Oleh :
Oleh :
ii
HALAMAN PERSETUJUAN
Pembimbing
iii
HALAMAN PENGESAHAN
Tim penguji :
iv
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan kasih-
Nya yang telah dilimpahkan, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
penelitian dengan judul “ EFEKTIFITAS SENAM DISMINORE DAN YOGA
TERHADAP NYERI HAID DI SMA NU HASYIM ASHARI
PANUNGGALAN”
Skripsi penelitian ini disusun sebagai syarat dalam pembuatan skripsi pada
program studi D IV kebidanan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Karya Husada
Semarang. Penyusunan skripsi ini dapat terselesaikan atas bantuan dan bimbingan
dari berbagi pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan
banyak terima kasih kepada :
1. Dr. Fery Mendrofa, SK MM, M.Kep,Sp.Kom, selaku Ketua Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan Karya Husada Semarang.
2. Anita Indra, S.SiT, M.Kes, selaku Pembimbing Utama yang telah
memberikan bimbingan, revisi dan saran dalam penyusunan skripsi
penelitian.
3. Rose Nurhudhariani, S.SiT, M.Kes, selaku Pembimbing II yang telah
memberikan bimbingan, revisi dan saran dalam penyusunan skripsi
penelitian .
4. dr. Rini Aryanti, selaku Kepala Puskesmas Kradenan yang telah memberikan
semangat dan dukungan
5. H. Jumali, S.Ag., M.Pd, selaku kepala sekolah SMA NU Hasyim Ashari
Panunggalan yang telah mengijinkan penulis untuk mengambil penelitian
di SMA NU Hasyim Ashari.
6. Teman-teman perawat Puskesmas Kradenan, yang telah membantu dalam
pengisian data.
7. Bapak/Ibu, Suami, mbak, mas, adik dan anak tercinta yang selalu memberi
semangat dan doa untuk keberhasilanku.
8. Teman-teman Mahasiswa se-angkatan program studi D IV kebidanan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Karya Husada Semarang yang senantiasa
v
memberi dukungan dan semangat untuk tidak putus asa,hingga
terwujudnya skripsi ini
9. Pihak-pihak lain yang tidak bisa disebutkan satu per satu.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena
itu, penulis mengharap sekali atas saran maupun kritik yang bersifat membangun
demi perbaikan serta kesempurnaan skripsi ini.
Semarang ,
2019
Penulis
vi
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL................................................................................................i
HALAMAN PERSETUJUAN................................................................................ii
HALAMAN PENGESAHAN................................................................................iii
KATA PENGANTAR............................................................................................iv
DAFTAR ISI...........................................................................................................vi
DAFTAR TABEL................................................................................................viii
DAFTAR GAMBAR..............................................................................................ix
DAFTAR SKEMA...................................................................................................x
DAFTAR LAMPIRAN...........................................................................................xi
ABSTRAK.............................................................................................................xii
ABSTRACT...........................................................................................................xiii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
A. Latar belakang.................................................................................................1
B. Rumusan Masalah............................................................................................4
C. Tujuan Penelitian.............................................................................................4
D. Manfaat Penelitian...........................................................................................5
E. Keaslian penelitian...........................................................................................5
B. KerangkaTeori...............................................................................................55
C. Kerangka Konsep...........................................................................................56
D. Variabel Penelitian........................................................................................56
E. Hipotesa.........................................................................................................56
vii
C. Populasi, Sampel dan Teknik Sampling........................................................59
D. Definisi Operasional......................................................................................60
G. Pengolahan Data............................................................................................64
H. Analisis Data.................................................................................................65
I. Etika Penelitian...............................................................................................71
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
viii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1.1 Keaslian penelitian..................................................................................5
Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabel................................................................61
Tabel 4.1 Distribusi frekuensi umur responden yang mengalami nyeri haid di
SMA NU Hasyim Ashari Panunggalan.................................................73
Tabel 4.2 Rata-rata nyeri haid sebelum dan sesudah dilakukan senam disminore
...............................................................................................................74
Tabel 4.3 Rata-rata nyeri haid sebelum dan sesudah dilakukan Yoga..................74
Tabel 4.4 Uji Normalitas data sebelum dan sesudah senam dismenore................75
Tabel 4.5 Hasil perbedaan nyeri haid sebelum dan sesudah senam dismenore...75
Tabel 4.6 Uji Normalitas data sebelum dan sesudah Yoga ................................76
Tabel 4.7 Hasil perbedaan nyeri haid sebelum dan sesudah di berikan Yoga.....76
Tabel 4.8 Uji Normalitas data senam disminore dan Yoga ...............................76
Tabel 4.9 Hasil analisa sesudah di berikan senam disminore dan Yoga.............77
ix
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Kerangka Teori...................................................................................55
Gambar 2.2 Kerangka Konsep...............................................................................56
x
DAFTAR SKEMA
xi
DAFTAR LAMPIRAN
xii
ABSTRAK
EFEKTIFITAS SENAM DISMINORE DAN YOGA TERHADAP NYERI
HAID DI SMA NU HASYIM ASHARI PANUNGGALAN
Dian Mustika Fibriani1), Anita Indra 2), Rose Nurhudhariani 3)
ABSTRAK
Latar belakang: nyeri haid tidak membahayakan, akan tetapi dapat mengganggu dan mengurangi
produktivitas seorang wanita dalam bekerja, sekolah atau olahraga. Tujuan: Mengetahui
Efektifitas Senam Disminore Dan YogaTerhadap Nyeri Haid di SMA NU Hasyim Ashari
Panunggalan Tahun 2019.. Metode: Penelitian ini menggunakan desain penelitian quasy-
eksperimen. Populasi penelitian ini adalah siswa putri SMA NU Hasyim Ashari Panunggalan yang
mengalami nyeri pada saat haid . Besar sampel diambil secara acak dengan penentuan jumlah
sample minimun menggunakan rumus Federer yaitu 36 responden. Hasil :Nyeri rata-rata sebelum
senam disminore yaitu 5,22, dengan standar deviasi 0,732, sedangkan nilai nyeri minimum 4 ,
maksimum 6 dan nilai median 5. Nyeri rata-rata sesudah dilakukan senam disminore yaitu3,39
dengan standar deviasi 0,916, sedangkan nilai nyeri minimum 2, nilai maksimum 5 dan nilai
median 4. Nyeri rata-rata sebelum yoga yaitu 5,11 dengan standar deviasi 0,758, sedangkan nilai
nyeri minimum 4 , maksimum 6 dan nilai median 5. Nyeri rata-rata sesudah dilakukan yoga yaitu
2,22 dengan standar deviasi 0,647, sedangkan nilai nyeri minimum 1, nilai maksimum 3 dan nilai
median 2. Kesimpulan:Analisa data bivariat menggunakan uji Wilcoxon dan Mann whitney
dengan taraf signifikasi α 0,05. Terdapat perbedaan nyeri haid sebelum dan sesudah diberikan
Yoga terhadap nyeri haid di SMA NU Hasyim Ashari Panunggalan P value 0,000 (< 0,05). Ada
perbedaan antara senam disminore dan yoga dalam menurunkan nyeri haid di SMA NU Hasyim
Ashari Panunggalan P value 0,000 (< 0,05). Yoga lebih efektif menurunkan nyeri haid
dibandingkan dengan senam disminore. Mean rank senam disminore 24,39 dan Yoga 12,61.
Saran : Senam disminore dan yoga dapat di gunakan sebagai terapi non farmakologi dalam
1. Mahasiswa Prodi D IV- Kebidanan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Karya Husada Semarang.
2. Dosen Prodi D IV- Kebidanan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Karya Husada Semarang.
3. Dosen Prodi D IV- Kebidanan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Karya Husada Semarang.
xiii
ABSTRACT
THE EFFECTIVENESS OF GARDEN DISMENORE AND YOGA ON HAID
PAIN IN NU HASYIM ASHARI PANUNGGALAN
HIGH SCHOOL
ABSTRACT
Background: Menstrual pain is not dangerous, but can interfere with and reduce a woman's
productivity in work, school or sports. Objective: To determine the effectiveness of Disminore and
Yoga Gymnastics on Menstrual Pain in NU High School Hasyim Ashari Panunggalan in 2019.
Method: This study used a quasy-experimental research design. The population of this study was
the female students of NU Hasyim Ashari Panunggalan High School who experienced pain during
menstruation. The sample size was taken randomly by determining the minimum number of
samples using the Federer formula, which is 36 respondents. Results: The average pain before
disminore exercise was 5.22, with a standard deviation of 0.732, while the minimum pain value
was 4, maximum was 6 and the median value was 5. The average pain after disminore exercise
was 3.39 with a standard deviation of 0.916, while the minimum pain value 2, the maximum value
of 5 and the median value 4. The average pain before yoga is 5.11 with a standard deviation of
0.758, while the minimum pain value is 4, the maximum is 6 and the median value is 5. The
average pain after yoga is 2.22 with standard deviation of 0.647, while the minimum pain value is
1, the maximum value is 3 and the median value is 2. Conclusion: Analysis of bivariate data using
the Wilcoxon and Mann Whitney tests with a significance level of α 0.05. There are differences in
menstrual pain before and after given Yoga on menstrual pain in high school NU Hasyim Ashari
Panunggalan P value 0,000 (<0.05). There is a difference between disminore and yoga exercises
in reducing menstrual pain in NU Hasyim Ashari Panunggalan High School P value 0,000
(<0.05). Yoga is more effective in reducing menstrual pain compared to disminore gymnastics.
Disminore gymnastic rank rank 24.39 and Yoga 12.61. Suggestions: Disminore gymnastics and
yoga can be used as non-pharmacological therapies to reduce menstrual pain..
xiv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Nyeri haid (dysmenorrhea) merupakan nyeri perut hebat disertai kram
yang terjadi saat menstruasi. Dysmenorrhea disebabkan karena terjadi
kontraksi otot rahim berlebihan akibat produksi prostaglandin yang terlalu
banyak(1) . Dysmenorrhea merupakan satu dari gejala ginekologik yang sering
muncul pada saat menstruasi. Angka kejadian dysmenorrhea didunia sangat
besar. Rata-rata lebih dari 50% wanita di setiap negara mengalami nyeri haid.
Angka kejadian di Amerika sebesar 60% dan di Swedia sebesar 72%. Begitu
pula di Indonesia, angka kejadiannya diperkirakan 55% perempuan usia
produktif mengalami nyeri saat menstruasi2.
WHO (World Health Organitation) memperkirakan jumlah dismenore
yang paling banyak dialami oleh para perempuan adalah, di Amerika Serikat
yaitu diperkirakan hampir 90% perempuan mengalami dismenore, dan 10-15%
diantaranya mengalami dismenore berat yang menyebabkan mereka tidak
mampu melakukan kegiatan apapun3. Hasil laporan nyeri saat haid, sebanyak
12% nyeri haid dalam keadaan parah, 37% nyeri haid sedang, dan 49% nyeri
haid masih ringan. Sebesar 10-15% wanita di Amerika Serikat mengalami
dysmenorrhea berat yang menyebabkan mereka tidak mampu melakukan
kegiatan apapun dan ini akan menurunkan kualitas hidup pada individu
masing-masing. Dysmenorrhea menyebabkan 14% dari pasien remaja sering
tidak hadir di sekolah dan tidak mampu menjalankan kegiatan sehari–hari4.
Prevalensi angka kejadian dismenore di Indonesia cukup tinggi yaitu
54,98 % dimenore primer dan 9,36% dismenore sekunder. Angka kejadian
dismenore di Jawa Tengah secara umum sebanyak 56%. Prevalensi dismenore
yang terjadi pada remaja di Kabupaten Grobogan sebanyak 87,7%, dan 75,5 %
mereka masih melakukan aktivitas seperti biasanya saat mengalami dismenore
dan 12,2 % menggunakan obat pereda sakit untuk mengurangi sakit pada saat
datang bulan5.
1
2
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti
Bagi peneliti, penelitian ini bermanfaat untuk lebih memahami,
menghayati dan memperluas pengetahuan yang dimiliki
2. Bagi Stikes Karya Husada Semarang
Bagi akademisi, temuan penelitian ini diharapkan memberikan kontribusi
akademis yaitu ilmu pengetahuan dan pengembangan sumber daya
manusia khususnya yang berkaitan dengan kasus nyeri haid
3. Bagi Puskesmas
Bagi instansi yang terkait, hasil temuan penelitian ini diharapkan sebagai
pertimbangan dalam peningkatan kinerja karyawan dan diharapkan juga
dapat memberikan masukan kepada para pemberi asuhan pasien untuk
lebih memperhatikan pengelolaan kasus nyeri haid.
4. Bagi peneliti selanjutnya
Bagi peneliti selanjutnya,penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan
referensi untuk melakukan penelitian sejenis dan lebih lanjut dalam bidang
yang sama.
E. Keaslian penelitian
Tabel 1.0.1.
Keaslian penelitian
No Peneliti Judul Variabel Hasil Perbedaan
1 Desti Efektifitas Variabel Uji statistik Variabel bebas:
'Ismarozi( Senam bebas: menunjukkan Senam
2015) Dismenore Senam perbedaan Dismenore dan
Terhadap Dismenore kelompok Yoga
Penanganan eksperimen dan
Nyeri Haid Variabel kontrol dengan p- Variable
Primer Pada terikat: value 0,016 <α pengikat:nyeri
Remaja Penanganan (0,05). Ini berarti haid di SMA
Nyeri Haid bahwa latihan NU hasyim
Primer Pada dismenore efektif ashari
Remaja untuk
mengurangi nyeri
haid primer
2 Ningrum Efektifitas Variable yoga lebih
(2017) Senam bebas: efektif daripada
6
A. Tinjauan Teori
1. Remaja
a. Pengertian Remaja
Remaja adalah suatu masa dimana individu berkembang dari saat
pertama kali ia menunjukkan tanda-tanda seksual sekundernya sampai
saat ia mencapai kematangan seksual17. Masa remaja disebut juga
sebagai masa perubahan, meliputi perubahan dalam sikap, dan
perubahan fisik18. Remaja pada tahap tersebut mengalami perubahan
banyak perubahan baik secara emosi, tubuh, minat, pola perilaku dan
juga penuh dengan masalah-masalah pada masa remaja19.
Masa remaja adalah masa transisi yang ditandai oleh adanya
perubahan fisik, emosi dan psikis. Masa remaja, yakni antara usia 10-
19 tahun, adalah suatu periode masa pematangan organ reproduksi
manusia, dan sering disebut masa pubertas. Masa remaja adalah
periode peralihan dari masa anak ke masa dewasa .
Batasan usia
remaja berbeda-beda sesuai dengan sosial budaya daerah setempat.
WHO membagi kurun usia dalam 2 bagian, yaitu remaja awal 10-14
tahun dan remaja akhir 15-20 tahun. Batasan usia remaja Indonesia
usia 11-24 tahun dan belum menikah. Masa remaja dimulai dengan
masa remaja awal (12-24 tahun), kemudian dilanjutkan dengan masa
remaja tengah (15-17 tahun), dan masa remaja akhir (18-21 tahun) 20
b. Batasan Usia Remaja
Berdasarkan tahapan perkembangan individu dari masa bayi
hingga masa tua akhir menurut Erickson, masa remaja dibagi menjadi
tiga tahapan yakni masa 13 remaja awal, masa remaja pertengahan,
dan masa remaja akhir. Adapun kriteria usia masa remaja awal pada
perempuan yaitu 13-15 tahun dan pada laki-laki yaitu 15-17 tahun.
Kriteria usia masa remaja pertengahan pada perempuan yaitu 15-18
8
tahun dan pada laki-laki yaitu 17-19 tahun. Sedangkan kriteria masa
remaja akhir pada perempuan yaitu 18-21 tahun dan pada laki-laki 19-
21 tahun. (21).
Masa remaja adalah masa transisi perkembangan antara masa
kanak-kanak dan dewasa yang pada umumnya dimulai pada usia 12
atau 13 tahun dan berakhir pada usia akhir belasan tahun atau awal dua
puluhan tahun. (22)
Laki-laki lebih lambat matang daripada anak perempuan, maka
laki-laki mengalami periode awal masa remaja yang lebih singkat,
meskipun pada usia 18 tahun ia telah dianggap dewasa, seperti halnya
anak perempuan. Akibatnya, seringkali laki-laki tampak kurang untuk
usianya dibandingkan dengan perempuan. Namun adanya status yang
lebih matang, sangat berbeda dengan perilaku remaja yang lebih muda.
(23)
f. Perkembangan remaja
1) Perkembangan fisik
Perubahan fisik terjadi dengan cepat pada remaja.
Kematangan
seksual sering terjadi seiring dengan perkembangan seksual secara
primer dan sekunder. Perubahan secara primer berupa perubahan
fisik dan hormon penting untuk reproduksi, perubahan sekunder
antara laki laki dan perempuan berbeda.
Pada anak laki-laki tumbuhnya kumis dan jenggot, jakun dan
suara membesar. Puncak kematangan seksual anak laki-laki adalah
dalam kemampuan ejakulasi, pada masa ini remaja sudah dapat
menghasilkan sperma. Ejakulasi ini biasanya terjadi pada saat tidur
dan diawali dengan mimpi basah(26).
Pada anak perempuan tampak perubahan pada bentuk tubuh
seperti tumbuhnya payudara dan panggul yang membesar. Puncak
kematangan pada remaja wanita adalah ketika mendapatkan
menstruasi pertama (menarche). Menstruasi pertama menunjukkan
bahwa remaja perempuan telah memproduksi sel telur yang tidak
dibuahi, sehingga akan keluar bersama darah menstruasi melalui
vagina atau alat kelamin wanita(27).
Perkembangan fisik adalah perubahan-perubahan pada tubuh,
otak, kapasitas sensoris, dan keterampilan motorik. Perubahan pada
tubuh ditandai dengan pertambahan tinggi dan berat tubuh,
pertumbuhan tulang dan otot, dan kematangan organ seksual dan
fungsi reproduksi. Tubuh remaja mulai beralih dari tubuh kanak-
kanak menjadi tubuh orang dewasa yang cirinya ialah kematangan.
Perubahan fisik otak strukturnya semakin sempurna untuk
meningkatkan kemampuan kognitif(28).
Pada masa remaja itu, terjadilah suatu pertumbuhan fisik yang
cepat
12
3) Amenorea
Amenorea adalah panjang siklus menstruasi yang memanjang
dari panjang siklus menstruasi normalnya (Oligomenorea) atau
tidak terjadi perdarahan menstruasi minimal 3 bulan berturut
turut.
3. Disminorrhe
a. Pengertian
Istilah dismenore (dysmenorrhea) berasal dari kata dalam bahasa
yunani kuno (Greek) kata tersebut berasal dari dys yang berarti sulit,
nyeri, abnormal; meno yang berarti bulan; dan rrhea yang berarti aliran
atau arus. Secara singkat dismenore dapat di definisikan sebagai aliran
menstruasi yang sulit atau menstruasi yang mengalami nyeri (37).
Nyeri haid disebut juga dengan dismenore. Dysmenorrhea atau
dismenore dalam bahasa Indonesia berarti nyeri pada saat menstruasi.
Dismenore yakni nyeri menstruasi yang dikarakteristikan sebagai nyeri
singkat sebelum atau selama menstruasi. Nyeri ini berlangsung selama
satu sampai beberapa hari selama menstruasi. Dismenore merupakan
nyeri menstruasi yang dikarakteristikan sebagai nyeri singkat sebelum
awitan atau selama menstruasi yang merupakan permasalahan
ginekologikal utama, yang sering dikeluhkan oleh wanita (38).
Dari berbagai pendapat, dapat disimpulkan dismenore merupakan
adanya gangguan fisik pada wanita yang mengalami menstruasi, yang
dikarakteristikan dengan adanya nyeri pada saat menstruasi, dan nyeri
tersebut bisa terjadi sebelum atau selama menstruasi dalam waktu yang
singkat.
Ada dua tipe-tipe dari dysmenorrhea(39), yaitu:
1) Primary dysmenorrhea,
adalah nyeri haid yang dijumpai pada alatalat genital yang
nyata. Dismenore primer terjadi beberapa waktu setelah
menarche. Dismenore primer adalah suatu kondisi yang
dihubungkan dengan siklus ovulasi.
19
2) Secondary dysmenorrhea,
adalah nyeri saat menstruasi yang disebabkan oleh kelainan
ginekologi atau kandungan. Pada umumnya terjadi pada wanita
yang berusia lebih dari 25 tahun. Dismenore sekunder adalah
nyeri menstruasi yang berkembang dari dismenore primer yang
terjadi sesudah usia 25 tahun dan penyebabnya karena kelainan
pelvis.
b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dismenore
Penyebab terjadinya dismenore yaitu keadaan psikis dan fisik
seperti stres, shock, penyempitan pembuluh darah, penyakit menahun,
kurang darah, dan kondisi tubuh yang menurun (40. Faktor-faktor yang
dapat mempengaruhi dismenore, antara lain:
1) Faktor menstruasi
1) Menarche dini, gadis remaja dengan usia menarche dini insiden
dismenorenya lebih tinggi.
2) Masa menstruasi yang panjang, terlihat bahwa perempuan
dengan siklus yang panjang mengalami dismenore yang lebih
parah.
2) Paritas, insiden dismenore lebih rendah pada wanita multiparitas.
Hal ini menunjukkan bahwa insiden dismenore primer menurun
setelah pertama kali melahirkan juga akan menurun dalam hal
tingkat keparahan.
3) Olahraga, berbagai jenis olahraga dapat mengurangi dismenore.
Hal itu juga terlihat bahwa kejadian dismenore pada atlet lebih
rendah, kemungkinan karena siklus yang anovulasi. Akan tetapi,
bukti untuk penjelasan itu masih kurang.
4) Pemilihan metode kontrasepsi, jika menggunakan kontrasepsi oral
sebaiknya dapat menentukan efeknya untuk menghilangkan atau
memperburuk kondisi. Selain itu, penggunaan jenis kontrasepsi
lainnya dapat mempengaruhi nyeri dismenore
20
3) Ashtanga Yoga
Dipopulerkan oleh Pattabi Jois. Bagi yang menyukai tantangan
fisik dengan intensitas tinggi serta susunan gerakan berangkai
dalam hitungan waktu yang cepat antar satu sama lainnya,
astanga mungkin adalah pilihan yang tepat.
4) Bharata Yoga
Salah satu tradisi yang menekankan pentingnya presisi setiap
pose yoga. Gert van leeuwen, pencetusnya percaya bahwa
detail dalam mobilitas tulang punggung adalah persyaratan
mutlak ntuk sebuah latihan yoga yang baik.
5) Bikram Yoga
Diambil dari nama Bikram Choudry, sang pencetus, mengambil
konsep berlatih dalam ruangan dengan temperature khusus
hingga 100° F (40°C). Asana di aliran ini hanya dibatasi hingga
26 rangkaian gerakan yang diyakini mampu membuang racun
lewat keringat serta memaksa tubuh untuk mencapai fleksibilitas
tertinggi
6) Integral Yoga
Mendunia setelah dipergunakanoleh seorang dokter medis
bernama dr. Dean Woodstock umtuk penanganan penyakit
jantung, metode bentukan Swami Satchidananda ini diyakini
mampu membuat penggunanya mampu menguasai
keseimbangan prima antara pranayama dan asana.
7) Iyengar Yoga
Diambil dari nama B.K.S. Iyengar, penguasaan detail terhadap
setiap asana adalah focus utama untuk mencapai hal tersebut
sering digunakan pelbagai alat bantu sederhana berupa kursi,
selimut, guling, balok, ikat pinggang dan lainnya. Sebagai satu-
satunya jalan untuk dapat menguasai sesi pranayama secara
prima. Detail serta keseimbangan dari metode ini kini sering
26
a) Manfaat
Berguna untuk meregangkan tulang punggung, menguatkan
kaki, bahu, dan punggung; mengencangkan otot perut,
melancarkan pencernaan, menguatkan organ tubuh bagian
dalam, menenangkan tubuh, menghilangkan sakit kepala,
stress, depresi ringan, kecemasa, dan kelelahan. Membantu
menghilangkan gejala menopause dan ketidaknyamanan selama
masa menstruasi, merangsang sistem reproduksi. Menjadi
terapi yang baik untuk sakit tekanan darah tinggi,
ketidaksuburan pada kandungan, susah tidur, sinus dan
mengurangi obesitas.
b) Cara Melakukan
Duduk di matras dengan posisi kaki lurus ke depan. Tarik
daging
bokong ke belakang dengan tangan, sehingga tubuh merasa
duduk pada tulang selangkangan, dan dorong tulang ekor ke
belakang. Kencangkan dan luruskan kai dengan menarik
telapak kaki ke arah tulang kering. Tekan paha dan betis ke
lantai. Turunkan tubuh dan dahi di atas bantal atau selimut di
atas kaki. Palingkan wajah ke satu sisi agar tetap dapat
bernafas. Letakkan tangan disamping kaki dan panjangkan ke
depan.
c) Catatan
Bila lutut terasa sakit saat digerakkan, maka dapat ditekuk
sedikit.
3) Virasana (Posisi Pahlawan) – dengan Alat Bantu
a) Manfaat
Meregangkan bagian paha, pinggul, lutut dan pergelangan kaki,
menguatkan telapak kaki, meringankan kaki yang lelah, dan
membantu megurang nyeri saat menstruasi.
b) Cara melakukan
Berdirilah pada lutu yang dirapatkan satu sama lain. Buka
kedua
telapak kaki di belakang lebih lebar daripada bokong. Letakkan
guling, balok atau gulungan selimut diantara betis. Kemudian,
duduk di atas balok. Tarik tulang punggung lurus ke atas
sehingga tubuh tegak lurus. Letakkan telapak tangan di atas
paha atau lutut.
b) Cara Melakukan
Duduk dalam posisi sukhasana. Tarik telapak kaki kiri ke atas
paha kanan dan telapak kaki kanan di atas paha kiri secara
menyilang. Luruskan tulang punggung, letakkan tangan di atas
paha atau lutut dan pejamkan mata.
c) Catatan
Bila kaki kurang lentur, lutut dan pergelangan kaki sakit,
lakukan
posisi sukhasana saja sebagai pengganti atau lakukan posisi
duduk
setengah teratai dengan hanya menyilangkan satu kaki di paha,
sedangkan kaki yang lainnya masih di bawah.
6) Adho Mukha Padmasana (Posisi Wajah Menghadap ke Bawah dari
Posisi Duduk Teratai) – dengan Alat Bantu
a) Manfaat
Menguatkan otot kaki, mengencangkan pinggul dan memijat
bagian pahadan pergelangan kaki, membantu mengurangi nyeri
saat menstruasi, memanjangkan sisi badan, melatih bahu,
merileksan pikiran dan perut.
b) Cara Melakukan
37
b) Cara Melakukan
Dari posisi Janu Sirsasana, tekuk kaki yang lurus dan
tempelkan
telapak kakinya di telapak kaki yang sudah menekuk dari posisi
Janu Sirsasana. Letakkan lutut di atas balok atau bantal.
Kencangkan telapak kaki dengan menekan telapak kaki satu
sama lain dan menarik jari-jari kaki ke arah tulang kering.
Letakkan bantal atau guling di depan telapak kaki. Rilekskan
kepala di atas bantal yang ada di depan kaki. Palingkan wajah
ke salah satu sisi agar dapat tetap bernafas. Panjangkan tubuh
dengan cara memanjangkan tangan ke depan. Tekan telapak
tangan ke lantai. Angkat siku dan ketiak.
b) Cara Melakukan
Duduk di matras dengan posisi kaki lurus ke depan. Buka
kedua
kaki ke samping hingga membentuk huruf V. Tarik daging
bokong ke belakang dengan tangan, sehingga tubuh merasa
sedang duduk pada selangkangan. Kencangkan dan luruskan
kaki dengan menarik telapak kaki ke arah tulang kering. Tekan
paha dan betis ke lantai. Hadapkan dada ke arah kaki kiri.
Turunkan perut, dada dan dahi di atas bantal atau guling di kaki
kiri. Palingkan wajah ke salah satu sisi agar dapat tetap
bernafas. Luruskan tangan dengan menekan telapak tangan ke
lantai.
skala pengukur nyeri Wong Baker Face Scale banyak digunakan oleh
tenaga kesehatan untuk mengukur nyeri pada pasien anak. Perawat
terlebih dulu menjelaskan tentang perubahan mimik wajah sesuai rasa
nyeri dan pasien memilih sesuai dengan rasa nyeri yang dirasakan.
Interpretasinya adalah 0 tidak ada nyeri, 2 sedikit nyeri, 4 sedikit lebih
nyeri, 6 semakin lebih nyeri, 8 nyeri sekali, 10 sangat sangat nyeri.
e. Deskripsi skala nyeri
Skala Nyeri 0-10 (Comparative Pain Scale)
52
6. Senam disminorhe
Senam dismenore merupakan salah satu teknik relaksasi yang
dapat menghasilkan hormon β- endorphin, hormon ini diproduksi oleh
otak dan susunan syaraf tulang belakang. Hormon tersebut memiliki
fungsi sebagai obat penenang alami yang diproduksi otak sehingga
menimbulkan rasa nyaman dan meningkatkan kadar endorphin dalam
tubuh untuk mengurangi rasa nyeri pada saat kontraksi. Olahraga
terbukti dapat meningkatkan kadar β-endorphin 4-5 kali di dalam
darah. Semakin banyak melakukan senam/olahraga maka akan
semakin tinggi pula kadar β- endorphin yang akan menurunkan atau
meringankan nyeri yang dirasakan seseorang sehingga menjadi lebih
nyaman dan melancarkan pengiriman oksigen ke otot rahim. Pada saat
melakukan senam maka β- endorphin akan keluar dan ditangkap oleh
reseptor didalam hipotalamus dan system limbic yang memiliki fungsi
untuk mengatur emosi dan stress agar produksi hormon penyebab
nyeri haid dalam hipotalamus dan system limbic yaitu adrenalin,
esterogen, progesterone dan prostaglandin dapat dikendalikan serta
nyeri haid dapat berkurang atau hilang. Senam dismenore dilakukan
secara teratur dengan memperhatikan kontinuitasnya, frekuensi yang
54
2) Gerak badan 2:
Berdirilah dengan tangan di samping dan kaki sejajar.
Luruskan tangan dan angkat sampai melewati kepala. Pada
waktu yang sama tendangkan kaki kirimu dengan kuat ke
belakang.
Lakukan berganti-ganti dengan kaki kanan
Ulangi 4 kali masing-masing kaki..
c. Gerakan Pendinginan
1) Lengan dan tangan, genggam tangan kerutkan lengan dengan kuat
tahan, lepaskan.
2) Tungkai dan kaki, luruskan kaki (dorsi fleksi), tahan beberapa
detik, lepaskan.
3) Seluruh tubuh, kontraksikan/kencangkan semua otot sambil nafas
dada pelan teratur lalu rileks (bayangkan hal menyenangkan).
4) Dokumentasikan tindakan ini beserta responnya.
56
F. KerangkaTeori
Peningkatan
Pelepasan
frekuensi
prostaglandin (53)
kontraksi uterus 60 61 62 63
‘ ’ ’
farmakologis:
1. Istirahat.
2. Olahraga. Kontraksi otot uterus
3. Yoga. dan otot polos
4. Aromaterapi meningkat
5. Kompres hangat.
6. Ditraksi, massage
dan relaksasi.
Peningkatan
Vasospasme Nyeri haid
frekuensi kontraksi
arteriol uterus
uterus
/DISMINORE(37)
Tindakan Tindakan
senam disminore(38) Yoga(40)
Meningkatkan Melebarkan
endorphin hormon pembuluh darah
Meningkatkan
Menekan aliran darah dan
prostaglandin sirkulasi
Terjadi relaksasi
Penurunan nyeri otot uterus dan
haid/disminore otot polos(24)
Keterangan :
Di teliti :
Tidak diteliti :
Gambar 2.1
Kerangka Teori
57
G. Kerangka Konsep
Senam Disminore
Dan Kompres Hangat Nyeri Haid di SMA
NU Hasyim Ashari
Panunggalan Tahun
Yoga 2019
Gambar 2.2
Kerangka Konsep
H. Variabel Penelitian
Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang
hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya(64). Dalam penelitian ini,
variabel yang digunakan adalah :
1. Variabel bebas
Variabel bebas adalah merupakan variabel yang menjadi sebab timbulnya
atau berubahnya variabel dependen (terikat), sehingga variabel bebas
dapat dikatakan sebagai variabel yang mempengaruhi. Variabel bebas
dalam penelitian ini adalah yoga dan senam disminore.
2. Variabel terikat
Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau variabel yang
menjadi akibat, karena adanya variabel independen atau bebas. Variabel
terikat dalam penelitian ini adalah nyeri haid di SMA NU Hasyim Ashari
Panunggalan.
I. Hipotesa
Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu penelitian, patokan duga,
atau dalil sementara, yang kebenarannya akan dibuktikan dalam penelitian
tersebut(65). Penelitian ini menggunakan hipotesis asosiatif yaitu dugaan
pengaruh antara dua variabel atau lebih.
58
Ha : Ada pengaruh efektifitas senam disminore dan yoga terhadap nyeri haid
di SMA NU Hasyim Ashari Panunggalan tahun 2019.
Ho : Tidak ada pengaruh efektifitas senam disminore dan yoga terhadap nyeri
haid di SMA NU Hasyim Ashari Panunggalan tahun 2019.
BAB III
METODE PENELITIAN
O3 O4
Kelompok kontrol _X2
Keterangan :
O1 : kelompok intervensi
X1 : pemberian yoga dan senam disminore
O2 : kelompok kontrol
X2 : yoga
J. Waktu danTempat Penelitian
1. Waktu penelitian : Penelitian ini akan dilakukan bulan april-mei 2019
2. Tempat penelitian: Penelitian ini akan dilakukan di SMA NU Hasyim
Ashari Panunggalan.
59
60
(n – 1) x (t – 1) ≥15
= (n – 1) x (t – 1) ≥ 15
= (n – 1) x (2-1) ≥ 15
= (n – 1)x (1) ≥15
= n – 1≥15 n ≥15+1
= n ≥ 16
Dengan demikian, setiap kelompok terdapat minimal 16 sampel. Peneliti
memilih untuk menggunakan 18 sampel tiap kelompok dengan jumlah
kelompok sebanyak dua kelompok sehingga jumlah seluruh subjek
penelitian sebanyak 36 sampel..
61
3. Teknik sampling
Sampel adalah bagian dari populasi yang dipilih dengan metode
sampling tertentu untuk bisa memenuhi atau mewakili populasi(69). Sampel
dalam penelitian ini adalah dibagi menjadi 2 kriteria yaitu :
a. Kriteria inklusi adalah karakteristik umum yaitu subjek penelitian dari
populasi yang terjangkau yang akan diteliti. Kriteria inklusi sebagai
berikut :
1) Siswa putri yang mengalami nyeri haid (disminore) pada kelas X,
XI dan XII.
2) Siswa putri yang mengalami nyeri haid (disminore) yang bersedia
menandatangani informed consent dan mengikuti penelitian ini
b. Kriteria eksklusi
1) Siswa dengan perdarahan lambung
2) Siswa yang tidak bersedia untuk menjadi responden
L. Definisi Operasional
Definisi operasional digunakan untuk membatasi ruang lingkup dan
memberi batasan dari variabel yang diteliti dan diamati. Juga bermanfaat untuk
mengarahkan kepada pengukuran atau pengamatan terhadap variabel-variabel
yang bersangkutan dan pengembangan intrumen / alat ukur(70). Berikut adalah
tabel tentang definisi operasional dan skala pengukuran dalam penelitian ini
Untuk variabel penelitian, definisi operasionalnya sebagai berikut :
62
Tabel 3.0.2
Definisi Operasional Variabel
skla nyeri tanpa mendapat perlakuan berupa pemberian yoga dan senam
disminore.
Untuk mengetahui skala nyeri dilakukan dengan cara menggunakan
numeric scale. Adapun prosesnya adalah sebagai berikut :
a. Responden di jelaskan tentang rentang skala nyeri dan karakteristik nyeri
dari skala 0 sampai skala 10.
b. Kemudian responden diminta untuk menunjuk atau menilai nyeri yang di
raskan pada angka berapa.
c. Hasil di catat skala nyeri yang dirasakan responden.
Data sekunder dapat diperoleh dari data di SMA NU Hasyim Ashari
Panunggalan.
O. Pengolahan Data
Setelah kuesioner diisi oleh responden, maka data diolah melalui
tahapan sebagai berikut( 72) :
1) Editing
Mengedit adalah memeriksa daftar pertanyaan yang telah diserahkan
kepada para pengumpul data. Tujuan Editing adalah mengurangi
kesalahan atau kekurangan yang ada pada daftar pertanyaan yang sudah
diselesaikan sampai sejauh mungkin.
2) Scoring
Scoring adalah memberikan penelitian terhadap item-item yang perlu
diberi penilaian atau skor.
3) Coding
Coding adalah mengklasifikasikan jawaban dari narasumber kedalam
kategori-kategori. Biasanya diklasifikasikan dengan cara yang sudah
diberi kode dimasukkan kedalam tabel.
Variabel Konsumsi obat nyeri diberi kode 1 bila jarang dan kode 2 bila
sering.
4) Entry data
Entry data adalah proses memasukkan data kedalam kategori tertentu
untuk dilakukan analisis data.
66
P. Analisis Data
Analisa data merupakan suatu proses lanjut dari proses pengolahan data
untuk melihat bagaimana intepretasi hasil pengolahan tersebut.
Analisis data dilakukan setelah dilakukan perlakuan kepada kelompok
intervensi dan kelompok kontrol, semua data terkumpul melalui beberapa
tahap ditandai dengan editing untuk memeriksa kelengkapan identitas
responden, kemudian data diberi coding untuk memudahkan peneliti dalam
melakukan analisa data. Selanjutnya entry data dalam komputer dan
dilakukan pengolahan data dengan menggunakan teknik komputerisasi.
a. Analisa Univariat
Analisa univariat dilakukan pada suatu variabel dari hasil penelitian,
yang bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan karakteristik
setiap variabel penelitian. Pada umumnya dalam analisis ini hanya
menghasilkan distribusi dan persentase dari tiap variabel yang diteliti.
Selanjutnya data yang diperoleh dihitung persentasinya yaitu dengan
menggunakan rumus :
X = f x 100%
n
keterangan :
X : Hasil persentase.
f : frekuensi hasil pencapaian.
n : total seluruh observasi.
Untuk analisis univariat akan dinyatakan dalam bentuk distribusi dan
presentase serta disajikan dalam bentuk tabel
Data yang diperoleh dari lapangan, disajikan dalam bentuk tabel dan
dideskripsikan. Pendeskripsian data diperkuat dengan penyajian mean,
median, modus, tabel distribusi frekuensi, dan diagram lingkaran.
1) Mean (Me),
Rumus mean dalam data bergolong yang digunakan adalah :
67
Keterangan:
Me : mean untuk data bergolong ݂
fi : jumlah data/sampel
fixi: produk perkalian antara fi pada tiap interval data dengan tanda
kelas(xi ). Tanda kelas (xi ) adalah rata-rata dari nilai terendah dan
tertinggi setiap interval data.(73 ).
Mean digunakan untuk mencari nilai rata-rata dari skor total
keseluruhan jawaban yang diberikan oleh responden, yang tersusun
dalam distribusi data.
2) Median (Md)
Median adalah suatu harga yang membagi luas histogram frekuensi
menjadi bagian yang sama besar. Rumus Median untuk data
bergolong adalah sebagai berikut :
Keterangan :
Md : median
b : batas bawah, dimana median akan terletak
p :panjang kelas interval
n : banyaknya data/jumlah sampel
F : jumlah semua frekuensi sebelum kelas median
f : frekuensi kelas median.
68
Keterangan :
Mo : modus
b : batas kelas interval dengan frekuensi terbanyak
p : panjang kelas interval
b1 : frekuensi pada kelas modus (frekuensi pada kelas interval
yang terbanyak) dikurangi frekuensi kelas interval terdekat
sebelumnya.
b2 : frekuensi pada kelas modus dikurangi frekuensi kelas interval
terdekat berikutnya. .
Dalam penelitian ini, modus digunakan untuk mencari jawaban
yang sering muncul atau nilai yang frekuensinya paling banyak
dari responden..
4) Standar Deviasi
Standar deviasi (SD) disebut juga simpangan baku. SD mengukur
seberapa baik mean mewakili data. Semakin kecil SD
mengindikasikan data dekat dengan Mean. Semakin besar SD
mengindikasikan data jauh dari Mean. Jika 46 SD = 0 maka Mean
seluruh data adalah serupa.
Rumus SD adalah sebagai berikut:
𝑆 = 𝞢 𝑥𝑖 − 𝑥 2 n − 1
69
Keterangan:
S : Standar deviasi
: Mean data yang diobservasi
: Mean data keseluruhan
n : Jumlah sampel
b. Analisa Bivariat
1) Uji normalitas
Setelah proses pengumpulan data penelitian, pengolahan data,
analisa univariat, maka proses selanjutnya yaitu melakukan analisa
bivariat untuk mengetahui beda rata-rata pada kedua kelompok.
Sebelumnya telah dilakukan uji normalitas data dengan uji
Shapiro-Wilk karena n ≤ 50 atau uji Kolmogorov bila n > 50
,untuk mengetahui distribusi datanya normal atau tidak normal.
Jika nila sigfikasi lebih atau sama dengan 0,05 pada semua
data baik pada uji uji Shapiro-Wilk atau uji Kolmogorov, maka
dapat disimpulkan data berdistribusi normal
Untuk mengetahui suatu data berdistribusi normal atau tidak,
dilakukan analisis sebagai berikut :
1) Dilihat dari grafik histogram dan kurva normal, bila
bentuknya menyerupai bel shape, berarti distribusi normal.
2) Menggunakan nilai skewness dan standar errornya, bila nilai
skewness dibagi standar errornya menghasilkan angka ≤ 2,
maka distribusinya normal.
3) Uji Shapiro-Wilk, bila hasil uji signifikan (p value ≥ 0,05)
maka distribusi normal.
2) Uji berpasangan
a) Paired t test ( bila data normal )
Variabel independen kualitatif dalam penelitian ini
memiliki dua kategori. Oleh sebab itu, dilakukan pengujian
dengan metode uji beda rata-rata untuk dua sampel
70
Q. Etika Penelitian.
Masalah etika yang harus diperhatikan antara lain(75) adalah sebagai
berikut:
1. Informed Consent atau lembar persetujuan
Lembar persetujuan diberikan kepada sampel penelitian yang setuju
berpartisipasi dalam penelitian ini untuk ditandatangani. Sebelum sampel
penelitian menandatangani lembar persetujuan penelitian, peneliti
memberikan informasi kepada sampel penelitian tentang tujuan dan sifat
sukarela dalam mengikuti penelitian ini.
2. Confidentiality atau kerahasiaan
Peneliti menjaga rahasia identitas penelitian dengan tidak
mencantumkan nama (cukup dengan kode responden) pada setiap
kuesioner. Peneliti juga menjaga kerahasiaan data penelitian dengan
menyimpannya pada file/komputer pribadi yang tidak memungkinkan
diakses orang lain.
3. Kerahasiaan nama (anonimity)
Masalah ini merupakan masalah etika dengan memberikan jaminan
kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun masalah-masalah
lainnya. Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaan
oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada
hasil riset.Untuk menjamin kerahasiaan subyek penelitian, maka dalam
lembar persetujuan maupun lembar kuesioner nama dan identitas
responden tidak dicantumkan. Peneliti hanya mencantumkan tingkat
pendidikan, umur, pekerjaan dan menggunakan kode tertentu untuk
masing-masing responden yang berupa nomor urut responden atau kode
lain pada waktu pengambilan data dilakukan.
4. Confidentiality
Informasi ataupun masalah-masalah lain yang diperoleh dari
responden disimpan dan dijamin kerahasiaannya, informasi yang diberikan
responden tidak akan disebar luaskan atau diberikan kepada orang lain
tanpa seijin yang bersangkutan.
74
75
76
(38,9%) dan pada kelompok senam disminore sebagian besar juga berumur
15 tahun sejumlah 12 responden (66,7%)..
S. Analisa Univariat
1. Mendiskripsikan nyeri haid sebelum dan sesudah dilakukan senam disminore
pada siswi di SMA NU Hasyim Ashari Panunggalan disajikan pada tabel di
bawah ini:
Tabel 4.4
Rata-rata nyeri haid sebelum dan sesudah dilakukan senam disminore
Variable N Mea Min Max SD Median
n
sebelum senam 18 5.22 4 6 0.732 5
disminore
sesudah senam 18 3.39 2 5 0.916 4
disminore
Berdasarkan table 4.1 diatas maka diketahui bahwa hasil nyeri rata-rata
sebelum senam disminore yaitu 5,22, dengan standar deviasi 0,732,
sedangkan nilai nyeri minimum 4 , maksimum 6 dan nilai median 5. Hasil
nyeri rata-rata sesudah dilakukan senam disminore yaitu3,39 dengan standar
deviasi 0,916, sedangkan nilai nyeri minimum 2, nilai maksimum 5 dan
nilai median 4.
2. Mendiskripsikan nyeri haid sebelum dan sesudah Yoga pada siswi di SMA
NU Hasyim Ashari Panunggalan disajikan pada tabel di bawah ini :
Tabel 4.5
Rata-rata nyeri haid sebelum dan sesudah dilakukan Yoga
Variable N Mean Min Max SD Median
Berdasarkan table 4.2 diatas maka diketahui bahwa hasil nyeri rata-rata
sebelum yoga yaitu 5,11 dengan standar deviasi 0,758, sedangkan nilai
nyeri minimum 4 , maksimum 6 dan nilai median 5. Hasil nyeri rata-rata
sesudah dilakukan yoga yaitu 2,22 dengan standar deviasi 0,647, sedangkan
nilai nyeri minimum 1, nilai maksimum 3 dan nilai median 2.
T. Analisa Bivariat
1. Menganalisa hasil perbedaan nyeri haid sebelum dan sesudah senam
dismenore
Tabel 4.6
Uji Normalitas data sebelum dan sesudah senam dismenore
Variable p Distribusi Data
Sebelum senam
disminore 0,002 Tidak Normal
Sesudah senam
disminore 0,004 Tidak Normal
Berdasarkan hasil tabel diatas di ketahui nilai p untuk semua data <
0,05, maka dapat disimpulkan bahwa data penelitian berdistribusi tidak
normal. Maka dari itu uji statistic non parametric untuk mengetahui uji
perbedaan dalam penelitian ini menggunakan uji Wilcoxon.
Tabel 4.7
Hasil perbedaan nyeri haid sebelum dan sesudah senam dismenore
Variable N Mean SD P-value
Tabel 4.8
Uji Normalitas data sebelum dan sesudah Yoga .
Variabel p Distribusi Data
Sebelum Yoga 0,002 Tidak Normal
Berdasarkan hasil tabel diatas di ketahui nilai p untuk semua data <
0,05, maka dapat disimpulkan bahwa data penelitian berdistribusi tidak
normal. Maka dari itu uji statistic non parametric untuk mengetahui uji
perbedaan dalam penelitian ini menggunakan uji Wilcoxon
Tabel 4.9
Hasil perbedaan nyeri haid sebelum dan sesudah di berikan Yoga
Variable N Mean SD p-value
Berdasarkan hasil tabel diatas di ketahui nilai p untuk semua data <
0,05, maka dapat disimpulkan bahwa data penelitian berdistribusi tidak
normal. Maka dari itu uji statistic non parametric untuk mengetahui uji
perbedaan rata-rata dua sampel yang tidak berpasangan dalam penelitian ini
menggunakan uji mann whitney.
Tabel 4.11
Hasil analisa sesudah di berikan senam disminore dan Yoga
Variable N Mean SD Mean p-value
rank
senam disminore 18 3.39 0.916 24,39 0,000
Yoga 18 2.22 0.647 12,61
.
BAB V
PEMBAHASAN
A. Analisa univariat
1. Tingkat nyeri haid sebelum dan sesudah dilakukan senam disminore pada
siswa yang mengalami nyeri haid di SMA NU Hasyim Ashari
Panunggalan
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa hasil nyeri rata-rata
sebelum senam disminore yaitu 5,22, dengan standar deviasi 0,732,
sedangkan nilai nyeri minimum 4 dan maksimum yaitu 6. Hasil nyeri rata-
rata sesudah dilakukan senam disminore yaitu3,39 dengan standar deviasi
0,916, sedangkan nilai nyeri minimum2 dan nilai maksimum yaitu 5. Hal
ini menunjukkkan adanya penurunan tingkat nyeri haid dari hasil nyeri
rata-rata sebelum 5,22 menjadi 3,39 hasil nyeri rata-rata sesudah diberikan
senam disminore.
Hal ini disebabkan Senam dismenore merupakan salah satu bentuk
olahraga yang merupakan rangkaian gerakan secara dinamis yang
dilakukan untuk mengurangi keluhan nyeri saat haid. Gerakan yang terdiri
dari derakan pemanasan, gerakan inti, gerakan pendinginan, dan dapat
dikerjakan secara mandiri, berkelompok atau dengan bantuan dengan
instruktur. Tujuan senam dismenore, untuk membantu mengurangi
keluhan nyeri pada saat menstruasi dan membantu remaja putri untuk
rileks dalam menurunkan nyeri haid.
Selaras dengan hasil Penelitian dengan judul “Pengaruh senam
dismenore terhadap perubahan dismenore primer pada siswi kelas XI MA-
MU kedungpanji mangetan” juga menjelaskan bahwa senam dismenore
secara teratur merangsang produksi endorphin dari otak, endorphin
merupakan hormone yang dihasilkan oleh kelenjar ptituari yang dapat
memberikan perasaan tenang dan daya terhadap ntyeri, sehingga dapat
menurunkan skala nyeri(80).
2. Tingkat nyeri haid sebelum dan sesudah dilakukan Yoga pada siswa yang
mengalami nyeri haid di SMA NU Hasyim Ashari Panunggalan
80
81
memberikan pemahaman dan latihan terkait senam disminore dan yoga, hal ini
karena terbatasya waktu peneliti. Peneliti juga mengalami keterbatasan dalam
mengidentifikasi penyebab nyeri haid dari responden.
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengumpulan, pengolahan dan analisa data penelitian, maka
peneliti dapat menyimpulkan dari hasil peneliti ini sebagai berikut :
1. Hasil nyeri rata-rata sebelum senam disminore yaitu 5,22, dengan standar
deviasi 0,732, sedangkan nilai nyeri minimum 4 , maksimum 6 dan nilai
median 5. Hasil nyeri rata-rata sesudah dilakukan senam disminore
yaitu3,39 dengan standar deviasi 0,916, sedangkan nilai nyeri minimum 2,
nilai maksimum 5 dan nilai median 4.
2. Hasil nyeri rata-rata sebelum yoga yaitu 5,11 dengan standar deviasi
0,758, sedangkan nilai nyeri minimum 4 , maksimum 6 dan nilai median
5. Hasil nyeri rata-rata sesudah dilakukan yoga yaitu 2,22 dengan standar
deviasi 0,647, sedangkan nilai nyeri minimum 1, nilai maksimum 3 dan
nilai median 2
3. Terdapat perbedaan nyeri haid sebelum dan sesudah diberikan senam
disminore di SMA NU Hasyim Ashari Panunggalan.P value 0,000 (<
0,05).
4. Terdapat perbedaan nyeri haid sebelum dan sesudah diberikan Yoga
terhadap nyeri haid di SMA NU Hasyim Ashari Panunggalan P value
0,000 (< 0,05).
5. Ada perbedaan antara senam disminore dan yoga dalam menurunkan nyeri
haid di SMA NU Hasyim Ashari Panunggalan P value 0,000 (< 0,05).
6. Yoga lebih efektif menurunkan nyeri haid dibandingkan dengan senam
disminore. Mean rank senam disminore 24,39 dan Yoga 12,61.
W. Saran
Beberapa saran yang dapat disampaikan berdasarkan hasil penelitian ini
yaitu :
1. Bagi Sekolah
85
86
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
.
32
.
33
34
35
36
37
.
38
39
40
41
.
42
.
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
.
54
55
56
57
58
59
60
61
62
63
64
.
65
66
.
67
68
69
.
70
71
.
72
73
74
75