Anda di halaman 1dari 43

ASUHAN KEPERAWATAN PADA BAYI BERAT BADAN LAHIR RENDAH

(BBLR) DENGAN HIPOTERMIA DI RUANG BAYI MERAH DELIMA


RSUD Dr. H. MOCH ANSARI SALEH
BANJARMASIN

PROPOSAL KARYA TULIS ILMIAH

WHISNU HADI
NIM 11409717039

AKADEMI KEPERAWATAN KESDAM VI/TANJUNGPURA


TAHUN 2020
ASUHAN KEPERAWATAN PADA BAYI BERAT BADAN LAHIR RENDAH
(BBLR) DENGAN HIPOTERMIA DI RUANG BAYI MERAH DELIMA
RSUD Dr. H. MOCH ANSARI SALEH
BANJARMASIN

Proposal Karya Tulis Ilmiah


Diajukan untuk Menempuh Ujian Akhir Program
Diploma III Keperawatan Akper Kesdam VI/Tanjungpura

WHISNU HADI
NIM 11409717039

AKADEMI KEPERAWATAN KESDAM VI/TANJUNGPURA


TAHUN 2020

ii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:


Nama : Whisnu Hadi
NIM : 11409717039
Program studi : D III Keperawatan
Institusi : Akper Kesdam VI/Tanjungpura

Menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa proposal karya tulis ilmiah


yang saya tulis ini adalah benar-benar merupakan hasil karya sendiri dan bukan
merupakan pengambilan alihan tulisan atau pikiran orang lain yang saya akui
sebagai hasil tulisan atau pikiran saya sendiri.
Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan Proposal Karya
Tulis Ilmiah ini hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas
perbuatan tersebut.

Banjarmasin, Februari 2020


Pembuat Pernyataan

Whisnu Hadi
NIM 11409717039

iii
LEMBAR PERSETUJUAN

Proposal Karya Tulis Ilmiah oleh Whisnu Hadi NIM 11409717039 dengan Judul
“Asuhan Keperawatan Pada Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) Dengan
Hipotermia Di Ruang Bayi Merah Delima RSUD Dr. H. Moch. Ansari Saleh
Banjarmasin Tahun 2020“ telah diperiksa dan disetujui untuk diujikan.

Mahasiswa

Whisnu Hadi
NIM 11409717039

Menyetujui,
Pembimbing

Baidah, S.Kep.,Ns.,M.Kep
NIDN. 1105068201

iv
LEMBAR PENGESAHAN

Proposal Karya Tulis Ilmiah oleh Whisnu Hadi NIM. 11409717039 dengan judul

“Asuhan Keperawatan Pada Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) Dengan

Hipotermia Di Ruang Bayi Merah Delima RSUD Dr. H. Moch. Ansari Saleh

Banjarmasin” telah dipertahankan di depan Tim Penguji pada tanggal 22

Februari 2020.

TIM PENGUJI

1. Hj. Tri Mawarni, S.Kep.,Ns.,M.kep ( )


(NIK. 197404032001122002)

2. Baidah. S.Kep.,Ns.,M.Kep ( )
(NIK. 026 637 120)

Mengetahui
Direktur Akper Kesdam VI/ Tanjungpura

Hj. Tri Mawarni, S.Kep.,Ns.,M.Kep


NIP. 197404032001122002

v
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
Rahmat dan Karunia-Nya yang telah memberikan kesehatan dan kekuatan
sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan proposal karya tulis ilmiah
dengan judul “Asuhan Keperawatan Pada Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)
Dengan Hipotermia Di Ruang Bayi Merah Delima RSUD Dr. H. Moch. Ansari
Saleh Banjarmasin”.

Adapun maksud Tujuan dari penulisan ini adalah sebagai salah satu syarat
untuk menyelesaikan Program Diploma III Keperawatan di Akademi
Keperawatan Kesdam VI/Tanjungpura Banjarmasin.

Bersama ini perkenakan saya mengucapkan terima kasih yang sebesar-


besarnya dengan hati yang tulus kepada:

1. Bapak dr. Izzak Zulkarnaen, selaku Direktur RSUD Dr. H. Moch. Ansari
Saleh Banjarmasin yang telah memberi ijin kepada kami untuk mencari
data sebagai bahan untuk menyusun proposal studi kasus
2. Bapak H. Sumadi selaku Ketua Yayasan Wahana Bhakti Karya Husada
(YWBKH) Kalimantan Selatan
3. Ibu Hj. Tri Mawarni, S.Kep.,Ns.,M.Kep selaku Direktur Akper Kesdam
VI/Tanjungpura Banjarmasin
4. Ibu Baidah, S.Kep.,Ns.,M.Kep selaku pembimbing penulisan proposal
karya tulis ilmiah yang penuh perhatian dan kesabaran dalam memberikan
bimbingan serta motivasinya.
5. Seluruh Dosen dan Staf Akper Kesdam VI/Tanjungpura Banjarmasin.
6. Kepada keluarga yang telah memberikan dukungan baik berupa materi,
semangat, dan do’a demi keberhasilan dalam penyusunan proposal studi
kasus ini.
7. Kepada rekan tim saya Pujantoro, Radis, Umar Dani, Verina Herliyanti
yang telah memberikan support di dalam kehidupan serta dukungan moral,
waktu, tenaga dan pikiran sehingga karya tulis ilmiah ini dapat
terselesaikan.
8. Kepada seluruh Keluarga Besar Annabel yang setia ada baik suka duka
bersama selama 3 tahun, yang terus selalu mengingatkan, memberi

vi
nasihat dan memotivasi. Yang telah memberikan sumbangsih untuk
memberikan dorongan, bantuan dan kerja samanya hingga kini. Kalian luar
biasa orang-orang terbaik.
9. Semua pihak yang terlibat baik langsung maupun tidak langsung yang tidak
dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu dalam penyusunan
proposal studi kasus ini.

Penulis menyadari bahwa proposal karya tulis ilmiah ini masih banyak
terdapat kekurangan, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang
sifatnya membangun dari semua pihak, sehingga dapat menyempurnakan
penyusunan laporan karya tulis ilmiah dimasa mendatang, semoga laporan ini
berguna baik bagi penulis sendiri maupun pihak lain yang memanfaatkannya.

Banjarmasin, Januari 2020


Penulis

Whisnu Hadi
NIM 11409717039

vii
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN SAMPUL DEPAN ................................................................... i
HALAMAN SAMPUL DALAM .................................................................. ii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN....................................................... iii
LEMBAR PERSETUJUAN........................................................................ iv
LEMBAR PENGESAHAN.......................................................................... v
KATA PENGANTAR.................................................................................. vi
DAFTAR ISI............................................................................................... viii
DAFTAR TABEL........................................................................................ x
DAFTAR GAMBAR.................................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................. xii

BAB I PENDAHULUAN............................................................................ 1
A. Latar Belakang......................................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................... 6
C. Tujuan ..................................................................................... 6
D. Manfaat ................................................................................... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................... 8


A. Konsep Medis.......................................................................... 8
1. Pengertian......................................................................... 8
2. Etiologi.............................................................................. 8
3. Tanda dan Gejala............................................................. 8
4. Klasifikasi ......................................................................... 9
5. Patofisiologi ...................................................................... 11
6. Pathway ........................................................................... 13
7. Komplikasi ........................................................................ 14
8. Pemeriksaan Penunjang................................................... 15
9. Penatalaksanaan ............................................................. 15
B. Konsep Hipotermia Pada BBLR............................................... 17
1. Pengkajian........................................................................ 17
2. Mekanisme Terjadinya Hipotermia................................... 17
3. Mekanisme Pengaturan Pada Suhu Tubuh...................... 18

viii
4. Penanganan Pada Bayi Dengan Hipotermia ................... 18
C. Konsep Asuhan keperawatan ................................................. 19
1. Pengertian......................................................................... 19
2. Diagnosa Keperawatan .................................................... 21
3. Intervensi Keperawatan.................................................... 22
4. Implementasi..................................................................... 28
5. Evaluasi ............................................................................ 28
6. Dokumentasi Keperawatan............................................... 29

BAB III METODE PENELITIAN................................................................. 30


A. Desain Studi Kasus.................................................................. 30
B. Subjek Penelitian..................................................................... 30
C. Fokus Studi.............................................................................. 31
D. Batasan Istilah (Definisi Operasional) ..................................... 31
E. Lokasi dan Waktu Penelitian.................................................... 31
F. Tehnik dan Instrumen Pengumpulan Data.............................. 31
G. Analisis Data............................................................................ 32
H. Penyajian Data......................................................................... 33
I. Etika Studi Kasus..................................................................... 33

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

ix
DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1.1 Distribusi 10 Penyakit Terbanyak Di Ruang Bayi Tahun 2017... 3

Tabel 1.2 Distribusi 10 Penyakit Terbanyak Di Ruang Bayi Tahun 2018.. 4

Tabel 1.3 Distribusi 10 Penyakit Terbanyak Di Ruang Bayi Tahun 2019.. 4

x
DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Pathway BBLR Sumber Buku Diagnosa NANDA (2017)...... 13

xi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Pengantar Penelitian di RSUD Dr. H. Moch. Ansari Saleh


Banjarmasin

Lampiran 2 Surat Permohonan Data dan Ijin Penelitian di RSUD Dr. H. Moch.
Ansari Saleh Banjarmasin

Lampiran 3 Jumlah Data BBLR di RSUD Dr. H. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin

Tahun 2017-2019

Lampiran 4 Data 10 Besar Diagnosa terbanyak di Ruang Bayi Merah Delima


RSUD Dr. H. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin Tahun 2017-2019

Lampiran 5 Format Asuhan Keperawatan

Lampiran 6 Lembar Konsultasi Pembimbing

xii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kehamilan pada usia muda murupakan kehamilan yang mempunyai

risiko tinggi, karena pada usia <20 tahun adalah kondisi yang masih dalam

pertumbuhan sehingga asupan makanan lebih banyak digunakan untuk

mencukupi kebutuhan ibu. Sedangkan usia >35 tahun organ reproduksi

kurang sehingga juga memperbesar resiko kelahiran (Sistriani, 2017).

Ibu yang melahirkan pada usia >35 tahun sangat berisiko untuk

melahirkan bayi berat badan lahir rendah (BBLR) karena ibu lebih rentan

mengalami penyakit degeneratif serta kondisi tubuh ibu juga sudah menurun

(Sistriani, 2017).

Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir

kurang dari 2500 gram (M. Sholeh Kosim et al 2017). BBLR merupakan salah

satu penyebab kematian bayi baru lahir yang sering terjadi di negara

berkembang yaitu sebesar 16% (Shinta, 2018). Kegagalan hipotalamus

menekan respon neurologik bayi dalam mempertahankan suhu tubuhnya

sehingga terjadi hipotermia (Walyani, 2018).

Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) disebabkan berbagai faktor

dan merupakan salah satu target intervensi upaya safe motherhood,

beberapa faktor utama kematian BBLR adalah hipotermia dan pemberian ASI

yang kurang adekuat (Depkes RI 2017).

1
2

World Health Organization (WHO) dan Unicef (2017) mengestimasi

lebih dari 20 juta bayi di seluruh dunia, yang mewakili 15,5% dari semua

kelahiran, lahir dengan berat badan lahir rendah, 95.6% dari mereka di

banyak negara berkembang (16,5 %).

Angka Kematian Bayi (AKB) di negara ASEAN tergolong tinggi yaitu

sebesar 23 kasus per 1000 kelahiran. Data kematian bayi di Indonesia dinilai

paling tinggi jika dibandingkan dengan negara ASEAN lainnya sebesar 22,23

per 1000 kelahiran hidup pada tahun 2018. Sedangkan angka kematian

BBLR di indonesia masih cukup tinggi yaitu 10,2% jika dibandingkan negara

ASEAN seperti Vietnam 5,3% dan Thailand 6,6%. Kematian neonatus

terbanyak di Indonesia disebabkan oleh asfiksia (37%), BBLR dan

prematuritas (34%), sepsis (12%), hipotermia (7%), ikterus neonatorum (6%),

postmatur (3%), dan kelainan kongenital (1%) per 1.000 kelahiran hidup

(Ratuain, Wahyuningsih, & Purmaningrum, 2018).

Persentase BBLR di Provinsi Kalimantan Selatan sendiri adalah

sebesar (10,1%). Di kota Banjarmasin sendiri BBLR juga merupakan

penyebab utama kematian neonatal dini persentasenya 3,33% (Dinkes

Provinsi Kalsel, 2018).

Berdasarkan data yang didapat dapat disimpulkan bahwa ada

hubungan antara umur ibu dengan kejadian BBLR hasil tersebut dapat di

interpretasikan umur yang berisiko (umur <20 tahun dan >35 tahun), hal

tersebut dapat menyebabkan terjadinya resiko kelahiran yang dapat

menghasilan BBLR dengan kegagalan hipotalamus menekan respon

neurologik bayi dalam mempertahankan suhu tubuhnya sehingga bayi

mengalami hipotermia (Walyani,2018).

Bayi Hipotermia adalah kondisi saat suhu tubuh bayi kurang dari

36,5°C. Suhu tubuh ini termasuk rendah sebab suhu tubuh normal untuk bayi
3

36,5-37°C. Hipotermia terjadi karena mekanisme termoregulasi yang belum

sempurna dan ukuran tubuh bayi yang masih kecil. Ini berarti bayi yang lahir

BBLR lebih rentan terhadap masalah hipotermia (Riskesdas, 2017).

Bayi yang terlahir BBLR penting untuk mendapatkan perawatan

khusus agar bisa bertahan hidup dan tumbuh menjadi anak yang normal.

WHO mengembangkan panduan dalam perawatan esensial bayi baru lahir

baik yang dilahirkan di rumah maupun di fasilitas kesehatan. Perawatan

esensial ini salah satunya adalah mengenai menjaga suhu tubuh bayi agar

tidak terjadi hipotermia (Riskesdas, 2017).

Pencegahan hipotermia dapat dilakukan dengan cara mengeringkan

tubuh bayi, mengganti popok apabila basah, memakaikan pakaian dan topi

serta menghangatkan tubuh bayi dengan pemanas radian atau masukkan ke

dalam inkubator atau melalui penyinaran lampu (Sudarti, 2018).

Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan di RSUD dr. H.

Moch Ansari Saleh Banjarmasin di dapatkan 10 penyakit terbanyak pada

tahun 2017 s.d 2019 sebagai berikut :

Tabel 1.1 Distribusi 10 Penyakit Terbanyak Di Ruang Bayi (Merah Delima)


Tahun 2017.

N Jumla
o Nama Penyakit h %

1 Sepsis Bakteri Pada Bayi Baru Lahir, Tidak Spesifik 242 33,9

2 BBLR 113 15,8

3 Ikterus Neonatal Karena Infeksi 95 13,3

4 Asfiksia Kelahiran Yang Parah 75 10,5

5 Singleton, Lahir Di Rumah Sakit 54 7,6

6 Janin Dan Bayi Baru Lahir Dipengaruhi Oleh Persalinan Sc 44 6,2

7 Ikterus Neonatal,Tidak Spesifik 26 3,6

8 Janin Adan Bayi Baru Lahir Dipengaruhi Oleh Persalinan 23 3,2


Sungsang
4

9 Janin Adan Bayi Baru Lahir Dipengaruhi Oleh Persalinan 22 3,1


Dengan Vakum

10 Asfiksia Lahir Ringan Dan Sedang 20 2,8

Jumlah Total 714 100


Sumber : data rekam medik RSUD dr. H. Moch Ansari Saleh Banjarmasin

Tabel 1.2 Distribusi 10 Penyakit Terbanyak Di Ruang Bayi (Merah Delima)

Tahun 2018.

N Jumla
o Nama Penyakit h %

1 BBLR 190 24,5

2 Sepsis Bakteri Pada Bayi Baru Lahir 146 18,9

3 Ikterus Neonatal Karena Infeksi 139 18,0

4 Asfiksia Kelahiran Yang Parah 65 8,4

5 Janin Dan Bayi Baru Lahir Dipengaruhi Oleh Persalinan Sc 59 7,6

6 Singleton, Lahir Di Rumah Sakit 52 6,7

7 Asfiksia Lahir Ringan Dan Sedang 51 6,6

8 Ikterus Neonatal,Tidak Spesifik 29 3,7

9 Infeksi Khusus Untuk Periode Perinatal 23 3,0

10 Asfiksia Lahir, Tidak Spesifik 20 2,6

Jumlah Total 774 100


Sumber : data rekam medik RSUD dr. H. Moch Ansari Saleh Banjarmasin

Tabel 1.3 Distribusi 10 Penyakit Terbanyak Di Ruang Bayi (Merah Delima)


Tahun 2019.

Jumla
No Nama Penyakit h %

1 BBLR 270 35,0

2 Sepsis Bakteri Pada Bayi Baru Lahir, tidak spesifik 165 21,4

3 Ikterus Neonatal Karena Infeksi 147 19,1


5

4 Asfiksia Kelahiran Yang Parah 45 5,8

5 Singleton, Lahir Di Rumah Sakit 43 5,6

6 Asfiksia Lahir Ringan Dan Sedang 29 3,8

7 Gangguan Pernafasan Pada Bayi Baru Lahir, tidak spesifik 22 2,9

8 Janin dan Bayi Baru Lahir Dipengaruhi Oleh Persalinan Sc 18 2,3

9 Infeksi Khusus Untuk Periode Perinatal,tidak spesifik 18 2,3

10 Pneumonia Kongenital 14 1,8

Jumlah Total 771 100


Sumber : data rekam medik RSUD dr. H. Moch Ansari Saleh Banjarmasin

Berdasarkan tabel 1.1 s.d 1.3 di dapatkan data dari rekam medik RSUD

dr. H. Moch Ansari Saleh Banjarmasin, tahun 2017 s.d 2019 BBLR sementara

masih menjadi salah satu dari 10 penyakit terbanyak di ruang Bayi Merah

Delima RSUD dr. H. Moch Ansari Saleh Banjarmasin.

Berdasarkan hasil wawancara dan observasi dengan perawat diruang

bayi Merah Delima RSUD dr. H. Moch Ansari Saleh Banjarmasin didapatkan

data sebanyak 75,3 % masalah BBLR selama 3 tahun.

Dampak hipotermia akan berpengaruh terhadap fungsi organ tubuh bayi.

Kondisi ini berpotensi menimbulkan peningkatan konsumsi oksigen, gangguan

nafas, gangguan keseimbangan asam basa, menurunkan kadar gula darah,

gagal ginjal, kerusakan usus, serta memperlambat pacu jantung sehingga

akan mengganggu aliran darah dan oksigen ke seluruh tubuh. Pada otak bisa

terjadi pelambatan yang akan menurunkan sistem koordinasi antar organ

tubuh serta kehilangan refleks. Bayi terancam kehilangan gerakan pupil dan

memperlambat kerja retina mata. Efeknya pandangan akan semakin buram.

Untuk jangka waktu lama, hipotermia yang parah akan berujung dengan

kematian (Rachmatia, 2019).

Perawat mempunyai peran menjaga kondisi suhu tubuh BBLR tetap


6

hangat dengan memperhatikan pakain yang dikenakan bayi, memperhatikan

kondisi vital sign BBLR dan memberikan ASI bila bayi mampu menghisap atau

menelan dengan baik, memperhatikan suhu ruangan agar tetap terjaga,

menjaga kebersihan ruangan dan memberi pengetahuan kepada keluarga

pasien serta bagaimana cara perawatan pada bayi hipotermia (Fitriawati,

2018).

Penanganan dan perawatan bayi berat badan lahir rendah (BBLR) dapat

dilakukan dengan cara mempertahankan suhu tubuh bayi seperti dirawat

didalam inkubator sehingga panas badannya mendekati dalam rahim,

pengawasan nutrisi atau ASI, pencegahan infeksi, mengobservasi pernafasan

dengan cara dirawat telentang atau tengkurap dalam inkubator (Proverawati,

2018).

Berdasarkan data diatas penulis tertarik untuk melakukan “Asuhan

Keperawatan hipotermia pada Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) di Ruang Bayi

Merah Delima RSUD dr. H. Moch Ansari Saleh Banjarmasin”.

B. Rumusan Masalah

“Rumusan masalah pada karya tulis ilmiah ini adalah bagaimanakah

asuhan keperawatan Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) dengan masalah

keperawatan Hipotermia di Ruang Bayi Merah Delima RSUD dr. H. Moch Ansari

Saleh Banjarmasin”

C. Tujuan

1. Tujuan Umum

Mampu melaksanakan asuhan keperawatan pada bayi BBLR dengan

masalah hipotermia di Ruang Bayi Merah Delima RSUD dr. H. Moch Ansari
7

Saleh Banjarmasin.

2. Tujuan Khusus

a. Melakukan pengkajian keperawatan pada bayi BBLR dengan masalah

keperawatan hipotermia di Ruang Bayi Merah Delima RSUD dr. H. Moch

Ansari Saleh Banjarmasin.

b. Menetapkan diagnosa keperawatan pada bayi BBLR dengan masalah

keperawatan hipotermia di Ruang Bayi Merah Delima RSUD dr. H. Moch

Ansari Saleh Banjarmasin.

c. Menyusun perencanaan keperawatan pada bayi BBLR dengan masalah

keperawatan hipotermia di Ruang Bayi Merah Delima RSUD dr. H. Moch

Ansari Saleh Banjarmasin.

d. Melakukan tindakan keperawatan pada klien bayi BBLR dengan masalh

keperawatan hipotermia di Ruang Bayi Merah Delima RSUD dr. H. Moch

Ansari Saleh Banjarmasin.

e. Melakukan evaluasi keperawatan pada bayi BBLR dengan masalah

keperawatan hipotermia di Ruang Bayi Merah Delima RSUD dr. H. Moch

Ansari Saleh Banjarmasin.

D. Manfaat

1. Peneliti

Hasil yang didapat dalam penelitian ini diharapkan dapat menambah

pengetahuan serta wawasan tentang bagaimana memberikan asuhan

keperawatan pada bayi BBLR dengan masalah keperawatan hipotermia

khususnya untuk mahasiswa keperawatan.

2. Bagi RSUD dr. H. Moch Ansari Saleh Banjarmasin

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi RSUD

dr. H. Moch Ansari Saleh Banjarmasin tentang bagaimana penerapan asuhan


8

keperawatan pada pasien BBLR, sehingga dapat digunakan sebagai bahan

pertimbangan dalam pengembangan asuhan keperawatan pada bayi BBLR.

3. Bagi Profesi Keperawatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan perawat dalam

memberikan asuhan keperawatan pada bayi BBLR dengan hipotermia.

4. Bagi Keluarga

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai

tingkat pemahaman keluarga tentang BBLR sehingga keluarga dapat

berperan dalam memberikan perawatan bayi BBLR untuk mengurangi resiko

terjadi hipotermia.

5. Bagi Responden

Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kenyamanan pasien

selama penelitian dan memberikan informasi mengenai BBLR tentang

bagaimana cara pencegahan supaya tidak terjadi kekambuhan.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Medis

1. Pengertian

Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat

kurang dari 2500 gram (Ridha, 2017). Bayi Berat Lahir Rendah ialah

bayi yang memiliki berat badan 2500 gram atau kurang dari usia

kehamilan ibu (Walyani, 2018).

Berdasarkan pengertian di atas BBLR adalah bayi dengan berat

badan yang kurang dari 2500 gram pada waktu lahir.

2. Etiologi

Etiologi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) menurut Hidayat (2017)

antara lain:

a. Faktor ibu: hipertensi dan penyakit ginjal yang

kronik,perokok,penderita diabetes mellitus yang berat,gizi

buruk,peminum alkohol.

b. Faktor uterus dan plasenta: kelainan pembuluh darah, sebagian

plasenta lepas, insersi tali pusat yang tidak normal,transfusi dari

kembar yang satu ke kembar yang lain.

c. Faktor janin: ganda, kelainan kromosom,cacat bawaan, infeksi dalam

kandungan.

3. Tanda dan gejala

Menurut Sudarti (2018) yaitu:

a. Berat badan <2500 gram.

b. Panjang badan <45 cm, lingkar kepala <33 cm, lingkar dada <30 cm

9
c. Rambut kepala tipis dan halus, daun telingan elastis, putting susu

belum terbentuk, dinding thorax elastis.

d. Kulit tipis (transparan), jaringan lemak subkutan tipis.

e. Genetalia: laki-laki skrotum kecil, testis tidak teraba, perempuan labia

mayora tidak ada, klitoris menonjol.

f. Pernafasan 40-50 kali/ menit

g. Nadi 100-140 kali/ menit.

4. Klasifikasi

a. Ada beberapa pengelompokan dalam BBLR (Mitayani, 2017):

1) Prematuritas murni

Bayi yang lahir dengan masa kehamilan kurang dari 37 minggu

dan berat badan sesuai dengan gestasi atau yang disebut

neonates kurang bulan sesuai dengan masa kehamilan.

2) Baby small for gestational age (SGA)

Berat badan lahir tidak sesuai dengan masa kehamilan. SGA

terdiri dari tiga jenis.

a) Simetris (intrauterus for gestational age)

Gangguan nutrisi pada awal kehamilan dan dalam jangka

waktu yang lama.

b) Asimetris (intrauterus growth retardation)

Terjadi defisit pada fase akhir kehamilan.

c) Dismaturitas

Bayi yang lahir kurang dari berat badan yang seharusnya

untuk masa gestasi, dan si bayi mengalami pertumbuhan,

serta merupakan bayi kecil untuk masa kehamilan.

b. Pengelompokan BBLR menurut ukuran (Nursalam, 2017):


1) Bayi berat badan lahir rendah (BBLR) merupakan bayi yang berat

badannya kurang dari 2500 gram, tanp memperhatikan usia

gestasi.

2) Bayi berat badan lahir ekstrem rendah (BBLER) merupakan bayi

yang berat badannya kurang dari 1000 gram.

3) Bayi berat badan lahir sangat rendah (BBLRR) merupakan bayi

yang berat badannya kurang dari 1500 gram.

4) Bayi berat badan lahir moderat (BBLM) merupakan bayi yang

berat badannya 1501 sampai 2500 gram.

5) Bayi berat badan sesuai usia gestasinya merupakan bayi yang

berat badannya antara persentil ke-10 sampai ke-90 pada kurva

pertumbuhan intrauterin.

6) Berat badan kecil untuk usianya atau kecil untuk usia gestasinya

merupakan bayi yang laju pertumbuhan intrauterinnya lambat dan

yang berat badan lahirnya kurang dari persentil ke-10 pada kurva

pertumbuhan intrauterin.

7) Retardasi pertumbuhan intrauterin (IUGR) ditemukan pada bayi

yang pertumbuhan intrauterinnya mengalami retardasi (terkadang

digunakan istilah pengganti yang lebih deskritif untuk bayi kecil

untuk usia gestasinya).

8) Bayi besar untuk usia gestasinya merupakan bayi yang berat

badan lahirnya diatas persentil ke-90 pada kurva pertumbuhan

intrauterin.
5. Patofisiologi

Patofisiologi menurut Nelson (2017) Secara umum bayi BBLR

berhubungan dengan usia kehamilan yang belum cukup bulan. Artinya

bayi lahir cukup bulan (usia kehamilan 38 minggu), tapi berat badan

(BB) lahirnya lebih kecil ketimbang masa kehamilannya, yaitu tidak

mencapai 2.500 gram. Biasanya hal ini terjadi karena adanya gangguan

pertumbuhan bayi sewaktu dalam kandungan yang disebabkan oleh

faktor ibu, komplikasi hamil, komplikasi janin, plasenta, infeksi,

hipertensi dan keadaan-keadaan lain yang menyebabkan suplai

makanan ke bayi jadi berkurang. Gizi yang baik diperlukan seorang ibu

hamil agar pertumbuhan janin tidak mengalami hambatan, dan

selanjutnya akan melahirkan bayi dengan berat normal. Dengan kondisi

kesehatan yang baik, system reproduksi normal, tidak menderita sakit,

dan tidak ada gangguan gizi pada masa pra hamil maupun saat hamil,

ibu akan melahirkan bayi lebih besar dan lebih sehat dari pada ibu

dengan kondisi kehamilan yang sebaliknya. Ibu dengan kondisi kurang

gizi kronis pada masa hamil sering melahirkan bayi BBLR, vitalitas yang

rendah dan kematian yang tinggi.

Hal ini harus diantisipasi dan dikelola pada masa neonatal.

Berkaitan dengan hal itu, maka menghadapi bayi BBLR harus

memperhatikan masalah-masalah sebagai berikut:

a. Sistem pengaturan suhu tubuh (Hipotermia)

Dalam kandungan, bayi berada dalam suhu lingkungan yang

normal dan stabil yaitu 36,5° sampai dengan 37° C. Segera setelah

lahir bayi dihadapkan pada suhu lingkungan yang umumnya lebih

rendah. Perbedaan suhu ini memberi pengaruh pada kehilangan


panas tubuh bayi. Hipotermia terjadi apabila suhu tubuh turun

dibawah 36,5° C. Apabila seluruh tubuh bayi teraba dingin maka bayi

sudah mengalami hipotermia sedang (suhu 32° sampai dengan 36°

C). Disebut hipotermia berat apabila suhu tubuh kurang dari 32° C

(Pantiawati, 2018).

Hipotermia dapat terjadi karena kemampuan untuk

mempertahankan panas dan kesanggupan menambah produksi

panas sangat terbatas karena pertumbuhan otot-otot yang belum

cukup memadai, lemak subkutan yang sedikit, belum matangnya

sistem saraf pengatur suhu tubuh, luas permukaan tubuh relatif lebih

besar dibandingkan dengan berat badan sehingga mudah kehilangan

panas (Maryunani, Puspita 2017).

b. Gangguan pernafasan

Asfiksia adalah suatu keadaan kegagalan bernafas secara

spontan dan teratur beberapa saat setelah lahir. Kegagalan ini

menyebabkan terjadinya hipoksia yang diikuti dengan asidosis

respiratorik. Apabila proses berlanjut maka metabolisme sel dalam

suasana anaerob akan menyebabkan asidosis metabolik yang

selanjutnya terjadi perubahan kardiovaskuler. Menurunnya atau

terhentinyadenyut jantung menyebabkan iskemia. Iskemia setelah

mengalami asfiksia selama 5 menit menyebabkan penyumbatan

pembuluh darah kecil dimana akan mengakibatkan kerusakan-

kerusakan menetap (Maryunani, Puspita 2017).

c. Hipoglikemia

Glukosa merupakan sumber utama energi selama masa

janin.Kecepatan glukosa yang diambil janin tergantung dari kadar


gula darah ibu karena terputusnya hubungan plasenta dan janin

menyebabkan terhentinya pemberian glukosa. Bayi aterm dapat

mempertahankan kadar gula darah 50-60 mg/dL selama 72 jam

pertama, sedangkan bayi berat badan lahir rendah dalam kadar 40

mg/dL. Hal ini disebabkan cadangan glikogen yang belum

mencukupi. Hipoglikemia bila kadar gula darah sama dengan atau

kurang dari 20 mg/dL (Pantiawati, 2018).

d. Sistem imunologi

Kemungkinan terjadi kerentanan pada bayi dengan berat

lahirrendah terhadap infeksi mengalami peningkatan. Konsentrasi Ig

G serum pada bayi sama dengan bayi matur. Imunoglobulin G

ibuditransfer secara aktif melalui plasenta ke janin pada trimester

terakhir. Konsentrasi Ig G yang rendah mencerminkan fungsi

plasenta yang buruk berakibat pertumbuhan janin intra uterin yang

buruk dan meningkatkan risiko infeksi post natal. Oleh karena itu bayi

dengan berat lahir rendah berpotensi mengalami infeksi lebih banyak

dibandingkan bayi matur (Maryunani, Puspita 2017).

e. Perdarahan intracranial

Pada bayi dengan berat badan lahir rendah pembuluh darah

masih sangat rapuh hingga mudah pecah. Perdarahan intracranial

dapat terjadi karena trauma lahir, disseminated

intravascularcoagulopathy atau trombositopenia idiopatik. Matriks

germinal epidimal yang kaya pembuluh darah merupakan wilayah

yang sangat rentan terhadap perdarahan selama minggu pertama

kehidupan (Pantiawati, 2018).

f. Rentan terhadap infeksi


Pemindahan substansi kekebalan dari ibu ke janin terjadi pada

minggu terakhir masa kehamilan. Bayi dengan berat badan lahir

rendah mudah menderita infeksi karena imunitas humoral dan seluler

masih kurang hingga bayi mudah menderita infeksi. Selain itu, karena

kulit dan selaput membran bayi dengan berat badan lahir rendah

tidak memiliki perlindungan seperti bayi cukup bulan (Pantiawati,

2018).

g. Hiperbilirubinemia

Pada bayi dengan berat badan lahir rendah lebih sering

mengalami hiperbilirubinemia dibandingkan dengan bayi cukup bulan.

Hiperbilirubinemia merujuk pada tingginya kadar bilirubin

terakumulasi dalam darah ditandai dengan jaundis dan ikterus.

Hiperbilirubinemia dapat terjadi akibat peningkatan bilirubin tidak

terkonjugasi dan terkonjugasi (Wong, 2017).


Pathway
Etiolo
gi

Faktor Faktor
Ibu Janin
Faktor
Plasenta

BBL
R
Jaringan lemak
sub kutan lebih Prematurita Fungsi organ-organ belum
tipis s baik

Penurunan daya tahan Ginjal Ota Mat Kul


Kekurangan it
k
cadangan energi
Risiko Sekunder Imaturitas Sepsi
terapi sentrum2 s
Malnutris
i Retinopat
Reflek y
Diskontinuita menelan blm Pernafasan Periodic
Kehilangan panas s pemberian sempurna
melalui kulit

Ketidakseimbangan nutrisi Pernafasan


Permukaan tubuh kurang dari kebutuhan Biot
Relatif lebih luas
Penyakit Insuf.
Ketidakefektifa Par
membran Pernafa
n Pola nafas
e hialin san
Pemaparan
dengan suhu luar
Konjugasi
Hiperbilirubin bilirubin belum Ha
Kehilangan panas neonatal baik

Hipotermi
Usus

Penguapan
berlebih Peristaltic belum Dinding
sempurna lambung lunak
Kehilangan cairan

Mudah kembung
Dehidras
Pengosongan
lambung belum
baik

Disfunggi
Gambar 2.1 Pathway BBLR motilitas

Sumber buku diagnosa Nanda (2017)


7. Komplikasi

Komplikasi yang dapat terjadi pada bayi berat lahir rendah menurut

Pantiawati (2018) yaitu:

a. Hipotermia

Dalam kandungan, bayi berada dalam suhu lingkungan yang normal

dan stabil yaitu 36,5 sampai dengan 37°C. Setelah lahir baiy

diharadapkan pada suhu lingkungan yang umumnya lebih rendah.

Perbedaan suhu ini memberi pengaruh pada kehilangan panas tubuh

bayi atau hipotermia.

b. Sindrom gawat nafas

Ketidakefektifan pernafasan disebabkan belum sempurnanya

pembentukan membran hialin surfaktan paru yang merupakan suatu

zat yang dapat menurunkan tegangan dinding alveoli paru.

Sedangkan menurut Proverawati (2018) komplikasi yang dapat terjadi

pada BBLR adalah:

a. Masalah pemberian ASI

Masalah ini terjadi karena ukuran tubuh bayi kecil, kurang energy,

lambungnya kecil dan tidak dapat menghisap. Biasanya BBLR sering

mendapat ASI dengan bantuan, dan membutuhkan ASI sedikit tapi

sering.

b. Perdarahan intracranial

Masalah ini terjadi karena trauma lahir yang dapat disebabkan karena

faktor panggul yang sempit, matriks germinal epidimial kaya akan

pembuluh darah yang merupakan tempat yang sangat rentan

terhadap terjadinya perdarahan.


8. Pemeriksaan Penunjang

Menurut Mendri & Prayogi (2017) pemeriksaan BBLR yaitu:

a. Foto dada ataupun babygram diperlukan pada bayi baru lahir dengan

umur kehamilan kurang bulan dimulai pada umur 8 jam atau

diperkirakan akan terjadi sindrom gawat nafas.

b. Laboratorium

1) Jumlah sel darah putih: 18.000?mm3, netrofil meningkat sampai

23.000-24.000/mm3, hari pertama setelah lahir menurun jika ada

sepsis

2) Hematokrit: 43%-61% mengalami peningkatan yang menandakan

penurunan kadar anemia

3) Hemoglobin: 15-20gr

4) Bilirubin total: 6 mg/dl saat pertama lahir, 8 mg/dl 1-2 hari, dan 12

mg/dl 3-5 hari

5) Elektrolit (Na, K, Cl): dalam batas normal.

9. Penatalaksanaan

Penanganan dan perawatan pada bayi dengan berat badan lahir rendah

menurut Proverawati (2018), dapat dilakukan tindakan sebagai berikut :

a. Mempertahankan suhu tubuh bayi

Bayi BBLR akan cepat kehilangan panas badan dan menjadi

hipotermia, karena pusat pengaturan panas badan belum berfungsi

dengan baik, metabolismenya rendah, dan permukaan badan relatif

luas. Oleh karena itu, bayi BBLR harus dirawat di dalam inkubator

atau infant warmer sehingga panas badannya mendekati dalam

rahim.
b. Pengawasan Nutrisi atau ASI

Alat pencernaan bayi premature masih belum sempurna, lambung

kecil, enzim pecernaan belum matang. Sedangkan kebutuhan protein

3 sampai 5 gr/ kg BB (Berat Badan) dan kalori 110 gr/ kg BB,

sehingga pertumbuhannya dapat meningkat. Pemberian minum bayi

sekitar 3 jam setelah lahir dan didahului dengan menghisap cairan

lambung. Reflek menghisap masih lemah, sehingga pemberian

minum sebaiknya sedikit demi sedikit, tetapi dengan frekuensi yang

lebih sering. ASI merupakan makanan yang paling utama, sehingga

ASI-lah yang paling dahulu diberikan. Bila faktor menghisapnya

kurang maka ASI dapat diperas dan diminumkan dengan sendok

perlahan-lahan atau dengan memasang sonde menuju lambung.

Permulaan cairan yang diberikan sekitar 200 cc/ kg/ BB/ hari.

c. Pencegahan Infeksi

Bayi prematuritas mudah sekali terkena infeksi, karena daya tahan

tubuh yang masih lemah, kemampuan leukosit masih kurang, dan

pembentukan antibodi belum sempurna. Oleh karena itu, upaya

preventif dapat dilakukan sejak pengawasan antenatal sehingga tidak

terjadi persalinan prematuritas atau BBLR. Dengan demikian

perawatan dan pengawasan bayi BBLR secara khusus dan terisolasi

dengan baik.

d. Pernafasan

Bayi BBLR mungkin menderita penyakit membran hialin. Pada

penyakit ini tanda-tanda gawat pernafasan selalu ada dalam 4 jam

bayi harus dirawat terlentang atau tengkurap dalam inkubator dada

abdomen harus dipaparkan untuk mengobserfasi usaha pernafasan.


B. Konsep Hipotermia Pada BBLR

1. Pengertian

Dalam kandungan, bayi berada dalam suhu lingkungan yang normal

dan stabil yaitu 36,5 sampai dengan 37°C. Setelah lahir bayi

dihadapkan pada suhu lingkungan yang umumnya lebih rendah.

Perbedaan suhu ini memberi pengaruh pada kehilangan panas tubuh

bayi.

Hipotermia adalah suhu inti tubuh dibawah kisaran normal karena

kegagalan termoregulasi, hipotermia sering terjadi pada neonatal BBLR

karena pusat pengaturan suhu tubuh belum sempurna, permukaan

relative luas, dan kemampuan dalam memproduksi dan menyimpan

panas terbatas menurut buku diagnosa NANDA (2017).

Bayi hipotermia adalah bayi dengan suhu tubuh kurang dari 36,5°C

atau kedua kaki dan tangan teraba dingin, bayi sudah mengalami

hipotermia sedang (suhu 32-36,5°C) disebut hipotermia berat bila suhu

tubuh kurang dari 32°C Menurut (Hevrialni, 2017). Mekanisme

Terjadinya Hipotermia

Pada BBLR dapat mengalami hipotermia melalui beberapa

mekanisme kehilangan panas yaitu:

a. Radiasi

Radiasi adalah perpindahan panas dari permukaan satu objek ke

permukaan lain tanpa kontak langsung antara keduanya.

Kehilangan panas tubuh secara radiasi dapat disebabkan karena

perbedaan ambang suhu antara suhu di permukaan kulit dengan

suhu dilingkungan (Haswita & Sulistyowati, 2017).


b. Konduksi

Konduksi adalah perpindahan panas akibat kulit terpapar langsung

dengan benda-benda disekitar tubuh. Seperti menidurkan bayi di

timbangan tanpa memberi alas (Wahyudi & Wahid, 2017).

c. Konveksi

Perpindahan panas melalui pergerakan udara/air (Haswita &

Sulistyowati, 2017).

d. Evaporasi

Perpindahan energi panas dengan penguapan. Pembuangan panas

dengan evaporasi menyebabkan tubuh merasa lebih dingin

(Wahyudi & Wahid, 2017).

2. Mekanisme Pengaturan Suhu Tubuh

Mekanisme fisiologis dan perilaku mengatur keseimbangan antara

panas yang hilang dan panas yang dihasilkan, atau lebih sering disebut

sebagai termoregulasi. Mekanisme tubuh harus mempertahankan

hubungan antara produksi panas dan kehilangan panas agar suhu

tubuh tetap normal. Termoregulasi bergantung pada fungsi normal dari

proses produksi panas. Panas yang dihasilkan tubuh merupakan hasil

sampingan metabolisme, yaitu reaksi kimia dalm sel seluruh tubuh.

Aktivitas yang membutuhkan reaksi kimia tambahan akan meningkatkan

laju metabolik, yang juga akan menambah produksi panas (Potter &

Perry, 2017).

3. Penanganan pada Bayi dengan Hipotermia

mengeringkan tubuh bayi, mengganti popok apabila basah,

memakaikan pakaian dan topi serta menghangatkan tubuh bayi dengan

pemanas radian atau masukkan ke dalam inkubator atau melalui

penyinaran lampu Sudarti (2018).


C. Konsep Asuhan Keperawatan

Pada saat kelahiran bayi baru harus menjalani pengkajian cepat

seksama supaya menentukan setiap masalah yang muncul serta

mengidentifikasi masalah yang menuntut perhatian dengan cepat.

Pemeriksaan ini terutama ditujukan untuk mengevaluasi kardiopulmonal dan

neurologis (Pantiawati, 2018).

1. Pengkajian

a. Biodata

Terjadi pada bayi prematur yang dalam pertumbuhan di dalam

kandungan terganggu.

b. Keluhan utama Menangis lemah, reflek menghisap lemah, bayi

kedinginan atau suhu tubuh rendah

c. Riwayat penyakit sekarang

Lahir spontan, SC umur kehamilan antara 24 sampai 37

minnggu ,berat badan kurang atau sama dengan 2.500 gram,

apgar pada 1-5 menit, 0-3 menunjukan kegawatan yang parah, 4-6

kegawatan sedang, dan 7-10 normal.

d. Riwayat penyakit dulu

Ibu mempunyai riwayat kelahiran prematur, kehamilan ganda,

hidramnion.

e. Riwayat penyakit keluarga

Adanya penyakit tertentu yang menyertai kehamilan seperti

DM,TB Paru, tumor kandungan, kista, hipertensi.

f. ADL

1) Pola Nutrisi: reflek sucking lemah, volume lambung kurang,

daya absorbsi kurang atau lemah sehingga kebutuhan nutrisi

terganggu.
2) Pola Istirahat tidur: terganggu oleh karena hipotermia

3) Pola Personal hygiene: tahap awal tidak dimandikan

4) Pola Aktivitas: gerakan kaki dan tangan lemas

5) Pola Eliminasi: BAB yang pertama kali keluar adalah

mekonium, produksi urin rendah.

g. pemeriksaan

1) Pemeriksaan Umum

a) Kesadaran compos mentis

b) Nadi: 180X/menit, kemudian menurun sampai

120-140X/menit

c) RR: 80X/menit, kemudian menurun sampai

40X/menit

d) Suhu: kurang dari 36,5°C

2) Pemeriksaan Fisik

a) Sistem sirkulasi/kardiovaskular: Frekuensi dan irama

jantung rata-rata 120 sampai 160x/menit, warna kulit bayi

sianosis atau pucat.

b) Sistem pernapasan: Bentuk dada cembung, penggunaan

otot aksesoris, cuping hidung, interkostal; frekuensi dan

keteraturan pernapasan rata-rata antara 40-60x/menit,

bunyi pernapasan adalah stridor, wheezing atau ronkhi.

c) Sistem gastrointestinal: Distensi abdomen (lingkar perut

bertambah, kulit mengkilat), peristaltik usus, muntah

(jumlah, warna, konsistensi dan bau), BAB (jumlah,

warna, karakteristik, konsistensi dan bau), reflek

menghisap dan menelan yang lemah.

d) Sistem genitourinaria: Abnormalitas genitalia, hipospadia,


urin (jumlah, warna, berat jenis, dan PH).

e) Sistem neurologis dan musculoskeletal: Gerakan bayi,

refleks moro, menghisap, mengenggam, plantar, posisi

atau sikap bayi fleksi, ekstensi, ukuran lingkar kepala

kurang dari 33 cm, respon pupil, tulang kartilago telinga

belum tumbuh dengan sempurna, lembek dan lunak.

f) Sistem thermogulasi (suhu): Suhu kulit dan aksila, suhu

lingkungan.

g) Sistem kulit: Keadaan kulit (warna, tanda iritasi, tanda

lahir, lesi, pemasangan infus), tekstur dan turgor kulit

kering, halus, terkelupas.

h) Pemeriksaan fisik: Berat badan sama dengan atau kurang

dari 2500 gram, panjang badan sama dengan atau

kurang dari 46 cm, lingkar kepala sama dengan atau

kurang dari 33 cm, lingkar dada sama dengan atau

kurang dari 30cm, lingkar lengan atas, lingkar perut,

keadaan rambut tipis, halus, lanugo pada punggung dan

wajah, pada wanita klitoris menonjol, sedangkan pada

laki-laki skrotum belum berkembang, tidak menggantung

dan testis belum turun (Pantiawati, 2018).

i) Pemeriksaan reflek menyusu pada bayi ada beberapa

macam antara lain:

(1) Rooting reflek adalah refleks ini terjadi ketika Anda

menyentuh pinggir mulut bayi Anda. Bayi akan

mengikuti arah sentuhan tersebut sambil membuka

mulutnya. Hal ini membantu bayi ketika ia sedang

ingin menyusu. Refleks ini muncul sejak lahir dan


bertahan hingga usia 3-4 bulan.

(2) Reflek menghisap (Sucking reflek), Ketika bagian atas

atau langit-langit mulut bayi disentuh, bayi akan mulai

menghisap. Refleks menghisap mulai muncul saat

usia 32 minggu kehamilan dan menjadi sempurna

saat usia 36 minggu kehamilan. Oleh karena itu, bayi

prematur biasanya belum bisa menghisap dengan

baik.

(3) Reflek moro, refleks moro biasanya muncul ketika bayi

terkejut. Ketika bayi Anda terkejut misalnya karena

suara yang berisik atau gerakan yang terjadi secara

tiba-tiba, bayi akan mengeluarkan refleks ini. Bayi

akan melakukan gerakan dengan memanjangkan

lengan dan menekuk kakinya. Refleks ini muncul

sejak lahir dan bertahan hingga usia 4 bulan.

(4) Asymmetric tonic neck reflek Ketika kepala bayi

menengok ke satu sisi, ia akan memanjangkan

lengan di sisi yang sama. Sebaliknya, lengan pada

sisi yang berlawanan akan ditekuk. Refleks ini

muncul sejak lahir dan bertahan hingga usia 2 bulan.

(5) Reflek menggenggam (palmar grosp reflek) pada bayi

muncul ketika Anda menyentuh telapak tangannya.

Bayi akan menutup jari-jarinya seperti gerakan

menggenggam. Refleks ini muncul sejak lahir dan

bertahan hingga usia 3-4 bulan.

(6) Reflek babinski, refleks babinski muncul ketika Anda


menggaruk telapak kaki bayi Anda. Jempol bayi akan

mengarah ke atas dan jari-jari kaki lainnya akan

terbuka. Refleks ini menetap hingga usia 2 tahun.

(7) Stepping reflex refleks ini juga dikenal dengan istilah

walking/dancereflex karena ia diposisikan dalam

posisi tegak dengan kaki yang menyentuh tanah.

Reflex ini muncul sejak lahir dan terlihat paling jelas

setelah usia 4 hari.

2. Diagnosa keperawatan

Diagnosa keperawatan merupakan salah satu penilaian klinis

mengenai respon pasien terhadap masalah kesehatan yang

dialaminya baik berlangsung actual maupun potensial. Diagnosa

keperawatan bertujuan untuk mengidentifikasi respon pasien

individu, keluarga, dan komunitas terhadap situasi yang berkaitan

dengan kesehatan.

Menurut buku diagnosa NANDA (2017), diagnosa keperawatan

yang mungkin muncul pada BBLR adalah:

a. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan imaturitas otot-

otot pernafasan dan penurunan ekspansi paru.

b. Diskontinuitas pemberian ASI berhubungan dengan prematuritas.

c. Disfungsi motilitas gastrointestinal berhubungan dengan

prematuritas, ketidakadekuatan/ imatur aktivitas peristaltic di

dalam system gastrointestinal.

d. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan ketidakmampuan menerima nutrisi,

imaturitas peristaltic gastrointestinal.

e. Risiko hipotermi berhubungan dengan jaringan lemak subkutan


tipis

f. Hiperbilirubin neonatal berhubungan dengan fungsi hepar belum

sempurna

g. Risiko infeksi berhubungan dengan pertahanan imunologis tidak

adekuat

3. Intervensi Keperawatan

a. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan imaturitas otot-

otot pernafasan dan penurunan ekspansi paru.

1) Tujuan: pola napas menjadi efektif

2) Kriteria hasil:

a) RR 30-60 x/mnt

b) Sianosis (-)

c) Sesak (-)

d) Ronchi (-)

e) Whezing (-)

3) Intervensi:

a) Observasi pola Nafas.

Rasional: Membantu dalam membedakan periode

perputaran pernafasan.

b) Tempatkan kepala pada posisi hiperekstensi. apnea

Rasional: Memudahkan pernafasan dan menurunkan

episode

c) Beri O2 sesuai program dokter

Rasional: Dapat meningkatkan fungsi pernafasan

d) Atur ventilasi ruangan tempat perawatan klien.

Rasional: Dengan pengaturan suhu ruangan maka suhu

tubuh bayi tetap setabil


e) Kolaborasi dengan tenaga medis lainnya dan Monitor

dengan teliti hasil pemeriksaan gas darah.

Rasional: Mencegah terjadinya hipoglikemia

b. Diskontinuitas pemberian ASI berhubungan dengan prematuritas.

1) Tujuan: pemberian ASI untuk memenuhi kebutuhan nutrisi

bayi.

2) Kriteria hasil:

a) pertumbuhan dan perkembangan bayi dalam batas normal.

b) Ibu mampu mengumpulkan dan menyimpan ASI secara

aman.

c) Menunjukkan teknik dalam memompa ASI.

d) Tanda-tanda vital dalam batas normal.

3) Intervensi:

a) Monitor reflek menelan sebelum memberikan susu.

Rasional: Untuk mengetahui daya hisap bayi

b) Tentukan sumber air yang di gunakan

Rasional: Untuk mengencerkan susu formula yang kental

atau dalam bentuk bubuk.

c) Berikan informasi tentang penyimpanan ASI dalam lemari

es.

Rasional: Agar dapat diminum bayi sewaktu-waktu dan

tidak basi.

c. Disfungsi motilitas gastrointenstinal berhubungan dengan

prematuritas, ketidakadekuatan/ imatur aktivitas peristaltic di

dalam system gastrointestinal.

1) Tujuan: fungsi motilitas pasien efektif dan kembali normal.

2) Kriteria hasil:
a) Distensi abdomen

b) Feses kering, keras.

c) Kesulitan mengeluarkan feses.

d) Nyeri abdomen.

e) Perubahan bising usus.

3) Intervensi:

a) Monitor TTV

Rasional: Untuk mengetahui keadaan umum pasien

b) Monitor status cairan dan elektrolit

Rasional: Mengetahui kebutuhan cairan pasien

c) Beri penjelasan kepada keluarga tentang tindakan yang

dilakukan.

Rasional: Meningkatkan pengetahuan keluarga serta

kerja sama dengan perawat.

d) Kolaborasi dengan medik untuk pemberian terapi

intravena.

Rasional: Memenuhi kebutuhan cairan dan elektrolit

pasien..

c. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan ketidakmampuan menerima nutrisi,

imaturitas peristaltic gastrointestinal.

1) Tujuan: Nutrisi dapat terpenuhi

2) Kriteria hasil:

a) Reflek hisap dan menelan baik

b) Muntah (-)

c) Kembung (-)
d) BAB lancar

e) Berat badan meningkat 15 gr/hr

f) Turgor elastis

3) Intervensi:

a) Monitor intake dan output.

Rasional: Sebagai data dasar untuk melakukan intervensi.

b) Observasi reflek hisap dan menelan.

Rasional: Untuk mengetahui kemampuan menghisap dan

menelan.

c) Beri minum sesuai program

Rasional: Untuk menentukan nutrisi.

d) Timbang BB setiap hari.

Rasional: Mengetahui kenaikan status nutrisi pada bayi.

h. Risiko hipotermi berhubungan dengan jaringan lemak subkutan

tipis

1) Tujuan: Diharapkan suhu tubuh dapat bertahan dan adekuat

2) Kriteria hasil:

a) Temperatur stabil 36,5-37°C.

b) Kulit tidak pucat

c) Tidak terjadi hipotermi

d) Tidak terjaadi kejang

3) Intervensi:

a) Monitor suhu minimal setiap 3 jam

Rasional: Mengetahui suhu tubuh bayi tiap waktu

b) Pakaikan bedong dan topi

Rasional: Untuk mencegah hilangnya kehangatan tubuh

c) Ganti pakaian/ popok bayi bila basah


Rasional: Untuk menghindari hipotermi yang mendadak

d) Tempatkan bayi pada inkubator/ infant warmer

Rasional: Untuk menjaga suhu tubuh bayi tetap terjaga

f. Hiperbilirubin neonatal berhubungan dengan fungsi hepar belum

sempurna

1) Tujuan: Integritas kulit dapat dipertahankan

2) Kriteria hasil:

a) Kadar bilirubin normal lebih dari 20 mg/dl

b) Tubuh klien tidak berwarna kuning

3) Intervensi:

a) Anjurkan kepada ibu bayi agar memberi ASI sesering

mungkin

Rasional: Dapat memberi kekebalan tubuh bayi karena

berada dibawah terapi sinar dan membantu proses

pertumbuhan

b) Kolaborasi dengan dokter untuk mendapatkan terapi sinar

Rasional: Untuk menilai jumlah bilirubin serta waktu yang

diperlukan dalam terapi klien

c) Kolaborasi dengan laboratorium untuk pemeriksaan kadar

bilirubin secara periodik

Rasional: Untuk mengetahui kadar bilirubin dalam tubuh

bayi sehingga dapat dilakukan antisipasi jika kadar bilirubin

meningkat

g. Risiko infeksi berhubungan dengan pertahanan imunologis tidak

adekuat.

1) Tujuan: tidak terjadi infeksi

2) Kriteria hasil:

Anda mungkin juga menyukai