Anda di halaman 1dari 28

2

terdapat pada air terutama pada air sumur gali tentunya ini mendapatkan perhatian

khusus untuk diteliti lebih lanjut. Dari latar belakang yang telah dipaparkan diatas

yakni air sumur gali yang diduga mengandung Besi dikawasan tersebut

menggunakan air sumur gali. Maka peneliti tertarik untuk manganalisis Kadar

Besi bahwa terdapat beberapa air sumur gali yang mengandung Besi. Berdasarkan

pengamatan dari peneliti dapat dilihat bahwa air sumur gali di Desa Damuli

Kebun Kabupaten Labuhan Batu Utara memiliki ciri-ciri fisik antara lain airnya

berwarna kuning kecoklatan, berbau, dan berasa. Semakin sering masyarakat

menggunakan sumur gali mendapat informasi bahwa masyarakat dapat

mengalami gangguan kesehatan seperti dapat merusak dinding usus, terjadinya

iritasi pada mata dan kulit, juga menimbulkan bau yang kurang enak serta

menyebabkan warna kuning pada dinding bak dan bercak-bercak kuning pada

pakaian.

Kandungan besi dalam air yang melebihi batas dapat menimbulkan efek

negatif seperti menyebabkan bau, warna kuning pada air, pengendapan pada pipa,

dan dapat menimbulkan penyakit (Soemirat,2007).

Kandungan kadar besi dalam air standart sesuai dengan Peraturan Menteri

Kesehatan RI NO.416/MENKES/PER/IX/1990 tentang syarat-syarat dan

pengawasan kualitas air minum syarat kadar besi yang diperbolehkan 0,3 mg/L.

Maka berdasarkan hal-hal tersebut, maka penulis ingin melakukan

penelitian dengan judul “Penentuan Kadar Besi Pada Air Sumur Gali Di Desa

Damuli Kebun Kecamatan Kualuh Selatan Kabupaten Labuhan Batu Utara Tahun

2019”.
3

Menggunakan metode spektrofotometri serapan atom (SSA). Metode ini

dipilih karena mempunyai sensitifitas tinggi dalam analisis besi mudah,

sederhana, dan cepat.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka rumusan masalah

dalam penelitian ini apakah kadar besi pada air sumur gali di Desa Damuli Kebun

Kecamatan Kualuh Selatan Kabupaten Labuhan Batu Utara Kadar Besi sudah

sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan RI No.416/MENKES/PER/IX/1990.

1.3. Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui ada berapa kadar besi pada air sumur gali penduduk

Desa Damuli Kebun Kecamatan Kualuh Kabupaten Labuhan Batu Utara.

1.4. Manfaat penelitian

1) Bagi Peneliti

Sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan program studi DIPLOMA III

di Analis Kesehatan Universitas Sari Mutiara Indonesia.

2) Bagi Masyarakat

Sebagai bahan informasi kepada masyarakat untuk mengetahui tentang

kadar besi pada air sumur gali, terutama masyarakat di Desa Damuli

Kebun Kecamatan Kualuh Selatan Kabupaten Labuhan Batu Utara.

3) Bagi Pendidikan

Sebagai bahan bacaan di perpustakaan Analis Kesehatan Sari Mutiara

Indonesia.
4
5

2.1.1. Sumber Air

Berdasarkan sumber atau asalnya air yang ada dibumi dapat

diklasifikasikan atas air hujan, air permukaan, dan air tanah.

 Air Hujan

Air hujan merupakan sumber utama air di bumi. Walaupun pada saat

presitipasi merupakan air yang paling bersih, air tersebut cenderung mengalami

pencemara ketika berada di atmosfer. Pencemaran yang berlangsung di atmosfer

itu dapat di sebabkan oleh partikel debu, mikroorganisme, dan gas.

 Air Permukaan

Air permukaan yang meliputi Badan-badan air semacam air sungai, danau,

telaga, waduk, rawa, terjun dan sumur permukaan, sebagian berasal dari air hujan

yang jatuh ke permukaan bumi. Air hujan tersebut kemudian akan mengalami

pencemaran baik oleh tanah, sampah, maupun lainnya.

 Air Tanah

Air tanah(ground water) berasal dari air hujan yang jatuh ke permukaan

bumi yang kemudian mengalami perkolasi atau penyerapan ke dalam tanah dan

mengalami proses filtrasi secara alamiah. Sebagian air hujan yang mencapai

permukaan bumi dan menyerap ke dalam lapisan tanah dan menjadi air tanah.

Sebelum mencapai lapisan tempat air tanah, air hujan akan menembus beberapa

lapisan tanah dan menyebabkan terjadinya kesadahan pada air (hardness of water).

Kesadahan pada air ini menyebabkan air mengandung zat-zat mineral dalam

konsentarsi. Zat-zat mineral tersebut, antara lain kalsium, magnesium dan logam
6

berat seperti Fe dan Mn, akibatnya apabila kita menggunakan air sadah untuk

mencuci, sabun yang kita gunakan tidak ada berbusa dan bila diendapkan akan

terbentuk endapan semacam kerak (Chandra Budiman,2006).

Air tanah disebut juga air tawar karena tidak terasa asin, berdasarkan

lokasi air maka air tanah dapat dibagi dalam dua bagian, yaitu:

1. Air permukaan tanah

2. Air jauh dari permukaan air tanah

Air permukaan tanah adalah air sungai, rawa-rawa, danau, waduk(buatan).

Air jauh dari permukaan tanah adalah air yang disimpan didalam lapisan tanah

termasuk air tanah ada sumur gali dan sumur bor.

2.1.2. Sifat Air

Sifat air yang penting dapat digolongkan kedalam sifat Fisis, Kimiawi,

Dan Biologis.

1. Sifat Fisis

Pengamatan pencemaran air berdasarkan tingkat kejernihan air

(kekeruhan), perubahan suhu air, perubahan rasa dan warna.

2. Sifat Kimiawi

Pengamatan pencemaran air berdasarkan zat kimia yang terlarut dan

perubahan PH.

3. Sifat Biologis
7

Pengamatan pencemaran air berdasarkan mikroorganisme yang ada

didalam air, terutama ada-tidaknya bakteri pathogen (Wardhana wisnu

arya, 2004).

2.1.3. Syarat Air Bersih

Untuk menjamin bahwa suatu sistem penyediaan air minum adalah aman,

higienis dan baik serta dapat diminum tanpa kemungkinan dapat menginfeksi para

pemakai air maka haruslah terpenuhi suatu persyaratan kualitasnya.

Air minum selain harus bebas dari zat yang berbahaya bagi kesehatan,

juga harus menarik rasa dan baunya. Berdasarkan Sk Menkes RI No.

907/Menkes/SK/VII/2002 Tentang syarat-syarat dan pengawasan kualitas air

minum.

Adapun syarat kualitas air minum adalah:

1) Persyaratan Bakteriologis

Parameter persyaratan bakteriologis adalah jumlah maksimum E.coli atau

total bakteri coliform per 100 ml sampel, Persyaratan tersebut harus

dipenuhi oleh air minum, air yang masuk sistem distribusi dan air pada

sistem distribusi.

2) Persyaratan Kimiawi
8

Dalam hal ini yaitu tidak adanya kandungan unsure atau zat kimia yang

berbahaya bagi manusia. Keberadaan zat kimia berbahaya harus ditekan

seminimal mungkin.

3) Persyaratan Radioaktivasi

Persyaratan radioaktivasi membatasi kadar maksimum aktivitas alfa dan

beta yang diperbolehkan terdapat di dalam air minum.

4) Persyaratan Fisik

Parameter dalam persyaratan fisik untuk air minum yaitu warna, rasa dan

bau, temperatur, serta kekeruhan (Joko Tri, 2010).

2.2. Sumur Gali

Sumur gali adalah satu konstrituksi sumur yang paling umum dan meluas

dipergunakan untuk mengambil air tanah bagi masyarakat kecil dan rumah-rumah

perorangan sebagai air minum dengan 7-10 meter dari permukaan tanah. Sumur

gali menyediakan air yang berasal dari lapisan tanah yang relative dekat dari

permukaan tanah, oleh karena itu dengan mudah terkontaminasi.

Diameter sumur gali antara 0,8-1 meter, kedalaman 8 meter sumur gali

tergantung lapisan tanah, ketinggian dari permukaan air laut, ada tidaknya air

bebas dibawah lapisan tanah.

2.2.1. Syarat Lokalisasi Sumur Gali


9

1. Untuk menghindari pengotoran yang harus diperhatikan adalah jarak

sumur dengan kakus (Wc), lubang galian sampah dan sumber pengotoran

lainnya. Pada umumnya jarak tidak kurang dari 10 meter.

2. Jangan dibuat tanah rendah yang mungkin terendam bila banjir

3. Sumur harus diberi penutup agar air sumur tidak terkontaminasi dari

udara.

4. Lubang sumur berdiameter kira-kira 1 meter.

2.2.2. Karakteristik / Sifat Air Sumur Gali

1. Ketinggian air bebas umumnya sekitar 1-3 meter dari dasar sumur.

2. Ketinggian air bebas bervariasi, jumlah air yang diambil, tergantung

musim.

3. Rasa dan warna air tergantung jenis tanah.

4. Mengandung bakteri cukup banyak.

5. Mudah tercemar oleh karena kelalaian dalam menutup mulut sumur

(J.F. Gabriel,2001).

2.3. Besi

Besi Adalah metal berwarna putih keperakan, liat, dan dapat dibentuk. Di

dalam air minum besi menimbulkan rasa, warna (kuning), pengendapan pada
10

dinding pipa, pertumbuhan bakteri besi, dan kekeruhan. Besi dibutuhkan oleh

tubuh dalam pembentukan hemoglobin. Banyak besi didalam tubuh dikendalikan

pada fase absorbsi. Tubuh manusia tidak dapat mengexkiresikan besi. Karenanya

mereka yang sering mendapat transfusi darah, warna kulitnya menjadi hitam

karena akumulasi besi (Slamet Juli Soemirat, 2013).

2.3.1. Kegunaan Besi Dalam Kehidupan Sehari-hari

Digunakan sebagai campuran untuk membuat paduan logam, misalnya

membuat baja. Serta digunakan untuk membuat logam. Senyawa- senyawa zat

besi digunakan dalam bidang kedokteran untuk pengobatan anemia. Zat besi

murni digunakan sebagai bahan electromagnet (Sunardi, S.Pd,2006).

2.3.2. Kegunaan Besi Dalam Tubuh

Besi yang dalam keadaan reduksi kehilangan 2 elektron memiliki 2 sisa

muatan positif, yaitu bentuk fero. Keadaan teroksidasi besi kehilangan 3 elektron

muatan positif, yaitu bentuk feri. Besi dalam 2 bentuk ion sangat

mengguntungkan sehingga bisa berperan dalam proses respirasi sel serta sebagai

faktor enzim yang terlibat dalam reaksi oksidasi dan reduksi untuk produksi

energi yang terdapat dalam semua sel tubuh. Fero merupakan unsur penting bagi

makhluk hidup.

2.3.3. Besi Memiliki Berbagai Fungsi Dalam Tubuh

1. Sebagai alat angkut oksigen dari paru-paru keseluruh tubuh.

2. Sebagai alat angkut elektron dalam sel.


11

3. Sebagai bagian terpadu dari berbagai reaksi enzim.

4. Pengaruh Besi terhadap kesehatan.

2.3.4. Bahaya Bagi Kesehatan

1. Konsumsi kadar Besi berlebihan berakibat pada meningkatnya feritrin

dan hemosiderin dalam sel parenkim hati.

2. Konsumsi kadar Besi dosis besar akan merusak sel alat pencernaan

secara langsung, lalu besi akan mengikuti peredaran darah. Kerusakan

sel juga meluas pada hati, jantung, dan organ lain. Kadar besi yang

berlebihan antara lain berupa hemokromatosis, dan polisitemia

(Widawati, W.dkk,2008).

2.4. Spektrofotometer Serapan Atom

Metode ini digunakan untuk menentukan kadar besi dalam air dan limbah

dengan menggunakan Spektrofotometer Serapan Atom (SSA) pada kisaran kadar

Fe 0,3 mg/L sampai dengan 10 µg/L pada panjang gelombang 248,3 nm.

2.4.1 Jaminan Mutu

1. Gunakan bahan kimia pro analisis (Pa).

2. Gunakan alat ukur gelas bebas kontaminasi.

3. Gunakan alat ukur yang terkalibrasi.


12

4. Lakukan analisis dalam jangka waktu yang tidak melampaui

penyimpanan maksimum.

2.4.2. Pengendalian Mutu

1. Koefisien kolelasi (r) lebih besar atau sama dengan 0,995 dengan

intersepsi lebih kecil atau sama dengan batas deteksi.

2. Lakukan analisis blanko untuk kontrol kontaminasi.

3. Jika perbedaan persen relative hasil pengukuran hasil pengukuran lebih

besar atau sama dengan 10 % maka dilakukan ketiga.

2.4.3. Kurva Kalibrasi

Grafik yang menyatakan hubungan kadar larutan kerja dengan hasil

pembacaan serapan yang merupakan garis lurus.

A. Definisi Kurva Kalibrasi

Menurut ISO/IEC Guide 17025:2005 dan Vocabulary of International

Metrology (VIM) adalah serangkaian kegiatan yang membentuk hubungan antara

nilai yang ditunjukkan oleh instrumen ukur atau sistem pengukuran, atau nilai

yang diwakili oleh bahan ukur, dengan nilai-nilai yang sudah diketahui yang

berkaitan dengan besaran yang diukur dalam kondisi tertentu.

Dengan kata lain Kalibrasi adalah kegiatan untuk menentukan kebenaran

konvensional nilai penunjukkan alat ukur dan bahan ukur dengan cara

membandingkan terhadap standar ukur yang mampu telusur ke standar nasional


13

maupun internasional untuk satuan ukuran atau internasional dari bahan-bahan

acuan tersertifikasi.

B. Manfaat Kalibrasi

1. Mencapai ketelusuran pengukuran. Hasil pengukuran dapat

dikaitkan/ditelusur sampai ke standar yang lebih tinggi/teliti (standar

primer nasional dan internasional), melalui rangkaian perbandingan

yang tak terputus.

2. Menentukan deviasi (penyimpangan) kebenaran nilai konvensional

penunjukkan suatu instrument ukur.

3. Menjamin hasil-hasil pengukuran sesuai dengan standar Nasional

maupun Internasional.

C. Manfaat Kalibrasi

1. Menjaga kondisi instrumen ukur dan bahan ukur agar tetap sesuai

dengan spesifikasinya.

2. Untuk mendukung sistem mutu yang diterapkan di berbagai industri

pada peralatan laboratorium dan produksi yang dimiliki.

3. Bisa mengetahui perbedaan (penyimpangan) antara harga benar

dengan harga yang ditunjukkan oleh alat ukur.

2.4.4. Pengertian Spektrofotometer Serapan Atom (SSA)


14

Definisi Spektrofotometer Serapan Atom (SSA) adalah suatu teknik

analisis untuk menetapkan konsentrasi suatu unsur (logam) dalam suatu sampel.

2.4.5. Bagian-bagian Pada Alat Spektrofotometer Serapan Atom (SSA)

A. Lampu Katoda

Lampu katoda merupakan sumber cahaya pada (SSA). Memiliki masa

pakai atau umur pemakaian selama 1000 Jam, lampu katoda pada setiap unsure

yang akan diuji berbeda-beda tergantung unsur yang akan diuji, seperti lampu

katoda Cu, hanya bisa digunakan untuk pengukuran unsur Cu. Lampu katoda

terbagi menjadi dua macam, Yaitu;

1. Lampu Katoda Monologam ; Digunakan untuk mengukur 1 unsur

2. Lampu katoda Multilogam ; Digunakan untuk pengukuran beberapa

logam sekaligus, hanya saja harganya lebih mahal.

Soket pada bagian lampu katoda yang hitam, yang lebih menonjol

digunakan untuk memudahkan pemasangan lampu katoda pada saat dimasukkan

kedalam soket (SSA).

Bagian yang hitam ini merupakan bagian yang sangat menonjol dari

keempat besi lainnya. Lampu katoda berfungsi sebagai sumber cahaya untuk

memberikan energi sehingga unsure logam yang akan diuji akan mudah

tereksitasi.
15

Selotip ditambahkan agar ada ruang untuk keluar masuknya gas dari luar

dan keluarnya gas dari dalam, karena bila ada gas yang keluar dari dalam dapat

menyebabkan keracunan pada lingkungan sekitar.

Cara pemeliharaan lampu katoda adalah setelah digunakan maka lampu

dilepas dari soket pada main unit (SSA) dan lampu diletakkan pada tempat

busanya didalam kotaknya lagi, dan dus penyimpanan ditutup kembali, sebaiknya

setelah selesai penggunaan, lamanya waktu penyimpanan dicatat.

B. Tabung Gas

Tabung gas pada (SSA) yang digunakan merupakan tabung gas yang berisi

gas asetilen. Gas asitilen pada (SSA) memiliki kisaran suhu kurang lebih 20000K,

dan ada juga tabung gas yang berisi gas N20 yang lebih panas dari gas asetilen,

dengan kisaran suhu lebih 30000K. Regulator pada tabung gas asetilen berfungsi

untuk pengaturan banyaknya gas yang akan dikeluarkan, dan gas yang berada

didalam tabung. Spedometer pada bagian kanan regulator merupakan pengaturan

tekanan yang berada didalam tabung. Pengujian untuk pendeteksian bocor atau

tidaknya tabung gas tersebut yaitu dengan mendekatkan telinga ke dekat regulator

gas dan beri sedikit air untuk pengecekkan. Bila terdengar suara atau udara maka

menandakan bahwa tabung gas bocor, dan ada gas yang keluar. Hal lainnya yang

bisa dilakukan yaitu dengan memberikan sedikit air sabun pada bagian atas

regulator dan dilihat apakah ada gelembung udara yang terbentuk. Bila ada, maka

tabung gas tersebut positif bocor. Sebaiknya pengecekkan jangan menggunakan

minyak, karena minyak akan dapat menyebabkan saluran gas tersumbat. Gas
16

didalam tabung dapat keluar karena disebabkan didalam tabung pada bagian dasar

tabung berisi aseton yang dapat membuat gas akan mudah keluar, selain gas juga

memiliki tekanan.

C. Ducting

Ducting merupakan bagian cerobong asap untuk menyedot asap atau sisa

pembakaran pada (SSA), Yang langsung dihubungkan pada cerobong asap bagian

luar pada atap bangunan, agar asap yang dihasilkan oleh (SSA) tidak berbahaya

bagian lingkungan sekitar. Asap yang dihasilkan dari pembakaran pada (SSA)

diolah sedemikian rupa didalam ducting agar populasi yang dihasilkan tidak

berbahaya. Cara pemeliharaan ducting yaitu dengan menutup bagian ducting

horizontal, agar bagian atas dapat tertutup rapat, sehingga tidak akan ada serangan

atau binatang lainnya yang dapat masuk kedalam ducting.

Karena bila ada serangan atau binatang lainnya yang masuk kedalam

ducting, masuk dapat menyebabkan ducting tersumbat. Penggunaan ducting yaitu

menekan bagian kecil pada ducting kearah miring, karena bila lurus secara

horizontal, menandakan ducting tertutup. Ducting berfungsi untuk menghisap

hasil pembakaran yang terjadi pada (SSA), dan mengeluarkannya melalui

cerobong asap yang terhubung dengan ducting.

D. Kompresor

Kompresor merupakan alat yang terpisah dengan main unit, karena alat ini

berfungsi untuk mensuplai kebutuhan udara yang akan digunakan oleh (SSA)
17

pada waktu pembakaran atom. Kompresor memiliki 3 tombol pengatur tekanan,

dimana pada bagian yang kotak hitam merupakan tombol ON-OFF, Spedo pada

bagian tengah merupakan besar kecilnya sebagai udara yang akan dikeluarkan,

atau berfungsi sebagai pengatur tekanan, sedangkan tombol yang kanan

merupakan tombol pengatur untuk mengatur banyak sedikitnya udara yang akan

disemprotkan ke burner.

E. Burner

Burner adalah bagian paling terpenting didalam main unit, karena burner

berfungsi sebagai tempat pencampuran gas asetilen, dan aquades, agar tercampur

merata, dan dapat terbakar pada pemantik api secara baik dan merata. Lobang

yang berada pada burner merupakan lobang pemantik api, dimana pada lobang

inilah awal dari proses pengatomisasiannya nyalaan api. Perawatan burner yaitu

setelah selesai pengukuran dilakukan, selang aspirator dimasukkan kedalam botol

yang berisi aquades selama kurang lebih 15 menit, hal ini merupakan proses

pencucian pada aspirator dan burner setelah selesai pemakaian.

Selang aspirator digunakan untuk menghisap atau menyedot larutan

sampel dan standar yang akan diuji. Selang aspirator berada pada bagian selang

yang berwarna orange dibagian kanan burner. Logam yang akan diuji merupakan

logam yang berupa larutan dan harus dilarutkan terlebih dahulu dengan

menggunakan larutan asam nitrat pekat. Logam yang berada didalam larutan, akan

mengalami eksitasi dari energi rendah ke energy tinggi. Nilai eksitasi dari setiap

logam memiliki nilai yang berbeda-beda tergantung pada tingkat konsentrasi


18

logam yang diukur. Bila warna api merah, maka menandakan bahwa terlalu

banyak gas. Dan warna api paling biru, merupakan warna api yang paling baik

dan paling panas, dengan konsentrasi.

F. Buangan Pada Spektrofotometer Serapan Atom (SSA)

Buangan pada spektrofotometer serapan atom disimpan didalam drigen

diletakkan terpisah pada (SSA). Buangan dihubungkan dengan selang buangan

yang dibuat melingkar sedemikian rupa, agar sisa buangan sebelumnya tidak naik

lagi keatas, karena bila hal ini terjadi dapat mematikan proses pengatomisasian

nyala api pada saat pengukuran sampel, sehingga kurva yang dihasilkan dan

terlihat buruk. Tempat wadah buangan (drigen) ditempatkan pada papan yang juga

dilengkapi dengan lampu indikator.

Bila lampu indikator menyala, menandakan bahwa alat (SSA) atau api

pada proses pengatomisasian menyala, dan sedang berlangsungnya proses

pengatomisasian nyala api. Selain papan tersebut juga berfungsi agar tempat atau

wadah buangan tidak tersenggol kaki. Bila buangan sudah penuh, isi didalam

wadah jangan dibuat kosong, tetapi disisakan sedikit agar tidak kering.

2.4.6. Keuntungan Alat Spektrofotometer Serapan Atom (SSA)

Keuntungan alat Spektrofotometer serapan atom dibandingkan dengan

spektrofotometer biasa yaitu spesifik, batas deteksi yang rendah dari larutan yang

sama bisa mengukur unsur-unsur yang berlainan, pengukurannya langsung

terhadap contoh, output, dapat langsung dibaca, cukup ekonomis, dapat


19

diaplikasikan pada banyak jenis unsur, batas kadar penentuan luas (dari ppm

sampai %). Sedangkan kelemahannya yaitu pengaruh kimia dimana (SSA) tidak

mampu menguraikan zat menjadi atom misalnya pengaruh fosfat terhadap Ca,

pengaruh ionisasi yaitu bila atom tereksitasi (tidak hanya disosiasi) sehingga

menimbulkan emisi pada panjang gelombang yang sama, serta pengaruh

matriksnya misalnya pelarut.

2.4.7. Prosedur Alat Spektrofotometer Serapan Atom (SSA)

Pastikan power switch dalam positif OFF, hubungkan steker voltage

regulator dan kompresor ke stop kontak 220 volt. Hidupkan volta, hidupkan

voltage regulato, computer dan exaust system, buka kran gas asetilen/nitrous

oxide dan hidupkan alat Spektrofotometer Serapan Atom (SSA).

Klik program kerja alat (SSA) pada layar monitor sehingga terbuka

lembaran kerja, itu klik method dan pilih unsur yang akan diaalisa catat deretan

larutan standar yang digunakan sesuai unsur yang dipilih. Klik sampel dan

tuliskan kode sampel yang akan dianalisa pada taple sampel, lalu klik analisis

untuk menentukan pemilihan method dan sampel yang sesuai. Klik instrument,

klik property pastikan posisi lampu sudah benar kemudian klik hardware set-up

sesuaikan model, asesoris setting dan communication kembali close.

Klik report pilih apa yang diperlukan untuk pelaporan misalnya grafik dan

sebagainya. Klik result dan gas flows optimation pada sudut kanan atas layar

monitor, pastikan alat sudah dalam keadaan instrument ready pada bawah layar
20

monitor. Hidupkan flame dengan mengklik ignite flame pada gelas flow

optimation atau menekan tombol warna kuning pada alat, lakukan optimati

absorban dari salah satu larutan standart dengan menaikkan atau menurunkan fuel

low pada gas flow optimation dan setelah itu klik perform instrument zero.

Buka lembaran result lakukan analisa dengan mengklik start pada monitor

maka akan bekerja secara otomatis dan pertama dilakukan adalah mengkalibrasi

larutan standart, kemudian analisa sampel. Hasil kasil kalibrasi larutan standart

serta analisa sampel dapat dibaca pada layar monitor. Setelah analisa berakhir

matikan flame dengan menekan tombol kuning pada alat, tutup kran gas

asetilen/nitrous oxide. Klik kembali gas flow optimation dan keluarkan sisa gas

yang ada pada alat dengan mengklik bleed lines berulang kali sehingga sisa gas

benar-benar habis. Hidupkan printer dan cetak laporan hasil analisa dari alat

(SSA). Matikan alat (SSA), computer, kompresor dan voltage regulator serta

cabut steker dari stop kontak.

2.4.8. Komponen Spektrofotometer Serapan Atom (SSA)

A. Sumber Sinar

Sumber sinar biasanya dalam bentuk “hollow cathode” yang memisahkan

spectrum sinar yang akan diserap oleh atom.

B. Nyala Api
21

Nyala api merupakan absorpsi yang menghasilkan sampel berupa atom-

atomnya.

C. Monokromator

Monokromator merupakan untuk mendispersikan sinar dengan panjang

gelombang tertentu.

D. Detektor

Detektor merupakan untuk mengukur intensitas sinar dan memperkuat sinyal.

E. Readout

Readout merupakan yang menunjukkan pembacaan setelah diproses oleh alat

elektronik.

2.4.9. Kerangka Konsep

Air Sumur Gali

Uji Laboratorium

Analisa kadar besi


Dengan metode SSA
Peraturan kadar SNI 0,3
mg/L sampai dengan 10 mg/L
22

Kadar besi 0,3 mg/L menurut


Peraturan Kesehatan RI
No.416/Menkes/per/IX/1990

Memenuhi syarat Yaitu Tidak Memenuhi syarat Yaitu


< 0,3 mg/L > 0,3 mg/L
23

3.3.2. Sampel

Sampel penelitian ini diambil secara random sampling yaitu diambil

secara acak sebanyak 5 sampel dari 5 Rumah pada air sumur gali Di Desa Damuli

Kebun Kecamatan Kualuh Selatan Kabupaten Labuhan Batu Utara.

3.3.3. Cara Pengambilan Sampel

Adapun dalam pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan

sampel yang diambil pada saat satuan waktu yaitu pagi. Adapun cara pengambilan

sampelnya adalah:
24

1. Botol di bersihkan air dengan aqua yang akan diteliti.

2. Ambil sampel air dengan menjatuhkan botol kedalam air sumur dengan

kedalaman tertentu, yaitu pada permukaan air, bagian tengah air dan

dasar sumur.

3. Setiap kali pengambilan air dari masing-masing kedalaman lalu campur

selanjutnya ambil 1 liter sebagai sampel air yang akan di periksa.

4. Lalu tutup mulut botol, buat label pada setiap botol.

5. Sampel dibawa ke laboratorium untuk diperiksa.

3.4. Cara Pengumpulan Data

3.4.1. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penentuan kadar Besi pada

sampel air sumur gali Di Desa Damuli Kebun Kecamatan Kualuh Selatan

Kabupaten Labuhan Batu Utara adalah metode Spektrofotometer Serapan Atom.

3.4.2. Prinsip Penelitian

Contoh air dan ditambahkan 5 ml asam nitrat pekat kemudian dilanjutkan

dengan pemanasan yang bertujuan untuk melarutkan analisa besi dan

menghilangkan zat-zat penganggu, selanjutnya diukur serapannya dengan SSA

tungku karbon dengan gas asetilena sebagai gas pembawa. Karena pada umumnya

mengandung beberapa komponen pencemar seperti senyawa organik, logam

berat,dan bahan-bahan lainnya.

3.4.3. Alat Dan Bahan


25

Alat-alat dan bahan yang digunakan adalah:

a. Spektrofotometer serapan atom.

b. Alat pemanas.

c. Labu ukur 50 ml, 100 ml, 1000 ml.

d. Gelas piala 100 ml.

e. Pipet volumetri 1,0 ml, 2,0 ml, 5,0 ml, dan 10,0 ml.

f. Gelas ukur 100 ml.

g. Pipet ukur 10 ml.

h. Alat penyaring.

i. Kertas saring.

j. Botol untuk tempat bahan.

3.4.4. Reagensia Yang Digunakan Untuk Analisa Besi

a. Asam Nitrat (HNO3) pekat.

b. Air bebas logam.

3.4.5. Prosedur Analisa

A. Cara Kerja Sampel Terlarut

 Dimasukkan sampel air sumur gali yang telah disaring sebanyak 50 ml

kedalam setiap labu Erlenmeyer 250 ml yang telah disiapkan sebanyak 5

labu Erlenmeyer lalu tambahkan reagensia HNO3 pekat sebanyak 5 ml

pada masing-masing sampel dan panaskan sampai volumenya tinggal

±15-20 ml lalu angkat dinginkan.


26

 Kemudian tambahkan masing-masing aquadest 100 ml pada setiap labu

Erlenmeyer yang berisi sampel setelah itu saring satu persatu kedalam

setiap labu Erlenmeyer.

 Lalu masukkan kedalam alat Spektrofotometer Serapan Atom (SSA).

 Baca dan tuliskan.

3.4.6. Cara Kerja Blanko

1. Pipet 50 ml air sumur gali lalu campurkan 100 ml Aquadest dan panaskan

sampai sisa volumenya 15-20 ml.

2. Setelah itu angkat lalu diginkan.

3. Kemudian blanko siap diukur.

3.4.7. Pembuatan Larutan Standart Besi

1. Larutan standart besi dari 1000 ppm, dipipet 10 ml masukkan kedalam labu

ukur 250 ml lalu addkan dengan aquadest sebanyak 100 ml.

2. Dipipet 0,5 ml, 1,0 ml, 2,0 ml, 4,0 ml dari larutan standart dan masukkan

kedalam setiap tabung reaksi 1 kemudian addkan masing-masing dengan

aquadest sebanyak 100 ml.

3. Atur alat SSA dan optimasikan sesuai dengan petunjuk penggunaan alat

untuk pengukuran kadar Besi .


27

4. Suntikkan larutan kerja kedalam tungku karbon, kemudian catat serapannya,

ulangi hal yang sama untuk larutan kerja lainnya.

5. Buat kurva kalibrasi, atau tentukan persamaan garis lurusnya.

3.4.8. Pembuatan Kurva Kalibrasi Dan pengukuran Contoh Uji

1. Pembuatan kurva kalibrasi

Cara pembuatan kurva kalibrasi dibuat dengan tahapan sebagai berikut:

a. Operasikan alat dan optimasikan sesuai dengan petunjuk penggunaan alat

untuk pengukuran besi. Misalnya dengan salah satu cara optimasi alat

dengan menggunakan uji sensitifitas.

b. Aspirasikan larutan blanko kedalam SSA kemudian atur serapan hingga

Nol.

c. Aspirasikan larutan kerja satu persatu kedalam SSA, lalu ukurlah

serapannya pada panjang gelombang 248,3 nm, kemudian catat. Karena

panjang gelombang 248,3 nm adalah yang maksimal untuk besi pada

SSA tau lebih akurat.

d. Lakukan pembilasan pada selang aspirator dengan larutan pengenceran.

e. Buatlah kurva kalibrasi dengan mengaspirasikan larutan kerja satu persatu

kedalam SSA kemudian ukurlah serapannya dengan panjang gelombang

248,3 nm dan tentukan persamaan garis lurusnya.

f. Jika koefisien korelasi regresis linier (r) < dari 0,995 periksakan kondisi

alat dan ulangi langkah seperti mengaspirasikan larutan blanko kedalam


28

SSA kemudian atur serapan hingga nol dan langkah pada butir (c) hingga

diperoleh nilai koefisien r 0,995.

2. Pengukuran contoh uji

Adapun uji kadar besi dengan tahapan sebagai berikut:

a. Aspirasikan contoh uji kedalam SSA lalu ukur serapannya pada panjang

gelombang 248,3 nm bila diperlukan lakukan pengenceran.

b. Catat hasil pengukuran dengan satuan konsentrasi (mg/L).

3. Rumus Perhitungan

Kadar Zat Besi (Fe)

Fe (mg/L) = C X fp

Keterangan rumus : C adalah kadar yang didapat hasil pengukuran (mg/L).

fp adalah faktor pengenceran.

DAFTAR PUSTAKA

1. Joko Tri (2010). Unut Air Baku Dalam Sistem Penyediaan Air Minum,

Penerbit Buku Graha Ilmu, Yogyakarta.

2. Candra Budiman (2006). Pengantar Kesehatan Lingkungan, Penerbit

Buku Kedokteran EGC, Jakarta.


29

3. Drs. J. F. Gabriel (2001). Fisika Lingkungan, Andi Yogyakarta.

4. Juli Soemirat slamet (2013). Kesehatan Lingkungan, Penerbit Buku

Gadjah Mada Universitas Pres, Yogyakarta.

5. Nor Djauhari (2006). Geologi Lingkungan, Penerbit Buku Graham

Ilmu, Yogyakarta.

6. Sunardi Spd (2006). Unsur Kimia Deskripsi Dan Pemanfaatannya, Cv

Yarma Widya.

7. Soemirat S, J (2007). Kesehatan Lingkungan, Penerbit Buku Gadjah

Mada Universitas Pres, Yogyakarta.

8. Widawati, W, dkk (2008). Efek Toksin Logam Pencegahan Dan

Penanggulangan, Penerbit buku universitas Pres, Yogyakarta.

9. Wisnu Arya Wadharna (2004). Dampak Pencemaran Lingkungan,

Penerbit Andi Yogyakarta.

10. https://id.wikipedia.org.wiki/kalibrasi

Anda mungkin juga menyukai