Anda di halaman 1dari 8

PENGAPURAN PADA TANAH MASAM MENGGUNAKAN DOLOMIT DAN

CaCO3 pada TANAMAN CABAI RAWIT (Capsicum frutences L) dan


TERONG (Solanum melongena).
Herlina Dwi Rahayu
202010200311062
Jurusan Agroteknologi, Fakultas Pertanian Peternakan, Universirtas Muhammadiyah Malang
Jl Raya Tlogomas No. 246, Malang, Jawa Timur, Indonesia
E-mail: Herlinadwyy14@gmail.com

ABSTRAK
Tanah dengan kadar PH rendah dapat ditingkatkan dengan cara pengapuran yang mampu menetralkan
pH tanah. Penetralan tanah dengan pengasaman dapat dilakukan dengan penambahan dolomit dan
CaCO3. Dolomit berperan dalam mengaktifkan berbagai jenis enzim, membantu kebutuhan kalsium
sedangkan CaCO3 digunakan untuk penetralan tanah dengan struktur Kristal yang lebih halus sehingga
menjadi lebih cepat terurai oleh tanah. tujuan untuk mengetahui cara penentuan pH tanah dan
penentuan dosis kapur. Praktikum dilaksanakan di Lahan Rusunawa Universitas Muhammadiyah
Malang pada hari Rabu, 11 dan 13 November 2022. Pengapuran dilakukan menambahkan dolomit
dalam tanah di dalam pot yang ditanami cabai rawit (Capsicum frutences L) dan (Solanum
melongena). Pengapuran dibedakan menjadi 3 perlakuan yaitu perlakuan 1 kontrol, perlakuan 2
dolomit, perlakuan 3 CaCO3 dengan masing-masing perlakuan 3 ulangan. Pengaruh pengapuran
dilihat dari tinggi tanaman, jumlah daun, dan pH tanah selama 5 minggu. Hasil yang diperoleh adalah
jenis kapur berpengaruh terhadap pertamahan tinggi tanaman cabai dan terong, tetapi tidak
berpengaruh terhadap jumlah daun dan pH tanah. Sedangkan dosis dari masing-masing kapur juga
tidak berbeda nyata terhadap tinggi tanaman, jumlah daun, dan ph tanah. Tanaman cabai rawit lebih
tinggi yaitu 12,36cm dibandingkan terong yaitu 9,45cm selaras dengan jumlah daun cabai rawit lebih
banyak yaitu 11,50 sedangkan terong sebanyak 8,25. ph tanah yang diperoleh bersifat netral cenderung
asam dengan kisaran ph 5,83-6,23. Perlakuan terbaik terdapat pada tanaman cabai dengan
menggunakan dolomit yang mempeeoleh ph 6,29 sehingga tanaman lebih tinggi dan jumlah daun
banyak.
Kata Kunci: Asam, Kapur, Kimia

PENDAHULUAN
Tanah menjadi media utama yang umum digunakan dalam proses budidaya sebagai
tempat pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Tanaman menghendaki Ph tanah yang
bersifat netral agar dapat bereproduksi dengan baik. pH tanah merupakan salah satu sifat
kimia tanah dimana terdapat ikatan anatara unsur atau senyawa yang ada di dalam tana.
Menurut pendapat Novia, et.al (2021), pada kondisi ph tanah yang netral terdapat banyak
unsur hara yang dapat larut dalam air sehingga dapat mempengaruhi tingkat absorbs unsur
hara oleh tanaman, sedangkan pada tanah masam tanah didominasi oleh ion Fe dan Al. Pada
kondisi tanah yang kekurangan atau kelebihan Ph menganggu aktivitas tanaman karena
adanya unsur hara yang mengalami defisiansi. Sebagamana pendapat Aryanto, et.al (2015),
Tanah dengan kadar Ph rendah mengandung unsur Al, Fe, dan Mg yang bersifat toksis serta
defisiensi unsur hara N, P, K, Ca dan Mg sehingga mempengaruhi produksi tanaman.
Tanah dengan kadar PH rendah dapat ditingkatkan dengan cara pengapuran yang
mampu menetralkan pH tanah. Pengapuran dapat menghindari pengaruh kurang
menguntungkan dari kemasaman tanah. Menurut pendapat Krisnawanti et,al (2019), kapur
pertanian disarankan mengandung kalsist (CaCO 3) sebesar 85% atau CaO sebanyak 48%.
Untuk meningkatkan kesuburan tanah melalui pengapuran perlu memperhatikan dosis
penggunaan kapur yang akan diaplikasikan. Sebagaimana pendapat Maulana, et.al (2020),
peningkatan kesuburan tanah melalui pengapuran diakui secara luas untuk meningkatkan
produktivitas tanah dan tanaman dengan melakukan 4 ketantuan yaitu dengan
memperharikan dosis, cara, waktu, dan kondisi yang tepat.
Penetralan tanah dengan pengasaman dapat dilakukan dengan penambahan dolomit
dan CaCO3. Dolomit berperan dalam mengaktifkan berbagai jenis enzim, membantu
kebutuhan kalsium (Ca0, karbohidrat, dan berbagai nutrisi lain. Menurut Berutu, et,al (2020),
Pupuk dolomit mengandung Ca dan Mg yang dapat berperan sebagai aktivator enzim untuk
mempercepat aktivitas enzim (selulose). Mg merupakan mineral makro sebagai aktivatiror
enzim yang berkaitan dengan metabolisme protein. Sementara itu, CaCO 3 digunakan untuk
penetralan tanah dengan struktur Kristal yang lebih halus sehingga menjadi lebih cepat
terurai oleh tanah (Tampubolon, et.al 2020). Sehingga dalam praktikum dilakukan dengan
tujuan untuk mengetahui cara penentuan pH tanah dan penentuan dosis kapur.

BAHAN DAN METODE


Tempat dan Waktu
Praktikum dilaksanakan di Lahan Rusunawa Universitas Muhammadiyah Malang
pada hari Rabu, 11 dan 13 November 2022.
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam praktikum terdiri dari cangkul, polybag, timbangan
analitik, PH meter, bambu, gembor, ATK, dan alat dokumentasi.
Bahan yang digunakan dalam praktikum diantaranya adalah tanah 250g, dolomit
sesuai kebutuhan tanah, CaCO3 sesuai kebutuhan tanah, bibit cabai rawit (Capsicum frutences
L), bibit terong (Solanum melongena), dan air.
Metode Kerja
Pengapuran tanah pada tanah masam dilakukan dengan 3 perlakuan dan masing
masing perlakuan terdapat 3 ulangan, sehingga jumlah sampel ada 9. Tahapan-tahapan
perlakuan dilakukan dengan mengisi tanah pada polybag dan ditanami bibit cabai rawit
(Capsicum frutences L) serta terong (Solanum melongena). Setelah menanam dilakukan
pengukuran pH pada tanah dan dilakukan pengapuran sesuai dengan tingkat keasaman tanah.
Perawatan tanaman dilakukan dengan menyiran tanaman setiap pagi dan sore hari.
Berikut perlakuan setiap sampel tanaman:
- Perlakuan 1 : Kontrol (K1, U1; K2, U2; K3,U3)
- Perlakuan 2 : CaCO3 (CaCO3, U1; CaCO3, U2; CaCO3, U3)
- Perlakuan 3 : Dolomit (Dolomit, U1; Dolomit U2; Dolomit U3)
Pengapuran dilakukan sesuai dengan kebutuhan tanah dan dapat dihitung menggunakan
rumus:
a
X = xd
b
Keterangan:
X: Pupuk yang dibutuhkan per pot
a: Berat tanah dalam pot (kg)
b: Berat tanah per hektar (1,2 x 2 x 106 kg)
d: Dosis kapur/ha

HASIL DAN PEMBAHASAN


Tinggi Tanaman
Berdasarkan analisis ragam tinggi tanaman tidak terjadi interaksi antara perlakuan
jenis tanaman dan jenis kapur pertanian minggu ke 1-5. Secara terpisah perlakuan jenis
tanaman terjadi interaksi pada minggu ke 1 dan 2. Rerata tinggi tanaman disajikan pada Tabel
1.
Tabel 1. Pengaruh jenis kapur dan tanaman terhadap tinggi tanaman minggu ke 1-5

Minggu Ke- (cm)


Perlakuan
1 2 3 4 5

Tanaman

Cabai 8,97 b 9,18 b 8,92 a 10,87 a 12,36 a

Terong 5,99 a 7,27 a 6,75 a 8,37 a 9,45 a

BNJ 5% 2,85 3,27 3,72 4,55 7,58

Minggu Ke-
Perlakuan
1 2 3 4 5

Pupuk / Kapur

Kontrol 7,38 a 8,62 a 8,38 a 10,22 a 10,08 a

Dolomit 7,55 a 7,81 a 7,87 a 9,57 a 12,36 a

CaCO3 7,50 a 8,22 a 7,25 a 9,09 a 10,28 a

BNJ 5% 3,44 3,94 4,49 5,49 9,16

Jenis kapur dan jenis tanaman berbeda tidak nyata pada seluruh pengamatan. Akan
tetapi, jenis tanaman berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman pada minggu ke 1 dan 2.
Artinya pada minggu ke 1 dan 2 jenis kapur dapat mempengaruhi tinggi tanaman.
Berdasarkan tabel 1 menunjukkan bahwa secara umum tanaman cabai lebih tinggi
dibandingkan tanaman terong. Sedangkan untuk laju pertumbuhannya perlakuan dengan
penggunaan dolomit dan CaCO3 lebih baik dibandingkan dengan perlakuan kontrol. Tinggi
tanaman pada perlakuan dolomit mencapai 12,28 cm, CaCo3 10,28cm, dan kontrol 10,08cm.
Sebanding dengan hasil penelitian Bukhari, et al., (2021), yaitu rata-rata tinggi tanaman yang
diberikan kapur terlihat lebih baik dibandingkan dengan tanaman yang tidak diberikan kapur,
semakin tinggi diberikan kapur pada tanah tergenang dapat memperlihatkan pertumbuhan
tinggi kacang tanah yang lebih baik, sehingga kapur mutlak diperlukan pada tanah tergenang
untuk memperbaiki pertumbuhan tanaman.
Jumlah Daun
Berdasarkan analisis ragam jumlah daun tidak terjadi interaksi antara perlakuan jenis
tanaman dan jenis kapur pertanian minggu ke 1-5. Secara terpisah perlakuan jenis tanaman
juga tidak terjadi interaksi pada minggu ke 1 dan 5. Rerata jumlah daun disajikan pada Tabel
2.
Tabel 1. Pengaruh jenis kapur dan tanaman terhadap jumlah daun minggu ke 1-5

Minggu Ke-
Perlakuan
1 2 3 4 5

Tanaman

Cabai 6,71 a 8,07 a 8,46 a 9,83 a 11,50 a

Terong 4,19 a 5,30 a 5,41 a 6,50 a 8,20 a

BNJ 5% 0,97 0,83 1,58 1,67 1,70

Minggu Ke-
Perlakuan
1 2 3 4 5

Pupuk / Kapur

Kontrol 5,00 a 6,56 a 7,03 a 7,31 a 8,92 a

Dolomit 5,53 a 6,58 a 7,28 a 8,92 a 10,94 a

CaCO3 5,81 a 6,92 a 6,50 a 8,28 a 9,69 a

BNJ 5% 1,17 1,00 1,91 2,01 2,05

Jumlah daun tidak berpengaruh nyata terhadap jenis tanaman dan jenis kapur yang
diaplikasikan pada media tanam. Hal tersebut dapat dilihat pada Tabel 2, dimana semua
perlakuan memiliki notasi yang sama yaitu a. Jumlah daun sebanding dengan tinggi tanaman
pada Tabel 1, yaitu pada perlakuan dengan kapur memiliki jumlah daun lebih banyak
dibandingkan perlakuan kontrol. Jumlah daun pada perlakuan kontrol 8,92, dolomit sebanyak
10,69, dan CaCO3 sebanyak 9,69. Sedangkan jumlah daun setiap jenis tanaman juga berbeda,
tanaman cabai memiliki daun 11,50 dan tanaman terong 8,20. Berdasarkan data tersebut
dapat diketahui bahwa pengapuran terbaik terdapat pada tanaman cabai dengan
pengaplikasian jenis kapur dolomit. Sebanding dengan , pendapat Khinzir (2013) upaya
untuk memperbaiki keasaman tanah dapat di lakukan dengan pengapuran untuk
meningkatkan PH tanah, meningkatkan ketersediaan unsur hara tanaman, mengurangi
kelarutan unsur beracun seperti Fe, Al dan Mn, memperbaiki struktur tanah ,serta
mempercepat perkembangan akar dan jasad renik (mikroba) terutama bakteri pengikat
Nitrogen dan nitrifikasi.

pH
Berdasarkan analisis ragam pH tanah tidak terjadi interaksi antara perlakuan jenis
tanaman dan jenis kapur pertanian minggu ke 1-5. Secara terpisah perlakuan jenis tanaman
tidak terjadi interaksi pada minggu ke 1 dan 5. Rerata pH tanah disajikan pada Tabel 3.
Tabel 3. Pengaruh jenis kapur dan tanaman terhadap pH tanah minggu ke 1-5
Minggu Ke-
Perlakuan
1 2 3 4 5
Tanaman
Cabai 5,12 a 5,20 a 5,60 a 5,67 a 5,85 a
Terong 5,15 a 5,29 a 5,63 a 5,68 a 6,23 a
BNJ 5% 7,58 4,08 6,07 7,68 9,01
Minggu Ke-
Perlakuan
1 2 3 4 5
Pupuk / Kapur
Kontrol 5,07 a 5,18 a 5,50 a 5,44 a 5,80 a
Dolomit 5,17 a 5,22 a 6,04 a 6,09 a 6,49 a
Caco3 5,15 a 5,33 a 5,31 a 5,47 a 5,83 a
BNJ 5% 9,16 4,92 7,33 9,28 10,88

pH tanah tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman


cabai dan terong, hal tersebut dapat dilihat dari hasil uji BNJ 5% yang menunjukan bahwa
notasi kedua jenis tanaman sama yaitu A. Selain itu perbedaan jenis kapur juga tidak berbeda
nyata terhadap sifat Ph tanah. Berdasarkan tabek 3 dapat dilihat bahwa pH tanah berkisar
antara 5,17-6,49 pada pengunaan dolomit, sedangkan perlakuan CaCO3 menujukkan ph
anatara 5,15-5.83. Dari data tersebut dapat diketahui bahwa sifat tanah lebih asam pada
penggunaan CaCO3 dibandingkan Dolomit. Menurut Arini (2012), kapur mengandung
senyawa Ca yang mampu menetralkan pengaruh buruk dari Al dan pengaruh kurang
menguntungkan dari kemasaman tanah. Senyawa Ca dalam tumbuhan berhubungan erat
dengan pH, selain itu Ca juga mempengaruhi ketersediaan unsur hara seperti N dan P.
Jenis kapur pertanian tidak mempengaruhi pH tanah karena tanah memiliki sifat yang
sama dengan perlakuan kontrol. Berbanding terbalik dengan pendapat Nyakpa (2015) bahwa
pemberian kapur dapat meningkatkan pH tanah, sehingga dapat memacu aktivitas
mikroorganisme tanah yang berperanan dalam dekomposisi bahan organik, dimana hasil
dekompopsisi bahan organik antara lain kation-kation basa seperti Ca, Mg, Na, K dan lain-
lain. Ketetapan pH tanah diduga karena adanya faktor hujan yang dapat melarutkan jenis
kapur. Selain itu, hujan bersifat asam sehingga pemberian kapur tidak berpengaruh terhadap
ph tanah. Sebagaimana pendapat Palupi (2015) penyebab tanah bereaksi masam (pH rendah)
adalah karena tanah kekurangan kalsium (CaO) dan magnesium (MgO), ini disebabkan oleh
curah hujan yang tinggi pada daerah dengan iklim tropika basah, dengan curah hujan tinggi
secara alami tanah akan menjadi masam akibat pencucian unsur hara.
Pertumbuhan dan Perkembangan tanaman dipengaruhi oleh sifat ph tanah.
Berdasarkan Tabel 1, dan 2 dapat dilihat bahwa tanaman cabai mampu tumbuh lebih baik
pada pengaplikasian kapur jenis dolomit karena pada tabel 3 dolomit mampu meningkatkan
pH tanah menjadi asam dengan pH 6,49 lebih tinggi dibandingkan perlakuan CaCO3.
Menurut Saputra, et al., (2017), pH menentukan mudah tidaknya ion-ion unsur hara diserap
oleh tanaman, secara umum unsur hara akan mudah diserap tanaman pada pH 6-7, karena
pada pH tersebut sebagian besar unsur hara akan mudah larut dalam air. Jika tanah bersifat
masam, maka banyak ditemukan unsur alumunium (Al) yang selain meracuni tanaman juga
mengikat phosphor sehingga tidak bisa diserap tanaman. Dengan bertambahnya pH maka
unsur phospor dalam tanah dapat diserap tanaman. Selain itu, tanaman cabai mampu tumbuh
lebih baik diduga disebabkan oleh kandungan mineral berupa kalsium yang berada dalam
bentuk CaCO3. Menurut Yuliana (2016) kadar kalsium karbonat yang tinggi
mengakibatkan terjadinya pengendapan fosfat. Hal ini terjadi karena fosfat yang tersedia
akan bereaksi baik dengan ion Ca2+ maupun dengan garam karbonatnya membentuk
Ca3(PO4)2 yang sukar larut dalam tanah dan berada dalam bentuk tidak tersedia

KESIMPULAN
Jenis kapur berpengaruh terhadap pertamahan tinggi tanaman cabai dan terong, tetapi
tidak berpengaruh terhadap jumlah daun dan pH tanah. Sedangkan dosis dari masing-masing
kapur juga tidak berbeda nyata terhadap tinggi tanaman, jumlah daun, dan ph tanah. Tanaman
cabai rawit lebih tinggi yaitu 12,36cm dibandingkan terong yaitu 9,45cm selaras dengan
jumlah daun cabai rawit lebih banyak yaitu 11,50 sedangkan terong sebanyak 8,25. ph tanah
yang diperoleh bersifat netral cenderung asam dengan kisaran ph 5,83-6,23. Perlakuan
terbaik terdapat pada tanaman cabai dengan menggunakan dolomit yang mempeeoleh ph 6,29
sehingga tanaman lebih tinggi dan jumlah daun banyak.

DAFTAR PUSTAKA
Arini, E. 2012. Pemberian Kapur (CaCO3) Untuk Perbaikan Kualitas Tanah Tambak Dan
Pertumbuhan Rumput Laut Gracillaria SP. Jurnal Saintek Perikanan. 6(2):
23 – 30
Aryanto, A., Triadiati dan Sugiyanta. 2015. Pertumbuhan dan Produksi Padi Sawah dan Gogo
dengan Pemberian Pupuk Hayati Berbasis Bakteri Pemacu Tumbuh di Tanah
Masam. Ilmu Pertanian Indonesia (JIPI). 20 (3): 229235.
Berutu, Mei Awbian., Wibowo, Risky Hadi., Fadhila, Alfrendi Anis., Darwis, Wellly.,
Sipriyadi., dan Berutu, Ali Sadikin. 2020. Perbedaan Pemberian Kapur Dan
Dolomit Terhadap Pertumbuhan Miselium Jamur Tiram Putih (Pleurotus
ostreatus (Jacq. Ex. Fr) Kummer). Jurnal Pembelajaran Dan Biologi
Nukleus. 6 (2): 153 – 159.
Bukhari, B., Safridar, N., dan Fadili, R. 2020. Pengaruh Pengapuran Dan Pemupukan Fosfor
Pada Tanah Yang Sering Tergenang Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil
Kacang Tanah (Arachis Hypogaea L.). Jurnal Agroristek. 3(2): 95-105
Krisnawati, Dian dan Bowo, Cahyoadi. 2019. Aplikasi Kapur Pertanian Untuk Peningkatan
Produksi Tanaman Padi Di Tanah Sawah Aluvial. Berkala Ilmiah Pertanian,
2(1): 13-18.
Maulana, Amsar., Hervuyanti., dan Prasetyo, Teguh Budi. 2020. Pengaruh Berbagai Jenis
Kapur Dalam Aplikasi Pengapuran Untuk Memperbaiki Sifat Kimia Ultisol.
Jurnal Tanah dan Sumbe rdaya LahaN. 7 (2) :209-214.
Novia, Wina dan Fajriani. 2021. Analisis Perbandingan Kadar Keasaman (pH) Tanah Sawah
Menggunakan Metode Kalorimeter dan Elektrometer di Desa Matang Setui.
Jurnal Hadron. 3(1): 10-12.
Nyakpa. M. Y. 2015. Kesuburan Tanah. Universitas Lampung.
Palupi, Nurul puspita. 2015. Analisis kemasaman tanah dan C organic tanah bervegetasi
alang-alang akibat pemberian pupuk kandang ayam dan pupuk kandang
kambing. Media sains. 8(2):182-188.
Saputro, H., Sarwiti, R., dan Ingesti, P.S.W.R., 2017. Pengaruh Dosis Pupuk Organik Dan
Dolomit Pada Lahan Pasir Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman
Kedelai (Glycine max, L.Merrill). : Jurnal Ilmu Pertanian Tropika dan
Subtropika 2 (2) : 70 - 73
Tampubolon, Eko., Damanik, M. Madjid., dan Marpaung Purba. 2018. Efek Pupuk Kandang
Ayam dan Kapur CaCO3 terhadap Beberapa Sifat Kimia Tanah dan
Pertumbuhan Tanaman Jagung (Zea mays L.) pada Tanah Inceptisol Kwala
Bekala. JurnalAgroekoteknologi FP USU. 6(1: 158- 166.
Yuliana. 2016. Pemberian Seresah Daun Jati Dalam Meningkatkan Kadar Hara Dan Sifat
Fisika Tanah Pada Tanah Kapur. Prosiding Seminar Nasional Biologi. 11(9):
213-217.
DOKUMENTASI

Gambar 1 Gambar 2 Gambar 3


Menyiapkan bibit tanaman Memberikan label pada tiap Mengukur tinggi pada tiap
cabai dan terong polybag sampel tanaman

Gambar 4 Gambar 5 Gambar 6


Menghitung nilai pH dan Mengaplikasikan kapur Menyiram tanaman
suhu pada tiap sampel pada beberapa sampel
tanaman tanaman

Anda mungkin juga menyukai