Anda di halaman 1dari 4

TRADISI NYAKAN DIWANG

DI DESA PAKRAMAN BANJAR

OLEH
NAMA KELOMPOK 4
1. Komang Selly Matalia (35)
2. Kadek Dwi Sintia Larasati (23)
3. Komang Tri Sintia Anjarwati (36)
4. Komang Fifin Juliantini (29)
5. Ketut Suriani (25)

PEMERINTAH PROVINSI BALI


DINAS PENDIDIKAN KEPEMUDAAN OLAHRAGA
SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 2
SINGARAJA
TAHUN AJARAN 2023/2024
TRADISI NYAKAN DIWANG DI DESA PAKRAMAN BANJAR

Budaya Kearifan Lokal adalah pandangan hidup suatu masyarakat di wilayah tertentu
mengenai lingkungan alam tempat mereka tinggal. Pandangan hidup ini biasanya adalah
pandangan hidup yang sudah berurat akar menjadi kepercayaan orang orang di wilayah
tersebut selama puluhan bahkan ratusan tahun. Seluruh bali memiliki Budaya Kearifan Lokal
masing masing dari adat istiadat, tradisi, dan lain lain. Tradisi Nyakan Diwang salah satu
Budaya Kearifan Lokal yang dilakukan setelah Hari Raya Nyepi (Upacara Ngembak Gni).
Tradisi Nyakan Diwang dilaksanakan di daerah tertentu seperti Desa Banjar, Pakraman
Busungbiu,Gobleg.

gambar 1.1 Nyakan Diwang

Tradisi Nyakan Diwang merupakan salah satu Tradisi yang ada di Desa Pakraman
Banjar, Tradisi ini dapat Juga diartikan sebagai suatu Tradisi dimana masyarakat nya
melakukan kegiatan memasak di luar dapur untuk lebih tepatnya lagi dilakukan di pinggir
Jalan yakni di depan rumah masing-masing keluarga Munculnya Tradisi Nyakan Diwang ini
tanpa adanya bukti-bukti yang jelas dan sudah ada sejak zaman Leluhur terdahulu di desa
Pakraman Banjar. Bahwa Tradisi nyakan Diwang Merupakan rangkaian dari perayaan Hari
Raya Nyepi, tetapi dalam pelaksanaanya Tradisi ini dilakukan Pada saat ngembak Gni atau
sehari Setelan hari Raya Nyepi berlangsung. Tradisi ini dilaksanakan Sebagai bentuk
pembersihan rumah terutama Penyapian dapur di Setiap keluarga yang ada di Desa Pakraman
Banjar.
Masyarakat Desa Pakraman Banjar melaksanakan Tradisi Nyakan Diwang ini selain
karena memang sudah merupakan Tradisi Secara turun-temurun yang di tinggalkan. oleh
Leluhur terdahulu juga disebabkan karena adanya Suatu kepercayaan atau keyakinan dari
masyarakat bahwa dengan melaksanakan Tradisi ini seluruh anggota keluarga atau Krama
Desa Banjar lainnya akan terbebas dari letah (kotor). Sebelum hari raya Nyepi berlangsung
Semua masyarakat yang beragama Hindu melaksanakan upacara-upacara yang terkait dengan
Brata Penyepian. Salah satu upacara yang selalu dilaksanakan adalah dengan melaksanakan
upacara pecaruan (mabuu-buu) yang dilaksanakan pada saat tilem kesanga atau sehari
Sebelum Nyepi, saat tilem kesanga inilah merupakan pembersiten kembali alam semesta baik
Bhuana Agung maupun Bhuana Alit sendiri melalui upacara pecaruan yang bertujuan Untuk
Pembersihan alam / lingkungan Sekitar.

gambar 1.2 Proses membuat api dari kayu bakar/tungku

Berdasarkan hasil wawancara dari bapak Kelian desa Putu Supendra Bahwa prosesi
pelaksanan Tradisi Nyakan Diwang selalu dikaitkan dengan Rangkaian Pelaksanaan Hari
Raya Nyepi. Dalam tahap persiapan tradisi Nyakan Diwang, masyarakat Desa Pakraman
Banjar yang beragam Hindu melakukan persiapan untuk melaksanakan Tradisi ini persiapan
yang dilakukan Para kaum laki-laki bertugas membuat / mempersiapkan Hungku dan kayu
bakar yang akan dipakai untuk memasak.
Para kaum perempuan atau Ibu-Ibu akan menyiapkan air, Beras, dan peralatan memasak
yang akan diperlukan Selama Tradisi berlangsung. Dalam persiapannya masyarakat tidak
mau menggunakan kompor modern, hal ini disebabkan karena masyarakat tidak mau
merubah tradisi yang sudah ada yang teban diturunkan oleh Leluhur nya kepada mereka, jadi
masyarakat selalu menggunakan Jalika untuk memasak selama tradisi ini berlangsung.
Pada Pelaksanaan Ngembak Gni dilaksanakan keesokan hari setelah nyepi. hari ini
digunakan untuk malaksanakan dharma Santhi baik dilingkungan keluarga ataupun
masyarakat. Pada saat Ngembak Gni inilah masyarakat desa Pakraman banjar melaksanakan
Tradisi Nyakan Diwang yang dalam pelaksanaanya tidak ada persiapan khusus, hanya saja
mempersiapkan peralatan memasak dan dapur tradisional (pawon). Krama Desa Pakraman
Banjar. Jadi dalam
Pelaksanaanya tidak menggunakan Banten banten ataupun Ritual tertentu. Pelaksanaan
Tradisi Nyakan Diwang ini dimulai pada pukul 05.00 dini hari semua masyarakat Pakraman
Banjar tanpa diarahkan sudah tahu apa yang harus dilakukan namun apabila ada masyarakat
yang memang sengaja atau dalam artian malas dalam mengikuti pelaksanaan tradisi nyakan
diwang ini bahkan berkali kali tidak mengikuti maka akan diberikan teguran oleh Prajuru
desa setempat dan akan dikenakan Sanksi berupa dedosan atau de dandaan (denda) sesuat
dengan paruman brama alata
Dalam pelaksanaan Tradisi Nyakan Diwang, setelah melalui beberapa
tahapan,Pelaksanaan Tradisi ini adalah untuk kegiatan memasak diakhiri Sekitar pukul 07.00
yang dila lanjutkan dengan beristirahat Sambil berkumpul bersama menghidangkan dan
menyantap masakan yang telah dimasak bersama keluarga maupun krama lainnya. Setelah itu
sekitar pukul 08.00 yang ditandai dengan suara kul kul yang dinamakan dengan ngembak
kul-kul apisan Semua warga sudah boleh melakukan aktivitas lain. pada intinya pada
ngembak kul-bul apisan semua warga sudah boleh berberes -beres membersihkan dan
memindahkan Peralatan yang digunakan pada saat mamasak, namun Semua para Desa
Pakraman Banjar belum boleh keluar dari wilayah desa Pakraman Banjar apalagi melakukan
aktifitas dengan menggunakan sepeda motor maupun kendaraan lainnya. Kemudian setelah
semua Selesai sekitar pukul 10.00 yang ditandai dengan disebut bunyi kul -kul yang kedua
atau yang bale kul -kul kakalih jalanjalan di Desa Pakraman Banjar sudah mulai dibuka dan
masyarakat pun sudah boleh beraktifitas di luar maupun di wilayah desa seperti biasanya.
Tradisi Nyakan Diwang dapat juga diartikan sebagai suatu Tradisi yang masyarakatnya
melakukan kegiatan memasak di luar dapur untuk lebih tepatnya lagi di pinggir-pinggir jalan
tepat di depan rumah masing-masing keluarga.
Tradisi Nyakan Diwang merupakan rangkaian dari perayaan Hari Raya Nyepi, namun
dalam hal pelaksanaannya tradisi ini dilakukan pada saat Ngembak Gni atau sehari setelah
Hari Raya Nyepi berlangsung. Tradisi ini dilaksanakan sebagai bentuk pembersihan rumah
terutama penyepian dapur di setiap keluarga yang ada di Desa Pakraman Banjar. Tradisi
Nyakan Diwang ini diyakini dan dipercaya oleh masyarakat bahwa dengan melaksanakan
Tradisi ini seluruh anggota keluarga dan masyarakat lainnya yang melaksanakan akan
terbebas dari leteh (kotor), selain itu juga dimanfaatkan untuk lebih memupuk rasa tali
persaudaraan antara sesama krama Desa Pakraman Banjar. Tradisi Nyakan Diwalng ini masih
dilaksanakan setiap Hari Raya Nyepi di Upacara Ngembak Gni.

Anda mungkin juga menyukai