Asisten :
NIM : A14190004
Kelompok : 3
Latar Belakang
Tujuan
Alat
- Autoklaf
- Corong buchner
- Labu erlenmeyer
- Timbangan
- Kapas
- Cawan petri
- Pipet
- Bunsen
- Tabung reaksi
- Label
- Shaker
- Laminar Air Flow (LAF)
Bahan
1. Media pertumbuhan total mikrob tanah
Langkah Kerja
Hasil
10 -5 1 11 23 30 30 x 10 5
36,5 x 10 5
Tanah 2 18 32 43 43 x 10 5 6.84 x 105
Kebun 1 1 3 20 20 x 10 6
10 -6 12 x 106 2.25 x 105
2 3 4 4 4 x 10 6
10 -5 1 2 6 13 13 x 10 5
12.5 x 105 2.34 x 105
Tanah 2 1 6 12 12 x 10 5
Rumput 1 5,34 2 8 10 10 x 10 6
10 -6 11.5 x 106 2.15 x 105
2 5 13 13 13 x 10 6
10 -5 1 1 7 15 15 x 10 5
17 x 105 3.18 x 105
Tanah 2 8 12 19 19 x 10 5
Sampah 1 7 15 20 20 x 10 6
10 -6 14.5 x 106 2.72 x 105
2 2 5 9 9 x 10 6
Tabel 2. Jumlah total fungi tanah
Hari ke- Rata-rata CFU/
Jenis Jumlah sel
FP Ulangan BKM 3 5 7 sel jumlah BKM
Tanah (CFU)
sel (CFU) (spk/g)
10 -4 1 0 0 2 2 x 10 4
Tanah 2 0 5 31 31 x 10 4 16,5 x 10 4 3.09 x 104
Kebun 1 0 7 16 16 x 10 5
10 -5 9 x 105 1.69 x 105
2 0 2 2 2 x 10 5
10 -4 1 3 15 26 26 x 10 4
21 x 104 3.93 x 104
Tanah 2 4 11 16 16 x 10 4
Rumput 1 5,34 2 8 9 9 x 10 5
10 -5 11 x105 2.06 x 105
2 2 8 13 13 x 10 5
10 -4 1 6 31 46 46 x 10 4
49 x 104 9.18 x 104
Tanah 2 12 31 52 52 x 10 4
Sampah 1 4 13 18 18 x 10 5
10 -5 20.5 x 105 3.84 x 105
2 7 16 23 23 x 10 5
Pembahasan
Tanah yang digunakan dalam praktikum diambil dari tiga jenis penggunaan
lahan, diantaranya tanah rumput, tanah kebun, dan tanah sampah. Mikrob tanah
terdiri dari bakteri, fungi, dan ganggang tanah termasuk mikoriza yang memberikan
kontribusi terhadap pertumbuhan tanaman yang lebih baik. Beberapa jenis fungi
tanah bersifat patogen terhadap tanaman dan hewan, Mirob tanah biasanya
menempati kurang 1% dari volume tanah. Populasi mikrob tanah akan berkurang
dengan cepat dengan semakin bertambahnya kedalaman tanah. Menurut Sofatin et
al. (2016), CFU (Colony Forming Units) digunakan sebagai satuan pembentukan
koloni sel dalam cawan. Rata-rata jumlah sel (CFU) dapat dihitung dengan
menjumlahkan jumlah CFU pada percobaan pertama dan percobaan kedua.
Populasi mikrob tanah dan fungi tanah dapat diperoleh dengan perbandingan
jumlah sel (CFU) per gram tanah atau SPK per gram tanah. Perhitungan total
mikrob tanah dan fungi tanah dengan metode cawan hitung. Metode cawan hitung
memiliki prinsip jumlah mikrob yang masih hidup ditumbuhkan pada cawan
dengan media agar. Penetapan total mikrob tanah menggunakan faktor pengenceran
10-5 dan 10-6 dan 10-4 dan 10-5 untuk penetapan total fungi tanah. Pengenceran
bertingkat bertujuan memperkecil jumlah mikrob (bakteri dan jamur) yang
tersuspensi di dalamnya dan melihat perbedaan mikrob serta fungi yang tumbuh.
Media yang digunakan untuk bakteri adalah Nutrient Agar (NA) dan fungi berupa
Martin Agar (MA).
Nutrient Agar (NA) dibuat dari agar, peptone, NaCL 0.85%, yeast extract,
dan beef ekstrak. NaCL 0.85% berupa padatan yang digunakan dalam pengenceran
dan termasuk larutan fisiologis bersifat isotonis, berarti kondisi larutan di dalam sel
sama dengan di luar sel. Media Nutrient Agar (NA) yang telah dipersiapkan
kemudia disterilkan dengan autoklaf. Hasil penetapan total mikrob tanah paling
banyak pada pengenceran 10-5 serta fungi yang paling banyak pada pengenceran
10-5. Hal ini dikarenakan semakin tinggi tingkat pengenceran maka semakin sedikit
jumlah mikrob dan fungi yang tumbuh dalam media (Pine dan Andriani 2018).
Jumlah koloni pada cawan petri mikrob tanah terbanyak pada tanah kebun dengan
faktor pengenceran 10-5 sebesar 36.5 x 105 sehingga didapatkan populasi mikrob
sebesar 6.84 x 105. Hal ini dikarenakan tanah kebun memiliki bahan organik cukup
tinggi dan bakteri lebih banyak dengan kemasaman sedang dan bahan organik
tinggi (Ramandha et al. 2021). Jumlah koloni fungi terbanyak pada tanah sampah
dengan faktor pengenceran 10-5 sebesar 20.5 x 10-4 dengan populasi 3.84 x
105. Koloni jamur berwarna putih menunjukkan jamur yang memiliki hifa.
Menurut Arisandi et al. (2017) suatu koloni bakteri dan fungi tanah tidak semua sel
dapat bertahan hidup karena jumlah koloni dipengaruhi oleh faktor kondisi
lingkungan pertumbuhan dan metabolisme.
Total mikrob tanah dengan pengenceran 10-6 didapatkan rata-rata jumlah
sel (CFU) sebesar 17 x 105 dengan jumlah total mikrob 3.18 x 105 spk/g.
Pengenceran 10-5 dengan dua kali percobaan dihasilkan rata-rata jumlah sel sebesar
14.5 x 106 . Berdasarkan data yang terdapat pada tabel 1, bahwa jumlah mikrob
tanah sampah pada pengenceran 10-5 didapatkan hasil yang lebih besar
dibandingkan dengan pengenceran 10-6. Populasi total mikrob tanah sampah pada
pengenceran 10-5 lebih besar daripada tanah rumput dan lebih kecil dari tanah
kebun, sedangkan pada pengenceran 10-6 populasi total mikrob tanah sampah lebih
besar dibandingkan dengan tanah kebun dan tanah rumput. Pengenceran 10-5
didapatkan populasi jumlah fungi tanah yang lebih banyak daripada pengenceran
10-4 pada tanah sampah. Total fungi tanah sampah pada pengenceran 10-4 diperoleh
sebanyak 49 x 104 dengan populasi total fungi 9.18 x 104 spk/g. Populasi total fungi
sebanyak 3.84 x 105 dengan jumlah sel 20.5 x 105 terdapat pada tanah sampah
dengan faktor pengenceran 10-5. Hal ini dipengaruhi oleh perbedaan faktor
pengenceran yang diberikan. Menurut Werayoga et al. (2016), jumlah mikrob tanah
dan fungi tanah dipengaruhi oleh adanya sifat kimia, fisika, dan biologi dalam
tanah. Aktivitas fauna tanah menjadi faktor utama dalam penentuan jumlah mikrob
dan fungi tanah. Tanah sampah memiliki jumlah mikroorganisme yang tidak sedikit
di dalam tanah karena digunakan sebagai pendekomposisi sampah organik,
sehingga memiliki jumlah mikrob tanah dengan pengenceran 10-6 dan fungi tanah
pada pengenceran 105. Hasil perhitungan yang diperoleh sesuai dengan literatur dari
Seniati et al. (2019) bahwa pengenceran yang tinggi akan menghasilkan lempengan
agar dengan jumlah koloni yang relatif rendah.
PENUTUP
Kesimpulan
Saran
Arisandi A, Tamam B, Yuliandri R. 2017. Jumlah koloni pada media kultur bakteri
yang berasal dari Thallus dan perairan sentra budidaya
Kappaphycusalvarezii di Sumenep. Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan.
9(1): 57-60.
Arisma. 2017. Aktivitas larutan akar sirih hutan (Piper aduncum L.) sebagai
penghambat pertumbuhan bakteri. Biolearning Journal . 4(1): 17-22.
Fitrah R, Irfan M, Saragih R. 2017. Analisis bakteri tanah di Hutan Larangan Adat
Rumbio. Jurnal Agroteknologi. 8(1): 17-22.
Pine ATD, Andriani A. 2018. Penentuan angka lempeng total bakteri pada sediaan
salep ekstrak etanol kulit buah pisang Ambon lumut (Musa acuminate
Colla). Jurnal Kesehatan Yamasi. 2(2): 1-5.
Sofatin S, Fitriatin BN, Machfud Y. 2016. Pengaruh kombinasi pupuk NPK dan
pupuk hayati terhadap populasi total mikroba tanah dan hasil jagung manis
(Zea mays L. saccharata) pada inceptisols Jatinangor. Jurnal Ilmiah
Lingkungan Tanah Pertanian. 14(2): 1-10.
Werayoga IM, Atmaja IWD, Suwastika AANG. 2016. Analisis kualitas kompos
limbah upacara agama Hindu di Denpasar dengan EM4 sebagai decomposer.
Jurnal Agroteknologi Tropika. 5(2): 160-170.
Wulandari ISA, Safitri RE, Susanti REE. 2020. Pemanfaatan pewarna brazilin dari
ekstrak kayu secang (Caesalpinia Sappan Linn) untuk pembuatan hand body.
Jurnal Crystal. 2(2): 41-53.
LAMPIRAN
Contoh perhitungan
1
∑ 𝑠𝑒𝑙 (𝐶𝐹𝑈) = × 𝑘𝑜𝑙𝑜𝑛𝑖
𝐹𝑃
𝐶𝐹𝑈 1 + 𝐶𝐹𝑈 2
𝑅𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 𝐶𝐹𝑈 =
2
𝐶𝐹𝑈
𝐶𝐹𝑈/𝐵𝐾𝑀 𝑡𝑎𝑛𝑎ℎ =
𝐵𝐾𝑀
1
𝐶𝐹𝑈 1 = × 15 = 15 × 105
10−5
1
𝐶𝐹𝑈 2 = −5
× 19 = 19 × 105
10
𝐶𝐹𝑈 17 ×105
𝑡𝑎𝑛𝑎ℎ = = 3.18 x 105
𝐵𝐾𝑀 5.34
1
𝐶𝐹𝑈 1 = × 20 = 20 × 106
10−6
1
𝐶𝐹𝑈 2 = × 9 = 9 × 106
10−6
(20 × 106 ) + (9 × 106 )
𝑅𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 𝐶𝐹𝑈 = = 14.5 × 106
2
𝐶𝐹𝑈 14.5 × 106
𝑡𝑎𝑛𝑎ℎ = = 2.72 x105
𝐵𝐾𝑀 5.34
1
𝐶𝐹𝑈 1 = −4
× 46 = 46 × 104
10
1
𝐶𝐹𝑈 2 = × 52 = 52 × 104
10−4
Mikrob tanah
Fungi tanah