Anda di halaman 1dari 6

UU.Hamidy, Jagad Melayu Dalam Linrasan Budaya Di Riau, Bilik Kreatif Press, Pekanbaru, 2009, hlm. 4.

H. Idris Djakfar, Menguak Tabir Prasejarah Di Alam Kerinci, Pemerintah Kabupaten Kerinci, Jambi, 2001, hlm.
27.
Pengaturan mengenai keberadaan dan hak-hak masyarakat hukum adat di Indonesia terdapat di
dalam UUD 1945, undang-undang dan peraturan perundang-undangan lainnya. Hal ini
menunjukan bahwa keberadaan dan hak-hak masyarakat hukum adat telah diterima dalam
kerangka hukum yang berlaku di Indonesia.

Dalam penjelasan UUD 1945 dituliskan bahwa:

“Dalam territoir Negara Indonesia terdapat lebih kurang 250 zelfbesturende landchappen dan
volksgemenschappen, seperti desa di Jawa dan Bali, negeri di Minangkabau, dusun dan marga di
Palembang dan sebagainya. Daerah-daerah itu mempunyai susunan asli, dan oleh karenanya
dapat dianggap sebagai daerah yang bersifat istimewa.

Negara Republik Indonesia menghormati kedudukan daerah-daerah istimewa tersebut dan segala
peraturan negara yang mengenai daerah-daerah itu akan mengingati hak-hak asal-usul daerah
tersebut.”

Setidaknya terdapat tidak tiga ketentuan utama dalam UUD 1945 yang dapat menjadi dasar bagi
keberadaan dan hak-hak masyarakat hukum adat. Tiga ketentuan tersebut yaitu Pasal 18B ayat
(2), Pasal 28I ayat (3) dan Pasal 32 ayat (1) dan ayat (2) UUD 1945.

Hak-hak masyarakat hukum adat dalam peraturan perundang-undangan

a. Hak untuk mengatur dan mengurus diri sendiri

b. Hakulayat

c. Hakindividual
Masyarakat hukum adat adalah sekelompok orang yang terikat oleh tatanan hukurn adatnya
sebagai warga bersama suatu persekutuan hukum karena kesamaan tempat tinggal (geograjs)
ataupun atas dasar keturunan (geneologis). Masyarakat hukum adat dapat dipahami sebagai
komunitas manusia yang menghadapi berbagai keterbatasan untuk dapat menjalani kehidupan
sebagaimana masyarakat pada umurnnya. Komunitas masyarakat hukum adat mendiami daerah-
daerah yang secara geograjs relatif sulit dijangkau, seperti: pegunungan, hutan, lembah, muara
sungai, pantai dan pulau-pulau kecil. Sebagian dari mereka tidak memiliki tempat tinggal tetap,
hidup berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lain atau nomaden. Masyarakat hukum adat
menjalankan kehidupannya dengan cara-cara yang sangat sederhana, dan jenis kegiatan ekonomi
yang ditekuninya seperti pertanian, nelayan, berburu dan berburu. Mereka mengalami
keterbatasan untuk dapat mengakses pelayanan sosial, ekonomi dan politik. Kondisi masyarakat
hukuni adat saat ini terancam baik itu hak atas tanah maupun hak atas budaya, sehingga
pemulihan hak mereka menjadi kebutuhan yang mendesak.

Masyarakat hukum adat mempunyai dasar dan bentuk, di Indonesia masyarakat hukum adat
terdiri dari dua golongan menurut dasar susunannya, yaitu yang berdasarkan pertalian suatu
keturunan (genealogis) dan yang berdasarkan lingkungan daerah (geologis), ditambah dengan
susunan yang didasarkan pada kedua dasar ter~ebutM.~a~syarakat hukum adat dari sudut
bentuknya ada yang berdiri sendiri, menjadi bagian dari masyarakat hukum adat yang lebih
tinggi atau mencakup beberapa masyarakat hukum adat yang lebih rendah, serta merupakan
perserikatan dari beberapa masyarakat hukurn adat yang sederajat. Masing-masing bentuk
masyarakat hukurn adat tersebut, dapat dinamakan sebagai masyarakat hukum adat yang tunggal,
bertingkat dan berangkai.66

Masyarakat hukum adat Suku Sakai berdasarkan pertalian keturunan (genealogis) dan juga
berdasarkan teritorial (geofraJis). Pertalian keturunan mereka membentuk suatu perbatinan dan
pertalian teritorial mereka membentuk kampung-kampung dalam wilayah hak ulayat.

masyarakat hukum adat Suku Sakai sekarang di Kabupaten Siak dan Kabupaten Bengkalis,
provinsi Riau. Penelitian dengan penekanan pada tujuan peraturan perundang-undangan dan
kebijakan pemerintah. Norma hukum yang diteliti dalam kaitannya dengan penyerahan
kewenangan hak menguasai negara atas pengelolaan sumber daya alam dan perlindungan
konstitusional terhadap hak- hak konstitusional masyarakat hukum adat Suku Sakai.

Penelitian dengan melakukan pengkajian suatu konsepsi ilmu hukum, khususnya ilmu
hukum ,konstitusi dan perlindungan hak-hak konstitusional masyarakat hukum adat Suku Sakai.
Pemulihan terhadap hak ulayat mereka yang telah diambil secara tidak adil dalam aktivitas
pembangunan nasional. Penelitian diperkaya oleh kajian politik dan filsafat. Penelitian ini
mengkaji sejauh mana hukum positif tertulis yang ada itu tidak bertentangan dengan hak-hak
konstitusional masyarakat hukum adat.
sebelum negara kesatuan Republik Indonesia ini berdiri, telah hidup masyarakat hukum adat
dengan wujud kesatuan sosial khas-nya masing-masing yang terns-menerus melembaga,
sehingga menjadi suatu kebudayaan lengkap dengan tatanan aturan tingkah lakunya.

94Sebagai contoh adalah masyarakat Hukum Adat Suku Sakai yang hidup di kabupaten Siak dan kabupaten
Bengkalis, Provinsi Riau, eksistensi mereka dibuktikan oleh buku yang ditulis oleh Moszkowski, seorang
anthropolog berkebangsaan Jerman, pada tahun 1911

Secara empiris mereka mendiami daerah yang secara geografis terpencil dan sulit dijangkau,
tidak terjangkau oleh pelayanan sosial dasar, dan sumber kehidupannya sangat bergantung pada
alam. Masyarakat hukum adat hidup dalam berbagai keterbatasan untuk memenuhi kebutuhan
sosial dasar, seperti sandang, pangan, tempat tinggal, kesehatan dan pendidikan. Mereka
mengkonsumsi makanan jauh dari strandar gizi yang diajurkan, memakai pakaian yang tidak
pantas, menempati rumah yang tidak layak huni, kesehatan yang memburuk dan tidak bisa
berpartisipasi dalam pendidikan. Keterbatasan masyarakat hukum adat untuk memenuhi
kebutuhan sosial dasar tersebut, sehingga mereka mengalami hambatan untuk dapat menjaga
kelangsungan hidupnya atau angka kematian pada mereka relative cukup tinggi. Dalam kondisi
yang senantiasa diliputi keterbatasan tersebut, masyarakat hukum adat dihadapkan dengan
berbagai permasalahan, seperti semakin berkurangnya ruang gerak mereka disebabkan
menyempitnya tanah ulayat yang pindah ke tangan inverstor. Masyarakat hukum adat rentan
menjadi korban eksploitasi dan atau perdagangan manusia untuk kepentingan pengusaha hutan.

Masyarakat hukum adat suku Sakai di samping memiliki hak-hak ulayat juga mempunyai sistem
nilai yang hidup dalam kehidupannya. Aktivitas kehidupan mereka yang merupakan kebiasan
dan tradisi dari para leluhur, yang mewarisi pekerjaan berladang dan berburu binatang hutan dan
mencari ikan di anak-anak sungai yang ada di tengah hutan belantara. Wilayah yang merupakan
sumber kehidupan mereka inilah yang menjadi hak ulayat masyarakat hukum adat suku Sakai,
dapat diartikan bahwa masyarakat hukum adat suku Sakai masuk dalam kategori masyarakat
hukum adat, yang oleh Undang-Undang Nomor 5 tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-
Pokok Agraria, yang masih tetap diakui dan dihormati serta dilindungi hak ulayat mereka
terutarna sebagaimana yang diatur dalarn Pasal 3 dan Pasal5.

SejarahMasyarakatHukumAdatSukuSakai

Suku Sakai yang berdomisili di Propinsi Riau umumnya diperkirakan telah eksis dan
mengembara semenjak akhir tahun 1300 Masehi. Masyarakat hukum adat Suku Sakai merupakan
cikal-bakal orang asli melayu (indigenous tribe),yang telah mengembara antara tahun 2500-1500
Sebelum Masehi,

Masyarakat hukum adat suku Sakai masih terpisah dari masyarakat kebanyakan, baik dalam ha1
pemukiman maupun dalam budaya atau sektor kehidupan lainnya. Keadaan ini mengakibatkan
mereka amat ketinggalan dalam bidang pendidikan, sehingga kemajuan kehidupan mereka
sangat lambat ~eka1i.I~~

Masyarakat hukum adat suku Sakai di Provinsi Riau yang sebagian dari mereka masih hidup
sebagai satuan masyarakat terpencil yang jauh dari pusat- pusat dan jaringan-jaringan kegiatan
sosial, ekonomi dan politik. Secara umum,

Masyarakat hukum adat suku Sakai di samping memiliki hak-hak ulayat juga mempunyai sistem
nilai yang hidup dalam kehidupannya. Alctivitas kehidupan mereka yang merupakan kebiasan
dan tradisi dari para leluhur, yang mewarisi pekerjaan berladang dan berburu binatang hutan dan
mencari ilcan di

anak-anak sungai yang ada di tengah hutan belantara. Wilayah yang menyakan sumber
kehidupan mereka inilah yang menjadi hak ulayat masyarakat hukum adat suku Sakai, dapat
diartikan bahwa masyarakat hukum adat suku Sakai masuk dalam kategori masyarakat hukum
adat, yang oleh Undang-Undang Noinor 5 tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok
Agraria, yang masih tetap diakui dan dihorrnati serta dilindungi hak ulayat mereka terutama
sebagaimana yang diatur dalam Pasal 3 dan Pasal5.

CONTOH KONFLIK

PENGAKUAN DAN PERLINDUNGAN HAK-HAK KONSTITUSIONAL


MASYARAKAT HUKLTM ADAT SUKU SAKAI OLEH NEGARA YANG
MENGAKIBATKAN TERJADINYA KONFLIK PENGELOLAAN PERTAMBANGAN
MINYAK DAN GAS BUMI, KEHUTANAN DAN PEFUWBUNAN ANTARA
MASYARAKAT HUKUM ADAT SUKU SAKAI DENGAN INVESTOR

Hak-hak tradisional masyarakat hukum adat Suku Sakai belum mendapatkan pengakuan dan
perlindungan oleh sistem hukum di Indonesia, ha1 ini tergambar ketika hutan di wilayah ulayat
masyarakat hukum adat suku Sakai dirubah menjadi Hak Penguasaan Hutan (HPH), Hutan
Tanaman Industri (HTI), Perkebunan dan Wilayah Kerja Pertambangan (WKP) Migas baik oleh
investor domestik maupun investor asing. Namun semua itu tidak membawa dampak terhadap
peningkatan taraf hidup masyarakat hukum suku Sakai.

Pasal 26 Deklarasi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Hak Masyarakat Hukum Adat;

Pasal26
1. Masyarakat adat memiliki hak atas tanah-tanah, wilayah-wilayah dan

sumber daya-sumber daya yang mereka miliki atau duduki secara tradisional atau
sebaliknya tanah-tanah, wilayah-wilayah dan sumber daya-sumber daya yang telah
digunakan atau yang telah didapatkan.

2. Masyarakat adat memiliki hak untuk memiliki, menggunakan, mengembangkan dan


mengontrol tanah-tanah, wilayah-wilayah dan sumber daya-sumber daya yang mereka
miliki atas dasar kepemilikan tradisional atau penempatan dan pemanfaatan secara
tradisional lainnya, juga tanah-tanah, wilayah-wilayah dan sumber daya-sumber daya
yang dimiliki dengan cara lain.

Wilayah ulayat masyarakat hukum adat suku Sakai telah berubah menjadi kawasan Hutan
Tanaman Industri dan Perkebunan, sementara dari dua kegiatan tersebut masyarakat hukum adat
suku Sakai tidak mendapatkan apa-apa. Kehidupan masyarakat hukum adat suku Sakai sekarang
sudah termajinalkan di tengah-tengah masyarakat pendatang. Eksistensi masyarakat hukum adat
suku Sakai sekarang ini sulit untuk memenuhi kriteria yang ditentukan oleh peraturan peundang-
undangan.

Anda mungkin juga menyukai