bahwa penetrasi atau pertumbuhan ponsel di Indonesia mencapai 62% per tahun.
Data yang dilansir dari teknoflas.com mengatakan bahwa para analisis memprediksi penjualan
smartphone di Indonesia dalam waktu dekat akan menembus 12 juta sampai 15 juta unit.
Untuk pembagian pasar terbagi dalam dua potongan besar yakni smartphone dengan
OS Android mencapai 50-60 %, kemudian diikuti oleh Blackberry dengan pangsa pasar 30%.
Namun seiring dengan kemajuan teknologi dan banyaknya pengguna smartphone di Indonesia
berbanding terbalik dengan pemanfaatan smartphone yang belum optimal khususnya di dunia
pendidikan. Di kalangan pelajar sendiri smartphone sebagian besar hanyak digunakan untuk
mengakses jejaring social seperti facebook dan twitter dan belum mengambil peranan penting
di bidang pendidikan. Sedangkan pada anak SD, smartphone seringkali hanya digunakan untuk
memainkan permainan.
KAJIAN PUSTAKA
Pengertian Pembelajaran
Menurut Daryanto (2002: 51), pembelajaran adalah proses penciptaan lingkungan yang
memungkinkan terjadi proses belajar. Dalam pembelajaran yang paling utama adalah bagaimana
siswa belajar dimana aktifitas mental siswa dalam berinteraksi dengan lingkungan yang meng-
hasilkan perubahan perilaku secara konstan. Aspek penting dalam proses pembelajaran adalah
lingkungan, bagaimana lingkungan diciptakan dengan unsur-unsurnya sehingga dapat mengu-
bah perilaku siswa. Menurut Azhar Arsyad (2011: 1), salah satu tanda seseorang telah mengalami
proses belajar adalah adanya perubahan tingkah laku yang terjadi akibat perubahan pengeta-
huan, keterampilan, atau sikap.
Dengan demikian pembelajaran merupakan proses belajar yang menghasilkan perubahan
perilaku karena adanya perubahan pengetahuan, keterampilan, dan sikap secara positif. Menurut
Etziono (1964) yang dikutip dari Daryanto (2002: 57), pembelajaran berkualitas erat kaitannya
dengan mutu dan kefektifan. Efektivitas dapat dinyatakan dengan tingkat keberhasilan dalam
mencapai tujuan atau sasarannya. Efektivitas tersebut merupakan konsep yang mencakup berb-
agai faktor di dalam maupun di luar diri seseorang. Sementara itu belajar dapat pula dikatakan
sebagai komunikasi terencana yang menghasilkan perubahan sikap, keterampilan, dan pengeta-
huan. Dengan demikian pembelajaran adalah proses yang menghasilkan perubahan tingkah laku
(pengetahuan, sikap, dan keterampilan).
88 Jurnal Ilmiah Inspirasi
Volume VIII I Nomor 1 I Maret 2022
Pengembangan Multimedia Pembelajaran Matematika Berbasis Android Sri Hartatik
Untuk Siswa Kelas VI UPTD SDN Burneh 1 Kecamatan Burneh Kabupaten Guru SDN Burneh 1 Kec. Burneh
Bangkalan
Bangkalan Tahun Pelajaran 2021/2022
Media Pembelajaran
a. Pengertian Media Pembelajaran Menurut Azhar Arsyad (2011: 3), kata media berasal dari ba-
hasa Latin yaitu medius yang berarti ‘tengah’, ‘perantara’ atau ‘ pengantar’ dari pengirim pesan
ke penerima. Gerlach dan Ely (1971) yang dikutip dari Azhar Arsyad (2011), mengatakan bahwa
media secara garis besar adalah manusia, materi atau peristiwa yang mampu menambah peng-
etahuan siswa baik secara kognitif, afektif maupun keterampilan. Menurut AECT (Association
of Education and Communication Technology, 1997) yang dikutip dari Azhar Arsyad (2011: 3),
membatasi media sebagai segala bentuk yang digunakan untuk menyampaikan pesan atau infor-
masi. Heinich, dan kawan-kawan (1982) yang dikutip dari Azhar Arsyad (2011: 4), medium ada-
lah perantara yang digunakan untuk menyampaikan informasi dari sumber ke penerima. Media
komunikasi adalah sejenis bahan-bahan cetakan, televisi, radio, foto, film, rekaman audio yang
membawa pesan-pesan komunikasi. Sedangkan media pengajaran adalah media yang digunakan
untuk membawa pesan atau informasi secara instruksional atau mengandung maksud-mak-
sud pengajaran. Hamidjojo dalam Latuheru (1993) yang dikutip dari Azhar Arsyad (2011: 4),
mengatakan bahwa media adalah semua bentuk perantara yang digunakan oleh manusia untuk
menyampaikan pesan, gagasan, atau pendapat sehingga dapat sampai kepada penerima. Dengan
demikian pengertian dari media adalah perantar yang dapat digunakan untuk menyampaikan
suatu ilmu, pesan, atau informasi dari pengirim ke penerima.
b. Penggunaan Media Pembelajaran Interaksi antara pengalaman baru dan pengalaman yang per-
nah dialami sebelumnya dapat menimbulkan pengetahuan dan keterampilan, perubahan sikap
dan perilaku. Menurut Bruner (1966: 10-11) yang dkutip dari Azhar Arsyad (2011: 7), tingkatan
utama dalam modus belajar ada tiga yaitu pengalaman enactive langsung, pengalaman pictorial
atau gambar, dan pengalaman symbolic atau abstrak. Ketiga tingkat pengalaman belajar tersebut
saling berinteraksi untuk memperoleh pengalaman baru. Tingkatan pengalaman tersebut digam-
barkan oleh Dale (1986) sebagai proses komunikasi. Sedangkan materi yang disampaikan pada
siswa disebut pesan.
c. Levie& Levie (1975) yang dikutip dari Azhar Arsyad (2011: 9), menyimpulkan bahwa stimu-
lus visual lebih baik untuk mengingat, mengenal, mengingat kembali, dan menghubungkan kata
dengan konsep. Namun apabila pembelajaran melibatkan ingatan yang berurutan (sekuensial)
akan lebih baik jika menggunakan stimulus verbal. Siswa akan lebih mengerti materi yang dis-
ampaikan jika memanfaatkan indera ganda dalam artian menggunakan stimulus pandang dan
dengar. Perbedaan perolehan hasil belajar melalui indera pandang dan dengae kurang lebih 90%
melalui indera pandang, 5% indera dengar, dan 5% indera lainnya. Sedangkan Dale (1969) men-
gatakan perolehan hasil belajar melalui indera pandang sekitar 75%, indera dengar 13%, dan 12%
indera lainnya.
Teknologi TI telah berimbas pada dunia pendidikan, dengan ditandai oleh munculnya
berbagai inovasi dan kreasi dalam proses penyampaian bahan ajar kepada peserta didik. Dalam
pendidikan terdapat tiga proses inti pendidikan, yaitu pengajaran, penelitian, dan pelayanan di-
mana ketiga hal tersebut menjadi sumber akses bagi penggunaan dan pemanfaatn TI. Modernisasi
telah mengubah wajah pendidikan saat ini, yakni pergeseran dari pendidikan tatap muka yang
konvensional kea rah pendidikan yang lebih terbuka. Pendidikan di masa akan datang akan lebih
bersifat fleksibel, terbuka dan adapat diakses oleh siapapun.
Multimedia Pembelajaran
Pengertian Multimedia Pembelajaran
Menurut Daryanto (2002: 51), multimedia dibagi menjadi dua kategori, yaitu multimedia
linear dan multimedia interaktif. Multimedia linear adalah multimedia yang tidak dilengkapi den-
gan alat pengontrol yang dapat dioperasikan oleh pengguna. Contoh multimedia linear berjalan
sekuensial atau berurutan adalah video, film, TV, dll. Sedangkan multimedia interaktif adalah
suatu multimedia yang di dalamnya terdapat alat pengontrol untuk dioperasikan oleh pengguna.
Contoh multimedia interaktif adalah game, pembelajaran interaktif, dll. Sedangkan multimedia
pembelajaran adalah aplikasi multimedia yang digunakan dalam proses pembelajaran yaitu un-
tuk menyalurkan pesan, merangsang pilihan, perasaam, perhatian, dan kemauan siswa sehingga
proses belajar terjadi. Menurut Richard E. Mayer (2009: 3), multimedia adalah presentasi materi
menggunakan kata-kata sekaligus gambar. Kasus yang seringkali ditemui adalah bahwa murid
akan lebih bisa memahami materi yang disampaikan apabila disajikan dengan kata-kata dan gam-
bar dibandingkan kata-kata atau gambar saja. Yang dimaksud kata-kata dalam hal ini adalah ma-
teri yang disampaikan dalam bentuk verbal baik cetak maupun lisan. Sedangkan gambar adalah
materi yang disajikan dalam bentuk gambar baik berupa ilustrasi, grafik, foto dan peta. Menurut
Azhar Arsyad (2011: 170), multimedia adalah kombinasi antara dua atau lebih jenis elemen me-
dia, dapat berupa teks, grafik, gambar, animasi, suara, dan video. Dengan demikian multimedia
pembelajaran adalah gabungan dari dua atau lebih unsur atau elemen media yang digunakan un-
tuk menyalurkan informasi dalam proses pembelajaran.
Bentuk Multimedia
Pembelajaran Azhar Asyad (2011: 158-166), mengungkapkan bentuk-bentuk penyajian
multimedia digolongkan dalam 4 macam, yaitu: 1).Tutorial: Informasi yang disajikan di layar
komputer dengan teks, gambar, atau grafik. Siswa diminta untuk menjawab pertanyaan, jika jawa-
ban benar komputer akan menyajikan informasi selanjutnya, namun jika salah siswa komputer
dapat kembali ke proses sebelumnya atau berlaku konsep remedial.
90 Jurnal Ilmiah Inspirasi
Volume VIII I Nomor 1 I Maret 2022
Pengembangan Multimedia Pembelajaran Matematika Berbasis Android Sri Hartatik
Untuk Siswa Kelas VI UPTD SDN Burneh 1 Kecamatan Burneh Kabupaten Guru SDN Burneh 1 Kec. Burneh
Bangkalan
Bangkalan Tahun Pelajaran 2021/2022
2) Drills dan Practice: Pembelajaran yang disajikan dalam bentuk latihan untuk meningkatkan
keterampilan siswa. 3) Simulasi: Pembelajaran yang disajikan menyerupai proses dinamika
yang terjadi di dunia nyata yang memberikan memberikan pengalaman masalah “dunia nya-
ta” yang berhubungan dengan resiko. 4). Permainan Instruksional: program yang menyajikan
bentuk permainan instruksional yang menggabungkan aksi permainan, keterampilan meng-
gunakan keyboard yang mengacu pada pembelajaran.
Android
a. Pengertian Android Menurut Wei-Meng Lee (2011: 4), Android adalah mobile operating
system yang dimodifikasi berdasarkan versi Linux. Aslinya Android didevelop oleh nama yang
sama yaitu Android, Inc. Pada 2005 bagian dari strategi untuk memasukkannya pada mo-
bile space adalah Google membeli Android dan mengambil alih pengembangannya. Fitur-fi-
tur Android Android adalah sistem operasi gratis dan bisa dicostumize dengan mengkon-
figurasikan hardware dan software. Menurut Lee (2011: 3), Android memiliki beberapa fitur
di bawah ini: a. Storage, menggunakan SQLite, relational database. b. Connectivity, supports
GSM/EDGE, IDEN, CDMA, EV-DO, UMTS, Bluethooth, WiFi, LTE, dan WiMax. c. Messag-
ing, supports SMS dan MMS. d. Web browser, didasarkan pada open-source WebKit bersama
dengan Chrome’s V8 JavaScript engine. e. Media support, termasuk H.263, H.264, MPEG-4
SP, AMR, AMR-WB, AAC, HE-AAC, MIDI, Ogg Vorbis, WAV, JPEG, PNG, GIF, dan BMP. f.
Hardware support, akselarasi sensor, kamera, digital kompas, proximity sensor, dan GPS. g.
Multi-touch h. Multi-tasking i. Flash support j. Tathering, support sharing koneksi internet.
METODE PENELITIAN
Model Pengembangan
Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian dan pengembangan atau sering dikenal
dengan sebutan Research and Development (R&D). Menurut Sugiyono (2012:407), metode
penelitian dan pengembangan adalah metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan
produk tertentu dan menguji keefektifan produk tersebut. Penelitian ini menggunaan model
pengembangan yang diadaptasi dari model pengembangan Alessi dan Trolip. Menurut Allesi
dan Trolip (2001: 410-413), tahapan pengembangan multimedia meliputi: (1)tahap perenca-
naan, (2)desain, dan (3)pengembangan.
Prosedur Pengembangan
Tahap penelitian yang digunakan meliputi tahap perencanaan, desain, dan pengemban-
gan. Pengujian dalam penelitian ini digunakan untuk menilai kelayakan produk yang terdiri dari
uji alpha dan beta. Desain Dalam pengembangan media pembelajaran matematika, dilakukan
desain aplikasi untuk menetukan layout dan fungsi-fungsi yang akan dimuat di dalam aplikasi.
Ini dilakukan untuk mempermudak dalam penerjemahan ke dalam implementasi. Tahap desain
merupakan pembuatan desain konten yaitu tampilan dan jalannya Tahap ini terdiri dari: a). Mem-
buat desain flowchart ,b) Membuat desain storyboard, c) Membuat desain interface
Pengembangan Tahap pengembangan adalah tahap dimulainya pengerjaan sehingga di-
hasilkan suatu produk. Tahap ini terdiri dari: a) Pembuatan tampilan Langkah awal yang dilaku-
kan pada tahap pengembangan adalah pembuatan tampilan halaman-halaman dari media yang
akan dibuat. Tampilan ang sudah didesain sebelumnya diimplementasikan dalam bentuk jadi. b)
Penulisan kode program Langkah kedua dalam tahap pengembangan adalah penulisan kode pro-
gram, yaitu tampilan halaman yang telah dbuat kemudian diberi perintah-perintah berupa kode
program agar dapat berjalan sesuai dengan fungsinya. c) Uji alpha Uji alpha merupakan pengujian
yang dilakkan oleh kalangan ahli dalam bidangnya. Uji alpha dilakukan sebelum produk diujikan
kepada calon pengguna. Pada uji alpha catatan-catatan yang diberikan oleh ahli dikumpulkan un-
tuk memperbaiki kekurangan pada produk. d) Revisi Setelah dilakukan test alpha, maka dilakukan
revisi media/ produk. Revisi dilakukan berdasarkan catatan-catatan yang diperoleh dari ahli pada
saat uji alpha. Catatan-catatan tersebut dijadikan pedoman dalam perbaikan produk. e) Uji beta
Uji beta adalah pengujian aplikasi yang diujikan pada sekelomok calon pengguna tanpa adanya
kontrl dari pengembang. Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui tingkat kelayakan aplikasi.
f) Uji Coba Lapangan Uji coba lapangan termasu bagian dari langkah pengujian untuk mencapi
keberhasilan dalam pengembangan aplikasi pada linkungan pembelajaran yang sebenarnya. Pada
tahap uji coba lapangan dilakukan pre-test dan post-test untuk mengetahui pengaru aplikasi ter-
hadap lingkungan pembelajaran.
92 Jurnal Ilmiah Inspirasi
Volume VIII I Nomor 1 I Maret 2022
Pengembangan Multimedia Pembelajaran Matematika Berbasis Android Sri Hartatik
Untuk Siswa Kelas VI UPTD SDN Burneh 1 Kecamatan Burneh Kabupaten Guru SDN Burneh 1 Kec. Burneh
Bangkalan
Bangkalan Tahun Pelajaran 2021/2022
Instrumen Penelitian
Menurut Sugiyono (2012:148), instrumen adalah suatu alat yang digunakan men-
gukur fenomena alam maupun sosial yang diamati. Alat ukur yang digunakan dalam pe-
nelitian ini adalah berupa angket dengan skala pengukuran yang digunakan adalah den-
gan skala Likert. 36 Angket yang digunakan berisi pertanyaan-pertanyaan yang diberikan
tanggapan oleh subyek peneliti. Tipe jawaban yang digunakan adalah berbentuk check list
(√). Alternatif jawaban yang diberikan untuk angket validasi ahli dan responden berbeda.
Analisis Alat Pembuat Media Media dibuat dengan menggunakan beberapa program pen-
dukung yaitu Adobe Flash CS6 sebagai aplikasi utama, dikarenakan Adobe Flash CS6 mempunyai
kelebihan memberi dukungan untuk android dengan Adobe Flash payer terbaru, performa pemua-
tan foto berukuran besar yang lebih cepat. Adobe Flash CS6 mempunyai fitur untuk mengembang-
kan media yang outputnya adalah .apk dengan memanfaatkan Action Script 3.0. Karena aplikasi
yang dibuat adalah berbasis android, maka Adobe Flash CS6 ini cocok digunakan untuk pembuatan
media. Aplikasi lain yang digunakan dalam pembuatan media adalah Adobe Photoshop CS4 dan
Corel Draw X4. Kedua aplikasi ini adalah aplikasi yang digunakan untuk mengelola gambar yang
nantinya akan dimasukkan ke dalam multimedia pemelajaran.
Pengumpulan Bahan Tahap merupakan tahapan persiapan, yaitu dimulainya pengumpulan-
pengumpulan bahan yang dibutuhkan. Bahan-bahan yang dipersiapkan untuk mengembangkan
aplikasi multimedia pembelajaran matematika adalah sebagai berikut: a) Perangkat Keras (hard-
ware) Perangkat keras yang digunakan dalam pengembangan media adalah laptop/ komputer jin-
jing dengan spesifikasi sebagai berikut: (1) Sistem Operasi Windows 7 ultimate 64-bit. (2) Prosessor
intel core i3 dan RAM 2 GB. b) Perangkat Lunak (Software) Perangkat lunak yang digunakan dalam
pengembangan media ini adalah sebagai berikut: (1) Adobe Flash CS6 sebagai software utama. (2)
Corel Draw X4 sebagai alat pengolah gambar. c) Perangkat Pembelajaran. Penulisan Syntax Media
Setelah pembuatan tampilan maka langkah selanjutnya adalah penulisan kode/ syntax untuk men-
jalankan fungsi tombol sesuai dengan tujuan rancangan. Penulisan kode ini menggunalan bahasan
pemrograman Action Script 3.0. penulisan kode program secara lengkap dapat dilihat pada lampi-
ran.
Pengujian Alpha Pengujian alpha dalam penelitian ini dilakukan kepada ahli terhadap 3
bidang, yaitu pengujian instrumen penelitian, ahli media, dan ahli materi. Pengujian instrumen ber-
fungsi untuk menilai kelayakan instrumen sebelum digunakan dalam pengambilan data penelitian.
Pengujian ahli media berfungsi untuk menilai terhadap kelayakan media dari sisi desain tampilan
dan jalannya program. Pengujian ahli materi berfungsi untuk memberikan penilaian media dari sisi
materi yang dimuat dalam media.
Pembahasan
94 Jurnal Ilmiah Inspirasi
Volume VIII I Nomor 1 I Maret 2022
Pengembangan Multimedia Pembelajaran Matematika Berbasis Android Sri Hartatik
Untuk Siswa Kelas VI UPTD SDN Burneh 1 Kecamatan Burneh Kabupaten Guru SDN Burneh 1 Kec. Burneh
Bangkalan
Bangkalan Tahun Pelajaran 2021/2022
Tahap yang kedua adalah tahap desain yang meliputi pembuatan flowchart, storyboard, dan de-
sain antarmuka. Kemudian tahap yang ketiga adalah tahap pengembangan media yang meliputi
pengumpulan materi, pembuatan produk, penulisan kode, pengujian alpha, revisi, dan pengu-
jian beta. Pengembangan produk ini memanfaatkan software Adobe Flash CS 6, menggunakan
bahasa pemrograman Action Script 3.0. Hasil dari pengembangan multimedia ini adalah berupa
aplikasi android dengan format *.apk. dengan spesifikasi perangkat untuk menjalankannya se-
bagai berikut: (1)sistem Operasi Android 2.2 (froyo) atau lebih baru, (2) RAM 225 atau lebih
besar, (3) layar dengan resolusi 4 inchi ata lebih besar. 2). Kelayakan Multimedia Pembelajaran
Matematika Untuk menilai kelayakan produk maka dilakukan validasi kelayakan oleh ahli ma-
teri dan ahli media. Para ahli memberikan saran terhadap produk yang dikembangkan apabila
dirasa masih kurang layak. Untuk uji coba produk dilakukan pengujian produk terhadap siswa
kelas VI Sekolah Dasar. Dalam uji coba ini, digunakan instrumen dengan menggunakan skor pe-
nilaian skala 1-5 untuk ahli materi dan ahli media sedangkan untuk siswa dengan menggunakan
skala 1 sampai 5 sesuai pedoman yang telah ditetapkan sebelumnya. Berdasarkan hasil penilaian
kelayakan dari para ahli dan siswa dijabarkan sebagai berikut:
a. Ahli Media Penilaian yang dilakukan oleh ahli media meliputi penilaian dari navigasi, kemu-
dahan, tulisan, dan aspek tampilan untuk menilai produk yang telah dikembangkan. Dari hasil
penilaian tersebut dilakukan revisi sesuai saran. Hasil dari penilaian ahli media didapatkan skor
persentase kelayakan media dari aspek navigasi sebesar 95% dengan kategori sangat layak, aspek
kemudahan sebesar 84% dengan kategori sangat layak, aspek tulisan sebesar 80% dengan kate-
gori sangat layak, dan aspek tampilan sebesar 78,58% dengan kategori layak. Berdasarkan skor
keempat aspek tersebut maka didapatkan skor akhir kelayakan media sebesar 84,34%. Dengan
demikian, kategori kelayakan media pembelajaran ini dapat dikatakan dalam kategori “Sangat
Layak” digunakan.
b. Ahli Materi Penilaian yang dilakukan oleh ahli materi meliputi penilaian dari aspek pembe-
lajaran dan aspek materi apakah sesuai dengan materi yang diajarkan atau tidak. Dari hasil pe-
nilaian tersebut dilakukan revisi sesuai saran. Hasil penilaian media pembelajaran oleh ahli ma-
teri, dari aspek pembelajaran sebesar 70% dengan kategori layak dan aspek materi sebesar 71%
dengan kategori layak, sehingga didapatkan persentase kelayakan akhir sebesar 70,5%. Dengan
demikian media pembelajaran matematika dalam kategori “Layak” digunakan.
c. Siswa Penilaian oleh siswa meliputi aspek kemudahan, motivasi, kemenarikan, dan keberman-
faatan. Dari penilaian aspek-aspek tersebut didapatkan skor persentase kelayakan dari aspek
kemudahan sebesar 93,7% dengan kategori sangat layak, aspek motivasi 92,2% dengan kategori
sangat layak, aspek kemenarikan 91,7% dengan kategori sangat layak, dan aspek kebermanaatan
sebesar 94,2% dengan kategori sangat layak, sehingga didapatkan persentase akhir sebesar 92,9%.
Dengan demikian berdasarkan dapat dikatakan bahwa media pembelajran dalam kategori ”Sangat
Layak” untuk digunakan dalam membantu siswa belajar Matematika. Dengan demikian menurut
siswa media yang dibuat mudah digunakan, dapat memotivasi belajar, menarik, dan bermanfaat
atau membantu siswa dalam belajar.
2. Hasil Belajar Siswa Setelah Menggunakan Multimedia Pembelajaran Matematika Dari hasil
dari penggunaan media diketahui bahwa jumlah persentase siswa yang memenuhi nilai ketun-
tasan pada saat pre-test sebesar 40% atau sebanyak 12 anak memenuhi KKM, sedangkan pada
saat post-test sebesar 80% atau sebanyak 24 anak memenuhi kriteria ketuntasan minimal. Hal
tersebut menunjukkan bahwa aplikasi media pembelajaran berdampak postif terhadap ketun-
tasan belajar siswa.
c) Hasil penilaian oleh siswa adalah dari aspek kemudahan sebesar 93,7%, aspek motivasi
92,2%, aspek kemenarikan 91,7%, dan aspek kebermanafatan sebesar 94,2%, sehingga didapa-
tkan persentase akhir sebesar 92,9% dengan kategori ”Sangat Layak”. 3. Dari hasil dari penggu-
naan media diketahui bahwa jumlah persentase siswa yang memenuhi nilai ketuntasan pada
saat pre-test sebesar 40%, sedangkan pada saat post-test sebesar 80%. Dengan demikian aplika-
si media pembelajaran dapat dikatakan bermanfaat dalam penggunaannya.
Pelaksanaan dan hasil penelitian dirasa masih banyak kekurangan. Hal ini dikarenakan
keterbatasan peneliti dalam melakukan pengembangan produk serta dalam proses penelitian
itu sendiri. Beberapa diantaranya adalah media yang dibuat masih dirasa perlu disempurnakan,
mengingat keterbatasan alat baik berupa software, hardware, maupun kemampuan peneliti.
Hal-hal yang perlu disempurnakan antara lain kualitas gambar yang digunakan sebaiknya dib-
uat menggunakan adobe illustrator agar apabila diimport ke dalam Adobe Flash tidak pecah,
namun untuk menggunakan software tersebut minimal harus terdapat 2 GB free space RAM,
pemberian animasi agar lebih memudahkan siswa untuk memahami materi. Selain itu pengem-
bangan produk ini masih sebatas beberapa kompetensi dasar pada mata pelajaran matematika
kelas VI SD. Keterbatasan berikutnya adalah aplikasi 75 ini hanya dapat berjalan pada ponsel
bersistem operasi android sehingga masih membutuhkan pengembangan agar dapat dijalankan
di ponsel sistem operasi lainnya seperti IOS, windows phone, dsb.
Saran
Berdasarkan penelitian ini, peneliti memberikan beberapa saran kepada peneliti selan-
jutnya yaitu: 1) Pengembangan materi yang lebih luas. 2) Pengembangan desain aplikasi yang
lebih menarik lagi. 3) Pengembangan aplikasi agar tidak terbatas pada aplikasi berbasis An-
droid. 4) Pengembangan media pembelajaran yang lebih melibatkan user dalam berinteraksi di
dalamnya.
DAFTAR RUJUKAN
Agus H, Nugroho. (2010). Pemrograman Animasi Menggunakan Actionscript untuk Flash. Retrivied
October, 25, 2013, from http://lecturer.ukdw.ac.id/cnuq/wpcontent/uploads/animasi/bab1.pdf
Alessi, S. M., & Trollip, S. R. (2001). Multimedia for Learning. Massachusetts: Allyn & Bacon.
Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Aripurnamyana, M. Irfan. (2012). Rancangan dan Pembuatan Mobile Learning Berbasi Android. Ja
karta. Retrieved Januari 5, 2014, from Publikasi Universitas Gunadarma: http://publication.gun
adarma.ac.id/bitstream/123456789/1210/1/ 50407522.pdf
Arsyad, Azhar .(2011). Media pembelajaran. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Daryanto.(2002).Media Pembelajaran. Yogyakarta: Gava Media.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia.(1997). Keterampilan Menjelang 2020 untuk Era
Global. Jakarta: Kemendikbud.
Fajariyah, Nur dan Defi Triratnawati. (2008). Cerdas Berhitung Matematika untuk SD/ MI Kelas 3. Ja
karta: Grahadi.
Ghifarie, Avicena Ilham. (2014). Urutan dan Macam Vesi Android dan Tanggal Rilisnya. Diakses dari
http://reflektormagz.blogspot.com/2014/08/urutan-dan-macamversi-android-dan.html. Pada
tanggal 19 September 2014, Jam 17.00 WIB.
Lee, W.-M. (2011). Beginning Android Application Development. Indiana: Wiley Publishing.
Mayer, Richard E. (2009). Multimedia Learning Prinsip-prinsip Aplikasi. Surabaya: ITS Press.
Mayer, Richard.(2007). Multimedia Learning. United States of America: Cambridge University Press.
Perindustrian, Kementrian. (2013). Pasar Smartphone di Indonesia. Diakses dari http://kemenperin.
go.id/artikel/5757/Blackberry-Kuasai-20-Pasar-SmartphoneIndonesia. Pada tanggal 7 Mei 2014,
Jam 10.30 WIB.
Prawitasari, Ayu. (2013). Samsung Kuasai 80% Pasar Indonesia. Diakses dari http://www.solopos.
com/2013/08/01/penjualan-smartphone-samsung-kuasai80-pasar-indonesia-433539?mobile
_switch=mobile. Pada tanggal 8 Mei 2014, Jam 10.00 WIB.
Prawono, Galih. (2011). Kreasi Animasi Interaktif dengan Action Script 3.0 pada Flash CS 5. Yogyakarta:
Andi.
Purbasari, Rohmi Julia, dkk.(2013). Pengembangan Aplikasi Android sebagi Media Pembelajaran
Matematika pada Materi Dimensi Tiga untuk Siswa SMA Kelas X. Retrieved Januari 5, 2014,
from jurnal Online Universitas Malang: http://jurnalonline.um.ac.id/data/artikel/artikel2C
484B69ABB15E4060342947D84D09F8.pdf
Putra, Nusa. (2012). Research & Development. Jakarta: Rajawali
Pers. Salim, Agus.(2007). Belajarlah! Membangun Pendidikan Indonesia. Yogyakarta: Tiara Wacana.
Saurina, Nia. (2007). Kualitas Perangkat Lunak. Retrivied October 18, 2013, from http://s2informatics.
files.wordpress.com/2008/01/kualitassoftware.pdf
Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods). Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. (2012). Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Rizkiansyah, Irvan.(2013). Pengembangan Alikasi Pembelajaran Interaktif Teknk Bermain Piano Berba
sis Multimedia di Lembaga Kursus Musik “Etnictro” Yogyakarta. Retrieved Januari 5, 2014, from
eprints Universitas Negeri Yogyakarta: http://eprints.uny.ac.id/10031/1/JURNAL.pdf
Uno, Hamzah dan Nina Lamatenggo. (2011).Teknologi Komunikasi dan Informasi Pembelajaran. Jaka
rta: Bumi Aksara.
98 Jurnal Ilmiah Inspirasi
Volume VIII I Nomor 1 I Maret 2022
Peningkatan Kemampuan
Menganalisis “Narative Teks” Melalui
Penerapan Pendekatan Saintifik Pada
Siswa Kelas IX C UPTD SMP Negeri 2
Rejoso Tahun Pelajaran 2016/2017
Oleh:
Edhi Kasminanto
Guru SMPN 2 Rejoso Nganjuk
ABSTRAK
Kecenderungan penurunan prestasi belajar bahasa Inggris materi pokok menganali-
sis “Narative Teks” disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain: (1) Siswa tidak biasa men-
cari/menemukan teori sendiri; (2) Waktu yang digunakan untukmenyampaikan materi masih
sangat kurang; (3) Antusias siswa terhadap pembelajarankegiatan praktek penganalisisan/
pencarian sendiri masih sangat kurang; dan (4) Minatsiswa rendah, sehingga siswa sering
mengantuk dalam menerima pelajaran.
Rumusan masalah penelitian ini adalah: (1) Apakah pendekatan saintifik dapatmening-
katkan kemampuan menganalisis “Narative Teks” pada siswa kelas IX CUPTD SMP Neg-
eri 2 Rejoso tahun pelajaran 2016/2017?; (2 Bagaimanakah peningkatankemampuan men-
ganalisis “Narative Teks” melalui pendekatan saintifik pada siswakelas IX C UPTD SMP
Negeri 2 Rejoso tahun pelajaran 2016/2017 ? ; dan (3) Apakah pendekatan saintifik dapat
meningkatkan aktivitas belajar siswa kelas IX C UPTD SMPNegeri 2 Rejoso tahun pelaja-
ran 2016/2017
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan studido-
kumentasi (mendokumentasikan hasil kegiatan tiap siklus). Teknik analisis datanya adalah
teknik deskriptif kuantitatif dengan mean (rata-rata hitung) dan persentase (%)dan deskrip-
tif kualitatif dengan kategori-kategori amat baik (A), baik (B), cukup baik(C), kurang (D),
dan amat kurang (E) dengan keterangan nilai kuantitatif rata-rata hitungdengan angka da-
lam bentuk skor 0 – 100 (bilangan bulat) sedangkan secara kualitatifketerangan nilai dengan
huruf.
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan disimpulkan bahwa: (1) Pendekatan
saintifik dapat meningkatkan kemampuan menganalisis “Narative Teks” siswa kelas IXC
UPTD SMP Negeri 2 Rejoso tahun pelajaran 2016/2017; (2) Peningkatan kemampuan men-
ganalisis “Narative Teks” melalui pendekatan saintifik pada siswa kelas IX C UPTD SMP
Negeri 2 Rejoso tahun pelajaran 2016/2017 persentase keberhasilnnyamencapai 57,69%
(dari data awal 38,46% menjadi 96,15% pada siklus II; dan (3)Pendekatan saintifik dapat
meningkatkan aktivitas belajar siswa kelas IX C UPTDSMP Negeri 2 Rejoso tahun pelaja-
ran 2016/2017.
PENDAHULUAN
Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional pe-
serta didik dan merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua bidang studi (De-
pdiknas, 2006:317). Pembelajaran bahasa diharapkan membantu peserta didik mengenal dirinya,
budayanya, dan budaya orang lain, mengemukakan gagasan dan perasaan, berpartisipasi dalam
masyarakat yang menggunakan bahasa tersebut, dan menemukan serta menggunakan kemam-
puan analitis dan imaginatif yang ada dalam dirinya.
Dalam kurikulum 2013 disebutkan bahwa “Pembelajaran bahasa Inggris diarahkan un-
tuk meningkatkan kemampuan peserta didik untuk berkomunikasi dalam bahasa Inggris den-
gan baik dan benar, baik secara lisan maupun tulis, serta menumbuhkan apresiasi terhadap hasil
karya kesastraan manusia Indonesia.” Salah satu pembelajaran Bahasa Inggris, terutama yang
berhubungan dengan mendengarkan adalah kemampuan memahami wacana/ cerita lisan.
Mengingat mendengarkan/menyimak merupakan aktivitas yang tidak bisa dilepaskan dari
kegiatan berbicara, dan membaca, maka kegiatan mendengarkan dalam pelaksanaannya memer-
lukan keaktifan berfikir dan kecepatan menangkap makna yang tersirat melalui cerita yang diba-
cakan si pembaca. Dengan kegiatan menyimak siswa bisa menganalisis bahan bacaan secara lisan
untuk selanjutnya dituangkan dalam bentuk tulisan.
Dari pengembangan kompetensi bahan kajian mata pelajaran Bahasa Inggris, ada beber-
apa masalah yang dihadapi siswa, salah satu masalah yang sering dijumpai guru dalam praktek
pembelajaran adalah rendahnya kemampuan siswa dalam menganalisis “Narative Teks”. Seperti
yang terjadi di kelas IX C UPTD SMP Negeri 2 Rejoso pada semester genap tahun pelajaran
2016/2017 nilai rata-rata hasil ulangan harian mata pelajaran Bahasa Inggris khususnya persen-
tase keberhasilan siswa dalam menganalisis “Narative Teks” hanya mencapai 42,9% dari 27
siswa, dengan nilai rata-rata mencapai 70,5. Angka tersebut masih di bawah rata-rata standar
minimal yang telah ditetapkan di IX C UPTD SMP Negeri 2 Rejoso , yaitu 75,00 atau dengan
persentase keberhasilan yang diharapkan 85%.
Kecenderungan penurunan prestasi belajar bahasa Inggris tersebut, disebabkan oleh be-
berapa faktor, antara lain: (1) Siswa tidak biasa menemukan makna kata dalam kamus; (2) Waktu
yang digunakan untuk menyampaikan materi masih sangat kurang; (3) Antusias siswa terhadap
pembelajaran kegiatan praktek menulis sendiri masih sangat kurang; dan (4) Minat siswa rendah,
sehingga siswa sering mengantuk dalam menerima pelajaran. Jika hal ini dibiarkan akan ber-
dampak negatif terhadap prestasi belajar siswa, khususnya pada nilai ujian semester dan ujian
nasional.
100 Jurnal Ilmiah Inspirasi
Volume VIII I Nomor 1 I Maret 2022
Peningkatan Kemampuan Menganalisis “Narative Teks” Melalui Pener- Edhi Kasminanto
apan Pendekatan Saintifik Pada Siswa Kelas IX C UPTD SMP Negeri 2 Guru SMPN 2 Rejoso Nganjuk
Rejoso Tahun Pelajaran 2016/2017
Berkenaan dengan berbagai masalah di atas, salah satu cara yang ditempuh untuk me-
mecahkan masalah tersebut adalah mengadakan penelitian tindakan kelas. Dalam penelitian
ini, peneliti sekaligus sebagai pengajar akan menerapkan pendekatan saintifik dalam menyam-
paikan materi pembelajaran. Untuk itu penelitian ini diberi judul Peningkatan Kemampuan
menganalisis “Narative Teks” melalui Penerapan Pendekatan Saintifik pada Siswa Kelas IX C
UPTD SMP Negeri 2 Rejoso Tahun Pelajaran 2016/2017.
KAJIAN PUSTAKA
Narative Teks
Teks narrative merupakan teks yang bertujuan untuk menghibur pembaca dengan pen-
galaman nyata atau khayal (to entertain/ amuse the readers and to deal with actual or variuous
experience). Ciri- ciri dalam teks narrative adalah adanya unsur konflik (masalah) dan penyele-
saian (resolusi). Jumlah permasalahan yang dijabarkan bisa saja satu atau lebih dari satu. (Cun-
torio, 2016)
Tujuan Teks Naratif: Untuk memikat atau menghibur pembaca/pendengar melalui cerita.
Sebuah narrative text memiliki ciri-ciri atau language features sebagai berikut: (1) Menggunakan
simple past tense; (2) Menggunakan conjunction (kata hubung); (3) Menggunakan action verbs
(kata kerja material); (4) Banyak menggunakan kata keterangan waktu; dan (5) Biasanya terdapat
dialog.
Ada beberapa tipe dalam narrative teks, biasanya teks tersebut bersifat fiksi, fakta , atau
gabungan antara keduanya. Cerita dalam narrative teks bisa berbentuk cerita peri (fairy stories),
misteri (mysteries), fiksi ilmiah (science fiction), roman, cerita horor,cerita petualangan, fabel, mi-
tos dan legenda, sejarah, balad, penggalan kisah hidup seseorang, ataupun pengalaman pribadi.
Beberapa contoh teks naratif seperti: (1) kisah “Cinderela”; (2) Narrative Text Legenda Da-
nau Toba; (3) Narrative Text Fable: The Bear and Rabbit; (4) Snow White; (5) Timun Mas; dan (6)
Legenda Roro Jonggrang
Pendekatan Saintifik
Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita ter-
hadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang
sifatnya masih sangat umum, di dalamnya mewadahi, menginspirasi, menguatkan, dan melatari
metode pembelajaran dengan cakupan teoretis tertentu.
Di lihat dari pendekatannya, pembelajaran terdapat dua jenis pendekatan, yaitu: 1) pendeka-
tan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada siswa (student centered approach) 2)
pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada guru (teacher centered approach).
Pembelajaran dengan pendekatan saintifik adalah proses pembelajaran yang dirancang se-
demikian rupa agar peserta didik secara aktif mengonstruk konsep, hukum atau prinsip melalui
tahapan-tahapan mengamati (untuk mengidentifikasi atau menemukan masalah), merumuskan
masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan berbagai teknik,
menganalisis data, menarik kesimpulan dan mengomunikasikan konsep, hukum, atau prinsip yang
ditemukan.
Pendekatan Saintifik Pembelajaran dengan pendekatan saintifik adalah proses pembelajaran
yang dirancang sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif mengonstruk konsep, hukum atau
prinsip melalui tahapan-tahapan mengamati (untuk mengidentifikasi atau menemukan masalah),
merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan
berbagai teknik, menganalisis data, menarik kesimpulan dan mengomunikasikan konsep, hukum,
atau prinsip yang ditemukan.
102 Jurnal Ilmiah Inspirasi
Volume VIII I Nomor 1 I Maret 2022
Peningkatan Kemampuan Menganalisis “Narative Teks” Melalui Pener- Edhi Kasminanto
apan Pendekatan Saintifik Pada Siswa Kelas IX C UPTD SMP Negeri 2 Guru SMPN 2 Rejoso Nganjuk
Rejoso Tahun Pelajaran 2016/2017
Menanya
Dengan membaca sekilas uraian materi dan melakukan pengamatan berdasarkan sumber
belajar lainnya, peserta didik selanjutnya dapat mengembangkan sejumlah pertanyaan sebagai
langkah awal bagian inti pembelajaran.
Mengumpulkan Informasi/Mencoba
Hasil kegiatan menanya merupakan landasan untuk melakukan kegiatan pengumpulan
data atau informasi.
Menalar/Mengasosiasi
Menganalisis data pada dasarnya kegiatan untuk menindaklanjuti data yang diperoleh
dengan cara memilah-milah dan mengkatagorikannya sesuai dengan aspek-aspek yang tercakup
dalam pertanyaan-pertanyaan yang diajukan.
Mengomunikasikan
Untuk memulai langkah ini, guru perlu memberikan acuan seperlunya tentang tatacara
berdiskusi.
Mencipta
Kegiatan mencipta bukan merupakan langkah yang wajib dilaksanakan untuk setiap
rangkaian pembelajaran.
104 Jurnal Ilmiah Inspirasi
Volume VIII I Nomor 1 I Maret 2022
Peningkatan Kemampuan Menganalisis “Narative Teks” Melalui Pener- Edhi Kasminanto
apan Pendekatan Saintifik Pada Siswa Kelas IX C UPTD SMP Negeri 2 Guru SMPN 2 Rejoso Nganjuk
Rejoso Tahun Pelajaran 2016/2017
METODE PENELITIAN
Teknik pengumpulan data dalam PTK ini adalah sebagai berikut: (1) Untuk pra siklus
teknik yang digunakan adalah studi dokumentasi terhadap hasil kegiatan tes awal dengan soal-
soal tentang unsur-unsur teks naratif ; (2) Untuk siklus-siklus selanjutnya teknik yang digu-
nakan adalah mendokumentasikan hasil tes akhir siklus I dan II, serta hasil angket respon
siswa dan hasil pengamatan keaktifan siswa pada saat pembelajaran berlangsung.
Langkah-langkah pengumpulan data setiap siklus adalah sebagai berikut: 1) Untuk tiap
siklus teknik yang digunakan peneliti adalah studi dokumentasi terhadap kegiatan tugas men-
ganalisis “Narative Teks”; (2) Kolaborator mengadakan pengamatan tentang aktivitas /keakti-
fan belajar dan respon siswa dalam diskusi kelompok; (3) Peneliti /kolaborator mengadakan tes
kemampuan hasil siklus I dan II; dan (4) Mendokumentasikan hasil tes akhir siklus I dan II.
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis data
deskriptif. Teknik analisis data deskriptif yang diterapkan analisis kuantitatif dan analisis
kualitatif.
Penelitian ini dilakukan selama tiga bulan pada semester 1 tahun 2017, yakni dari tang-
gal 10 Maret s.d. 10 Juni 2017. Tempat penelitiannya di kelas IX C UPTD SMP Negeri 2 Rejoso,
Nganjuk. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas IX C UPTD SMP Negeri 2 Rejoso, Ka-
bupaten Nganjuk, Tahun Pelajaran 2016/2017 yang berjumlah 27 siswa. Objek penelitiannya
adalah menganalisis “Narative Teks” dan pendekatan saintifik.
Prosedur Penelitian
Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian ini direncanakan menggunakan dua siklus. Bila pada siklus kedua su-
dah berhasil, maka peneliti tidak merencanakan kegiatan siklus III. Masing-masing siklus terbagi
atas empat kegiatan, yaitu:
Kegiatan yang harus dilakukan pada masing-masing siklus adalah tahap perencanaan
(planning), tahap pelaksanaan (acting), tahap observasi (observing), dan tahap refleksi (re-
flecting). Masing-masing tahap akan dibagi lagi dalam kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh
peneliti/guru.
106 Jurnal Ilmiah Inspirasi
Volume VIII I Nomor 1 I Maret 2022
Peningkatan Kemampuan Menganalisis “Narative Teks” Melalui Pener- Edhi Kasminanto
apan Pendekatan Saintifik Pada Siswa Kelas IX C UPTD SMP Negeri 2 Guru SMPN 2 Rejoso Nganjuk
Rejoso Tahun Pelajaran 2016/2017
Tahap Tindakan
1) Kilas balik tentang menganalisis “Narative Teks”
2) Membagi kelompok.
3) Menyiapkan tugas pengamatan pada setiap kelompok.
4) Mengamati (observing) penganalisisan teks narasi
5) Menanya unsur-unsur teks narasi
6) Mengumpulkan Informasi/ menganalisis unsur-unsur teks narasi
7) Menalar untuk mencipta hasil telaah teks narasi
8) Mengomunikasikan unsur-unsur teks narasi yang telah dianalisis
9) Mencipta dan mendokumentasikan hasi kerja kelompok
10) Mendiskusikan / melaporkan hasil analisis teks narasi kepada guru.
Tahap Observasi
1) Tanya jawab penjajagan sebagai umpan balik dari guru terhadap siswa
2) Pengamatan kegiatan siswa saat diberi penjelasan maupun saat mengerjakan tugas
Tahap Refleksi
1) Melaksanakan mengambilan data hasil penugasan
2) Pembahasan hasil tugas
3) Mengecek pemahaman dan memberikan umpan balik
4) Refleksi pembelajaran dari siswa (penyampaian kelemahan-kelemahan hasil kerja siswa
maupun proses pembelajarannya)
Tahap Perencanaan
1) Merefleksi hasil kegiatan (hasil tes siswa) sebelum penelitian.
2) Merencanakan solusi pemecahan masalah siswa yang belum berhasil.
3) Menyusun rencana kegiatan tiap siklus.
4) Menyusun RPP dan perangkat pembelajaran lainnya yang dibutuhkan dalam penelitian.
Tahap Tindakan
Mengulang dan memaksimalkan kegiatan dengan pendekatan saintifik sbb.:
1) Kilas balik tentang menganalisis “Narative Teks”
2) Membagi kelompok.
3) Menyiapkan tugas pengamatan pada setiap kelompok.
4) Mengamati (observing) unsur-unsur teks naratif
5) Menanya unsur-unsur teks naratif
6) Mengumpulkan Informasi/ menganalisis unsur-unsur teks naratif
7) Menalar untuk mencipta hasil telaah teks berita yang berupa unsur-unsur teks naratif
8) Mengomunikasikan unsur-unsur teks naratif yang telah ditelaah
9) Mencipta dan mendokumentasikan hasi kerja kelompok
10) Mendiskusikan / melaporkan hasil analisis unsur-unsur teks naratif kepada guru.
Tahap Observasi
1) Tanya jawab penjajagan sebagai umpan balik dari guru terhadap siswa
2) Pengamatan kegiatan siswa saat diberi penjelasan maupun saat mengerjakan tugas
Tahap Refleksi
1) Melaksanakan mengambilan data hasil penugasan
2) Pembahasan hasil tugas
3) Mengecek pemahaman dan memberikan umpan balik
4) Refleksi pembelajaran dari siswa (penyampaian kelemahan-kelemahan hasil kerja siswa
maupun proses pembelajarannya)
Dari hasil pemantauan, pemberian tugas akhir siklus, dan apabila ditentukan kegaga-
lan, tim peneliti akan mencari dengan penyebabnya pada pertemuan mingguan. Setelah itu
tim akan mencari solusinya untuk dituangkan dalam revisi rancangan pada tindakan
selanjutnya.
Hasil tes akhir siklus I setelah pembelajaran menggunakan Pendekatan saintifik pada
sejumlah 27 siswa dapat dideskripsikan hasilnya bahwa nilai tes akhir siklus I materi pokok
menganalisis “naratif text” mencapai 73,85. Jumlah siswa yang tuntas belajar dengan nilai ra-
ta-rata minimal 70,00 mencapai 16 siswa dengan persentase keberhasilan mencapai 61,54%.
108 Jurnal Ilmiah Inspirasi
Volume VIII I Nomor 1 I Maret 2022
Peningkatan Kemampuan Menganalisis “Narative Teks” Melalui Pener- Edhi Kasminanto
apan Pendekatan Saintifik Pada Siswa Kelas IX C UPTD SMP Negeri 2 Guru SMPN 2 Rejoso Nganjuk
Rejoso Tahun Pelajaran 2016/2017
Berdasarkan hasil analisis di atas dapat direfleksikan bahwa: “Penerapan pendekatan sain-
tifik yang dikembangkan pada siklus II sudah berhasil baik, sehingga sudah berpengaruh positif
terhadap prestasi belajar Bahasa Inggris walaupun belum maksimal.” Dengan demikian tidak perlu
ada revisi lagi sebagai langkah tindak lanjut pengembangan penerapan pendekatan saintifik. Pada
siklus II ini jumlah siswa berhasil sudah mencapai 96,15% (25 siswa). Sedangkan siswa yang belum
berhasil mencapai 3,85% (1 siswa).
Pembahasan
Pembahasan Hasil Seluruh Siklus
Berdasarkan hasil perhitungan pada siklus I dan II di atas, pekembangan hasil belajar
Bahasa Inggris materi pokok menganalisis “naratif text” tersebut dapat dilihat Perkemban-
gan nilai rata-rata kelas, jumlah siswa, dan persentase keberhasilan siswa dalam menganalisis
“naratif text” pada setiap siklus selalu mengalami kenaikan.
Peningkatan yang terjadi dari data awal sampai siklus II dapat dirinci sebagai berikut:
a. Peningkatan nilai rata-rata mencapai 24,23 nilai (dari data awal 61,54 menjadi 85,77
pada siklus II)
b. Peningkatan jumlah siswa berhasil mencapai 15 siswa (dari data awal 10 menjadi 25
siswa pada siklus II) dari sejumlah 27 siswa.
c. Peningkatan persentase keberhasilan mencapai 57,69% (dari data awal 38,46%
menjadi 96,15% pada siklus II).
Berdasarkan hasil perhitungan pada siklus I dan II di atas dapat direfleksikan bahwa:
“Penerapan pendekatan saintifik yang dikembangkan pada siklus I dan II sudah berhasil dengan
baik, dan berpengaruh positif terhadap prestasi belajar Bahasa Inggris secara maksimal.” Den-
gan demikian berdasarkan indikator keberhasilan yang ada maka penelitian ini dinyatakan telah
berhasil, karena ternyata melalui penerapan pendekatan saintifik, prestasi belajar Bahasa Ing-
gris (materi pokok menganalisis “naratif text” ) siswa kelas IX C UPTD SMP Negeri 2 Rejoso
tahun pelajaran 2016/2017 dapat meningkat hingga 96,15%.
110 Jurnal Ilmiah Inspirasi
Volume VIII I Nomor 1 I Maret 2022
Peningkatan Kemampuan Menganalisis “Narative Teks” Melalui Pener- Edhi Kasminanto
apan Pendekatan Saintifik Pada Siswa Kelas IX C UPTD SMP Negeri 2 Guru SMPN 2 Rejoso Nganjuk
Rejoso Tahun Pelajaran 2016/2017
5. 69,23% (18) siswa setuju dan 30,77% (9) siswa sangat setuju karena pendekatan tersebut
bisa memudahkan mereka dalam memahami materi pokok.
6. 84,62% (22) siswa setuju dan 15,38% (5) siswa sangat setuju karena pendekatan
tersebut membuat mereka tidak tegang.
7. 76,12% (20) siswa setuju dan 23,08% (7) siswa sangat setuju karena pendekatan
tersebut dapat memudahkan mereka mengikuti teman yang lain.
Dari 27 siswa yang merespon setuju terhadap penerapan pendekatan saintifik sejumlah
72,81%, karena model tersebut membuat aktif, menyenangkan, sesuatu yang baru, menarik mi-
nat, aktif, dan menumbuhkan rasa ingin tahu, serta memudahkan siswa dalam mengikuti cara
berfikir temannya. Sedangkan 27,19% siswa menyatakan sangat setuju terhadap penerapan
pendekatan saintifik karena dengan pendekatan tersebut mereka merasa aktif, menumbuhkan
rasa ingin tahu, merasa tidak tegang, dan memudahkan siswa dalam mengikuti cara berfikir
temannya.
Saran
Saran rekomendasi umum yang perlu disampaikan adalah
1. Hendaknya pendekatan saintifik tidak hanya digunakan pada pembelajaran Bahasa Inggris
saja, tetapi juga pada pembelajaran lainnya.
2. Agar proses penajaman rasa melalui melalui pendekatan saintifik dapat berjalan dengan
baik, hendaknya guru bisa memotivasi siswa dengan lebih baik.
3. Agar nilai rata-rata kelas dan persentase ketuntasan hasil belajar yang dicapai siswa mening
kat, hendaknya guru Bahasa Inggris dalam pembelajaran menganalisis “Narative Teks”
dapat menerapkan pendekatan saintifik sebaik- baiknya dengan memperhitungkan materi
yang ada di sekitar siswa.
DAFTAR RUJUKAN
Abidin, Yunus. 2014. Desain Pembelajaran dalam Konteks Kurikulum 2013. Bandung: Refika
Aditama.
Adi, Tirto. 2016. Inovasi Pembelajaran, Media Pendidikan. Surabaya: Kanwil P dan K Jawa
Timur.
Ahmadi, Abu, Drs. H, dkk. 2015. SBM (Strategi Belajar Mengajar) untuk Fakultas Tarbiyah
Komponen MKDK. Bandung: CV Pustaka Setia
Arikunto, Suharsimi. 2016. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka
Cipta.g
Arend. 2014. Inovasi Pembelajaran dalam Media No. 12/XXXVI. Surabaya: P dan K.
Depdiknas. 2014. Kamus Besar Bahasa Inggris. Jakarta: Balai Pustaka.
Hadi, Sutrisno. 2016. Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Wahyoedi. 2017. SBM (Strategi Belajar Mengajar) untuk Fakultas Tarbiyah Komponen MKDK.
Bandung: CV Pustaka Setia
Kosasih. 2014. Inovasi Pembelajaran, Media Pendidikan. Surabaya: Kanwil P dan K Jawa Timur.
Nur dan Wikandari. 2010. Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionaisme Guru.
Jakarta:Rajawali Pers.
Sagala,Syaifudin. 2015. Kurikulum Hakekat, Fondasi, Desain & Pengembangan. Jakarta: Kencana
Zainal. Diniati, Eko. Jaiyaroh, Siti dan Khotimah, Khusnul. 2009. Penelitian Tindakan Kelas.
Bandung: CV. Yrama Widya.
http://mari-berkawand.blogspot.in/2011/03/pengertian-pendekatan-pembelajaranhtml?m=1
http://perangkatguruindonesia.blogspot.in/2-14/11/definisipendekatansaintifikkurikulum.htm-
l?in=1
112 Jurnal Ilmiah Inspirasi
Volume VIII I Nomor 1 I Maret 2022
Meningkatkan Hasil Belajar
Matematika Pada Pembelajaran
Sinau Bareng Siswa Kelas IV SD
Negeri Sukorejo 01 Kecamatan
Kunir Lumajang Melalui Metode
Cooperative Learning
Oleh:
Balok Suliyanto
Guru SDN Sukorejo 01 Kunir-Lumajang
ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui ada atau tidak adanya peningkatan
hasil belajar Matematika pada pembelajaran sinau bareng pada Siswa Kelas IV SD Negeri Suko-
rejo 01 melaui metode Cooperative Leraning materi Faktor dan Kelipatan Bilangan . Subyeknya
adalah siswa kelas IV SD Negeri Sukorejo 01 yang berjumlah 25 siswa. Penelitian ini merupakan
penelitian tindakan (action research), karena penelitian dilakukan untuk memecahkan masalah
pembelajaran di kelas. Penelitian ini juga termasuk penelitian deskriptif, sebab menggambarkan
bagaimana suatu teknik pembelajaran diterapkan dan bagaimana hasil yang diinginkan dapat
dicapai. Dalam Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan tuntas dalam dua siklus yang diawali
dengan tes awal ( refleksi awal). Hasil penelitian dari tes awal sampai siklus II sebagai berikut
; rerata refleksi awal = 65,37; rerata siklus I = 71,87 dan rerata Siklus II= 79,25. Dilihat dari
kondisi awal, hasil rerata selalu naik sampai siklus II . Ketuntasan klasikal untuk tes awal 54,17
%; siklus I = 70,83 % dan siklus II = 87,50 %. Skor aktifitas guru, Siklus I = 75 % , Pada siklus
II skor yang dicapai 90 %. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa dengan pem-
belajaran Sinau Bareng Melalui Metode Cooperative Learning dapat meningkatkan hasil belajar
Matematika. Materi Faktor dan Kelipatan Bilangan Siswa Kelas IV SD Negeri Sukorejo 01 Ke-
camatan Kunir Lumajang pada Semester Ganjil Tahun 2021/2022.
Kata kunci: Hasil Belajar, Pembelajaran Sinau Bareng, Metode Cooperative Learning
PENDAHULUAN
Pada Tahun 2020 sekitar akhir bulan Maret merebaknya suatu virus yang membayakan
dengan nama virus covid-19. Yang memberikan dampak yang luar biasa hampir semua bidang,
salah satunya pada bidang pendidikan. Pada masa Pandemi virus covid-19 membuat proses
pembelajaran yang biasanya dilaksanakan dengan tatap muka di depan kelas, tidak dapat dilak-
sanakan lagi. Sehingga dengan adanya virus covid-19 membuat proses pembelajaran menjadi
berubah dari yang tatap muka menjadi pembelajaran jarak jauh hal ini karena adanya kekhawa-
tiran makin menyebarnya covid 19. Pembelajaran jarak jauh atau daring dimulai sekitar bulan
April 2020, di mana siswa mulai belajar dari rumahnya masing-masing tanpa perlu pergi ke
sekolah.
Pembelajaran daring merupakan program penyelenggaraan kelas pembelajaran dalam
jaringan untuk menjangkau kelompok target yang masif dan luas. Pembelajaran daring menggu-
nakan jaringan internet dengan aksesibilitas, konektivitas, fleksibilitas, dan kemampuan untuk
memunculkan berbagai jenis interaksi pembelajaran. Oleh karena itu, diperlukan alternatif pem-
belajaran untuk menunjang kualitas pembelajaran yang baik demi keberlangsungan pendidikan.
Guru melakukan inovasi dalam pembelajaran di antaranya dengan memanfaatkan teknologi da-
lam pembelajaran seperti Whatsapp, google meet, googleform, dan lain sebagainya. Selain itu,
guru juga menggunakan bahan ajar dan media lainnya dalam penyampaian materi kepada siswa.
Dalam perkembangan pembelajaran yang ada di kota kami Kabupaten Lumajang melalui
kebijakan pemerintah dilihat segi pelayanan pendidikan bagi anak mengalami banyak perubah-
an . Sekolah-sekolah letak geografisnya berbeda-beda , ada di daerah terpencil, daerah pegunun-
gan jauh dari jaringan internet. Program pertama pembelajaran melalui daring atau jarak jauh ,
dilanjutkan pada awal tahun 2021 pembelajaran daring diganti dengan pembelajaran Guru Sam-
bang. Dimana dalam satu kelas dibagi beberapa kelompok , dalam satu kelompok terdiri dari 5
siswa. Ke lima anak tersebut belajar bertempat disalah satu rumah siswa menjadi tempat belajar
secara bergiliran dengan perpindah-pindah tempat setiap hari dengan kelompok yang berbeda,
sedangkan tugas Guru datang kerumah tersebut untuk mengabsen, memantau, membimbing
(Sambang) secara bergiliran setiap hari. Kegiatan Guru Sambang dilaksanakan mulai hari Senin
sampai Kamis. Adapun hari Jum’at dan Sabtu guru melaksanakan kegiatan pembelajaran melalui
media daring di satuan pendidikan masing-masing alokasi waktu 150 menit. Tetap menjaga pro-
tocol kesehatan (memakai masker).
Penyelenggaraan Program Sinau Bareng (PSB) di New Normal dengan latar belakang sesuai
dengan Surat Edaran Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Lumajang No.420/4220/427.41/2020
tentang Kebijakan Kegiatan Pendidikan di Masa Pandemi Covid-19 (1) adanya keinginan dan
antusiasme yang tinggi dari siswa dan orang tua/wali siswa, agar siswa dapat segera kembali be-
lajar di sekolah masing-masing;
114 Jurnal Ilmiah Inspirasi
Volume VIII I Nomor 1 I Maret 2022
Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Pada Pembelajaran Sinau Bareng Balok Suliyanto
Siswa Kelas IV SD Negeri Sukorejo 01 Kecamatan Kunir Lumajang Guru SDN Sukorejo 01 Kunir-Lumajang
Melalui Metode Cooperative Learning
(2) pembelajaran tatap muka di sekolah pada jenjang PAUD/SD/SMP dilakukan secara terbatas
dan hati-hati dengan menjadikan prinsip keselamatan jiwa dan raga seluruh warga belajar beserta
keluarganya sebagai prinsip utama, melalui penerapan sepenuhnya protokol kesehatan penyeba-
ran Covid-19; (3) Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Lumajang bersama Kepala PAUD/SD/SMP
akan berkordinasi dengan Satuan Tugas Covid-19 setempat terkait dengan rencana penyeleng-
garaan Program Sinau Bareng (PSB) di sekolah untuk mendapatkan persetujuan dan dukungan
fasilitasi; (4) Pemerintah daerah, Dinas Pendidikan, sekolah, dan masyarakat secara bersama-sama
menjaga marwah institusi pendidikan dengan menghindarkan sekolah dari stigma negatif (neg-
ative framing) oleh media massa dan media sosial; (5) Penyelenggaraan Program Sinau Bareng
(PSB) untuk jenjang PAUD/SD/SMP akan dilaksanakan melalui perpaduan dengan pembelajaran
dari rumah dalam jaringan/online dan luar jaringan/offline, sehingga siswa akan dijadwalkan se-
cara bergantian untuk hadir di sekolah; (6) Jadwal penyelenggaraan pembelajaran Program Sinau
Bareng (PSB) direncanakan dilakukan secara bertahap sesuai kondisi dan kesiapan sekolah mas-
ing-masing untuk menerapkan protokol kesehatan serta mengindahkan sepenuhnya hasil koordi-
nasi dengan Satuan Tugas Covid-19 setempat. Panduan Penyelenggaraan Sinau Bareng (PSB) Un-
tuk mendukung pelaksanaan Program Sinau Bareng (PSB) tersebut, Dinas Pendidikan Kabupaten
Lumajang menyusun “Panduan Penyelenggaraan Program Sinau Bareng (PSB) di Era New
Normal”
Kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan di sekolah kami, awalnya siswa sangat antusias
untuk mengerjakan tugas dan aktif dalam kegiatan pembelajaran Sinau Bareng. Dengan terbatasn-
ya waktu yang diberikan oleh guru dalam memperoleh pelajaran, Sebagaimana tuntutan kuriku-
lum yang dilaksanakan saat ini yaitu Kurikulum 2013 hendaknya menekankan pada keterlibatan
siswa secara aktif. Guru harus memiliki kemampuan yang cukup sebagai pengelola dalam proses
kegiatan pembelajaran. Guru yang memiliki kemampuan tersebut diharapkan dapat menciptakan
suasana dan lingkungan belajar yang efektif sehingga hasil belajar yang diperoleh bisa optimal.
Maka berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di SD Negeri Sukorejo 01 pada Siswa
Kelas IV dalam penyampaian materi dari guru kurang bervariasi atau menonton sehingga siswa
dalam mencapai nilai hasil belajar Matematika hanya 10 dari jumlah siswa 24 yang sudah tuntas
belajar di atas KKM sebesar 70.
Untuk mengatasi hal tersebut perlu diupayakan langkah-langkah yang dapat dilaksanakan baik
oleh siswa maupun guru. Guru hendaknya mengemas proses belajar mengajar dengan metode yang
tepat dan menarik dalam penyajiannya. Salah satu langkahnya adalah menggunakan metode vari-
asi dan bantuan alat peraga.
Oleh karena itu, sebagai metode alternative yang lebih sesuai yang dapat membuat siswa men-
jadi tertarik, tidak jenuh dan termotivasi dalam kegiatan belajar mengajar sehingga siswa dapat
memusatkan perhatian pada saat pembelajaran. Kegiatan pembelajaran diharapkan lebih diarah-
kan kepada kegiatan-kegiatan yang mendorong siswa lebih aktif, baik secara fisik social maupun
psikis dalam memahami konsep dengan menggunakan pendekatan keterampilan proses.
Metode yang diperkirakan dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran
Matematika materi Faktor dan Kelipatan Bilangan adalah metode Cooperative Leraning, karena
merode ini merupakan salah satu kegiatan yang cenderung mendorong siswa untuk aktif, termo-
tivasi, menyenangkan dan juga dapat menambah pemahaman siswa terhadap materi pembelaja-
ran.
KAJIAN PUSTAKA
Pengertian Matematika
Matematika merupakan suatu bahan kajian yang memiliki objek abstrak dan dibangun
melalui proses penalaran dedukatif, yaitu kebenaran suatu konsep diperoleh sebagai akibat logis
dari kebenaran sebelumnya sudah diterima, sehingga keterkaitan atar konsep dalam matematika
bersifat sangat luas dan jelas.
Dalam pembelajaran matematika agar mudah dimengerti oleh siswa, proses penalaran
induksi dapat dilakukan pada awal pembelajaran dan kemudian dilanjutkan dengan proses pe-
nalaran deduktif untuk menguatkan pemahaman yang sudah dimiliki oleh siswa.
116 Jurnal Ilmiah Inspirasi
Volume VIII I Nomor 1 I Maret 2022
Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Pada Pembelajaran Sinau Bareng Balok Suliyanto
Siswa Kelas IV SD Negeri Sukorejo 01 Kecamatan Kunir Lumajang Guru SDN Sukorejo 01 Kunir-Lumajang
Melalui Metode Cooperative Learning
METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan (action research), karena penelitian dilaku-
kan untuk memecahkan masalah pembelajaran di kelas. Penelitian ini juga termasuk peneli-
tian deskriptif, sebab menggambarkan bagaimana suatu teknik pembelajaran diterapkan dan
bagaimana hasil yang diinginkan dapat dicapai.
Sebagai obyek tindakan dalam Penelitian Tindakan Kelas ini adalah siswa Kelas IV SD Neg-
eri Sukorejo 01 Kecamatan Kunir Lumajang semester Ganjil Tahun 2021/2022. Jumlah siswa
24 anak Dipilihnya Kelas IV sebagai obyek penelitian disebabkan untuk memperbaiki mas-
alah-masalah yang terjadi pada kondisi faktual yang ada :
Refleksi awal dilakukan sebelum pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas dilakukan,tujuan-
nya untuk mengetahui pengetahuan awal siswa pada mata pelajaran Matematika. Kemampuan
awal pelajaran ini dijaring dengan menggunakan lembar soal.
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) di Kelas IV SD Negeri Sukorejo 01 Kecamatan Kunir
Lumajang, dilaksanakan menggunakan siklus. Siklus melalui 4 tahapan yaitu (1) Planning, (2)
Acting, (3) Observing, dan (4) Reflecting. (Iskandar 2009;28). Model siklus ini digunakan
dengan tujuan apabila pada siklus awal ditemukan kelemahan, Maka kelemahan tersebut diper-
baiki pada siklus berikutnya secara berkelanjutan, sehingga hasilnya diharapkan akan lebih baik
dari siklus sebelumnya. Pada tahap perencanaan ini, kegiatan yang dilakukan seperti berikut ini.
120 Jurnal Ilmiah Inspirasi
Volume VIII I Nomor 1 I Maret 2022
Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Pada Pembelajaran Sinau Bareng Balok Suliyanto
Siswa Kelas IV SD Negeri Sukorejo 01 Kecamatan Kunir Lumajang Guru SDN Sukorejo 01 Kunir-Lumajang
Melalui Metode Cooperative Learning
Tabel 1.
Hasil Penilaian Tes Awal.
Hasil Siklus I
Hasil kegiatan Siklus I terdiri dari 3 tahap yaitu hasil Tes Akhir Siklus I, aktifitas Siswa da-
lam kelompok dan Aktifitas Guru. Pada tabel 2 terlihat bahwa siswa yang mendapat nilai belum
tuntas yaitu nilai 70 ke bawah 29,17 %. Nilai tuntas yaitu nilai 70 ke atas mencapai 70,83 %. Hasil
nilai rerata kelas mencapai 71,87. Sedangkan pada Tabel 3, aktivitas siswa dalam kelompok pada
siklus I prosentase antara yang aktif dan pasif tidak cukup berarti . Hasil skor aktivitas siswa da-
lam kelompok diperoleh skor 11,2 dengan prosentase 70 %. Dan pada table 4 hasil skor aktivitas
guru pada siklus I diperoleh nilai 30 dengan prosentase 75 %.
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan guru bersama kolaborator serta hasil
catatan lapangan, Hasil Ulangan Harian siklus I cukup baik yaitu 70,83 %. Dan Aktivitas siswa
dalam kelompok perbandingan presentase antara yang aktif dan pasif pada setiap tindakan siklus
belum optimal di karenakan siswa yang pandai mendominasi. Dan kerjasama mereka masih
bersifat individu. Tetapi untuk lebih meyakinkan peneliti perlu dilanjutkan dengan siklus kedua
agar hasilnya lebih meyakinkan.
Tabel 2.
Hasil Siklus I
NO NAMA SISWA NILAI KETERANGAN
TUNTAS TIDAK TUNTAS
1 Wulandari 80 T
2 Anis Marsela 85 T
3 Dayu Aji Saputra 50 TT
4 Febilia Dwi Susanti 70 T
5 Ferdi Januarta Muliadi 80 T
6 Khusnul Khotimah 70 T
7 Lendy Diansari 75 T
8 Mar’atus Sholehah 85 T
9 Maulidiah 80 T
10 Mega Silvi Ika Agustin 50 TT
11 Megawati Sarnawi Putri 70 T
12 M. Aimaz Zakaria 55 TT
13 M. Mario Kanza 90 T
14 M. Sufaini 70 T
15 Nabila Brilliana Dwi Satia 80 T
16 Nur Aini Wahyu Ningsih 80 T
17 Nur Wahid 55 TT
18 Rindian Enjelina 85 T
19 Siti Lutfiah 55 TT
122 Jurnal Ilmiah Inspirasi
Volume VIII I Nomor 1 I Maret 2022
Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Pada Pembelajaran Sinau Bareng Balok Suliyanto
Siswa Kelas IV SD Negeri Sukorejo 01 Kecamatan Kunir Lumajang Guru SDN Sukorejo 01 Kunir-Lumajang
Melalui Metode Cooperative Learning
20 Zahrotin Nisa 90 T
21 Aisatul Maulidini 60 TT
22 Miftahul Huda 70 T
23 Bernadita Nuris Adisty 74 T
24 Feri Yudoyono 66 TT
Jumlah 1725 17 7
Rata-Rata 71,87
Prosentase ( % ) 70,83 % 29,17 %
Tabel 3.
Aktivitas siswa dalam kelompok siklus I
Kelompok Skor Ideal Skor diperoleh Persentase Keterangan
Kelompok 1 16 11 68,75
Kelompok 2 16 12 75
Kelompok 3 16 11 68,75
Kelompok 4 16 10 62,5
Kelompok 5 16 12 75
Rerata 16 11,2 70 %
Tabel 4.
Skor Aktivitas guru Siklus I
I 40 30 75%
Kagiatan Siklus II hampir sama dengan kegiatan pada Siklus I juga meliputi 3 tahap yaitu
hasil Tes Akhir Siklus II, aktifitas Siswa dan Aktifitas Guru. Hasil siklus II yang terdapat pada
tabel 5 bahwa siswa yang belum tuntas sudah berkurang, yaitu yang mendapat nilai 70 kebawah
mencapai 12,50 %, keadaan ini bila dibanding dengan Siklus I, siswa yang tidak tuntas turun
16,67 %. Rerata klasikal siklus II adalah 79,25, bila dibandingkan dengan Siklus I ada kenaikan
7,38.
Berdasarkan hasil pengamatan pada proses kelompok , aktifitas siswa setiap kelompok sudah
merata, artinya hampir semua anggota kelompok aktif bekerja, tidak dikuasai oleh siswa yang pan-
dai saja sebagaimana terjadi pada siklus I. Hal ini terbukti dengan kenaikan rerata aktivitas siswa
dari 70 % pada Siklus I, menjadi 86,25 % pada siklus II. Dari keadaan ini dapat dikatakan bahwa
sudah ada sinergi yang baik antara siswa pandai dengan siswa kurang pandai. Sedangkan pada hasil
Aktivitas guru pada Siklus II mendapat skor 36 dengan prosentase 90 %, hasil ini telah memenuhi
indikator ketuntasan yang ditentukan, dan hasil pengamatan proses pembelajaran yang diberikan
diamati oleh guru bersama kolaborator di Kelas IV SD Negeri Sukorejo 01 Kecamatan Kunir Luma-
jang selama memberikan pembelajaran dari siklus persiklus didapatkan hasil yang memuaskan,
dikarenakan siswa mulai mengerti fungsi dan peranan dalam melaksanakan kerja dengan meng-
gunakan Metode Cooperative Learning. Di lain pihak skor dari siklus ke siklus berikutnya selalu
naik.
Tabel 5.
Hasil Tes Akhir Siswa Siklus II
124 Jurnal Ilmiah Inspirasi
Volume VIII I Nomor 1 I Maret 2022
Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Pada Pembelajaran Sinau Bareng Balok Suliyanto
Siswa Kelas IV SD Negeri Sukorejo 01 Kecamatan Kunir Lumajang Guru SDN Sukorejo 01 Kunir-Lumajang
Melalui Metode Cooperative Learning
14 M. Sufaini 70 T
15 Nabila Brilliana Dwi Satia 90 T
16 Nur Aini Wahyu Ningsih 80 T
17 Nur Wahid 65 TT
18 Rindian Enjelina 85 T
19 Siti Lutfiah 55 TT
20 Zahrotin Nisa 100 T
21 Aisatul Maulidini 70 T
22 Miftahul Huda 80 T
23 Bernadita Nuris Adisty 80 T
24 Feri Yudoyono 78 T
Jumlah 1902 21 3
Rata-Rata 79,25
Prosentase ( % ) 87,50 % 12,50 %
Tabel 6.
Skor Aktifitas Kelompok Siklus II
Kelompok 1 16 14 87,5
Kelompok 2 16 14 87,5
Kelompok 3 16 13 81,25
Kelompok 4 16 14 87,5
Kelompok 5 16 14 87,5
Rerata 16 13,8 86,25 %
Tabel 7.
Skor Aktifitas Guru Siklus II
II 40 36 90 %
Berdasarkan hasil tes akhir siklus II, pengamatan pada situasi kelas , aktifitas siswa pembe-
lajaran berlangsung dan hasil diskusi guru dan kolaborator yang didasarkan pada hasil penilaian
proses dan tes akhir siklus serta hasil pengamatan situasi saat pembelajaran berlangsung meny-
impulkan bahwa tujuan pembelajaran Siklus II tercapai. Hal ini dibuktikan dengan ketuntasan
klasikal mencapai 87,50 %. Aktifitas guru pada Siklus II mendapat skor 36 atau 90 %, hasil ini telah
memenuhi indikator ketuntasan yang ditentukan. Di lain pihak skor aktifitas siswa dalam kelom-
pok dari siklus ke siklus berikutnya selalu naik. Dengan demikian proses pembelajaran Siklus II
ini target tujuan pembelajran telah tercapai.
Pembahasan
Hasil Tes Awal dilihat dari nilai yang tuntas belajar baru mencapai 45,83 %.. Dari keadaan
di atas menunjukkan bahwa kemampuan siswa Kelas IV SD Negeri Sukorejo 01 Kecamatan Kunir
Lumajang masih di bawah KKM, dengan dibuktikan hasil rerata refleksi awal mencapai 65,37.
Hasil tes siklus I , yang tuntas belajar naik menjadi 70,83 % lebih tinggi dari refleski awal, namun
masih belum optimal dalam mencapai target yang di minta 85 %. Rerata hasil siklus I menca-
pai 71,87, bila dibandingkan dengan rerata refleksi awal rerata ini lebih baik dan mengalami ke-
naikan. Hasil dari aktifitas siswa selama pembelajaran pada siklus I ini belum maksimal. Perband-
ingan presentase antara yang aktif dan pasif pada setiap tindakan siklus belum merata. Hasil skor
aktifitas siswa dalam kelompok skor yang diperoleh adalah 70 %. Hasil skor aktifitas Guru yang
diperoleh mencapai 30 dari skor ideal 40, jadi aktifitas guru pada siklus I dalam prosentasenya
adalah 75 %. Dari analisis hasil tes akhir siklus I menunjukkan bahwa ketuntasan siswa mencapai
70,83 %. Karena pada tujuan awal pembelajaran pada siklus I belum tercapai. Dari keadaan terse-
but maka pada siklus I perlu dilanjutkan pada siklus berikutnya yaitu Siklus II dengan beberapa
catatan perbaikan.
Siklus II mengacu pada aktifitas siklus I baik tes akhir siklus, aktifitas siswa dalam kelom-
pok dan aktifitas guru. Rencana pembelajaran pada siklus II sama dengan rencana pembelajaran
pada siklus I yang disempurnakan. Pada siklus II materi yang dianggap sulit oleh siswa dipertajam
memperoleh penekanan. Menyiapkan rencana pembelajaran, lembar kegiatan siswa alat penilaian
proses, lembar observasi, dan alat evaluasi tes akhir siklus. Koordinasi dengan kolaborator.
Hasil tes akhir siklus II, siswa yang tuntas belajar mencapai 87,50 % dan rerata klasikal
mencapai 79,25. Melihat data tersebut bahwa ketuntasan siklus II hasilnya lebih baik karena ke-
tuntasan yang dicapai 87,50 %. Dengan demikian hasil dari siklus II melebihi dari target pembela-
jaran yaitu 85 %. Maka tujuan pembelajaran pada siklus II ini tercapai. Olek karena itu pembelaja-
ran Matematika dengan melalui Metode Cooperative Learning dapat meningkatkan Hasil Belajar
siswa.
126 Jurnal Ilmiah Inspirasi
Volume VIII I Nomor 1 I Maret 2022
Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Pada Pembelajaran Sinau Bareng Balok Suliyanto
Siswa Kelas IV SD Negeri Sukorejo 01 Kecamatan Kunir Lumajang Guru SDN Sukorejo 01 Kunir-Lumajang
Melalui Metode Cooperative Learning
Hasil Siklus II pada skor aktifitas siswa dalam kelompok mencapai 86,25 %, ini berarti
ada kenaikan dibanding tindakan yang sama pada siklus I. Secara menyeluruh bahwa aktif-
itas siswa dari siklus - ke siklus persentasenya naik, ini sudah sesuai dengan indikator ketun-
tasan. Dalam proses pembelajaran melalui Metode Cooperative Learning pada pembelajaran
Matematika, siswa yang memiliki sifat individu sudah berkurang, dan mereka sudah merasa
menjadi satu tim dalam kelompok dan sudah bisa menjadi tutor sepenuhnya.yaitu tutor se-
baya.
Berdasarkan hasil tes akhir siklus II, pengamatan pada situasi kelas , aktifitas siswa
pembelajaran berlangsung dan hasil diskusi guru dan kolaborator yang didasarkan pada hasil
penilaian proses dan tes akhir siklus serta hasil pengamatan situasi saat pembelajaran ber-
langsung menyimpulkan bahwa tujuan pembelajaran Siklus II tercapai. Hal ini dibuktikan
dengan ketuntasan klasikal mencapai 87,50 %. Aktifitas guru pada Siklus II mendapat skor 36
atau 90 %, hasil ini telah memenuhi indikator ketuntasan yang ditentukan. Di lain pihak skor
aktifitas siswa dalam kelompok dari siklus ke siklus berikutnya selalu naik. Dengan demikian
proses pembelajaran Siklus II ini target tujuan pembelajran telah tercapai.
KESIMPULAN
Dari hasil kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan selama dua siklus, dan di awali
dengan tes awal sebagai refleksi awal pada siswa Kelas IV SD Sukorejo 01 Kecamatan Kunir
Lumajang menunjukkan bahwa pemberian Metode Cooperative Learning dapat mening-
katkan Hasil belajar siswa pada mata pelajaran Matematika. Hal ini dapat dilihat dari nilai
rata-rata kelas Tes Awal adalah 65,37, siklus l ; 71,87 sedangkan pada siklus II mencapai 79,25.
Dan ketuntasan klasikal Tes Awal : 45,83 %, siklus I : 70,83 % dan siklus II 87,50 %.
Skor Aktifitas siswa dari siklus ke siklus berikutnya juga naik .Siklus I : 70 %, dan siklus
II mencapai 86,25 %. Selanjutnya pada skor aktifatas Guru , siklus I mencapai 75 % dan Siklus
II mencapai 90 %.
Dengan demikian berdasarkan data dan analisisnya maka ada peningkatan yang ber-
makna dalam hasil belajar mata pelajaran Matematika Siswa Kelas IV SD Negeri Sukorejo 01
Kecamatan Kunir Lumajang dengan melalui Metode Cooperative Learning. Hal ini disebab-
kan karena siswa dituntut untuk belajar lebih keras, dan dapat mengetahui kelemahan pema-
hamannya serta mendapatkan perbaikan –perbaikan..
Dengan ditarik kesimpulan bahwa Melalui Metode Cooperative Learning dapat mening-
katkan Hasil Belajar Matematika pada Pembelajaran Sinau bareng materi FPB dan KPK pada
siswa Kelas IV SD Negeri Sukorejo 01 Kecamatan Kunir Lumajang Semester Ganjil Tahun
2021/2022.
SARAN
Saran Penelitian ini adalah : 1) Penelitian ini sebaiknya dilakukan secara terus menerus min-
imal selama l (satu) semester sehingga dapat diketahui apakah Metode Cooperative Learning
dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi pelajaran lebih menyeluruh. 2) Sebai-
knya penelitian melalui Metode Cooperative Learning dapat dilakukan pada kelas-¬kelas yang
sama pada jenjang yang lainnya, sehingga dapat diperoleh hasil yang lebih menyeluruh.
DAFTAR RUJUKAN
128 Jurnal Ilmiah Inspirasi
Volume VIII I Nomor 1 I Maret 2022
Penerapan Metode Pembelajaran Think Talk Write
Untuk Meningkatkan Prestasi dan Motivasi Be-
lajar Matematika Limit Fungsi Aljabar Kelas XI
IPS 2 di SMA Negeri 2 Ponorogo Tahun Pelajaran
2021/2022
Oleh:
Dwi Handaja
Guru SMAN 2 Ponorogo
ABSTRAK
Penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk 1) mengetahui penerapan metode pembelaja-
ran think talk write untuk meningkatkan prestasi belajar matematika limit fungsi aljabar kelas XI
IPS-2 di SMA Negeri 2 Ponorogo tahun pelajaran 2021/2022; 2) mengetahui penerapan metode
pembelajaran think talk write untuk meningkatkan motivasi belajar matematika limit fungsi alja-
bar kelas XI IPS-2 di SMA Negeri 2 Ponorogo tahun pelajaran 2021/2022.
Penelitian ini terlaksana terdiri dari 2 siklus, tiap siklus terdiri atas 4 tahap yakni plan-
ning (perencanaan), implementing (pelaksanaan), observing (observasi) dan reflecting (refleksi).
Subyek penelitian kelas XI IPS-2 semester genap tahun pelajaran 2021/2022 sejumlah 36 siswa.
Hasil yang diperoleh rerata kelas prasiklus 45,35 meningkat pada siklus I (67,65) dan siklus
II (83,07), ketuntasan klasikal prestasi belajar prasiklus (11,11%), siklus I (66,67%) mening-
kat pada siklus II (91,67%) dan motivasi belajar matematika juga mengalami peningkatan dari
prasiklus (31,52%), siklus I (68,81%) pada siklus II (85,65%).
Berdasarkan hasil penelitian, penerapan metode pembelajaran think talk write dapat meningkat-
kan prestasi dan motivasi belajar matematika limit fungsi aljabar kelas XI IPS-2 di SMA Negeri
2 Ponorogo tahun pelajaran 2021/2022.
Kata kunci: Prestasi belajar, motivasi belajar, metode pembelajaran think talk write
129 Jurnal Ilmiah Inspirasi
Volume VIII I Nomor 1 I Maret 2022
Dwi Handaja Penerapan Metode Pembelajaran Think Talk Write Untuk Meningkatkan Prestasi
Guru SMAN 2 Ponorogo dan Motivasi Belajar Matematika Limit Fungsi Aljabar Kelas XI IPS 2 di SMA
Negeri 2 Ponorogo Tahun Pelajaran 2021/2022
PENDAHULUAN
Dalam menghadapi era globalisasi yang penuh tantangan, pendidikan merupakan aspek
yang sangat penting karena dengan pendidikan diharapkan mampu membentuk sumber daya ma-
nusia yang terampil, kreatif dan inovatif. Untuk membentuk sumber daya manusia sesuai dengan
perkembangan jaman diperlukan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi. Pendidikan mene-
kankan pada proses belajar yang bertujuan untuk mengembangkan seluruh potensi yang ada pada
diri manusia baik aspek kognitif, afektif maupun psikomotorik.
Salah satu usaha dalam meningkatkan kualitas pendidikan adalah dengan meningkatkan
kualitas pendidikan matematika. Matematika sebagai salah satu sarana berpikir ilmiah adalah san-
gat diperlukan untuk menumbuhkembangkan kemampuan berpikir logis, sistematis, dan kritis da-
lam diri siswa. Demikian pula matematika merupakan pengetahuan dasar yang diperlukan oleh
siswa untuk menunjang keberhasilan belajarnya dalam menempuh pendidikan yang lebih tinggi.
Optimalisasi dalam pendidikan matematika menjadi salah satu jalan kualitas pendidikan
agar lebih baik, dengan dasar pertimbangan bahwa matematika berperan sebagai sarana yang dapat
menumbuh kembangkan nalar siswa.
Materi limit fungsi aljabar adalah kompetensi dasar matematika yang wajib dikuasai siswa
kelas XI, akan tetapi fakta di lapangan materi pada kompetensi dasar tersebut di kelas XI IPS-2 ma-
sih sangat perlu mendapat perhatian dan penanganan lebih serius. Hal ini dapat dilihat pada sajian
data nilai tes awal matematika sebagai berikut:
Tabel 1.
Data Nilai Matematika Kompetensi Dasar Limit Fungsi Aljabar Kelas XI IPS-2 Semester
Genap SMAN 2 Ponorogo Tahun Pelajaran 2021/2022
Kelas KD KKM Jumlah Siswa Jumlah Siswa Jumlah Siswa
Mendapat Nilai Mendapat Nilai
≥ KKM < KKM (%)
XI IPS-2 3.7 75 36 4 88,9 %
Berdasarkan tabel 1, KD 3.7 masih terdapat siswa yang tidak tuntas, sekitar 88,9 %. Hal ini
menunjukan belum optimalnya prestasi belajar siswa kelas XI IPS-2 dalam mata pelajaran matema-
tika kompetensi dasar limit fungsi aljabar.
Untuk mengatasi masalah tersebut mungkin perlu dilakukan perubahan paradigma dalam
pembelajaran, yaitu dari teacher centered learning beralih ke student centered learning.
Dengan mengetahui masalah seperti tersebut di atas sebagai guru matematika perlu mema-
hami dan mengembangkan berbagai metode pembelajaran dalam proses belajar mengajar matema-
tika.
130 Jurnal Ilmiah Inspirasi
Volume VIII I Nomor 1 I Maret 2022
Penerapan Metode Pembelajaran Think Talk Write Untuk Meningkatkan Dwi Handaja
Prestasi dan Motivasi Belajar Matematika Limit Fungsi Aljabar Kelas XI IPS Guru SMAN 2 Ponorogo
2 di SMA Negeri 2 Ponorogo Tahun Pelajaran 2021/2022
Guru hendaknya dapat menyusun program pengajaran yang dapat membangkitkan mo-
tivasi belajar siswa sehingga siswa terlibat secara aktif dalam proses belajar mengajar. Dengan
demikian pemahaman terhadap matematika akan lebih baik dan dapat menghilangkan anggapan
siswa bahwa pelajaran matematika adalah pelajaran yang sulit.
Berhasil tidaknya proses belajar mengajar tergantung dari faktor-faktor yang mempen-
garuhinya. Belajar matematika bukanlah kegiatan yang membosankan dan bersifat memaksa, bila
pelajaran itu disampaikan dengan baik dan menarik. Banyak faktor yang mempengaruhi prestasi
belajar matematika, di antaranya adalah penggunaan metode pembelajaran dalam proses belajar
mengajar matematika.
Selain metode pembelajaran dalam proses belajar mengajar, terdapat faktor lain yang
mempengaruhi prestasi belajar matematika siswa. Salah satu faktor tersebut adalah motivasi be-
lajar siswa.
Salah satu alternatif metode pembelajaran yang dapat digunakan untuk mendorong siswa
berpikir, meningkatkan pemahaman siswa, menumbuh kembangkan kemampuan pemahaman
serta komunikasi siswa tentang pelajaran matematika adalah metode pembelajaran think-talk-
write. Metode pembelajaran think-talk-write adalah metode pembelajaran yang dapat menum-
buh kembangkan kemampuan pemahaman dan komunikasi matematika siswa.
Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, perlu dilakukan penelitian tindakan kelas ber-
judul “Penerapan Metode Pembelajaran Think Talk Write Untuk Meningkatkan Prestasi Dan Mo-
tivasi Belajar Matematika Limit Fungsi Aljabar Kelas XI IPS 2 di SMA Negeri 2 Ponorogo Tahun
Pelajaran 2021/2022”.
Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimanakah penerapan metode pembelajaran think talk write untuk meningkatkan
prestasi belajar matematika limit fungsi aljabar kelas XI IPS-2 di SMA Negeri 2
Ponorogo tahun pelajaran 2021/2022 ?
2. Bagaimanakah penerapan metode pembelajaran think talk write untuk meningkatkan mo-
tivasi belajar matematika limit fungsi aljabar kelas XI IPS-2 di SMA Negeri 2
Ponorogo tahun pelajaran 2021/2022.
Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui penerapan metode pembelajaran think talk write untuk meningkatkan prestasi
belajar matematika limit fungsi aljabar kelas XI IPS-2 di SMA Negeri 2 Ponorogo tahun
pelajaran 2021/2022
2. Mengetahui penerapan metode pembelajaran think talk write untuk meningkatkan motivasi
belajar matematika limit fungsi aljabar kelas XI IPS-2 di SMA Negeri 2 Ponorogo tahun
pelajaran 2021/2022.
TINJAUN PUSTAKA
Untuk melihat sejauh mana ketercapai suatu tujuan dilakukanlah suatu evaluasi. Evaluasi
dalam dunia pendidikan menurut Edwind Wandt dan Gerald W. Brown (1997) dalam Anas Sudi-
jono (2011: 2) adalah kegiatan atau proses penentuan nilai pendidikan, sehingga dapat diketahui
mutu atau hasil-hasilnya. Demikian halnya di dalam proses belajar itu sendiri. Setiap kegiatan
belajar berlangsung maka selalu ingin diketahui hasilnya, seberapa jauh tujuan pengajaran yang
ditetapkan telah tercapai.
Belajar matematika pada dasarnya merupakan proses yang diarahkan pada suatu tujuan.
Tujuan belajar matematika dapat dilihat dari kemampuan seseorang memfungsionalkan materi
matematika yang dipelajari, baik secara konseptual maupun secara praktis. Secara konseptual di-
maksudkan dapat mempelajari matematika lebih lanjut, sedangkan secara praktis dimaksudkan
menerapkan matematika pada bidang-bidang lain.
Menurut Herman Hudoyo (1990: 6), seseorang dikatakan belajar matematika bila dapat
diasumsikan dalam diri orang tersebut terjadi suatu proses kegiatan yang mengakibatkan suatu
perubahan tingkah laku, dimana tingkah laku itu dapat diamati, yang diperoleh dengan adanya
usaha orang tersebut.
Menurut Mc. Donald dalam Sardiman A.M (2011: 73). “Motivasi adalah perubahan energi
dalam diri seseorang yang ditandai munculnya “feeling” dan didahului dengan tanggapan terha-
dap adanya tujuan”. Dari pengertian yang dikemukakan Mc. Donald ini motivasi mengandung tiga
elemen penting, yaitu:
a. Bahwa motivasi itu mengawali terjadinya perubahan energi pada diri individu. Perkembangan
motivasi akan membawa beberapa perubahan energi yang ada pada diri manusia
b. Motivasi ditandai dengan munculnya rasa atau feeling. Dengan demikian motivasi ini sesuai
dengan aspek kejiwaan yang menentukan perilaku manusia
c. Motivasi terangsang karena adanya suatu tujuan. Jadi motivasi adalah merupakan respon
atau reaksi dari suatu aksi yaitu tujuan yang muncul dari dalam diri manusia.
132 Jurnal Ilmiah Inspirasi
Volume VIII I Nomor 1 I Maret 2022
Penerapan Metode Pembelajaran Think Talk Write Untuk Meningkatkan Dwi Handaja
Prestasi dan Motivasi Belajar Matematika Limit Fungsi Aljabar Kelas XI IPS Guru SMAN 2 Ponorogo
2 di SMA Negeri 2 Ponorogo Tahun Pelajaran 2021/2022
Metode pembelajaran think talk write dikembangkan oleh Huinker dan Laughlin (1996)
dalam Martinis Yamin (2008: 84) yang dibangun melalui berpikir, berbicara dan menulis. Alur
metode think-talk-write dimulai dari keterlibatan siswa dalam berpikir atau berdialog dengan
dirinya sendiri setelah proses membaca, selanjutnya berbicara dan membagi ide dengan temannya
kemudian menulis hasil diskusi. Dalam kelompok ini semua siswa diminta membaca, membuat
catatan kecil, menjelaskan, mendengar dan membagi ide bersama teman kemudian mengungkap-
kannya melalui tulisan.
Tahap-tahap pembelajaran think-talk-write (TTW) menurut Martinis Yamin (2008: 85)
adalah sebagai berikut:
Think
Think merupakan aktivitas siswa untuk berpikir. Hal ini dapat dilihat dari proses membaca
suatu teks matematika atau cerita matematika kemudian membuat catatan tentang apa yang telah
dibaca. Dalam membuat atau menulis catatan, siswa membedakan dan mempersatukan ide yang
disajikan dalam teks bacaan kemudian menerjemahkan ke dalam bahasa sendiri.
Talk
Talk merupakan aktivitas siswa dalam berkomunikai dengan menggunakan kata-kata dan
bahasa yang mereka pahami. Talking juga dapat membantu guru untuk mengetahui tingkat pema-
haman siswa dalam belajar matematika, sehingga dapat mempersiapkan perlengakapan pembela-
jaran yang dibutuhkan. Komunikasi dalam metode think-talk-write memungkinkan siswa untuk
terampil berbicara. Proses komunikasi dipelajari siswa melalui kehidupannya sebagai individu
yang berinteraksi dengan lingkungan sosialnya
Write
Write merupakan aktivitas siswa dalam menuliskan hasil diskusi/dialog pada lembar akti-
vitas siswa. Aktivitas menulis berarti mengkonstrusikan ide setelah berdiskusi antar teman. Menu-
lis dalam matematika dapat membantu merealisasikan salah satu tujuan pembelajaran, yaitu pe-
mahaman siswa tentang materi yang siswa pelajari. Aktivitas menulis juga akan membantu siswa
dalam membuat hubungan dan juga memungkinkan guru melihat pengembangan konsep siswa.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini tergolong penelitian tindakan kelas (PTK) terdiri atas 2 siklus. Siklus I
dirancang berdasarkan interprestasi dan refleksi dari kegiatan studi pendahuluan. Siklus II atau
siklus selajutnya dirancang berdasarkan informasi pada siklus I atau siklus sebelumnya.
Desain penelitian tindakan kelas mengacu pada model Kemmis dan M.C. Taggart (1988)
yang terdiri atas empat tahap, yaitu planning (perencanaan), implementing (pelaksanaan), ob-
serving (observasi) dan reflecting (refleksi). Pendekatan yang digunakan adalah kualitatif-kuan-
titatif.
Penelitian dilaksanakan pada semester genap tahun pelajaran 2021/2022 di kelas XI IPS-
2 SMA Negeri 2 Ponorogo Jalan Pacar no. 24 Kabupaten Ponorogo,. Subyek penelitian sejumlah
36 siswa.
Instrumen Penelitian
Alat Pengumpulan data
Pengumpulan data dimaksudkan untuk memperoleh data atau keterangan yang benar
dan dapat dipercaya dalam penelitian. Untuk menjamin data yang obyektif dan dapat dipertang-
gung jawabkan dipergunakan alat pengumpul data yang berupa tes prestasi belajar dan angket
motivasi belajar matematika.
Instrumen tes digunakan untuk memperoleh data tentang prestasi belajar matemati-
ka siswa dan instrumen angket digunakan untuk memperoleh data tentang motivasi belajar
matematika siswa.
a. Tes
Menurut Budiyono (2003: 54), Metode tes adalah pengumpulan data yang menghadap-
kan sejumlah pertanyaan-pertanyaan atau suruhan-suruhan kepada subyek penelitian.
Menurut Sukardi (2003: 139), untuk mengetahui apakah materi yang diberikan oleh seo-
rang guru kepada siswa sudah dikuasai mereka, salah satu caranya adalah melakukan penguku-
ran dengan menggunakan tes prestasi. Tes prestasi pada umumnya mengukur penguasaan dan
kemampuan para siswa setelah mereka selama waktu tertentu menerima proses belajar menga-
jar dari guru.
134 Jurnal Ilmiah Inspirasi
Volume VIII I Nomor 1 I Maret 2022
Penerapan Metode Pembelajaran Think Talk Write Untuk Meningkatkan Dwi Handaja
Prestasi dan Motivasi Belajar Matematika Limit Fungsi Aljabar Kelas XI IPS Guru SMAN 2 Ponorogo
2 di SMA Negeri 2 Ponorogo Tahun Pelajaran 2021/2022
b.Angket
Menurut Budiyono (2003: 47), metode angket adalah cara pengumpulan data melalui
pengajuan pertanyaan-pertanyaan tertulis kepada subyek penelitian, responden, atau sumber
data dan jawabannya diberikan juga secara tertulis.
Angket merupakan alat pengumpulan data yang dilaksanakan dengan cara mengaju-
kan sejumlah daftar pertanyaan yang harus dijawab oleh responden. Metode angket digunakan
untuk memperoleh data ilmiah. Data yang diperoleh berupa skor hasil pengisian angket dari
responden. Sebelum digunakan untuk mengambil data penelitian, instrumen tersebut diuji ter-
lebih dahulu dengan uji validitas dan reliabilitas untuk mengetahui kualitas item angket. S e -
dangkan untuk menguji butir instrumen digunakan uji konsistensi internal.
Menurut Joesmani (1988: 66), metode angket digunakan untuk mengumpulkan data
mengenai motivasi belajar matematika siswa. Angket memuat pernyataan-pernyataan yang
merupakan indikator dari tingkat motivasi siswa yang berupa soal bentuk pilihan ganda dengan
5 alternatif jawaban.
n st − ∑ pi qi
2
r1 =
n − 1
2
st
dengan
r11 = indeks reliabilitas instrumen
n = banyaknya butir instrumen
pi = proporsi banyaknya subjek yang menjawab benar butir ke-i
qi = 1- pi
st = variansi total
2
Keterangan:
D = Daya Pembeda.
N = Jumlah kelompok pandai dan kelompok bodoh.
Ba = 27% responsi betul kelompok pandai (atas).
Bb = 27% responsi betul kelompok bodoh (bawah).
Soal yang mempunyai daya pembeda kurang dari 0,20 tergolong soal yang rendah daya
pembedanya. (Joesmani, 1988: 120-122)
136 Jurnal Ilmiah Inspirasi
Volume VIII I Nomor 1 I Maret 2022
Penerapan Metode Pembelajaran Think Talk Write Untuk Meningkatkan Dwi Handaja
Prestasi dan Motivasi Belajar Matematika Limit Fungsi Aljabar Kelas XI IPS Guru SMAN 2 Ponorogo
2 di SMA Negeri 2 Ponorogo Tahun Pelajaran 2021/2022
Keterangan:
B = jumlah siswa yang memberi responsi betul.
T = total (jumlah peserta tes)
Derajad kesukaran antara 25% - 75% dipandang sebagai derajad Derajat
kesukaran=B/T x 100% kesukaran yang memadai. Makin rendah angka prosentase
tingkat kesukaran soal, maka soal tersebut makin sukar, sebab sedikit siswa yang
menjawab benar, demikian sebaliknya. (Joesmani, 1988: 119)
b. Instrumen Angket
1) Uji Validitas Isi
Menurut Budiyono (2003: 59) untuk menilai suatu instrumen angket mempunyai validitas
isi yang tinggi biasanya dilakukan melalui expert judgement (penilaian yang dilakukan oleh
para pakar).
2) Konsistensi Internal
Konsistensi internal menunjukan adanya korelasi positip antara masing masing butir angket
tersebut. Artinya butir-butir tersebut harus mengukur hal yang sama dan menunjukan
kecenderungan yang sama pula. Konsistensi Internal masing-masing butir dilihat dari korelasi
antara skor butir-butir tersebut dengan skor totalnya.
Untuk menghitung konsistensi internal butir ke-i dalam penelitian ini menggunakan rumus ko
relasi momen produk dari Karl Pearson, sebagai berikut
n∑ X
Y − ∑ X ∑Y
rxy =
(n∑ X 2
)(
− (∑ X ) n∑ Y 2 − (∑ Y )
2 2
)
dengan
rxy = indeks konsistensi internal untuk butir ke-i
n = banyaknya subjek yang dikenai tes (instrumen)
X = skor untuk butir ke-i (dari subyek uji coba)
Y = skor total (dari subyek uji coba)
Suatu butir angket dikatakan mempunyai konsistensi internal yang baik jika rxy≥0,3.
(Budiyono, 2003: 65)
3) Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas butir untuk angket dalam penelitian ini menggunakan rumus Alpha Cronbach,
sebagai berikut :
n ∑ si
2
rr1 = 1−
n − 1
11
2
st
dengan
r11 = indeks reliabilitas instrumen
n = banyaknya butir instrumen
si2 = variansi belahan ke-i, i = 1, 2,…, k
atau variansi butir ke-i, i = 1, 2, 3, 4,…, n
st2 = variansi skor-skor yang diperoleh subyek uji coba
(Budiyono, 2003: 70)
Instrumen dikatakan reliabel apabila indeks reliabilitas yang diperoleh sama melebihi 0,70 ( r11 ≥ 0,70).
Instrumen dikatakan reliabel apabila indeks reliabilitas yang diperoleh sama melebihi 0,70 ( ≥ 0,70).
Analisi Data
Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah analisis data kualitatif -kuantitatif. Tahapan ke-
giatan analisis data (Miles dan Hubermen, 1992) dalam Herawati Susilo (2010: 162) adalah dengan cara
sederhana yaitu melalui tahapan-tahapan 1) pengumpulan data; 2) penyajian data; 3) Penarikan kesimpu-
lan; dan 4) verifikasi.
Refleksi
Dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar diperoleh informasi dari hasil pengamatan sebagai
berikut:
1) Siswa belum terbiasa dengan metode pembelajaran think-talk-write
2) Guru mengalami kesulitan untuk menerapkan langkah-langkah sesuai rencana pembelajaran yang
sudah dibuat akan tetapi berusaha agar tetap mengacu pada rencana tersebut.
3) Guru kurang cermat dalam pengelolaan waktu.
4) Siswa kurang fokus masih banyak anggota di kelompok belajar hanya menunggu teman yang lain aktif.
5) Hasil prestasi belajar siswa belum menunjukkan nilai yang baik
6) Siswa belum termotivasi untuk belajar secara mandiri maupun dengan kelompok belajarnya.
7) Guru kurang memotivasi siswa karena harus banyak memberi arahan jalannya pembelajar agar ber-
jalan sesuai yang direncanakan.
138 Jurnal Ilmiah Inspirasi
Volume VIII I Nomor 1 I Maret 2022
Penerapan Metode Pembelajaran Think Talk Write Untuk Meningkatkan Dwi Handaja
Prestasi dan Motivasi Belajar Matematika Limit Fungsi Aljabar Kelas XI IPS Guru SMAN 2 Ponorogo
2 di SMA Negeri 2 Ponorogo Tahun Pelajaran 2021/2022
Revisi
Pelaksanaan pembelajaran pada siklus I masih terdapat kekurangan, sehingga perlu dilaksanak-
kan perbaikan kegiatan belajar mengajar pada siklus berikutnya, siklus II. Pada pembelajaran siklus I
perlu ada revisi sebagai berikut:
1) Guru harus mengatur/mendistribusikan waktu dengan baik
2) Guru harus lebih sering memotivasi siswa
3) Guru perlu membagi tanggungjawab/pedelegasian tugas pada anggota kelompok.
Siklus II
Pada siklus II, secara garis besar pembelajaran menerapkan metode pembelajaran think-
talk-write sudah terlaksana dengan baik..
Pada siklus II, diperoleh ketuntasan klasikal 91,67 %, ada peningkatan rerata kelas
dibanding dengan pembelajaran pada siklus I dan secara klasikal pada siklus II siswa sudah
tuntas, karena yang memperoleh nilai di atas KKM 75 ≥ 85 %. Sedangkan rerata skor motivasi
belajar matematika diperoleh 214,14 dari jumlah total skor maksimal 250 (85,65%), ada pening-
katan motivasi belajar matematika dibandingkan dengan siklus I sebesar 68,81 %.
Refleksi
Dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar siklus II diperoleh informasi dari hasil pen-
gamatan sebagai berikut:
1) Selama kegiatan pembelajaran menerapkan metode pembelajaran think-talk-write guru
melaksanakan pembelajaran dengan baik
2) Guru telah pengelolaan waktu dengan baik
3) Prestasi belajar mengalami peningkatan dan telah mencapai ketuntasan klasikal.
4) Siswa mengalami peningkatan motivasi belajar.
Revisi
Pelaksanaan pembelajaran pada siklus II telah terlaksana dengan baik, tidak perlu melan-
jutkan ke siklus berikutnya.
Pembahasan
Rekapitulasi peningkatan prestasi, motivasi belajar, proses belajar matematika disajikan
pada tabel 2, berikut:
Tabel 2.
Rekapitulasi Hasil Pada Setiap Siklus
Siklus Tes Prestasi Skor Motivasi Be-
Rerata Kelas Ketuntasan Klasikal lajar
Pra Siklus 45,35 11,11 % 31,52 %
I 67,65 66,67 % 68,81 %
II 83,07 91,67 % 85,65 %
Melalui penelitian tindakan kelas ini diperoleh hasil, rerata kelas prasiklus (45,35) mening-
kat pada siklus I (67,65) dan siklus II (83,07), ketuntasan klasikal prestasi belajari prasiklus
(11,11%), siklus I (66,67 %) meningkat pada siklus II (91,67% ) dan motivasi belajar matematika
juga mengalami peningkatan dari prasiklus (31,52%), siklus I (68,81%) pada siklus II (85,65%).
Dari siklus II mengalami peningkatan rerata kelas, tercapai ketuntasan klasikal dan skor
motivasi belajar matematika. Hasil tersebut dapat digambarkan pada diagram sebagai berikut:
140 Jurnal Ilmiah Inspirasi
Volume VIII I Nomor 1 I Maret 2022
Penerapan Metode Pembelajaran Think Talk Write Untuk Meningkatkan Dwi Handaja
Prestasi dan Motivasi Belajar Matematika Limit Fungsi Aljabar Kelas XI IPS Guru SMAN 2 Ponorogo
2 di SMA Negeri 2 Ponorogo Tahun Pelajaran 2021/2022
KESIMPULAN
Dari hasil penelitian tindakan kelas melalui kegiatan belajar mengajar yang telah dilakukan
sebanyak dua siklus dan hasil pembahasan serta analisis maka dapat disimpulkan:
1. Penerapan metode pembelajaran think talk write dapat meningkatkan prestasi belajar
matematika limit fungsi aljabar kelas XI IPS-2 di SMA Negeri 2 Ponorogo tahun
pelajaran 2021/2022
2. Penerapan metode pembelajaran think talk write dapat meningkatkan motivasi belajar
matematika limit fungsi aljabar kelas XI IPS-2 di SMA Negeri 2 Ponorogo tahun
pelajaran 2021/2022.
SARAN
Penerapan pembelajaran matematika dengan metode think-talk-write terbukti dapat
meningkatkan prestasi belajar matematika pada kompetensi dasar limit fungsi aljabar kelas XI IPS-
2 di SMA Negeri 2 Ponorogo tahun pelajaran 2021/2022. Ada beberapa hal yang dapat disarankan
dari hasil penelitian ini, sebagai berikut:
1. Metode think-talk-write dapat dipilih sebagai alternatif metode pembelajaran matematika
2. Penerapan pembelajaran dengan metode think-talk-write selain motivasi belajar siswa
perlu kiranya memperhatikan faktor aktivitas belajar, minat, dan kreatifitas siswa siswa terhadap
matematika
3. Guru, bukan satu-satunya sumber belajar dan penyaji informasi bagi siswa
4. Guru, mengoptimalkan peran siswa secara aktif dalam kegiatan pembelajaran di kelas.
DAFTAR RUJUKAN
Anas Sudijono. 2011. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Utama
Budiyono. 2003. Metodologi Penelitian Pengajaran Matematika. Surakarta: UNS Press.
. 2009. Statistika Untuk Penelitian. Surakarta : UNS Press
Herawati Susilo. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Malang: Penerbit Bayu Media
Herman Hudoyo. 1990. Strategi Mengajar Belajar Matematika. Malang: Penerbit IKIP Malang.
Joesmani. 1988. Pengukuran Dan Evaluasi Dalam Pengajaran. Jakarta: Departemen Pendidikan
dan Kebudayaan
Martinis Yamin. 2008. Taktik Mengembangkan Kemampuan Individual Siswa. Jakarta: Gaung
Persada Press.
Sardiman A.M. 2011. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta:
PT. Raja Grafindo Persada
Sukardi. 2003, Metodologi Penelitian Pendidikan Kompetensi dan Pratiknya
142 Jurnal Ilmiah Inspirasi
Volume VIII I Nomor 1 I Maret 2022
Implementasi Model Pembelajaran Kooper-
atif Tipe Tps (Think – Pair – Share) Untuk
Meningkatkan Keaktifan Dan Hasil Belajar
Siswa Kelas XII Jurusan Teknik Kendaraan
Ringan Otomotif 4 Di SMK Negeri 1 Bendo
Magetan
Oleh:
Sutomo
Guru SMKN 1 Bendo Magetan
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan keaktifan dan hasil belajar pada
mata pelajaran Pemeliharaan Chasis dan Pemindah Tenaga Kendaraan Ringan siswa
kelas XII Jurusan Teknik Kendaraan Ringan (TKRO) 4 SMK Negeri 1 Bendo Tahun Aja-
ran 2021/2022 dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe think pair share
(TPS).
Penelitian ini merupakan jenis penelitian tindakan kelas dengan proses pembela-
jaran menggunakan think pair share (TPS) yang dilaksanakan dalam 2 siklus dengan 2
pertemuan pada setiap siklusnya. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas
pembelajaran sehingga diharapkan terjadi peningkatan keaktifan siswa selama men-
gikuti proses pembelajaran dan peningkatan hasil belajar siswa. Teknik pengumpulan
data menggunakan observasi dan tes. Data yang didapatkan dianalisis menggunakan
deskriptif.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa keaktifan dan hasil belajar siswa menga-
lami peningkatan tiap siklusnya. Peningkatan keaktifan dari siklus I pertemuan 1 siswa
yang berpartisipasi sebesar 50%, kemudian pertemuan 2 sebesar 55%. Pada siklus II
pertemuan 1 sebesar 74% dan pertemuan 2 sebesar 84%. Peningkatan hasil belajar
terjadi secara signifikan. Persentase pra siklus sebesar 44,44% dengan rata-rata kelas
sebesar 70,14. Pada siklus I percentase ketuntasan yaitu 66.67% dengan rerata kelas
75.69. Pada siklus II terjadi peningkatan baik persentase ketuntasan maupun rerata
kelas. Persentase ketuntasan pada siklus II yaitu 86.11% dengan rerata 80.14. Berda-
sarkan data persentase dan rerata kelas peningkatan sebesar 19.14% terjadi pada per-
sentase ketuntasan dan 4.45 poin untuk rerata kelas. Berdasarkan hasil penelitian yang
dilaksanakan tersebut, implementasi TPS dapat meningkatkan keaktifan siswa selama
proses pembelajaran. Selain peningkatan keaktifan, hasil belajar siswa juga terjadi pe-
ningkatan secara signifikan.
Kata kunci: Keaktifan, Hasil belajar, Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair
Share
143 Jurnal Ilmiah Inspirasi
Volume VIII I Nomor 1 I Maret 2022
Sutomo Implementasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Tps (Think – Pair – Share)
Guru SMKN 1 Bendo Magetan Untuk Meningkatkan Keaktifan Dan Hasil Belajar Siswa Kelas XII Jurusan
Teknik Kendaraan Ringan Otomotif 4 Di SMK Negeri 1 Bendo Magetan
PENDAHULUAN
Efek Pandemi Covid-19 terasa diberbagai sektor. Pendidikan menjadi salah satu sektor
terkena dampak sehingga sistem pembelajaran harus berubah secara frontal dari pembelajaran
tatap muka menjadi pembelajaran daring. Berbagai kendala dihadapi baik dari pendidik maupun
siswa terkait proses pembelajaran. Setelah 2 tahun melaksanakan model pembelajaran diseder-
hanakan, awal tahun 2022 menjadi momentum kembali kesekolah secara penuh dengan tatap
muka. Loss learning akibat kurang maksimal pembelajaran harus segera diselesaikan. Salah satu
efek loss learning adalah ketimpangan kemampuan siswa dalam menguasai kompetensi pem-
belajaran. Selama pandemi siswa dengan dukungan sarana prasarana serta lingkungan dapat
menuntaskan penguasaan kompetensi dengan baik, namun sebaliknya siswa dengan berbagai
kendala menyebabkan tidak dapat menguasai kompetensi dengan maksimal.
Data kondisi ketercapaian pembelajaran siswa juga dapat diambil dari hasil belajar pada
pertemuan sebelumnya. Ketuntasan ulangan harian berdasarkan KKM pada mata pelajaran pe-
meliharaan Chasis dan pemindah Tenaga Kendaraan Ringan kelas XII tahun ajaran 2021/2022
yaitu 50.15%. Berdasarkan pengamatan peneliti dalam hal ini sebagai guru yang mengajar sela-
ma semester ganjil ini dapat dipaparkan keaktifan siswa mengikuti pembelajaran masih rendah.
Salah satu indikator keaktifan tersebut yaitu perhatian dalam proses pembelajaran, siswa cend-
erung diam dan kurang fokus pada materi. Beberapa siswa ditemui sering mengobrol dengan
teman kelas. Siswa cenderung diam ketika diberi kesempatan untuk bertanya maupun ber-
pendapat.
Kualitas dan keberhasilan pembelajaran dalam menghadapi kondisi pemulihan pasca
pandemi dan kondisi kelas pembelajaran yang tidak maksimal menuntut inovasi dan kreatifitas
guru. Guru sebagai pengelola kelas pembelajaran dapat memanfaatkan segala potensi kelas un-
tuk dapat menciptakan kondisi pembelajaran yang memadai dan mendukung siswa mencapai
kompetensi yang ditetapkan. Guru dengan berbekal informasi dan kondisi lapangan tersebut
dapat menerapkan pembelajaran berkonsep terpusat pada siswa.
Penerapan pembelajaran berkelompok atau kooperatif menjadi salah satu alternatif un-
tuk membentuk siswa menguasai tiga aspek kompetensi yaitu afektif, kognitif dan psikomotorik.
Selain kompetensi teknis diharapkan siswa dapat menguasai keterampilan lain berupa soft skill.
Keterampilan soft skill tersebut diantaranya keterampialn berkolaborasi atau kerjasama, komu-
nikasi, dll.
144 Jurnal Ilmiah Inspirasi
Volume VIII I Nomor 1 I Maret 2022
Implementasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Tps (Think – Pair – Share) Sutomo
Untuk Meningkatkan Keaktifan Dan Hasil Belajar Siswa Kelas XII Jurusan Guru SMKN 1 Bendo Magetan
Teknik Kendaraan Ringan Otomotif 4 Di SMK Negeri 1 Bendo Magetan
KAJIAN PUSTAKA
Keit Davis dalam Suryosubroto (2009:294) memaparkan bahwa keaktifan merupakan
segala aktivitas mental dan emosi untuk mencapai tujuan. Lebih dalam Dierich dalam Yamin
(2007:84-86) memaparkan keaktifan dalam proses pembelajaran memiliki beberapa poin yaitu
(1) kegiatan-kegiatan lisan; (2) kegiatan-kegiatan visual; (3) kegiatan-kegiatan menulis; (4) kegia-
tan-kegiatan mendengar; (5) kegiatan-kegiatan menggambar; (6) kegiatan-kegiatan emosional;
(7) kegiatan-kegiatan mental; (8) kegiatan metric.
Nana Sudjana (2011:22) memaparkan bahwa hasil belajar merupakan kemampuan yang
dicapai siswa setelah pembelajaran. Jihad & Haris (2008:14) memaparkan lebih dalam bahwa hasil
belajar merupakan perubahan perilaku setelah mengikuti proses belajar. Daryanto (2009:51) lebih
lanjut memaparkan proses dan hasil belajar dipengaruhi oleh faktor internal yang berasal dari
dalam siswa dan faktor eksternal yang berasal dari luar siswa atau lingkungan sekitar siswa.
Model pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang merupakan struktur
kegiatan belajar mengajar berkelompok. Menurut Suyatno (2009:54) model pembelajaran kooper-
atif tipe Think-Pair-Share (TPS) memiliki sintak atau langkah-langkah pelaksanaan pembelajaran
sebagai berikut: (1) Guru memberikan pengarahan materi awal secara klasikal; (2) memberikan
tugas belajar yang dikerjakan secara berkelompok beranggotakan teman sebangku (Think-pairs);
(3) presentasi hasil kerja kelompok (Share); (4) kuis individual dan kelompok; (5) membuat reka-
papitulasi skor perkembangan tiap siswa dan kelompok dan mengumumkan hasil kuis dan beri-
kan reward.
METODE PENELITIAN
Penelitian yang dilaksanakan menggunakan peneltian tindakan kelas (PTK) dengan mod-
el yang dikembangkan oleh Kemmis & Taggart. Terdapat empat tahapan dalam Penelitian yaitu
Planing (rencana), Action (tindakan), Observation (pengamatan), Reflection (refleksi).
Subyek penelitian merupakan siswa XII TKRO 4 Tahun Ajaran 2021/2022 sejumlah 36
orang. Waktu pelaksanaan penelitian pada semester semester genap yaitu Januari sampai Maret
2022. Tempat penelitian berada di kelas teori dan bengkel jurusan TKRO SMKN 1 Bendo Mage-
tan.
Pada rencana tindakan siklus I tindakan yang dilaksanakan berupa identifikasi permas-
alahan yang terjadi didalam kelas pembelajaran. Menyusun instrumen observasi keaktifan siswa
dan menyusun instrumen pelaksanaan pembelajaran dengan menerapkan TPS untuk mengukur
pelaksanaan pembelajaran. Kegiatan selanjutnya yaitu menyusun RPP, LKPD, dan instrumen tes.
Pelaksanaan pembelajaran sesuai dengan RPP yang dibuat dengan menerapkan TPS.
LKPD diberikan pada pembelajaran untuk membantu siswa dalam proses pembelajaran. Tes di-
laksanakan dalam 2 tahap yaitu pretes dan posttes. Instrumen observasi berupa lembar observa-
si keaktifan siswa dan pelaksanaa pembelajaran diisi oleh observer. Observer dalam penelitian
ini berasal dari teman sejawat.
Hasil data dari observasi terkait keaktifan dan pelaksanaan pembelajaran serta tes untuk
mendapatkan data hasil belajar. Data yang didapat digunakan untuk bahan refleksi. Selain itu
catatan-catatan selama pembelajaran digunakan sebagai bahan pendukung untuk proses reflek-
si. Kegiatan refleksi dilaksanakan oleh guru pengampu mata pelajaran yang juga merupakan
peneliti bersama dengan teman sejawat. Kegiatan refleksi dilaksanakan untuk menemukan te-
muan positif berupa hal-hal yang mendukung pembelajaran dan negatif berupa hal-hal yang
tidak mendukung pembelajaran. Kajian selanjutnya berbekal temuan dan data yang didapat
digunakan untuk menentukan strategi yang akan dilaksakan pada pertemuan selanjutnya
Teknik pengumpulan data menggunakan observasi dan tes. Instrumen observasi digu-
nakan untuk mendapat data yang berkaitan dengan keaktifan siswa selama proses pembelajaran
dan instrumen tes digunakan untuk mengumpulkan data yang berkaitan dengan hasil belajar
siswa. Data yang sudah dikumpulkan dianalisis menggunakan teknik analisis data deskriptif.
Rumus yang digunakan untuk menghitung persentase keaktifan siswa adalah
Analisis hasil belajar siswa dilakukan analisis dengan menentukan persentase ketuntasan
belajar dan rerata nilai tes. Rumus yang digunakan untuk menghitung persentase hasil belajar
siswa adalah
146 Jurnal Ilmiah Inspirasi
Volume VIII I Nomor 1 I Maret 2022
Implementasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Tps (Think – Pair – Share) Sutomo
Untuk Meningkatkan Keaktifan Dan Hasil Belajar Siswa Kelas XII Jurusan Guru SMKN 1 Bendo Magetan
Teknik Kendaraan Ringan Otomotif 4 Di SMK Negeri 1 Bendo Magetan
Pada tahap ini juga dilaksanakan pembuatan instrumen observasi, instrumen tes, perangkat pembelaja-
ran yang sudah mengintegrasikan pembelajaran TPS.
2 Memperhatikan pelajaran 24 67 % 26 72 %
3 Mencatat 16 44 % 18 50 %
6 Menjawab pertanyaan 10 28 % 13 36 %
7 Menyatakan pendapat 11 31 % 12 33 %
Pada akhir siklus I dilaksanakan posttes untuk mendapatkan data hasil belajar.
Hasil belajar siswa pada siklus I dapat dilihat pada gambar 2 dan tabel 2 terkait persentase ketuntasan
belajar siswa.
Tabel 2.
Ketuntasan Belajar Berdasarkan Nilai Siklus I
Berdasarkan data pada tabel 2. dapat dipaparkan bahwa pada pertemuan 1 persentase ketun-
tasan sebesar 63,89% atau 23 siswa. Persentase yang belum tuntas sebesar 36,14% atau 13 siswa. Pada
pertemuan 2 terjadi peningkatan walaupun belum signifikan, hanya terjadi penambahan 1 siswa yang
tuntas. Persentase ketuntasan belajar siswa pada pertemuan 2 sebesar 66.67% atau 24 siswa.
148 Jurnal Ilmiah Inspirasi
Volume VIII I Nomor 1 I Maret 2022
Implementasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Tps (Think – Pair – Share) Sutomo
Untuk Meningkatkan Keaktifan Dan Hasil Belajar Siswa Kelas XII Jurusan Guru SMKN 1 Bendo Magetan
Teknik Kendaraan Ringan Otomotif 4 Di SMK Negeri 1 Bendo Magetan
Pelaksanaan siklus I terjadi peningkatan keaktifan dan hasil belajar walaupun belum maksimal.
Siswa sangat terbantu dan menyukai LKPD. Keaktifan siswa juga sudah menunjukkan perubahan positif
dengan beberapa siswa berani bertanya, berpendapat dan presentasi.
Pada akhir siklus II dilaksanakan posttes untuk mendapatkan data hasil belajar. Hasil bela-
jar siswa pada siklus II dapat dilihat pada gambar 3 dan tabel 4 terkait persentase ketuntasan belajar
siswa.
Berdasarkan data pada tabel 4. dapat dipaparkan bahwa pada pertemuan 1 persentase ke-
tuntasan sebesar 77.78% atau 28 siswa. Persentase yang belum tuntas sebesar 22.22% atau 8 siswa.
Pada pertemuan 2 terjadi peningkatan secara signifikan. Persentase ketuntasan belajar siswa pada
pertemuan 2 sebesar 86.11% atau 31 siswa.
150 Jurnal Ilmiah Inspirasi
Volume VIII I Nomor 1 I Maret 2022
Implementasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Tps (Think – Pair – Share) Sutomo
Untuk Meningkatkan Keaktifan Dan Hasil Belajar Siswa Kelas XII Jurusan Guru SMKN 1 Bendo Magetan
Teknik Kendaraan Ringan Otomotif 4 Di SMK Negeri 1 Bendo Magetan
Kegiatan tutor sebaya ini efektif dan diterima oleh siswa di kelas.
Pembahasan
Berdasarkan data yang didapatkan dengan observasi keaktifan siswa selama pembela-
jaran sebagaimana dapat dilihat pada gambar 4 dapat disimpulkan bahwa pada aspek 1 yaitu
hadir tepat waktu siswa mulai pertemuan 1 siklus 1 sebesar 97% atau 35 siswa. Pada pertemuan
selanjutnya tingkat kehadiran tepat waktu adalah 100%.
Pada aspek 2 yaitu memperhatikan pelajaran pada siklus I pertemuan 1 sebesar 67% dan
diakhir siklus II pertemuan 2 terjadi peningkatan sebesar 19% menjadi 86%. Pada aspek 3 yaitu
mencatat pada siklus I pertemuan 1 sebesar 44% dan pada siklus II pertemuan 2 menjadi 75%
terjadi peningkatan 31%. Pada Aspek 4 yaitu membaca buku terjadi peningkatan 42% dari 36%
pada siklus I pertemuan 1 menjadi 78% pada siklus II pertemuan 2.
Pada aspek 5 yaitu terkait mengajukan pertanyaan, siswa pada tiap pertemuan sema-
kin berani untuk bertanya. Antusias siswa menjadi lebih baik pada aspek 6 yaitu menjawab
pertanyaan. Siswa lebih berani menjawab dan guru memberikan apresiasi walaupun beberapa
jawaban masih perlu pembetulan.
Pada aspek 7 terkait menyatakan pendapat sebagaimana dapat dilihat pada gambar ter-
jadi peningkatan juga. Pada aspek 8 yaitu diskusi kelompok, dari data yang didapatkan terja-
di peningkatan walaupun tidak secara maksimal. Pada pertemuan 1 siklus I sebesar 61% dan
diakhir pertemuan 2 siklus II menjadi 75%.
Nilai rerata kelas pada siklus I pertemuan 1 yaitu 73,89 dengan persentase ketuntasan
belajar 63,89%. Pada pertemuan 2 terjadi peningkatan menjadi 75,69 dengan persentase ketun-
tasan belajar 66,67%. Rerata nilai kelas pada siklus II pertemuan 1 terjadi peningkatan yang
signifikan menjadi 79,31 persentase ketuntasan ketuntasan belajar sebesar 77,78%. Pada per-
temuan 2 menjadi 80,14 dengan persentase 86,11%. Rerata nilai kelas terjadi peningkatan 6,25
poin dari pertemuan 1 siklus I terhadap pertemuan 2 siklus II. Persentase ketuntasan belajar ter-
jadi peningkatan sebesar 22,22% dari 73,89% pada pertemuan 1 siklus II menjadi 86,11% pada
pertemuan 2 siklus II.
152 Jurnal Ilmiah Inspirasi
Volume VIII I Nomor 1 I Maret 2022
Implementasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Tps (Think – Pair – Share) Sutomo
Untuk Meningkatkan Keaktifan Dan Hasil Belajar Siswa Kelas XII Jurusan Guru SMKN 1 Bendo Magetan
Teknik Kendaraan Ringan Otomotif 4 Di SMK Negeri 1 Bendo Magetan
Penerapan TPS didalam pembelajaran dapat meningkatan hasil belajar siswa secara
efektif. Ketersedian LKPD sangat membantu siswa dalam belajar berkelompok dan menda-
lami materi. Fasilitasi guru dengan diskusi dan umpan balik menambah wawasan siswa ter-
kait materi yang dipelajari. Kondisi yang nyaman tidak tegang membuat siswa mudah untuk
belajar. Selain siswa tuntas belajar sesuai dengan tujuan belajar, siswa memiliki kemampuan
berupa soft skills.
Saran
Penggunaan model pembelajaran kooperatif terutama tipe TPS sangat membantu
dalam meningkatkan kualitas pembelajaran. Proses pembelajaran menjadi lebih hidup dan
menyenangkan sehingga sangat perlu diterapkan secara luas. Sekolah dapat mengembang-
kan TPS pada pembelajaran teori maupun praktik. Guru diharapkan terus belajar terutama
terkait inovasi-inovasi pembelajaran untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.
DAFTAR RUJUKAN
154 Jurnal Ilmiah Inspirasi
Volume VIII I Nomor 1 I Maret 2022
Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif
Tipe Numbered Heads Together (NHT)
Untuk Meningkatkan Motivasi Dan Prestasi
Belajar Matematika Siswa Kelas X MIPA-2
Semester 1 SMAN 1 Ngadirojo Tahun Pelaja-
ran 2019/2020
Oleh:
Suprapto
Guru SMAN 1 Ngadirojo Pacitan
ABSTRAK
Saran yang dapat disampaikan berdasarkan hasil penelitian adalah: (1) mengelola
waktu dengan cermat agar pelaksanaan pembelajaran sesuai dengan yang direncanakan
terutama pada tahap berpikir bersama dan menjawab. (2) memberikan pemahaman kepada
siswa tentang aturan pembelajaran NHT agar dapat melaksanakan tugas sesuai perannya
dan sesuai waktu yang direncanakan. (3) membuat alat ukur untuk mengetahui hasil belajar
siswa pada masing-masing materi dengan tingkat kesulitan/kompleksitas yang sesuai dengan
kemampuan anak. (4) menyiapkan perangkat dan sarana sebagai penunjang dalam kegiatan
pembelajaran kooperatif tipe NHT dengan lebih matang. (5) memberikan perangkat kegiatan
kepada siswa dengan mempertimbangkan jenis kegiatan dan jumlah siswa agar keterlibatan
siswa dalam kelompok merata.
Kata kunci: Nambered Heads Together (NHT), Motivasi, dan Hasil Belajar.
156 Jurnal Ilmiah Inspirasi
Volume VIII I Nomor 1 I Maret 2022
Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together(N-
Suprapto
HT) Untuk Meningkatkan Motivasi Dan Prestasi Belajar Matematika Siswa Kelas X
Guru SMAN 1 Ngadirojo Pacitan
MIPA-2 Semester 1 SMAN 1 Ngadirojo
Tahun Pelajaran 2019/2020
PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan suatu kegiatan universal dalam kehidupan manusia. Pendi-
dikan bagi manusia adalah proses menemukan dan mengembangkan diri dalam keseluruhan
dimensi kepribadian. Adapun fungsi pendidikan adalah untuk membimbing manusia kearah
suatu tujuan yang bernilai tinggi, yaitu agar manusia tersebut bertambah pengetahuan dan
ketrampilannya serta memiliki sikap yang benar. Pendidikan informal dapat diberikan kepada
anak sejak dini oleh keluarga dan lingkungan tempat ia berada. Sedangkan pendidikan formal
dapat diperoleh disekolah-sekolah ataupun lembaga pendidikan yang berperan mendidik dan
mempunyai tujuan menciptakan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas dan mampu
beradaptasi dengan IPTEK.
Kegiatan belajar yang berlangsung di sekolah bersifat formal, disengaja, direncanakan,
dengan bimbingan guru serta pendidik lainnya. Kegiatan belajar sangat diperlukan, mengingat
semakin banyak dan semakin tingginya tuntutan kehidupan masyarakat.
Pendidikan Matematika seharusnya lebih mengutamakan hasil belajar dengan me-
nekankan proses memperoleh ilmu tersebut. Fakta menunjukkan bahwa nilai Matematika men-
duduki peringkat paling bawah dibandingkan nilai pelajaran lainnya. Keberhasilan pembela-
jaran biasanya dapat dilihat dari nilai siswa yang telah mencapai kriteria ketuntasan minimal
(KKM). Namun pada kenyataan sehari-hari masih banyak nilai siswa yang belum mencapai
kriteria ketuntasan minimal, ini mencerminkan ketidakberhasilan tujuan pembelajaran.
Matematika masih dianggap sebagai bagian dari pelajaran yang sulit untuk dikuasai dikare-
nakan cakupan materinya yang sangat luas dan bersifat abstrak. Oleh karena itu, sangat diper-
lukan upaya perbaikan dalam sistem pembelajaran Matematika sehingga dapat meningkatkan
mutu serta kualitas Pendidikan. Kesulitan yang dialami siswa diduga karena pembelajaran di
kelas kurang menyentuh kehidupan nyata, kurang relevan antara apa yang diajarkan dengan
yang diperlukan dalam kehidupan di masyarakat, atau cara menyampaikan materi yang kurang
menarik siswa.
Menurut pengamatan penulis proses pembelajaran di sekolah ini masih didominasi
guru dan belum memberikan akses bagi anak didik untuk berkembang secara optimal. Peneliti
melihat motivasi belajar siswa masih rendah, hal ini dapat dilihat beberapa siswa kurang ter-
motivasi untuk belajar dan terkesan asal mengikuti proses pembelajaran. Motivasi belajar siswa
menurut Keller (dalam Juli Setyanto, 2010: 27) dapat dilihat dari empat komponen motivasi
yang meliputi perhatian terhadap pelajaran (Attention), mengaitkan materi dengan ilmu lain-
nya (Relevance), rasa percaya diri (Confidence), dan kepuasan diri (Satisfaction).
Kepemilikan buku catatan yang merupakan salah satu indikator motivasi belajar siswa
juga menjadi sasaran observasi awal dari peneliti. Berdasarkan observasi awal ini, peneliti mene-
mukan kurang lebih 25% siswa yang memiliki buku catatan secara mandiri dan rapi di samping
catatan yang diperoleh dari guru pengajar, sedang yang lain bukunya hanya sekedar catatan yang
diperoleh dari guru pengajar, bahkan ada yang tidak punya catatan sama sekali dengan alasan
anak jurusan IPA untuk apa mencatat.
Heterogenitas siswa juga menjadi faktor yang ikut menetukan keberhasilan proses belajar
di kelas. Siswa memiliki banyak perbedaan antara satu dengan yang lain baik dalam kecerdasan,
kepribadian, dan latar belakang siswa. Perbedaan pada siswa bukanlah hal yang harus dihilang-
kan, melainkan adalah sesuatu yang harus disikapi dengan bijak agar menjadi faktor yang men-
guntungkan bagi siswa, khususnya dalam proses pembelajaran.
Salah satu pendekatan pembelajaran yang sering digunakan adalah pembelajaran ko-
operatif (Cooperative Learning). Pembelajaran kooperatif dilaksanakan dalam kelompok kecil
supaya siswa dapat berkerjasama dalam kelompok untuk mempelajari isi kandungan pelajaran
dengan berbagai kemahiran sosial. . Hal ini sesuai dengan pendapat Mulyana (2004:244) yang
menyatakan bahwa ”pelajaran kooperatif adalah pelajaran secara tim.
Pembelajaran kooperatif memiliki beberapa metode pembelajaran, diantaranya adalah
Number Head Togethers (NHT). NHT merupakan metode pembelajaran yang menekank-
an keaktifan dan kerja sama antar siswa. Guna memaksimalkan efetivitas penggunaan metode
NHT,maka dapat dibantu dengan menggunakan Lembar Kegiatan Siswa (LKS). LKS berisi per-
tanyaan, pernyataan,dan suruhan yang bertujua nuntuk menanamkan konsep atau prinsip bagi
siswa secara utuh,sistematis dan diyakini kebenarannya. LKS tersebut tentunya harus dapat di-
gunakan dalam kegiatan belajar mengajar sehingga dapat mendukung siswa untuk lebih termo-
tivasi yang mengarah pada penguasaan materi.
Berdasarkan batasan masalah tersebut, maka rumusan masalah yang diangkat pada pene-
litian ini adalah:
1. Bagaimana langkah-langkah pembelajaran metode Numbered Heads Together (NHT) yang
dapat meningkatkan motivasi belajar matematika siswa kelas X MIPA-2 SMA Negeri 1 Ngadiro-
jo Tahun Pelajaran 2019/2020.
2. Bagaimana langkah-langkah pembelajaran metode Numbered Heads Together (NHT) yang
dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas X MIPA-2 SMA Negeri 1 Ngadirojo
Tahun Pelajaran 2019/2020.
158 Jurnal Ilmiah Inspirasi
Volume VIII I Nomor 1 I Maret 2022
Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together(N-
Suprapto
HT) Untuk Meningkatkan Motivasi Dan Prestasi Belajar Matematika Siswa Kelas X
Guru SMAN 1 Ngadirojo Pacitan
MIPA-2 Semester 1 SMAN 1 Ngadirojo
Tahun Pelajaran 2019/2020
KAJIAN PUSTAKA
Motivasi Belajar
Motivasi belajar merupakan suatu keadaan atau kondisi yang mendorong, merangsang
atau menggerakan seseorang untuk belajar sesuatu atau atau melakukan kegiatan untuk men-
capai suatu tujuan.
Motivasi ditandai dengan timbulnya perasaan, afeksi seseorang, mula-mula merupakan
ketegangan psikologis, lalu merupakan suasana emosi. Pribadi yang bermotivasi mengadakan
respons-respons yang tertuju ke arah suatu tujuan. Respons-respons itu berfungsi mengurangi
ketegangan yang disebabkan oleh perubahan energi dalam dirinya. Setiap respons merupakan
suatu langkah ke arah mencapai tujuan (Hamalik dalam Juli setyanto, 2010: 24).
Tingkat keberhasilan siswa dalam kegiatan belajar tidak semata-mata dipengaruhi oleh
motivasi pada diri siswa saja, akan tetapi ada faktor lain yang juga sangat berpengaruh pada
tingkat keberhasilan siswa dalam belajar. Faktor-faktor itu adalah kemampuan dasar yang ada
di dalam diri siswa, antara lain kemampuan kognitif yang dimiliki oleh siswa tersebut.
Prestasi
Menurut Sardiman (2001: 46) menjelaskan bahwa prestasi adalah kemampuan nyata
yang merupakan hasil interaksi antara berbagai faktor yang mempengaruhi baik dari dalam
maupun dari luar individu. Harahap dalam Hamdani (2011: 138) mendefinisikan prestasi se-
bagai penilaian pendidikan tentang perkembangan dan kemajuan siswa yang berkenaan den-
gan penguasaan bahan pelajaran yang disajikan kepada mereka serta nilai-nilai yang terdapat
dalam kurikulum. Hamdani (2011: 137) menyatakan bahwa prestasi adalah hasil dari suatu
kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan baik secara individual maupun kelompok.
Pengertian Belajar
Belajar merupakan hal yang sangat penting untuk mengembangkan keterampilan, sikap
dan pemahaman. Dewi Salma Prawiradilaga (2008: 132) menyebutkan bahwa belajar merupa-
kan proses berpikir, terjadi secara internal dalam diri seseorang untuk memahami atau mendala-
mi suatu kemampuan atau kompetensi atau keahlian tertentu baik yang kasat mata maupun yang
abstrak.
Kata prestasi berasal dari bahasa Belanda yaitu prestatie. Kemudian dalam bahasa Indo-
nesia menjadi prestasi yang berarti hasil usaha. Menurut Sudjana (2011: 22) prestasi belajar
adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki oleh peserta didik setelah menerima pen-
galaman belajarnya. Kemampuan itu akan lahir ketika pengalaman atau siswa telah melakukan
beberapa kegiatan belajar. Sementara menurut Darmadi (2009: 100) prestasi belajar adalah se-
buah kecakapan atau keberhasilan yang diperoleh seseorang setelah melakukan sebuah kegiatan
dan proses belajar. Prestasi belajar adalah hasil yang telah dicapai dari yang telah dilakukan dan
dikerjakan.
Pengertian Matematika
Menurut Riedsell, dkk dalam (Catur Supatmono, 2009: 7) menyebutkan bahwa matemati-
ka merupakan kegiatan pembangkitan masalah dan pemecahan masalah. Andi Hakim Nasution
dalam (Catur Supatmono, 2009: 7) juga menjelaskan bahwa matematika merupakan ilmu struk-
tur, urutan (order) dan hubungan yang meliputi dasar-dasar penghitungan, pengukuran dan
penggambaran bentuk objek. Ilmu ini melibatkan logika dan kalkulasi kuantitatif dan pengem-
bangannya telah meningkatkan derajat idealisasi dan abstraksi subjeknya.
Berdasarkan pengertian belajar, prestasi belajar dan matematika maka prestasi belajar
matematika adalah tingkat penguasaan pengetahuan seseorang setelah melaksanakan kegiatan
dan proses pembelajaran matematika dan ditunjukkan dalam bentuk nilai dari suatu tes pada
kompetensi tertentu.
160 Jurnal Ilmiah Inspirasi
Volume VIII I Nomor 1 I Maret 2022
Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together(N-
Suprapto
HT) Untuk Meningkatkan Motivasi Dan Prestasi Belajar Matematika Siswa Kelas X
Guru SMAN 1 Ngadirojo Pacitan
MIPA-2 Semester 1 SMAN 1 Ngadirojo
Tahun Pelajaran 2019/2020
Model Pembelajaran
Numbered Heads Together (NHT) merupakan suatu tipe model pembelajaran kooper-
atif yang dikembangkan oleh Spenser Kagan dkk, dengan menggunakan struktur yang terdiri
atas empat langkah yang digunakan untuk mereview fakta-fakta dan informasi dasar yang
berfungsi untuk mengatur interaksi siswa.
Langkah 5 Penutup
13. Umpan balik.
14. Membimbing siswa menyimpulkan materi.
162 Jurnal Ilmiah Inspirasi
Volume VIII I Nomor 1 I Maret 2022
Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together(N-
Suprapto
HT) Untuk Meningkatkan Motivasi Dan Prestasi Belajar Matematika Siswa Kelas X
Guru SMAN 1 Ngadirojo Pacitan
MIPA-2 Semester 1 SMAN 1 Ngadirojo
Tahun Pelajaran 2019/2020
Teori Belajar yang Terkait dengan Pembelajaran tipe Numbered Heads Together (NHT)
Banyak teori yang mendukung pembelajaran kooperatif. Namun dalam tulisan ini
yang akan dibahas adalah sebagian dari pendapat tokoh-tokoh utamanya.
2. Teori Vygotsky
Vygotsky menekankan pentingnya interaksi sosial dengan orang lain, terlebih dengan
orang yang mempunyai pengetahuan lebih baik. Perkembangan kognitif anak akan mening-
kat dan dipermudah karena interaksinya dengan individu yang lebih mampu atau cakap.
3. Teori Piaget
Perkembangan kognitif manusia pada dasarnya seiring dengan perubahan kemam-
puan mental manusia dari waktu ke waktu. Menurut Piaget , perkembangan sebagian besar
ditentukan oleh manipulasi dan interaksi aktif anak dengan lingkungan. Selanjutnya Piaget
yakin bahwa anak-anak dilahirkan dengan kecenderungan yang dibawa sejak lahir untuk
berinteraksi dan sabar dengan lingkungan mereka.
Kelemahan pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) sebagai beri-
kut:
1. Ditinjau dari sarana kelas, jika kelas tersebut hanya dibuat untuk pembelajaran kooperatif
tipe Numbered Heads Together (NHT) maka setiap kali pertemuan harus mengatur tempat
duduk sehingga suasana kelas akan menjadi gaduh dan waktu yang tersedia untuk jam pelaja
ran matematika semakin berkurang.
2. Apabila banyak siswa dalam kelas besar maka guru akan mengalami kesulitan untuk mem
bimbing siswa yang membutuhkan bimbingan.
Pembelajaran Tipe Numbered Heads Together (NHT) pada materi Sistem Persamaan Linear
Tiga Variabel
Peneliti memilih metode ini karena metode ini memberi kesempatan untuk bekerja sama
dengan orang lain dan bertanggung jawab. Diharapkan siswa tertarik untuk mempelajari pel-
uang. Diterapkan pada materi Persamaan Nilai Mutlak Linear Satu Variabel karena materi ini
perlu pemahaman yang benar, sehingga dibutuhkan pemikiran secara individu untuk menyele-
saikan permasalahan yang akhirnya menjadi jawaban kelompok.
METODE PENELITIAN
Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah model pembelajaran kooperatif
NHT yang diyakini dapat meningkatkan keterlibatan siswa dalam pembelajaran. Alat pengum-
pulan data yang digunakan pada penelitian ini adalah: 1) lembar observasi, 2) lembar tes dan 3)
lembar pedoman wawancara. Analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah analisis
data kualitatif dan data kuantitatif. Wawancara dilakukan untuk mengetahui pemahaman terh-
adap materi SPLTV dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT. Pembelajaran dikatakan
berhasil jika hasil wawancara menunjukkan bahwa 2 (dua) siswa dari 3 (tiga) siswa sudah me-
mahami materi SPLTV.
Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 1 Ngadirojo Kabupaten Pacitan. Subyek pene-
litian ini adalah siswa kelas X Mipa-2 semester ganjil tahun pelajaran 2019/2020. Penelitian ini
dilaksanakan pada semester ganjil yaitu bulan Juli sampai dengan September 2019.
Prosedur Penelitian
Pada penelitian ini direncanakan ada dua siklus yang pada masing-masing siklus melipu-
ti perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi.
1. Siklus I
a. Perencanaan
Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran yang terdiri rencana
pembelajaran 1, lembar kerja siswa, test formatif siklus 1 dan alat-alat yang mendukung. Selain
itu juga disiapkan lembar observasi pengelolaan pembelajaran kooperatif model NHT, lembar
observasi aktifitas guru dan siswa dan angket siswa tentang modede pembelajaran kooperatif
model NHT pada siklus I.
164 Jurnal Ilmiah Inspirasi
Volume VIII I Nomor 1 I Maret 2022
Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together(N-
Suprapto
HT) Untuk Meningkatkan Motivasi Dan Prestasi Belajar Matematika Siswa Kelas X
Guru SMAN 1 Ngadirojo Pacitan
MIPA-2 Semester 1 SMAN 1 Ngadirojo
Tahun Pelajaran 2019/2020
b. Pelaksanaan
Pelaksanaan proses belajar mengajar di SMA Negeri 1 Ngadirojo dilaksanakan di kelas
X MIPA-2 dengan jumlah siswa 33. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai guru dan sebagai
pengamat adalah teman guru matematika dari SMA Negeri 1 Ngadirojo juga.
c. Pengamatan
Pengamatan atau observasi dilaksanakan bersamaan dengan proses belajar mengajar.
Adapun yang diamati adalah terkait dengan pengelolaan pembelajaran oleh guru pengajar, ak-
tifitas siswa, angket, dan test formatif.
d. Refleksi
Refleksi ini dilaksanakan setelah proses belajar mengajar. Adapun yang direfleksi adalah
terkait dengan pengelolaan pembelajaran oleh guru pengajar, aktifitas siswa, dan test formatif.
2. Siklus II
a. Perencanaan
Pada siklus II ini peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran yang terdiri rencana
pembelajaran II, lembar kerja siswa, test formatif siklus II dan alat-alat yang mendukung. Selain
itu juga disiapkan lembar observasi pengelolaan pembelajaran kooperatif model NHT dengan
pendekatan saintifik, lembar observasi aktifitas guru dan siswa dan angket siswa tentang mod-
ede pembelajaran kooperatif model NHT pada siklus II.
b. Pelaksanaan
Pelaksanaan proses belajar mengajar sekaligus penelitian untuk siklus yang kedua ini
dikenakan pada kelas yang sama dengan kegiatan pembelajaran pada siklus I yaitu di kelas X
MIPA-2 dengan jumlah siswa 33. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai guru dan sebagai
pengamat adalah teman guru matematika dari SMA Negeri 1 Ngadirojo.
c. Pengamatan
Pengamatan atau observasi dilaksanakan bersamaan dengan proses belajar mengajar
pada siklus II. Adapun yang diamati adalah terkait dengan pengelolaan pembelajaran oleh guru
pengajar, aktifitas siswa, dan test formatif pada siklus II.
d. Refleksi
Refleksi ini dilaksanakan setelah proses belajar mengajar pada siklus II. Adapun yang
direfleksi adalah terkait dengan pengelolaan pembelajaran oleh guru pengajar, aktifitas siswa,
dan test formatif siklus II.
Siklus I
Pada siklus 1 dilaksanakan beberapa tahapan tindakan. Tahap-tahap tindakan dalam
siklus 1 terdiri dari : perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan evaluasi, dan refleksi
166 Jurnal Ilmiah Inspirasi
Volume VIII I Nomor 1 I Maret 2022
Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together(N-
Suprapto
HT) Untuk Meningkatkan Motivasi Dan Prestasi Belajar Matematika Siswa Kelas X
Guru SMAN 1 Ngadirojo Pacitan
MIPA-2 Semester 1 SMAN 1 Ngadirojo
Tahun Pelajaran 2019/2020
Tes akhir siklus 1 dilaksanakan sesudah pembelajaran siklus I selama dua pertemuan
selesai. Tes ini dilaksanakan pada dilaksanakan tes hasil belajar pada hari Rabu, 14 Agustus
2019 pukul 10.15 – 11.45 WIB selama 2 × 45 menit dan diikuti oleh semua siswa, 5)
Pelaksanaan Tes Hasil Belajar Siklus I
Tes akhir siklus 1 dilaksanakan sesudah pembelajaran siklus I selama dua pertemuan selesai.
Tes ini dilaksanakan pada dilaksanakan tes hasil belajar pada hari Rabu, 14 Agustus 2019 pukul
10.15 – 11.45 WIB selama 2 × 45 menit dan diikuti oleh semua siswa.
7) Refleksi
Dari hasil belajar siswa, yang merupakan pengolahan antara nilai kelompok dan nilai
tes dari hasil belajar siswa diperoleh 27 siswa dari 33 siswa atau 82% yang mendapat nilai ≥ 67
atau tuntas secara individu dengan rata-rata nilai siswa 73,6. ketuntasan klasikal 82% dalam
kriteria baik, hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran pada siklus I belum memenuhi kriteria
ketuntasan belajar, yaitu 85% atau lebih dari banyak siswa mendapat nilai ≥ 67.
Siklus II
Seperti halnya pada siklus I, pada siklus II juga terdiri dari tahap (a) Perencanaan
(plan), (b) Pelaksanaan (action), (c) Observasi (observation) dan (d) refleksi (reflection).
a. Perencanaan Tindakan
Mengadakan perbaikan dan pembenahan terhadap kelemahan dan kekurangan yang ter-
jadi pada siklus I.
b. Pelaksanaan Tindakan
1. Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II Pertemuan ke-1
Pelaksanaan tindakan siklus II terbagi menjadi 2 kali pertemuan, di mana setiap kali pertemuan
dengan alokasi waktu 2 x 45 menit. Pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Rabu, 22 Agustus 2019
selama 2 × 45 menit yaitu pukul 10.15 – 11.45. Aturan main pada pelaksanaan pembelajaran siklus 2
tetap sama dengan siklus I, yaitu pembelajaran kooperatif tipe NHT.
7.Refleksi
Peningkatan motivasi belajar siswa dapat dilihat dari persentase motivasi yang mencapai
93% dengan taraf keberhasilan sangat baik. Tingkat ketuntasan individu dapat dilihat dari pening-
katan rata-rata skor yang diperoleh siswa pada siklus I dan siklus II, sedangkan peningkatan tingkat
ketuntasan klasikal dapat dilihat dari persentase ketuntasan kelasnya yang mencapai 91%. Pening-
katan juga dapat dilihat pada tiap-tiap ranah kognitif siswa antara siklus I dan siklus II.
Berdasarkan paparan data dan temuan penelitian serta pembahasan, dapat disimpulkan
pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) yang dapat meningkatkan hasil
belajar siswa pada materi SPLTV dibagi dalam empat langkah, yaitu langkah numbering, langkah
questioning, langkah heads together dan langkah answering.
1. Langkah numbering
Langkah numbering merupakan langkah pendahuluan untuk menyiapkan siswa agar siap
belajar. Kegiatan menyiapkan siswa meliputi membagi siswa menjadi enam kelompok yang mas-
ing-masing beranggota lima atau enam orang dan diberi nomor satu sampai lima atau enam, men-
yampaikan tujuan/indikator pembelajaran, dan memotivasi siswa dengan menyampaikan pent-
ingnya materi SPLTV baik untuk materi yang akan datang maupun manfaat untuk kehidupan
sehari-hari.
2. Langkah questioning
Langkah questioning merupakan langkah guru untuk memberikan masalah yang be-
rupa pertanyaan kepada siswa melalui LKS untuk dikerjakan secara kelompok. Peneliti mem-
bagikan 2 buah LKS kepada masing-masing kelompok dengan tujuan semua anggota kelom-
pok terlibat aktif dalam menjawab pertanyaan. Satu LKS yang berisi jawaban kelompoknya
dikumpulkan dan sisanya sebagai pegangan kelompok dalam langkah menjawab. Setelah siswa
atau kelompok memahami pertanyaannya maka dilanjutkan langkah berikutnya yaitu langkah
Heads Together.
Langkah Heads Together merupakan langkah siswa dalam kelompok untuk menyele-
saikan pertanyaan yang diajukan guru. Siswa berpikir bersama, bertukar ide, saling membantu,
menyatukan jawaban dan berusaha semua anggota kelompok memahami jawaban kelom-
poknya. Guru memberi bantuan kepada kelompok yang mengalami kesulitan. Bantuan yang
diberikan bukan bantuan secara utuh, tetapi berupa scafollding. Setelah waktu yang ditentukan
selesai maka satu LKS yang sudah berisi jawaban kelompok dikumpulkan untuk dinilai.
4. Langkah answering
Langkah answering merupakan langkah untuk menjawab masalah yang diberikan guru
setelah langkah Heads Together. Guru memanggil satu nomor tertentu, kemudian siswa dengan
nomor tersebut mengacungkan tangan, setelah guru menyebut kelompok tertentu maka siswa
dari kelompok tersebut mempresentasikan atau menjawabnya. Nomor yang sama dari kelom-
pok yang lain menanggapinya. Langkah answering ini merupakan langkah untuk mengklari-
fikasi jawaban dan memperbaiki jawaban seandainya jawaban kelompoknya salah. Guru juga
memberi perluasan materi jika diperlukan.
170 Jurnal Ilmiah Inspirasi
Volume VIII I Nomor 1 I Maret 2022
Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together(N-
Suprapto
HT) Untuk Meningkatkan Motivasi Dan Prestasi Belajar Matematika Siswa Kelas X
Guru SMAN 1 Ngadirojo Pacitan
MIPA-2 Semester 1 SMAN 1 Ngadirojo
Tahun Pelajaran 2019/2020
Saran
Berdasarkan hasil pembahasan yang telah dilakukan dalam Penelitian Tindakan Kelas
melalui penerapan pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) di kelas X
MIPA-2 SMA Negeri 1 Ngadirojo Tahun Pelajaran 2019/2020 peneliti mengajukan beberapa
saran yang dapat dipertimbangkan antara lain sebagai berikut.
Bagi peneliti yang ingin meneliti pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Togeth-
er (NHT) hendaknya dapat mengembangkan pada materi yang lain yang lebih komplek dengan
memperhatikan materi prasyarat, penggunaan waktu dan tempat duduk siswa.
DAFTAR RUJUKAN
Amri, S. 2013. Pengembangan dan Model Pembelajaran dalam Kurikulum 2013. Jakarta: Prestasi
Pustaka.
Budimansyah, D. 2010. PAKEM: Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan. Jakar
ta: PT Genesindo.
Damari, A. 2013. Strategi Merencanakan, Mengajar, dan Menilai Matematika dan Ekonomi.
Surabaya: Science Centre dan Lab.
Darmadi. 2009. Pengaruh Pemanfaatan Power Point Dalam Pembelajaran Terhadap Prestasi
Belajar Matematika Tingkat Sekolah Dasar Ditinjau Dari Gaya Belajar Siswa. 15 (1): 99-
112. Jurnal Pendidikan.
Direktorat Pembinaan SMP. 2014. Panduan Penguatan Proses Pembelajaran Sekolah Menengah
Pertama. Jakarta: Direktorat jenderal pendidikan Dasar, Direktorat Pembinaan Sekolah
Menengah Pertama, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Huda, M. 2014. Cooperative Learning: Metode, Teknik, Struktur dan model penerapan. Yogya
karta: Pustaka Pelajar.
Koswara, D. dan Halimah. 2008. Bagaimana Menjadi Guru Kreatif. Bandung: PT Pribumi Mekar.
Kartini. 2009. Model Pembelajaran Inovatif Untuk Penelitian Tindakan Kelas (PTK) Dilengkapi
Dengan RPP Dan Assesmen. Malang: Lembaga Cakrawala Indonesia.
Kemendikbud. 2014. Materi Pelatihan Guru Implementasi Kurikulum 2013 Tahun Ajaran
2014/2015. Jakarta: BPSDMPK.
172 Jurnal Ilmiah Inspirasi
Volume VIII I Nomor 1 I Maret 2022
Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together(N-
Suprapto
HT) Untuk Meningkatkan Motivasi Dan Prestasi Belajar Matematika Siswa Kelas X
Guru SMAN 1 Ngadirojo Pacitan
MIPA-2 Semester 1 SMAN 1 Ngadirojo
Tahun Pelajaran 2019/2020
Prawiradilaga, D.S. 2008. Prinsip Disain Pembelajaran. Jakarta: Fajar Interpratama Offset.
Sardiman, A.M. 2001. Interaksi dan motivasi belajar Mengajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Setyanto, J. 2010. Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT)
dengan Tugas Menulis Jurnal Belajar untuk Meningkatkan Motivasi, Keterampilan Me
takognitif, dan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas VIII C SMP Negeri 1 Blitar. Tesis tidak
diterbitkan. Malang: PPs UM.
Slavin, R.E. 2009. Cooperative learning: Teori, Riset dan Praktik. Bandung : Nusa Media.
Siregar, E. dan Nara, H. 2011. Teori Belajar dan Pembelajaran. Bogor: Ghalia Indonesia.
Sudjana, N. 2011. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Suprijono, A. 2013. Cooperative Learning: Teori dan aplikasi PAIKEM. Yogyakarta: Pustaka
Belajar.