Anda di halaman 1dari 2

TREATMENT

Dalam konteks psikologi eksperimen, konsep "treatment" merujuk pada perlakuan atau kondisi yang
diberikan kepada peserta sebagai bagian dari eksperimen untuk menguji hipotesis yang diajukan oleh
peneliti. Keberadaan treatment di dalam eksperimen menjadi salah satu ciri esensial dari psikologi
eksperimen (Pratisti dan Yuwono, 2018). Treatment ini dapat berupa manipulasi variabel independen
(IV), yang merupakan variabel yang diubah atau dimanipulasi oleh peneliti untuk melihat efeknya
terhadap variabel dependen (DV), yang merupakan variabel yang diukur atau diamati untuk melihat
perubahan yang mungkin terjadi sebagai hasil dari manipulasi IV.

Berikut adalah beberapa komponen penting yang terkait dengan konsep treatment dalam psikologi
eksperimen:

1. Variabel Independen (IV): Liana (2009) menjelaskan IV sebagai adalah variabel yang menjelaskan
atau mempengaruhi variabel lain (variabel dependen). Variabel ini adalah faktor atau kondisi yang
dimanipulasi oleh peneliti. Treatment yang diberikan kepada peserta dalam eksperimen sering kali
terkait dengan manipulasi variabel independen ini. Contohnya, dalam sebuah eksperimen mengenai
efek musik terhadap suasana hati, IV-nya bisa menjadi jenis musik yang didengarkan (misalnya, musik
upbeat vs musik sedih).

2. Treatment Groups: Peserta dalam eksperimen biasanya dibagi menjadi kelompok-kelompok yang
menerima treatment yang berbeda. Kelompok yang menerima treatment yang sama disebut sebagai
"treatment group". Misalnya, dalam eksperimen tentang efek obat terhadap konsentrasi, ada
kelompok yang menerima obat (treatment group) dan kelompok yang menerima plasebo (control
group).

3. Variabel Dependan (DV): DV adalah variabel yang dipengaruhi oleh IV (Liana, 2009). DV adalah
variabel yang diukur atau diamati untuk melihat efek dari manipulasi variabel independen. DV sering
kali merupakan hasil atau reaksi yang diharapkan berubah sebagai akibat dari treatment yang
diberikan. Dalam eksperimen tentang efek obat terhadap konsentrasi, DV-nya bisa menjadi skor
konsentrasi peserta setelah mengonsumsi obat.

4. Randomisasi: Untuk meminimalkan bias, peneliti sering menggunakan randomisasi dalam


menentukan penempatan peserta ke dalam kelompok treatment. Randomisasi dilakukan dengan cara
menempatkan para peserta eksperimen secara acak di dalam kelompok eksperimen dan kelompok
kontrol. Dantes (2023) menjelaskan bahwa randomisasi dilakukan agar sampel mampu mewakili
populasi yang diukur. Ini berarti bahwa penempatan peserta ke dalam kelompok treatment atau
kontrol dilakukan secara acak, sehingga memastikan bahwa perbedaan antara kelompok-kelompok
tersebut tidak dipengaruhi oleh faktor-faktor yang tidak terkendali.

5. Blind dan Double-Blind: Dalam beberapa eksperimen, baik peserta maupun peneliti bisa tidak
mengetahui kondisi treatment yang diterapkan. Ini disebut sebagai "blind" dan "double-blind". Blind
mengacu pada peserta tidak mengetahui kondisi treatment, sementara double-blind mengacu pada
kedua peserta dan peneliti tidak mengetahui kondisi treatment.

Dengan memperhatikan konsep-konsep ini, peneliti dapat merancang eksperimen yang kuat untuk
menguji hipotesis mereka dengan memanipulasi variabel independen dan mengamati efeknya pada
variabel dependen melalui pemberian treatment kepada peserta.

REFERENSI

Pratisti, W. D., & Yuwono, S. (2018). Psikologi eksperimen: Konsep, teori, dan aplikasi.
Muhammadiyah University Press.

Liana, L. (2009). Penggunaan MRA dengan SPSS untuk menguji pengaruh variabel moderating
terhadap hubungan antara variabel independen dan variabel dependen. Dinamik, 14(2).
Dantes, N. (2023). Desain eksperimen dan analisis data. PT. RajaGrafindo Persada-Rajawali Pers.

Anda mungkin juga menyukai