1
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
PENGANTAR
Ulama terdahulu Bisyr bin Harits al Hafi (lahir 150 H), memiliki suatu
perkataan mengenai kondisi orang-orang dalam menyambut bulan
Ramadhon.
ببس القوم ال ٌعرفون هلل: إن قوما ٌتعبدون و ٌجتهدون فً رمضان فقال: قٌل لبشر
حقا إال فً شهر رمضان إن الصالح الذي ٌتعبد و ٌجتهد السنة كلها
Al Jawab, tidak.
2
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
ً وٌجتهدون ف، سبل بعض السلؾ عن قوم ٌتعبدون،هذا من قول بعض السلؾ
. ببس القوم ال ٌعرفون هللا إال فً رمضان: فإذا خرج رمضان تركوا فقال،رمضان
إنما ٌتركون بعض، ال، أما إذا كان،وهذا صحٌح إذا كانوا ٌضٌعون الفرابض
ً ٌعنً ٌصلً ف، لكن مراده الذٌن ٌتركون الفرابض، فالقول هذا مو صحٌح،االجتهاد
، مثالا فهذا ببس القوم؛ ألنهم كفروا بهذا، وٌترك الصالة فٌما سوا رمضان،رمضان
أما لو ترك بعض المستحبات فً ؼٌر رمضان، نسؤل هللا العافٌة،ترك الصالة كفر
والصدقات،هذا ال ٌضر؛ ألن الناس فً رمضان ٌجتهدون بؤنواع العبادة المستحبة
فإذا تساهل فً ذلك بعد خروج رمضان فً المستحبات ما ٌقال فٌه ببس،ونحو ذلك
القوم.
3
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
Maka dari itu (keumuman) perkataan Salaf ini Shohih dan benar
adanya. Akan tetapi yang dimaksud dengan perkataan itu
(perkataan ‘seburuk-buruk kaum’), berlaku bagi orang-prang
yang (ketika berada di luar bulan Romadhon) meninggalkan
ibadah dan amalan wajibnya saja. Yakni seperti dia hanya
melakukan sholat wajib ketika di bulan Romahon, tapi ketika
berada di luar bulan Romadhon dia meninggalkannya dan tidak
sholat wajib lagi (atau bolong-bolong).
[ Lihat : https://www.binbaz.org.sa/noor/10454 ]
السإال
أنا،فضٌلة الشٌخ هل الفتور فً عمل الصالحات بعد رمضان دلٌل على عدم القبول
أحس بفتور وأخشى أال ٌكون هللا قد تقبل منً؟
4
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
الجواب:
، لكنه دلٌل على ضعؾ الهمة وعدم الرؼبة، لٌس دلٌال على أن هللا لم ٌقبل منك.ال
ولذلك ٌنبؽً لإلنسان أن ٌصبر نفسه وأن ٌحملها على العمل الصالح؛ ألن رمضان
ثالثون ٌوما أو تسعة وعشرون ٌوما تمضً وأنت متلبس،مدرسة فً الواقع
فاؼتنم هذه الفرصة، ال بد أن ٌإثر على قلبك وعلى مسٌرك،بالعبادات المتنوعة.
فإنه عالمة على عدم القبول، إن من عاد إلى المعاصً بعد رمضان:أما أن نقول.
Soal :
Aku merasa futur, dan aku takut Allah tidak menerima amalan ku
selama ramadhan.
Jawab :
Tidak.
Maka dari itu wajib bagi setiap manusia untuk berusaha bersabar
terhadap dirinya sendiri, dan berusaha untuk membawa dirinya
agar senantiasa beramal Sholih.
5
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
***
1
Lihat :
https://www.sahab.net/forums/index.php?app=forums&module=forums&cont
roller=topic&id=113897
6
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
Buku ini kami tulis agar jangan sampai Ramadhan kita pada tahun ini
sia-sia belaka. Tidak memberikan perubahan serta perbaikan pasca
selesai Ramadhan, sama seperti Ramadhan-ramadhan tahun
sebelumnya. Oleh karena itu, buku ini memang selayaknya untuk kita
baca dan kita miliki.
Setahap demi setahap, insya Allah melalui buku ini akan kami jelaskan
sejarah, ilmu, keutamaan, fiqh, dan pemahaman yang diperlukan
berkaitan dengan bulan Ramadhan ini. Yang mana ini semua didorong
dengan harapan agar kita bisa “memantaskan diri” untuk menyambut
bulan Ramadhan. Sehingga kita bisa mengambil perbaikan dan manfaat
yang sebanyak-banyaknya di dalam bulan Ramadhan ini.
Penulis,
Abu Maryam Kautsar Amru
Rajab 1439 H/Maret 2018 M
7
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
DAFTAR ISI
PENGANTAR 2
DAFTAR ISI 8
C. Hikmah Puasa 31
1. Kenapa Puasa Wajib itu jatuh pada bulan Ramadhan? 31
2. Nama-nama lain dari bulan Ramadhan 33
8
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
9
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
10
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
G. Sahur 214
a. Arti Sahur 214
b. Hukum makan Sahur 214
c. Kedudukan dan keutamaan makan Sahur 215
d. Waktu makan Sahur 219
e. Apa yang diutamakan dimakan ketika makan Sahur? 230
f. Seputar kegiatan yang diutamakan ketika waktu Sahur 231
11
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
12
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
13
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
14
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
B. Cara agar seluruh waktu malam Lailatul Qadr bernilai ibadah 458
15
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
C. Agar para wanita yang terkena Haidh atau Nifas dapat 463
meraih Lailatul Qadr
KHOTIMAH 473
16
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
BAGIAN I
ASAL USUL DAN HIKMAH PUASA
Puasa di bulan Ramadhan merupakan salah satu rukun dari rukun-
rukun Islam yang lima. Dalam artian salah satu identitas pokok dari
seorang Muslim secara dhohir itu adalah melaksanakan puasa.
Dari sini kita bisa memahami bagaimana pentingnya ibadah Puasa itu di
dalam Islam. Dan Puasa ini merupakan salah satu identitas utama dari
amalan seorang Muslim selain dari Syahadat, Sholat, Zakat, dan Haji.
“Islam dibangun di atas lima perkara: (1) Syahadat Laa ilaaha illa
Allah dan (syahadat) Muhammad Rasulullah, (2) menegakkan
shalat, (3) membayar zakat, (4) (menunaikan ibadah) Hajji, dan
(5) (melakukan) puasa Ramadhan”. *HR Bukhari, hadits no. 8+.
17
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
yang dijelaskan oleh Ibnu Umar selaku Salaf dan sekaligus Ulama dari
kalangan para Sahabat.
هللا صَلىِ ت رَ سُو َل ُ ْْن ُعمَرَ أَ َال َت ْؽ ُزو َف َقا َل ِإنً َسمِع ِ َعنْ َطاوُ س أَن رَ ج اُال َقا َل لِعَ ْب ِد
ِ هللا ب
اْلسْ َال َم ُبنًَِ َع َلى َخمْس َشهَادَ ِة أَنْ َال إِلَ َه إِال هللاُ َوإِ َق ِام الص َال ِة ِ ْ هللاُ َعلَ ٌْ ِه َوسَ ل َم ٌَقُو ُل إِن
تِ ٌْ َام رَ َمضَانَ َوحَ ج ْال َب ِ ٌ ِاء الز َكا ِة َوص ِ َوإٌِ َت
Sebab jika suatu bangunan Islam itu tidak kokoh tiang-tiang pondasi
dasarnya, maka bangunan yang ada di atasnya berikut puncaknya pun
akan lemah dan tidak ada gunanya.
Ini juga sebagai peringatan keras bagi orang-orang yang hanya modal
semangat menyuarakan perang “Jihad-Jihad!”. Akan tetapi pondasi
dasar keislamannya tidak beres dan lemah pemahamannya.
Meremehkan tahapan-tahapan dalam membangun Islam, dan tidak
memiliki gambaran yang benar mengenai bangunan Islam itu sendiri.
18
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
اْلسْ الَ ُم َو َعمُو ُد ُه الصالَةُ َو ِذرْ َوةُ َس َنا ِم ِه ْال ِجهَا ُد َ ْ
ِ ْ رَ أسُ ْاأل ْم ِر
“Pokok kepala dari urusan (agama) itu adalah Islam (yaitu: dua
syahadat), tiangnya adalah shalat, dan puncak ketinggiannya
adalah jihad.”
19
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
Adapun secara istilahi, maka puasa atau shoum itu berarti menahan diri
dari makan, minum, berhubungan badan dari sejak matahari terbit
hingga tenggelam. Berikut juga menahan diri dari segala sesuatu yang
dianggap dapat merusak ibadah puasa.
Di Indonesia dan rumpun negara melayu sekitar, shoum dari asal kata
bahasa Arab nya sering disebut sebagai “Puasa”. Atau kalau dalam
bahasa jawa disebut juga dengan “Poso”.
Berikut penjelasannya.
Puasa sebenarnya berasal dari bahasa sansekerta “upa” dan “vasa atau
wasa”, yang kemudian digabung menjadi “upavasa atau upawasa”. Dan
kemudian berubah menjadi istilah “Puasa”.
Upa sendiri berarti dekat atau mendekatkan diri. Sedangkan vasa atau
wasa artinya adalah Yang Maha Kuasa atau Yang Maha Agung
(Almighty).
20
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
Maka dari itu, istilah-istilah bahasa Hindu kadang masih ada di dalam
khasanah bahasa Indonesia. Termasuk juga istilah “puasa” ini.
“Kenapa kok para Da’i zaman dulu itu lebih memilih kata
“Puasa”, sebagai terjemahan dari kata kata “Shoum” atau
“Shiyam” yang digunakan dalam bahasa dakwah mereka?”
Di dalam akhir ayat itu, disebutkan tujuan dari Shoum itu adalah
“La’allakum tattaquun” ( َ) لَعَل ُكم َتتقُون. Agar supaya kamu menjadi orang
yang bertaqwa
“La’allakum tattaquun” ( َ ) لَعَل ُكم َتتقُونdalam Qs. Al Baqarah ayat 183 itu
berarti : agar dengan cara ibadah Shoum ini semoga kamu sekalian
menjadi orang-orang yang bertaqwa, yang selalu mendekatkan diri
2
Budha adalah pecahan dari Hindu. Sidharta Gautama dulu adalah orang India
Hindu dari kasta bangsawan, yang akhirnya mendapatkan “pencerahan” dan
menjadi Budha
21
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
Maka dari itu, para Dai Islam di seluruh nusantara tampaknya sepakat
untuk menerjemahkan Shoum atau Shiyam dengan bahasa dakwah
“puasa”, untuk kemudahan pendekatan pemahaman dan kelancaran
dakwah Islam pada waktu itu.
Walloohu A’lam
22
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
Syariat Puasa sudah Allah perintahkan kepada para Ahlul Kitab sebelum
Nabi Muhammad shalalloohu ‘alaihi wa sallam diutus, sesuai dengan
cara syariat puasa pada masa itu. Yang mana syariat Puasa pada Ahlul
Kitab, memiliki perbedaan cara dengan syariat puasa pada Ummat
Islam sekarang ini.
Ummat sebelum kita yang dimaksud adalah ahlul kitab. Yakni umat
yang turun kepada mereka wahyu dari Allah melalui perantara nabi-
nabi mereka, baik itu kitab Taurat, Zabur, dan Injil. Dengan kata lain
wahyu yang diturunkan bagi bani Israil.
Sehingga jejak syariat Puasa ini sebenarnya sudah ada pada ummat
sebelumnya, hanya saja perincian kaifiyat-nya (tata caranya) berbeda.
Memang jika kita melihat umat yang berpegang kepada kitab Injil pada
abad modern ini, yakni umat kristiani. Kita tidak pernah atau jarang
melihat mereka melaksanakan puasa. Namun jika kita lihat lagi kitab
Injil mereka, kita akan mendapatkan bahwa “jejak syariat” puasa itu
3
sebenarnya tertulis di dalam kitab Injil mereka sendiri .
3
Bible atau Alkitab orang Kristen dibagi menjadi dua bagian besar, Perjanjian
Lama dan Perjanjian Baru. Yang dimaksud dengan Injil adalah 4 kitab Injil
kanonik paling awal yang disebutkan di dalam Perjanjian Baru. Yakni Kitab Injil
Matius, Injil Markus, Injil Lukas, dan Injil Yohannes. Selain daripada itu,
umumnya hanya berkisar kisah-kisah para Rasul (baca : murid-murid dan
23
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
Ini sebagaimana contoh Yesus (Nabi Isa) yang berpuasa selama 40 hari
40 malam, sebagaimana yang disebutkan di dalam Kitab Perjanjian baru
Matius 4 : 1-4.
4:1 Maka Yesus dibawa oleh Roh ke padang gurun untuk dicobai
Iblis.
4:2 Dan setelah berpuasa empat puluh hari dan empat puluh
malam, akhirnya laparlah Yesus.
4:3 Lalu datanglah si pencoba itu dan berkata kepada-Nya: "Jika
Engkau Anak Allah, perintahkanlah supaya batu-batu ini menjadi
roti."
4:4 Tetapi Yesus menjawab: "Ada tertulis: Manusia hidup bukan
dari roti saja, tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut
Allah.” [Matius 4 : 1-4]
Lihat juga nasehat dan aturan Yesus (Nabi Isa) dalam masalah puasa di
Matius 6 : 16-18.
pengikut Yesus atau Nabi Isa) dan surat-suratnya kepada para Jamaat-nya di
berbagai wilayah di Romawi khususnya Palestina.
Disebut hanya 4 kitab itu sajalah yang disebut Injil, karena hanya 4 kitab itu
yang menceritakan sejarah kehidupan Yesus (Nabi Isa), perkataannya, dan juga
firman-firman Allah yang diturunkan kepadanya. Sedangkan kitab-kitab lainnya
di Perjanjian Baru tidak mengisahkan hal itu.
Empat kitab itu sebenarnya isinya hampir sama, dengan beberapa perbedaan
versi di sana-sini mengenai kehidupan Yesus. Dan disebut Kanonik karena itu
diterima sebagai Injil Resmi dan diakui oleh otoritas Gereja. Sebenarnya masih
ada Injil-Injil jenis lain yang ditulis oleh penulis yang lain (selain dari Matius,
Markus, Lukas, dan Johannes), yang juga mengisahkan sejarah kehidupan Yesus
(Nabi Isa), perkataannya, dan juga firman-firman Allah yang diturunkan
kepadanya. Akan tetapi kitab-kitab Injil itu umumnya dianggap “Aprokripa” dan
tidak dianggap sebagai sumber rujukan resmi oleh otoritas Gereja.
24
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
Adapun untuk umat yang berpegang kepada perjanjian lama saja, yakni
Yahudi (dan juga kitab-kitab penjelasan para Rabbi mereka seperti
missal kitab Talmud). Yang mana di dalam perjanjian lama itu terdapat
kitab taurat yang merupakan pentateukh, atau 5 kitab awal dalam
4
perjanjian lama .
Namun jika kita lihat lagi kitab Perjanjian Lama mereka, kita akan
mendapatkan “jejak syariat” puasa itu sebenarnya tertulis dalam kitab
Perjanjian Lama mereka sendiri.
4
Yakni 5 kitab awal di Perjanjian Lama, yakni di Kitab Kejadian, Keluaran,
Imamat, Bilangan, dan Ulangan. Inilah yang disebut kitab Taurat. Adapun kitab-
kitab lain di Perjanjian Lama umumnya lebih kepada kisah para Nabi, Sejarah
bani Israil, dan kidung-kidung atau pujian.
Orang Yahudi hanya mengakui kitab-kitab yang ada di perjanjian Lama saja,
berikut kitab tafsir dan penjelasan hukum-hukum yang ditulis oleh para Rabbi
mereka yang diwariskan secara turun temurun. Mereka tidak mengakui
Perjanjian Baru dan kitab-kitab di dalamnya, karena mereka tidak mengakui
adanya Nubuat kepada Yesus (Nabi Isa).
25
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
Lihat nabi Musa berpuasa 40 hari 40 malam juga, sama seperti Yesus
(Nabi Isa), dengan tidak makan dan tidak minum sebagaimana yang
disebutkan dalam kitab Keluaran 24:18 dan 34:28, dan kitab Ulangan
9:18-25 dan 10:10
9:18 Sesudah itu aku sujud di hadapan TUHAN, empat puluh hari
empat puluh malam lamanya, seperti yang pertama kali--roti
tidak kumakan dan air tidak kuminum --karena segala dosa yang
telah kamu perbuat, yakni kamu melakukan apa yang jahat di
mata TUHAN, sehingga kamu menimbulkan sakit hati-Nya.
9:19 Sebab aku gentar karena murka dan kepanasan amarah
yang ditimpakan TUHAN kepadamu, sampai Ia mau
memunahkan kamu. Tetapi sekali inipun TUHAN mendengarkan
aku.
9:20 Juga kepada Harun TUHAN begitu murka, hingga Ia mau
membinasakannya; maka pada waktu itu aku berdoa untuk
Harun juga.
9:21 Tetapi hasil perbuatanmu yang berdosa, yakni anak lembu
itu, kuambil, kubakar, kuhancurkan dan kugiling baik-baik sampai
halus, menjadi abu, lalu abunya kulemparkan ke dalam sungai
yang mengalir turun dari gunung.
9:22 Juga di Tabera, di Masa dan di Kibrot-Taawa, kamu selalu
membuat TUHAN gusar.
9:23 Dan ketika TUHAN menyuruh kamu pergi dari Kadesh-
Barnea dengan berfirman: Majulah dan dudukilah negeri yang
Kuberikan kepadamu itu, maka kamu menentang titah TUHAN,
Allahmu; kamu tidak percaya kepada-Nya dan tidak
mendengarkan suara-Nya.
26
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
Maka aku ini berdiri di atas gunung seperti yang pertama kali,
empat puluh hari empat puluh malam lamanya, dan sekali
inipun TUHAN mendengarkan aku: TUHAN tidak mau
memusnahkan engkau. [Ulangan 10:10]
27
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
****
28
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
dan digantikan dengan syariat baru yang berlaku bagi semua umat
manusia yang beriman kepada Allah dan Rasul Nya .
Puasa termasuk salah satu jenis syariat yang disebutkan secara spesifik
di dalam Al Quran, bahwa ini adalah syariat yang dulu pernah
diwajibkan bagi umat yang terdahulu, yang tetap diteruskan
kewajibannya bagi umat Islam, dengan perbedaan perincian kaifiyat-
nya (tata cara nya).
Syariat tambahan yang tidak ada pada puasa ahlul kitab terdahulu,
adalah adanya syariat sunnah untuk makan sahur sebelum tiba waktu
puasa.
Para ulama juga menjelaskan perbedaan puasa kita dengan Ahlul Kitab
itu, bahwa para Ahlul Kitab baru mulai berbuka puasa dengan
mengakhirkannya ketika sudah benar-benar malam dan tampak
5
bintang . Adapun Ummat Islam mulai berbuka puasa dengan
menyegerakannya ketika matahari tenggelam atau waktu Maghrib.
5
Lihat penjelasan Ibnu Hajar dalam Fathul Bari’ dalam mensyarh Shohih
Bukhori pada Kitabush Shoum, bab Ta’jilul Ifthor (menyegerakan berbuka
puasa), hadits no 1957.
29
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
Puasa Nabi Daud dengan cara sehari puasa - sehari tidak, puasa
pada hari senin dan kamis, puasa tiga hari pada pertengahan
bulan (tanggal 13,14, dan 15 menurut kalender bulan
penanggalan Islam), puasa 6 hari pada bulan syawwal, puasa
asyura pada tanggal 10 muharram, dan puasa Arofah (9
Dzulhijjah bagi yang tidak melaksanakan Haji).
6
Puasa qodho’ sebenarnya juga termasuk puasa wajib, yakni sebagai puasa
pengganti ketika mendapatkan udzur syar’i untuk tidak berpuasa di bulan
Ramadhon. Demikian juga puasa nadzar (jika mampu) dan puasa kafaroh
(tebusan) pembatalan sumpah.
30
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
C. HIKMAH PUASA
Kenapa puasa wajib itu dilakukan pada bulan ramadhan? Kenapa dipilih
bulan Ramadhan, Apa hikmahnya bagi kita?
Di Saudi Arabia, yang mana Makkah dan Madinah berada di situ dan
Rasulullah serta para sahabat umumnya bertempat tinggal di situ
dulunya. Temperatur cuaca rata-rata pada musim panas adalah sebesar
7
45 derajat celsius, dan puncaknya adalah sekitar 54 derajat celsius .
Bisa kita coba fahami, di cuaca yang sedang panas panas nya itu kita
justru disuruh untuk berpuasa dan banyak melakukan ibadah.
Bayangkan betapa berat ujian keimanan pada zaman rasulullah dan
para shahabat, yang tidak ada ac, kipas angin, ataupun fasilitas
“supporting life” modern yang mempermudah seperti zaman kita ini.
Namun dengan adanya modal keimanan yang kuat, hal itu mudah saja
untuk dijalani.
7
Lihat : http://www.weatheronline.co.uk/reports/climate/Saudi-Arabia.htm
31
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
Selain karena hadits “tidurnya orang yang berpuasa itu adalah ibadah”
itu tidak shohih dan lemah, sehingga tidak bisa menjadi dasar akan
suatu amalan. Perang Badr yang terkenal juga jatuh pada bulan
ramadhan tahun 2 Hijriah (pada tanggal 17 ramadhan tepatnya).
8
Lihat : https://www.almaany.com/ar/dict/ar-
ar/%D8%A7%D9%84%D8%B1%D9%91%D9%8E%D9%85%D9%8E%D8%B6%D9%
8F/
32
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
Dari sinilah keimanan kita ditempa dan diperkuat. Dan dari sinilah kita
dididik agar gemar melakukan amalan sholeh sebagai bekal kita
menghadapi akhirat kelak.
33
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
Keberkahan bagi orang lain adalah seperti adanya zakat fithr di akhir
Ramadhan. Hasungan dan contoh dari rasulullah agar senantiasa
bersifat dermawan kepada orang lain pada bulan Ramadhan, melebihi
kebaikan yang diberikan pada bulan bulan lainnya. Ada juga
keberkahan bulan Ramadhan bagi sebagian penjual, yang mana mereka
lebih laris dagangannya pada bulan ini. Semua ini merupakan contoh
keberkahan yang bersifat sosial dan bermanfaat bagi orang lain.
Yang mana jika kita beribadah bertepatan dengan malam lailatul qadr,
nilai ibadah kita itu lebih baik dibandingkan dengan nilai ibadah selama
1000 bulan. Ini adalah suatu keberkahan amalan dan ibadah guna
persiapan timbangan amal kita di akhirat kelak, yang tidak diberikan
kecuali bagi ummat Nabi Muhammad saja.
Berdiri untuk melakukan sholat (Qiyaam) dalam hal ini yang dimaksud
adalah sholat malam di bulan ramadhan. Atau yang lebih dikenal
dengan nama sholat tarawih.
Ini karena Al Quran pertama kali diturunkan di langit dunia pada bulan
ramadhan, dan untuk selanjutnya disampaikan secara berangsur angsur
34
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
Selain itu memang dicontohkan dari banyak riwayat Salaf, untuk banyak
membaca al Quran dan mengkhatamkannya di bulan ramadhan ini.
35
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
مكفرات لما بٌنهن، ورمضان إلى رمضان، والجمعة إلى الجمعة، الصلوات الخمس
إذا اجتنبت الكبابر
36
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
آمٌن آمٌن آمٌن: عن أبً هرٌرة أن رسول هللا صلى هللا علٌه و سلم رقً المنبر فقال
أرؼم هللا أنؾ: قال لً جبرٌل: ٌارسول هللا ما كنت تصنع هذا ؟ ! فقال: فقٌل له
رؼم أنؾ عبد أو بعد: آمٌن ثم قال: عبد أو بعد دخل رمضان فلم ٌؽفر له فقلت
رؼم أنؾ عبد أو بعد: آمٌن ثم قال: أدرك و الدٌه أو أحدهما لم ٌدخله الجنة فقلت
إسناده جٌد: ً آمٌن قال األعظم: ذكرت عنده فلم ٌصل علٌك فقلت
Ini karena memang selama bulan puasa kita dididik untuk sabar. Bahkan
rasulullah mengajarkan jika ada orang yang mencela dan mengganggu
nya, maka hendaklah mengatakan “sesungguhnya aku sedang
berpuasa” dan bersabar tidak melayani gangguannya.
37
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
“Puasa itu adalah perisai, jika salah seorang dari kalian sedang
berpuasa, maka janganlah mengucapkan ucapan kotor, dan
jangan pula bertindak bodoh.
َو َكانَ أَجْ َو ُد،اس ِ هللا صَلى هللاُ َع َل ٌْ ِه َوسَ ل َم أَجْ َودَ النِ « َكانَ رَ سُو ُل: َقا َل،ْن عَباس ِ َع ِن اب
ار ُس ُهِ َوكانَ ٌَلقاهُ فًِ كل ل ٌْلة مِنْ رَ َمضَانَ ف ٌُ َد،ُمَا ٌَ ُكونُ فًِ رَ َمضَانَ حٌِنَ ٌ َْل َقاهُ ِجب ِْرٌل
َ َ َ ُ َ ْ َ
ٌح المُرْ َسلَ ِة
ِ الخٌ ِْر مِنَ الر َ هللا صَلى هللاُ َع َل ٌْ ِه َوسَ ل َم أَجْ َو ُد ِب
ِ َفلَرَ سُو ُل، َ»القُرْ آن
38
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
Hal ini jelas, karena selama berpuasa kita banyak dididik dan dibina
untuk sabar, menghindari kemaksiatan, banyak melakukan ibadah,
berkelakuan baik, dermawan, dan lain-lain yang semisal.
**
Penamaan ini salah dan tidak benar. Karena tegas dalam hadits yang
shohih, Rasulullah shalalloohu ‘alaihi wa sallam mengatakan bahwa
syahrullah itu adalah pada bulan Muharram. Bukan bulan ramadhan.
ِ ِ مَا ْال ِح ْكمَة فًِ َتسْ ِمٌَة ْالمُحَ رم َشهْر هللا َوال ُّشهُور ُكلّهَا
هلل ؟
َو َكانَ أَول, إِن ُه َلما َكانَ مِنْ ْاألَ ْشهُر ْال ُحرُم التًِ حَ ر َم هللا فٌِهَا ْال ِق َتال: ٌَحْ َتمِل أَنْ ٌُ َقال
شهُور الس َنة أُضِ ٌؾَ إِلَ ٌْ ِه ِإضَا َفة َت ْخصِ ٌص َولَ ْم ٌَصِ ّح ِإضَا َفة َشهْر مِنْ ال ُّشهُور إِلَى هللا ُ
إِال َشهْر هللا ْالمُحَ رم-صَلى هللا َعلَ ٌْ ِه َو َسل َم- ًّ َعنْ الن ِب-– َتعَالَى
39
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
9
Bulan Muharram adalah bulan pertama dalam kalender Hijriyah.
Seperti bulan Januari dalam kalender Masehi
40
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
41
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
BAGIAN II
PERSIAPAN MENYAMBUT BULAN ROMADHON
A. PERSIAPAN MENYAMBUT BULAN ROMADHON YANG SESUAI
DENGAN TUNTUTAN SYARI’AT
Jika kita masih punya hutang puasa tahun lalu, terutama para wanita
yang biasanya berhalangan puasa karena haid. Maka membayar hutang
puasa yang telah lalu adalah persiapan yang paling wajib dan paling
penting dalam menyambut kedatangan bulan ramadhan.
42
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
ْت عَا ِب َش َة رَ ضِ ًَ هللاُ َع ْنهَا َت ُقو ُل َكانَ ٌَ ُكونُ َعلًَ الص ْوم ُم مِن ُ َْعنْ أَ ِبً َسلَ َم َة َقا َل َسمِع
ًرَ َمضَانَ َفمَا أَسْ َتطِ ٌ ُع أَنْ أَ ْقضِ ًَ إِال فًِ َشعْ بَاانَ َقا َل ٌَحْ ٌَى ال ُّش ْؽ ُل مِنْ الن ِبً أَ ْو ِبالن ِب
صَلى هللاُ َع َل ٌْ ِه َوسَ ل َم
َو ٌُ ْفطِ ُر حَ تى، هللا – صلى هللا علٌه وسلم – ٌَصُو ُم حَ تى َنقُو َل الَ ٌُ ْفطِ ُر ِ َكانَ رَ سُو ُل
هللا – صلى هللا علٌه وسلم – اسْ َت ْك َم َل صِ ٌَا َم َشهْر ِ ْت رَ سُو َل ُ ٌَ َفمَا رَ أ. َنقُو َل الَ ٌَصُو ُم
َ َومَا رَ أَ ٌْ ُت ُه أَ ْك َثرَ صِ ٌَاماا ِم ْن ُه فِى َشعْ بَان، َإِال رَ َمضَان
43
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
َف ِإن ُه َكانَ ٌَصُو ُم، َلَ ْم ٌَ ُك ِن الن ِبىُّ – صلى هللا علٌه وسلم – ٌَصُو ُم َشهْرا ا أَ ْك َثرَ مِنْ َشعْ بَان
َشعْ بَانَ ُكل ُه
َأَن ُه لَ ْم ٌَ ُكنْ ٌَصُو ُم مِنَ الس َن ِة َشهْرا ا َتا اّما إِال َشعْ بَانَ ٌَصِ لُ ُه ِبرَ َمضَان.
Hal ini dilarang dengan alasan agar tidak tercampur antara puasa
sunnah pada bulan Syaban dengan puasa wajib pada bulan Ramadhan.
Yakni agar jangan sampai kita melakukan puasa Sunnah bulan Sya’ban,
padahal sebenarnya secara hitungan bulan sudah masuk bulan
ramadhan.
44
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
كان المسلمون إذا دخل شعبان انكبوا على:روٌنا بإسناد ضعٌؾ عن أنس قال
المصاحؾ فقرإها وأخرجوا زكاة أموالهم تقوٌة للضعٌؾ والمسكٌن على صٌام
رمضان
هذا شهر القراء:وكان حبٌب بن أبً ثابت إذا دخل شعبان قال
وكان عمرو بن قٌس المالبً إذا دخل شعبان أؼلق حانوته وتفرغ لقراءة القرآن
45
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
Dua ilmu itulah yang sangat penting bagi kita untuk kita pelajari dan
persiapkan, guna menyambut kedatangan bulan ramadhan.
Tentu saja doa yang dimaksud adalah doa secara umum dan dilakukan
sendiri sendiri. Tidak ada suatu doa lafal khusus yang diajarkan oleh
rasulullah dan para shahabat agar bisa bertemu ramadhan.
46
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
كانوا ٌدعون هللا تعالى ستة أشهر أن ٌبلؽهم رمضان ٌدعونه:قال معلى بن الفضل
ستة أشهر أن ٌتقبل منهم
اللهم سلمنً إلى رمضان وسلم لً رمضان:وقال ٌحٌى بن أبً كثٌر كان من دعابهم
وتسلمه منً متقبال
Mereka berharap agar bisa bertemu dengan bulan Ramadhan agar bisa
banyak beramal disana, dan berharap dengan benar-benar agar
diterima amalannya oleh Allah.
47
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
ْن آ َد َم ٌُضَاعَ ؾُ ْالحَ َس َن ُة َع ْشرُ أَ ْم َثالِهَا ِإلَى َس ْب ِعمِا َب ِة ضِ عْ ؾ َقا َل هللاُ َعز َوجَ ل ِ ُك ُّل َعم َِل اب
ان َفرْ حَ ة
ِ َ
ت َح ْر َ
ف ِم با ِلص ل ِى ل ْج َ أ ِْن
م هُ م
َ َا
ع طَ وَ ه
ُ َ
ت ْو
َ ه َ
ش ع
ُ ََد
ٌ ه
ِ ب ى
ِ ِ ز ْج َ أ ا َ
ن َ أوَ ِى ل ه
ُ نِ إِال الص ْو َم َف
إ
ِ
ٌِح ْالمِسْ ك ر ِْن
م هللا
ِ د َ ْ
ن ِع َُبٌ ْ َ َو َل ُخلُوؾُ فٌِ ِه أ.عِ ْن َد ف ِْطر ِه َو َفرْ حَ ة عِ ْن َد لِ َقا ِء رَ ب ِه
ط
ِ ِ ِ
“Setiap amalan kebaikan yang dilakukan oleh manusia akan
dilipatgandakan dengan sepuluh kebaikan yang semisal hingga
tujuh ratus kali lipat.”
48
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
َفإِنْ ُؼم َع َل ٌْ ُك ْم َفا ْق ِدر ُْوا لَ ُه، َوإِ َذا رَ أَ ٌْ ُتم ُْوهُ َفؤ َ ْفطِ ر ُْوا،ُإِ َذا رَ أَ ٌْ ُتم ُْوهُ َفص ُْوم ُْوه.
ص ُْوم ُْوا لِر ُْإ ٌَ ِت ِه َوأَ ْفطِ ر ُْوا لِر ُْإ ٌَ ِت ِه.
ص ُْوم ُْوا لِر ُْإ ٌَ ِت ِه َوأَ ْفطِ ر ُْوا لِر ُْإ ٌَ ِت ِه َفإِنْ ُؼبًَ َعلَ ٌْ ُك ْم َفؤ َ ْك ِملُ ْوا عِ د َة َشعْ بَانَ َثالَ ِث ٌْنَ ٌ َْوماا.
Rukyatul Hilal sendiri artinya adalah melihat Hilal. Hilal itu sendiri
adalah bentuk bulan pada kondisi paling awal, yang bisa terlihat pada
sore hari hingga terbenamnya matahari. Yang mana ini menunjukkan
bahwa malam itu berarti sudah memasuki bulan baru. Inilah yang
diamati. Adapun pada malam harinya setelah sore, bulan masih belum
bisa dilihat.
Jadi waktu pengamatannya adalah pada waktu sore hari pada tanggal
29 Sya’ban sampai matahari terbenam dengan sempurna.
49
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
Jika pada penanggalan matahari itu hari dimulai jam 00.00 AM dini hari
dan berakhir pada jam 24.00 PM tengah malam, maka pada
penanggalan bulan itu tanggal hari baru mulai dihitung sejak
terbenamnya matahari hingga terbenamnya matahari lagi pada
keesokan harinya. Dihitung mulai dari masuk waktu magrib hingga ke
maghrib selanjutnya
Sedangkan lama hari dalam satu bulan di lunar system itu adalah antara
29 atau 30 hari. Berbeda dengan solar system yang dalam satu bulan
berkisar antara 30 dan 31 hari (kecuali bulan februari yang berjumlah
28 atau 29 hari).
Namun jika Hilal tidak terlihat, maka jumlah hari dalam bulan sya’ban
digenapkan menjadi 30 hari, sehingga besok masih dianggap bulan
Syaban dan baru lusa nya kita mulai berpuasa.
***
Sejarah ilmu perhitungan ini berasal dari adanya ilmu falak, yakni ilmu
yang mempelajari pergerakan, lintasan, orbit, dan posisi benda benda
langit.
50
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
Adapun hisab murni itu hanya berdasarkan perhitungan saja, dan tidak
perlu diversifikasi ke kenyataan apakah bisa dilihat atau tidak. Karena
11
yang jadi acuan adalah wujudul Hilal (Hilal sudah wujud atau ada ) baik
itu bisa dilihat atau tidak, bukan Rukyatul hilal.
َ َواألَضْ حَ ى ٌ َْو َم ُتضَحُّ ون، َ َوالف ِْط ُر ٌ َْو َم ُت ْفطِ رُون، َالص ْو ُم ٌ َْو َم َتصُومُون
10
Perhitungan yang seakan akan bisa diperkirakan bahwa kita akan bisa melihat
Hilal, pada verifikasi kenyataannya di lapangan. Misal menurut Hisab Imkanur
Rukyah, Hilal dianggap bisa dilihat jika secara perhitungan berada di atas posisi
2 derajat. Maka jika kita menghitung bahwa hilal berada pada posisi 4 derajat,
maka dipastikan bahwa sore nanti kita akan bisa melihat Hilal insya Allah.
11
Yakni yang penting jika Hilal secara perhitungan sudah di atas 0 derajat, maka
Hilal dianggap sudah wujud. Adapun batasan bisa dilihat secara kasat mata
kepala yakni 2 derajat, maka itu bukan dianggap parameter. Yang penting Hilal
sudah wujud walaupun itu hanya 1 derajat dan tidak bisa dilihat secara kasat
mata pada sore harinya.
Inilah bedanya perhitungan antara wujudul hilal dan rukyatul hilal, walaupun
keduanya sama-sama menggunakan ilmu Hisab.
51
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
َ إِنمَا َمعْ َنى َه َذا أَن الص ْو َم َوالف ِْطرَ مَع: َف َقا َل،ٌِث
َ َو َفسرَ َبعْ ضُ أَهْ ِل الع ِْل ِم َه َذا الحَ د
اس ْ
ِ الجَ مَا َع ِة َوعُظ ِم الن
“Sebagian ulama menjelaskan mengenai hadis ini dengan
perkataan : “Makna hadis ini, bahwa puasa dan hari raya
dilakukan bersama Al-jamaah (pemerintah) dan seluruh
masyarakat.”” (Sunan At-Tirmudzi, hadits no 697)
52
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
53
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
Maka dari itu kita tidak boleh mempersiapkan diri menjual petasan
untuk menyambut bulan Ramadhan. Baik itu sebelum bulan Ramadhan,
ketika bulan Ramadhan, menjelang akhir bulan Ramadhan, dan juga
setelahnya.
****
Baik itu ritual ibadah dan keyakinan pada bulan Syaban yang berkaitan
dengan “adat tradisi”, ataupun ritual ibadah dan keyakinan yang tidak
berkaitan dengan tradisi. Karena Ibadah dak keyakinan itu bersifat
tauqifiyyah, mutlaq harus ada dalilnya. Ibadah dan keyakinan tidak
terikat dengan masalah tradisi, adat, dan akal manusia.
Ritual ibadah dan keyakinan pada bulan Syaban yang tidak pernah
dicontohkan oleh rasulullah dan sebaiknya kita tinggalkan itu adalah :
Pada asalnya bermaaf maafan atau meminta maaf itu hal yang
dianjurkan, ma’ruf, bagus, langsung dilakukan ketika kita melakukan
kesalahan dan menyesalinya. Tidak perlu kita harus menunggu suatu
moment tertentu dan “aji mumpung”.
54
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
hakekatnya itu bukan saling maaf memaafkan. Itu hanya sekedar basa
basi yang tidak mempengaruhi hukum syari’at. Dosa kedzoliman yang
dilakukan tidak hilang, karena tidak ada keridhoan yang tulus dalam
acara saling maaf memaafkan itu.
من كانت له مظلمة ألخٌه من عرضه أو شًء فلٌتحلله منه الٌوم قبل أن ال ٌكون
دٌنار وال درهم إن كان له عمل صالح أخذ منه بقدر مظلمته وإن لم تكن له حسنات
أخذ من سٌبات صاحبه فحمل علٌه
***
12
Pertengahan bulan sya’ban atau tanggal 15 Sya’ban. Sya’ban merupakan
bulan sebelum Ramadhan.
55
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
Adapun hadits asli yang shohih, yang sebelum dimodifikasi dan dirubah
menjadi hadits palsu, isinya adalah seperti ini :
آمٌن آمٌن: عن أبً هرٌرة أن رسول هللا صلى هللا علٌه و سلم رقً المنبر فقال
أرؼم هللا: قال لً جبرٌل: ٌارسول هللا ما كنت تصنع هذا ؟ ! فقال: آمٌن فقٌل له
رؼم أنؾ عبد أو: آمٌن ثم قال: أنؾ عبد أو بعد دخل رمضان فلم ٌؽفر له فقلت
رؼم أنؾ عبد أو: آمٌن ثم قال: بعد أدرك و الدٌه أو أحدهما لم ٌدخله الجنة فقلت
إسناده جٌد: ً آمٌن قال األعظم: بعد ذكرت عنده فلم ٌصل علٌك فقلت
56
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
Mari kita lihat dan bandingkan dua hadits tersebut, susunan katanya
hampir mirip bukan? Hanya saja dimodifikasi disana-sini.
Hadits palsu ini hanya ada dan disebar di broadcast BBM, SMS, WA,
Internet, dan media komunikasi lainnya.
***
Jika ada pertanyaan kenapa acara bermaaf maafan ini dianggap sebagai
“ritual ibadah” dan “keyakinan”, sedangkan hukum asalnya adalah
masalah “muamalah keduniawian”?
57
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
Uniknya lagi hadits palsu hasil modifikasi ini asli made in Indonesia.
Jauh sebelum ada sms, BBM, WA, internet, dan perkembangan dunia
komunikasi yang canggih seperti sekarang ini. Hadits ini tidak pernah,
ada dan tidak pernah ada orang Indonesia yang mengamalkan “ritual
ibadah” saling bermaaf maafan sebelum memasuki ramadhan.
Yang ada hanya saling bermaaf maafan setelah Ramadhan, pada waktu
hari raya Idul Fithri. Inipun hanya terkait dengan masalah tradisi saja,
tidak ada kaitannya dengan ibadah puasa ramadhan apalagi dengan
ancaman hadits palsu segala.
Dan bahkan, kira kira mulai tahun 2010 an keatas juga. Hadits palsu itu
dimodifikasi lagi untuk memunculkan “ritual ibadah” saling memaafkan
pada hari nishfu Syaban, melalui berbagai macam broadcast, internet,
dan media komunikasi lainnya.
58
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
Perhatikan bahwa pada hadits palsu versi modifikasi kedua ini sekarang
ada tambahan kata “nishfu Syaban”. Sedangkan pada hadits palsu versi
modifikasi pertama hal ini tidak diketemukan.
Inilah salah satu ritual ibadah dan keyakinan dalam menyambut bulan
ramadhan yang harus kita tinggalkan, dan yang harus kita ingkari.
لم ٌصح فً لٌلة نصؾ من شعبان شًء وال نطق بالصالة فٌها ذو صدق من الرواة
وما أحدثه إال متالعب بالشرٌعة المحمدٌة راؼب فً زي المجوسٌة
59
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
، بدعة االحتفال بلٌلة النصؾ من شعبان:ومن البدع التً أحدثها بعض الناس
ً وقد ورد ف، ولٌس على ذلك دلٌل ٌجوز االعتماد علٌه،وتخصٌص ٌومها بالصٌام
، أما ما ورد فً فضل الصالة فٌها،فضلها أحادٌث ضعٌفة ال ٌجوز االعتماد علٌها
كما نبه على ذلك كثٌر من أهل العلم،فكله موضوع
13
Lihat fatwa beliau selengkapnya di sini : https://www.binbaz.org.sa/article/25
14
Yakni turun ke langit dunia di sepertiga malam terakhir setiap malam.
Sebagaimana yang disebutkan dalam hadits Shohih berikut ini,
60
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
Hanya saja memang terdapat satu saja hadits yang bisa dipegang
dengan derajat Hasan, yang menyebutkan keutamaan hari nishfu
Syaban secara umum. Namun hadits itu tidak menyebutkan adanya
suatu amalan ibadah khusus pada hari nishfu Syaban, sebagaimana
yang dilakukan sebagian orang.
ً " إن هللا لٌطلع ف: عن أبً موسى األشعري عن رسول هللا صلى هللا علٌه وسلم قال
( رواه ابن ماجه. " لٌلة النصؾ من شعبان فٌؽفر لجمٌع خلقه إال لمشرك أو مشاحن
1390 )
“Rabb kita Allah Tabaraka wa Ta’ala turun pada setiap malam ke langit dunia
pada sepertiga malam terakhir, seraya berkata: ‘Siapa yang berdo’a kepada-Ku,
maka Aku memperkenankan do’anya, siapa yang meminta kepada-Ku, maka
Aku memberinya, dan siapa yang memohon ampunan kepada-Ku, maka Aku
mengampuninya.” *Hr. Bukhari dan Muslim+
61
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
Oleh karena itu, berbagai amalan ibadah yang diada-adakan pada hari
nisyfu sya’ban berikut berbagai macam keutamaannya, wajib untuk
dihindari dan ditinggalkan.
62
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
Oleh para Sunan yang mengislamkan tanah Jawa, tradisi nyadran itu
dirubah kemasannya dengan menggunakan nuansa islami karena tradisi
ini sepertinya masih susah untuk dihilangkan. Hal ini konon merupakan
usaha yang dinisbatkan kepada Sunan Kalijaga.
***
Dan ziarah itupun dilakukan dengan tidak dengan cara harus ada
prosesi acara tertentu yang mendahuluinya. Ataupun harus dengan
berombongan berpawai mengunjungi kuburan.
15
Memang terdapat perbedaan pendapat di kalangan Ulama, apakah membaca
Al Qur’an dengan niat untuk menghadiahkan pahala bacaan tersebut kepada
sang mayit itu sampai atau tidak. Akan tetapi perbedaan pendapat itu tidak
dalam rangka harus sembari ziarah ke kuburan, ataupun pada waktu bilangan
hari tertentu.
Hal itu tidak pernah dilakukan oleh Rasulullah dan para sahabatnya. Rasulullah
dan para sahabat berziarah kubur untuk mendoakan sang mayit, dan tidak
pernah sambal membacakan Al Qur’an di kuburan. Karena pada hakikatnya
kuburan itu bukanlah tempat untuk membaca Al Qur’an.
“Janganlah jadikan rumah kalian seperti kuburan, karena setan itu lari dari
rumah yang didalamnya dibacakan surat Al Baqarah.” (HR. Muslim)
63
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
Oleh karena itu hendaklah budaya ini ditinggalkan dan diganti dengan
ziarah yang sesuai syariat. Dengan pemahaman dan keyakinan, tidak
perlu mengkhususkan ziarah atau nyadran pada bulan Syaban (ruwah)
Padahal mandi besar itu bukanlah syarat sah puasa. Mandi janabah itu
masuk dalam pembahasan thoharoh dan tentu saja ini masuk dalam
masalah ibadah.
****
Daftar list ini mungkin bisa kita tambah lagi, jika kita mendaftar
berbagai macam budaya di Indonesia yang mencampuri dan
mengadopsi jenis jenis ibadah islam untuk menyambut bulan
ramadhan.
Bisa juga kita tambah lagi dengan berbagai macam aktivitas yang
dzohirnya sebenarnya hanyalah masalah keduniawian belaka, namun
berubah menjadi ritual ibadah karena dilandasi adanya keyakinan
keyakinan tertentu.
64
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
65
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
BAGIAN III
AGAR RAMADHAN TIDAK MENJADIKAN
KITA ORANG YANG DILAKNAT ALLAH
A. ORANG-ORANG YANG DILAKNAT ALLAH SETELAH BULAN
RAMADHAN
Manusia itu sejatinya seperti semut, dimana ada gula disitu ada semut.
Jika Semut mau untuk berusaha mendapatkan dan membawa gula yang
dia temui. Sedangkan manusia, ada sebagian orang yang “ogah-
ogahan” berusaha mendapatkan kebaikan dari bulan ramadhan yang
dia temui ini, walau itu sebenarnya sudah “sangat dipermudah”.
ً آم: أرؼم هللا أنؾ عبد أو بعد دخل رمضان فلم ٌؽفر له فقلت: قال لً جبرٌل
66
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
Padahal jika kita minimal “berpuasa dengan benar saja”, sesuai dengan
yang diwajibkan. Tidak menambah-nambah dengan amalan sunnah
lain, katakanlah karena malas. Maka kita tetap akan bisa mendapatkan
ampunan dari Allah, dan terhindar dari doa laknat malaikat Jibril yang
diaminkan oleh rasulullah tersebut.
َمنْ صَا َم رَ َمضَانَ ِإٌمَا انا َواحْ ِت َساباا ُؼفِرَ َل ُه مَا َت َقد َم مِنْ َذ ْن ِب ِه
Maka dari itu, kemudahan yang tidak diambil itu membuktikan bahwa
sebenarnya orang tersebut puasanya hanya main main dan
meremehkan saja.
Maka dari itu, orang seperti ini memang pantas untuk dilaknat. Semoga
Allah melindungi kita dari hal yang demikian.
16
Ini sering disebut “Mokel” kalau orang jawa timur bilang.
67
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
Ini terjadi karena walaupun puasanya sah, dan tidak melakukan hal-hal
yang menyebabkan puasanya batal. Namun puasanya dirusak dengan :
68
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
Orang-orang yang seperti ini tidak mendapatkan pahala apa apa dari
puasanya, kecuali hanya lapar dan dahaga saja. Walaupun puasanya
sah tidak batal. Dan orang seperti ini banyak jumlahnya, sebagaimana
yang disebutkan sendiri oleh Rasulullah shalalloohu ‘alaihi wa sallam
Dua hal ini, selain untuk memberikan targhib (dorongan motivasi) bagi
diri kita agar puasa kita itu memiliki “jiwa” dan “tujuan” yang benar.
Dua hal ini juga penting untuk memberikan kita “pemahaman yang
benar” dalam menjalankan puasa.
1. Puasa kita tidak sia sia dan hanya mendapatkan lapar dan
dahaga belaka
2. Puasa kita tidak “memberatkan” diri kita sendiri, karena tidak
mengetahui hukum-hukumnya hingga menyebabkan kita
berlebih lebihan dalam menjalankannya.
69
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
Berpijak dari hal-hal tersebut, maka tulisan kita ke depan akan lebih
mencoba untuk menerangkan masalah berkaitan dengan “keutamaan
bulan Ramadhan” dan “Hukum hukum fiqh yang ada di dalamnya”.
Semoga ini bisa menjadi bekal dan panduan bagi kita, dalam memasuki
bulan ramadhan yang semakin dekat ini.
70
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
BAGIAN IV
PENTINGNYA MEMAHAMI DAN MENGILMUI
KEUTAMAAN BULAN ROMADHON
“Jika tujuan kita jelas, maka jalan kita mudah.”
Inilah salah satu rahasia besar kenapa Rasulullah, para shahabat, dan
para ulama salaf banyak melakukan amalan-amalan pada bulan
Ramadhan, yang jauh lebih banyak dibandingkan amalan pada bulan-
bulan lain, untuk mendapatkan keutamaan bulan ramadhan.
Tidak lain karena tujuan mereka jelas! Ilmu mereka jelas, pemahaman
mereka jelas, dan mereka sangat jelas memahami keutamaan bulan
Ramadhan…!
Maka dari itu, agar mudah bagi kita dalam mengikuti jejak mereka.
Berikut akan kami jelaskan berbagai macam keutamaan bulan
Ramadhan, yang penting untuk kita fahami.
ِ َشهَا َد ِة أَنْ َال ِإل َه إِال هللاُ َو أَن مُحَ م ادا رَ س ُْو ُل: اْلسْ َال ُم َع َلى َخمْ س
َو ِإ َق ِام، هللا ِ ْ ًَُِبن
رواه البخاري و مسلم. َ َو ص َْو ِم رَ َمضَان، ت ِ ٌْ َو حَ ج ْال َب، َو إٌِْت ٌْ َتا ِء الز َكا ِة، الص َال ِة
71
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
“Islam dibangun atas lima hal: (1) Persaksian bahwa tidak ada
tuhan yang berhak disembah dengan benar kecuali Allah dan
Muhammad adalah utusan Allah (Syahadatain), (2) mendirikan
shalat, (3) menunaikan zakat, (4) naik haji, dan (5) puasa
Ramadhan’”. *Hr. Bukhari – Muslim]
ٌََا أَ ٌُّهَا الذٌِنَ آ َم ُنوا ُكتِبَ َعلَ ٌْ ُك ُم الصٌَا ُم َكمَا ُكتِبَ َعلَى الذٌِنَ مِنْ َق ْبلِ ُك ْم لَعَل ُك ْم َتتقُون
Sekalipun tujuan kita puasa Ramadhan itu agar kita menjadi orang yang
bertaqwa, namun hendaknya diperhatikan bahwa di akhir ayat itu Allah
menyebutkan dengan perkataan ( )لَعَل ُك ْم َتتقُون
72
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
berpuasa, diharapkan itu bisa mendidik kita agar kita berubah menjadi
orang yang bertaqwa sedikit demi sedikit secara berproses.
Maka dari itu sebagian ulama mencela orang-orang yang seperti ini
dengan julukan “seburuk-buruk kaum”.
ببس القوم ال ٌعرفون هلل: إن قوما ٌتعبدون و ٌجتهدون فً رمضان فقال: قٌل لبشر
حقا إال فً شهر رمضان إن الصالح الذي ٌتعبد و ٌجتهد السنة كلها
ٌََا أَ ٌُّهَا الذٌِنَ آ َم ُنوا اتقُوا هللاَ حَ ق ُت َقا ِت ِه َوال َتمُو ُتن إِال َوأَ ْن ُت ْم مُسْ لِمُون
73
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
ٌ َُوفقُ ُه لِ َعمَل صَالِح َق ْب َل: َك ٌْؾَ ٌَسْ َتعْ ِملُهُ؟ َقا َل: قاَلُوُ ا،ُإِ َذا أَرَ ا َد هللاُ ِب َع ْب ِد ِه َخٌْرا ا اسْ َتعْ َم َله
رَ واه اْلمام أحمـد والترمذي وصحح اللحاكم فً المستدرك.م َْو ِت ِه.
Pilihan manusia dalam masalah ajal itu hanya ada dua, husnul khatimah
(akhiran yang baik) atau su’ul khatimah (akhiran yang buruk). Dan
menjaga diri kita agar tetap menjadi orang yang bertaqwa hingga ajal
menjemput kita, itu bukanlah suatu perkara yang mudah.
74
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
Tidak ada artinya menjadi orang yang bertaqwa sesaat saja dan tidak
istiqomah. Yang kemudian ditutup dengan kemaksiatan pada akhir
hayatnya (su’ul khotimah). Semoga Allah mewafatkan kita dalam
keadaan yang bertaqwa dan mendapatkan husnul khotimah. Aamiiin.
Jika kita melakukan amal sholeh, maka dengan rahmat kasih sayang
Nya Allah subhaanahu wa ta’ala akan melipatgandakan pahala amal
sholeh kita dari sepuluh kali lipat hingga tujuh ratus kali lipat. Ini
berdasarkan hadits Qudsi berikut ini,
ْهللا صَ لى هللا علٌه وسلم ِف ٌْمَا ٌَرْ ِو ٌْ ِه َعن ِ َعنْ رَ س ُْو ِل،اس رَ ضِ ًَ هللاُ َع ْن ُهمَا ِ ْن عَب ِ َعنْ اب
َ َف َمنْ هَم ِبحَ َس َنة َفل ْم: ك َ ُ
َ ِ ثم بٌَنَ ذل،ِت َوالسٌبات َ ِ إِن هللاَ َك َتبَ ْالحَ َس َنا: ك َو َتعَالَى َ َرَ ب ِه َتبَار
َوإِنْ هَم ِبهَا َف َع ِملَهَا َك َت َبهَا هللاُ عِ ْندَ هُ َع ْشرَ َة حَ َس َنات إِلَى،ٌَعْ م َْلهَا َك َت َبهَا عِ ْندَ هُ حَ سَ َن اة َكا ِملَ اة
َو ِإنْ هَم ِبسَ ٌ َبة َفلَ ْم ٌَعْ م َْلهَا َك َت َبهَا هللاُ عِ ْن َد ُه حَ َس َن اة،َس ْب ِعمِا َب ِة ضِ عْ ؾ إِلَى أَضْ َعاؾ َك ِث ٌْرَ ة
َوإِنْ هَم ِبهَا َف َع ِملَهَا َك َت َبهَا هللاُ َسٌ َب اة َوا ِح َد اة،“ َكا ِملَ اة
75
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
إِ َذا أَحْ َسنَ أَحَ ُد ُك ْم ِإسْ الَ َم ُه َف ُك ُّل حَ َس َنة ٌَعْ َملُهَا ُت ْك َتبُ لَ ُه ِب َع ْش ِر أَمْ َثالِهَا ِإلَى َس ْب ِعمِا َب ِة ضِ عْ ؾ
Ini yang berlaku untuk segala amal sholeh seorang Muslim yang baik
keislamannya secara umum.
***
Namun secara khusus terdapat tiga jenis amalan mulia, yang pelipat
gandaan pahalanya jauh lebih tinggi dari 700 kali lipat itu. Bahkan
dengan tegas dikatakan, pelipat gandaan pahalanya itu sampai “tanpa
batas” dan hanya Allah subhaanahu wa ta’ala yang mengetahuinya.
a. Puasa
ْن آ َد َم ٌُضَاعَ ؾُ ْالحَ َس َن ُة َع ْشرُ أَ ْم َثالِهَا إِلَى َس ْب ِعمِا َب ِة ضِ عْ ؾ َقا َل هللاُ َعز َوجَ ل ِ ُك ُّل َعم َِل اب
ان َفرْ حَ ة َ
ت
ِ َِ ح ْر َ
ف ِم با ِلص ل ِى ل ْج َ أ ِْن
م هُ م
َ َا
ع طَ وَ َه
ُ َ
ت ْو
ه َ
ش ع
ُ ََد
ٌ ه
ِ ب ى
ِ ِ ز ْج َ أ ا َ
ن َ أوَ ِى ل ه
ُ نِ إِال الص ْو َم َف
إ
ٌِح ْالمِسْ ك ر ِْن
م هللا
ِ د َ ْ
ن ِع َُبٌ ْ َ َو َل ُخلُوؾُ فٌِ ِه أ.عِ ْن َد ف ِْطر ِه َو َفرْ حَ ة عِ ْن َد لِ َقا ِء رَ ب ِه
ط
ِ ِ ِ
“Setiap amalan kebaikan yang dilakukan anak bani Adam akan
dilipatgandakan dengan sepuluh kebaikan yang semisal, hingga
tujuh ratus kali lipat.”
76
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
b. Bersabar
c. Memaafkan
***
Puasa termasuk dalam salah satu amalan yang pahalanya tanpa batas
itu, dan hanya Allah sendiri yang mengetahui berapa banyak puasa kita
akan dibalas pahalanya sesuai dengan “kualitas puasa” kita. Oleh
77
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
karena itu hendaklah kita tingkatkan selalu kualitas puasa kita, dan
jangan sampai kesempatan puasa di bulan Ramadhan ini terlewatkan
begitu saja.
Dan hebatnya lagi jika kita memahami tiga amalan mulia ini dengan
lebih dalam. Bukan tidak mungkin tiga amalan mulia yang memiliki
pahala tanpa batas itu, bisa berkumpul menjadi satu di dalam puasa
Ramadhan kita ini.
Yang mana ketika kita berpuasa Ramadhan, kita juga sembari bersabar
dalam menjalankan puasa dengan benar-benar menahan diri dari hal-
hal yang merusak puasa kita. Dan juga memaafkan orang-orang jahil
mengajak kita berkelahi, bertengkar, dan mencaci maki diri kita dengan
berkata “innii shooimun” (Sesungguhnya saya sedang berpuasa)
sebagaimana yang dituntunkan oleh Rasulullah Shalalloohu ‘alaihi wa
sallam.
“Puasa itu adalah perisai, jika salah seorang dari kalian sedang
berpuasa, maka janganlah mengucapkan ucapan kotor, dan
jangan pula bertindak bodoh. Jika ada seseorang yang
mencelanya atau mengganggunya, hendaklah mengucapkan:
“innii shoo-imun”, sesungguhnya aku sedang berpuasa.“ *HR.
Bukhari]
***
78
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
Ini terbukti dengan adanya perang Badr yang dilakukan ketika bulan
Ramadhan, oleh rasulullah dan para shahabatnya. Perlawanan terhadap
kedzoliman dan amar ma’ruf nahi munkar manakah yang lebih nyata
dibandingkan dengan jihad? Yang mana dalam perang itu kita saling
membunuh?
a. Jika suatu kedzoliman itu hanya berlaku pada diri kita saja, tidak
menimbulkan kemadhorotan serta melampaui batas. Maka boleh
dan dianjurkan kita bersabar dan memaafkan saja akan hal tersebut.
Ini sesuai dengan firman Allah,
79
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
جعل هللا، شهر فٌه لٌلة خٌر من ألؾ شهر، ٌا أٌها الناس قد أظلكم شهر عظٌم
و من تقرب فٌه بخصلة من الخٌر كان كمن، و قٌام لٌله تطوعا، صٌامه فرٌضة
، و من أدى فرٌضة كان كمن أدى سبعٌن فرٌضة فٌما سواه، أدى فرٌضة فٌما سواه
و شهر ٌزاد فٌه رزق، و شهر المواساة، و هو شهر الصبر و الصبر ثوابه الجنة
و كان، و عتق رقبته من النار، و من فطر فٌه صابما كان مؽفرة لذنوبه، المإمن
ٌا رسول هللا لٌس كلنا ٌجد ما: له مثل أجره من ؼٌر أن ٌنتقص من أجره شًء قالوا
، أو تمرة، ٌعطً هللا هذا الثواب من فطر صابما على مذقة لبن: قال، ٌفطر الصابم
و من أشبع صابما سقاه هللا من الحوض شربة الٌظمؤ حتى ٌدخل، أو شربة من ماء
، و هو شهر أوله رحمة و وسطه مؽفرة و آخره عتق من النار، الجنة
80
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
Hadits ini didhaifkan oleh para pakar hadits seperti Al Mundziri sendiri
dalam At Targhib Wat Tarhib (2/115), juga didhaifkan oleh Syaikh Ali
Hasan Al Halabi di Sifatu Shaumin Nabiy (110), bahkan dikatakan oleh
Abu Hatim Ar Razi dalam Al ‘Ilal (2/50) dan juga oleh Syaikh Al Albani
dalam Silsilah Adh Dhaifah (871) bahwa hadits ini Munkar.
81
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
ِ هللا صَلى هللاُ َعلَ ٌْ ِه َو َسل َم أَ ٌُّ ُهمَا أَ ْفضَ ُل أَ َمسْ ج ِج ُد رَ س ُْو ِل
هللا ِ َت َذا َكرْ َنا َو َنحْ نُ عِ ْن َد رَ س ُْو ِل
ًِْهللا صَلى هللاُ عَ لَ ٌْ ِه َوسَل َم صالَة ف ِ ل
ُ ُو ْ س ََ رل ا َ
ق َ
ف ؟ ِس
ِ د د ْ
ق َْ ت
م ال ِ ٌْ صَلى هللاُ َع َل ٌْ ِه َوسَ ل َم أَ ْم َب
صلَ َوات ِف ٌْ ِه َولَنِعْ َم ْال ُمصَلى ه َُو َو َلٌ ُْو َش َكن ألَنْ ٌَ ُك ْونَ لِلرَ ُج ِل م ِْث ُل َ ض ُل أَرْ ب َِع َ َمسْ ِجدِيْ أَ ْف
ِس َخٌْر د ْ
ق م
َ ْ
ال ُ
ْت ٌبَ ه
ُ ْ
ن م
ِ ى َُرٌ ُ
ْث ٌ َح ضِ ْر ََش ْطن َفرَ سِ ِه ( َوفًِْ ر َواٌَة ―م ِْث ُل َق ْوسِ ِه‖) مِنَ األ
ِ ِ ِ
لَ ُه مِنَ ال ُّد ْنٌَا َومَا ِف ٌْهَا
82
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
Adapun sholat di Masjidil Aqsho atau Baitul Maqdis itu bernilai 250 kali
lipat, karena hadits dari Abu Dzar tadi menyebutkan bahwa sholat di
Masjid Nabawi setara dengan 4 kali sholat di Masjidil Aqsho. Sedangkan
sekali sholat di Masjidil Nabawi bernilai 1000 kali lipat, sehingga 1 kali
sholat di Masjidil Aqsho bernilai ¼ nya yakni 250 kali lipat.
َ َقالُوا َوالَ ْال ِجهَا ُد َقا َل « َوال. » ض َل مِنَ ْال َعم َِل فِى َه ِذ ِه َ مَا ْال َع َم ُل فِى أٌَ ِام ْال َع ْش ِر أَ ْف
إِال رَ ُجل َخرَ َج ٌ َُخاطِ ُر ِب َن ْفسِ ِه َومَالِ ِه َفلَ ْم ٌَرْ ِجعْ ِب َشىْ ء، ْال ِجهَا ُد
“Tidak ada amalan yang lebih mulia dari amalan yang dilakukan
pada sepuluh hari pertama Dzulhijjah.” Para sahabat berkata,
“Tidak pula bisa ditandingi dengan jihad?” “Walaupun dengan
jihad. Kecuali jika seseorang keluar berjihad lalu sesuatu
membahayakan diri dan hartanya lantas ia kembali dalam
keadaan tidak membawa apa pun”, jawab beliau (HR. Bukhari
no. 969).
c. Puasa pada hari Arafah (9 Dzulhijjah) ketika para Haji sedang Wuquf
di padang Arafah untuk yang tidak berhaji, yang bernilai dapat
menghapuskan dosa setahun yang lalu dan setahun yang akan
datang. Berikut juga puasa Asyuro (10 Muharrom) yang dapat
menghapuskan dosa setahun yang lalu
83
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
هللا أَنْ ٌُ َكفرَ الس َن َة التِى َق ْب َل ُه َوالس َن َة التِى َبعْ َدهُ َوصِ ٌَا ُم ٌ َْو ِم
ِ صِ ٌَا ُم ٌ َْو ِم َعرَ َف َة أَحْ َتسِ بُ َعلَى
هللا أَنْ ٌُ َكفرَ الس َن َة التِى َق ْب َل ُه
ِ شورَ ا َء أَحْ َتسِ بُ َعلَى ُ عَا
Dan cukup banyak dalil-dalil yang lain, yang bisa digunakan menetapkan
kaidah umum “pelipatgandaan kebaikan dan keburukan yang
dilaksanakan di tempat dan waktu yang mulia”.
Ini seperti dalil berkaitan dengan malam Lailatul Qadr yang bernilai
lebih baik daripada 1000 bulan, Puasa sunnah 6 hari di bulan Syawal
setelah puasa Ramadhan, dan lain-lain.
Dan pelipat gandaannya itu terserah Allah, karena tidak ada hadits
secara definitive yang menerangkan mengenai jumlah pelipat
gandaannya. Sedangkan hadits yang memastikan bahwa 1 kebaikan
amal sholeh sunnah di bulan Ramadhan itu sama seperti melakukan 1
ibadah wajib di bulan lain. Dan 1 perbuatan amal wajib itu sama seperti
melakukan 70 perbuatan amal wajib di bulan lain. Maka hadits ini dhoif,
dan pemastian jumlah tertentu ini tidak benar adanya.
84
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
****
Jawab :
Alhamdulillah.
17
Lihat : http://islamqa.info/id/38213
85
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
(Beliau) menjawab:
86
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
َمنْ جَ ا َء ِب ْالحَ َس َن ِة َفلَ ُه عَ ْش ُر أَ ْم َثالِهَا ۚ َو َمنْ جَ ا َء ِبالسٌ َب ِة َف َال ٌُجْ َزى إِال م ِْثلَهَا َو ُه ْم َال
ٌَ ُْظلَمُون
87
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
88
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
“Lailatul Qadr itu lebih baik dari seribu bulan.” (QS. Al Qadar: 3).
قٌامها والعمل فٌها خٌر من قٌام: لٌلة القدر خٌر من ألؾ شهر قال مجاهد:قوله تعالى
، وابن قتٌبة، واختٌار الفراء، وهذا قول قتادة،ألؾ شهر وصٌامها لٌس فٌها لٌلة القدر
والزجاج
Ketika mentafsirkan firman Allah ( ) لَ ٌْلَ ُة ْال َق ْد ِر َخٌْر مِنْ أَ ْلؾِ َشهْر,
berkata Qotadah:
89
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
Malam lailatul qodr itu bukan hanya pada sebagian waktu malam yang
dirahasiakan, akan tetapi seluruh malamnya pada hari yang
dirahasiakan itulah malam Lailatul Qadr. Jadi yang rahasia itu harinya
saja, bukan malamnya.
***
Bahkan rasulullah melakukan I’tikaf itu tidak hanya malam harinya saja,
namun siangnya juga. Beliau tetap ber-I’tikaf di masjid walaupun
Lailatul Qadr itu hanya datang pada malam hari saja. Inilah bukti
keseriusan beliau dalam masalah mendapatkan malam Lailatul Qadar
ini.
90
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
Ini karena I’tikaf itu merupakan suatu bentuk ibadah, walau dilakukan
dengan cara hanya niat untuk I’tikaf dan berdiam diri di masjid saja.
Tentu saja sayang kalau hanya dilakukan dengan berdiam diri saja di
masjid dengan tanpa melakukan apa-apa.
Dari sini Rasulullah shalalloohu ‘alaihi wa sallam tidak ingin jika waktu
Lailatul Qadr itu ada yang kosong dan tidak dimanfaatkan untuk ibadah,
walau sedikit. Maka dari itulah beliau ber-I’tikaf, agar seluruh malam
lailatul qadar itu bisa bernilai ibadah.
Dan seluruh amalan ibadah yang kita lakukan sembari ber-I’tikaf itu,
lebih baik nilainya dibandingkan 1000 bulan.
***
Semua makhluq dimuka bumi ini akan menjumpai Lailatul Qadr. Hanya
saja ada orang yang memanfaatkan dan mengisi malam itu dengan
beribadah. Dan ada juga orang yang menyia-nyiakannya dengan
melakukan hal-hal yang tidak mendatangkan pahala dan tidur.
Seseorang jika beribadah dan melakukan amal sholeh pada malam hari,
yang kebetulan bertepatan dengan malam lailatul Qadr. Maka amal
sholehnya dianggap mendapatkan keutamaan malam Lailatul Qadr,
91
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
walaupun dia tidak mengetahui bahwa malam itu adalah malam lailatul
qadr.
a. Waktu Sahur
ُ ُك َو َتعَالَى ُكل لَ ٌْلَة إِلَى السمَا ِء ال ُّد ْنٌَا حٌِنَ ٌَ ْب َقى ُثل
ْث اللٌ ِْل اآل ِخ ُر ٌَقُو ُل َمن َ ٌََ ْن ِز ُل رَ ُّب َنا َتبَار
ٌ َْدعُونِى َفؤَسْ َت ِجٌبَ لَ ُه َمنْ ٌَسْ ؤَلُنِى َفؤُعْ طِ ٌَ ُه َمنْ ٌَسْ َت ْؽ ِف ُرنِى َفؤ َ ْؼفِرَ لَ ُه
92
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
Waktu mustajabah untuk berdoa pada sepertiga malam akhir atau pada
waktu sahur ini, tidak hanya berlaku pada bulan Ramadhan saja. Akan
tetapi ini juga berlaku untuk hari-hari lainnya.
b. Saat berpuasa
ُْ ْ ْ َ َ
ِ ثالَثة الَ ُترَ ُّد َدعْ َو ُت ُه ُم الصا ِب ُم حَ تى ٌُ ْفطِ رَ َواْلِمَا ُم العَا ِد ُل َو َدعْ َو ُة المَظل
وم
93
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
Hadits ini sebenarnya berlaku secara umum, yakni untuk puasa di bulan
ramadhan ataupun puasa di luar bulan Ramadhan. Maka dari itu,
banyak-banyaklah kita berdoa sewaktu kita sedang melakukan puasa.
“Ada tiga orang yang do’anya tidak ditolak : Pemimpin yang adil,
Orang yang berpuasa ketika dia berbuka, Do’a orang yang
terzalimi.”
94
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
Hadits ini juga berlaku umum, yakni baik itu pada waktu puasa di bulan
ramadhan ataupun di luar bulan ramadhan.
Terdapat paling tidak lima hadits yang semakna berkaitan dengan hal
ini. Lima hadits tersebut adalah sebagai berikut :
مكفرات لما بٌنهن، ورمضان إلى رمضان، والجمعة إلى الجمعة، الصلوات الخمس
إذا اجتنبت الكبابر
95
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
،ار َ ْ َو ُؼل َق، َومَرَ َد ُة ْال ِجن، ُت الشٌَاطِ ٌن ِ صُف َد، َت أَو ُل لَ ٌْلَة مِنْ رَ َمضَان ْ إِ َذا َكا َن
ِ ت أب َْوابُ الن
ًَ ِ ٌَا بَاؼ: َو َنا َدى ُم َناد، َفلَ ْم ٌ ُْؽ َل ْق ِم ْنهَا بَاب،ِت أَب َْوابُ ْالجَ نة ْ َ َوفُتِح،َفلَ ْم ٌُ ْف َتحْ ِم ْنهَا بَاب
َو َذلِكَ فًِ ُكل لَ ٌْلَة،ارِ هلل ُع َت َقا ُء مِنَ الن ِ ِ َو، ْ َوٌَا بَاؼِ ًَ الشر أَ ْقصِ ر،ْْال َخٌ ِْر أَ ْق ِبل
(HR. Tirmidzi no. 682, Ibnu Majah no. 1642, Ibnu Hibban no.
3435, Al-Hakim no. 1532, Al-Baihaqi dalam Syu’ab al-Iman no.
3327 dan Al-Baghawi dalam Syarh as-Sunnah no. 1705. Hadits ini
dinyatakan shahih oleh imam Al-Hakim dan Ibnu Hibban. Syaikh
Syu’aib al-Arnauth menyatakan sanadnya kuat. Syaikh
Muhammad Nashiruddin al-Albani menyatakan hadits tersebut
shahih. Imam At-Tirmidzi menyatakan hadits tersebut memiliki
hadits-hadits penguat dari jalur sahabat Abdurrahman bin Auf,
Abdullah bin Mas’ud dan Salman al-Farisi radhiyallahu ‘anhum.)
96
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
الَ ٌ َْد ُخ ُل ِم ْن ُه أَحَ د، ٌ َْد ُخ ُل ِم ْن ُه الصا ِبمُونَ ٌ َْو َم ْال ِقٌَا َم ِة، ُإِن فِى ْالجَ ن ِة بَاباا ٌُ َقا ُل لَ ُه الرٌان
، َ َفإِ َذا دَ َخلُوا أُ ْؼلِق، الَ ٌ َْد ُخ ُل ِم ْن ُه أَحَ د َؼ ٌْ ُر ُه ْم، َ ٌُ َقا ُل أَ ٌْنَ الصا ِبمُونَ َف ٌَقُومُون، َؼ ٌْ ُر ُه ْم
َفلَ ْم ٌ َْد ُخ ْل ِم ْن ُه أَحَ د
97
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
ِ َان ل ِْل َع ْب ِد ٌ َْو َم ْال ِقٌَا َم ِة ٌَقُو ُل الصٌَا ُم أَىْ رَ ب َم َنعْ ُت ُه الطعَا َم َوالشه ََوا
ت ِ الصٌَا ُم َو ْالقُرْ آنُ ٌَ ْش َفع
َان َ َ َ َ ُ َ ُ ْ ُ
ِ قا َل ف ٌُشفع. َو ٌَقو ُل القرْ آنُ َمنعْ ت ُه الن ْو َم ِباللٌ ِْل فشفعْ نِى فٌِ ِه.َار َف َشفعْ نِى فٌِ ِه
َ ِ ِبالنه
“Puasa dan Al-Qur’an itu akan memberikan syafaat kepada
seorang hamba pada hari kiamat nanti.
Selain itu hadits ini juga memberikan tambahan faedah hukum bagi
kita. Bahwasanya waktu membaca Al-Qur’an yang paling baik itu adalah
pada waktu malam hari. Karena dalam hadits tersebut dikatakan “Al-
Qur’an pula berkata,’Saya telah menahannya dari tidur pada malam
hari’ ”.
Ini bukan berarti membaca Al-Qur’an di siang hari itu tidak utama, akan
tetapi membaca Al-Qur’an di malam hari itu lebih utama dibandingkan
membaca Al-Qur’an di siang hari. Terlebih lagi terdapat hadits berikut
ini,
98
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
10. Bulan puasa adalah bulan dimana semua pintu Surga dibuka,
semua pintu neraka ditutup, dan syaithon-syaithon dibelenggu
Secara Aqidah, surga itu memiliki 8 buah pintu dan neraka memiliki 7
buah pintu. Ini sesuai dengan sabda Rasulullah shalalloohu ‘alaihi wa
sallam :
أَ ْش َه ُد أَنّ الَ إِلَ َه إِال ّ هللا: ― َمنْ َقا َل:عن عبادة أن رسول هللا صلى هللا علٌه وسلم قال
ُهللا َوابْنُ أَ َم ِت ِه َو َكلِ َمت ُه
ِ ّ َوأَ ّننّ عِ ٌسَ ىَ َع ْب ُد،ُ َوأَنّ مُحَ مّدا َع ْب ُدهُ َورَ سُولُه،ُك َله َ ٌَوحْ َدهُ الَ َش ِر
ب ا
ِ َ ّيْو ب َ أ َ أ ِْن
م هللا هُ َ لخَ ْ
د َ أ ،قّ ّ
ن ال
ََ نّ ارَ حَ أو ،قّ َ
ة ّ
ن
ََ نّ جَ حْ
ال َ أو ،ُ
ه نْ م
ِ ُوح ر وَ َ ٌَ ْأَ ْل َقاهَا إِلَى َمر
م
َ ّ ” ْالجَ ّن ِة.
الثمَاا ِن ٌَ ِة شا َء
99
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
dia dari delapan pintu surga yang mana saja yang Dia
kehendaki.” (HR. Bukhari)
أَ ْو- ك ِج ْبتَ آ ِن افا َقا َل " مَا ِم ْن ُك ْم مِنْ أَحَ د ٌَ َت َوضؤ ُ َف ٌُ ْبلِ ُػ
َ ت َفإِ َذا ُع َم ُر َقا َل إِنً َق ْد رَ أَ ٌْ ُت
ُ َْف َن َظر
تْ َهللا َورَ سُولُ ُه ِإال فُتِح ِ ْالوُ ضُو َء ُثم ٌَقُو ُل أَ ْش َه ُد أَنْ الَ ِإ َل َه إِال هللاُ َوأَن مُحَ م ادا َع ْب ُد- َفٌُسْ ِب ُػ
" لَ ُه أَب َْوابُ ْالجَ ن ِة الثمَا ِن ٌَ ُة ٌ َْد ُخ ُل مِنْ أٌَهَا َشا َء
ِ أَ ْش َه ُد أَنْ الَ إِلَ َه إِال هللاُ َوأَن مُحَ م ادا َع ْب ُد
هللا َورَ سُولُ ُه
َوإِن جَ هَن َم لَم َْوعِ ُد ُه ْم أَجْ َمعٌِنَ لَهَا َس ْب َع ُة أَب َْواب ل ُكل بَاب م ْن ُه ْم ُج ْزء م ْقسُوم
Salah satu hikmah kenapa jumlah pintu surga lebih banyak daripada
pintu neraka adalah karena Rahmat Allah itu lebih luas, daripada
kemurkaan adzab Allah. Allah subhaanahu wa ta’ala ingin untuk lebih
100
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
َعنْ أَ ِبى هُرَ ٌْرَ َة َع ِن الن ِبى – صلى هللا علٌه وسلم – َقا َل « َلما َخ َلقَ هللاُ ْال َخ ْلقَ َك َتبَ فِى
ُش – إِن رَ حْ َمتِى َت ْؽلِب ِ ْ َوهْ َو َوضْ ع عِ ْندَ هُ َعلَى ْال َعر، ِك َت ِاب ِه – ه َُو ٌَ ْك ُتبُ َع َلى َن ْفسِ ِه
» َؼض َِبى
Selain jumlah pintu surga yang lebih banyak, masing-masing pintu surga
itu juga memiliki lebar daun pintu yang sangat lebar. Yang karena
lebarnya dari ujung ke ujung pintu, bisa ditempuh selama 40 tahun
perjalanan.
ٌع ْالجَ ن ِة مَسِ ٌرَ ُة أَرْ َبعٌِنَ سَ َن اة َو َلٌَؤْ ِتٌَن ِ ٌَولَ َق ْد ُذكِرَ لَ َنا أَن مَا َب ٌْنَ مِصْ رَ ا َع
ِ ْن مِنْ َمص
ِ َار
َعلَ ٌْهَا ٌ َْوم َوه َُو َكظِ ٌظ مِنَ الزحَ ِام
101
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
ْهللا َه َذا َخٌْر َف َمنْ َكانَ مِن ِ ب ْالجَ ن ِة ٌَا َع ْب َد ِ هللا ُنودِيَ ِمنْ أَب َْوا
ِ ٌل ِ ْن فًِ َس ِب ِ ٌ ََمنْ أَ ْنفَقَ َز ْوج
ب ال ِجهَا ِدْ ْ َ
ِ ب الصال ِة َو َمنْ َكانَ مِنْ أهْ ِل ال ِجهَا ِد ُدعِ ًَ مِنْ بَاَ ِ أَهْ ِل الص َال ِة ُدعِ ًَ مِنْ بَاا
َ َ َ َ
ْان َو َمنْ كانَ مِنْ أهْ ِل الص َدق ِة ُدعِ ًَ مِن ِ ٌب الر ِ ٌَو َمنْ َكانَ مِنْ أهْ ِل الص
ِ َام ُدعِ ًَ مِنْ بَا
َ
ْهللا مَا َعلى َمن ُ ْ َ َ ْ ْ َ
ِ ب الصددَ َق ِة فقا َل أبُو َبكر رَ ضِ ًَ هللاُ عَ ن ُه ِبؤ ِبً أن َوأمً ٌَا رَ سُو َل
َت َ َ ِ بَا
ِ ك ْاألَب َْوا
ب ُكلهَا َقا َل َن َع ْم َ ضرُورَ ة َف َه ْل ٌ ُْدعَى أَحَ د مِنْ ت ِْل َ ْب مِن َْ ك
ِ األب َْو ِابا َ ُدعِ ًَ مِنْ ت ِْل
َوأَرْ جُو أَنْ َت ُكونَ ِم ْنهُم
Ketika mendengar hadits ini Abu Bakar pun bertanya, “Ayah dan
ibuku sebagai penebus anda wahai Rasulullah, kesulitan apa lagi
yang perlu dikhawatirkan oleh orang yang dipanggil dari pintu-
pintu itu. Mungkinkah ada orang yang dipanggil dari semua pintu
tersebut?”.
Maka beliau pun menjawab, “Iya ada. Dan aku berharap kamu
termasuk golongan mereka.” (HR. Bukhari *1897 dan 3666+)
Nama-nama dari pintu surga itu mencerminkan amalan sholeh apa saja
yang sebaiknya kita prioritaskan dalam bulan Ramadhan ini. Seperti :
Sholat, Jihad, Puasa, Shodaqoh, dan lain-lain.
102
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
Dan juga dengan dilipat gandakannya pahala amalan kita selama bulan
ramadhan ini, maka akan semakin besar juga peluang kita untuk
dipanggil melalui pintu-pintu surga yang sesuai dengan “amalan
andalan” kita. Oleh karena itu, banyak-banyaklah melakukan amal
sholeh dan ibadah di bulan ramadhan ini. Semoga kita bisa dipanggil
dari pintu-pintu surga tersebut untuk masuk ke dalamnya.
***
Di sini penting juga untuk dicatat bahwa terdapat “pintu paling tengah”
dari pintu-pintu surga. Yang mana pintu itu merupakan pintu yang
paling mudah untuk kita capai dan kita masuki, karena itulah dia
disebut sebagai “pintu tengah”. Pintu itu adalah “pintu berbakti kepada
kedua orang tua” atau pintu Birrul Walidain.
Orang tua adalah pintu surga paling tengah. Kalian bisa sia-siakan
pintu itu, atau kalian bisa menjaganya. (HR. At Tirmidzi hadits no
1900, Ibn Majah hadits no. 2089 dan 3663. Dishohihkan oleh
Syaikh Albani).
وقال القاضً البٌضاوي؛ والمعنى أن أحسن ما ٌتوسل به إلى دخول الجنة وٌتوسل به
إن للجنة: وقال ؼٌره, إلى وصول درجتها العالٌة مطاوعة الوالد ومراعاة جانبه
وإن سبب دخول ذلك الباب األوسط هو محافظة, أبوابا وأحسنها دخوال أوسطها
حقوق الوالد
103
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
Hadits masalah “pintu berbakti kepada kedua orang tua” itu berlaku
untuk sepanjang tahun, tidak terbatas pada bulan Ramadhan saja. Akan
tetapi dalam bulan ramadhan ini “pintu berbakti kepada kedua orang
tua” itu dibuka selebar-lebarnya bersamaan dengan pintu-pintu surga
lainnya. Oleh karena itulah jangan lupakan juga amalan berbakti kepada
kedua orang tua (birrul walidain) pada bulan ramadhan ini.
Jadikanlah amalan berbakti kepada kedua orang tua (birrul walidain) itu
juga sebagai “amalan andalan” kita pada bulan ramadhan ini, di
samping amalan-amalan kita lainnya.
***
104
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
Hal ini benar, karena syaithan itu mengalir di aliran darah manusia. Dan
dengan puasa, aliran darah itu akan diperlambat peredaran dan
tekanannya karena lapar selama puasa. Maka dari itulah rasulullah
menganjurkan bagi para pemuda yang masih bujang namun belum
mampu untuk menikah, agar berpuasa agar lebih bisa menahan
syahwatnya.
َ ْص ِر َوأَح
صنُ ل ِْل َفرْ ِج َ َن اسْ َت َطاعَ ِم ْن ُك ُم ْالبَا َء َة َف ْل ٌَ َت َزوجْ َف ِإن ُه أَؼَ ضُّ ل ِْل َب
ِ بم ِ ٌَا َمعْ َشرَ الشبَا
َو َمنْ لَ ْم ٌَسْ َتطِ عْ َف َعلَ ٌْ ِه ِبالص ْو ِم َفإِن ُه لَ ُه ِوجَ اء
Hal ini juga diperkuat dengan sabda rasulullah lainnya, yang menegur
sebagian shahabat karena takut memiliki prasangka buruk. Pada waktu
beliau berjalan bersama istri beliau Shafiyyah untuk mengantarkannya,
pada 10 hari terakhir di bulan Ramadhan. Ketika beliau I’tikaf di malam
hari.
105
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
Ini juga menjelaskan kenapa ada orang yang didoakan laknat oleh
Malaikat Jibril, ketika tidak mendapatkan ampunan Allah sepanjang
Ramadhan. Sebagaimana yang telah kita jelaskan pada tulisan kita yang
telah lalu.
106
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
« أَ َتا ُك ْم رَ َمضَانُ َشهْر-صلى هللا علٌه وسلم- هللا ِ َعنْ أَ ِبى هُرَ ٌْرَ َة َقا َل َقا َل رَ سُو ُل
» ُمبَارَ ك َفرَ ضَ هللاُ َعز َوجَ ل عَ لَ ٌْ ُك ْم صِ ٌَا َم ُه.
107
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
ثم،أنزل هللا القرآن جملة واحدة من اللوح المحفوظ إلى بٌت ال ِع ّزة من السماء الدنٌا
نزل مفصال بحسب الوقابع فً ثالث وعشرٌن سنة على رسول هللا صلى هللا علٌه
وسلم
َ َِو َقا َل الذٌِنَ َك َف ُروا لَ ْو َال ُنز َل َعلَ ٌْ ِه ْالقُرْ آنُ ُج ْملَ اة َواحِدَ اة ۚ َك َذل
َ ك ِل ُن َثبتَ ِب ِه فُ َإا َد
ۚك
َورَ ت ْل َناهُ َترْ ت ا
ٌِال
108
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
َ َإِنآ أ
َنز ْل َنا ُه فًِ َل ٌْلَة ُّمبَارَ َكة إِنا ُكنا مُنذ ِِرٌن
***
109
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
ِ ٌ َف َعرَ ضَ َعلَ ٌْ ِه مَر َت،َكانَ ٌَعْ ِرضُ َعلَى الن ِبً صلى هللا علٌه وسلم ْالقُرْ آنَ ُكل عَام مَر اة
ْن
ََام الذِي قُ ِبض ْ
ِ فًِ الع
“Dahulu Jibril mendatangi dan mengajarkan Al-Qur’an kepada
Nabi shalallahu ‘alayhi wa sallam setiap tahun sekali (pada bulan
ramadhan). Pada tahun wafatnya Rasulullah shalallahu ‘alayi
wasallam Jibril mendatangi dan mengajarkan Al-Qur’an kepada
beliau sebanyak dua kali (untuk mengokohkan dan
memantapkannya)” ( HR. Bukhari hadits no 4998)
رواه البخاري. َار ُس ُه ْالقُرْ آن َ َكانَ ِجب ِْرٌ ُل ٌ َْل َقاهُ فِى ُكل لَ ٌْلَة مِنْ رَ َم
ِ َ َفٌُد، َضان
“Dahulu Malaikat Jibril senantiasa menjumpai Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam pada setiap malam Ramadhan. Dan
selanjutnya malaikat Jibril mengajarkan Al Qur’an kepada
beliau.” (HR. Bukhari hadits no 3220)
Bukan berarti bahwa membaca Al-Qur’an pada siang hari itu tidak
utama atau tidak boleh, akan tetapi membaca Al-Qur’an pada malam
110
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
hari itu memang lebih utama dibandingkan pada siang hari. Ini
sebagaimana yang juga dijelaskan dalam hadits berikut ini,
ِ َان ل ِْل َع ْب ِد ٌ َْو َم ْال ِقٌَا َم ِة ٌَ ُقو ُل الصٌَا ُم أَىْ رَ ب َم َنعْ ُت ُه الطعَا َم َوالشه ََوا
ت ِ الصٌَا ُم َو ْالقُرْ آنُ ٌَ ْش َفع
َان
ِ ع ف َ
ش ٌ
ُ َ
ف ل
َ ا َ
ق . هِ ٌِ
ف ِى
ن ْع ف َ
ش َ
ف ْل
ٌ الل
ِ ِ َ ب م وْ الن ه
ُ ُ
ت ْع َ
ن م
َ ُآن ْر ُ ق ْ
ال لُ و ُ ق ٌَ َو.َار َف َشفعْ نِى فٌِ ِه
ِ ِبالنه
“Puasa dan Al-Qur’an itu akan memberikan syafaat kepada
seorang hamba pada hari kiamat nanti. Puasa akan
berkata,’Wahai Tuhanku, saya telah menahannya dari makan
dan nafsu syahwat, karenanya perkenankan aku untuk
memberikan syafaat kepadanya’.
« إِنى-صلى هللا علٌه وسلم- هللا ِ َعنْ أَ ِبى مُوسَى رضى هللا عنه َقا َل َقا َل رَ سُو ُل
َ َ َ
َ
ْازل ُه ْم مِن َ ُ ُ ْ
ِ آن حٌِنَ ٌَدخلونَ ِباللٌ ِْل َوأعْ ِرؾُ َمن ِ ْألعْ ِرؾُ أَصْ َواتَ ُر ْف َق ِة األ ْش َع ِرٌٌنَ ِبب ْالقُر
ُ َ َ َ َ َ َ ُ ْ ُ ُ ْ َ
َار
ِ ازل ُه ْم حٌِنَ نزلوا ِبالنه ِ آن ِباللٌ ِْل َوإِنْ كنت ل ْم أرَ َمن ِ ْ»…أصْ َوات ِِه ْم ِبالقر.
Selain itu, usahakan juga agar membaca Al-Qur’an pada malam hari
dengan target minimal sebanyak 100 ayat. Ini karena terdapat
keutamaan lainnya sesuai dengan hadits berikut ini,
111
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
***
112
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
***
113
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
Adapun jika zaman Salaf itu dibandingkan dengan zaman kita, maka
memanfaatkan momen semarak Ramadhan agar ummat mau
mendatangi majlis ta’lim dan mempelajari lagi ajaran Islam, dirasa lebih
penting dan lebih tepat.
114
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
Kondisi kita sekarang ini berbeda dengan kondisi para ulama Salaf pada
zaman dulu. “Ngebut” dalam membaca Al-Qur’an kadang hanya
membikin kita salah dan tidak tepat dalam cara bacanya.
12. Orang yang berpuasa adalah orang yang bergembira ketika kelak
nanti bertemu Allah di Akhirat
، َوالصٌَا ُم جُ نة. َوأَ َنا أَجْ ِزى ِب ِه، َفإِن ُه لِى، ْن آدَ َم لَ ُه إِال الصٌَا َم ِ ُك ُّل َعم َِل اب: َُقا َل هللا
أَ ْو َقا َتلَ ُه َف ْل ٌَقُ ْل، َفإِنْ سَاب ُه أَحَ د، ْووالَ ٌَصْ َخب َ ث ْ ُ ف ْر ٌ
َ َ ال َ
ف ، ْ ِ ََوإِ َذا َكانَ ٌ َْو ُم ص َْو ِم أَح
مكُ د
ٌح ر ِْنم هللا
ِ د
َ ْ
ن ِع َُب
ٌ ْ َ َوالذِى َن ْفسُ مُحَ مد ِب ٌَ ِد ِه لَ ُخلُوؾُ َفم الصابِم أ. صابِم
ط َ إِنى ا ْمرُإ
ِ ِ ِ ِ
َوإِ َذا لَقِىَ رَ ب ُه َف ِر َح ِبص َْو ِم ِه، ان ٌَ ْفرَ ُح ُهمَا إِ َذا أَ ْف َطرَ َف ِر َح
ِ َ
ت َح ْر َ
ف ِم
ِ باِلص ل، ِْالمِسسْ ك
115
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
116
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
13. Bau mulut orang berpuasa lebih harum di sisi Allah pada hari
kiamat nanti dibandingkan harumnya bau misk atau Kasturi
، َوالصٌَا ُم جُ نة. َو َأ َنا َأجْ ِزى ِب ِه، َف ِإن ُه لِى، ْن آدَ َم لَ ُه إِال الصٌَا َم ِ ُك ُّل َعم َِل اب: َُقا َل هللا
أَ ْو َقا َتلَ ُه َف ْل ٌَقُ ْل، َفإِنْ سَاب ُه أَحَ د، ْووالَ ٌَصْ َخب َ ث ْ ُ َفالَ ٌَرْ ف، َوإِ َذا َكانَ ٌ َْو ُم ص َْوم أَحَ ِد ُك ْم
ِ
ِ هللا مِنْ ِر
ٌح ِ َوالذِى َن ْفسُ مُحَ مد ِب ٌَ ِد ِه لَ ُخلُوؾُ َف ِم الصاب ِِم أَ ْطٌَبُ عِ ْن َد. صابِم َ إِنى ا ْمرُإ
َوإِ َذا لَقِىَ رَ ب ُه َف ِر َح ِبص َْو ِم ِه، ان ٌَ ْفرَ ُح ُهمَا إِ َذا أَ ْف َطرَ َف ِر َح
ِ َ
ت َح ْر َ
ف ِم
ِ باِلص ل، ِْالمِسسْ ك
117
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
Apalagi jika ramadhan kita itu didasari dengan niat yang salah seperti :
Niat yang benar dan lurus dalam menjalani hari-hari di bulan ramadhan
itu adalah dengan niat agar :
118
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
Seperti misal hadits bahwa tidurnya orang yang berpuasa itu adalah
ibadah, yang mana ini justru akan membuat orang kontraproduktif
selama berpuasa dan hanya tidur malas-malasan tiap hari. Hadits
Ramadhan dibagi menjadi tiga bagian. Hadits keutamaan sholat
Tarawih pada hari-hari tertentu. Dan lain-lain.
Cukupkanlah diri kita untuk mengisi “jiwa” dan “niat” ramadhan kita,
hanya dengan berdasarkan hadits-hadits yang shohih dan hasan saja.
Hidupkanlah ramadhan kita dengan jiwa yang murni dan suci, sesuai
dengan berdasarkan hadits-hadits yang shohih dan hasan saja. Jangan
hidupkan jiwa dan niat kita berdasarkan “kepalsuan dan kelemahan”,
sebagaimana lemah dan palsunya hadits-hadits tersebut.
Banyak para asatidz dan du’at yang telah membuat tulisan peringatan
bagi ummat. Dengan mengumpulkan berbagai macam hadits-hadits
yang lemah dan palsu yang populer di masyarakat, agar masyarakat
bisa mengenali dan menjauhinya.
***
Dari “ketiga belas keutamaan bulan ramadhan” dan “Lima niat yang
benar dalam menjalani hari-hari di bulan Ramadhan”, kunci utama agar
kita bisa mendapatkan semuanya itu adalah dengan cara menjalankan
119
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
120
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
BAGIAN V
PENTINGNYA MEMAHAMI DAN
MENGILMUI FIQH PUASA
A. HUKUM DAN PENGERTIAN PUASA RAMADHAN
a. Pengertian secara bahasa
Shoum secara pengertian asal bahasa ini, pernah dipakai oleh Maryam
‘alaihis salaam dengan berdasarkan petunjuk yang diberikan malaikat
Jibril ‘alaihis salaam,
ُ َْف ُكلًِ َوا ْشرَ ِبً َو َقري َع ٌْ انا ۚ َفإِما َترَ ٌِن مِنَ ْال َب َش ِر أَحَ ادا َفقُولًِ إِنً َن َذر
ت لِلرحْ مَـ ِن
ص َْوماا َفلَنْ أ ُ َكل َم ْالٌ َْو َم إِنسِ اٌّا
Pengertian shoum yang digunakan Malaikat Jibril ini hanya dalam arti
bahasa saja, bukan dalam arti istilahi.
121
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
Pengertian puasa jenis inilah yang masyhur kita fahami dan kita
amalkan.
Hukum puasa ramadhan adalah wajib fardhu ‘ain, bagi setiap muslimin
yang telah memenuhi syarat-syarat diwajibkannya puasa ramadhan
baginya.
Sama seperti kewajiban sholat lima waktu, yang juga merupakan “al-
ma’luum minad diin bidh dhoruroh“.
Dengan kata lain, salah satu ciri pokok seorang muslim itu adalah wajib
melakukan puasa Ramadhan.
122
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
Allah berfirman,
ٌََا أَ ٌُّهَا الذٌِنَ آَ َم ُنوا ُكتِبَ َعلَ ٌْ ُك ُم الصٌَا ُم َكمَا ُكتِبَ َعلَى الذٌِنَ مِنْ َق ْبلِ ُك ْم لَعَل ُك ْم َتتقُون
ِ اْلسْ الَ ُم َعلَى َخمْ س َشهَادَ ِة أَنْ الَ إِلَ َه إِال هللاُ َوأَن مُحَ م ادا رَ سُو ُل
، َوإِ َق ِام الصالَ ِة، هللا ِ َُبنِى
َصوص َْو ِم رَ َمضَان َ َو، َو ْالحَ ج، اء الز َكا ِة
ِ َوإٌِ َت
123
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
Bagi setiap orang yang telah memenuhi syarat-syarat berikut ini, maka
wajib baginya untuk melakukan puasa Ramadhan. Syarat wajib puasa
tersebut adalah :
1. Beragama Islam
2. Baligh
Baligh secara bahasa artinya “sampai”. Yang dimaksud telah
sampai akalnya dan umurnya, yang ditandainya dengan
kematangan kondisi biologisnya. Bagi laki-laki ditandai
dengan pernah mengalami “ihtilam” atau keluarnya mani,
baik itu ketika sadar ataupun ketika sedang tidur (mimpi
basah). Sedangkan bagi wanita ditandai dengan sudah
mengalami haidh.
3. Sehat
Yakni bukan orang yang terkena sakit dan bukan juga orang
yang terkena udzur. Yang mana orang tersebut tidak mampu
serta berat untuk berpuasa karena kondisi fisiknya. Dan jika
dia memaksakan diri untuk berpuasa, maka hal itu bisa
menyebabkan kemadhorotan bagi dirinya.
Bagi orang yang terkumpul padanya keenam syarat itu, maka wajib
baginya untuk melakukan puasa Ramadhan. Dan dosa besar baginya
jika dia tidak melakukannya.
124
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
Dalil pertama
Allah berfirman,
ٌََا أَ ٌُّهَا الذٌِنَ آ َم ُنوا ُكتِبَ َعلَ ٌْ ُك ُم الصٌَا ُم َكمَا ُكتِبَ َعلَى الذٌِنَ مِن َق ْبلِ ُك ْم للَعَل ُك ْم َتتقُون
ۚ َ﴾ أٌَاماا معْ دُودَات ۚ َفمَن َكانَ مِن ُكم م ِرٌضاا أَ ْو عَ لَى َس َفر َف ِعدة منْ أٌَام أ ُ َخر٣٨١﴿
َو َعلَى الذٌِنَ ٌُطِ ٌقُون َن ُه ف ِْدٌَة َطعَا ُم مِسْ كٌِن ۚ َفمَن َت َطوعَ َخٌْرا ا َفه َُو َخٌْر ل ُه ۚ َوأَن
ُنز َل فٌِ ِه ْالقُرْ آن ُ
ِ ﴾ َش ْه ُر رَ َمضَانَ الذِي أ٣٨١﴿ ََتصُومُوا َخٌْر ل ُك ْم ۚ إِن ُكن ُت ْم َتعْ لَمُون
َص ْم ُه ۚ َومَن َكان ْ
ُ ٌَ ان ۚ َفمَن َش ِه َد مِن ُك ُم الش ْهرَ َفل ِ اس َو َبٌ َنات منَ ْال ُهدَى َو ْالفُرْ َق ِ ُه ادى للن
َم َِرٌضاا أَ ْو َعلَى َس َفر َفعِدة منْ أٌَام أُ َخرَ ۚ ٌ ُِرٌ ُد اللـ ُه ِبك ُم الٌُسْ رَ َوال ٌ ُِرٌ ُد ِبك ُم العُسْ ر
ْ ُ َ ْ ُ
ََولِ ُت ْك ِملُوا ْال ِعد َة َو ِل ُت َكب ُروا اللـ َه عَ لَى مَا َهدَ ا ُك ْم َولَعَل ُك ْم َت ْش ُك ُرون
125
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
Dalil kedua
ُرفِعَ ْال َق َل ُم َعنْ َثالَ َثة َع ِن الناب ِِم حَ تى ٌَسْ َت ٌْ ِق َظ َو َع ِن الص ِبى حَ تى ٌَشِ ب َو َع ِن ْال َمعْ ُتو ِه حَ تى
ٌَعْ ِق َل
Dalil ketiga
:تْ َ َقال، َعنْ ُمعَا َذ َة، َعنْ عَاصِ م، أَ ْخبَرَ َنا َمعْ مَر،اق ِ أَ ْخبَرَ َنا َع ْب ُد الرز،حَ د َث َنا َع ْب ُد بْنُ ُح َمٌْد
:ت َ َ ْ َ
ْ َوال َتقضِ ً الصالةَ؟ َف َقال، َتقضِ ً الص ْو َم،ِضض ْ ِ مَا بَا ُل ْالحَ اب:ت ُ ‖ سَؤ َ ْل
ُ َفقُ ْل،ت عَا ِب َش َة
ُ َ
ك فن ْإ َم ُر َ َ َ ْ َ َ َ َ َ
َ ِ كانَ ٌُصِ ٌ ُبنا ذل: قالت،ُ َولكِنً أسْ ؤل،ُورٌة ُ َ ُ ْ ُ ْ َ َ
ِ لسْ ت ِبحَ ر:ُورٌة أنتِ؟ قلت ِ أحَ ر
َ
ضا ِء الصال ِة َ ُ َ
َ َوال ن ْإ َم ُر ِبق،ِبقضَا ِء ا الص ْو ِم َ
126
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
Adapun wanita nifas juga mempunyai hukum yang sama dengan wanita
haid, ini karena rasulullah pernah menanyakan kepada istri beliau
Ummu Salamah dan juga Aisyah pada kesempatan yang lain “Apakah
kamu sedang Nifas?” (HR. Bukhari-Muslim).
Orang yang tidak wajib puasa ramadhan, secara mudah, adalah orang
yang tidak memenuhi keenam syarat sebagai orang yang diwajibkan
puasa ramadhan baginya.
127
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
Khusus untuk wanita haid atau nifas, maka hukumnya harom dan
terlarang untuk berpuasa Ramadhan. Adapun untuk anak kecil, maka
tidak mengapa dia ikut berpuasa semampunya saja.
Sedangkan bagi Orang kafir atau non Muslim, maka tidak berguna
puasa baginya karena tidak sah. Adapun jika ingin ikut puasa karena
sekedar toleransi, atau karena alasan kesehatan, atau agar langsing,
atau ingin “merasakan pengalaman berpuasa” maka hal itu tidak
mengapa, dan semoga Allah memberikan hidayah kepadanya untuk
masuk Islam.
Hanya ada beberapa dalil yang kiranya belum disebut, yang akan kami
tambahkan disini,
128
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
Dalil pertama
فلما تفرق. أتٌت أبا سعٌد الخدري رضً هللا عنه وهو مكسور علٌه: عن قزعة قال
سؤلته عن الصوم فً السفر ؟. إنً ال أسؤلك عما ٌسؤلك هإالء عنه: قلت،الناس عنه
فنزلنا: قال. سافرنا مع رسول هللا صلى هللا علٌه وسلم إلى مكة ونحن صٌام:فقال
―إنكم قد دنوتم من عدوكم والفطر أقوى: فقال رسول هللا صلى هللا علٌه وسلم.منزال
―إنكم: فقال. ثم نزلنا منزال آخر. فمنا من صام ومنا من أفطر. فكانت رخصة.‖لكم
رأٌتنا: ثم قال. فؤفطرنا. فؤفطروا‖ وكانت عزمة، والفطر أقوى لكم.مصبحوا عدوكم
فً السفر، مع رسول هللا صلى هللا علٌه وسلم بعد ذلك،نصوم.
Dari Faza’ah ia berkata, “Aku pernah datang kepada Abu Said Al-
Khudri ketika ia sedang menerima tamu yang banyak. Setelah
para tamu sudah bubar, aku katakan kepada Abu Said, ‘Aku tidak
menanyakan kepadamu apa yang ditanyakan oleh mereka tadi.
Aku menanyakan perihal puasa ketika safar’.
Lalu kami pun berbuka. Setelah peristiwa itu, aku ketahui bahwa
kami berpuasa bersama Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam
ketika safar” (HR. Muslim no. 1120)
129
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
Dalil kedua
إِن هللاَ َعز َوجَ ل َوضَ عَ َع ِن ْال ُم َساف ِِر َش ْطرَ الصالَ ِة َو َع ِن ْال ُمسَاف ِِر َو ْالحَ ام ِِل َو ْالمُرْ ضِ ِع
الص ْو َم أَ ِو الصٌَا َم
***
Para ulama umumnya sepakat bahwa para wanita yang sedang hamil
atau menyusui, mendapatkan rukhshoh (keringanan) untuk boleh tidak
puasa. Namun para ulama berbeda pendapat apakah puasa yang
ditinggalkan itu boleh diganti dengan fidyah saja, ataukah harus
diqodho dengan berpuasa di hari diluar ramadhan.
هللا َعز َوجَ ل َوضَ عَ َع ِن ْال ُم َساف ِِر َش ْطرَ الصالَ ِة َو َع ِن ْال ُمسَاف ِِر َو ْالحَ ام ِِل َو ْالمُرْ ضِ ِع َ إِن
الص ْو َم أَ ِو الصٌَا َم
130
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
131
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
Beliau menjawab,
132
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
Beliau menjawab,
Pertama, dia giat dan kuat, tidak merasa payah dan tidak ada
pengaruhnya terhadap janin. Maka wanita seperti ini wajib
baginya berpuasa. Karena tidak ada uzur baginya untuk
meninggalkan berpuasa.
***
133
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
Ibnu Abbas pernah melihat wanita yang hamil atau menyusui maka
beliau berkata,
ِ َعلٌَْكِ أَنْ ُت ْط ِعمًِ َم َكانَ ُكل ٌ َْوم مِسْ ِك ٌْ انا َوالَ َقضَا َء َع َلٌْك،ْق ِ أَ ْن
ُ ٌ ِت ِب َم ْن ِزلَ ِة الذِي الَ ٌُط
134
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
ً ِ َوالَ َت ْقض، أَن ا ْمرَ أَ اة َسؤَلَ ْت ُه َوهًَِ حُ ْبلَى َف َقا َل أَ ْفطِ ِري َوأَ ْط ِعمًِ َعنْ ُكل ٌ َْوم مِسْ كٌِ انا
***
Dari kedua perbedaan pendapat ulama itu, kami lebih condong untuk
menguatkan pendapat bahwa wanita hamil dan menyusui boleh untuk
tidak berpuasa dan cukup untuk membayar fidyah saja.
135
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
Kata “rukun” yang hendak kita bahas ini adalah rukun dalam pengertian
bahasa Arab, dan rukun dalam istilah fiqh. Bukan “rukun” dalam bahasa
Indonesia yang berarti damai atau tidak ada perselisihan.
Pengertian rukun secara faedah bahasa sudah banyak kita bahas pada
tulisan yang lalu, adapun sekarang ini kita lebih kepada pengertian
rukun dalam istilah fiqh.
Rukun dalam istilah fiqh artinya adalah sesuatu yang ada di dalam di
suatu amalan, yang harus dikerjakan, dan jika ditinggalkan maka berarti
amalan tersebut batal dan tidak sah.
Rukun boleh juga kita katakana, suatu hal yang merupakan bagian tata
cara rangkaian pokok dari suatu amalan yang tidak boleh untuk
ditinggalkan. Yang mana jika salah satu rukun tersebut tidak terpenuhi
atau tidak dikerjakan, maka amalan itu akan langsung dianggap batal
atau tidak sah.
Misal :
136
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
Sahur adalah salah satu sunnah puasa, yang mana jika ada orang yang
ketiduran dan terlewat tidak makan sahur, maka puasanya tetap sah
dan tidak batal.
***
Rukun dalam puasa ramadhan itu sebenarnya sangat mudah dan tidak
memberatkan. Rukun puasa itu hanya ada dua, yakni :
Dalil pertama
137
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
Dalil kedua
138
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
Dalil ketiga
Para ulama umumnya sepakat dengan dua rukun puasa itu, hanya saja
mereka memberikan penjelasan lebih terperinci mengenai “rukun niat
puasa”. Berikut terdapat juga perbedaan pendapat “apakah boleh niat
puasa langsung untuk selama satu bulan Ramadhan dalam satu malam,
ataukah tidak?”
Perincian penjelasan mengenai rukun niat puasa itu akan kami jelaskan
pada tiga point berikut ini.
Point pertama
139
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
“Apa kamu punya makanan untuk sarapan? Jika tidak, maka saya
akan puasa.” (HR. Nasai, Ad-daruquthni, Ibnu Khuzaimah)
Point kedua
Baik itu ketika sedang sholat tarawih berjamaah, ketika sedang sahur,
ataupun pada waktu lain pada malam hari sebelum puasa.
Niat yang merupakan kata serapan bahasa Arab dari An-Niyyatu () النٌة.
Dalam bahasa Arab berarti “Al-Qashdu wa Al- iraadah” (maksud dan
kehendak). Boleh juga kita katakan sebagai motif atau motivasi, yang
melatarbelakangi dilakukannya suatu perbuatan.
Niat itu letaknya di dalam hati sehingga tidak perlu harus dilafalkan,
karena rasulullah tidak pernah mencontohkannya. Namun bagi
sebagian orang mungkin ada yang mengalami “was-was” dan bertanya,
bagaimanakah cara mengetahui bahwa kita sudah berniat kalau kita
tidak mengucapkannya?
Jawab,
140
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
tidak, kita bahkan juga bisa mengukur apakah seseorang itu memiliki
niat yang kuat ataukah niat yang lemah.
Bukti dari ini adalah kita bisa mengetahui apakah suatu perbuatan itu
dikatakan sebagai perbuatan “sengaja”, atau “tidak sengaja”.
Dalam pengadilan kita juga bisa menilai apakah seseorang itu benar
memiliki motif berbuat kejahatan ataukah tidak dengan cara
menghadirkan bukti dan saksi-saksi. Dan bahkan hampir kebanyakan
orang yang memiliki niat jahat, mengetahui bahwa dia berniat jahat
tanpa perlu dia ragu-ragu ataupun melafalkan dahulu niat jahatnya itu.
Tidak ada seorang pencuri yang memiliki niat untuk mencuri, harus
melafalkan niatnya dulu dengan lisannya agar dia mengetahui bahwa
dia benar-benar memiliki niat untuk mencuri. Bahkan jika dia
tertangkap pun, walau lisannya berbohong bahwa dia tidak memiliki
niat untuk mencuri, orang lain tetap bisa menilai bahwa dia memiliki
niat untuk mencuri.
Jika untuk masalah kejahatan, umumnya orang tidak perlu ragu bahwa
dia memiliki niat akan hal itu walau tanpa dilafalkan.
141
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
وسبل شٌخ اْلسالم ما ٌقول سٌدنا فً صابم رمضان هل ٌفتقر كل ٌوم إلى نٌة ؟ أم ال
؟
سواء تلفظ، فقد نوى صومه، وهو ٌرٌد صومه، كل من علم أنّ ؼدا من رمضان
كلهم ٌنوي الصٌام، وهذا فعل عامّة المسلمٌن، أو لم ٌتلفظ، بالنٌة
Jawaban beliau:
Sama saja, baik itu dia dengan melafalkan cara membaca niat
ataupun tidak melafalkan niat (Niat itu sudah maujud di dalam
hatinya).
Maka dari itu, jika seseorang mengetahui adanya tiga hal ini dalam
amalan perbuatannya. Kita katakan “niat” sudah hadir di dalam amal
perbuatannya, walaupun dia tidak melafalkannya. Dia sudah melakukan
rukun niat untuk puasa, walaupun dia tidak melafalkannya.
1. Sengaja
Dia tahu bahwa dia sengaja melakukan amalan Puasa itu
2. Sadar
Dia sadar bahwa dia sedang melakukan Puasa
3. Tahu
142
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
Point ketiga
Jawab:
Mereka berdalil dengan hadits nabi yang secara umum difahami harus
“berniat setiap malam hari”.
18
Tuntunan Tanya Jawab Akidah, Shalat, Zakat, Puasa dan Haji (Fatawa Arkanul
Islam), Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin, Darul Falah, 2007
143
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
***
Untuk ulama yang berpendapat wajib untuk melakukan niat puasa tiap
malam, tentu konsekuensi pendapatnya akan mengatakan bahwa
puasa orang tersebut tidak sah. Karena dia tidak sempat berniat dan
tertidur.
144
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
Wallaahu A’lam
145
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
Berikut kita akan bahas dulu 5 hal yang disepakati ulama sebagai
berikut :
ْط ْاألَ ْبٌَضُ مِنَ ْال َخٌْطِ ْاألَسْ َو ِد مِنَ ْال َفجْ ِر ُثم أَ ِتمُّوا
ُ ٌَو ُكلُوا َوا ْشرَ بُوا حَ تى ٌَ َتبٌَنَ لَ ُك ُم ْال َخ
الصٌَا َم إِلَى اللٌ ِْل
Malam yang dimaksud dalam firman Allah “ “ ُثم أَ ِتمُّوا الصٌَا َم إِ َلى اللٌْل
(Kemudian sempurnakanlah puasa itu sampai (datang) malam.”) adalah
waktu maghrib. Ini karena maghrib itu adalah waktu permulaan malam.
Adapun jika seseorang makan dan minum dengan “tidak sengaja” atau
lupa bahwa dia sedang puasa, maka hal itu tidak membatalkan
puasanya dan wajib baginya untuk meneruskan puasanya.
– – هللا – صلى هللا علٌه وسلم ِ َ َقا َل رَ سُو ُل:َو َعنْ أَ ِبً هُرَ ٌْرَ َة – رضً هللا عنه – َقا َل
َفإِنمَا أَ ْط َع َم ُه َهللاُ َو َس َقاهُ – مُت َفق, َف ْل ٌُتِم ص َْو َم ُه, َ َفؤ َ َك َل أَ ْو َش ِرب,َمنْ َنسِ ًَ َوه َُو صَابِم
َعلَ ٌْ ِه
146
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
ِ َمنْ َذرَ َع ُه َقىْ ء َوه َُو صَابِم َف َل ٌْسَ َع َل ٌْ ِه َقضَاء َوإِ ِن اسْ َت َقا َء َف ْل ٌَ ْق
ض
Muntah yang tidak disengaja ini seperti wanita hamil yang umumnya
mengalami mual-mual hingga muntah (morning sickness), pada tri
semester awal. Walaupun tidak wajib sebenarnya baginya untuk
berpuasa, namun jika dia mencoba untuk berpuasa dan muntah. Maka
muntahnya tidak membatalkan puasanya.
Dengan catatan, ketika terjadi reaksi mual dan akan muntah tidak
kemudian disengaja atau dipaksa untuk muntah. Maka muntahnya yang
“alami” ini tidak membatalkan puasa. Adapun jika terjadi reaksi mual
dan akan muntah, seseorang malah justru memaksakan untuk sekalian
dimuntahkan. Maka puasanya batal.
Wallaahu a’lam
147
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
Jawaban:
Jika Anda muntah tidak karena sengaja, maka puasa Anda tidak
batal. Jika seseorang merasa perutnya mual dan akan keluar
sesuatu, maka kami katakan kepadanya, jangan dicegah dan
jangan dipaksa-paksa untuk muntah? Bersikaplah biasa-biasa
dan jangan memaksakan diri untuk memuntahkannya serta
jangan ditahan-tahan. Jika Anda memaksakan diri dalam
memuntahkannya, maka batallah puasa Anda dan jika dicegah
akan membahayakan Anda. Maka, biarkan saja muntah itu
keluar secara alami keluar tanpa ikut campur Anda, maka hal itu
tidak akan membahayakan Anda dan tidak membatalkan puasa
19
Anda.
19
Tuntunan Tanya Jawab Akidah, Shalat, Zakat, Puasa dan Haji (Fatawa Arkanul
Islam), Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin, Darul Falah, 2007
148
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
:ت ْ َ َقال،َ َعنْ ُمعَا َذة، َعنْ عَاصِ م، أَ ْخبَرَ َنا َمعْ مَر،اق ِ أَ ْخبَرَ َنا َع ْب ُد الرز،حَ د َث َنا َع ْب ُد بْنُ ُح َمٌْد
ْ: َو َال َت ْقضِ ً الص َالةَ؟ َف َقالَت، َت ْقضِ ً الص ْو َم،ِضض ِ مَا بَا ُل ْالحَ اب:ت ُ َفقُ ْل،ت عَا ِب َش َة ُ ‖ سَؤ َ ْل
ك َف ُن ْإ َم َم ُر ل َ
ذ انَ ب
ُ ٌ ٌ كَ : ْ
ت َ لاقَ ،ُ
ل َ ؤ ْسَ أ ً ِن
ك َ لو ،ةٌ ُور
ر ب ُ
ت ْس َ ل :تُ ل ْ ُ ق ِ؟
ت نْ َ أ ةٌ ُور َ
َ ِ ُِص َان َ ِ َِح ِ أحَ ر
َو َال ُن ْإ َم ُر ِب َقضَا ِء الص َال ِة،ِب َقضَا ِء الص ْو ِم
Hal ini kami sebutkan dengan agak “vulgar”, karena ini memiliki
perincian fiqh tersendiri dan juga agar jelas apa yang dimaksud. Kami
memohon maaf jika terdapat suatu ketidaknyamanan dalam pemilihan
kata untuk point ini.
149
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
ث إِلَى ِنسَا ِب ُك ْم هُن لِبَاسُ ُۚ ل ُك ْم َوأَن ُت ْم ِلبَاسُ ُۚ لهُن َعلِ َم هللاُ أَن ُك ْم ُ أُحِل لَ ُك ْم َل ٌْلَ َة الصٌَام الر َف
ِ
ُكن ُت ْم َت ْخ َتا ُنونَ أَنفُ َس ُك ْم َف َتابَ عَ لَ ٌْ ُك ْم َو َع َفا عَن ُك ْم َف ْال َبانَ بَاشِ رُوهُن َوا ْب َت ُؽوا مَا َك َتبَ هللاُ لَ ُك ْم
ْط ْاألَ ْبٌَضُ مِنَ ْال َخٌْطِ ْاألَسْ َو ِد مِنَ ْال َفجْ ِر ُثم أَ ِت ِتمُّوا ُ ٌَو ُكلُوا َوا ْشرَ بُوا حَ تى ٌَ َتبٌَنَ لَ ُك ُم ْال َخ
ْ
هللا َفالَ َتقرَ بُوهَا ِ ك ُحدُو ُد َ الصٌَا َم إِلَى الٌ ِْل َوالَ ُتبَاشِ ُروهُن َوأَن ُت ْم َعا ِكفونَ فًِ ال َمسَا ِج ِد تِل
ْ ْ ُ
187{ َاس لَعَ ل ُه ْم ٌَتقُون ِ ك ٌُبٌَنُ هللاُ ءَاٌَا ِت ِه لِلن َ ِ} َك َذل
Dan kafaroh (tebusan) puasa karena jima’ dengan sengaja pada waktu
puasa di bulan ramadhon itu, lebih “berat” dibandingkan dengan
kafaroh (tebusan) puasa karena hal-hal lain.
Jika kafaroh dari pembatal-pembatal puasa dan orang yang kena udzur
boleh tidak puasa itu umumnya dengan meng-qodho’ (mengganti)
berpuasa di hari yang lain, atau membayar fidyah. Maka untuk orang
yang sengaja melakukan jima’ ketika sedang berpuasa di bulan
Ramadhan, kafaroh (tebusan) dari kesalahannya itu adalah diantara 3
pilihan yang berurutan sebagai berikut :
150
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
Dalil untuk kafarah karena jima’ waktu sedang berpuasa ini adalah
sebagai berikut :
َف َقا َل ٌَا رَ سُو َل، َب ٌْ َنمَا َنحْ نُ ُجلُوس عِ ْن َد الن ِبى – صلى هللا علٌه وسلم – إِ ْذ جَ ا َءهُ رَ جُل
– هللاِ َف َقا َل رَ سُو ُل. ت َعلَى ا ْمرَ أَتِى َوأَ َنا صَ ابِم ُ ْ َقا َل َو َقع. » ك َ َقا َل « مَا َل. ت ُ هللا َهلَ ْك
ِ
ْ َقا َل « َف َه ْل َتسْ َتطِ ٌعُ أَن. َ َقا َل ال. » صلى هللا علٌه وسلم – « َه ْل َت ِج ُد رَ َقب اَة ُتعْ ِتقُهَا
َ َقا َل ال. » َف َقا َل « َف َه ْل َت ِج ُد ِإ ْطعَا َم سِ تٌنَ مِسْ كٌِ انا. َ َقا َل ال. » ْن ِ ٌ َْن ُم َت َت ِابع
ِ ٌ ََتصُو َم َش ْهر
َف َب ٌْ َنا َنحْ نُ َعلَى َذلِكَ أُتِىَ الن ِبىُّ – صلى، – ث الن ِبىُّ – صلى هللا علٌه وسلم َ َقا َل َف َم َك.
. َف َقا َل أَ َنا. » هللا علٌه وسلم – ِب َعرَ ق فٌِهَا َت ْمر – َو ْالعَ رَ ُق ْال ِم ْك َت ُل – َقا َل « أَ ٌْنَ السا ِب ُل
ِ َف َقا َل الر ُج ُل أَ َعلَى أَ ْف َقرَ مِنى ٌَا رَ سُو َل. » َقا َل « ُخ ْذهَا َف َتصَد ْق ِب ِه
ِ هللا َف َو
َهللا مَا َب ٌْن
ك الن ِبىُّ – صلى هللا َ ض ِحَ َف، ْن – أَهْ ُل َبٌْت أَ ْف َق ُر مِنْ أَهْ ِل َب ٌْتِى ِ ٌالَ َب َت ٌْهَا – ٌ ُِرٌ ُد ْالحَ ر َت
َ َ ْ َ َ ُ ْ َ ْ
َ» علٌه وسلم – حَ تى بَدَ ت أنٌَا ُب ُه ثم قا َل « أط ِع ْم ُه أهْ لك
151
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
ََان َف َق ْد حَ ِب َط َع َملُ ُه َوه َُو فًِ ْاآلخِرَ ِة مِنَ ْال َخاسِ ِرٌن ِ ْ َومَن ٌَ ْكفُرْ ِب
ِ اْلٌم
Dan barangsiapa yang kafir sesudah beriman, maka hapuslah
amalannya dan ia di hari akhirat termasuk orang-orang merugi.
(QS Al-Maaidah : 5).
Wallaahu A’lam
152
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
َوٌُرْ َوى َع ِن ْالحَ َس ِن َعنْ َؼٌ ِْر َواحِد َمرْ ُفوعاا َف َقا َل أَ ْف َطرَ ْالحَ ا ِج ُم َو ْال َمحْ جُو ُم
، ْن عَباس – رضى هللا عنهما – أَن الن ِبى – صلى هللا علٌه وسلم – احْ َتجَ َم ِ َع ِن اب
َ َوهْ َو مُحْ ِرم َواحْ َتجَ َم َوهْ َو.
صابِم
إِال. ٌَُسْ ؤ َ ُل أَ َنسَ ْبنَ مَالِك – رضى هللا عنه – أَ ُك ْن ُت ْم َت ْكرَ هُونَ ْالحِجَ ا َم َة لِلصاب ِِم َقا َل ال
ِمِنْ أَجْ ِل الضعْ ؾ
153
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
Perincian dari pendapat yang kami pilih ini, kami ambil dengan
menengahkan pemahaman hukum nasikh mansukh. Hukum bahwa
bekam itu membatalkan puasa sebagaimana yang disebutkan dalam
hadits “Orang yang melakukan bekam dan yang dibekam batal
puasanya.”, termansukh (terhapus) hukumnya dengan adanya hadits
“Rasulullah shallallahu alaihi wasallam telah memberikan rukhshoh
(keringanan hukum) dalam masalah bekam bagi orang yang sedang
puasa.”
154
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
Senada dengan masalah hukum bekam ini, maka ini berlaku juga untuk
hukum “donor darah” yang ada pada abad modern sekarang ini.
Sehingga baik bekam ataupun donor darah, maka hal tersebut tidak
membatalkan puasa seseorang.
Ada juga pendapat yang memerinci, bahwa jika yang didonorkan itu
sedikit maka puasanya tidak batal, namun jika yang didonorkan itu
darah dalam jumlah yang banyak maka puasanya batal. Namun sayang,
kami masih belum melihat dalil yang bisa dijadikan landasan untuk
perincian pendapat ini. Sehingga kami tidak berpendapat dengan
pendapat ini.
Wallaahu A’lam
155
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
Hal ini sama seperti mencuri, merampok, berbohong, dan menipu yang
hukumnya jelas-jelas harom dan berdosa. Walaupun harom dan
berdosa, mencuri, merampok, berbohong, dan menipu itu tidaklah
membatalkan puasanya seseorang.
Namun masalah maksiat itu berbeda dengan masalah hukum batal atau
tidaknya suatu amalan ibadah.
***
156
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
ِ َان ل ِْل َع ْب ِد ٌ َْو َم ْال ِقٌَا َم ِة ٌَ ُقو ُل الصٌَا ُم أَىْ رَ ب َم َنعْ ُت ُه الطعَا َم َوالشه ََوا
ت ِ الصٌَا ُم َو ْالقُرْ آنُ ٌَ ْش َفع
ان ُ ُ ْ ُ
ِ َقا َل َف ٌُ َشف َع. َو ٌَقو ُل القرْ آنُ َم َنعْ ته ُه الن ْو َم ِباللٌ ِْل َف َشفعْ نِى فٌِ ِه.َار َف َشفعْ نِى فٌِ ِه ِ ِبالنه
“Puasa dan Al-Qur’an itu akan memberikan syafaat kepada
seorang hamba pada hari kiamat nanti. Puasa akan
berkata,’Wahai Rabb-ku, saya telah menahannya dari makan,
minum, dan nafsu syahwat pada siang hari, karenanya
perkenankan aku untuk memberikan syafaat kepadanya’.
َفإِنْ أَ ْن َز َل َف َس َد، َو َال ٌَ ْف ُس ُد ص َْو ُم ُه ِب ِه إال أَنْ ٌُ ْن ِز َل، َولَ ْو اسْ َت ْم َنى ِب ٌَ ِد ِه َف َق ْد َف َع َل مُحَ رماا
ص َْو ُم ُه ؛ ِألَن ُه فًِ َمعْ َنى ْالقُ ْب َل ِة فًِ إ َثارَ ِة الشه َْو ِة
157
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
“Jika seseorang memaksa keluar mani dengan cara apa pun baik
dengan tangan, menggosok-gosok ke tanah atau dengan cara
lainnya, sampai keluar mani, maka puasanya batal. Demikian
pendapat ulama madzhab, yaitu Imam Malik, Syafi’i, Abu
Hanifah, dan Ahmad.
158
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
هللا أٌََؤْتِى أَحَ ُد َنا َشه َْو َت ُه َو ٌَ ُكونُ َل ُه فٌِهَا أَجْ ر َ َوفِى بُضْ ِع أَحَ ِد ُك ْم
ِ َقالُوا ٌَا رَ سُو َل.» صدَ َقة
َض َعهَا فِى ْالحَ ال ِل َ ك إِذا َو َ َ َ َ ْ َ َ َ
َ ِض َعهَا فِى حَ رَ ام أكانَ َعل ٌْ ِه فٌِهَا ِوزر فكذل َ َقا َل « أَرَ أَ ٌْ ُت ْم لَ ْو َو
» َكانَ لَ ُه أَجْ ر.
***
―االستمناء إخراج المنً سواء أكان سببه تقبٌل الرجل لزوجته أو ضمها إلٌه أو:قوله
”كان بالٌد فهذا ٌبطل الصوم وٌوجب القضاء.
159
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
ً ال دلٌل على اْلبطال بذلك وإلحاقه بالجماع ؼٌر ظاهر ولذلك قال الصنعان:قلت
”―األظهر أنه ال قضاء وال كفارة إال على من جامع وإلحاق ؼٌر المجامع به بعٌد.
205 و177 – 175 / 6 ‖وإلٌه مال الشوكانً وهو مذهب ابن حزم فانظر ―المحلى
Maka dari itu Asy Syaukani condong kepada pendapat ini dan
inilah pendapat Ibnu Hazm, lihat Al Muhalla 6/175-177 dan 205”
[Tamam Al Minnah 408]
وهو، إال إذا استعمل الطب النبوي، وال نقول بجوازه لمن خاؾ الوقوع فً الزنا
‖ فمن لم: قوله صلى هللا علٌه وسلم للشباب فً الحدٌث المعروؾ اآلمر لهم بالزواج
ولذنك فإننا ننكر أشد االنكار على الذٌن. ‖ فإنه له وجاء، ٌستطع فعلٌه بالصوم
دون أن ٌؤمروهم بهذا الطب النبوي الكرٌم، ٌفتون الشباب بجوازه خشٌة الزنا.
160
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
Inti dari argumentasi ulama yang mengatakan bahwa Al-Inzal itu tidak
membatalkan puasa itu, karena :
a. Tidak adanya dalil yang tegas yang menyebutkan hal ini secara
khusus
b. Menolak qiyas yang menyamakan jima’ dengan Inzal
c. Memaknai hadits-hadits yang menyebutkan perkataan
“meninggalkan syahwat atau menahan nafsu syahwat” kepada
makna jima’, bukan makna Inzal. Mereka memaknai “syahwat”
dengan “jima’” dengan berdasarkan hadits rasulullaah
shalalloohu ‘alaihi wa sallam berikut ini,
هللا أٌََؤْتًِ أَحَ ُد َنا َشه َْو َت ُه َو ٌَ ُك ْونُ َل ُه ِف ٌْهَا أَجْ ر ؟ َ َوفًِ بُضْ ِع أَحَ ِد ُك ْم
ِ ٌَا رَ س ُْو َل: صدَ َق اة َقالُوا
َ َ ْ
َض َعهَا فًِ الحَ ال ِل كان َ ك إِذا َو َ َ َ َ ْ َ َ َ
َ ِض َعهَا ِفً حَ رَ ام أكانَ َعل ٌْ ِه ِوزر ؟ فكذل َ أَرَ أَ ٌْ ُت ْم لَ ْو َو: َقا َل
لَ ُه أَجْ ر
161
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
***
Yakni syahwat yang berarti jima’ ataupun syahwat yang berarti inzal.
Dari hal ini maka Al-Inzal juga bisa dimasukkan dalam makna syahwat
tersebut, sebagaimana pendapat jumhur ulama. Wallaahu A’lam
****
Masih senada dengan pembahasan ini, maka berikut kita akan bahas
juga hukum “bercumbu dan bermesraan” (mubasyarah) kepada istri,
namun hingga tidak terjadi inzal (ejakulasi keluar mani) ataupun jima’.
162
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
عن عابشة رضى هللا تعالى عنها قالت كان رسول هللا صلى هللا علٌه وسلم ٌقبل وهو
صابم وٌباشر وهو صابم ولكنه أمملككم ْلربه
عن مسروق قال سؤلت عابشة ما ٌحل للرجل من امرأته صابما قالت كل شًء إال
الجماع
163
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
Tanya :
164
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
Jawab :
Alhamdulillah
َكانَ الن ِبًُّ صَلى هللاُ َعلَ ٌْ ِه َوسَل َم ٌُ َقب ُل َو ٌُبَاشِ ُر َوه َُو صَ ابِم َو َكانَ أَمْ لَ َك ُك ْم ألرَ ِب ِه
As-Sanadi menjelaskan:
Ia menjawab:
165
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
Pertama, dosa
20
Lihat : http://islamqa.info/id/49614
166
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
Tanya :
Jawab :
Alhamdulillah
Dalam shahih Muslim (1108) dari Amr bin Salamah, dia bertanya
kepada Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, “Apakah orang
berpuasa boleh mencium?” Maka Rasulullah shalllallahu alaihi
wa sallam bersabda, “Tanyalah kepada dia (maksudnya Ummu
Salamah)”. Lalu Ummu Salamah memberitahukannya, bahwa
167
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
Air madzi adalah air yang keluar dari kemaluan laki-laki karena
terangsang syahwatnya pada permulaan syahwat, yang mana ini bukan
air mani. Sedangkan air mani itu baru keluar ketika pada puncak
syahwat.
Air madzi biasanya bening, encer, dan transparant; sedangkan kalau air
mani berwarna putih pekat, kental, dan tidak transparant. Dua hal ini
(air madzi dan air mani) cukup mudah untuk dibedakan keberadaannya.
21
Lihat : http://islamqa.info/id/20032
168
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
Tanya :
Jawab :
Alhamdulillah
Perbedaan antara mani dan mazi adalah bahwa mani pria kental
putih, sedangkan mani wanita encer dan kuning. Adapun mazi
dia adalah cairat encer putih dan lengket, keluar ketika
bercumbu, atau mengkhayal jimak atau berhasrat jimak atau
memandang atau sebagainya. Dalam hal ini laki dan wanita sama
saja.
169
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
Makna kalima (Jika onani lalu keluar mazi) bahwa dia berusaha
untuk mengeluarkan mani, akan tetapi tidak keluar, yang keluar
adalah mazi.
170
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
Lajnah menjawab,
171
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
ك أَ ْز َكى لَ ُه ْم إِن هللاَ َخ ِبٌر ِبمَا ُ قُ ْل ل ِْلم ُْإ ِمنٌِنَ ٌَ ُؽضُّوا مِنْ أَ ْبصَار ِه ْم َو ٌَحْ َف
َ ِظوا فُرُوجَ ُه ْم َذل ِ
30 :) ٌَصْ َنعُونَ (سورة النور
22
Lihat : http://islamqa.info/id/49752
172
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
****
وعن أبً هرٌرة رضى هللا عنه أن رجالا سؤل النبً صلى هللا علٌه وسلم عن المباشرة
والذي نهاه شاب، فإذا الذي رخص له شٌخ، وأتاه آخر فنهاه، للصابم فرخص له.
173
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
فجاء،كنا عند النبً صلى هللا علٌه وسلم: وعن عبد هللا بن عمرو بن العاص قال
أقبل وأنا صابم؟: ―ال‖ فجاء شٌخ فقال: أقبل وأنا صابم؟ فقال، ٌا رسول هللا:شاب فقال
―نعم: ”قال.
Wallaahu A’lam
174
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
Padahal kalau dilihat dari tinjauan fiqh, hal itu sebenarnya tidak
membatalkan puasa.
Maka dari itu, berikut kami coba kumpulkan beberapa hal-hal yang
dibolehkan untuk dilakukan ketika puasa. Yang kiranya perlu untuk kita
ketahui.
175
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
Kaidah umum yang bisa diambil dari hadits ini, segala sesuatu yang
masuk melalui jalan makanan dengan sengaja, yakni dari mulut masuk
ke kerongkongan dan kemudian menuju lambung, maka itulah yang
membatalkan puasa.
Itu semua tidak membatalkan puasa kecuali infus atau suntikan yang
mengandung vitamin dan makanan, sebagaimana perkataan ulama. Hal
ini akan kita perinci lagi di point-point berikutnya.
Maka dari itu termasuk juga hal-hal yang “seakan-akan” berada di jalur
makanan, namun tidak berakhir di lambung, maka itu juga tidak
membatalkan puasa.
Ini seperti halnya kumur-kumur yang ada di mulut, namun tidak masuk
ke kerongkongan apalagi ke lambung. Maka kumur-kumur ini tidak
membatalkan puasa.
176
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
Dari Jabir bin ‘Abdillah, dari ‘Umar Bin Al Khaththab, beliau berkata,
177
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
Maka hal ini insya Allah tidak mengapa jika tertelan, karena ini
termasuk dalam hal yang yang tidak bisa dihindarkan, tidak disengaja,
dan “termaafkan”.
Dalil untuk ini adalah karena rasulullah dan para shahabat tidak
memerinci seperti apakah kumur-kumur hingga benar-benar keluar
semua airnya itu. Sedangkan menunda penjelasan ketika diperlukan itu
tidak dibolehkan (ت ْالحَ اجَ ِة الَ ٌَج ُْوز ْ
ِ ٌ) َتؤ ِخ ٌْ ُر ْال َب, menurut kaidah ushul
ِ َان عَ نْ َو ْق
fiqh.
، َومَا َسكَتَ َع ْن ُه َفه َُو عَا ِفٌَة، َومَا حَ ر َم َفه َُو حَ رَ ام،مَا أَحَ ل هللاُ فًِْ ِك َت ِاب ِه َفه َُو حَ الَل
ُثم َتالَ َه ِذ ِه اآلٌة،هللا لَ ْم ٌ ٌَ ُكنْ َنسِ اٌّا
َ َفإِن،هللا ْال َعا ِف ٌَ َة
ِ َ َفا ْق َبلُ ْوا مِن:…..
Kaidah dan pemahaman ini juga berlaku untuk semua pembahasan kita.
Maka dari itu tidak perlu sehabis wudhu dan kumur-kumur, kita
meludah berulang-ulang kali karena takut ada air yang masih tersisa.
Cukup sewajarnya saja.
Hal ini tidak membatalkan puasa, dan dalilnya adalah “ketiadaan dalil”
yang menyatakan bahwa ini membatalkan puasa.
Yang dimaksud dari dalilnya adalah “ketiadaan dalil” adalah karena ini
adalah masalah ibadah, maka mengatakan bahwa sesuatu itu
membatalkan puasa wajib ada dalilnya atau qiyas dengan
menggunakan dalil.
178
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
Berikut kami sertakan juga penjelasan Syaikh Muhammad bin Sholih Al-
Munajjid hafidzahullah dari situs IslamQA (Islam Question and Answer),
yang menukil perkataan dari para ulama senior yang lain mengenai hal
ini.
Tanya :
Jawab :
Alhamdulillah
Pertama,
179
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
Ia melanjutkan,
Kedua,
180
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
Wallahu a’lam
لَ ْوالَ أَنْ أَ ُشق َعلَى أُمتِى ألَ َمرْ ُت ُه ْم ِبالس َواكِ عِ ْن َد ُكل وُ ضُوء
Hadits di atas berlaku umum, baik ketika berpuasa dan ketika tidak
berpuasa. Dan terlebih lagi Imam Al-Bukhari meletakkan hadits itu di
dalam bab ““Siwak basah dan kering bagi orang yang berpuasa” dalam
kitab Shohih beliau (Shohih Bukhari). Hal ini menandakan bahwasanya
bersiwak itu tidak membatalkan puasa sesuai dengan keumuman dalil
itu.
Senada dengan siwak adalah menggosok gigi dengan sikat gigi. Hal ini
tidak mengapa dan tidak membatalkan puasa.
كان صلى هللا علٌه وعلى آله وسلم ٌصب الماء على رأسه وهو صابم من العطش أو
من الحر
23
Lihat : http://islamqa.info/id/172499
181
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
َ َوه َُو،ِ َفؤ َ ْل َقاهُ َعلَ ٌْه، بَل َث ْوباا-رضى هللا عنهما- َوكان ابْنُ ُعمَر.
صابِم
Semisal dengan hal ini adalah menggunakan tetes mata. Terlebih lagi
secara medis, tetes mata yang dimasukkan lewat mata tidak akan
masuk hingga ke jalur makanan. Mata secara alamiah akan
mengeluarkan cairan pembersih mata untuk melawan berbagai macam
benda asing yang masuk melalui mata.
Berikut kami sertakan juga penjelasan Syaikh Muhammad bin Sholih Al-
Munajjid hafidzahullah dari situs IslamQA (Islam Question and Answer),
yang menukil perkataan dari para ulama senior yang lain mengenai hal
ini.
Tanya :
182
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
Jawab :
Alhamdulillah
183
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
Adapun tetes mata, misalnya saja celak, dan tetes telinga, maka
keduanya tidak membatalkan puasa. Karena keduanya tidak
disebutkan dalam nash dan tidak dalam pengertian hal-hal yang
disebutkan dalam nash. Mata bukan jalur makanan dan
minuman. Demikian pula dengan teling. Keduanya seperti yang
lain merupakan lubang-lubang yang terdapat pada tubuh.
184
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
ُثم، هللا – صلى هللا علٌه وسلم – َكانَ ٌ ُْد ِر ُك ُه ْال َفجْ ُر َوه َُو ُج ُنب مِنْ أَهْ لِ ِه
ِ أَن رَ سُو َل
ٌ َْؽ َتسِ ُل َو ٌَصُو ُم
ٌ ُْد ِر ُك ُه ْال َفجْ ُر فِى رَ مَضَ انَ َوه َُو جُ ُنب مِنْ َؼٌ ِْر-صلى هللا علٌه وسلم- هللا
ِ َق ْد َكانَ رَ سُو ُل
َ ْ َ ُ
ُحلم فٌَؽتسِ ُل َو ٌَصُو ُم.
24
Lihat : http://islamqa.info/id/80208
185
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
Senada dengan hal ini adalah jika seseorang laki-laki telah memasuki
waktu puasa, sedang ia tertidur dan mengalami ihtilam (mimpi basah)
maka hal ini juga tidak membatalkan puasanya.
Hal ini telah kita bahas pada tulisan kita yang terdahulu pada tulisan
hal-hal yang tidak membatalkan puasa, berikut juga “peringatan-
peringatan” akan hal ini. Hendaklah merujuk kembali kepada tulisan
kami yang terdahulu itu.
Hal ini juga tidak membatalkan puasa, adapun perinciannya telah kita
bahas pada tulisan hal-hal yang tidak membatalkan puasa. Hendaklah
merujuk kembali kepada tulisan itu.
ِ َمنْ َذرَ َع ُه َقىْ ء َوه َُو صَابِم َف َل ٌْسَ َع َل ٌْ ِه َقضَاء َوإِ ِن اسْ َت َقا َء َف ْل ٌَ ْق
ض
186
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
12. Makan dan minum karena tidak sengaja atau karena lupa
– – هللا – صلى هللا علٌه وسلم ِ َ َقا َل رَ سُو ُل:َو َعنْ أَ ِبً هُرَ ٌْرَ َة – رضً هللا عنه – َقا َل
َفإِنمَا أَ ْط َع َم ُه َهللاُ َو َس َقاهُ – مُت َفق, َف ْل ٌُتِم ص َْو َم ُه, َ َفؤ َ َك َل أَ ْو َش ِرب,َمنْ َنسِ ًَ َوه َُو صَابِم
َعلَ ٌْ ِه
Seperti misal jika dia mampu puasa hanya hingga waktu dhuhur, maka
itu tidak mengapa. Di jawa kadang disebut sebagai “Puasa bedug”. Jika
mampunya hanya sampai Ashar, maka itu juga tidak mengapa.
Hal itu tidak mengapa dengan difahami itu bukanlah puasa yang
sebenarnya, dan hanya merupakan “latihan” saja.
Berikut kami sertakan juga penjelasan Syaikh Muhammad bin Sholih Al-
Munajjid hafidzahullah dari situs IslamQA (Islam Question and Answer),
yang menukil perkataan dari para ulama senior yang lain mengenai hal
ini.
187
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
Tanya :
Jawab :
Alhamdulillah
Pertama,
188
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
Ishaq berkata, “Kalau sudah berumur dua belas tahun, saya lebih
senang kalau dia diberi beban berpuasa agar terbiasa.”
189
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
Kedua,
190
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
Ketiga,
191
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
25
Lihat : http://islamqa.info/id/65558
192
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
Berbeda dengan sikat gigi, tetes mata, inhaler, dan tetes telinga yang
bisa diqiyaskan dan diterapkan pemahaman apakah ini melewati
kerongkongan dan menuju ke lambung (jalur pencernaan), ataukah
menuju ke jalur pernafasan. Adapun suntikan dan semisal sepertinya
seperti infus, tidak bisa diterapkan dan diqiyaskan untuk hal ini.
Maka dari itu khusus untuk hal ini, para ulama ber-ijtihad memberikan
suatu “illat” baru (penyebab berlaku atau tidaknya suatu hukum) dalam
menetapkan hukum pada hal ini. Illat baru ini berputar dari dua hal
yang dianggap merupakan pengganti makan dan minum. Dua hal itu
adalah apakah suntikan tersebut:
Jika suatu suntikan atau infus mempunyai salah satu efek dari dua illat
itu, maka suntikan tersebut membatalkan puasa. Adapun jika tidak,
maka suntikan tersebut tidak membatalkan puasa.
بل حصول ما،أن علة التفطٌر لٌست وصول الشًء إلى الجوؾ من المنفذ المعتاد
ٌتقوى به الجسم وٌتؽذى
193
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
materi yang disuntikkan, juga ada yang bisa menghasilkan kedua illat itu
dan ada juga yang tidak.
***
Dari letak atau kedalaman suntikan itu, hukum suntikan dibagi menjadi
tiga :
Tanya :
Jawab :
Alhamdulillah
194
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
Tidak ada masalah bagi Anda mendapat suntikan obat yang Anda
sebutkan tadi pada siang hari Ramadhan untuk pengobatan.
Tidak diwajibkan bagi Anda qadha. Namun jika memungkinkan,
sebaiknya Anda melakukan itu di malam hari. Dikutip dari “Al-
Lajnah ad-Daimah li al-Buhuts al-‘Ilmiyah wa al-Ifta’” (10/252).
Tanya :
Jawab :
Alhamdulillah
Para ulama masa kini pun sepakat bahwa memasukkan obat atau
cairan dengan suntik di bagian kulit atau otot tidak membatalkan
puasa. Asal hukumnya adalah puasa tidak batal, sampai ada dalil
yang menyatakan batalnya puasa. Suntik bukan makan dan
26
Lihat : http://islamqa.info/id/37892
195
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
Jenis suntikan inilah yang dibagi menjadi dua, antara yang dapat
membatalkan puasa dan yang tidak membatalkan puasa. Ini tidak lain
karena darah itu berfungsi untuk mendistribusikan nutrisi dan energy
ke seluruh tubuh, berbeda dengan kulit atau otot. Maka dari itu
berlakulah perincian untuk hukum suntikan melalui pembuluh darah
ini.
Dilihat dari dzat yang disuntikkan, maka jika suntikan itu merupakan
cairan yang mengandung nutrisi dan untuk pengganti makan minum
yang dapat menguatkan badan atau mengenyangkan. Maka hal itu
membatalkan puasa. Senada dengan hal ini adalah “infus” yang
umumnya berisi cairan elektrolit yang dapat menggantikan kebutuhan
nutrisi tubuh, maka inipun membatalkan puasa seseorang.
Adapun jika dzat yang disuntikkan itu berupa obat biasa saja, dan tidak
dimaksudkan untuk menggantikan makan dan minum, maka suntikan
model seperti ini tidaklah membatalkan puasa seseorang.
27
Lihat : http://islamqa.info/id/67168
196
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
Tanya :
Jawab :
Alhamdulillah
Kedua:
197
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
Beliau menjawab:
Beliau menjawab,
“Hukum suntik melalui urat nadi, otot atau kulit tidak mengapa
dan tidak membatalkan puasa. Karena hal itu bukan termasuk
perkara yang membatalkan juga bukan sesuatu yang dapat
dipahami sebagai pekara yang membatalkan. Dia bukan makan
dan minum, juga bukan bermakna makan dan minum. Telah
kami jelaskan sebelumnya, bahwa perkara ini tidak berpengaruh.
Akan tetapi yang berpengaruh adalah apabila suntiknya
berfungsi untuk mengganti zat makan dan minum.”
Mereka menjawab,
“Dibolehkan berobat suntik pada otot atau urat nadi bagi orang
yang berpuasa di siang hari Ramadan. Namun tidak dibolehkan
melakukan suntik pengganti zat makanan di siang Ramadan.
Karena itu sama maknanya dengan makan dan minum.
Memberikan suntik untuk keperluan tersebut dianggap sebagai
hilah (mengelak) dari perkara yang membatalkan di bulan
198
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
****
Setelah jelas bagi kita, suntikan yang membatalkan puasa itu adalah
suntikan pada urat nadi atau pembuluh darah. Dengan suntikan yang
berisi merupakan cairan yang mengandung nutrisi atau pengganti
makan minum, yang dapat menguatkan badan atau mengenyangkan.
(Hal yang sama juga berlaku untuk infus)
Maka sejalan dengan ini, hukum orang yang menerima tranfusi darah
ataupun melakukan cuci darah juga batal puasanya. Karena dia
menerima darah baru yang mengandung nutrisi yang menyegarkan
serta memperkuat tubuh.
Ini berbeda dengan bekam atau donor darah atau diambil sedikit
sample darahnya, untuk pemeriksaan yang tidak membatalkan puasa
seseorang. Yang mana hal ini sudah kita singgung pada tulisan kita
sebelumnya.
Wallaahu A’lam
Inhaler, nebulizer, dan hal-hal lain yang bisa dimasukkan baik lewat
hidung ataupun mulut memang memiliki pembahasan “khusus”
dibandingkan dengan hal-hal lain yang dimasukkan melalui mata dan
telinga.
Ini karena cairan jika masuk “lewat hidung”, bisa diteruskan hingga ke
lambung atau jalur pencernaan melalui kerongkongan. Sama seperti
jika masuk “lewat mulut”. Berbeda dengan yang masuk lewat mata
atau telinga.
28
Lihat : http://islamqa.info/id/49706
199
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
Andaikata ada sedikit uap dari inhaler atau nebulizer yang masuk ke
lambung (jalur pencenaan), maka para ulama mengatakan hal itu tidak
mengapa, termasuk yang dimaafkan, dan tidak membatalkan puasa
menurut pendapat ulama yang kami kuatkan.
Hanya saja harap diingat, bahwa ada perbedaan pendapat ulama dalam
masalah ini. Dan kami menguatkan pendapat ulama yang mengatakan
bahwa hal itu tidak membatalkan puasa seseorang.
Pertanyaan:
200
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
Suhairi (**suhairi@***.com)
Jawaban:
201
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
***
29
Lihat : http://www.konsultasisyariah.com/penderita-asma/
202
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
Tidak ada yang membantah bahwa dalam asap rokok itu terkandung
zat-zat berbahaya yang berupa partikel “zat padat” yang sangat kecil.
Dan apakah mungkin partikel zat padat itu bisa menguap kembali
setelah masuk ke dalam lambung? Tentu tidak, dan inilah yang
menyebabkannya berbeda dengan zat cairan di inhaler atau nebulizer
yang diuapkan.
Secara ilmu kimia “asap” itu adalah dispersi (percampuran) antara fase
padat dan fase gas. Sedangkan “uap” adalah fase cair yang berubah
menjadi gas, karena ditekan atau dipanaskan atau karena kemampuan
volatilitasnya yang tinggi. Uap itu seperti misal bensin atau tiner yang
menguap jika dibiarkan di ruangan terbuka, yang lama-lama akan habis.
Atau sama juga kandungan udara kita yang mengandung H20 (air)
dalam bentuk uap. Maka apakah puasa kita batal jika kita menghirup
udara segar, apalagi udara lembab? Tentu tidak bukan? Demikian juga
hukum uap yang dihasilkan inhaler atau nebulizer tersebut.
“ ، إنه ٌشرب الدخان: وهم ٌقولون، بل هو شرب، أرى أنه قول ال أصل له
وكل ما وصل إلى، ثم إنه ال شك ٌصل إلى المعدة وإلى الجوؾ، وٌسمونه شربا ا
حتى لو ابتلع لإلنسان خرزة، سواء كان نافعا ا أم ضاراا، المعدة والجوؾ فإنه مفطر
203
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
ً أو ف، فال ٌشترط فً المفطر، أو ؼٌره فإنه ٌفطر، أو شٌبا ا من الحدٌد، سبحة مثالا
فكل ما وصل إلى الجوؾ فإنه، أو أن ٌكون نافعا ا، األكل والشرب أن ٌكون مؽذٌا ا
وهذا إن كان أحد قد، وهم ٌعتقدون بل هم ٌعرفون أن هذا شرب، ٌعتبر أكالا وشربا ا
قاله فإنما هو مكابر.
وأراد أن، ثم إنه بهذه المناسبة أرى أن شهر رمضان فرصة لمن صدق العزٌمة
أرى أنها فرصة ألنه سوؾ ٌكون ممسكا ا، ٌتخلص من هذا الدخان الخبٌث الضار
وفً اللٌل بإمكانه أن ٌتسلى عنه بما أباح هللا له من األكل، عنه طول نهار رمضان
وأن ٌبتعد، وإلى الجلساء الصالحٌن، والشرب والذهاب ٌمٌنا ا وشماالا إلى المساجد
ً فهو إذا امتنع خالل الشهر فإن ذلك عون كبٌر على أن ٌدعه ف، عمن ابتلوا بشربه
وهذه فرصة ٌجب أن ال تفوت المدخنٌن‖ انتهى، بقٌة العمر.
204
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
،فالدخان بجمٌع أنواعه من المواد العضوٌة التً تحتوي على القطران والنٌكوتٌن
وهذه العناصر لها ِجرْ م ٌظهر جلٌا ا فً ―الفلتر‖ وعلى الربتٌن.
: ٌقول األطباء،وعلٌه؛ فاستعمال الصابم له مفطر ألنه ٌدخل باختٌاره جرما ا إلى جوفه
ومنه،إن الدخان ٌمر من الفم والبلعوم الفمً ثم ٌنزل جزء منه إلى البلعوم الحنجري
جاء فً الدر المختار، وٌنزل الجزء اآلخر إلى المرئ فالمعدة،إلى الرؼامً فالربتٌن
ْلمكان التحرز.… (لو أدخل حلقة الدخان أفطر أي دخان كان:من كتب األحناؾ
لوضوح، (وال ٌتوهم أنه كشم الورد ومابه والمسك:عنه…) قال ابن عابدٌن تعلٌقا ا
وبٌن جوهر ( ِجرْ م) دخان وصل إلى،الفرق بٌن هواء تطٌب برٌح المسك وشبهه
جوفه بفعله) انتهى
205
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
Adapun bagi perokok pasif yang terpapar asap rokok, asap knalpot,
ataupun yang semisal; maka hal itu tidak membatalkan puasanya
karena hal itu tidak disengaja, tidak dapat dihindari, dan bukan
keinginannya. Wallaahu A’lam
Hal ini tidak membatalkan puasa, karena dia hanya di sekitar bibir saja
dan jauh lebih ringan dibandingkan dengan kumur-kumur dalam
berwudhu.
17. Memasukkan obat melalui dubur atau jalur kencing atau alat
kemaluan
Hal ini tidak membatalkan puasa karena tidak ada jalur dari situ untuk
berbalik menuju ke tempat pencernaan untuk kemudian dicerna.
Maka dari itu memakai obat sembelit sebagai pelancar BAB melalui
jalur dubur, atau hal-hal yang semisal, tidaklah membatalkan puasa
seseorang.
****
30
Lihat :
http://www.islamweb.net/ramadan/index.php?page=ShowFatwa&lang=A&Id=
38238&Option=FatwaId
206
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
Wallaahu A’lam
207
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
Setelah memahami apa yang membatalkan puasa dan apa yang tidak
membatalkan puasa, maka perlu juga bagi kita untuk memahami apa-
apa saja yang “merusak puasa”.
Ini karena puasa itu adalah suatu amalan khusus, yang Allah sendiri
yang akan langsung membalasnya di akhirat nanti.
ْن آ َد َم ٌُضَاعَ ؾُ ْالحَ َس َن ُة َع ْشرُ أَ ْم َثالِهَا إِلَى َس ْب ِعمِا َب ِة ضِ عْ ؾ َقا َل هللاُ َعز َوجَ ل ِ ُك ُّل َعم َِل اب
ان َ
ت
ِ َِ ح ْر َ
ف ِم
ب اِلص ل ِى ل ْج َ أ ِْن
م ه
ُ م
َ َا
ع ط َ و ه
ُ
َ َ َ
ت ْو
ه َ
ش ُع د
َ ٌ ه
ِ
َ َِ ِ ي ب ى ز ْجَ أ ا َ
ن َ أوَ ِى ل ه
ُ نِ إِال الص ْو َم َف
إ
ٌِح ْالمِسْ ك ر ِْن
م هللا
ِ دَ نْ ِع َُب ٌط ْ َ َولَ ُخلُوؾُ فٌِ ِه أ.َفرْ حَ ة عِ ْن َد ف ِْطر ِه َو َفرْ حَ ة عِ ْن َد لِ َقا ِء رَ ب ِه
ِ ِ ِ
“Setiap amalan kebaikan yang dilakukan oleh manusia akan
dilipatgandakan dengan sepuluh kebaikan yang semisal hingga
208
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
209
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
َقا َل رَ سُول هللا صلى هللا علٌه: الحارث رضً هللا عنه قا َل َ عن أَبً بكرة ُن َفٌع بن
ْ ْ (( أال أ ُ َنب ُب ُك ْم: وسلم:
َقا َل، ٌَا رَ سُول هللا، َبلَى: بؤكب َِر ال َكبَاب ِِر ؟ )) – ثالثا ا – قُل َنا
(( ور ُّ (( أالَ َو َق ْو ُل: َف َقا َل، َ وكان مُتكِبا ا َفجَ لَس، )) ْن
ِ الز ِ ٌالوالِ َد
َ وقُ ُ َو ُعق، ك باهلل ُ اْل ْشرَ ا
َ لَ ٌْ َت ُه َسكَت: ور )) َفمَا َزا َل ٌُ َكر ُرهَا حَ تى قُ ْل َنا ُّ
ِ َو َشهَا َدة الز.
ُ
Saat itu beliau SAW sedang bersandar, maka beliau lantas duduk
dan meneruskan sabdanya, “Juga perkataan dusta (Az-Zuur) dan
kesaksian dusta (Az-Zuur).”
210
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
Ar-rofats disini yang dimaksud adalah perkataan kotor dan hal-hal yang
berkaitan dengan masalah syahwat.
Kadang hal itu sudah menjadi budaya dan kita terbiasa dengannya, dan
celakanya hal itu sebenarnya dapat merusak puasa kita dengan tanpa
kita sadari.
Adapun Al-Laghwu, secara bahasa adalah suatu hal yang sia-sia. Baik itu
berupa perbuatan ataupun perkataan. Yang mana hal yang sia-sia ini
211
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
Atau misal lainnya adalah banyaknya acara lawak dan yang sejenis di TV
yang sia-sia. Yang mana ini berakibat kepada kata-kata kotor,
melecehkan lawan mainnya, pertunjukan wanita cantik, rayuan-rayuan
yang menggoda, dan lain-lain yang semisal.
Dari hal ini, hendaklah kita berhati-hati dan menjaga diri kita dari hal-
hal yang merusak puasa kita.
Dari sinilah kita ambil hukum bahwa berbagai macam kemaksiatan itu
dapat merusak puasa seseorang. Wallaahu A’lam.
ً آم: أرؼم هللا أنؾ عبد أو بعد دخل رمضان فلم ٌؽفر له فقلت: قال لً جبرٌل
212
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
****
Demikianlah 3 hal pokok yang dapat merusak puasa kita. Yang mana
dari 3 hal itu, terkandung banyak hal yang bisa dikategorikan untuk
termasuk di dalamnya.
Semoga Allah melindungi kita dari hal-hal yang merusak puasa kita.
Aamiiin
213
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
G. SAHUR
a. Arti Sahur
Makan Sahur itu juga bukan merupakan rukun puasa ataupun syarat
sah puasa seseorang. Makan sahur hanya merupakan sunnah puasa
saja.
Sehingga jika ada orang yang sudah berniat untuk puasa pada malam
hari, namun tertidur hingga masuk waktu shubuh dan terlewat waktu
makan sahurnya. Maka puasa pada siang harinya tetap sah untuk
dijalankan.
214
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
، ال: «هل عندكم شًء؟» فقلنا:دخل علً النبً صلى هللا علٌه وسلم ذات ٌوم فقال
«فإنً إذن صابم:»قال
Dari hadits inilah kita mengambil hukum secara umum, bahwa makan
sahur itu hukumnya sunnah dan tidak wajib, baik untuk puasa
ramadhan yang wajib ataupun untuk puasa sunnah.
َ ال ُّسحُو ُر أَ ْكلُ ُه بَرَ َكة َفالَ َت َدعُوهُ َولَ ْو أَنْ ٌَجْ رَ عَ أَحَ ُد ُك ْم جَ رْ ع اَة مِنْ مَاء َفإِن
هللا َو َمالَ ِب َك َت ُه
َصلُّونَ َعلَى ْال ُم َتسَح ِرٌن َ ٌُ
215
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
َوالسحُو ُر،ُ َوالث ِرٌد، ْالجَ مَا َع ُة:ْالبَرَ َك ُة فًِ َث َال َثة
“Berkah ada pada tiga hal: berjamaah, tsarid (roti remas yang
direndam dalam kuah), dan makan sahur.” (HR. ath-Thabarani,
6/251, dengan sanad yang hasan dengan penguatnya, lihat Shifat
Shaum an-Nabi, hlm. 44)
Semakin bagus kualitas puasa kita dan semakin banyak aktivitas amal
sholeh yang kita lakukan dalam mengiringi puasa kita, maka akan
semakin banyak pula tabungan pahala kita di akhirat kelak.
Semakin bagus kualitas puasa kita dan semakin banyak aktivitas amal
sholeh yang kita lakukan dalam mengiringi puasa kita, maka akan
semakin bagus pula tazkiyatun nufus (pensucian jiwa) kita dengan jalan
melakukan puasa yang berkualitas dan banyak melakukan amal sholeh
216
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
Adapun jika seseorang makan sahur dan memiliki kondisi tubuh yang
prima dari hasil makan sahur tadi. Namun dia ternyata tidak
memanfaatkan hal itu untuk banyak melakukan kebaikan dan ibadah.
Bahkan justru dia melakukan banyak kemaksiatan dan hal-hal yang
merusak puasanya, maka kebarokahan makan sahurnya itu pada
hakikatnya tidak dia dapatkan. Walloohu A’lam
ال ُّسحُو ُر أَ ْكلُ ُه بَرَ َكة َفالَ َت َدعُوهُ َولَ ْو أَنْ ٌَجْ رَ عَ أَحَ ُد ُك ْم جَ رْ ع اَة مِنْ مَاء َفإِن هللاَ َو َمالَ ِب َك َت ُه
َصلُّونَ َعلَى ْال ُم َتسَح ِرٌن َ ٌُ
Perkataan ( َ“ ) َفإِن هللاَ َو َمالَ ِب َك َت ُه ٌُصَ لُّونَ َعلَى ْال ُم َتسَ ح ِرٌنKarena sesungguhnya
Allah pada para malaikat-Nya bersholawat untuk orang-orang yang
makan sahur itu” ini maksudnya adalah :
217
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
Tafsir sholawat Allah dan sholawat para malaikat-Nya pada orang yang
sahur ini, semakna dengan tafsir sholawat yang disebutkan dalam QS.
Al-Ahzab : 56.
صلُّونَ عَ لَى الن ِبً ۚ ٌَا أَ ٌُّهَا الذٌِنَ آ َم ُنوا صَ لُّوا َعلَ ٌْ ِه َوسَلمُوا َتسْ لٌِماا
َ ٌُ إِن هللاَ َوم ََال ِب َك َت ُه
Wallaahu A’lam.
ٌََا أَ ٌُّهَا الذٌِنَ آ َم ُنوا ُكتِبَ َعلَ ٌْ ُك ُم الصٌَا ُم َكمَا ُكتِبَ َعلَى الذٌِنَ مِن َق ْبلِ ُك ْم لَعَل ُك ْم َتتقُون
218
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
Berikut juga kita sudah melihatkan bukti jejak-jejak syariat puasa itu
masih ada tertulis pada kitab-kitab mereka (Taurat dan Injil), walaupun
Ahlul Kitab sekarang ini umumnya sudah meninggalkan dan tidak
melakukan syariat puasa itu kecuali yahudi.
Silakan lihat lagi tulisan kami itu pada halaman yang sebelumnya pada
buku ini.
Kapankah dimulai masuk waktu makan sahur? Dari hal ini para ulama
saling berbeda pendapat mengenainya, karena memang tidak ada “dalil
yang tegas” membicarakan batasan ini. Yang ada hanyalah dalil-dalil
yang memberikan petunjuk-petunjuk tanpa batasan yang tegas.
Akan tetapi bagi para “pengejar keutamaan makan sahur” hal ini perlu
untuk dibahas.
Agar jangan sampai kita makan sahur higga selesai makan sahur terlalu
awal, sebelum datangnya waktu makan sahur. Yang mana ini
menyebabkan kita terlewatkan dari mendapat keutamaan makan sahur
yang telah kita bahas tadi.
219
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
أن آخر اللٌل أفضل للدعاء واالستؽفار وٌشهد له قوله تعالى والمستؽفرٌن باألسحار
وأن الدعاء فً ذلك الوقت مجاب
220
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
221
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
―ال ٌمنعن أحدكم:عن ابن مسعود رضً هللا عنه عن النبً صلى هللا علٌه وسلم قال
لٌرجع، فإنه ٌإذن – أوٌنادي – بلٌل،– أو أحداا منكم – أذان بالل من سحوره
621 ( رواه البخارى.‖ ولٌنبه نابمكم،) قابمكم
―إن بالالا ٌإذن:عن عابشة رضً هللا عنها عن النبً صلى هللا علٌه وسلم أنه قال
رواه البخارى.‖ فكلوا واشربوا حتى ٌإذن ابن أم مكتوم،بلٌل
222
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
فلما فرؼنا من السحور أمر المإذن،تسحرنا مع علً بن أبً طالب رضً هللا عنه
فؤقام الصالة
فؤتٌته، فإذا أبو بكر وعمر فدعوتهما، فدخلت المسجد،أنظر من فً المسجد فادعه
فصلى بهم رسول هللا صلى هللا، ثم خرجوا، فؤكل وأكلوا، فوضعته بٌن ٌدٌه،بشًء
علٌه وسلم صالة الؽداة
Akupun masuk masjid, ternyata ada Abu Bakr dan Umar. Aku
memanggil keduanya. Lalu aku membawa makanan dan
kuhidangkan di hadapan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Beliau
makan, Abu Bakr dan Umar-pun ikut makan. Kemudian mereka
keluar menuju masjid, dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam mengimami sahabat shalat subuh. (Riwayat Al-Bazzar dan
Al-Hafidz Ibn Hajar menilai Sanadnya Hasan).
فدعا بإناء، وهو ٌرٌد الصٌام،أتٌت النبً صلى هللا علٌه وسلم أوذنه لصالة الفجر
ثم خرجنا إلى الصالة، ثم ناولنً فشربت،فشرب
223
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
فشربها، نعم: أشربها ٌا رسول هللا؟ قال: قال،أقٌمت الصالة واْلناء فً ٌد عمر
َتسَحرْ َنا مَعَ الن ِبى – صلى هللا علٌه وسلم:ْن َث ِابت – رضى هللا عنه – َقا َل ِ َعنْ َز ٌْ ِد ب
َ
ُور َقا َل َق ْد ُر َخمْسِ ٌنَ آٌَةا ِ قلت ك ْم كانَ َب ٌْنَ األذ. – ُثم َقا َم إِلى الصال ِة.
ِ ان َوالسح َ َ َ ُ ْ ُ َ َ
****
224
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
jumhur ulama, bahwa awal waktu masuk sahur itu dimulai pada
pertengahan malam.
Setelah kita mendapatkan petunjuk pertama “1/3 malam akhir itu”, kita
memahami bahwa hadits itu hanya menyebutkan masalah
“keutamaan”. Bukan untuk membatasi dan menentukan kapankah awal
waktu sahur itu.
Dari hadits sholat Tahajjud Nabi Daud inilah kita mendapatkan petunjuk
kedua bahwa beliau mulai melakukan sholat Tahajjud pada “tengah
malam”, dan beliau melakukan sholat tahajjud itu selama “1/3 malam”.
225
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
Agar tidak salah faham antara waktu “1/3 malam akhir” sesuai yang
dijelaskan dalam hadits mengenai turunnya Allah pada sepertiga malam
akhir, dan waktu sholat tahajjud yang dimulai pada “tengah malam”.
Maka diperlukan petunjuk ketiga untuk menjelaskan korelasi hal ini.
Misal sholat isya itu dimulai pada jam 19.30 malam, dan sholat shubuh
itu dimulai pada 04.30 malam. Maka panjang malam itu adalah sekitar
9 jam.
Setengahnya adalah 4.5 jam, atau ini berarti sekitar jam 23.30 itu sudah
masuk waktu tengah malam.
Nabi Daud melakukan sholat Tahajjud selama 1/3 malam, maka ini
berarti 1/3 dari 9 jam. Jadi Nabi Daud melakukan sholat tahajjud selama
3 jam (9 x 1/3), yakni mulai dari pukul 23.30 hingga pukul 02.30.
Adapun Allah turun pada sepertiga malam akhir, maka ini berarti pada
waktu mulai waktu subuh dan dihitung mundur 1/3 malam atau 3 jam.
Maka sepertiga malam akhir itu dimulai dari pukul 01.30 hingga 04.30.
Dari lama waktu sholat Tahajjud Nabi Daud ‘alaihis salaam (23.30 –
02.30) dan 1/3 malam akhir (01.30 – 04.30), terdapat irisan waktu
sekitar 1 jam. Irisan waktu sekitar satu jam itulah waktu yang terbaik
digunakan untuk berdoa dan beristighfar mohon ampun. Karena lazim
bahwa do’a dan istighfar memohon ampun itu dilakukan pada waktu
akhir-akhir sholat atau setelah sholat.
Sehingga dari hal ini jelaslah bagi kita petunjuk ketiga kita ini.
Bahwasanya waktu awal makan sahur itu adalah tengah malam.
Adapun pengertian sahur secara bahasa sebagai makan dan minum
sesaat menjelang sholat Shubuh (Fajar) itu, hanya menunjukkan
afdholiyah saja. Bukan batasan awal makan sahur.
Walloohu A’lam
226
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
Maka dari itu adzan awal Bilal itu bukanlah petunjuk untuk awal waktu
dimulainya makan sahur.
Dan ini juga tidak menunjukkan waktu awal dimulainya sahur, karena
redaksi hadits sebelumnya “Adzan Bilal tidak menghalangi salah satu
dari kalian dari sahurnya” difahami bahwa sudah ada yang makan sahur
sebelum Bilal Adzan.
Maka ini juga tidak bisa dijadikan pembatas awal dimulainya waktu
sahur, karena sebelum Bilal melakukan adzan yang pertama sudah ada
shahabat yang makan sahur sebagaimana perkataan rasul “Adzan Bilal
tidak menghalangi salah satu dari kalian dari sahurnya”.
Wallaahu A’lam
31
Sebagaimana ini adalah pendapat Syaikh Albani rahimahulloh mengenai jarak
waktu antara dua adzan tersebut dalam kitab beliau Tamamul Minnah hal. 146
227
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
Bahkan juga terdapat hadits yang jelas menerangkan boleh makan atau
minum ketika adzan shubuh sudah berkumandang, dan masih sedikit
sisa makanan dan minuman di tangan.
Jadi sekali lagi, walaupun perbuatan rasulullah dan para Sahabat itu
sesuai dengan asal kata “sahur” yakni As-Saharu ( ُ ) اَلسحَ رberarti “akhir
waktu malam mendekati Fajar (subuh)”. Namun hal ini bukan
dimaksudkan sebagai patokan batas awal bolehnya dilakukan makan
sahur. Ini hanyalah merupakan afdholiyyah saja dan keserasian dengan
asal kata “sahur” secara bahasa.
Disisi lain ada faidah tambahan yang bisa kita ambil dari petunjuk
argumentasi kelima ini. Faidah itu adalah :
228
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
Yang mana dalam anggapan orang awam, jika sudah masuk “waktu
imsak” maka kita sudah tidak boleh untuk makan dan minum sama
sekali.
ْط ْاألَ ْبٌَضُ مِنَ ْال َخٌْطِ ْاألَسْ َو ِد مِنَ ْالف َفجْ ِر
ُ ٌَو ُكلُوا َوا ْشرَ بُوا حَ تى ٌَ َتبٌَنَ لَ ُك ُم ْال َخ
229
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
At-Tamr adalah kurma yang sudah matang, inilah salah makanan yang
diutamakan untuk dimakan ketika sahur.
ْ َفإِنْ لَ ْم َت ُكن، ًَهللا صَلى هللاُ َعلَ ٌْ ِه َوسَل َم ٌُ ْفطِ ُر َعلَى ُر َطبَات َق ْب َل أَنْ ٌُصَل
ِ َكانَ رَ س ُْو ُل
ُر َطبَات َف َعلَى َثمَرَ ات َفإِنْ لَ ْم َت ُكنْ ححَ َسا حَ س ََوات مِنْ مَاء
230
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
Namun jika kita bisa untuk menyiapkan At-Tamr (kurma matang) untuk
Sahur, maka usahakan sebisanya makan At-Tamr (kurma matang)
sebagai makanan pendamping makan sahur, di samping makanan
lainnya.
Selain makan sahur itu barokah, waktu sahur itu juga merupakan waktu
yang barokah bagi kita. Dari hal itu terdapat beberapa amalan yang
utamakan untuk dilakukan ketika waktu sahur, selain dari makan sahur
itu sendiri tentu saja.
231
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
ُ ُك َو َتعَالَى ُكل لَ ٌْلَة إِلَى السمَا ِء ال ُّد ْنٌَا حٌِنَ ٌَ ْب َقى ُثل
ْث اللٌ ِْل اآل ِخ ُر ٌَقُو ُل َمن َ ٌََ ْن ِز ُل رَ ُّب َنا َتبَار
ٌ َْدعُونِى َفؤَسْ َت ِجٌبَ لَ ُه َمنْ ٌَسْ ؤَلُنِى َفؤُعْ طِ ٌَ ُه َمنْ ٌَسْ َت ْؽ ِف ُرنِى َفؤ َ ْؼفِرَ لَ ُه
أن آخر اللٌل أفضل للدعاء واالستؽفار وٌشهد له قوله تعالى والمستؽفرٌن باألسحار
وأن الدعاء فً ذلك الوقت مجاب
2. Membaca Al-Qur’an
232
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
3. Sholat Malam
Jika kita sudah melakukan sholat tarawih bersama dengan imam hingga
sholat witir sampai selesai, maka boleh bagi kita untuk menambah
sholat malam pada waktu sahur dengan tanpa mengulangi sholat witir.
Ini karena sholat witir itu hanya boleh dilakukan sekali saja dalam
semalam.
ِ ٌ َفإِ َذا أَ ْو َترَ أَحَ ُد ُك ْم َف ْل ٌَرْ َكعْ رَ ْك َع َت،إِن َه َذا الس َفرَ ُجهْد َو ُث ْقل
َفإِ ِن اسْ َت ٌْ َق َظ َو ِإال َكا َن َتا لَ ُه،ْن
ُّ ص ََالةُ اللٌ ِْل م َْث َنى م َْث َنى َفإِ َذا َخشِ ًَ أَحَ ُد ُك ْم ال
ص ْب َح صَلى رَ ْكع اَة َوا ِح َد اة ُتو ِت ُر َل ُه مَا َق ْد
صَلى
233
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
“Shalat malam itu dua rakaat dua rakaat. Jika salah seorang dari
kalian khawatir akan masuk waktu shubuh, hendaklah dia shalat
satu rakaat sebagai witir (penutup) bagi shalat yang telah
dilaksanakan sebelumnya.” (HR. Al-Bukhari no. 990 dan Muslim
no. 749)
عن ابن أبً ملٌكة أن ذكوان أبا عمرو كانت عابشة أعتقته عن دبر فكان ٌإمها ومن
معها فً رمضان فً المصحؾ
Dari Ibnu Abi Mulaikah, bahwa Dzakwan (Abu Amr) –budak yang
dijanjikan bebas oleh Aisyah jika beliau (Aisyah) meninggal-
mengimami Aisyah dan orang-orang bersama Aisyah di bukan
Ramadhan dengan membaca mushaf. (HR. Bukhari secara
Muallaq, dan Ibnu Abi Syaibah dalam Mushannaf)
Wallaahu A’lam
234
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
Secara bahasa “buka puasa” itu berasal dari kata Al-Fithru ( ) اَ ْلف ِْط ُرyang
berarti kasrush shoum () َكسْ رُالص ْو ِم. Sebagaimana yang disebut dalam
kamus Al-Munawwir.
Dengan kata lain, karena puasa (Ash-Shoum) itu menahan diri (Al-
Imsak) dari makan, minum, jima’, dan hal-hal lain yang membatalkan
puasa; maka Al-Fithru ( ُ ) اَ ْلف ِْطرitu adalah sesuatu yang memecahkan atau
menghancurkan kegiatan puasa itu, baik itu dengan makan, minum,
dan lain-lain yang membatalkan puasa.
Dalam aplikasinya, hal ini dilakukan dengan cara makan atau minum
selama sekian lama menahan diri dengan berpuasa dari Fajar hingga
tenggelam matahari.
ْ َفإِنْ لَ ْم َت ُكن، ًَهللا صَلى هللاُ َعلَ ٌْ ِه َوسَل َم ٌُ ْفطِ ُر َعلَى ُر َطبَات َق ْب َل أَنْ ٌُصَل
ِ َكانَ رَ س ُْو ُل
ُر َطبَات َف َعلَى َثمَرَ ات َفإِنْ لَ ْم َت ُكنْ ححَ َسا حَ س ََوات مِنْ مَاء
235
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
Waktu bolehnya berbuka puasa adalah pada malam hari, dan awal
waktunya dimulai ketika masuk waktu maghrib. Maghrib itu adalah
waktu awal dimulainya malam.
ث إِلَى ِنسَا ِب ُك ْم هُن لِبَاس لَ ُك ْم َوأَ ْن ُت ْم لِبَاس لَههُن َعلِ َم هللاُ أَن ُك ْم ُ أُحِل لَ ُك ْم َل ٌْلَ َة الصٌَام الر َف
ِ
ُك ْن ُت ْم َت ْخ َتا ُنونَ أَ ْنفُ َس ُك ْم َف َتابَ َعلَ ٌْ ُك ْم َو َع َفا َع ْن ُك ْم َفاآلنَ بَاشِ رُوهُن َوا ْب َت ُؽوا مَا َك َتبَ هللاُ لَ ُك ْم
ْط األ ْبٌَضُ مِنَ ْال َخٌْطِ األسْ َو ِد مِنَ ْال َفجْ ِر ُثم أَ ِتمُّوا ُ ٌَو ُكلُوا َوا ْشرَ بُوا حَ تى ٌَ َتبٌَنَ لَ ُك ُم ْال َخ
الصٌَا َم إِلَى اللٌ ِْل
Pengambilan dalil dari ayat ini untuk kapan waktu berbuka puasa
adalah pada penyebutan “malam hari”.
236
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
ْ الَ ٌ ََزا ُل الدٌْنُ َظاهِرا ا مَا عَج َل الناسُ ْالف ِْطرَ ألَن ْال ٌَه ُْو َد َوالنصَارَ ى ٌ َُإخر
َُوون
237
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
، َوالصٌَا ُم جُ نة. َوأَ َنا أَجْ ِزى ِب ِه، َفإِن ُه لِى، ْن آدَ َم لَ ُه إِال الصٌَا َم ِ ُك ُّل َعم َِل اب: َُقا َل هللا
أَ ْو َقا َتلَ ُه َف ْل ٌَقُ ْل، َفإِنْ سَ اب ُه أَحَ د، ْث َوالَ ٌَصْ َخب ْ ُ َفالَ ٌَرْ ف، َوإِ َذا َكانَ ٌ َْو ُم ص َْوم أَحَ ِد ُك ْم
ِ
ٌحِ هللا مِنْ ِر ِ َوالذِى َن ْفسُ مُحَ مد ِب ٌَ ِد ِه لَ ُخلُوؾُ َف ِم الصاب ِِم أَ ْطٌَبُ عِ ْن َد. صابِم َ إِنى ا ْمرُإ
َوإِ َذا لَقِىَ رَ ب ُه َف ِر َح ِبص َْو ِم ِه، ان ٌَ ْفرَ ُح ُهمَا إِ َذا أَ ْف َطرَ َف ِر َح
ِ لِلصاب ِِم َفرْ حَ َت، ِْالمِسسْ ك
“Allah berfirman,’Setiap amal anak Adam adalah untuknya
kecuali puasa. Puasa tersebut adalah untuk-Ku dan Aku yang
akan membalasnya. Puasa adalah perisai.
“Ada tiga orang yang do’anya tidak ditolak : Pemimpin yang adil,
Orang yang berpuasa ketika dia berbuka, Do’a orang yang
terzalimi.”
238
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
Dan hendaklah buka puasa sekedarnya saja dengan kurma dan air,
jangan terlalu lama, dan kemudian sholat maghrib berjamaah setelah
itu bagi laki-laki.
ْ َفإِنْ لَ ْم َت ُكن، ًَهللا صَلى هللاُ َعلَ ٌْ ِه َوسَل َم ٌُ ْفطِ ُر َعلَى ُر َطبَات َق ْب َل أَنْ ٌُصَل
ِ َكانَ رَ س ُْو ُل
ُر َطبَات َف َعلَى َثمَرَ ات َفإِنْ لَ ْم َت ُكنْ حَ سَا حَ سس ََوات مِنْ مَاء
239
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
َمنْ َفطرَ صَا ِبماا َكانَ لَ ُه م ِْث ُل أَجْ ِر ِه َؼ ٌْرَ أَن ُه الَ ٌَ ْنقُصُ مِنْ أَجْ ِر الصاب ِِم َش ٌْ ابا
240
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
Kalau Al-Fithru ( ) اَ ْلف ِْط ُرadalah hal yang membuat seseorang tidak bisa
disebut sebagai orang yang berpuasa lagi, atau makan untuk buka
puasa. Sedangkan Al-Fithrotu ( ) اَ ْلف ِْطرَ ُةitu berarti suci atau kondisi awal
penciptaan manusia. “Fitrah” kalau sebutan umum dalam bahasa
Indonesia.
َفؤَب ََواهُ ٌُهَودَا ِن ِه أَ ْو ٌُ َنصرَ ا ِن ِه، ُك ُّل م َْولُود ٌُولَ ُد عَ لَى ْالف ِْطرَ ِة
“Ada sepuluh hal dari fitrah ()مِنَ ْالف ِْطرَ ِة, yaitu memangkas kumis,
memelihara jenggot, bersiwak, istinsyaq (menghirup air ke dalam
hidung), potong kuku, membersihkan ruas jari-jemari, mencabut
241
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
Hal ini kita terangkan karena yang istilah “Iedul Fithri” itu sebenarnya
berhubungan dengan hari selesainya kita berpuasa. Yakni hari
kembalinya kita berbuka dengan makan dan minum.
Iedul Fithri tidak bermakna kembali ke fithroh, suci seperti anak bayi
yang baru lahir. Ini adalah pemahaman yang salah. Di sinilah
pentingnya kita untuk memahami perbedaan istilah antara Al-Fithru
( ُ ) اَ ْلف ِْطرdengan Al-Fithrotu (ُ) اَ ْلف ِْطرَ ة
***
Pokok yang penting dalam pembahasan puasa ini, segala hal yang
berkaitan dengan masalah puasa selalu memakai istilah Al-Fithru ( ُ) اَ ْلف ِْطر
dan bukan Al-Fithrotu () اَ ْلف ِْطرَ ُة.
1. Buka puasa atau Al-Fithru ( ) اَ ْلف ِْط ُرatau Al-Ifthor (ال ْف َطا ُر
ِ ْ َ) ا
2. Zakat Fithri () َز َكاةُ ْالف ِْط ِر
3. Hari raya Iedul Fithri ()عِ ٌْ ُد ْالف ِْط ِر
Berbagai dalil yang berhubungan dengan ketiga hal itu, selalu dipakai
kata Al-Fithru ( ُ ) اَ ْلف ِْطرbukan Al-Fithrotu () اَ ْلف ِْطرَ ُة. Hal ini seperti contoh
beberapa hadits rasulullah berikut ini :
242
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
أَ ْو صَا اعا مِنْ َشعٌِر،هللا صَلى هللاُ عَ لَ ٌْ ِه َوسَل َم َز َكا َة الف ِْط ِر صَاعاا مِنْ َت ْمر
ِ َفرَ ضَ رَ سُو ُل
ْ َوأَمَرَ ِبهَا أَن، ٌَر مِنَ المُسْ لِمٌِن ُ
ِ َوالصصؽ، َوالذ َك ِر َواأل ْن َثى،َعلَى ال َع ْب ِد َوال ُحر
ِ ٌِر َوال َك ِب
اس إِلَى الصالَ ِة ِ ُت َإدى َق ْب َل ُخر
ِ ُوج الن
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mewajibkan zakat fithri
() َز َكا َة الف ِْط ِرdengan satu sha’ kurma atau satu sha’ gandum,
kepada setiap budak atau orang merdeka, laki-laki atau wanita,
anak maupun dewasa, dari kalangan kaum muslimin. Beliau
memerintahkan untuk ditunaikan sebelum masyarakat
berangkat shalat ied.” (HR. Bukhari)
،ِط ْهرَ اة لِلصاب ِِم مِنَ الل ْؽ ِو َوالر َفثُ هللا صَلى هللاُ عَ لَ ٌْ ِه َوسَل َم َز َكا َة ْالف ِْطرِ َفرَ ضَ رَ سُو ُل
ِ
،ِ َو َمنْ أَداهَا َبعْ َد الص َالة، َف ِهًَ َز َكاة َم ْقبُولَة،ِ َمنْ أَداهَا َق ْب َل الص َالة،ٌِن ُ َو
ِ طعْ م اَة ل ِْل َمسَاك
تِ ص َد َقة مِنَ الص َد َقا َ ًََف ِه
243
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
َنهَى الن ِبًُّ صَ لى هللاُ َعلَ ٌْ ِه َوسَل َم َعنْ صَ ْو ِم ٌ َْو ِم الف ِْط ِر َوالنحْ ِر
1. Pemahaman yang benar terhadap Zakat Fithri ( ) َز َكاةُُا ْلف ِْط ُِر
Sesuai asal kata bahasanya, maka pemberian Zakat Fithri ( ) َز َكاةُ ْالف ِْط ِرitu
dimaksudkan agar para fakir miskin itu mempunyai makanan ketika hari
raya Idul Fitri. Maka dari itu, para fakir miskin diberikan zakat dengan
berupa makanan pokok pada satu atau dua hari sebelum jatuh hari raya
Idul Fithri.
244
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
rusak karena hal-hal laghwu (sia-sia) dan rofats (buruk dan jorok) yang
kita kerjakan selama puasa.
،ِط ْهرَ اة لِلصاب ِِم مِنَ الل ْؽ ِو َوالر َفثُ هللا صَلى هللاُ عَ لَ ٌْ ِه َوسَل َم َز َكا َة ْالف ِْطرِ َفرَ ضَ رَ سُو ُل
ِ
،ِ َو َمنْ أَداهَا َبعْ َد الص َالة، َف ِهًَ َز َكاة َم ْقبُولَة،ِ َمنْ أَداهَا َق ْب َل الص َالة،ٌِن ُ َو
ِ طعْ م اَة ل ِْل َمسَاك
تِ ص َد َقة مِنَ الص َد َقا َ ًََف ِه
2. Pemahaman yang benar terhadap hari raya Iedul Fithri ( ) ِع ْيدُُا ْلف ِْط ُِر
Hari raya Idul Fitri itu maksudnya adalah hari raya “berbuka puasa”,
setelah selesai puasa sebulan penuh lamanya. Pada hari raya Idul Fithri
kita dilarang untuk berpuasa, dan secara otomatis inilah hari perayaan
bagi kita untuk “makan dan minum”.
Bahkan adanya kewajiban khusus zakat Fithri bagi yang mampu kepada
fakir miskin sebelum sholat Ied, juga dimaksudkan agar para fakir
miskin dapat ikut berpartisipasi merayakan hari raya Idul Fithri dengan
makan dan minum.
أَ ْو صَا اعا مِنْ َشعٌِر،هللا صَلى هللاُ عَ لَ ٌْ ِه َوسَل َم َز َكا َة الف ِْط ِر صَاعاا مِنْ َت ْمر
ِ َفرَ ضَ رَ سُو ُل
ْ َوأَمَرَ ِبهَا أَن، ٌَر مِنَ المُسْ لِمٌِن ُ
ِ َوالصصؽ، َوالذ َك ِر َواأل ْن َثى،َعلَى ال َع ْب ِد َوال ُحر
ِ ٌِر َوال َك ِب
اس إِلَى الصالَ ِة ِ ُت َإدى َق ْب َل ُخر
ِ ُوج الن
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mewajibkan zakat fithri
() َز َكا َة الف ِْط ِرdengan satu sha’ kurma atau satu sha’ gandum,
245
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
Jadi tidak benar bahwa hari Idul Fitri itu adalah kita kembali kepada
Fitroh (kesucian), tanpa dosa, seperti halnya bayi yang baru lahir.
ُم َكفرَ ات مَا َب ٌْ َنهُن إِ َذا، َ َورَ َمضَانُ إِلَى رَ َمضَان،ِ َو ْال ُج ْم َع ُة إِلَى ْال ُج ْم َعة، ُات ْال َخ ْمسُ الصلَ َو
اجْ َت َنبَ ْالكبَا ِبر
َ
ً آم: أرؼم هللا أنؾ عبد أو بعد دخل رمضان فلم ٌؽفر له فقلت: قال لً جبرٌل
246
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
Bahkan terdapat juga riwayat bahwa para shahabat itu banyak berdoa
setelah selesai ramadhan agar amalan mereka itu diterima oleh Allah.
كانوا ٌدعون هللا تعالى ستة أشهر أن ٌبلؽهم رمضان ٌدعونه:قال معلى بن الفضل
ستة أشهر أن ٌتقبل منهم
اللهم سلمنً إلى رمضان وسلم لً رمضان:وقال ٌحٌى بن أبً كثٌر كان من دعابهم
وتسلمه منً متقبال
247
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
Maka dari itu, hendaklah kita benahi lagi pemaknaan dan pemahaman
kita mengenai Zakat Fithri dan hari raya Idul Fithri. Wallaahu A’lam
248
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
BAGIAN VI
AMALAN-AMALAN SUNNAH YANG DIUTAMAKAN
DI BULAN RAMADHAN
A. MACAM-MACAM AMALAN SUNNAH YANG DITEKANKAN
UNTUK DIPERBANYAK PADA BULAN RAMADHAN
1. Membaca Al-Qur’an
249
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
رواه البخاري. َار ُس ُه ْالقُرْ آن َ َكانَ ِجب ِْرٌ ُل ٌ َْل َقاهُ فِى ُكل لَ ٌْلَة مِنْ رَ َم
ِ َ َفٌُد، َضان
“Dahulu Malaikat Jibril senantiasa menjumpai Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam pada setiap malam Ramadhan, dan
selanjutnya ia membaca Al Qur’an bersamanya.” (HR. Bukhari)
ِ َان ل ِْل َع ْب ِد ٌ َْو َم ْال ِقٌَا َم ِة ٌَقُو ُل الصٌَا ُم أَىْ رَ ب َم َنعْ ُت ُه الطعَا َم َوالشه ََوا
ت ِ الصٌَا ُم َو ْالقُرْ آنُ ٌَ ْش َفع
َان َ َ َ َ ُ َ ُ ْ ُ
ِ قا َل ف ٌُشفع. َو ٌَقو ُل القرْ آنُ َمنعْ ت ُه الن ْو َم ِباللٌ ِْل فشفعْ نِى فٌِ ِه.َار َف َشفعْ نِى فٌِ ِه
َ ِ ِبالنه
“Puasa dan Al-Qur’an itu akan memberikan syafaat kepada
seorang hamba pada hari kiamat nanti.
2. Shodaqoh
250
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
َو َكانَ أَجْ َو ُد،اس ِ هللا صَلى هللاُ َع َل ٌْ ِه َوسَ ل َم أَجْ َودَ النِ « َكانَ رَ سُو ُل: َقا َل،ْن عَباس ِ َع ِن اب
ار ُس ُهِ َوكانَ ٌَلقاهُ فًِ كل ل ٌْلة مِنْ رَ َمضَانَ ف ٌُ َد،ُمَا ٌَ ُكونُ فًِ رَ َمضَانَ حٌِنَ ٌ َْل َقاهُ ِجب ِْرٌل
َ َ َ ُ َ ْ َ
ٌح المُرْ َسلَ ِة
ِ الخٌ ِْر مِنَ الر َ هللا صَلى هللاُ َع َل ٌْ ِه َوسَ ل َم أَجْ جْ َو ُد ِب
ِ َفلَرَ سُو ُل، َ»القُرْ آن
َمنْ َفطرَ صَا ِبماا َكانَ لَ ُه م ِْث ُل أَجْ ِر ِه َؼ ٌْرَ أَن ُه الَ ٌَ ْنقُصُ مِنْ أَجْ ِر الصاب ِِم َش ٌْ ابا
251
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
« َفإِن ُع ْمرَ اة فٌِ ِه َتعْ ِد ُل حَ ج اة،» َفإِ َذا جَ ا َء رَ َمضَانُ َفاعْ َتم ِِري
252
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
Hal ini tampak terlihat apalagi pada 10 hari terakhir di bulan ramadhan,
yang mana orang Indonesia kadang sudah sibuk untuk memikirkan
mudik dan makanan lebaran.
Padahal sholat tarawih itu memiliki banyak keutamaan yang sayang jika
kita lewatkan. Rasulullah shalalloohu ‘alaihi wa sallam bersabda,
« ُؼفِرَ لَ ُه َما َت َقد َم مِنْ َذ ْن ِب ِه،» َمنْ َقا َم رَ َمضَانَ إٌِمَا انا َواحْ ِتسَاباا
َام
ِ اْلم ِ َقا َل رَ سُو ُل: َقا َل،َعنْ أَ ِبً َذر
ِ ْ َهللا صَلى هللاُ َعلَ ٌْ ِه َوسَ ل َم «إِن الر ُج َل ِإ َذا صَلى مَع
َ »حَ تى ٌَ ْن
ص ِرؾَ حُسِ بَ لَ ُه ِقٌَا ُم لَ ٌْلَة
253
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
َ َكانَ ٌَعْ َتكِؾُ ال َع ْشر، «أَن الن ِبً صَلى هللاُ َع َل ٌْ ِه َوسَ ل َم:،َعنْ عَا ِب َش َة رَ ضِ ًَ هللاُ عَ ْنهَا
ُثم اعْ َت َكؾَ أَ ْز َوا ُج ُه مِنْ َبعْ ِد ِه،ُ»األَ َواخِرَ مِنْ رَ َمضَانَ حَ تى َت َوفاهُ هللا
َخ َل َ هللا – صلى هللا علٌه وسلم – إِ َذا د ِ َ – َكانَ رَ سُو ُل:ت ْ َعنْ عَا ِب َش َة رَ ضِ ًَ َهللاُ عَ ْنهَا َقا َل
َوأَ ٌْ َق َظ أَهْ لَ ُه – مُت َفق, َوأَحْ ٌَا َل ٌْلَ ُه,ُ َشد ِم ْب َزرَ ه- َ اَ ْلعَ ْش ُر اَ ْألَخٌِ ُر مِنْ رَ َمضَان: ْأَي- اَ ْل َع ْش ُر
َعلَ ٌْ ِه
Hadits ini memberikan faedah kepada kita, bahwa I’tikaf itu bukanlah
suatu syarat untuk mendapatkan Lailatul Qadr. Akan tetapi melakukan
ibadah bertepatan dengan malam Lailatul Qadr lah syarat untuk
mendapatkan keutamaan Lailatul Qadr.
254
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
َهللا صَلى هللاُ عَ َل ٌْ ِه َوسَل َم َذ َكرَ أَنْ ٌَع ٌَعْ َتكِؾ ِ َعنْ عَا ِب َش َة رَ ضِ ً هللاُ عَ ْنهَا أَن رَ سُو َل
ْص ُة َعا ِب َش َة أَن
َ ت حَ ْفْ َْال َع ْشرَ ْاألَ َواخِرَ مِنْ رَ َمضَانَ َفاسْ َتؤْ َذ َن ْت ُه عَ ا ِب َش ُة َفؤَذِنَ لَهَا َو َسؤَل
َت َو َكان ْ َك َز ٌْ َنبُ ا ْب َن ُة جَ حْ ش أَمَر
ْ َت ِب ِب َناء َف ُبنًَِ لَهَا َقال َ ِت َذل ْ ََتسْ َتؤْذِنَ لَهَا َف َف َعل
ْ َت َفلَما رَ أ
ُ َ
صرَ ؾَ ِإلَى ِب َنا ِب ِه َف َبصُرَ ِباأل ْب ِن ٌَ ِة َف َقا َل مَا َهذا َقالوا ِب َنا ُء َعا ِب َش َة َ هللا إِ َذا صَلى ا ْن ِ رَ سُو ُل
ََهللا أَ ْال ِبر أَرَ ْدنَ ِب َه َذا مَا أَ َنا ِبمُعْ َتكِؾ َفرَ جَ رَ جَ عَ َفلَما أَ ْفطر ِ ص َة َو َز ٌْ َنبَ َف َقا َل رَ سُو ُل َ َوحَ ْف
ْ
اعْ َت َكؾَ َعشرا ا مِنْ شوال
َ
255
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
أَ ْو صَا اعا مِنْ َشعٌِر،هللا صَلى هللاُ عَ لَ ٌْ ِه َوسَل َم َز َكا َة الف ِْط ِر صَاعاا مِنْ َت ْمر
ِ َفرَ ضَ رَ سُو ُل
ْ َوأَمَرَ ِبهَا أَن، ٌَر مِنَ المُسْ لِمٌِنب َ
ك ال و
َ ٌِر
ؽ الصص و
َ ،ى َ
ث ْ
ن ُ َوالذ َكر َواأل،َعلَى ال َع ْب ِد َوال ُحر
ِ ِ ِ ِ
اس إِلَى الصالَ ِة ِ ُت َإدى َق ْب َل ُخر
ِ ُوج الن
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mewajibkan zakat fithri
() َز َكا َة الف ِْط ِرdengan satu sha’ kurma atau satu sha’ gandum,
kepada setiap budak atau orang merdeka, laki-laki atau wanita,
anak maupun dewasa, dari kalangan kaum muslimin. Beliau
memerintahkan untuk ditunaikan sebelum masyarakat
berangkat shalat ied” (HR. Bukhari)
****
256
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
Baik “sholat tarawih”, “I’tikaf”, ataupun “Zakat Fithr” akan kita bahas
fiqh-nya secara tersendiri pada tulisan kita ke depan. Insya Allah.
257
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
ُتت صَ َالة ْ َن أَن ُه سَؤ َ َل عَا ِب َش َة رَ ضِ ًَ هللاُ َع ْنهَا َك ٌْؾَ َكا َن ِ ْن َع ْب ِد الرحْ م ِ َعنْ أَ ِبً َسلَ َم َة ب
ًِت مَا َكانَ ٌ َِزٌ ُد فًِ رَ َمضَانَ َو َال ف ْ هللا صَلى هللاُ َعلَ ٌْ ِه َوسَل َم فًِ رَ َمضَانَ َف َقا َل ِ ُول
ِ رَ س
ًطول ِِهن ُثم ٌُصَل ُ َؼٌْر ِه َعلَى إِحْ دَ ى َع ْشرَ َة رَ ْكع اَة ٌُصَلً أَرْ َبعاا َف َال َت َس ْل َعنْ ح حُسْ ن ِِهن َو
ِ
ْهللا أَ َت َنا ُم َق ْب َل أَن
ِ ت ٌَا رَ سُو َل ُ طول ِِهن ُثم ٌُصَلً َث َال اثا َفقُ ْل ُ أَرْ َبعاا َف َال َت َس ْل َعنْ حُسْ ن ِِهن َو
ًَان َو َال ٌَ َنا ُم َق ْل ِب
ِ ُتوتِرَ َقا َل ٌَا عَا ِب َش ُة إِن َع ٌْ َنً َت َنام
Dari Abu Salamah bin 'Abdurrahman bahwasanya dia bertanya
kepada 'Aisyah radhiyallahu 'anha tentang cara shalat Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam di bulan Ramadhan. Maka 'Aisyah
radliallahu 'anha menjawab:
258
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
Sholat Tarawih ini sebenarnya nama lain dari “sholat malam yang
dilakukan pada bulan Romadhon”. Jadi sifat sholat malam baik di dalam
ataupun di luar bulan Romadhon itu sebenarnya sama saja. Hanya saja
khusus di dalam bulan romadhon, sholat malamnya “mempunyai nama
lain” dengan sebutan sholat Tarawih.
Sholat tarawih berjamaah yang hanya tiga kali ini, dikisahkan oleh
Aisyah istri Nabi Rasulullah shalalloohu ‘alaihi wa sallam sebagai
berikut.
259
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
ْهللا صَ لى هللاُ َعلَ ٌْ ِه َو َسل َم َخرَ َج لَ ٌْلَ اة مِن ِ أَن عَا ِب َش َة رَ ضِ ًَ هللاُ َع ْنهَا أَ ْخبَرَ ْت ُه أَن رَ سُو َل
َ َ ُ َ َ
َصال ِت ِه فؤصْ َب َح الناسُ فتحَ دثوا فاجْ تمَع َ َ َ َ جَ ْوؾِ اللٌ ِْل َفصَ لى فًِ ْال َمسْ ِج ِد َوصَلىى ِرجَ ال ِب
أَ ْك َث ُر ِم ْن ُه ْم َفصَ لى َفصَل ْوا َم َع ُه َفؤَصْ َب َح الناسُ َف َتحَ د ُثوا َف َك ُثرَ أَهْ ُل ْال َمسْ ِج ِد مِنْ الل ٌْلَ ِة
ت الل ٌْلَ ُة ْ هللا صَلى هللاُ َعلَ ٌْ ِه َوسَل َم َفصَلى َفصَل ْوا ِبص ََال ِت ِه َفلَما َكا َن ِ الثا ِل َثة ِة َف َخرَ َج رَ سُو ُل
ضى ْال َفجْ رَ أَ ْق َب َل َعلَى َ ْح َفلَما َق ِ بصُّ ال ة
ِ َ
َال ص ل
ِ ج
َ َر َ
خ ى ت َح ه
ِ ل
ِ ْهَالر ِاب َع ُة عَجَ َز ْال َمسْ ِج ُد َعنْ أ
ٌت أَنْ ُت ْف َترَ ضَ َعلَ ٌْ ُك ْم ُ ِاس َف َت َشهدَ ُثم َقا َل أَما َبعْ ُد َف ِإن ُه لَ ْم ٌ َْخؾَ َعلًَ َم َكا ُن ُك ْم َولَكِنً َخش ِ الن
َهللا صَ لى هللاُ َعلَ ٌْ ِه َوسَ ل َم َو ْاألَ ْم ُر َعلَى َذلِك
ِ َف َتعْ ِج ُزوا َع ْنهَا َف ُتوُ فًَ رَ سُو ُل
260
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
****
Tidak diketahui secara pasti apakah Imam Bukhori yang pertama kali
memunculkan nama itu? Ataukah Imam Bukhori hanya yang pertama
kali menuliskan dan membukukan istilah itu, sedangkan istilah itu
sebenarnya sudah ma’ruf di kalangan para ulama pada zaman itu dan
sebelumnya. Hanya saja belum sempat dituliskan namanya di salah satu
jenis kitab tertentu, hingga tiba pada zamannya Imam Bukhori.
Walloohu A’lam.
261
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
Ini karena jika melihat pada kitab-kitab Hadits yang lain, para ulama
biasanya hanya menamakan bab dalam masalah sholat ini dengan
32
nama “Qiyaam Romadhoon” atau “Qiyaam Syahr Romadhoon”.
Seperti dalam dalam Sunan Abu Daud, di Kitab “Ash-Sholaah” (kitab ke-
2), terdapat bab dengan nama“Fii Qiyaami Syahr Romadhoon”. Dalam
Sunan Ad-Darimi, di Kitab “Wa Min Kitaabish shiyaam” (Kitab ke-5),
terdapat bab dengan nama “Baab fii Qiyaami Romadhoon” (Bab Sholat
di bulan Romadhon). Dalam Sunan Ibnu Majah, di Kitab “Iqoomatush
sholaah wa sunnatu fiihaa” (kitab ke-6), terdapat bab dengan nama
“Maa Jaa-a fii Qiyaami Syahr Romadhoon”. Dalam Sunan An-Nasai, di
Kitab “Qiyaamul lail wa taththowu’un nahaar” (Kitab ke-20), terdapat
bab dengan nama “Qiyaamu Syahr Romadhoon”.
Namun kita perlu melihat lagi mengenai penamaan sholat tarawih yang
dilakukan oleh imam Muslim ini. Karena Imam Muslim ini sejatinya
adalah salah seorang murid dari Imam Al-Bukhori, maka penulis lebih
cenderung untuk mengatakan bahwa Imam Muslim mengikuti
penamaan sholat tarawih tersebut dari Imam Al-Bukhori sebagai guru
beliau. Walloohu A’lam
32
Qiyaam secara harfiah berarti bangkit atau berdiri, dan yang dimaksud adalah
berdiri untuk Sholat. Secara keseluruhan “Qiyaam Romadhoon” atau “Qiyaam
Syahr Romadhoon” boleh kita artikan “Sholat (tarawih) di bulan Romadhon”
262
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
Semua dianggap sama diberi nama dengan nama “Sholaatul lail” (sholat
malam) biasa saja, baik itu di dalam romadhon ataupun di luar bulan
romadhon. Beliau tidak memberikan nama khusus akan hal itu selain
sholaatul lail. Lihat Sunan At-Tirmidzi kitab “Ash-Sholaah” (Kitab ke
dua), dalam bab “Maa jaa-a fii fadhli sholaatil lail” dan bab “Maa jaa-a
fii washfi sholaatin nabiy sholalloohu ‘alaihi wa sallam bill ail”.
Adapun para ulama hadits selain Imam Bukhori dan Imam Muslim, tidak
memberikan istilah “sholat Tarawih”. Dan hanya memberikan sifat
“Qiyaam Romadhoon” atau “Qiyaam Syahr Romadhoon”, dengan
mendasarkan kepada hadits di bawah ini.
َمنْ َقا َم رَ َمضَانَ إٌِمَا انا َواحْ ِتسَاباا ُؼفِرَ لَ ُه مَا َت َقد َم مِنْ َذ ْن ِب ِه
****
1. Sholat Tarawih itu adalah nama lain yang khusus diberikan oleh para
Ulama untuk sholat malam pada bulan ramadhon. Adapun
rasulullah sendiri tidak pernah memperinci dan memberikan nama
dengan nama sholat Tarawih. Rasulullah hanya pernah memberikan
nama dengan Sholat malam (Sholaatul lail) seperti biasa saja.
2. Sholat Tarawih, secara umum, memiliki pembahasan dan hukum-
hukum yang sama dengan pembahasan dan hukum-hukum
mengenai Sholat malam.
3. Setelah hal-hal yang dikhawatirkan oleh Rasulullah tidak ada, yakni
khawatir jika turun Wahyu dan mewajibkan sholat Tarawih. Sholat
263
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
Dari sini kita bisa mengambil faedah, kenapa para shahabat kok bisa
banyak berkumpul “secara spontan” waktu itu di masjid pada waktu
malam hari?
Ini karena waktu itu sudah masuk ke 10 hari terakhir dari bulan
ramadhan, dan lazim para shahabat melakukan I’tikaf guna menyambut
datangnya Lailatul Qodr. Maka ketika para shahabat mengetahui
rasulullah pergi ke masjid untuk melakukan shalat tarawih pada waktu
malam hari, spontan mereka langsung mengikuti dan berjamaah
bersama Rasulullah. Walloohu A’lam
هللا صَلى هللاُ َع َل ٌْ ِه َوسَ ل َم فًِ رَ مَضَ انَ َف َل ْم ٌَ ُق ْم ِب َنا حَ تى ِ ُول ِ ص ْم َنا مَعَ رَ س ُ َعنْ أَ ِبً َذر َقا َل
ًِث اللٌ ِْل ُثم لَ ْم ٌَقُ ْم ِب َنا فًِ السا ِد َس ِة َف َقا َم ِب َنا ف ُ َُبقًَِ َسبْع مِنْ الشه ِْر َف َقا َم ِب َنا حَ تى َذهَبَ ُثل
ْهللا لَ ْو َنف ْل َت َنا َبقٌِ َة لَ ٌْ َل ِت َنا َه ِذ ِه َقا َل إِن ُه َمن
ِ ت ٌَا رَ سُو َلُ ْال َخا ِم َس ِة حَ تى َذهَبَ َش ْط ُر اللٌ ِْل َفقُ ْل
ص ِرؾَ َك َتبَ هللاُ لَ ُه ِقٌَا َم َل ٌْلَة ُثم َل ْم ٌُصَل ِب َنا َولَ ْم ٌَقُ ْم حَ تى َبقًَِ َث َالث َ َام حَ تى ٌَ ْن ِ ْ ََقا َم مَع
ِ اْلم
ت َومَا ُ مِنْ الشه ِْر َف َقا َم ِب َنا فًِ الثالِ َث ِة َوجَ مَعَ أَهْ لَ ُه َو ِنسَا َءهُ حَ تى َت َخو ْف َنا أَنْ ٌَفُو َت َنا ْال َف َال ُح ُق ْل
ُْال َف َال ُح َقا َل ال ُّسحُور
264
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
َت ال ُّنعْ مَانَ ْبنَ بَشِ ٌر َعلَى ِم ْنب َِر ِح ْمصَ ٌَقُو ُل قُمْ َنا مَع ُ ُْن َع ٌْ ُم بْنُ ِزٌَاد أَبُو َط ْلحَ َة َقا َل َسمِع
ث اللٌ ِْل ُ ُ َ ْ َ
ِ هللا صَلى هللاُ َعلَ ٌْ ِه َوسَل َم فًِ شه ِْر رَ َمضَانَ ل ٌْلة ثالث َوعِ ش ِرٌنَ إِلى ثل
َ َ َ َ َ ِ ُولِ رَ س
ْاألَو ِل ُثم قُ ْم َنا َم َع ُه لَ ٌْ َل َة َخمْس َوعِ ْش ِرٌنَ ِإلَى ننِصْ ؾِ اللٌ ِْل ُثم قُ ْم َنا َم َع ُه لَ ٌْ َل َة َسبْع
َك ْال َف َالحَ َو َكا ُنوا ٌُ َسمُّو َن ُه ال ُّسحُورَ َوعِ ْش ِرٌنَ حَ تىى َظ َننا أَنْ َال ُن ْد ِر
265
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
***
Jadi dari hadits dan penjelasan di atas kita bisa mengetahui bahwa
Sholat Tarawih “secara berjamaah dengan satu imam”, hanya pernah
dilakukan oleh Rasulullah sebanyak tiga kali saja.
266
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
Adapun yang melandasi akan hal ini, adalah hadits sikap Umar bin
Khoththob pada zaman awal kekholifahan beliau berikut ini, yang mana
267
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
dalam rowi hadits ini juga sama terdapat Ibnu Syihab Az-Zuhri
rohimahulloh sebagai periwayat hadits.
268
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
tarawih ini sudah hilang pada zaman Umar. Karena Rasulullah sudah
meninggal, Wahyu telah terputus, dan syariat Islam sudah sempurna
hingga tidak boleh untuk ditambah-tambahi ataupun dikurang-kurangi.
****
2. Sholat tarawih yang dilakukan pada waktu tengah malam itu lebih
utama dibandingkan sholat tarawih yang dilakukan pada awal
malam setelah sholat isya. Maka dari itu Umar berkata,
َ َوالتًِ ٌَ َنامُونَ َع ْنهَا أَ ْف
َض ُل مِنْ التًِ ٌَقُومُون
(dan mereka yang tidur terlebih dahulu adalah lebih baik
daripada yang shalat awal malam)
3. Sholat tarawih pada waktu awal malam, atau setelah sholat Isya itu
sah dan diperbolehkan.
269
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
270
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
ِ ْ ٌت لَ ُك ُم
اْلسْ َال َم دٌِ انا ُ ت لَ ُك ْم دٌِ َن ُك ْم َوأَ ْت َمم
ُ ِْت َع َل ٌْ ُك ْم نِعْ َمتًِ َورَ ض ُ ْالٌ َْو َم أَ ْكم َْل
271
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
Point ini kami tekankan, karena kami melihat banyaknya orang yang
berusaha memanipulasi dan menembakkan “bola liar” akan hal ini.
Nas-alullooh was salaamah
Hukum sholat tarawih jelas, hukumnya sunnah bukan wajib. Baik itu
dilakukan dengan cara:
Semuanya hukumnya Sunnah dan boleh, akan tetapi yang beda adalah
keutamaannya saja dengan perbedaan keutamaan yang jauh.
272
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
َ َام حَ تى ٌَ ْن
ص ِرؾَ َك َتبَ هللاُ لَ ُه ِقٌَا َم لَ ٌْ َلة ِ ْ َإِن ُه َمنْ َقا َم مَع
ِ اْلم
'Jika seseorang shalat bersama imam hingga usai, maka Allah
menuliskan baginya pahala menegakkan shalat malam semalam
penuh'. [Hr. An-Nasai, dalam kitab Qiyaamul lail wa
taththowu’un nahaar, bab Qiyaamu Syahr Romadhoon, hadits ke
1605]
Dari sababul wurud hadits itu, kita bisa mengambil faedah hukum
masalah syarat agar keutamaan itu bisa dicapai sebagai berikut,
273
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
َمنْ َقا َم رَ َمضَانَ إٌِمَا انا َواحْ ِتسَاباا ُؼفِرَ لَ ُه مَا َت َقد َم مِنْ َذ ْن ِب ِه
Hadits ini berlaku umum, baik itu yang melakukannya dengan cara
berjamaah ataupun yang melakukan dengan cara seorang diri. Hadits
ini juga berlaku untuk yang sholat berjamaah di masjid di bawah
pimpinan satu imam.
274
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
Dikarenakan telah banyak ulama yang menulis hal ini, maka kami coba
tampilkan intisari pembahasannya, serta apa-apa yang kami rojihkan
saja. Adapun jika menginginkan pendetailannya, maka kami sarankan
untuk kembali kepada kitab-kitab para ulama yang saling berbeda
pendapat tersebut.
Tiga point pokok perbedaan pendapat itu yang akan kami bahas lebih
lanjut.
275
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
ُص َالة
َ ت ْ َن أَن ُه سَؤ َ َل عَا ِب َش َة رَ ضِ ًَ هللاُ َع ْنهَا َك ٌْؾَ َكا َن ِ ْن َع ْب ِد الرحْ م ِ َعنْ أَ ِبً َسلَ َم َة ب
َ ُ َ ْ َ َ َ
ًِهللا صَلى هللاُ َعل ٌْ ِه َوسَل َم ففًِ رَ َمضَانَ فقالت مَا كانَ ٌ َِزٌد فًِ رَ َمضَانَ َوال ف َ ِ ُول
ِ رَ س
ًطول ِِهن ُثم ٌُصَل ُ َؼٌْر ِه َعلَى إِحْ دَ ى َع ْشرَ َة رَ ْكع اَة ٌُصَلً أَرْ َبعاا َف َال َت َس ْل َعنْ حُسْ ن ِِهن َو
ِ
ْهللا أَ َت َنا ُم َق ْب َل أَن
ِ ت ٌَا رَ سُو َل ُ طول ِِهن ُثم ٌُصَلً َث َال اثا َفقُ ْل ُ أَرْ َبعاا َف َال َت َس ْل َعنْ حُسْ ن ِِهن َو
ًٌَان َو َال ٌَ َنا ُم َق ْل ِب
ِ ُتوتِرَ َقا َل ٌَا عَا ِب َش ُة إِن َع ٌْ َنً َت َنام
Dari Abu Salamah bin 'Abdurrahman bahwasanya dia bertanya
kepada 'Aisyah radliallahu 'anha tentang cara shalat Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam di bulan Ramadhan. Maka 'Aisyah
radliallahu 'anha menjawab:
ِ مَا َكانَ الن ِبًُّ صَلى هللا َعلَ ٌْ ِه َوسَل َم لَما أَحْ ٌَى ِبالن
ًَِاس لَ ٌْلَ اة فًِ رَ َمضَانَ صَلى َثمَان
َرَ َكعَات َوأَ ْو َتر
276
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
277
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
Yakni karena adanya lagi riwayat lain dari Muhammad bin Yusuf
dari jalur Saib bin Yazid yang menyebutkan dengan “21 rekaat”
perihal sholat Tarawih di zaman Kholifah Umar.
278
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
Sekarang ketika ada juga riwayat lain dari Muhammad bin Yusuf
dari jalur Saib bin Yazid yang menyebutkan dengan “21 rekaat”
perihal sholat Tarawih di zaman Kholifah Umar, maka
Muhammad bin Yusuf dianggap mudhthorib (goncang) karena
tidak bisa menguatkan salah satu lafadh mengenai jumlah
rokaat. Di satu riwayat disebut 11 rekaat, dan di riwayat lain
disebut 21 rekaat.
Maka karena Muhammad bin Yusuf sekarang juga dianggap
sebagai rowi yang mudhthorib, semua riwayatnya mengenai
jumlah rekaat itu tidak bisa dipakai sebagai dalil. Dan kita harus
kembali kepada hadits Aisyah yang jelas keshohihannya tanpa
ada perselisihan sama sekali.
279
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
َْعنْ أَ ِبً هُرَ ٌْرَ َة َعنْ الن ِبً صَ لى هللاُ َعلَ ٌْ ِه َوسَل َم َقا َل إِ َذا َقا َم أَحَ ُد ُك ْم مِنْ اللٌ ِْل َف ْل ٌَ ْف َتتِح
ْن ِ ٌصالَ َت ُه ِبرَ ْك َع َت
ِ ٌْن َخفٌِ َف َت َ .
Dari Abu Hurairah, dari Nabi saw, beliau bersabda: Apabila salah
saeorang dari kamu akan melakukan salat lail, hendaklah
memulai salatnya dengan dua rakaat yang ringan-ringan." (HR.
Muslim, bab ad-Du'a fi salat al-lail wa qiyaamih)
هللا صَ لى هللاُ َعلَ ٌْ ِه َو َسل َم الل ٌْلَ َة ِ ُول ِ صالَ َة رَ س َ ْن َخالِد ْال ُج َهنًِ أَن ُه َقا َل َألَرْ ُم َقن ِ َعنْ َز ٌْ ِد ب
ْن
ِ ٌ تَ َ ل ٌو َ
ط
ِ ِ َ ََ ر ْن ٌ َ
ت ع ْ
ك ى ل ص م ُ
ث ْن
ِ ٌت َ َ
ف ٌِ ف خَ ْن ٌ ت َ
ِ َ َُ َ َ َ َ رع ْ
ك م ل س و هِ ْ
ٌ َ ل ع هللا ى ل َِ ص هللا لُ ُو َفصَلى رَ س
َْن ُدون ِ ٌ َ
ت ع
َ ْ
ك َر ى ل ص
َ م ُ
ث َا
م هُ َ لبْ َ
ق ْن
ِ ٌتَ ت الل َون ُ
د َا
م ه
ُ وَ ْن
ِ ٌت َ ع
َ ك ْ َر ى َل
ص م ثُ ْن
ِ ٌتَ َ ل ٌو َ
ِ ْن
ط ِ ٌَط ِوٌلَ َت
ْن َق ْبلَ ُهمَا ِ ٌتَ الل َون دُ ْن
ِ ٌتَ ع
َ كْ َر ى َل ص م ُ
ث َا
م ه
ُ َ لبْ َ
ق ْن
ِ ٌ َ
ت الل َون د ُ ْن
ِ ٌ َ
ت عَ كْ َر ى َلص م ُ
ث َاا
م ه
ُ َ لب ْ ْن َق
ِ ٌالل َت
[رواه ابو داود باب فى صالة اللٌل.ث َع ْشرَ َة رَ ْكع اَة َ َك َثال َ ِ] ُثم أَ ْو َترَ َف َذل
280
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
dua rakaat yang lebih pendek dari dua rakaat sebelumnya, lalu
kemudian melakukan witir. Maka demikianlah, shalat tigabelas
33
rakaat." [HR Abu Dawud, bab fi Shalat al-Lail]
ُّ ص ََالةُ اللٌ ِْل م َْث َنى م َْث َنى َفإِ َذا َخشِ ًَ أَحَ ُد ُك ْم ال
ص ْب َح صَلى رَ ْكع اَة َوااحِدَ اة ُتو ِت ُر لَ ُه مَا َق ْد
صَلى
“Shalat malam itu dua rakaat dua rakaat. Jika salah seorang dari
kalian khawatir akan masuk waktu shubuh, hendaklah dia shalat
satu rakaat sebagai witir (penutup) bagi shalat yang telah
dilaksanakan sebelumnya.” (HR. Al-Bukhari no. 990 dan Muslim
no. 749)
Berikut adalah argumen yang digunakan oleh para ulama yang tidak
membatasi jumlah rekaat sholat tarawih dengan jumlah 11 rekaat.
Berikut juga keberatan mereka terhadap pendapat yang membatasi hal
tersebut.
33
Lihat penjelasan fatwa tarjih Muhammadiyah di :
http://www.fatwatarjih.com/2014/06/dalil-shalat-iftitah.html dan
http://www.fatwatarjih.com/2011/06/shalat-lail-dan-shalat-iftitah.html
281
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
Baik itu menyerang dengan mengatakan itu adalah pendapat baru yang
ganjil, yang tidak pernah dikatakan oleh para Ulama sebelumnya,
apalagi oleh para ulama madzhab.
282
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
Ini adalah sikap dan cara argumentasi tidak tepat, yang sebenarnya
cukup disayangkan jika hal itu sampai terlontar.
Dari Ibnu Umar radhiallahu anhuma dia berkata: Ada seseorang yang
bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam tentang shalat
malam. Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
283
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
ُّ ص ََالةُ اللٌ ِْل م َْث َنى م َْث َنى َفإِ َذا َخشِ ًَ أَحَ ُد ُك ْم ال
ص ْب َح صَلى رَ ْكع اَة َوا ِح َد اة ُتو ِت ُر َل ُه مَا َق ْد
صَلى
“Shalat malam itu dua rakaat dua rakaat. Jika salah seorang dari
kalian khawatir akan masuk waktu shubuh, hendaklah dia shalat
satu rakaat sebagai witir (penutup) bagi shalat yang telah
dilaksanakan sebelumnya.” (HR. Al-Bukhari no. 990 dan Muslim
no. 749)
Atau bisa juga dia adalah seorang Arab Badui, yang sengaja jauh-jauh
datang kepada Rasulullah mengenai masalah agama, untuk kemudian
kembali lagi ke sukunya untuk mengabarkan kembali akan hal itu. Maka
dari itulah Ibnu Umar tidak mengenali siapa dia.
َ َف َكان،هللا صَلى هللاُ َعلَ ٌْ ِه َوسَل َم َعنْ َشًْ ء ِ ُن ِهٌ َنا أَنْ َنسْ ؤ َ َل رَ سُو َل: َقا َل،ْن مَالِك ِ سب ِ َعنْ أَ َن
ْ َفجَ ا َء رَ جُ ل مِن، ُ َو َنحْ نُ َنسْ مَع،ُ َف ٌَسْ ؤَلَه،ٌُُعْ ِج ُب َنا أَنْ ٌَ ِجً َء الر ُج ُل ِمنْ أَهْ ِل ْالبَا ِد ٌَ ِة ْالعَا ِقل
: َقا َل،َهللا أَرْ سَ لَك
َ ك َت ْز ُع ُم أَن ا َ ك َف َز َع َم لَ َنا أَن َ ُ أَ َتا َنا رَ سُول،ُ ٌَا مُحَ مد: َف َقا َل،ِأَهْ ِل ْالبَا ِد ٌَة
»ُ «هللا: َف َمنْ َخ َلقَ ْاألَرْ ضَ ؟ َقا َل: َقا َل، »ُ «هللا: َف َمنْ َخ َلقَ السمَاءَ؟ َقا َل: َقا َل، » َص َدق َ «
َ َف ِبالذِي َخلَق: َقا َل، »ُ «هللا: َوجَ َع َل فٌِهَا مَا جَ َعلَ؟ َقا َل،َ َف َمنْ َنصَبَ َه ِذ ِه ْال ِجبَال: َقا َل،
َو َز َع َم: َقا َل، » « َن َع ْم:ك؟ َقا َل َ َ آهللُ أَرْ َسل،َ َو َنصَ بَ َه ِذ ِه ْال ِجبَال، َ َو َخ َلقَ ْاألَرْ ض،َالسمَاء
َف ِبال ِذي: َقا َل، » َ «صَ دَق: َقا َل، َو َل ٌْلَ ِت َنا،صلَ َوات فًِ ٌ َْو ِم َنا َ َك أَن َعلَ ٌْ َنا َخ ْمس َ ُرَ سُول
َ َ ا َ َ
،ك أن َعل ٌْنا زكاة فًِ أم َْوالِناَ َ َ ُ َ َ َ
َ َوز َع َم رَ سُول: قا َل، » «ن َع ْم:ك ِبهَذا؟ قا َل َ َ َ َ آهللُ أمَر،َأَرْ َسلَك
َ
َ َ َ َ
َوز َع َم: قا َل، » «ن َع ْم:ك ِب َهذا؟ قا َل َ َ َ َ َ
َ َ آهللُ أمَر،َ ف ِبالذِي أ سَ لك: قا َل، » َص َدق
ْر َ َ « :َقا َل
،َ َف ِبالذِي أَرْ َسلَك: َقا َل، » َصدَ ق َ « : ل
َ اقَ ،ا َ
ن ت
ِ َ
ن س
َ ًِ ف ض م
َِ رَ َ َان ْره َ
ش م
َ ْ
َوص انَ ْ
ٌ َ لعَ َك أ
ن َ ُرَ سُول
284
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
ََن اسْ َت َطاع ِ تم ِ ٌْ ك أَن َعلَ ٌْ َنا حَ ج ْال َب َ ُ َو َز َع َم رَ سُوول: َقا َل، » « َن َع ْم:ك ِب َه َذا؟ َقا َلَ َآهللُ أَمَر
َ ُ َ َ
، ال أ ِزٌد َعلٌ ِْه ِهن،ك ِبالحَ ق ْ َ َ ُ
َ َوالذِي َب َعث: قا َل، ثم َولى: قا َل، » ص َد َ َق َ
َ « : قا َل،ٌال إِلَ ٌْ ِه سَ ِب ا
صدَ قَ َلٌ َْد ُخلَن ْالجَ ن َة َ ِْن
ب َ
ل « : م َل
س و
َ َ ِ َ ُهٌْ َ لع هللا ى َل
ص ًُّ بالن
ِ َ ل اقَ َ
ف ،ُن
ه ْ
ن م
ِ ُص َو َال أَ ْن ُق
285
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
Adapun cara istidlal dari hadits masalah sifat sholat malam yang
ditanyakan oleh orang yang majhul atau Arab badui itu adalah, apa
286
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
Sehingga jika misal ada hal lain mengenai perincian kaifiyat sholat
malam, atau sholat tarawih yang orang yang majhul atau Arab badui
tidak mengetahuinya. Seperti misal penjelasan bahwa sholat malam itu
hanya dibatasi kepada 11 rekaat saja. Maka sangat tidak
memungkinkan dia untuk kembali dan bertanya lagi kepada Rasulullah
shalalloohu ‘alaihi wa sallam, ataupun kepada Aisyah, ataupun kepada
pembesar shahabat lainnya perihal perincian pembatasan jumlah
rekaat itu.
Ini karena dia adalah seorang yang majhul atau Arab badui yang
bertanya hanya sesuai dengan keperluannya saja.
Dalam hal ini berlaku qaidah fiqh ( ُۚت ْالحَ اجَ ِة الَ ٌَج ُْو از ْ
ِ ٌ) َتؤ ِخ ٌْ ُر ْال َب
ِ َان َعنْ َو ْق
“Tidak dibolehkan mengakhirkan penjelasan pada waktu dibutuhkan”
Dalam artian jika penjelasan itu diperlukan maka tentu Rasulullah akan
menjelaskannya karena itu adalah tugas Rasulullah. Adapun jika
ternyata Rasulullah tidak menerangkan ataupun memperincinya, maka
kemutlakan akan apa-apa yang Rasulullah jelaskan itu akan selalu tetap
pada kemutlakannya.
287
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
Dan berlaku juga dalam hal ini qaidah fiqh bahwa “sunnah qouliyyah
lebih didahulukan daripada sunnah fi’liyyah”, bagi orang yang
menguatkan qaidah ini. Walloohu A’lam
3. Masalah hadits sifat rekaat sholat Tarawih pada zaman Umar, yang
berasal dari jalur sanad Saib bin Yazid namun dipermasalahkan
mengenai rawi Muhammad bin Yusuf dan Yazid bin Khushaifah yang
sama-sama mengambil jalur sanad dari Saib bin Yazid.
Jadi satu sisi riwayat Muhammad bin Yusuf bisa dipakai sepanjang
sesuai dengan 11 rekaat, dan disisi lain tidak bisa dipakai jika
menyelisihi 11 rekaat.
288
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
Baru jika metode jama’ diperkirakan sudah tidak bisa kita lakukan lagi,
baru kita lakukan metode tarjih.
Apakah metode jama’ tidak bisa dilakukan dalam kasus riwayat Yazid
bin Khushaifah dengan 20 rekaatnya, dan riwayat Muhammad bin Yusuf
dengan 11 rekaat dan 21 rekaatnya, yang semuanya sama-sama berasal
dari jalur sanad Saib bin Said?
Jika kita menerima hal itu, maka mudah bagi kita untuk menerima
semua riwayat itu. Baik itu riwayat Yazid bin Khushaifah dengan 20
rekaatnya, ataupun riwayat Muhammad bin Yusuf dengan 11 rekaat
dan 21 rekaatnya, yang semuanya sama-sama berasal dari jalur sanad
Saib bin Said. Semuanya diterima, dianggap maqbul, dan semuanya
dianggap sah sebagai dalil.
Sehingga kita bisa mengambil faedah bahwa di suatu waktu Umar bin
Khoththob memerintahkan untuk melakukan sholat tarawih dengan 11
rekaat, dan di lain waktu dilakukan dengan 20 atau 21 rekaat. Walloohu
A’lam
4. Jika ada yang bertanya, kalua begitu apa hikmah Umar bin
Khoththob menyuruh melakukan 11 rekaat, dan dilain waktu
dilakukan dengan 20 atau 21 rekaat, jika metode jama’ ini kita
terima?
289
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
Jawabnya adalah agar imam dan para makmum tidak terlalu capek
berdiri karena terlalu lama. Maka dari itu diperbanyak jumlah
rekaatnya, agar bisa duduk sejenak dan berkurang capeknya.
Hal ini wajar, karena pelaksanaan sholat Tarawih baik pada zaman
Rasulullah ataupun pada zaman Shahabat itu umumnya berlangsung
dalam waktu yang sangat lama hingga tengah malam. Bahkan hingga
dekat dengan waktu sahur.
290
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
َخ َل ْال َمسْ ِجدَ َفرَ أَى حَ ب اْال َم ْمدُو ادا َ صلى هللاُ َعلَ ٌْ ِه َوسَ ل َم د ِ ْن مَالِك أَن رَ سُو َل
َ هللا ِ سب ِ َعنْ أَ َن
ًُّت ِب ِه َف َقا َل الن ِب ْ َْن َف َقا َل مَا َه َذا ْالحَ ْب ُل َف َقالُوا ل َِز ٌْ َنبَ ُتصَلً َفإِ َذا َف َتر
ْ ت َتعَل َق َ
ِ َ ِ َب ٌْنَ س
ٌت ٌَار
َ صَلى هللاُ َع َل ٌْ ِه َوسَ ل َم ُحلُّوهُ ِل ٌُصَل أَحَ ُد ُك ْم َن َش
اط ُه َفإِ َذا َف َترَ َف ْل ٌَ ْقع ُْد
291
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
Yang dimaksud tepat sasaran atau tidak, karena sasaran jumlah sholat
Tarawih pada zaman rasulullah, zaman para Sahabat, dan seterusnya
hingga zaman para imam madzhab adalah agar sholat Tarawih bisa
dilakukan dalam waktu yang lama dan berkualitas. Bahkan hingga dari
awal malam setelah sholat isya, hingga menjelang Fajar.
Maka dari itulah terjadi “modifikasi rekaat” sholat Tarawih, dari yang
semula Rasulullah hanya sholat malam berjumlah 11 atau 13 rekaat
sebagaimana riwayat Aisyah. Dan inilah yang paling afdhol.
Inilah sebenarnya yang terjadi, sesuai dengan apa yang kami fahami
dan apa yang telah kami jelaskan.
292
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
Lebih dari itu biasanya makmum akan komplain, dan sang imam akan
dinasehati agar jangan lama-lama sholatnya. Atau imamnya diganti.
Atau para makmumnya akan kabur cari masjid lain untuk sholat tarawih
yang lebih cepat selesai. Demikian yang kami lihat dari pengamatan
secara kualitatif.
َ أَ ْف
ُ ض ُل الصالَ ِة
طو ُل ْالقُ ُنوت
Apakah ini berarti jika imam melakukan sholat Tarawih dengan 21 atau
23 rekaat berdurasi 30-45 menit tidak boleh kita ikuti? Tentu saja
jawabnya boleh untuk diikuti, dan insya Allah sah sholatnya. Namun jika
mencari afdholiyyah sesuai dengan petunjuk Rasulullah, untuk mencari
yang lebih lama berdirinya. Maka sebaiknya mencari yang lebih sedikit
rekaatnya, yakni 11 atau 13 rekaat.
293
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
Ada bukti video sholat tarawih express di negeri kita ini, yang
melakukan Sholat Tarawih 23 rekaat hanya dalam waktu 15 menit.
Bahkan sholat tarawih 23 rekaat hanya dalam waktu 7 menit pun juga
ada !
Sholat tarawih express seperti ini, maka ini hanyalah sholat tarawih
main-main saja. Sebaiknya jika kita menemui sholat tarawih seperti ini
maka :
294
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
ك لَ ْم ُتصَ ل
َ ارْ ِجعْ َفصَل َف ِإن
ُثم ارْ َكعْ حَ تى َت ْط َمبِن، آنِ ْك مِنَ ْال ُقر َ ُثم ا ْقرَ ْأ مَا َتٌَسرَ َم َع، ْال ِة َف َكبر
َ إِ َذا قُ ْمتَ إِلَى الص
ْ
ثم ارْ َفعْ حَ تى، ُثم اسْ ج ُْد حَ تى َتط َمبِن سَا ِج ادا، ُثم ارْ َفعْ حَ تى َتعْ َت ِد َل َقا ِبماا، رَ ا ِكعاا
ُ
ك ُكلهَا َ صالَ ِتَ ك فِىَ ُثم ا ْفعَل ْل َذ ِل، ُثم اسْ ج ُْد حَ تى َت ْط َمبِن َسا ِج ادا، َت ْط َمبِن جَ الِساا
295
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
َ ٌَ ْنقُ ُر، َمنْ َماتَ َعلَى ه ََذا َماتَ َع َلى َؼٌ ِْر مِل ِة مُحَ مد،أَ َترَ ْونَ َه َذا
ص َال َت ُه َكمَا ٌ ٌَ ْن ُق ُر
ْال ُؽرَ ابُ الد َم
َولَ ْو مِت َوأَ ْنتَ ُتصَلً َه ِذ ِه الص َال َة لَمِت َعلَى َؼٌ ِْر ف ِْطرَ ِة مُحَ مد صَلى هللاُ َعلَ ٌْ ِه َوسَل َم
“Jika kamu mati dan model shalatmu masih seperti ini, maka
engkau mati bukan di atas fitrah (ajaran) Muhammad shallallahu
‘alaihi wa sallam.” (HR. an-Nasai 1312 dan dishahihkan Syaikh al-
Albani)
Jika salah satu rukun sholat tidak kita kerjakan, maka secara otomatis
sholat kita akan menjadi batal dan tidak sah. Dan peristiwa ini pernah
terjadi pada zaman Rasulullah shalloohu ‘alaihi wa sallam, juga pernah
296
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
Padahal zaman kita tidak sama seperti zaman Rasulullah dan para
shahabat, yang mana kita jauh dari memahami dan mengamalkan
agama dengan benar.
Berikut sedikit list yang kami ketahui perihal tata cara sholat tarawih
yang diada-adakan, yang harus kita tinggalkan dalam pelaksanaan
sholat Tarawih kita.
Maka sepanjang tiga hal itu ada, maka niat sudah ada pada diri
kita. Tidak perlu bagi kita untuk mengucapkan susunan kalimat niat
297
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
2. Bacaan dan dzikir tertentu setiap selesai dua atau empat rekaat
sholat Tarawih, atau waktu jumlah rekaat-rekaat tertentu. Yang
mana sebagian ada yang harus disahut atau dijawab oleh para
makmum sholat Tarawih, dan ada yang sebagian hanya dibaca
dengan suara keras oleh “jubir” imam.
3. Adanya doa dan dzikir tertentu sebelum memasuki sesi sholat witir,
yang umumnya disebut dengan doa kamilin. Yang dipandu oleh
seorang pembaca dan diikuti atau diaminkan oleh para jamaah.
Atau adanya pemberitahuan dengan suara keras dalam bahasa Arab
bahwa akan memasuki sholat witir.
4. Adanya doa dan dzikir khusus tertentu, selain dari dzikir yang
diajarkan oleh Rasulullah, setelah selesai sholat witir.
Bacaan doa atau dzikir setelah sholat witir yang diajarkan Rasulullah
adalah seperti yang disebutkan dalam hadits di bawah ini. Dan itu
dibaca sendiri-sendiri, serta tidak bersama-sama. Selain daripada itu
harus kita tinggalkan. Termasuk juga mensengaja berkeliling bersalam-
salaman sambil membaca sholawat, setelah selesai membaca dzikir dan
doa itu sebelum pulang ke rumah.
Bacaan doa atau dzikir setelah sholat witir yang diajarkan Rasulullah
adalah
298
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
ك الَ أُحْ صِ ى
َ ك ِم ْن ُ ك َوأَع
َ ُوذ ِب َ ك مِنْ ُعقُو َب ِت
َ ك َو ِب ُمعَا َفا ِت َ ِك مِنْ َس َخط َ ُوذ ِب ِرضَا ُ اللهُم ِإنً أَع
َك أَ ْنتَ َكمَا أَ ْث َنٌْتَ َعلَى َن ْفسِ ك
َ ٌْ َث َنا اء َع َل
ِ « ُس ْبحَ انَ ْال َملِكِ ْالقُد: َفإِ َذا َسل َم َقا َل
َ َ َثال.» ُّوس
ث مَرات ٌَ ُم ُّد ِبهَا ص َْو َت ُه فِى اآلخِرَ ِة ٌَقُو ُل
ْ
ِ ُّ« رَ ب ال َمالَ ِب َك ِة َوالر: »
وح
299
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
Maka sepanjang tiga hal itu ada, maka niat sudah ada pada diri kita.
Sehingga tidak perlu kita mengucapkan susunan kalimat niat untuk niat
puasa pada esok hari yang diada-adakan dan tidak pernah dicontohkan
oleh Rasulullah shalallohu ‘alaihi wa sallam tersebut.
Lihat juga tulisan kami berkaitan dengan masalah Niat Puasa yang telah
lalu.
بل هما من األحادٌث المكذوبة على رسول هللا صلى هللا،كال الحدٌثٌن ال أصل له
علٌه وسلم
‖ سبل النبً علٌه الصالة: عن علً بن ابً طالب رضً هللا تعالى عنه أنه قال
والسالم عن فضابل التراوٌح فى شهر رمضان فقال
300
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
وفى اللٌلة الثالثة ٌنادى ملك من تحت العرش؛ استؤنؾ العمل ؼفر هللا ماتقدم من ذنبك
وفى اللٌلة الرابعة له من االجر مثل قراءة التوراه واالنجٌل والزابور والفرقان
وفى اللٌلة الخامسة أعطاه هللا تعالى مثل من صلى فً المسجد الحرام ومسجد المدٌنة
والمسجد االقصى
وفى اللٌلة السادسة اعطاه هللا تعالى ثواب من طاؾ بالبٌت المعمور وٌستؽفر له كل
حجر ومدر
وفى اللٌلة السابعة فكؤنما أدرك موسى علٌه السالم ونصره على فرعون وهامان
وفى اللٌلة الثامنة أعطاه هللا تعالى ما أعطى ابراهٌم علٌه السالم
وفى اللٌلة التاسعة فكؤنما عبد هللا تعالى عبادة النبى علٌه الصالة والسالم
وفى اللٌلة الحادٌة عشر ٌخرج من الدنٌا كٌوم ولد من بطن أمه
وفى اللٌلة الثانٌة عشر جاء ٌوم القٌامة ووجهه كالقمر لٌلة البدر
وفى اللٌلة الرابعة عشر جاءت المالبكة ٌشهدون له أنه قد صلى التراوٌح فال ٌحاسبه
هللا ٌوم القٌامة
وفى اللٌلة الخامسة عشر تصلى علٌه المالبكة وحملة العرش والكرسى
وفى اللٌلة السادسة عشر كتب هللا له براءة النجاة من النار وبراءة الدخول فى الجنة
وفى اللٌلة الثامنة عشر نادى الملك ٌاعبدهللا أن رضى عنك وعن والدٌك
301
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
وفى اللٌلة الخامسة والعشرٌن ٌرفع هللا تعالى عنه عذاب القبر
وفى اللٌلة السابعة والعشرٌن جاز ٌوم القٌامة على السراط كالبرق الخاطؾ
وفى اللٌلة التاسعة والعشرٌن اعطاه هللا ثواب الؾ حجة مقبولة
ٌاعبدى كل من ثمار الجنة واؼتسل من مٌاه السلسبٌل: وفى اللٌلة الثالثٌن ٌقول هللا
”واشرب من الكوثرأنا ربك وأنت عبدى
Dari Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu berkata bahwa Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah ditanya tentang keutamaan
Shalat Tarawih pada Bulan Ramadhan. Maka Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda :
302
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
303
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
***
304
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
Adapun sikap kita ketika ada hal yang diada-adakan itu ketika kita ikut
sholat Tarawih disitu, maka sebaiknya kita diam dan tidak ikut-ikutan
akan hal itu, jika kita tidak mempunyai kemampuan untuk
menasehatinya. Jika kita memiliki ilmu dan kemampuan untuk
menasehatinya, maka nasehatilah.
Untuk topik bunga rampai masalah sholat Tarawih ini, maka kami
sajikan dengan model tanya jawab saja untuk mempersingkat
penjelasan.
Tanya :
Jawab :
Boleh sholat malam baik pada awal malam ataupun mulai tengah
malam ataupun ketika sudah mulai masuk sepertiga malam terakhir.
Walloohu A’lam
305
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
Tanya :
Bolehkah kita ikut sholat Tarawih dua kali, atau mengerjakan sholat
Tahajud setelah ikut sholat Tarawih?
Jawab : Boleh, asalkan pada waktu sholat Tarawih yang kedua atau
waktu sholat Tahajud setelah ikut Tarawih yang pertama, kita tidak ikut
sholat witirnya.
Ini karena kita sudah ikut sholat witir pada tarawih yang pertama. Dan
tidak ada sholat witir dua kali, sebagaimana yang disebutkan Rasulullah
Shalallohu ‘alaihi wa sallam.
ِ َالَ ِو ْتر
ان فًِ َل ٌْلَة
Walloohu A’lam
Tanya :
Bolehkah kita tidak ikut sholat witir ketika sholat tarawih, dengan
alasan kita nanti hendak sholat Tahajud lagi ketika sahur?
Jawab :
Sebaiknya kita ikut sholat witir pada waktu sholat Tarawih hingga
selesai bersama imam dan jangan meninggalkannya. Hal ini agar kita
mendapatkan keutamaan ikut sholat tarawih bersama imam hingga
selesai.
Adapun ketika sholat Tahajud, maka silakan saja sholat Tahajud namun
jangan melakukan witir lagi karena kita sudah ikut sholat witir bersama
dengan imam.
306
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
Dengan hal ini, maka semua keutamaan insya Allah bisa kita dapatkan.
Walloohu A’lam
Tanya :
Jawab :
Boleh jika ini hanya “memanfaatkan moment” saja, tidak wajib, tidak
memaksakan diri harus ada jadwal ceramah tarawih, dan para
makmum faham bahwa ini bukanlah bagian dari ibadah sholat Tarawih.
Tidak boleh jika hal-hal yang disebutkan di atas tidak dipenuhi. Dan
para makmum sholat Tarawih tidak diedukasi untuk memahami bahwa
kultum ceramah itu bukan bagian dari ibadah sholat Tarawih.
Walloohu A’lam
Tanya :
Jawab :
Secara hukum asal boleh, sepanjang tidak terjadi fitnah atau madhorot
dengan ikutnya wanita sholat tarawih di masjid.
307
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
Karena adanya udzur-udzur itu, maka insya Allah para wanita itu akan
tetap mendapatkan pahala ikut sholat tarawih bersama imam di masjid
hingga selesai, walaupun mereka berhalangan untuk mengikutinya.
Walloohu A’lam
Tanya :
Jawab :
Ada dua cara dan perbedaan pendapat dalam cara melakukan sholat
tarawih 4 rekaat itu.
308
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
Hal ini karena jika ada jeda 2 rekaat-2 rekaat, maka tentu Aisyah akan
memberikan penjelasan kepada kita dan tidak perlu mengatakan ( َف َال
ُ “ ) َت َس ْل َعنْ حُسْ ن ِِهن َوjangan kamu tanyakan tentang bagusnya dan
طول ِِهن
panjangnya”.
Maka dari itu 4 rekaat itu dianggap satu kesatuan, dan demikianlah
yang Aisyah persaksikan. Walloohu A’lam
***
Dua cara di atas itu insya Allah sama-sama diperbolehkan dan tidak ada
masalah dengan hal itu.
Dua cara itu insya Allah sama-sama diperbolehkan dan tidak ada
masalah dengan hal itu.
309
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
Adapun bagi yang berpendapat bahwa tidak ada tasyahud awal, dan
langsung tasyahud akhir di rekaat terakhir. Mereka berpendapat
berdalil dengan hadits lain dari Aisyah yang menerangkan kaifiyat
duduk tasyahud Rasulullah ketika sholat malam,
Perkataan Aisyah (“ ) َوالَ ٌَجْ ِلسُ فًِ َشٌْا ِم ْنهُن إِال فًِ آخ ِِرهِنdan beliau tidak
duduk antara raka’at-raka’at itu melainkan pada akhirnya” bermakna
bahwa tidak ada tasyahud awal dan langsung tasyahud akhir di akhir
rekaat.
Baik itu dalam sholat malam yang 8 rekaatnya, yakni langsung hanya
ada tasyahud akhir pada rekaat ke delapan. Ataupun pada sholat witir
yang 5 rekaat, langsung hanya ada tasyahud akhir pada rekaat ke 5.
34
Lihat juga : http://www.fatwatarjih.com/2012/02/shalat-tarawih-4-rakaat-
salam-batal.html
310
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
Hadits sholat tarawih dengan 8 rekaat 1 salam yang kita sebutkan tadi,
juga menjelaskan adanya “variasi” dalam cara melaksanakan Sholat
malam ataupun sholat Tarawih. Maka dari itu, yang kita bahas dalam
pembahasan sebelumnya adalah “perbedaan pendapat masalah batas
rekaat sholat Tarawih”, bukan “variasi formasi rekaat” dalam cara
pelaksanaan sholat tarawih. Sepanjang variasi formasi rekaat itu ada
dalil dan contohnya dari Rasulullah, maka hal itu tidak masalah untuk
dilakukan. Hanya saja di negeri kita ini umumnya hanya mengenal
“variasi 4-4-3”, dan “variasi 2 rekaat-2 rekaat lalu witir”.
311
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
َاس لهُن َعلِ َم ٱهللُ أَنڪُم ً۬ َاس ل ُكم َوأَن ُتم لِب
ً۬ ث إلَى ِن َساى ُكم هُن لِب ُ
ِ ِ ُ َام ٱلر َف
ِ ٌأحِل َلڪُم لٌَلَ َة ٱلص
ُڪ َتبَ ٱهلل ْ ُ ُ َ ُ
َ كنتم َتخ َتانونَ أنف َسڪُم َف َتابَ َعلٌكم َوعَف َفا عَنكم َفٱلـَـنَ بَـشِ رُوهُن َوٱب َت ُؽوا مَا َ ُ ُ ُ
ط ٱألَبٌَضُ مِنَ ٱل َخٌطِ ٱألَسس َو ِد مِنَ ٱل َفج ِر ُثم ُ ٌلَ ُكم َو ُكلُو ْا َوٱشرَ بُو ْا حَ تى ٌَ َتبٌَنَ لَ ُك ُم ٱل َخ
َٱهلل َفال ُ
ِ ك ُحدُود ُ ُ َ
َ لل َو َال ُتبَـشِ رُوهُن َوأنتم عَـ ِكفونَ فِى ٱل َم َسـ ِج ِد تِل ِ ٌأَ ِتمُّو ْا ٱلصٌَا َم إِلَى ٱل
ُ َ
َاس لعَ لهُم ٌَتقون ِ ك ٌُبٌَنُ ٱهللُ ءَاٌَـ ِتهِۦ لِلن َ َِتقرَ بُوهَا َك َذٲل
312
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
Dua ayat tadi adalah pengertian I’tikaf sesuai dengan pengertian istilahi
syari’at, sesuai dengan yang kita bahas.
Ada juga pemakaian kata ( َ‘ ) َع َكؾakafa di dalam ayat-ayat lain seperti
dalam QS Al-A’raaf : 138, QS Thaha : 97, dan QS Al-Fath : 25. Akan
tetapi “konteks makna” yang hendak dituju dalam ayat-ayat itu,
berbeda dengan makna “berdiam diri atau menetap di masjid” sesuai
dengan pembahasan I’tikaf yang hendak kita bahas. Ayat-ayat itu lebih
bermakna “menetapi dan tekun mengerjakan sesuatu hal” sesuai
dengan asal pengertian bahasa. Bukan ke pengertian secara istilahi
syari’at
َوجَ َاو ْز َنا ِب َبنًِ إِسْ رَ ابٌِ َل ْال َبحْ رَ َفؤ َ َت ْوا َعلَى َق ْوم ٌَعْ ُكفُونَ َعلَى أَصْ َنام لَ ُه ْم ۚ َقالُوا ٌَا مُوسَى
َاجْ َع ْل لَ َنا إِلَهاا َكمَا لَ ُه ْم آلِهَة ۚ َقا َل إِن ُك ْم َق ْوم َتجْ َهلُون
313
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
صدُّو ُك ْم َع ِن ْال َمسْ ِج ِد ْالحَ رَ ِام َو ْاله َْديَ َمعْ ُكو افا أَنْ ٌَ ْبلُػَ َمحِل ُه ۚ َولَ ْو َال َ ُه ُم الذٌِنَ َك َفرُوا َو
ِرجَ ال م ُْإ ِم ُنونَ َو ِن َساء م ُْإ ِم َنات لَ ْم َتعْ لَمُو ُه ْم أَنْ َت َط ُبو ُه ْم َف ُتصِ ٌ َب ُك ْم ِم ْن ُه ْم َم َعرة ِب َؽٌ ِْر
عِ ْلم ۚ ِلٌ ُْد ِخ َل هللاُ فًِ رَ حْ َم ِت ِه َمنْ ٌَ َشا ُء ۚ لَ ْو َت َزٌلُوا لَ َعذ ْب َنا الذٌِنَ َك َفرُوا ِم ْن ُه ْم َع َذاباا أَلٌِماا
Maka dari itu ayat-ayat itu tidak termasuk dalam pembahasan I’tikaf ini.
Dan hanya QS. Al Baqarah ayat 125 dan 187 yang dijadikan landasan
dalil, sesuai dengan konteks pengertian I’tikaf yang kita hendak kita
bahas ini.
b. Pengertian I’tikaf
314
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
اَللهُم:صالَ ُت ُه ْم َعلَ ٌْ ِه َ َو،ت َعلَ ٌْ ِه ْال َمالَ ِب َك ُة َ إِن ْال َع ْب َد إِ َذا جَ َلسَ فًِْ ُمصَال ُه َبعْ َد الصالَ ِة
ْ صل
:صالَ ُت ُه ْم َعلَ ٌْ ِه و ةُ
َ َ ِ َ ِ َ َ
ك بَ ال م ْ
ال هٌْ َ لع ت ْ ل ص
َ َ
ة َ ال الص َوإِنْ ججَ لَسَ ٌَ ْن َتظِ ُر.اؼفِرْ لَ ُه اَللهُم ارْ حَ ْم ُه
ْ
اؼفِرْ لَ ُه اَللهُم ارْ حَ ْم ُه
ْ اَللهُم.
315
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
َس ْبعَة ٌُظِ لُّ ُه ْم هللاُ فًِ ظِ ل ِه ٌ َْو َم َال ظِ ل إِال ظِ لُّ ُه
c. Waktu I’tikaf
1. Kapan waktu I’tikaf itu?
Waktu I’tikaf itu bisa dilakukan kapan saja, tidak harus di bulan
Ramadhan. Dan tidak juga harus 10 hari terakhir bulan ramadhan. Yang
penting I’tikafnya dilakukan di masjid.
Dalil akan hal ini bahwasanya Imam Bukhori dalam shohihnya di kitabul
I’tikaaf (kitab ke 17), membuat bab tersendiri bernama “Al-I’tikaafu fi
syawwaal” (I’tikaf di bulan syawwal). Dalam bab itu Imam Bukhori
meriwayatkan hadits sebagai berikut.
هللا صَ لى هللاُ َعلَ ٌْ ِه َو َسل َم ٌَعْ َتكِؾُ فًِ ُكل ِ ت َكانَ رَ سُو ُل ْ َعنْ عَا ِب َش َة رَ ضِ ًَ هللاُ عَ ْنهَا َقا َل
َ َ َ َ ْ َ َ ْ
َرَ َمضَان َوإِ َذا صَلى ْال َؽدَ ا َة دَ َخ َل َمكان ُه الذِي اعْ تكؾَ فٌِ ِه قا َل فاسْ تؤذنت ُه عَا ِبشة أنْ تعْ تكِؾ
ُ َ َ َ َ َ َ َ
َتْ ضرَ ب َ َت َز ٌْ َنبُ ِبهَا َف ْ َت قُب اة َو َس ِمع ْ ضرَ بَ ص ُة َف َ َت ِبهَا حَ ْف ْ َت فٌِ ِه قُب اة َف َس ِمع ْ ضرَ ب َ َفؤَذِنَ لَهَا َف
صرَ أَرْ بَعَ ِقبَاب َ ْ
ب َ أ ة
ِ ا َد ؽ َ ْ
ال ِْن
م م َل
س و
َ َ َ ُ ه
ِ ٌْ َ ل ع هللا ى ل َِ ص هللا ل
ُ ُو س ََ رَ ؾَ ر ص ْ
ن ا ام َ لف َ قُب اة أُأ ُ ْخرَ ى
ْ َف َقا َل مَا ه ََذا َفؤ ُ ْخ ِبرَ َخبَرَ هُن َف َقا َل مَا حَ َملَهُن َعلَى َه َذا ْآل ِبرُّ ا ْن ِزعُوهَا َف َال أَرَ اهَا َف ُن ِزع
َت َفلَ ْم
ٌَعْ َتكِؾْ فًِ رَ َمضَانَ حَ تى اعْ َت َكؾَ فًِ آخ ِِر ْال َع ْش ِر مِنْ َشوال
316
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
Hadits ini sebagai dalil bahwa I’tikaf itu tidak hanya terbatas pada bulan
Ramadhan saja. Akan tetapi kapan saja kita mau, kita bisa ber-I’tikaf.
Dalil lainnya adalah Umar pernah melakukan I’tikaf nadzar pada malam
hari, dengan tidak ditentukan malam apa itu. Apalagi bulannya. Dan
Rasulullah menyuruh untuk memenuhi I’tikaf nadzar pada malam hari
yang tidak ditentukan itu.
ًهللا إِن ِ ب رَ ضِ ًَ هللاُ عَ ْن ُه أَن ُه َقا َل ٌَا رَ سُو َلِ ْن ْال َخطا
ِ ْن ُعمَرَ َعنْ ُعمَرَ ب ِ هللا بِ َعنْ َع ْب ِد
صلى هللاُ َعلَ ٌْ ِه َ ْ ْ َ َ ْ ُ َْن َذر
َ ًُّ ب
ِ الن ه
ُ ل ل
َ اقَ فَ ِ َت فًِ الجَ ا ِهلٌِ ِة أنْ أعْ َتكِؾَ َل ٌْلَة اة فًِ ال َم ِ ِ حَ ر
ام ال د ج ْس
َ ََوسَل َم أَ ْوؾِ َن ْذر
ك َفاعْ َت َكؾَ لَ ٌْلَ اة
317
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
Hal tersebut salah, karena I’tikaf itu bisa dilakukan kapan saja. Akan
tetapi memang “diutamakan” untuk melakukan I’tikaf pada 10 hari
terakhir bulan Ramadhon, namun bukan untuk “dibatasi”.
كان رسول هللاr فلما كان العام الذي قُ ِبضَ فٌه، ٌعتكؾ فً كل رمضان عشرة أٌام
اعتكؾ عشرٌن ٌوما ا
318
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
Adapun maksud dari I’tikaf itu bukan syarat sah agar bisa mendapatkan
keutamaan Lailatul Qodr, adalah sebagai berikut.
Jadi I’tikaf di malam lailatul qadr itu adalah suatu afdholiyyah yang
sangat utama, untuk mendapatkan seluruh waktu Lailatul Qadr agar
bernilai ibadah. Akan tetapi itu bukan syarat sah untuk mendapatkan
Lailatul Qadr.
Dalil akan hal ini adalah sama seperti dalil Rasulullah tidak jadi I’tikaf
karena melihat “persaingan” para istri-istri beliau dalam ikut
mendirikan tenda, untuk I’tikaf disamping tenda beliau. Yang mana
hadits ini sudah kita sebutkan sebelumnya.
Terlebih lagi ada juga hadits yang lain yang “berlaku umum”, yang
menyebutkan bagaimana Rasulullah menyambut 10 hari terakhir
romadhon dengan menghidupkan malam beliau, dan membangunkan
para keluarga beliau. Hadits ini berlaku umum, yakni untuk
menghidupkan malam dengan ibadah apa saja dan tidak dikhususkan
dengan cara harus sambil I’tikaf.
ت َكانَ الن ِبًُّ صَلى هللاُ َعلَ ٌْ ِه َوسَل َم إِ َذا َد َخ َل ْال َع ْشرُ َشد
ْ َعنْ عَا ِب َش َة رَ ضِ ًَ هللاُ عَ ْنهَا َقا َل
ِم ْب َزرَ هُ َوأَحْ ٌَا لَ ٌْلَ ُه َوأَ ٌْ َق َظ أَهْ لَ ُه
319
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
Jikalau benar harus dengan cara I’tikaf, maka tentu Rasulullah harus
menjelaskan ini kepada ummat. Sedangkan Rasulullah tidak pernah
ْ
menjelaskan akan hal itu. Maka dari itu berlaku qaidah fiqh ( َان ِ ٌَتؤ ِخ ٌْ ُر ْال َب
ا َ ْ
ُۚت الحَ اجَ ِة ال ٌَج ُْوز ْ
ِ “ ) َعنْ َوقTidak dibolehkan mengakhirkan penjelasan
pada waktu dibutuhkan”.
Walloohu A’lam
Adapun jika sudah jelas masalah ini, maka sekarang apakah bedanya
orang yang I’tikaf dengan orang yang tidak I’tikaf dalam menyambut
kedatangan Lailatul Qodr. Yang jelas adalah jauh beda sekali
keutamaannya.
Lailatul Qodr akan jatuh dan datang kepada semua orang, baik itu
kepada :
320
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
Setelah kita faham bahwasanya waktu untuk I’tikaf itu tidak terbatas
pada bulan ramadhan saja, dan faham bahwasanya I’tikaf adalah
afdholiyyah untuk menyambut malam Lailatul Qodr. Bukan syarah sah
untuk mendapatkan keutamaan Lailatul Qodr.
Maka perlu juga bagi kita untuk memahami batasan waktu minimal
untuk melakukan I’tikaf.
Dalam masalah batasan minimal untuk melakukan I’tikaf ini, para ulama
pun saling berbeda pendapat mengenai batasan waktu minimal untuk
melakukan I’tikaf ini. Karena rasulullah sendiri memang tidak
menjelaskan secara rinci mengenai hal ini.
321
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
Dalil akan hal ini adalah nadzar I’tikaf pada waktu malam hari
dari Umar bin Khoththob yang haditsnya telah kami sebutkan
sebelumnya.
322
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
Dan ada juga perkataan dari dari Ya’la bin Umayyah radhiallahu
‘anhu, salah seorang Sahabat nabi juga sebagaimana Aisyah dan
Ibnu Umar, beliau mengatakan:
323
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
Karena ketidak adaan dalil yang pasti masalah waktu minimal ini
secara terperinci, namun dibarengi dengan adanya dalil yang pasti
masalah keabsahan adanya ibadah I’tikaf ini di dalam Al-Qur’an.
Yakni di dalam QS. Al-Baqoroh ayat 187 yang sudah kami kutip
sebelumnya. Maka untuk menafsirkan dan memahami makna I’tikaf
dalam QS. Al-Baqarah ayat 187 itu, kita kembali ke pengertian asal
bahasa Arab akan makna I’tikaf itu.
Ini karena tidak ada ayat lain atau hadits Rasulullah lain, yang secara
definitive menjelaskan batas minimal waktu untuk bisa disebut
sebagai I’tikaf itu.
َإِنا أَ ْن َز ْل َنا ُه قُرْ ءَا انا َعرَ ِب اٌّا لَعَل ُك ْم َتعْ ِقلُون
324
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
Ini karena sesuatu yang bisa dianggap dalil itu adalah ijma’
shahabat, atau pendapat Sahabat yang tidak diingkari oleh shahabat
lainnya yang lazim dinamakan ijma’ sukuty (Ijma karena diam).
Bukan semata-mata pendapat sahabat dalam masalah fiqh saja.
Karena lumrah kadang-kadang dalam masalah fiqh pun, para
sahabat saling berbeda pendapat.
Maka dari itu amalan Ya’la bin Umayyah radhiallahu ‘anhu tidak bisa
langsung dijadikan sebagai dalil, karena adanya fatwa-fatwa
shahabat yang berbeda, sebelum ada argumentasi-argumentasi
yang mendukungnya. Walloohu A’lam
Ini seperti amalan duduk berdiam diri di dalam masjid (I’tikaf) untuk
menunggu waktu sholat ataupun berdiam diri setelah selesai sholat.
Termasuk juga untuk amalan menunggu sholat Isyraq, yang dengan
cara menunggu dan berdzikir setelah selesai sholat shubuh
berjamaah di dalam masjid.
325
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
Yang mana penjelasan kapan mulai masuk untuk ber-I’tikaf, dan kapan
keluar selesai ber-I’tikaf, sebenarnya kembali kepada pendapat bahwa
batas minimal untuk beri’tikaf adalah 10 hari penuh (terutama pada 10
hari akhir romadhon).
Maka para ulama secara umum menjelaskan bahwa para mu’takif harus
masuk ke masjid untuk beri’tikaf sebelum matahari terbenam pada
malam ke 21 bulan Ramadhon, dan keluar dari tempat I’tikaf setelah
terbenamnya matahari dan masuk pada malam 1 syawwal. Atau pada
malam ke 20 bulan Ramadhan, untuk berjaga-jaga jika jumlah hari
bulan Ramadhan itu hanya berjumlah 29 hari saja. Bukan genap 30 hari.
Walloohu A’lam
326
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
Ini belum lagi jika kita tambah masalah menunggu waktu sholat isyroq
(atau syuruq atau dhuha pada awal waktu) sambil berdzikir, setelah
selesai sholat shubuh berjamaah.
Maka bagaimana lagi dengan masalah amalan I’tikaf yang paling utama,
yakni I’tikaf di 10 hari akhir bulan Romadhon guna menyambut
datangnya lailatul Qodr?
Menyikapi fenomena ini, maka hendaklah kita terapkan qaidah fiqh ( َ ما
ك جَ لُّ ُه
ُ َك ُكلُّ ُه الَ ٌُ ْتر
ُ َ“ ) الَ ٌ ُْدرApa-apa yang tidak bisa diambil semuanya, maka
jangan ditinggalkan semuanya”.
Yang jelas apa-apa yang tidak bisa diambil semuanya, maka janganlah
ditinggalkan semuanya
327
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
a. I’tikaf wajib
Yaitu I’tikaf nadzar, yang dilakukan karena sudah bernadzar
untuk I’tikaf sebagaimana hadits Umar yang penulis sebutkan
sebelumnya. I’tikaf seperti ini hukumnya wajib untuk
dilaksanakan
b. I’tikaf Sunnah
Yakni seluruh jenis I’tikaf selain I’tikaf nadzar.
Seperti I’tikaf di 10 hari akhir bulan romadhon, I’tikaf menunggu
datangnya waktu sholat berjamaah, atau keinginan sendiri
untuk I’tikaf di masjid yang tidak dibatasi waktunya guna
mendekatkan diri kepada Allah. Walloohu A’lam
Maka dari itu tidak ada dan tidak sah, I’tikaf di tempat selain masjid.
Baik itu di rumah, musholla yang dibuat di rumah, di kantor, di aula
serba guna, di kios tempat jualan, dan lain-lain.
328
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
وقد علمت أن رسول هللا صلى، !الناس عكوؾ بٌن دارك ودار أبً موسى ال تؽٌر؟
المسجد الحرام ومسجد: « ال اعتكاؾ إال فً المساجد الثالثة: هللا علٌه وسلم قال
، عبد هللا لعلك نسٌت وحفظوا: النبً صلى هللا علٌه وسلم ومسجد بٌت المقدس » قال
وأخطؤت وأصابوا
Dalam hal ini kami lebih menguatkan pendapat yang terakhir, yakni
boleh I’tikaf di semua masjid dan tidak dibatasi hanya pada tiga masjid
itu. Walaupun jika bisa I’tikaf di salah satu dari ketiga masjid itu tentu
lebih afdhol, karena masjid-masjid itu memiliki keutamaan tersendiri
35
yang tidak dimiliki masjid-masjid lainnya. Walloohu A’lam
35
Lihat juga : https://islamqa.info/id/81134 dan https://islamqa.info/id/49006
329
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
Maka dari itu musholla kecil yang tidak dilakukan sholat Tahiyatul
Masjid di situ, tidak sah untuk dijadikan tempat I’tikaf.
330
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
2. Jikalau pun ini dianggap bukan termasuk udzur syar’i, maka ini
adalah konsekuensi dalam memlih pendapat berapa lama waktu
minimal agar I’tikaf dianggap sah.
***
36
Lihat : https://konsultasisyariah.com/23085-bolehkah-itikaf-di-mushola.html
331
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
Pendapat ini tidak tepat menurut kami, dan kami sudah pernah
membuat dua buah tulisan tersendiri mengenai hal ini
Tulisan pertama
Salah satu syarat i’tikaf adalah di masjid, dan sesuatu itu bisa disebut
masjid adalah sesuatu yang kita anggap bisa dilakukan sholat Tahiyatul
Masjid di situ. Ini sebagaimana keumuman hadits Rasulullah Shallallahu
alaihi wa sallam,
Adapun syarat bahwa i’tikaf itu harus di masjid adalah potongan firman
Allâh dalam QS Al Baqarah : 187,
ْ “Al Masaajid” dalam ayat itu adalah jama’ dari kata ()المسجد
Kata ()ال َمسَا ِجد
“Al Masjid”. Sehingga kata “Al Masaajid” dalam ayat itu berarti masjid-
masjid, dan ini mencakup berbagai jenis masjid yang penting dia bisa
disebut masjid dan bisa ditegakkan sholat Tahiyatul masjid di situ.
332
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
Al Jawab, ada.
― َو َال اعْ ِت َكاؾَ إِال فًِ َمسْ ِجد جَ امِع‖ ( رواه أبو داود:عابشة – رضً هللا عنها – قالت
(حسن صحٌح:) وقال األلبانً فً صحٌح سنن أبً داود٢١٤١( –))
Dikatakan bahwa Ibnu Abbas juga berpendapat seperti ini, namun kami
belum menemukan riwayat nya.
Atas dasar Atsar ini, maka sebagian ulama berpendapat bahwa masjid
untuk i’tikaf itu harus masjid jami’. Tidak boleh sembarang masjid yang
mana walaupun kita boleh melakukan sholat tahiyatul masjid disitu.
Sekarang apakah yang dimaksud masjid jami’ itu? Masjid jami’ adalah
masjid yang dilakukan sholat jumat di situ. Maka dari itu dia disebut
sebagai masjid jami’, yakni karena dia mengumpulkan orang untuk
sholat jumat di situ.
333
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
وإن اعتكؾ فً ؼٌره فمن الجمعة إلى الجمعة،اعتكاؾ فً المسجد الجامع أحب إلٌنا
و ٌنظر كتاب األم، ) 161 / 3 ( األشراؾ على مذاهب العلماء البن منذر
334
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
Ada juga pendapat lain yang disandarkan pada hadits “Tidak ada i’tikaf
kecuali di tiga masjid”. Yakni di masjidil Haram, masjid Nabawi, dan
Masjidil Aqsho.
Sekarang ternyata ada lagi pendapat, bahwa syarat sah i’tikaf itu harus
di masjid wakaf.
335
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
Benar bahwa masjid masjid zaman Rasulullah dan para Salaf itu
umumnya adalah masjid wakaf. Tidak ada yang namanya masjid
pribadi. Semua milik ummat. Masjid atas nama kepemilikan pribadi
memang baru kita temukan pada zaman modern ini. Terutama masjid
masjid di perkantoran dan Mall pusat perbelanjaan.
Akan tetapi jika benar bahwa harus masjid wakaf, tentu Rasulullah dan
para sahabat seharusnya menjelaskan nya. Dan karena mereka tidak
menjelaskan nya, maka ini kembali kepada qoidah ushul fiqh
Maka dari itu, sanggahan kami atas pendapat ini adalah karena
ketiadaan dalil. Penarikan kesimpulan fiqh yang dijadikan dalil itu kami
anggap tidak sesuai dengan qaidah yang telah kami sebutkan itu.
Walloohu A’lam
***
Tanya :
Jawab :
Tanya :
336
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
Jawab :
Ya
Tanya :
Jawab :
Maka masjid yang tidak ada jumatan nya, hal ini akan menjadi masalah
bagi pendapat ini.
***
Tulisan kedua
337
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
Argumentasi ini agak janggal menurut saya, dan berikut ini adalah
beberapa kritik dan tanggapan saya mengenai argumentasi itu.
كانت الٌهود والنصارى إذا دخلوا كنابسهم وبٌعهم أشركوا باهلل فؤمر هللا نبٌه صلى هللا
علٌه وسلم أن ٌوحدوه وحده
Riwayat dari Qotadah ini juga disebutkan dalam tafsir Ath Thobari.
Yakni maksud dari ayat itu adalah agar masjid itu hanya digunakan
untuk menyembah dan mentauhidkan Allah saja. Jangan ikut ikutan
338
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
orang orang Yahudi dan Nashara yang justru malah mensyirikkan Allah
di tempat peribadahan mereka sendiri, padahal mereka adalah Ahlul
Kitab, mereka mengenal Allah, Nabi Allah dulu diutus kepada mereka
(bani Israil) , dan kitab suci Allah juga turun kepada mereka.
َعنْ عَا ِب َش َة، ً أَ ْخبَرَ نٌِؤ َ ِب: َقا َل، َعنْ ِه َشام، حَ د َث َنا ٌَحْ ٌَى: َقا َل، حَ د َث َنا مُحَ م ُد بْنُ ْال ُم َثنى
ُ ُ
َف َذ َكرَ َتا لِلن ِبً صَلى،َاوٌ ُر ِ أَن أم حَ ِبٌ َب َة َوأم َسلَ َم َة َذ َكرَ َتا َكنٌِس اَة رَ أَ ٌْ َنهَا ِب ْالحَ َب َش ِة فٌِهَا َتص
َ
َب َن ْوا عَ لى َقب ِْر ِه، ٌَِه ُم الر ُج ُل الصالِ ُح َف َمات َ َ ُ َ
ِ ك إِذا َكانَ ف َ ‖ إِن أول ِب: َف َقا َل،هللاُ َعل ٌْ ِه َوسَ ل َم
هللا ٌ َْو َم ْال ِقٌَا َم ِة
ِ ك شِ رَ ا ُر ْال َخ ْل ِق عِ ْن َدَ َفؤُو َل ِب، َك الص َُّور َ َوصَورُوا فٌِ ِه ت ِْل،“ َمسْ ِج ادا.
339
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
َ َوصَورُوا فٌِ ِه ت ِْل، َب َن ْوا َعلَى َقب ِْر ِه َمسْ ِج ادا، ٌَِه ُم الر ُج ُل الصالِ ُح َف َمات
ك َ إِن أُولَ ِب
ِ ك إِ َذا َكانَ ف
ْ
هللا ٌ َْو َم ال ِقٌَا َم ِة ْ ْ َ ْ
ِ ك شِ رَ ا ُر الخل ِق عِ ن َد َ ُ َ
َ فؤول ِب، َ” الص َُّور
Jadi menganggap itu ditakwilkan sebagai masjid wakaf itu tidak benar.
Karena Ahlul Kitab tidak mengenal istilah itu.
Disebutkan bahwa ini adalah jawaban dari pertanyaan jin yang beriman
mengenai permintaan izinnya untuk ikut bersama Rasulullah sholat di
masjid, maka kemudian turunlah ayat ini. Ini sebagaimana yang
disebutkan oleh Al A’masy dan Sa’id bin Jubair. Ibnu Katsir dan Ath
Thobari kedua duanya sama-sama menyebutkan riwayat dari Al A’masy
dan Sa’id bin Jubair ini.
340
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
قال األعمش قالت الجن ٌا رسول هللا ابذن لنا فنشهد معك الصلوات فً مسجدك فؤنزل
هللا تعالى ―وأن المساجد هلل فال تدعوا مع هللا أحدا‖ ٌقول صلوا ال تخالطوا الناس
ً قالت الجن للنب:عن سعٌد بن جبٌر ―وأن المساجد هلل فال تدعوا مع هللا أحدا‖ قال
صلى هللا علٌه وسلم كٌؾ لنا أن نؤتً المسجد ونحن ناءون؟ أي بعٌدون عنك وكٌؾ
”نشهد الصالة ونحن ناءون عنك؟ فنزلت ―وأن المساجد ّهلل فال تدعوا مع هللا أحدا
Dari Said bin Jubair, dia berkata mengenai firman Allah ( َوأَن
هللا أَحَ ادا ِ ِ ) ْال َمسَا ِج َد:
ِ َهلل َف َال َت ْدعُوا مَع
341
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
Jadi menurut riwayat yang kedua ini, ayat ini sebenarnya turun
berkenaan dengan pertanyaan dan permintaan Jin agar diizinkan ikut
sholat bersama Rasulullah di masjid Nabawi. Bukan turun berkenaan
bahwa para Jin itu hanya boleh hadir dan ikut sholat di masjid wakaf
saja. Sedangkan jika bukan masjid wakaf, maka para jin tidak boleh
hadir dan ikut sholat.
Bagaimana jika dipaksakan bahwa itu adalah masjid wakaf, dan itu
adalah hukum khusus bagi jin?
Maka jawabnya sebenarnya ada di dalam firman Allah itu sendiri. Yakni
Jin tersebut sebenarnya hanya minta izin di satu masjid saja, yakni
masjid Rasulullah dan ini disebutkan dalam bentuk mufrod (tunggal).
342
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
Jadi ini adalah pemahaman yang kurang tepat dan dipaksakan. Yang
benar itu adalah dimana saja kita berada, syirik itu haram dan dosa
besar. Apalagi jika itu dilakukan di dalam masjid, baik itu masjid wakaf
ataupun non wakaf.
Kalau begitu kenapa kata kata masjid disebutkan secara khusus? Karena
ini berkaitan dengan ibroh sikap para Ahlul Kitab yang suka melakukan
kesyirikan di dalam “masjid masjid” tempat ibadah mereka, karena
ghuluw nya mereka kepada orang Sholeh.
Lihat kembali penjelasan kami pada point nomer satu, insya Allah hal ini
akan mudah untuk difahami.
343
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
f. Syarat-syarat I’tikaf
1. Muslim
2. Baligh
3. Berakal (waras), tidak gila
4. Niat untuk ber-I’tikaf
Niat itu di dalam hati yakni dengan tahu, sadar, dan sengaja dalam
melakukan I’tikaf. Bukan di dalam lisan dan tidak perlu untuk
dilafalkan
5. Tidak disyaratkan harus berpuasa ketika I’tikaf, dalam artian orang
yang tidak puasa juga boleh ber-I’tikaf.
Hal ini sudah sedikit kita bahas di dalam pembahasan pendapat
waktu minimal I’tikaf
6. Melakukan I’tikaf di masjid
Perbedaan pendapat mengenai tempat I’tikaf, dan masjid yang
bagaimanakah yang sah digunakan untuk I’tikaf sudah kita bahas
sebelumnya.
7. Memperoleh izin dari suami bagi wanita
Dalil akan hal ini adalah Aisyah meminta izin kepada Rasulullah
untuk I’tikaf, dan kemudian ternyata diikuti oleh istri-istri beliau
yang lain. Mengetahui “persaingan” yang tidak baik ini, maka
Rasulullah menyuruh untuk membongkar seluruh tenda-tenda yang
digunakan untuk ber-I’tikaf itu.
هللا صَ لى هللاُ َع َل ٌْ ِه َو َسل َم ٌَعْ َتكِؾُ فًِ ُكل ِ ت َكانَ رَ سُو ُل ْ َعنْ عَا ِب َش َة رَ ضِ ًَ هللاُ عَ ْنهَا َقا َل
َرَ َمضَان َوإِ َذا صَلى ْال َؽدَ ا َة دَ َخ َل َم َكا َن ُه الذِي اعْ َت َكؾَ فٌِ ِه َقا َل َفاسْ َتؤْ َذ َن ْت ُه عَا ِب َش ُة أَنْ َتعْ َتكِؾ
ْ ضرَ ب
َت َ َت َز ٌْ َنبُ ِبهَا َف ْ َت قُب اة َو َس ِمع َ ص ُة َف
ْ ضرَ ب َ َت ِبهَا حَ ْف ْ َت فٌِ ِه قُب اة َف َس ِمع َ َفؤَذِنَ لَهَا َف
ْ ضرَ ب
344
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
صرَ أَرْ بَعَ ِقبَابَ صلى هللاُ َعلَ ٌْ ِه َوسَل َم مِنْ ْال َؽدَ ا ِة أَ ْب
َ هللا
ِ صرَ ؾَ رَ سُو ُل َ قُب اة أ ُ ْخرَ ى َفلَما ا ْن
ْ َف َقا َل مَا ه ََذا َفؤ ُ ْخ ِبرَ َخبَرَ هُن َف َقا َل مَا حَ َملَهُن َعلَى َه َذا ْآل ِبرُّ ا ْن ِزعُوهَا َف َال أَرَ اهَا َف ُن ِزع
ََت َفل ْم
ٌَعْ َتكِؾْ فًِ رَ َمضَانَ حَ تى اعْ َت َكؾَ فًِ آخ ِِر ْال َع ْش ِر مِنْ َشوال
8. Suci dari junub atau hadats besar (baik bagi laki-laki dan wanita),
haid (bagi wanita), dan nifas (bagi wanita)
Dalil harus suci dari junub atau hadats besar adalah QS. An-Nisaa :
43,
ٌَا أَ ٌُّهَا الذٌِنَ آ َم ُنوا ال َت ْقرَ بُوا الصال َة َوأَ ْن ُت ْم ُس َكارَ ى حَ تى َتعْ لَمُوا مَا َتقُولُونَ َوال جُ ُنباا إِال
َاب ِري س َِبٌل حَ تى َت ْؽ َتسِ لُوا ِ ع
345
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
Dalil harus suci dari haid dan nifas bagi wanita adalah,
كن المعتكفات إذا حضن أمر رسول هللا صلى هللا علٌه وسلم بإخراجهن من المسجد
346
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
Mengenai suci dari hadats kecil ataupun najis, maka itu tidak termasuk
syarat I’tikaf dan bukan termasuk pembatal I’tikaf. Akan tetapi
sebaiknya segera dibersihkan dan bersuci. Walloohu A’lam
g. Rukun I’tikaf
Penjelasan ini kami tuliskan dan tekankan, agar kita semua faham apa
itu ibadah I’tikaf yang sesungguhnya. Bahwa sesungguhnya I’tikaf itu
mudah, dan bahkan sangat mudah. Dan juga agar tidak ada anggapan
awam yang salah, bahwa ketika I’tikaf itu diwajibkan harus membaca
Al-Qur’an, dan lain sebagainya. Sehingga jika ada orang yang belum
mampu membaca Al-Qur’an, maka dia akan urung untuk ikut I’tikaf.
347
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
Yang dimaksud dengan putus dan batal I’tikaf nya disini adalah ibadah
I’tikaf-nya berhenti, dan tidak sudah tidak dianggap melakukan amal
sholeh untuk mendekatkan diri kepada Allah lagi karena sudah tidak
ber-I’tikaf (berdiam diri di dalam masjid).
Berbeda jika kita misal menetapkan batas waktu minimal I’tikaf adalah
10 hari penuh. Maka jika pada hari kelima kita melakukan hal yang
membatalkan I’tikaf, maka seluruh amalan I’tikaf 5 hari itu akan
dianggap hangus dan batal juga sebagaimana sholat dan puasa yang
batal. Hal ini karena batas waktu minimal syarat sah untuk disebut
sebagai I’tikaf belum terpenuhi. Walloohu A’lam.
Jika karena sesuatu hal I’tikaf kita putus dan batal. Dan juga karena kita
berpegang kepada pendapat bahwa waktu minimal I’tikaf kita hanya
sekejap waktu saja, yang secara ‘urf (kebiasaan) sudah bisa disebut
dengan berdiam diri. Maka apa tindakan kita?
348
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
1. Keluar dari dalam masjid tanpa ada udzur yang diperbolehkan oleh
syari’at
Hal ini jelas, karena hal ini bertentangan dengan makna I’tikaf itu
sendiri.
فرحبة المسجد من، وله حكم المسجد،ما كان داخل سور المسجد فهو من المسجد
ومكتبة المسجد من المسجد إذا كان كل منهما داخل سور المسجد،المسجد
37
Lihat pembahasan pendapat ulama tersebut di : https://muslim.or.id/25983-
fikih-itikaf-2.html dan https://muslim.or.id/25985-fikih-itikaf-3.html
349
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
5. Mabuk
Dalil untuk ini adalah firman Allah berikut,
ٌَا أَ ٌُّهَا الذٌِنَ آ َم ُنوا ال َت ْقرَ بُوا الصال َة َوأَ ْن ُت ْم ُس َكارَ ى حَ تى َتعْ لَمُوا مَا َتقُولُونَ َوال جُ ُنباا ِإال
َاب ِري س َِبٌل حَ تى َت ْؽ َتسِ لُوا ِ ع
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu shalat, sedang
kamu dalam keadaan mabuk, sehingga kamu mengerti apa yang
kamu ucapkan, (jangan pula hampiri mesjid) sedang kamu dalam
keadaan junub, terkecuali sekedar berlalu saja, hingga kamu
mandi.” *QS. An-Nisaa : 43]
َو َال ُتبَـشِ رُوهُن َوأَن ُتم عَـ ِكفُونَ فِى ٱل َمسَـ ِج ِد
1. Udzur Syar’i
Seperti misal:
350
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
Seperti misal :
Keluar masjid untuk buang air kecil atau buang air besar (karena
kamar mandi berada di luar lingkungan masjid misalnya)
Mandi
Imam Al-Bukhori dalam shohihnya, di kitab Al-I’tikaaf, membuat
bab berjudul “Ghoslul Mu’takif” (Mandi untuk orang yang ber-
I’tikaf), dan beliau meriwayatkan hadits berikut ini.
ت َكانَ الن ِبًُّ صَلى هللاُ َعلَ ٌْ ِه َوسَل َم ٌُبَاشِ رُ نًِ َوأَ َنا حَ ابِض ْ َعنْ عَا ِب َش َة رَ ضِ ًَ هللاُ عَ ْنهَا َقا َل
َو َكانَ ٌ ُْخ ِر ُج رَ ْأ َس ُه مِنْ ْالم َمسْ ِج ِد َوه َُو مُعْ َتكِؾ َفؤ َ ْؼسِ لُ ُه َوأَ َنا حَ ابِض
Seperti misal :
351
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
ِ ضرُّ عاا َوخٌِ َف اة َو ُدونَ ْالجَ ه ِْر مِنَ ْال َق ْو ِل ِب ْال ُؽدُو َو ْاآلَص
َال َ َو ْاذ ُكرْ رَ ب
َ ك فًِ َن ْفسِ كَ َت
4. Berdo’a
5. Membaca buku-buku agama
6. Mengikuti ta’lim di masjid
7. Melakukan puasa sunnah ataupun puasa wajib, jika I’tikafnya
melewati waktu puasa
Boleh untuk melakukan apapun ketika I’tikaf selain dari hal-hal yang
membatalkan I’tikaf dan hal-hal yang merupakan kemaksiatan.
Walloohu A’lam
352
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
353
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
BAGIAN VII
IDUL FITHRI
A. ZAKAT FITHRI
a. Mengingat kembali masalah perbedaan antara Zakaatul Fithri dan
Zakaatul Fithroh
Di sana penulis membahas masalah perbedaan istilah Al-Fithru () اَ ْلف ِْط ُر
dengan Al-Fithrotu () اَ ْلف ِْطرَ ُة, dan dampak akibat pengertiannya.
Hendaklah melihat kembali tulisan kami pada Bagian V Bab I itu, jika
menginginkan.
Ini sebagaimana pemakaian kata Zakaatul Fihtroh ( ) َز َكاةُ ْالف ِْطرَ ِةatau Al-
Fithroh ( ) اَ ْلف ِْطرَ ُةsaja, yang digunakan oleh Waki’ Ibnul Jarroh, Imam Asy-
Syafi’i, Ats-Tsa’labi, Al-Mawardi, Al-Ghozali, Ibnu Qudamah, An-
354
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
“Zakat Fithroh” atau “Fithroh” saja ini, sebenarnya adalah istilah fiqh
yang ma’lum diistilahkan oleh sebagian ulama untuk nama lain dari
“Zakat Fithri”. Walaupun hadits-hadits perkataan Rasululloh selalu
memakai kata Al-Fithru ( ) اَ ْلف ِْط ُرdan tidak pernah memakai kata Al-
Fithrotu () اَ ْلف ِْطرَ ُة
Pengertian ini nanti akan kami berikan tanggapan dan kritik atasnya.
ٌقال لها زكاة الفطر ألنها تجب بالفطر وٌقال لها زكاة الفطرة أي الخلقة ٌعنً زكاة
البدن ألنها تزكً النفس أي تطهرها وتنمً عملها
Dalil yang penulis ketahui, yang paling bisa dijadikan landasan untuk
istilah Zakat Fithroh ini adalah hadits berikut :
38
Lihat : https://addariny.wordpress.com/2010/01/05/zakat-fitri-atau-zakat-
fitrah-mana-yg-benar/
355
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
Padahal dalam hadits itu sendiri, Ibnu Abbas mensifatkan zakat itu
dinamakan dengan Zakat Fithri bukan Zakat Fithroh. Sehingga
penamaan Fithroh itu tampaknya hanyalah penarikan istilah yang
“terlalu jauh.
Selain dinamakan Zakat Fitrah, Zakat Fitri ini dinamakan juga dengan
Zakat Badan (Zakat untuk tiap badan atau tiap individu). Dinamakan
seperti itu karena zakat ini wajib untuk ditunaikan oleh seorang muslim
yang mampu dari berbagai kalangan. Baik itu tua, muda, anak kecil,
bayi, laki-laki, wanita, budak, dan lain-lain yang dibayarkan oleh orang
yang menanggungnya.
Zakat Badan ini sama dengan istilah Zakat Nafs (Zakat untuk tiap jiwa)
ataupun Zakat Ro’s (Zakat per kepala). Dalil yang penulis ketahui, yang
paling bisa dijadikan landasan untuk istilah Zakat Badan ini adalah
hadits berikut.
أَ ْو صَا اعا مِنْ َشعٌِر،هللا صَلى هللاُ عَ لَ ٌْ ِه َوسَل َم َز َكا َة الف ِْط ِر صَاعاا مِنْ َت ْمر
ِ َفرَ ضَ رَ سُو ُل
ْ َوأَمَرَ ِبهَا أَن، ٌَر مِنَ المُسْ لِمٌِنب َ
ك ال و
َ ٌِر
ؽ الصص و
َ ،ى َ
ث ْ
ن ُ َوالذ َكر َواأل،َعلَى ال َع ْب ِد َوال ُحر
ِ ِ ِ ِ
اس إِلَى الصالَ ِة ِ ُت َإدى َق ْب َل ُخر
ِ ُوج الن
356
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
Dalil yang penulis ketahui, yang paling bisa dijadikan landasan untuk
istilah Zakat Ramadhan ini adalah hadits berikut ini,
ْن ُعمَرَ رَ ضِ ًَ هللاُ َع ْن ُهمَا َقا َل َفرَ ضَ الن ِبًُّ صَلى هللاُ َع َل ٌْ ِه َوسَ ل َم صَ َد َق َة ْالف ِْط ِر أَ ْو
ِ َعنْ اب
َقا َل رَ َمضَانَ َعلَى الذ َك ِر َو ْاألُ ْن َثى َو ْالححُ ر َو ْال َم ْملُوكِ صَاعاا مِنْ َت ْمر أَ ْو صَاعاا ِمنْ َشعٌِر
صاع مِنْ بُر َ ََف َع َد َل الناسُ ِب ِه نِصْ ؾ
Jadi sebagai rangkuman awal, ada empat istilah yang sebenarnya sama
saja pengertiannya dalam aplikasi amalannya. Yakni :
357
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
Hal ini sesuai dengan qaidah fiqh ( “ ) األمور بمقاصدهاTiap-tiap urusan itu
dilihat dari maksudnya”, dan qoidah fiqh ( ألحكام إنما تتعلق بمعانً األسماء ال
“ ) بؤلقابهاTiap-tiap hukum itu bergantung kepada makna yang dituju dari
nama-nama itu, bukan hanya sekedar dari penyebutan lafadz nama itu”
358
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
Dan istilah yang penulis hendak tanggapi dan berikan kritik adalah
istilah “Zakat Fithroh” atau “Fithroh” yang popular digunakan di
Indonesia ini. Yang mana dimaksudkan untuk pengertian guna
membersihkan dan menyucikan jiwa, agar kembali ke keadaan Fitroh
(Suci seperti baru awal diciptakan/dilahirkan).
Kenapa keberatan?
359
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
Kedua tujuan dari zakat fitri itu, yakni untuk membersihkan puasa
yang rusak dan kotor serta untuk memberi makan orang miskin,
sesuai dengan perkataan Rasulullah di bawah ini. Adapun tujuan
untuk membersihkan dan menyucikan jiwa hingga kembali ke
keadaan Fitroh (Suci seperti baru awal diciptakan/dilahirkan), sama
sekali tidak pernah disebutkan oleh Rasulullah shalalloohu ‘Alaihi wa
sallam.
،ِط ْهرَ اة لِلصاب ِِم مِنَ الل ْؽ ِو َوالر َفثُ هللا صَلى هللاُ عَ لَ ٌْ ِه َوسَل َم َز َكا َة ْالف ِْطرِ َفرَ ضَ رَ سُو ُل
ِ
،ِ َو َمنْ أداهَا َبعْ َد الص َالة، َف ِهًَ َز َكاة َم ْقبُو َلة،ِ َمنْ أَداهَا َق ْب َل الص َالة،ٌٌِن
َ ُ َو
ِ طعْ م اَة ل ِْل َمسَاك
تِ ص َد َقة مِنَ الص َد َقا
َ ًََف ِه
ۚ ك َس َكن لَ ُه ْم
َ صل َعلٌَ ِْه ْم ۚ إِن ص ََال َت
َ ٌه ْم ِبهَا َو َ ُخ ْذ مِنْ أَم َْوال ِِه ْم
ِ ص َد َق اة ُت َطه ُر ُه ْم َو ُت َزك
َوهللاُ َسمٌِع َعلٌِم
Akan tetapi konteks ayat ini untuk zakat secara umum. Baik itu
untuk zakat maal (zakat harta), zakat tijaroh (perdagangan), zakat
rikaz (barang temuan), dan lain-lain. Bukan untuk zakat fitri secara
khusus.
360
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
Adapun sesuatu hal yang umum akan tetap berlaku secara umum,
hingga ada yang mengkhususkannya. Sedangkan zakat fitri sudah
dikhususkan lagi ternyata maksudnya oleh Rasulullah dalam
sabdanya, maka jika hendak dikembalikan lagi ke makna umum
maka sepertinya kurang tepat.
Terlebih lagi di dalam QS. At-Taubah ayat 103 itu tidak ada kata Al-
Fithrotu ( ) اَ ْلف ِْطرَ ُةsama sekali, maka bagaimana mungkin untuk zakat
fitri dikhususkan dengan nama “zakat fitroh” sedangkan zakat-zakat
yang lain tidak diberikan nama khusus “zakat fitroh” itu?
Kenapa nama “zakat fitroh” itu hanya dikhususkan untuk zakat fitri
dan tidak untuk nama zakat yang lain? Apa dalilnya?
Lebih jauh lagi nama kata Al-Fithrotu ( ) اَ ْلف ِْطرَ ُةitu sebenarnya
bermakna suci sebagaimana baru dilahirkan atau sebagaimana awal
penciptaan.
أنه كان ٌؤمر الناس بإخراج صدقة:وقد روٌنا عن أمٌر المإمنٌن عمر بن عبد العزٌز
{ َق ْد أَ ْفلَ َح مَن َت َزكى َو َذ َكرَ ٱسْ َم رَ ب ِه َفصَلى: وٌتلو هذه اآلٌة،} الفطر
361
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
“Dan sungguh telah kami riwayatkan dari Umar bin Abdul Aziz
bahwasanya beliau memerintahkan orang-orang untuk
mengeluarkan shodaqoh fithri ( صدقة الفطر,alias zakat fithri),
sembari membacakan ayat berikut ini ( َق ْد أَ ْفلَ َح مَن َت َزكى َو َذ َكرَ ٱسْ َم رَ ب ِه
”) َفصَلى
Ada sepuluh hal dari fitrah ()مِنَ ْالف ِْطرَ ِة, yaitu memangkas kumis,
memelihara jenggot, bersiwak, istinsyaq (menghirup air ke dalam
hidung), potong kuku, membersihkan ruas jari-jemari, mencabut
bulu ketiak, mencukup bulu kemaluan dan istinjak (cebok)
dengan air. ” (HR. Muslim).
362
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
Dan fitroh yang disebut dalam hadits ini adalah berbeda dengan
fitroh yang suci dari segala dosa, hingga suci seperti anak baru
lahir. Walloohu A’lam
Hukum dari zakat fitri adalah wajib bagi yang mampu. Ini dikembalikan
kepada qoidah ushul fiqh masalah al-‘Amr (perintah), dari perintah
rasulullah untuk menunaikan zakat fitri. Terlebih lagi Shahabat Abdullah
bin Umar rodhiyalloohu ‘anhu juga memberikan kabar bahwa
Rasulullah men-fardhu-kan kewajiban zakat fitri ini.
363
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
Para ulama juga sudah ber-ijma’ akan wajibnya zakat fitri ini,
sebagaimana perkataan Ibnu Mundzir [Shohih Fiqhus Sunnah]
1. Membersihkan puasa yang rusak dan kotor (ط ْهرَ اة لِلصاب ِِم ُ ) dari
segala perkataan yang kotor dan sia-sia selama berpuasa.
2. Untuk memberi makan orang fakir miskin (ٌِن ُ ) َو, agar
ِ طعْ م اَة ل ِْل َمسَاك
ketika merayakan hari raya Iedul Fithri nanti mereka
mempunyai makanan untuk dimakan.
3. Untuk membersihkan dan mensucikan jiwa seseorang dari
segala dosa-dosa dan kesalahannya, sebagaimana tafsir Sa’id
bin Musayyib dan Umar bin Abdul ‘Aziz terhadap QS. Al-A’laa :
14
،ِط ْهرَ اة لِلصاب ِِم مِنَ الل ْؽ ِو َوالر َفثُ هللا صَلى هللاُ عَ لَ ٌْ ِه َوسَل َم َز َكا َة ْالف ِْطرِ َفرَ ضَ رَ سُو ُل
ِ
،ِ َو َمنْ أَداهَا َبعْ َد الص َالة، َف ِهًَ َز َكاة َم ْقبُولَة،ِ َمنْ أَداهَا َق ْب َل الص َالة،ٌِن ُ َو
ِ طعْ م اَة ل ِْل َمسَاك
تِ ص َد َقة مِنَ الص َد َقا َ ًََف ِه
Hukum bagi orang yang mampu namun tidak mau untuk mengeluarkan
zakat fitri adalah berdosa, karena ini adalah wajib. Akan tetapi untuk
364
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
« – هللا – صلى هللا علٌه وسلم ِ َعنْ أَ ِبى هُرَ ٌْرَ َة – رضى هللا عنه – َقا َل َقا َل رَ سُو ُل
ٌُ َطوقُ ُه، ان
ِ ِ تَ ب
َ ٌبزَ ه
ُ َ ل ، َع َر ْ
ق َ أ اا
ع ا ُ َفلَ ْم ٌ َُإد َز َكا َت ُه مُث َل َل ُه ٌ َْو َم ْال ِقٌَا َم ِة، َمنْ آ َتاهُ هللاُ مَاالا
َشج
َك » ُثم َتال َ أَ َنا َك ْن ُز، َ ُثم ٌَؤْ ُخ ُذ ِبلِه ِْز َم َت ٌْ ِه – ٌَعْ نِى شِ ْد َق ٌْ ِه – ُثم ٌَقُو ُل أَ َنا مَالُك، ٌ َْو َم ْال ِقٌَا َم ِة
َ) ( الَ ٌَحْ سِ بَن الذٌِنَ ٌَب َْخلُون
اآل ٌَ َة
ْن َسعْ د َعنْ أَ ِبً َسعٌِد ْال ُخ ْد ِري رَ ضِ ًَ هللاُ عَ ْن ُه َقا َل ُكنا ُن ْخ ِر ُج ِ ْن َع ْب ِد
ِ هللا ب ِ َاض بِ ٌ َِعنْ ع
هللا صَلى هللاُ َع َل ٌْ ِه َوسَ ل َم ٌ َْو َم ْالف ِْط ِر صَاعاا مِنْ َطعَام َو َقا َل أَبُو سَ عٌِد
ِ ُول ِ س َر فًِ َع ْه ِد
ُ َو َكانَ َطعَا َم َنا الشعٌِ ُر َوالز ِبٌبُ َو ْاألَق
ِط َوالت ْم ُر
365
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
Dan berkata, Abu Sa'id: "Dan saat itu makanan kami adalah
gandum jenis Asy-Sya’iir () الش ِعٌ ُر, kismis, biji-bijian atau kurma".
[Hr. Bukhori, hadits no. 1510]
Gandum yang berkualitas lebih bagus dari gandum Asy-Sya’iir ( ُ) الشعٌِر,
dan hanya cukup dikeluarkan setengah sho’ saja untuk zakat fithri.
Sesuai dengan apa yang disebutkan dalam hadits yang terjadi pada
zaman shahabat. Adalah :
366
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
ْن ُعمَرَ رَ ضِ ًَ هللاُ َع ْن ُهمَا َقا َل َفرَ ضَ الن ِبًُّ صَلى هللاُ َع َل ٌْ ِه َوسَ ل َم صَ َد َق َة ْالف ِْط ِر أَ ْو
ِ َعنْ اب
َقا َل رَ َمضَانَ َعلَى الذ َك ِر َو ْاألُ ْن َثى َو ْالححُ ر َو ْال َم ْملُوكِ صَاعاا مِنْ َت ْمر أَ ْو صَاعاا ِمنْ َشعٌِر
صاع مِنْ بُر َ ََف َع َد َل الناسُ ِب ِه ِنصْ ؾ
هللا ْبنَ ُعمَرَ رَ ضِ ًَ هللاُ َع ْن ُهمَا َقا َل أَمَرَ الن ِبًُّ صَلى هللاُ عَ لَ ٌْ ِه َو َسل َمِ َعنْ َنافِع أَن َع ْب َد
َ ْ
هللا رَ ضِ ًَ هللاُ َعن ُه فجَ َع َل ِ ِب َز َكا ِة ْالف ِْط ِر صَاعاا م تمر أو صَاعاا مِنا م شعٌِر قا َل َعبد
ُ ْ َ َ ِْن ْ َ ْ َ ِْن
ْن مِنْ ِح ْن َطة
ِ ٌالناسُ عِ ْدلَ ُه مُد
Dari Nafi' bahwa 'Abdullah bin 'Umar radliallahu 'anhua berkata:
Nabi shallallahu 'alaihi wasallam memerintahkan kami tentang
zakat fithri berupa satu sha' dari kurma atau satu sha' dari
gandum Asy-Sya’iir ( ُ") الشعٌِر.
367
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
ِ َعنْ أَ ِبً َسعٌِد ْال ُخ ْد ِري َقا َل ُكنا ُن ْخ ِر ُج إِ ْذ َكانَ فٌِ َنا رَ سُو ُل
هللا صَ لى هللاُ َع َل ٌْ ِه َو َسل َم َز َكا َة
صؽٌِر َو َك ِبٌر ُحر أأَ ْو َم ْملُوك صَاعاا مِنْ َطعَام أَ ْو صَاعاا مِنْ أَقِط أَ ْو َ ْالف ِْط ِر َعنْ ُكل
صَاعاا مِنْ َشعٌِر أَ ْو صَاعاا مِنْ َت ْمر أَ ْو صَاعاا مِنْ َز ِبٌب َفلَ ْم َن َز ْل ُن ْخ ِرجُ ُه حَ تى َق ِد َم َعلَ ٌْ َنا
ََاو ٌَ ُة بْنُ أأَ ِبً ُس ْفٌَانَ حَ ا اّجا أَ ْو مُعْ َتمِرا ا َف َكل َم الناسَ َعلَى ْال ِم ْنب َِر َف َكانَ فٌِ َما َكل َم ِب ِه الناس ِ ُمع
ك َقا َل َ ِْن مِنْ َس ْمرَ ا ِء الش ِام َتعْ ِد ُل صَاعاا مِنْ َت ْمر َفؤ َ َخ َذ الناسُ ِب َذل ِ ٌأَنْ َقا َل إِنً أَرَ ى أَن مُد
ُ ت أ ُ ْخ ِر ُج ُه أَب اَدا مَا عِ ْش
ت ُ أَبُو َسعٌِد َفؤَما أَ َنا َف َال أَ َزا ُل أ ُ ْخ ِرجُ ُه َكمَا ُك ْن
Abu Sa'id berkata, "Tetapi aku tetap saja membayar seperti apa
yang telah kulakukan sejak zaman Nabi shallallahu 'alaihi
wasallam hingga akhir hayatku." [Hr. Muslim,hadits no.985]
***
Ada yang berpendapat semua dianggap sama dengan takaran satu sho’,
ada juga yang berpendapat bahwa secara umum adalah satu sho’
namun untuk gandum khusus seperti al-burr ataupun yang lain cukup
dengan ½ sho’ saja.
Dari kedua perbedaan pendapat itu, maka yang penulis lebih cenderung
untuk menguatkan pendapat pertama. Yakni semua dianggap sama
368
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
Hal ini memberikan faedah bahwa jenis-jenis gandum itu baru ada di
kemudian hari sepeninggal Rasulullah tiada. Terlebih lagi kita juga
tidak mendapatkan kabar yang valid bahwa pada zaman Rasulullah
juga sudah ada gandum jenis Al-Burr, Al-Hinthoh, ataupun As-
Samroo’. Walloohu A’lam *Lihat juga perkataan Ibnul Mundzir
mengenai hal ini]
3. Sehingga inilah yang lebih rojih bagi penulis, dan semuanya cukup
dikembalikan kepada keumuman hadits masalah makanan (Ath-
Tho’aam) yang juga riwayat Abu Sa’id Al Khudri namun dengan
369
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
ًِْن َسعْ د َعنْ أَ ِبً َسعِ ٌد ْال ُخ ْد ِري رَ ضِ ًَ هللاُ َع ْن ُه َقا َل ُكنا ُن ْخ ِر ُج ف ِ ْن َع ْب ِد
ِ هللا ب ِ َاض بِ ٌ ِع
َهللا صَلى هللاُ َعلَ ٌْ ِه َوسَلم َم ٌ َْو َم ْالف ِْط ِر صَاعاا مِنْ َطعَام َو َقا َل أَبُو َس ِعٌد َو َكان ِ ُول ِ س َر َع ْه ِد
ُ َطعَا َم َنا الشعٌِ ُر َوالز ِبٌبُ َو ْاألَق
ِط َوالت ْم ُر
Dan berkata, Abu Sa'id: "Dan saat itu makanan kami adalah
gandum jenis Asy-Sya’iir () الش ِعٌ ُر, kismis, biji-bijian atau kurma".
[Hr. Bukhori, hadits no. 1510]
4. Berlaku di sini qaidah fiqh “ ُۚت ْالحَ اجَ ِة الَ ٌَج ُْو از ْ
ِ ٌ( “ َتؤ ِخ ٌْ ُر ْال َبTidak
ِ َان َعنْ َو ْق
dibolehkan mengakhirkan penjelasan pada waktu dibutuhkan).
Jika benar bahwa takaran gandum itu bisa berubah sesuai dengan
kualitas jenis gandumnya, maka kenapa rasulullah tidak
menjelaskannya? Kenapa ini hanya berlaku untuk gandum saja?
Bukankah disebutkan ada juga bahan makanan lain seperti kurma,
kismis, biji-bijian, yang juga bisa dijadikan zakat fithri? Apa alasan
gandum menjadi diistimewakan dibandingkan lainnya?
370
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
beras yang sehari-hari kita makan. Jangan sampai jika sehari-hari kita
makan beras kualitas super, namun untuk zakat fithri kita hanya
membayarnya dengan beras kualitas standart saja.
Kita disini tidak berbicara secara fiqh apakah ini sah atau tidak? Namun
kita disini mengkhawatirkan apakah amalan ini diterima atau tidak?
Walloohu A’lam
Sebenarnya apa sho’ dan mudd yang disebutkan dalam hadits pada
zaman nabi dan para shahabat itu?
Satu mud itu adalah seukuran dua telapak tangan manusia yang
sedang yang dirapatkan/disatukan, lalu dengan keduanya biasa
dipakai untuk mengambil/memenuhi bahan makanan
dengannya. (lihat An-Nihayah fii Ghoribil Hadits wal Atsar, 4/256)
Adapun satu sho’ adalah satu takaran wadah yang mencukupi untuk
memenuhi 4 mudd.
371
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
Seberapa banyakkah takaran satu sho’ pada zaman nabi itu, jika
digunakan dalam takaran atau timbangan masyarakat modern zaman
sekarang ini?
Dari hal ini, kita bisa memahami kenapa para ulama fiqh modern
berbeda-beda dalam menetapkan takaran volume ataupun takaran
berat standart 1 sho’.
372
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
Dalam Shohih Fiqh Sunnah, Syaikh Abu Malik Kamal Sayyid Salim
hafidzahullah menetapkan 1 sho’ itu setara dengan 2.157
kilogram, sesuai dengan 1 sho’ versi standart mesir.
Dari berbagai macam pendapat satu sho’ itu, penulis sebenarnya ingin
menguatkan pendapat dengan mengikuti pengukuran Ahlul Hijaz. Yang
mana di wilayah Hijaz itulah Madinah berada, dan Rasulullah tinggal
disitu pada zaman dahulu kala.
Akan tetapi ketika melihat sesama ulama ahlul hijaz berbeda pendapat
mengenai ukuran satu sho’, yakni antara Syaikh Ibn Baz rohimahulloh
dan diikuti oleh Lajnah Daimah, dengan Syaikh Al-Utsaimin
rohimahulloh. Maka penulis ingin mencoba melihat dari kacamata lain.
39
lihat :
http://simbi.kemenag.go.id/simzat/download/files/syarat_dan_tata_cara_peng
hitungan_zakat.pdf
373
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
Walloohu A’lam
Pada zaman Rasulullah dan para shahabat, zakat fithri selalu dibayarkan
dengan makanan sejumlah satu sho’ tanpa terkecuali. Tidak terdapat
riwayat bahwa zakat fithri boleh digantikan dengan bentuk uang yang
senilai dengan jumlah makanan satu sho’.
Hal itu tidak terjadi hingga sampai zaman kekhalifahan bani Ummayah,
pada pemerintahan Umar bin Abdul ‘Aziz rohimahulloh. Masa ini masih
termasuk pada masa Tabi’in (murid pengikut para shahabat), dan
terpaut hanya satu generasi saja dengan generasi shahabat.
1. Hasan Al Bashri
2. Atha’ bin Abi Robah
3. Abu Hanifah, imam Madzhab Hanafi (pernah berguru juga
kepada Atha’ bin Abi Robah). Dan demikian juga pendapat
374
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
375
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
ولو جاز ألحد االستحسان فً الدٌن لجاز ذلك ألهل العقول،وإ ّنما االستحسان تلذذ
وأن ٌخرج ك ّل أحد، ولجاز أن ٌشرع فً الدٌن فً ك ّل باب،من ؼٌر أهل العلم
لنفسه شرعا ا
376
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
dengan tegas mengatakan bahwa zakat fithri dengan uang itu tidak
sah?
jika orang tersebut adalah orang awam, tidak mengetahui ilmu akan hal
ini, hanya taqlid dan ikut-ikutan perkataan ulama yang
membolehkannya saja. Maka zakat fithri nya sah, dan tidak perlu untuk
mengulanginya lagi dengan membayarkan zakat fithri dengan makanan.
Hal ini karena ada udzur bagi mereka karena ketidak tahuannya.
Hal ini sebagaimana yang dijelaskan oleh islamQA yang dipimpin oleh
Syaikh Muhammad Sholih Al Munajjid hafidzahulloh, dan juga dengan
mengutip dari fatwa Syaikh Al-Utsaimin rohimahulloh.
Beliau menjawab:
40
Lihat : https://islamqa.info/id/109734
377
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
أَ ْو صَا اعا مِنْ َشعٌِر،هللا صَلى هللاُ عَ لَ ٌْ ِه َوسَل َم َز َكا َة الف ِْط ِر صَاعاا مِنْ َت ْمر
ِ َفرَ ضَ رَ سُو ُل
ْ َوأَمَرَ ِبهَا أَن، ٌَر مِنَ المُسْ لِمٌِنب َ
ك الوَ ٌِر
ؽ الص و
َ ،ى َ
ث ْ
ن ُ َوالذ َكر َواأل،َعلَى ال َع ْب ِد َوال ُحر
ِ ِ ِ ِ
اس إِلَى الصالَ ِة ِ ُت َإدى َق ْب َل ُخر
ِ ُوج الن
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mewajibkan zakat fithri
() َز َكا َة الف ِْط ِرdengan satu sha’ kurma atau satu sha’ gandum,
kepada setiap budak atau orang merdeka, laki-laki atau wanita,
anak maupun dewasa, dari kalangan kaum muslimin. Beliau
memerintahkan untuk ditunaikan sebelum masyarakat
berangkat shalat id. (HR. Bukhari)
378
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
َ ْن ُعمَرَ رَ ضِ ًَ هللاُ َع ْن ُهمَا َقا َل َفرَ ضَ الن ِبًُّ صَلى هللاُ َع َل ٌْ ِه َوسَ ل َم
ص َد َق َة ِ َعنْ َنافِع َعنْ اب
ْ َ ْ َ ِْن ا ُ ْ ْ ْ َ ْ ُ
ْالف ِْط ِر أَ ْو َقا َل رَ َمضَانَ َعلى الذك ِر َواألنثى َوال ُحر َوال َمملوكِ صَاعا م تمر أو صَاعاا
ْ َ َ
ً ِصاع ِمنْ بُر َف َكانَ ابْنُ ُعمَرَ رَ ضِ ًَ هللاُ َع ْن ُهمَا ٌُعْ ط َ َمِنْ َشعٌِر َف َع َد َل الناسُ ِب ِه نِصْ ؾ
ٌِر ؽ الص ْن ع
َ ً ِط ُْع
ٌ ََرم ع
ُ ُْن
ب ا َان َ
ك َ
ف ا ٌِرا ع َ
ش ى َ
ط ْع َ الت ْمررَ َفؤَعْ َو َز أَهْ ُل ْال َمدٌِ َن ِة مِنْ الت ْمر َفؤ
ِ ِ
ٌَر حَ تى إِنْ َكانَ لٌُِعْ طِ ً َعنْ َبنًِ َو َكانَ ابْنُ ُعمَرَ رَ ضِ ًَ هللاُ َع ْن ُهمَا ٌُعْ طِ ٌهَا الذٌِن ِ َو ْال َك ِب
ْن
ِ ٌ م
َ ْ
َوٌ وْ َ أ م ْ
َو ٌ ب ر
ِ ِ ِطْ ف ْ
ال ل
َ ب ْ َ
ق َون ُ
ط ُْعٌ وا ُ
ن ا َ
ك و
َ َاٌَ ْق َبلُو َنه
379
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
Yang dimaksud adalah, zakat fithri itu secara harfiah berarti zakat
berupa makanan yang dikeluarkan dan diberikan kepada orang-orang
yang berhak, agar pada hari raya Iedul Fithri ( )عِ ٌْ ُد ْالف ِْط ِرmereka
mempunyai makanan untuk dimakan. Ini karena Al-Fithru ( ) اَ ْلف ِْط ُرsendiri
artinya adalah makan dan sudah tidak berpuasa lagi.
Maka dari itulah syariat menetapkan bahwa pada hari raya Iedul Fithri
( )عِ ٌْ ُد ْالف ِْط ِرitu kaum muslimin diharamkan untuk berpuasa, karena hari
Iedul Fithri itu sendiri bermakna hari raya berbuka puasa. Atau hari raya
“untuk makan-makan” setelah sebulan lamanya kita berpuasa pada
bulan ramadhan.
Dari bekas budak Ibnu Azhar, dia mengatakan bahwa dia pernah
menghadiri shalat ‘ied bersama ‘Umar bin Al Khottob –
radhiyallahu ‘anhu-. ‘Umar pun mengatakan,
ْهللا – صلى هللا علٌه وسلم – َعنْ صِ ٌَام ِِهمَا ٌ َْو ُم ف ِْط ِر ُك ْم مِن ِ َان َنهَى رَ سُو ُل ِ ان ٌ َْوم ِ َه َذ
اآلخ ُر َتؤْ ُكلُونَ فٌِ ِه مِنْ ُن ُس ِك ُك ْم
َ َو ْالٌ َْو ُم، صِ ٌَا ِم ُك ْم
Dan tujuan dari zakat fithri itu juga jelas disebutkan oleh Rasulullah,
untuk memberi makan orang miskin agar mereka memiliki makanan
pada hari raya berbuka dan makan-makan itu.
380
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
،ِط ْهرَ اة لِلصاب ِِم مِنَ الل ْؽ ِو َوالر َفثُ هللا صَلى هللاُ عَ لَ ٌْ ِه َوسَل َم َز َكا َة ْالف ِْطرِ َفرَ ضَ رَ سُو ُل
ِ
،ِ َو َمنْ أَداهَا َبعْ َد الص َالة، َف ِهًَ َز َكاة َم ْقبُولَة،ِ َمنْ أَداهَا َق ْب َل الص َالة،ٌِن ُ َو
ِ طعْ َم اة ل ِْل َمسَاك
تِ ص َد َقة مِنَ الص َد َقا َ ًََف ِه
Setelah kita memahami ini, maka kita faham bahwa petunjuk kapan
waktu bagi kita untuk mengeluarkan zakat fithri adalah pada waktu
yang paling memungkinkan agar orang-orang miskin bisa mempunyai
makanan untuk dimakan pada waktu hari raya Iedul Fithri ()عِ ٌْ ُد ْالف ِْط ِر.
Adapun kapannya, maka rasulullah memang tidak pernah memberikan
jangka waktu secara pasti. Melainkan hanya waktu minimalnya saja,
yakni hingga sebelum sholat Ied dilaksanakan.
َ ًَ َف ِه،ِ َو َمنْ أَداهَا َبعْ َد الص َالة، َف ِهًَ َز َكاة َم ْقبُولَة،َِمنْ أَداهَا َق ْب َل الص َالة
َص َد َقة ِمن
ِ الص َد َقا
ت
381
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
ْن أَ ْو
ِ ٌث ِب َز َكا ِة ْالف ِْط ِر إِلَى الذِي ُتجْ َم ُع عِ ْندَ هُ َق ْب َل ْالف ِْط ِر ِبٌ َْو َم ِ أَن َع ْب َد
ُ َهللا ْبنَ ُعمَرَ َكانَ ٌَ ْبع
َث َال َثة
****
Apakah boleh lebih dari satu hingga tiga hari alias melebihi dari jangka
waktu yang dipraktekkan oleh shahabat Ibnu Umar?
Untuk jawabnya adalah boleh dan tidak masalah, asalkan tujuan zakat
fithri agar orang-orang miskin bisa mempunyai makanan untuk
dimakan pada hari raya Iedul Fithri bisa tercapai.
Hal ini dibolehkan karena adanya qorinah dari hadits shohih riwayat
Bukhari dan Muslim, yang mana Abu Hurairah diberi tugas oleh
Rasulullah menjaga zakat Fithri (di dalam haditsnya disebut dengan
nama Zakat Ramadhan). Dan selama tiga hari Abu Huroiroh selalu
didatangi oleh Syaithon yang menyamar sebagai manusia untuk
mencuri bahan makanan zakat fithri itu, yang mana ketika ditangkap
selalu mengiba agar dilepaskan dan selalu kembali lagi. Hingga pada
hari ketika dilepaskan dengan balasan Abu Huroiroh diajarkan untuk
membaca ayat kursi (QS. Al-Baqoroh : 255) sebelum tidur, maka Allah
akan senantiasa menjaganya ketika tidur dan syaithan tidak akan berani
mendekatinya hingga pagi hari.
382
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
Hadits ini cukup panjang, maka penulis sebutkan secara makna saja.
Dari hadits ini, kita bisa mengambil faedah hukum bahwa makanan
zakat fithri (atau zakat romadhan) itu sudah terkumpul dari jangka
waktu lebih dari tiga hari sebelum hari raya Iedul Fithri ()عِ ٌْ ُد ْالف ِْط ِر.
Belum lagi dalam hadits Abu Huroiroh menjaga zakat fitri itu,
sebenarnya tidak dijelaskan bahwa setelah tiga hari bertemu syaithan
yang menyamar itu besoknya sudah masuk hari raya Iedul Fithri ( عِ ٌْ ُد
)الف ِْط ِر.
ْ Jadi bisa saja hal itu terjadi pada pertengahan Romadhon
ataupun yang lainnya.
Dari hadits ini, maka kita bisa beristinbath bahwa zakat fithri bisa mulai
untuk dikumpulkan lebih dari tiga hari sebelum hari raya Iedul Fithri
()عِ ٌْ ُد ْالف ِْط ِر. Dan penulis lebih menguatkan boleh dimulai sejak awal bulan
ramadhan, karena melihat dari nama lain zakat fithri dengan zakat
ramadhan sebagaimana istilah zakat ramadhan ini yang digunakan
dalam hadits Abu Huroiroh ini.
3. Sejak dari awal bulan Romadhon, asalkan zakat fithri nya bisa
bisa disimpan dan dibagikan oleh panitia penerima zakat (‘Amil
zakat), hingga tujuan agar orang-orang miskin bisa punya
makanan dan ikut makan pada hari raya Iedul Fithri ()عِ ٌْ ُد ْالف ِْط ِر
bisa terpenuhi. Hal ini sebagaimana istimbath dari hadits Abu
383
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
Walloohu A’lam
Kalau ditanyakan, jika batas waktu minimal pemberian zakat Fithri itu
adalah pagi hari sebelum dilaksanakan sholat ‘Ied? Maka apakah itu
bisa dilakukan? Sedangkan di Indonesia itu biasanya sholat Ied itu
dilakukan pada pagi hari sekitar jam 6-7 pagi.
Diakhirkannya waktu Sholat ‘Iedul Fithri itu maksudnya agar kita bisa
memberikan zakat fithri dulu sebelum kita melaksanakan sholat Ied.
384
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
dikumpulkan di masjid dan diurus oleh panitia dan ada tukang jagalnya.
Ini karena orang Arab zaman dulu sudah biasa menyembelih sendiri.
6. Kepada siapakah Zakat Fithri itu diberikan, dan khilaf para ulama
di dalamnya
385
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
Jikalau zakat fithri itu juga diperuntukkan bagi selain fakir miskin,
maka tentu rasulullah akan menjelaskannya.
Walloohu A’lam
Maka jawabnya boleh, sebagaimana kita lihat dari hadits Ibnu Umar
rodhiyalloohu ‘anhu pada pembahasan kapan waktu membagikan zakat
fithri. Beliau Ibnu Umar membagikan zakat fithri itu sendiri.
Walloohu A’lam
386
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
1. Ada suatu bacaan niat tersendiri yang harus dilafadzkan ketika mau
berniat membayar zakat fithri. Bahkan hal itu diperinci dan dibagi-
bagi lagi sehingga dianggap,
a. Untuk zakat fithri yang dikeluarkan untuk diri sendiri, ada lafadh
bacaannya niat sendiri
b. Untuk zakat fithri yang dikeluarkan atas nama istrinya, ada
lafadh bacaannya niat sendiri
c. Untuk zakat fithri yang dikeluarkan atas nama anak laki-lakinya,
ada lafadh bacaannya niat sendiri
d. Untuk zakat fithri yang dikeluarkan atas nama anak
perempuannya, ada lafadh bacaannya niat sendiri
e. Untuk zakat fithri yang dikeluarkan atas nama orang lain yang
menjadi tanggungannya, ada lafadh bacaannya niat sendiri
2. Ada suatu bacaan lafadh ijab qobul tertentu yang harus dibaca,
ketika transaksi penyerahan dan penerimaan zakat fithri.
3. Ada suatu do’a dengan lafal tertentu, yang tidak pernah
dicontohkan oleh Rasulullah. Yang harus dibacakan oleh panitia
penerima zakat fithri, untuk mendoakan orang yang menyerahkan
zakat fithri.
Hal-hal itu semua di atas adalah hal yang diada-adakan dalam syariat
Islam. Hal tersebut tidak pernah dicontohkan oleh Rasululloh
Shalalloohu ‘alaihi wa sallam beserta para shabahat-nya.
387
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
1. Mengenai masalah Niat, maka niat itu tempatnya ada di dalam hati.
Cukup jika kita tau bahwa kita :
a. Sengaja
b. Sadar
c. Dan mengetahui
akan apa-apa yang kita amalkan dan apa yang kita kerjakan,
maka sudah dihitung ada niat di dalamnya.
Maka dari itu tidak perlu untuk dilafalkan, dan bahkan melafalkan
niat itu hanyalah hal yang mengada-ada yang tidak pernah
dicontohkan oleh Rasululloh Shalalloohu ‘alaihi w sallam beserta
para shabahat-nya.
Bagaimana hal itu bisa terjadi? Yang satu makan ketika puasa dan
tidak membatalkan puasa? Sedangkan yang satunya lagi makan
ketika puasa dan membatalkan puasa?
388
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
Dia bisa tau ada niat di dalamnya, asalkan terkumpul padanya 3 hal
itu yakni : Sengaja, Sadar, dan Mengetahui; akan apa-apa yang dia
kerjakan itu.
Zakat Fithri ( ) َز َكاةُ ْالف ِْط ِرkadang disebut juga dengan Shodaqoh Fithri
(ص َد َق َة ْالف ِْط ِر
َ ), sebagaimana hadits dari Ibnu Umar rodhiyalloohu
‘anhu hadits riwayat Bukhori no.1511. Maksud dari saya ingatkan
lagi istilah “shodaqoh fithri” ini adalah untuk diambil istinbath
hukumnya.
389
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
Jika misal kita melakukan serah terima ijab qobul shodaqoh dengan
cara ini kepada seorang pengemis, atau untuk bantuan kepada
orang yang sedang sangat membutuhkan. Maka tentu kita akan
dianggap berlebihan dan tidak pantas!
*****
Maka jika ada ketiga hal itu, maka itu sudah cukup. Dan inilah juga
yang berlaku dalam masalah zakat fithri. Oleh karena itu fahamlah
kita, kenapa rasulullah dan para shahabatnya tidak pernah
mencontohkan adanya suatu lafal ijab qobul tertentu untuk serah
terima zakat fithri itu.
390
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
meminta lafal qobul (penerimaan) tertentu dari sang miskin itu agar
penyerahan zakat fitri kita itu sah? Ataukah kita hendak meminta
surat bukti penerimaan dari sang miskin itu, maka baru zakat fitri
kita sah?
ۚ ك َس َكن لَ ُه ْم
َ صل َعلٌَ ِْه ْم ۚ إِن ص ََال َت
َ ٌه ْم ِبهَا َو َ ُخ ْذ مِنْ أَم َْوال ِِه ْم
ِ ص َد َق اة ُت َطه ُر ُه ْم َو ُت َزك
َوهللاُ َسمٌِع َعلٌِم
391
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
ini adalah zakat badan atau zakat jiwa, bukan zakat maal atau zakat
harta.
Oleh karena itulah bayi dan anak kecil itu tetap dikenakan kewajiban
zakat fithri, yang ditanggung oleh orang tuanya jika orang tuanya
mampu. Maka bagaimana mungkin perkataan ““ ُخ ْذ مِنْ أَم َْوال ِِه ْم
(Ambillah zakat dari sebagian harta mereka) itu juga bisa diberikan
kepada bayi dan anak kecil sedangkan mereka tidak punya harta?
Tapi katakanlah anggap saja ayat itu juga bisa dipakai untuk masalah
zakat fithri, dan tidak khusus untuk zakat yang berkenaan dengan
masalah harta.
Maka jika kita lihat dari berbagai macam lafadh do’a yang
dikhususkan, yang harus dibacakan oleh panitia penerima zakat
fithri, untuk mendoakan orang yang menyerahkan zakat fithri. Maka
do’a-do’a khusus itu tidak ada satu pun sama seperti yang
dicontohkan oleh Rasulullah shalaallohu ‘alaihi wa sallam.
392
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
َعنْ أَ ِبً هُرَ ٌْرَ َة أَن الن ِبً صَلى هللاُ عَ لَ ٌْ ِه َوسَل َم َكانَ إِ َذا أُتًَِ ِب َطعَام سَؤ َ َل َع ْن ُه َفإِنْ قٌِ َل
ص َد َقة لَ ْم ٌَؤْ ُك ْل ِم ْنهَا
َ َهدٌِة أَ َك َل ِم ْنهَا َوإِنْ قٌِ َل
****
Adapun untuk praktek kita jika kita menerima serah terima zakat
fithri dari sang muzakki, maka kita cukup mendoakan dengan do’a
393
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
Itu dengan catatan, jika hadits dan ayat yang berkaitan dengan
masalah zakat harta itu juga dianggap bisa diterapkan untuk zakat
fitri yang berkaitan dengan zakat badan. Yang mana zakat Fithri itu
sebenarnya bukan zakat harta.
Hendaklah hal itu dijauhi dan ditinggalkan. Cukup bagi kita contoh
dari Rasulullah shalalloohu ‘alaihi wa sallam. Walloohu A’lam
394
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
Kata ‘Ied ( ) عِ ٌْدsecara bahasa berarti hari raya atau sesuatu yang selalu
berulang/kembali. Adapun Al-Fithru ( ُ ) اَ ْلف ِْطرberarti berbuka puasa.
Sehingga ketika digabung menjadi Idul Fithri ()عِ ٌْ ُد ْالف ِْط ِر, maka ini
maksudnya “Hari Raya Berbuka Puasa”. Yakni sudah tidak melakukan
puasa lagi, setelah sebulan lamanya berpuasa Ramadhan. Atau dengan
kata lain, hari raya untuk makan-minum, dan berpuasa pada hari ini
diharamkan.
Dari bekas budak Ibnu Azhar, dia mengatakan bahwa dia pernah
menghadiri shalat ‘ied bersama ‘Umar bin Al Khottob –
radhiyallahu ‘anhu-. ‘Umar pun mengatakan,
ْهللا – صلى هللا علٌه وسلم – َعنْ صِ ٌَام ِِهمَا ٌ َْو ُم ف ِْط ِر ُك ْم مِن ِ َان َنهَى رَ سُو ُل ِ َه َذ
ِ ان ٌ َْوم
ُاآلخ ُر َتؤْ ُكلُونَ ِفٌ ِه مِنْ ُن ُس ِكك ْم
َ َو ْالٌ َْو ُم، صِ ٌَا ِم ُك ْم
Jika dikatakan bahwa Al-‘Id ( ) ْال ِعٌْدini berasal dari kata Al-‘Aud () ْالع َْو ُد
yang berarti kembali atau berulang. Maka yang dimaksud adalah hari
dimana kita kembali berbuka puasa, alias tidak puasa lagi. Atau kembali
ke hari-hari yang mana puasa sudah tidak menjadi wajib lagi.
Dikatakan :
395
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
Adapun jika Idul Fithri kemudian dimaknai dengan “hari raya kembali
menjadi suci/fithroh”, maka ini adalah suatu kesalahan. Karena kata
yang disebut adalah Al-Fithru ( ُ ) اَ ْلف ِْطرyang berarti berbuka puasa, bukan
Al-Fithrotu ( ) اَ ْلف ِْطرَ ُةyang berarti suci seperti penciptaan awal atau
fithroh.
Khusus di Indonesia hari raya Idul Fitri sering disebut juga dengan hari
raya “lebaran”, atau “lebaran” Idul Fitri.
Istilah lebaran ini berasal dari bahasa jawa “lebar” yang berarti selesai,
yang kemudian diberi akhiran - an. Orang jawa kadang suka
menambahkan akhiran-an untuk suatu istilah aktivitas. Misal : gojekan
(aktivitas gojek alias bercanda), nekeran (aktivitas bermain neker atau
kelereng), dan lain-lain.
Adapun bahasa jawa yang dimaksud untuk kata “lebar” ini adalah
bahasa jawa kromo inggil, atau bahasa jawa halus yang umumnya
dipakai kasta sosial tinggi atau ningrat . Pemakaian bahasa jawa kromo
inggil “sampun lebar” yang berarti sudah selesai, sama dengan arti “wis
bar” dalam bahasa jawa ngoko atau bahasa jawa kasar yang biasa
dipakai rakyat jelata.
41
Ahkamul ‘Iedain, Syaikh Ali bin Hasan
396
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
Adapun tiga tuntunan syari’at yang paling baku untuk menyambut Idul
Fitri :
1. Melihat hilal (ru’yatul hilal) pada akhir bulan Romadhon bagi yang
mampu, untuk menentukan kapan waktu 1 syawwal yang
merupakan hari raya Idul Fitri.
Aktivitas ru’yatul hilal ini boleh untuk dilakukan siapa saja. Baik itu oleh
individu, utusan organisasi Islam, ataupun badan resmi pemerintah.
Akan tetapi untuk penentuan kapan waktu 1 syawwal-nya, di
kembalikan kepada keputusan pemerintah setelah menimbang
berbagai macam masukan hasil observasi ru’yatul hilal dari berbagai
fihak itu. Hal ini sesuai dengan perkataan Rasulullah Shalallloohu ‘alaihi
wa sallam berikut ini,
َ َواألَضْ حَ ى ٌ َْو َم ُتضَحُّ ون، َ َوالف ِْط ُر ٌ َْو َم ُت ْفطِ رُون، َالص ْو ُم ٌ َْو َم َتصُومُون
397
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
َ
ِ ْأَن رَ ْكباا جَ اءُوا إِلَى الن ِبً صَلى هللاُ َعلَ ٌْ ِه َوسَل َم ٌَ ْش َه ُدونَ أَن ُه ْم رَ أَوُ ا ْال ِه َال َل ِب ْاألم
،س
َوإِ َذا أَصْ َبحُوا أَنْ ٌ َْؽدُوا إِلَى ُمصَال ُه ْم،َفؤَمَرَ ُه ْم أَنْ ٌُ ْفطِ رُوا
َوأَ ْفطِ رُوا لِر ُْإ ٌَ ِت ِه، صُومُوا لِر ُْإ ٌَ ِت ِه
Oleh karena itulah rasulullah berkata ( ، َ َوالف ِْط ُر ٌ َْو َم ُت ْفطِ رُون، َالص ْو ُم ٌ َْو َم َتصُومُون
) “Hari berpuasa (tanggal 1 Ramadhan) adalah pada hari dimana kalian
semua berpuasa. Hari fitri (tanggal 1 Syawal) adalah pada hari dimana
kalian semua melakukan hari raya idul Fitri”, dengan menggunakan
kalimat jamak (yakni pada kalimat َ )ٌ َْو َم ُت ْفطِ رُونyang ditujukan kepada
seluruh shahabat pada waktu itu. Walloohu A’lam
398
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
****
Apakah jika kita mengikuti suatu organisasi Islam yang menetapkan Idul
Fitri berbeda dengan pemerintah, karena organisasi tersebut
menggunakan metode Hisab untuk menentukan 1 syawwal. Maka
apakah amalan kita pada hari Idul Fitri itu batal?
Al Jawab insya Allah tidak batal, sah, akan tetapi tercela. Walloohu
A’lam
Ibnu Mas’ud tetap mengikuti ijtihad Kholifah Utsman untuk tidak meng-
qoshor sholat ketika safar, walaupun beliau tidak setuju dan
menentang keras karena Rasulullah selalu meng-qoshor sholatnya
ketika safar di manapun termasuk ketika haji.
399
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
Kholifah Utsman ber-ijtihad akan hal ini, untuk mengajari para kaum
Muslimin yang berkumpul di musim Haji. Bahwa sholat dhuhur itu 4
rekaat, bukan 2 rekaat. Sholat ‘Ashar itu 4 rekaat, bukan 2 rekaat. Dan
seterusnya.
Dan ketika di hadits lain Ibnu Mas’ud ditanya kenapa dia mencela
ijtihad Kholifah Utsman, namun tetap mengikuti sholat dibelakang
Kholifah Utsman maka beliau menjawab, ( “ ) الخالؾ شرperselisihan itu
tercela! “
ّ فقال عبد، صلّى عثمان بمنىا أربعاا: عن عبد الرحمن بن ٌزٌد قال
:هللا بن مسعود
ومع عمر، ومع أبً بكر ركعتٌن،هللا علٌٌه وسلم ركعتٌن ّ صلٌت مع النبً صلى
400
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
…ثم تفرقت بكم، ومع عثمان صدراا من إمارته ثم أتمّها: زاد عن حفص،ركعتٌن
ً فحدثن: قال األعمش،الطرق فلوددت أن لً من أربع ركعات ركعتٌن متقبلتٌن
ّ معاوٌة بن قرة عن أشٌاخه أن عبد
عبت على عثمان ثم: فقٌل له:هللا صلى أربعا ا قال
الخالؾ شر:صلٌت أربعا ا قال.
3. Bergembira ria di hari raya Idul Fitri dengan makan dan minum,
serta diharamkan untuk berpuasa pada hari ini.
Dari bekas budak Ibnu Azhar, dia mengatakan bahwa dia pernah
menghadiri shalat ‘ied bersama ‘Umar bin Al Khottob –
radhiyallahu ‘anhu-. ‘Umar pun mengatakan,
ْهللا – صلى هللا علٌه وسلم – َعنْ صِ ٌَام ِِهمَا ٌ َْو ُم ف ِْط ِر ُك ْم مِن ِ َان َنهَى رَ سُو ُل ِ َه َذ
ِ ان ٌ َْوم
اآلخ ُر َتؤْ ُكلُونَ فٌِ ِه مِنْ ُن ُس ِك ُك ْم
َ َو ْالٌ َْو ُم، صِ ٌَا ِم ُك ْم
401
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
Melihat hadits ini kita mafhum bahwasanya makan dan minum di hari
Idul Fitri itu sebenarnya bermakna ibadah dan berpahala insya Allah. Ini
karena kita mengikuti aturan syari’at yang melarang untuk berpuasa
pada hari itu.
Betapa gembiranya bagi kita, makan dan minum itu dihitung sebagai
suatu ibadah yang berpahala pada hari Idul Fithri ini. Sungguh suatu
cara ibadah mendekatkan diri yang enak, mudah, dan menyenangkan.
Setelah terbit keputusan pemerintah kapan kita berhari raya Idul Fitri,
terdapat sunnah-sunnah yang Rasulullah contohkan yang sebaiknya kita
lakukan ketika hendak pergi ke lapangan untuk Sholat Ied.
Masalah zakat fithri sedikit penulis tuliskan lagi di sini, sekedar sebagai
pengingat walau penulis sudah membahasnya secara panjang lebar di
topik tersendiri. Hal ini karena Rasulullah memang membolehkan untuk
memberikan zakat fithri tepat sebelum sholat Ied dilaksanakan. Bahkan
sebagian ulama berkata bahwa ini adalah waktu yang paling afdhol.
Waloohu A’lam
402
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
َ ًَ َف ِه،ِ َو َمنْ أَداهَا َبعْ َد الص َالة، َف ِهًَ َز َكاة َم ْقبُولَة،َِمنْ أَداهَا َق ْب َل الص َالة
َص َد َقة ِمن
ِ الص َد َقا
ت
Ini hukumnya sunnah saja, andaikata tidak sempat mandi maka sekedar
wudhu untuk sholat Ied pun juga tidak mengapa.
Dari Nafi’, bahwasanya Ibnu Umar mandi pada saat ‘Iedul fitri
sebelum pergi ke tanah lapang untuk sholat (HR. Malik, sanadnya
shohih)
403
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
هللا صَلى هللاُ َع َل ٌْ ِه َوسَ ل َم َال ٌ َْؽدُو ٌ َْو َم ْالف ِْط ِر حَ تىِ ْن مَالِك َقا َل َكانَ رَ سُو ُل ِ سبِ َعنْ أَ َن
هللا َقا َل حَ د َثنًِ أَ َنس َعنْ الن ِبً صَلى ِ ٌَؤْ ُك َل َتمَرَ ات َو َقا َل مُرَ جؤ ُ بْنُ رَ جَ ااء حَ د َثنًِ ُع َب ٌْ ُد
هللاُ َعلَ ٌْ ِه َوسَ ل َم َوٌَؤْ ُكلُهُن ِو ْترا ا
Dari Anas bin Malik berkata, "Pada hari raya Idul Fithri Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam tidak berangkat untuk melaksanakan
shalat hingga beliau makan beberapa butir kurma."
Ini agar kita tahu bahwa sekarang adalah hari Idul Fithri, yakni hari raya
berbuka. Dan kita sudah tidak berpuasa lagi. Maka dari itulah
disunnahkan bagi kita untuk makan sedikit sekedarnya sebelum
berangkat sholat Ied.
Adapun untuk sholat Iedul Adha berlaku hal yang sebaliknya. Yakni
disunnahkan agar tidak makan dan minum dulu, hingga pulang dari
sholat Iedul Adha.
الَ ٌ َْؽدُو ٌ َْو َم ْالف ِْط ِر حَ تى ٌَؤْ ُك َل َوالَ ٌَؤْ ُك ُل ٌ َْو َم-صلى هللا علٌه وسلم- هللا ِ َكانَ رَ سُو ُل
األَضْ حَ ى حَ تى ٌَرْ ِجعَ َفٌَؤْ ُك َل مِنْ أُضْ حٌِ ِت ِه
404
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
ُّوق َفؤ َ َخ َذهَا َفؤ َ َتى ِبهَا ِ هللا ْبنَ ُعمَرَ َقا َل أَ َخ َذ ُع َم ُر ُجب اة مِنْ إِسْ َت ْبرَ ق ُتبَا ُع فًِ الس ِ أَن َع ْب َد
ْ ْ
هللا ا ْب َتعْ َه ِذ ِه َتجَ م ْل ِبهَا لِلعٌِ ِد َوالوُ فُو ِد
ِ هللا صَلى هللاُ َعلَ ٌْ ِه َوسَل َم َف َقا َل ٌَا رَ ُسو َل ِ رَ سُو َل
ث ُع َم ُر مَا َ هللا صَ لى هللاُ َع َل ٌْ ِه َو َسل َم إِنمَا َه ِذ ِه ِلبَاسُ َمنْ َال َخ َالقَ لَ ُه َفلَ ِب ِ َف َقا َل لَ ُه رَ سُو ُل
هللا صَلى هللاُ عَ لَ ٌْ ِه َوسَل َم ِبجُب ِة دٌِبَاج َفؤ َ ْق َب َل ِبهَا ِ َث ُثم أَرْ َس َل إِلَ ٌْ ِه رَ سُو ُل َ َشاء َء هللاُ أَنْ ٌ َْلب
َت
ك قل إِنمَا َه ِذ ِه ْ ُ َ َ َ
ِ هللا صَلى هللاُ َعل ٌْ ِه َوسَل َم فقا َل ٌَا رَ سُو َل
َ هللا إِن ِ ُع َم ُر َفؤ َ َتى ِبهَا رَ سُو َل
هللا صَلى هللاُ َعلَ ٌْ ِه َوسَل َم ِ ل
ُ ُو
س ََ ر ه
ُ َ
ل ل اقَ َ
ف ة
ِ ُب
ج ْ
ال ه
ِ ذ
ِ ه ب
َِ ًِ َ لإ َتلْ َلِبَاسُ َمنْ َال َخ َالقَ لَ ُه َوأَ س
ْر
ََت ِبٌ ُعهَا أَ ْو ُتصِ ٌبُ ِبهَا حَ اجَ َتك
405
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
Faedah yang bisa kita ambil dari hadits ini adalah pada perkataan Umar
bin Khoththob (هللا ا ْب َتعْ َه ِذ ِه َتجَ م ْل ِبهَا ل ِْلعٌِ ِد َو ْالوُ فُو ِد
ِ “ ) ٌَا رَ سُو َلWahai Rasulullah,
belilah jubah ini sehingga tuan bisa memperbagus penampilan saat
shalat 'Ied atau ketika menyambut para delegasi”.
Adapun yang Rasulullah cela dan tidak setujui adalah masalah laki-laki
memakai pakaian dari sutera, akan tetapi tidak terlarang untuk
mengambil harganya dengan menjualnya. Ini adalah faedah lain yang
bisa diambil dari hadits ini. Walloohu A’lam
هللا رَ ضِ ًَ هللاُ َع ْن ُهمَا َقا َل َكانَ الن ِبًُّ صَ لى هللاُ َعلَ ٌْ ِه َو َسل َم إِ َذا َكانَ ٌ َْو ُم
ِ ْن َع ْب ِد
ِ َعنْ جَ ِاب ِر ب
َعِ ٌد َخا َلؾَ الط ِرٌق
406
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
Hikmah dari menempuh jalan yang berbeda ini adalah agar bisa
bertemu dengan banyak muslimin yang lain, sehingga bisa saling
bersalaman dan saling mendoakan. Selain itu juga agar bisa semakin
memperluas syi’ar Islam di tempat yang berbeda. Walloohu A’lam
ْْن أَ ِبً َطالِب َقا َل مِنْ السُّن ِة أَنْ َت ْخ ُر َج إِلَى ْالعِ ٌ ِد مَاشِ ٌاا َوأَنْ َتؤْ ُك َل َش ٌْ ابا َق ْب َل أَن ِ َعنْ َعلًِ ب
ث عِ ْن َد أَ ْك َث ِر أَهْ ِل ْالع ِْل ِم
ِ ٌَِت ْخ ُر َج َقا َل أَبُو عِ ٌسَى َه َذا حَ دٌِث حَ َسن َو ْال َع َم ُل َعلَى ه ََذا ْالحَ د
ص َال ِة ْالف ِْط ِر َ ٌَِسْ َت ِحبُّونَ أَنْ ٌ َْخ ُر َج الرجُ ُل إِلَى ْالعٌِ ِد مَاشِ ٌاا َوأَنْ ٌَؤْ ُك َل َش ٌْ ابا َق ْب َل أَنْ ٌ َْخ ُر َج ل
ق َقا َل أَبُو عِ ٌسَى َوٌُسْ َتحَ بُّ أَنْ َال ٌَرْ َكبَ إِال مِنْ ع ُْذر
Abu Isa (yakni imam At-Tirmidzi –tamb) berkata, hadits ini hasan,
dan diamalkan oleh kebanyakan para ahli ilmu bahwa mereka
menyukai seseorang keluar menuju shalat Ied dengan berjalan
kaki, dan makan sesuatu sebelum keluar untuk shalat Iedul Fitri.
Abu Isa berkata, dan disukai juga hendaknya tidak berkendara
kecuali karena udzur. [HR. Tirmidzi, hadits no. 530]
407
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
Kenapa dimulai pada malam idul Fithri sebelum kita besok pagi sholat
Ied?
ََو لِ ُت ْك ِملُوا ْالعِد َة َولِ ُت َكبرُوا هللاَ عَ لَى مَا هَدَ ا ُك ْم َولَعَل ُك ْم َت ْش ُكرُون
408
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
Jadi awal waktu takbiran adalah setelah matahari terbenam pada hari
terakhir bulan romadhon. Dan berakhirnya adalah setelah selesai sholat
Iedul Fithri sesuai dengan hadits berikut ini,
Dari Ibnu Abi Dzi’bin dari Az-Zuhri, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi
wa sallam keluar menuju lapangan pada Idul Fithri. Beliau
bertakbir hingga tiba di lapangan dan sampai selesai shalat.
Setelah selesai shalat, beliau menghentikan takbir. (HR Ibnu Abi
Syaibah; dinilai sahih oleh Syaikh Al-Albani)
***
Sekedar tambahan :
Untuk Idul Adha yang jatuh pada tanggal 10 dzulhijjah, takbiran atau
memperbanyak takbir itu dimulai sejak tanggal 1 dzulhijjah. Dan
berakhir setelah selesai hari tasyrik, yakni pada tanggal 13 dzulhijjah.
Sedangkan untuk Idul Fitri takbiran hanya dimulai pada malam hari
pada hari terakhir kita berpuasa. Dan takbiran selesai setelah kita
selesai sholat Iedul Fithri. Selebihnya kita tinggal makan-makan untuk
merayakan hari Iedul Fithri dan tidak bertakbir lagi.
***
409
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
dibatasi hanya ketika berada di masjid saja. Dan juga tidak dibatasi
ketika dalam perjalanan menuju tempat sholat Ied hingga sholat Ied
saja.
Tapi sepanjang waktu takbiran Iedul Fithri itu, kita boleh bertakbir di
mana saja.
Karena sifat takbir Ied ini sendiri-sendiri. Maka tidak perlu dikomandoi
untuk takbiran, dan juga tidak perlu memakai pengeras suara. Apalagi
dengan melakukan konvoi yang memacetkan jalanan sambil membawa
bedug ke mana-mana. Ini justru malah membikin madhorot dan
terlarang.
ِ و، هللا ُۚ أَك َب ُر، َو هللا ُۚ أَك َب ُر، الَ ِإل َه ِإال هللا، هللا ُۚ أَك َب ُر، هللا ُۚ أَك َب ُر
هلل الحَ م ُد
Lafal takbir yang lain lagi dari Ibnu Mas’ud rodhiyalloohu anhu :
ِ و، َو هللا ُۚ أَك َب ُر، الَ إِل َه ِإال هللا، هللا ُۚ أَك َب ُر، هللا ُۚ أَك َب ُر، هللا ُۚ أَك َب ُر
هلل الحَ م ُد
هللا ُۚ أَك َب ُر َعلَى، هللا ُۚ أَك َب ُر و أَجَ ُّل، هلل الحَ م ُد
ِ و، هللا ُۚ أَك َب ُر، هللا ُۚ أَك َب ُر، هلل ُۚ أَك َب ُر
مَا َهدَا َنا
410
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
Sehingga jika ada lafal takbir yang digunakan yang selain dari riwayat
dari para shahabat itu, maka hal itu insya Allah tidak mengapa.
Walloohu A’lam
هللا صَلى هللاُ َعلَ ٌْ ِه َوسَل َم إِ َذا ا ِْل َت َق ْوا ٌ َْو َم
ِ ُولِ َكانَ أَصْ حَ ابُ رَ س: ْن ُن َفٌْر َقا َل
ِ فعن ُج َبٌ ِْر ب
إسناده حسن: قال الحافظ. َت َقب َل هللاُ مِنا َو ِم ْنك: ض ُه ْم لِ َبعْ ض ُ ْ ْالعٌِ ِد ٌَقُو ُل َبع.
[Al Hafizh Ibnu Hajar mengatakan bahwa sanad hadits ini hasan.
Fathul Bari, Ibnu Hajar Al Asqolani, Darul Ma’rifah, 1379, 2/446.
Syaikh Al Albani dalam Tamamul Minnah (354) mengatakan
bahwa sanad riwayat ini shahih.]
Do’a inilah yang tepat dengan maksud dan tujuan ibadah selama bulan
Ramadhan.
411
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
Adapun saling mengucapkan “Selamat hari raya Idul FItri”, maka hal itu
juga tidak mengapa. Baik dengan diiringi saling bersalaman dan saling
berpelukan. Karena ini adalah hari raya dan hari kegembiraan, maka
sudah sewajarnya untuk saling mengucapkan selamat.
Beliau menjawab:
“Ucapan selamat hari raya itu boleh-boleh saja, dan tidak ada
redaksi tertentu, dan apa yang biasa dilakukan dan diucapkan
oleh masyarakat itu boleh-boleh saja, selama tidak mengandung
dosa”.
Beliau menjawab:
412
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
Hal ini akan kita bahas sendiri dalam topik “bolehkah unsur budaya
masuk untuk turut merayakan kegembiraan hari raya Idul Fithri ?”,
insya Allah
Tempat sholat Ied adalah di tanah lapang yang luas, yang mana kaum
muslimin dalam jumlah banyak dapat berkumpul dan bersama-sama
melaksanakan sholat Idul Fithri. Hadits-hadits yang menyebutkan
dengan lafal Musholla ( ُمصَلى, yang secara harfiah berarti tempat
sholat) di dalam hadits riwayat Bukhori ataupun riwayat Muslim, maka
yang dimaksud adalah tanah lapang yang luas.
َعنْ أَ ِبً هُرَ ٌْرَ َة أَن ُه أَصَ ا َب ُه ْم َم َطر فًِ ٌ َْو ِم عِ ٌد َفصَلى ِب ِه ْم الن ِبًُّ صَ لى هللاُ َع َل ٌْ ِه َوسَل َم
ص ََال َة ْالعٌِ ِد فًِ ْال َمسْ ِج ِد
42
Lihat : https://islamqa.info/id/49021
413
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
*HR. Abu Daud, kitab “Ash sholaah”, bab “Yusholli binnaasi al-‘iid
fil masjidi idzaa kaana yaum mathor” (Sholat Ied di Masjid
bersama manusia ketika hujan”, hadits no. 1160. Diriwayatkan
juga dalam Ibnu Majah, hadits no. 1313]
Oleh karena itu hadits ini terang menjelaskan bahwa arti musholla yang
dimaksud adalah tanah lapang, bukan masjid. Maka tempat yang paling
utama untuk melaksanakan sholat Ied adalah di tanah lapang bukan di
dalam masjid. Masjid hanya dijadikan alternative saja jikalau terjadi
hujan.
Hal ini tidak lain karena tempat sholat Ied itu dilakukan di tanah lapang
yang jauh dari rumah Rasulullah, dan bukan dilaksanakan di masjid
Nabawi.
Hikmah lain dari sholat Ied dilaksanakan di tanah lapang adalah agar
syi’ar Islam makin luas dan makin tampak. Walloohu A’lam
414
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
Hadits yang diambil faedahnya untuk masalah waktu sholat Ied adalah
pada perkataan “ َوإِ َذا أَصْ َب ُحوا أَنْ ٌ َْؽدُوا إِلَى ُمصَال ُه ْم، “ (dan memerintahkan
jika telah datang waktu pagi untuk berangkat ke tanah lapang).
Para ulama memperinci, bahwa waktu pagi hari yang dimaksud itu
adalah pada waktu dhuha. Yakni ketika tinggi matahari kira-kira masih
setinggi tombak, dan berakhir ketika waktu zawal (waktu mulai
tergelincirnya matahari ke arah barat, yakni waktu dzuhur). Maka dari
itu jangka waktu untuk sholat Ied itu sebenarnya panjang.
“Waktu shalat Idul Fithri dan Idul Adha adalah setelah tingginya
matahari seukuran satu tombak sampai tergelincir. Dan terjadi
ijma (kesepatakan) atas apa yang diambil faedah dari hadits-
hadits, sekalipun tidak tegak hujjah dengan semisalnya. Adapun
akhir waktunya adalah saat tergelincir matahari” *Al-Mau’idhah
Al-Hasanah 43,44]
415
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
“Waktu shalat Idul Fithri dan Idul Adha adalah dimulai dari
naiknya matahari setinggi satu tombak sampai tergelincir. Yang
paling utama, shalat Idul Adha dilakukan di awal waktu agar
manusia dapat menyembelih hewan-hewan kurban mereka,
sedangkan shalat Idul Fithri diakhirkan agar manusia dapat
mengeluarkan zakat Fithri mereka” *Minhajul Muslim 278+
Dan khusus untuk waktu sholat iedul Fithri, maka sebaiknya diakhirkan
agar masih ada waktu untuk mengeluarkan zakat Fithri. Bahkan waktu
ini sebenarnya adalah waktu yang paling afdhol, sebagaimana hadits
Rasulullah shalalloohu ‘alaihi wa sallam berikut ini,
َ ًَ َف ِه،ِ َو َمنْ أَداهَا َبعْ َد الص َالة، َف ِهًَ َز َكاة َم ْقبُو َلة،َِمنْ أَداهَا َق ْب َل الص َالة
َص َد َقة مِن
ِ الص َد َقا
ت
ًَِعنْ ْالبَرَ ا ِء َقا َل َخ َط َب َنا الن ِبًُّ صَ لى هللاُ َع َل ٌْ ِه َوسَل َم ٌ َْو َم النحْ ِر َقا َل إِن أَو َل مَا َن ْبدَأ ُ ِب ِه ف
ْصابَ سُن َت َنا َو َمنْ َذ َب َح َق ْب َل أَن
َ َك َف َق ْد أ
َ ٌِ َْو ِم َنا ه ََذا أَنْ ُنصَلًَ ُثم َنرْ ِجععَ َف َن ْنحَ رَ َف َمنْ َف َع َل َذل
ٌُصَلًَ َفإِنمَا ه َُو لَحْ م عَجلَ ُه ِألَهْ ِل ِه لَ ٌْسَ ِمنْ ال ُّنسُكِ فًِ َشًْ ء َف َقا َم َخالًِ أَبُو بُرْ دَ َة بْنُ ِنٌَار
ت َق ْب َل أَنْ أُصَ لًَ َوعِ ْندِي جَ َذ َعة َخٌْر مِنْ مُسِ نة َقا َل اجْ ع َْلهَا ُ ْهللا أَ َنا َذ َبح
ِ َف َقال َل ٌَا رَ سُو َل
ََم َكا َنهَا أَ ْو َقا َل ْاذ َبحْ هَا َولَنْ َتجْ ِزيَ جَ َذعَة َعنْ أحَ د َبعْ َدك
َ
416
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
Faedah hukum yang di ambil dari hadits ini adalah pada perkataan
Rasulullah ( َ“ ) أَو َل مَا َن ْبدَأ ُ ِب ِه فًِ ٌ َْو ِم َنا َه َذا أَنْ ُنصَلًَ ُثم َنرْ ِجعَ َف َن ْنحَ رSesungguhnya
yang pertama kali kami lakukan pada hari Raya kami ini adalah shalat.
Kemudian kami pulang dan melaksanakan penyembelihan kurban”.
Sehingga waktu pelaksanaan sholat Iedul Adha yang paling afdhol
adalah pada awal waktu, karena hadits ini berkaitan dengan sholat
dhuha.
417
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
َاري َق َاال َل ْم ٌَ ُكنْ ٌ َُإذنُ ٌ َْو َم ْالف ِْط ِر َو َال ٌ َْو َم َ ِ َعنْ ابْن عَباس َو َعنْ جَ ابر بْن َع ْب ِد
ِ هللا ْاأل ْنص ِ ِِ ِ
َُّاري ْ َ ْ ِ ك َفؤ َ ْخبَرَ نًِ َقا َل أخبَرَ نًِ جَ ِاب ُر بْنُ عَ ْب ِد
ْ َ َ ِْاألَضْ حَ ى ُثم َسؤ َ ْل ُت ُه َبعْ َد حٌِن َعنْ َذل
ِ هللا األنص
ْ َ َ
ِ ْ أنْ َال أ َذانَ لِلص َال ِة ٌ َْو َم ْالفِط ِر حٌِنَ ٌ َْخرُ ُج
اْلمَا ُم َو َال َبعْ َد مَا ٌ َْخ ُر ُج َو َال إِ َقا َم َة َو َال ِندَاا َء
ََو َال َشًْ َء َال نِدَ ا َء ٌ َْو َمبِذ َو َال إِ َقا َمة
Dari Ibnu Abbas dan dari Jabir bin Abdullah Al Anshari keduanya
berkata; "Tidak pernah dikumandangkan adzan pada saat Iedul
Fithri dan tidak pula pada saat shalat Iedul Adlha."
ِ ٌْن عَباس أَن الن ِبً صَ لى هللاُ َع َل ٌْ ِه َوسَل َم َخرَ َج ٌ َْو َم ْالف ِْط ِر َفصَلى رَ ْك َع َت
ْن لَ ْم ٌُصَل ِ َعنْ اب
َق ْبلَهَا َو َال َبعْ َدهَا َو َم َع ُه ِب َالل
418
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
هللا صَ لى هللاُ َعلَ ٌْ ِه َوسَ ل َم َكانَ ٌُ َكب ُر فًِ ْالف ِْط ِر َو ْاألَضْ حَ ى فًِ ْاألُولَى ِ عَا ِب َش َة أَن رَ سُو َل
َس ْبعَ َت ْك ِبٌرَ ات َوفًِ الثا ِن ٌَ ِة َخمْ اسا
ِ حَ د َث َن َنا ابْنُ السرْ ِح أَ ْخبَرَ َنا ابْنُ َوهْ ب أَ ْخبَرَ نًِ ابْنُ لَ ِهٌ َع َة َعنْ َخالِ ِد ب
ِ ْن ٌ َِزٌ َد َعنْ اب
ْن
ِ شِ هَاب ِب ِإسْ َنا ِد ِه َو َمعْ َنا ُه َقا َل سِ َوى َت ْك ِبٌرَ َتًْ الرُّ ُك
وع
Mungkin jika ada pertanyaan kenapa pembahasan sholat Ied ini sampai
dikaitkan dengan masalah sholat jenazah, bahkan sampai membawa
419
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
Ini karena adanya hadits “cara lain” dalam masalah takbir di sholat Ied,
yang sama seperti di sholat jenazah. Maka dari itu pembahasan
masalah mengangkat tangan ketika di takbir zawaid dalam sholat Ied
pun juga dibawa ke dalam pembahasan itu.
Bahwa Sa'id bin Al 'Ash bertanya kepada Abu Musa Al Asy'ari dan
Hudzaifah bin Yaman; "Bagaimanakah cara Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam bertakbir pada hari raya Adha dan Fithri?"
Ini adalah “cara lain” dalam masalah takbir. Adapun yang penulis
kuatkan adalah cara 7 takbir dalam rekaat pertama, dan 5 takbir dalam
rekaat kedua. Adapun yang ingin melakukan takbir empat kali, maka itu
juga boleh karena ada haditsnya.
Walloohu A’lam
420
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
Jadi boleh berdzikir untuk memuji Allah di antara takbir zawaid tersebut
dengan jenis dzikir yang tidak ditentukan. Dan boleh juga untuk diam.
Ini karena tidak ada petunjuk khusus dari Rasulullah shalalloohu ‘alaihi
wa sallam mengenai hal ini, dan Ibnu Mas’ud juga tidak memerinci
masalah apa bacaan dzikir pujian dan sanjungan yang diucapkan.
Walloohu A’lam
*Hr. Muslim, kitab Sholaatul ‘iedain, bab “Maa qoro-a bihi fii
sholaatil ‘iedain” (apa yang dibaca pada sholat dua hari raya),
hadits no. 891]
ُ
ًِْن َوف ِ ٌهللا صَلى هللاُ عَ لَ ٌْ ِه َوسَل َم ٌَ ْقرَ أ فًِ ْالعِ ٌ َد
ِ ْن بَشِ ٌر َقا َل َكانَ رَ سُو ُل ِ َعنْ ال ُّنعْ م
ِ َان ب
ٌُِث ْال َؽاشِ ٌَ ِة َقا َل َوإِ َذا اجْ َتمَعَ ْال ِعٌ ُد َو ْال ُج ُم َعة
ُ ك حَ دَ ك ْاألَعْ لَى َو َه ْل أَ َتا
َ ْال ُج ُم َع ِة ِبسَ ب ِح اسْ َم رَ ب
421
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
ِ ٌْن ُعمَرَ أَن الن ِبً صَ لى هللاُ َعلَ ٌْ ِه َوسَل َم َوأَبَا َب ْكر َو ُعمَرَ َكا ُنوا ٌُصَ لُّونَ ْالعٌِ َد
ْن َق ْب َل ِ َعنْ اب
ْال ُخ ْط َب ِة
422
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
Yakni karena sholat Ied dan khothbah dilakukan di tempat lapang, maka
sangat mungkin suara khothbah rasulullah tidak terdengar sampai di
shoff wanita di belakang. Oleh karena itu, maka rasulullah pun khusus
mendatangi shoff kaum wanita untuk memberikan nasehat dan
menghasung mereka dengan berkhothbah khusus bagi kaum wanita.
Adapun pada zaman sekarang ini, penulis berpendapat bahwa hal itu
sudah kurang relevan. Karena dengan adanya sound system yang
423
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
Walloohu A’lam
Baik itu dari kalangan wanita remaja, wanita yang dipingit, dan juga
wanita haidh. Tentu saja wanita haidh tidak ikut sholat Ied, namun
hanya disuruh untuk hadir di tempat sholat Ied saja.
424
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
هللا صَ لى هللاُ َعلَ ٌْ ِه َوسَل َم أَنْ ُن ْخ ِرجَ هُن فًِ ْالف ِْط ِر ِ ت أَمَرَ َنا رَ سُو ُل ْ َعنْ أُم عَطِ ٌ َة َقا َل
َُور َفؤَما ْالحُ ٌضُ َف ٌَعْ َت ِز ْلنَ الص َال َة َو ٌَ ْشه َْدن ِ د ُ
خ ْ
ال ت
ِ ا و
َ َ
ذ و
َ َض ٌ ح
ُ ْ
ال و
َ َق َو ْاألَضْ حَ ى ْالع ََوا ِت
هللا إِحْ دَان َنا َال ٌَ ُكونُ لَهَا ِج ْلبَاب َقا َل لِ ُت ْل ِبسْ هَا أ ُ ْخ ُتهَا
ِ ت ٌَا رَ سُو َل ُ ْال َخ ٌْرَ َو َدعْ َو َة ْالمُسْ لِمٌِنَ قُ ْل
ِ مِنْ ِج ْلب
َابهَا
Beliau berdalil dengan hadits yang berasal dari persaksian Ibnu Abbas
rodhiyalloohu ‘anhu mengenai bagaimana Rasulullah secara khusus
mendatangi shoff tempat sholat wanita setelah selesai khothbah Ied,
sebagaimana yang telah kami sebutkan sebelumnya. Sedangkan pada
waktu itu Ibnu Abbas masih anak kecil, karena beliau termasuk
shoghirush shohabah (shahabat kecil). Walloohu A’lam.
***
425
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
Ini adalah hal yang salah. Karena walaupun sholat Ied itu adalah salah
satu syi’ar besar Islam yang tidak boleh untuk kita remehkan, namun
sholat 5 waktu itu hukumnya wajib untuk dikerjakan dan kedudukannya
jauh lebih tinggi dibandingkan sholat Ied.
Ancaman meninggalkan sholat 5 waktu juga jauh lebih besar dan lebih
berbahaya, karena sholat 5 waktu merupakan salah satu rukun Islam.
Adapun sholat Ied bukanlah termasuk rukun Islam, walaupun termasuk
dalam syi’ar Islam yang besar.
426
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
Sunnah-sunnah kembali dari sholat Ied hanya ada beberapa saja, yakni :
هللا صَلى هللاُ َعلَ ٌْ ِه َوسَل َم إِ َذا ا ِْل َت َق ْوا ٌ َْو َم
ِ ُولِ َكانَ أَصْ حَ ابُ رَ س: ْن ُن َفٌْر َقا َل
ِ فعن ُج َبٌ ِْر ب
إسناده حسن: قال الحافظ. َت َقب َل هللاُ مِنا َو ِم ْنك: ض ُه ْم لِ َبعْ ض ُ ْ ْالعٌِ ِد ٌَقُو ُل َبع.
[Al Hafizh Ibnu Hajar mengatakan bahwa sanad hadits ini hasan.
Fathul Bari, Ibnu Hajar Al Asqolani, Darul Ma’rifah, 1379, 2/446.
Syaikh Al Albani dalam Tamamul Minnah (354) mengatakan
bahwa sanad riwayat ini shahih.]
هللا رَ ضِ ًَ هللاُ َع ْن ُهمَا َقا َل َكانَ الن ِبًُّ صَ لى هللاُ َعلَ ٌْ ِه َو َسل َم إِ َذا َكانَ ٌ َْو ُم
ِ ْن َع ْب ِد
ِ َعنْ جَ ِاب ِر ب
َعِ ٌد َخا َلؾَ الط ِرٌق
427
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
Sunnah pada setiap hari raya ummat Islam adalah dengan cara
bergembira. Dan khusus pada hari raya Idul Fithri adalah bergembira
dengan cara makan-minum untuk merayakan “hari buka puasa”.
Berpuasa pada hari raya Idul Fithri ini hukumnya haram.
Dari bekas budak Ibnu Azhar, dia mengatakan bahwa dia pernah
menghadiri shalat ‘ied bersama ‘Umar bin Al Khottob –
radhiyallahu ‘anhu-. ‘Umar pun mengatakan,
ْهللا – صلى هللا علٌه وسلم – َعنْ صِ ٌَام ِِهمَا ٌ َْو ُم ف ِْط ِر ُك ْم مِن ِ َان َنهَى رَ سُو ُل ِ ان ٌ َْوم ِ َه َذ
ُاآلخ ُر َتؤْ ُكلُونَ فٌِ ِه مِنْ ُن ُس ِكك ْم
َ َو ْالٌ َْو ُم، صِ ٌَا ِم ُك ْم
428
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
ًِب ُحجْ رَ ت ِ هللا صَلى هللاُ َع َل ٌْ ِه َوسَ ل َم ٌَ ُقو ُم عَ َلى بَا ِ ْت رَ سُو َل ُ ٌَهللا َل َق ْد رَ أ
ِ ت َعا ِب َش ُة َو ْ ََقال
هللا صَلى هللاُ َعلَ ٌْ ِه َوسَل َم ٌَسْ ُت ُرنًِ ِب ِردَا ِب ِه ِ ُول
ِ س َر د
ِ ج
ِ ْسمَ ًِ
ف مه
ِِْ ِاب ح
َِر ب ب
َُون ع
َ ْ
َلٌ ُ
ة َ
ش بَ َح َو ْال
َص ِرؾُ َفا ْق ِدرُوا َق ْدرَ ظرَ ِإلَى لَع ِِب ِه ْم ُثم ٌَقُو ُم مِنْ أَجْ لًِ حَ تى أَ ُكونَ أَ َنا التًِ أَ ْن ُ لِ َكًْ أَ ْن
ار ٌَ ِة ْالحَ دٌِ َث ِة السن حَ ِرٌص اَة َعلَى الله ِْو ِ َْالج
Aisyah berkata; "Demi Allah sungguh saya melihat Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam berdiri di pintu kamarku, sementara
orang-orang Habasyah sedang bermain tombak di masjid
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, maka beliau menutupiku
dengan kainnya agar aku dapat melihat permainan mereka.
Kemudian beliau berdiri (agar aku lebih leluasa melihat), sampai
saya sendiri yang berhenti (setelah bosan) melihatnya. Karena
itu, berilah keleluasaan kepada anak-anak wanita untuk
bermain." *Hr. Muslim, Kitab Sholaatul ‘Iedain, bab “Ar-rukhshoh
fil la’ab alladzii laa ma’shiyah fiihi fii ayyamil ‘iid”, hadits no. 892
dalam lafal yang lain]
429
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
430
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
Kisah Perang Buats yang dinyanyikan oleh budak wanita itu, adalah
kisah perang menangnya suku Aus atas suku Khozroj pada zaman
sebelum Islam. Dan kemudian dinyanyikan dengan iringan tabuhan
rebana. Oleh karena itu, ini termasuk budaya juga.
Oleh karena itu secara hukum asal, unsur budaya boleh-boleh saja
masuk merayakan kegembiraan hari raya Idul Fithri, sepanjang itu
bukanlah hal yang maksiat ataupun hal yang bertentangan dengan
syariat Islam. Walloohu A’lam.
Adapun unsur budaya yang ikut merayakan hari raya Idul Fithri, yang
umumnya ada di Indonesia adalah sebagai berikut :
Hal ini tidak ada masalah karena itu bukan hal yang maksiat, dan
bahkan justru diperintahkan dalam syariat Islam. Hanya saja ada kritik
yang perlu untuk kita sampaikan berkaitan dengan budaya mudik ini.
431
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
Hal ini tidak masalah, dan ini adalah hal yang bagus. Hanya saja
janganlah sampai waktu untuk mempersiapkan berbagai macam
makanan itu, mensia-siakan hari-hari terakhir romadhon untuk
menyambut Lailatul Qodr.
Hal ini mubah dan tidak mengapa. Hanya saja praktek jual beli “uang
dengan uang” untuk mendapatkan uang kertas baru (receh) guna
persiapan untuk diberikan kepada anak-anak kecil itu. Yang mana
uang kertas receh baru itu dibayar dengan harga sedikit lebih tinggi,
maka itu termasuk riba yang harus dihindarkan.
Seharusnya kalau memang sudah tidak ada uang kertas baru, maka
tidak mengapa dengan uang kertas yang lama dan lusuh saja dari
pada harus membeli uang kertas baru dengan cara riba.
Bersalaman dan saling meminta maaf itu adalah syariat utama untuk
mempererat rasa persaudaraan. Akan tetapi kalau itu hanya sah dan
memiliki arti jika dilakukan :
432
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
ٌَا أَ ٌُّهَا الذٌِنَ آ َم ُنوا ُكتِبَ َع َل ٌْ ُك ُم ْالقِصَ اصُ فًِ ْال َق ْتلَى ۚ ْال ُحرُّ ِب ْال ُحر َو ْالعَ ْب ُد ِب ْال َع ْب ِد َو ْاألُن َثى
َ ِِب ْاألُن َثى ۚ َف َمنْ ُعفًَِ لَ ُه مِنْ أَخٌِ ِه َشًْ ء َفاتبَاع ِب ْال َمعْ رُوؾِ َوأَدَاء إِلَ ٌْ ِه ِب ِإحْ سَان ۚ َذل
ك
َاصِ ك َفلَ ُه َع َذاب أَلٌِم () َولَ ُك ْم فًِ ْال ِقص َ َِن اعْ َت َدى َبعْ َد َذل
ِ َت ْخفٌِؾ من رب ُك ْم َورَ حْ مَة ۚ َفم
ِ حَ ٌَاة ٌَا أُولًِ ْاألَ ْلبَا
َب لَعَل ُك ْم َتتقُون
من كانت له مظلمة ألخٌه من عرضه أو شًء فلٌتحلله منه الٌوم قبل أن ال ٌكون
دٌنار وال درهم إن كان له عمل صالح أخذ منه بقدر مظلمته وإن لم تكن له حسنات
أخذ من سٌبات صاحبه فحمل علٌه
433
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
Sebagai contoh :
َ اَ ْل ُم ْفلِسُ ِف ٌْ َنا َمنْ ال:هللا صلى هللا علٌه وسلم َقا َل ―أَ َت ْدر ُْونَ مَا ْال ُم ْفلِسُ ؟‖ َقالُ ْوا ِ أَن رَ س ُْو َل
صالَة َوصِ ٌَام َ ٌَؤْتًِ ٌ َْو َم ْال ِقٌَا َم ِة ِب،ًِ َف َقا َل ―إِن ْال ُم ْفلِسسَ ِمنْ أُمت. َدِرْ َه َم لَ ُه َوالَ َم َتاع
.ضرَ بَ ه َذا َ َو،ك َد َم ه َذا َ َو َس َف، َوأَ َك َل مَا َل ه َذا، َو َق َذؾَ ه َذا، َوٌَؤْتًِ َق ْد َش َت َم ه َذا،َو َز َكاة
434
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
Jika fihak yang terdzolimi tidak berkenan dan tidak menyukai “aji
mumpung” pemaksaan atas nama budaya ini. Maka itu adalah haknya.
Dan saling salam-bersalaman untuk meminta maaf ini hanya akan
dianggap sebagai seremonial budaya semata saja. Adapun perhitungan
di akhirat masih akan tetap berjalan. Walloohu A’lam
****
435
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
Fokus disini adalah pada perkataan dalam hadits “( “ ُؼفِرَ لَ ُهمَاyakni,
diampuni bagi keduanya). Yang mana tidak dikatakan “( “ ُؼفِرَ َب ٌْ َن ُهمَاyakni,
diampuni diantara keduanya). Sehingga hadits itu sebenarnya
bermakna, saling bersalaman itu adalah suatu dapat menggugurkan
dosa keduanya. Yakni dosa mereka berdua kepada Allah, yakni dosa
kecil. Bukan dosa kedzoliman yang terjadi diantara keduanya, yakni
dosa kedzoliman antara sesama manusia.
5. Budaya Sungkeman
436
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
Secara kajian Islam, seorang anak meminta maaf kepada kedua orang
tuanya itu adalah hal yang baik. Bahkan -insya Allah- sang orang tua
akan ikhlash dan lebih tulus untuk memaafkan kesalahan anaknya,
karena itu adalah anaknya sendiri. Ini akan lebih ikhlash dibandingkan
dengan acara salaman saling minta maaf kepada orang lain secara
umum, yang kadang hanya untuk sekedar ramah tamah saja.
437
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
Adapun mencium tangan, maka ini juga dianggap sama seperti ruku’
karena hal ini dilakukan dengan cara membungkukkan badan.
: حَ د َث َنا أَ ُبو َنصْ ر التما ُر َقا َل:ار الصُّوفًُِّ ِبب َْؽدَا َد َقا َل ِ ْن َع ْب ِد ْالجَ بِ حَ د َث َنا َأحْ َم ُد بْنُ ْالحَ َس ِن ب
،ْن األَ ْك َو ِعِ ب ةَ مَ َ لسَ ْن ع
َ ، ٌن ز َر
ِ ِ ِ ْن
ب َن م ْح الر دِ ْ
ب ع
َ ْن ع
َ ، ًٌُِّم و ز ُ ْ
َخم حَ د َث َنا عَ طاؾُ بْنُ َخالِد ْال
َ َف َل ْم ٌُ ْنكِرْ َذلِك،صلى هللاُ َعلٌَ ِه َوسَل َم َف َقب ْل َناهَا َ هللا ِ ت ِب ٌَدِي َه ِذ ِه رَ سُو َل ُ ْ " بَا ٌَع:" َقا َل
43
Adapun untuk perincian masalah perbincangan hadits ini, bisa dilihat di
tulisan Ustadz Abul Jauzaa’ berikut ini : http://abul-
jauzaa.blogspot.co.id/2011/06/lemah-hadits-wahai-rasulullah-apakah.html
438
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
Dan demikian juga riwayat dari para shahabat dan salaf yang lain, yang
44
mereka pernah mencium tangan orang-orang yang dihormatinya .
****
ٌدل مجموعها على ثبوت ذلك عن،وأما تقبٌل الٌد ففً الباب أحادٌث وآثار كثٌرة
فنرى جواز تقبٌل ٌد العالم إذا توفرت الشروط،رسول هللا صلى هللا علٌه وسلم
اآلتٌة:-
1 - أال ٌتخذ عادة بحٌث ٌتطبع العالم على مد ٌده إلى تالمذته وٌتطبع على التبرك
وما كان، فإن النبً صلى هللا علٌه وسلم وإن قبلت ٌده فإنما كان على الندرة،بذلك
كذلك فال ٌجوز أن ٌجعل سنة مستمرة كما هو معلوم من القواعد الفقهٌة.
2 - ورإٌته لنفسه كما هو الواقع مع بعض،أال ٌدعو ذلك إلى تكبر العالم على ؼٌره
المشاٌخ الٌوم
3 - فإنها مشروعة بفعله، كسنة المصافحة،أال ٌإدي ذلك إلى تعطٌل سنة معلومة
وهً سبب تساقط ذنوب المتصافحٌن كما روي فً ؼٌر،صلى هللا علٌه وسلم وقوله
فال ٌجوز إلؽاإها من أجل أمر أحسن أحواله أنه جابز،ما حدٌث واحد.
44
Lihat : http://abul-jauzaa.blogspot.co.id/2011/06/hukum-mencium-tangan-
orang-tua-atau.html
439
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
***
440
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
rohimahulloh. Implikasi dari fatwa ini, maka baik hukum cium tangan
ataupun hukum sungkeman dikembalikan kepada keumuman fatwa
larangan menundukkan kepala sebagai bentuk penghormatan ini.
وصلى هللا على نبٌنا محمد وآله وصحبه وسلم، وباهلل التوفٌق.
اللجنة الدابمة للبحوث العلمٌة واْلفتاء
عبد العزٌز بن عبد هللا بن باز الربٌس
عبد الرزاق عفٌفً نابب الربٌس
عبد هللا بن ؼدٌان عضو
عبد هللا بن قعود عضو
Pertanyaan kedua dari fatwa no 6779
Fatwa ini ditandatangani oleh Syaikh Abdul Aziz bin Baz sebagai
ketua Lajnah Daimah, Syaikh Abdurrazaq Afifi sebagai wakil
ketua, Syaikh Abdullah bin Ghadayan dan Syaikh Abdullah bin
Qaud masing-masing sebagai anggota.
441
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
****
45
Fatwa Syaikh Albani sudah disebutkan sebelumnya.
442
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
Tanya:
Jawaban:
46
Lihat : http://ustadzaris.com/hukum-sungkeman
443
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
****
Lihat juga kumpulan pendapat pro dan kontra dari para ulama yang
lebih luas dari ini, mengenai masalah hukum membungkukkan badan
48
yang ditulis oleh ustadz Abul Jauzaa’ .
47
Lihat : https://konsultasisyariah.com/501-bagaimana-hukum-mencium-
tangan-orang-tua.html
48
Lihat : http://abul-jauzaa.blogspot.co.id/2014/06/hukum-membungkukkan-
badan.html
444
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
Secara budaya dan adat istiadat hal ini tidak mengapa untuk dilakukan.
Akan tetapi jika ditinjau dari arti dan maksud Idul Fithri, maka kalimat
“minal aidin wal faizin” (Kita kembali dan meraih kemenangan) itu
memiliki makna yang salah. Hendaklah kembali kepada pembahasan
kami mengenai arti dan maksud Idul Fithri yang sudah kami pada
beberapa tempat di tulisan kami untuk pengjelasan yang lebih lengkap.
Adapun jika ucapan doa itu dibalas dengan “aamiiin” atau “taqobbal
yaa kariim” (kabulkanlah ya Allah yang Maha Mulia), maka hal itu tidak
masalah. Walloohu A’lam
Hal itu tidak mengapa jika hanya untuk sekedar masalah budaya saja.
Asalkan kita mengerti masing-masing konsekuensi, perbedaan, dan
kesalahan-kesalahan dari bagian-bagian kalimat itu. Walloohu A’lam
Hal ini salah, dan hal ini sudah penulis terangkan di beberapa tempat di
tulisan kami. Hendaklah merujuk kembali kepada pembahasan itu.
445
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
Halal bi halal artinya adalah halal dengan halal. Ini adalah kalimat khas
made in Indonesia. Adapun maksudnya adalah agar saling
menghalalkan kesalahan antara satu sama lain. Adapun prakteknya
adalah suatu acara yang sengaja diadakan dengan mengumpulkan
orang guna bersalaman untuk saling meminta maaf.
Secara hukum asal ziarah kubur itu boleh kapan saja, tidak harus
setelah lebaran. Jika ini hanya sekedar budaya maka tidak masalah.
Adapun jika ini menyebabkan masyarakat umum salah faham dan
menyangka bahwa ini adalah bagian dari tuntunan syariat Islam. Maka
hal ini harus dijelaskan dan diluruskan kesalahannya.
446
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
BAGIAN VIII
AMALAN PADA BULAN SYAWAL
SETELAH HARI RAYA IDUL FITHRI (1 SYAWWAL)
A. AMALAN SECARA UMUM
Maka dari itulah para shahabat saling mendoakan ketika bertemu satu
sama lain, agar amalan-amalan mereka itu dikabulkan dan diterima
Allah subhaanahu wa ta’ala.
[Al Hafizh Ibnu Hajar mengatakan bahwa sanad hadits ini hasan.
Fathul Bari, Ibnu Hajar Al Asqolani, Darul Ma’rifah, 1379, 2/446.
Syaikh Al Albani dalam Tamamul Minnah (354) mengatakan
bahwa sanad riwayat ini shahih.]
447
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
ؼسفُ٘ هللٝ ثئط اىقً٘ ال: زٍعبُ فقبهٜجزٖدُٗ فٝ ٗ ُٗزؼجدٝ إُ قٍ٘ب: و ىجشسٞق
جزٖد اىعْخ ميٖبٝ ٗ زؼجدٝ ٛ شٖس زٍعبُ إُ اىصبىخ اىرٜدقب إال ف
قج٘ه صً٘ زٍعبُ فئُ َّللا إذا رقجوٚبً زٍعبُ ػالٍخ ػيٞبً ثؼد صٞأُ ٍؼبٗدح اىص
َِ ث٘اة اىذعْخ اىذعْخ ثؼدٕب ف: ٌٖػَو ػجد ٗفقٔ ىؼَو صبىخ ثؼدٓ مَب قبه ثؼع
ٍِ ُ مَب أٚ قج٘ه اىذعْخ األٗىٚػَو دعْخ ثٌ ارجؼٖب ثؼد ثذعْخ مبُ ذىل ػالٍخ ػي
ئخ مبُ ذىل ػالٍخ زد اىذعْخ ٗ ػدً قج٘ىٖبٞػَو دعْخ ثٌ ارجؼٖب ثع
448
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
فئذا قجو َّللا اىؼجد،ئخُ ثؼدٕبٞئخ اىعٞ ٍِٗ ػق٘ثخ اىع،إُ ٍِ جصاء اىذعْخ اىذعْخ ثؼدٕب
خٞصسفٔ ػِ اىَؼصٝٗ ، اىطبػخٚ٘فقٔ إىٝ ّٔفئ
كانوا ٌدعون هللا تعالى ستة أشهر أن ٌبلؽهم رمضان ٌدعونه:قال معلى بن الفضل
ستة أشهر أن ٌتقبل منهم
اللهم سلمنً إلى رمضان وسلم لً رمضان:وقال ٌحٌى بن أبً كثٌر كان من دعابهم
وتسلمه منً متقبال
Berkata Mu’alla bin Al Fadhl,
49
Lihat : http://www.alukah.net/sharia/0/8961/
449
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
ٔٞ َّللا ػيٚصي- َِّللا ػ َِْ َزظُ٘ ِه ه-ٌٔ ٗظيٞ َّللا ػيٚصي- َِّللا َزظُ٘ ِه هَٚػ َِْ ثَْ٘ ثَبَُ ٍَْ٘ ى
ْ ِ ٍهبً ثَ ْؼ َد ْاىفَٝصب ًَ ِظزهخَ أ
َُٔط ِس َمبَُ رَ ََب ًَ اى هعَْ ِخ ( ٍَ ِْ َجب َء ِث ْبى َذ َعَْ ِخ فَي َ ِْ ٍَ « أَّهُٔ قَب َه-ٌٗظي
» )َػ ْش ُس أَ ٍْثَبىَِٖب
450
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
Para ulama berbeda pendapat cara melakukan puasa syawal ini bagi
orang-orang yang memiliki hutang puasa qodho ini. Khususnya bagi
para wanita libur puasa Ramadhan nya karena mendapatkan haidh.
451
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
ِْ ٍِ ًُ ْ٘ اىصهٜ َ ُنُُ٘ َػيَ هٝ ََُّللاُ َػ َْْٖب رَقُ٘ ُه َمب هَٜ ظ ِ ْذ ػَب ِئ َشخَ َز ُ َظيَ ََخَ قَب َه َظ َِؼِٜػ َِْ أَث
ٚصيه
َ ِّٜ أَْٗ ثِبىْه ِجِّٜ اى ُّش ْغ ُو ٍِ ِْ اىْه ِجَٚٞ َْذٝ َش ْؼجَبَُ قَب َهِٜ إِ هال فَٜ ع
ِ ُغ أَ ُْ أَ ْقَٞز ٍَعَبَُ فَ ََب أَ ْظز َِط
ٌَ ِٔ َٗ َظيهْٞ ََّللاُ َػي
ه
Hadits ini diriwayatkan Imam Bukhori dalam shohih-nya pada Kitab Ash-
Shoum, bab “Kapan mengganti puasa qodho ramadhon”. Diriwayatkan
juga oleh Imam Muslim dalam shohihnya pada kitab Ash-Shoum, bab
“Meng-Qodho Puasa Ramadhan di bulan Sya’ban”. Dan juga
diriwayatkan oleh Imam Abu Daud dalam sunannya pada kitab ash-
shoum, bab “Mengakhirkan meng-qodho puasa Ramadhan”
****
Adapun dari tiga pendapat itu, maka kami lebih cenderung menguatkan
pendapat yang terakhir. Yakni pendapat yang membolehkan untuk
mengakhirkan puasa qodho’ dan melaksanakan puasa syawwal terlebih
dahulu. Dengan argumentasi sebagai berikut :
452
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
453
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
Dan jika dipaksa harus difahami seperti itu, maka ini berarti Aisyah tidak
pernah melakukan puasa sunnah sama sekali hingga hampir setahun
penuh. Yakni ketika sampai bulan sya’ban, dan setelah Aisyah
membayar puasa qodho’ romadhon nya.
Bukankah dalam hadits itu juga tidak disebutkan berbagai macam jenis
puasa Sunnah lainnya? Tidak terbatas difahami hanya dengan “Tidak
disebutkan redaksi puasa syawal disitu”?
Maka dari itu tidak boleh juga bagi Aisyah untuk melakukan puasa
Sunnah, sebelum menyelesaikan puasa Qodho. Karena suatu amalan
yang hukumnya wajib, harus dilakukan dahulu sebelum melakukan
suatu amalan yang hukumnya sunnah
Jadi tidak hanya puasa syawwal saja yang Aisyah tinggalkan. Akan tetapi
puasa-puasa sunnah lain seperti puasa senin-kamis, ayyamul bidh,
asyuro, Arofah, dan Muharrom pun juga beliau tinggalkan semua
karena belum melaksanakan qodho’ puasa romadhon.
Jika ini difahami seperti ini, maka pendapat ini tampaknya memang
agak sulit untuk diterima.
Amalan khusus menikah atau menikahkan orang lain pada bulan Syawal
ini didasarkan pada hadits berikut.
َُّٚ ِّ َعب ِء َزظُ٘ ِه َّللاِ َمبَُ أَدْ ظَٛ فَأ، َش ه٘ا ٍهِٜ فِٜ ثََْٚ َٗث،هاه ٍ ٘ َشِٜ َزظُ٘ ُه َّللاِ فِْٜرَ َص هٗ َج
ٍ ٘ َشَِٜذ ػَبئِ َشخُ رَ ْعز َِذتُّ أَ ُْ رُ ْد ِخ َو ِّ َعب َءَٕب ف
هاه ْ ّ (( َٗمَب: قَب َه،؟ٍِِّْٜ ُٓ)) ِػ ْْ َد
454
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
455
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
BAGIAN IX
TULISAN-TULISAN TAMBAHAN
YANG BERMANFAAT
A. WAKTU MINIMAL UNTUK BER-I’TIKAF
Jawab :
Alhamdulillah
1. Bahwa i’tikaf dari sisi bahasa adalah tetap di suatu tempat. Hal ini
bisa dalam waktu lama maupun sedikit. Dalam syariat juga tidak ada
ketentuan waktu tertentu. Ibnu Hazm berkata, “I’tikaf dalam sisi
bahasa adalah tinggal, maka setiap orang yang tinggal di masjid
dengan niat mendekatkan diri kepada Allah termasuk I’tikaf. Baik
waktunya sedikit maupun lama. Karena Al-Qur’an dan Sunah tidak
mengkhususkan bilangan dan waktu tertentu.” Al-Muhalla, 5/179.
456
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
Ibnu Hazm berdalil dengan ini dalam kitab Muhalla, 5/19 dan
disebutkan oleh Al-Hafidz dalam Fathul Bari dan beliau tidak
berkomentar. Kata As-Saa’ah adalah bagian dari waktu bukan satu jam
yang dikenal sekarang yaitu enam puluh menit.
Sumber : http://islamqa.info/id/49002
457
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
Yang mana dengan cara ini tidak ada satu detikpun yang terlewat
melainkan bermakna ibadah!
2. Bagi wanita yang haidh dan nifas, sayang sekali mereka tidak bisa
mengambil alternative-alternatif itu kecuali di alternatif yang
membaca Al-Qur’an minimal 100 ayat di malam hari (di tulisan kami
ke depan, akan kami bahas juga kebolehan bagi wanita haidh dan
nifas untuk membaca Al Quran).
Namun walau begitu, bisa jadi jika seorang wanita yang terhalang udzur
syar’i itu telah benar-benar berniat untuk menghidupkan malam
Lailatul Qadr. Dia akan tetap mendapatkan pahala amalan tersebut
walaupun dia tidak mengerjakannya. Yakni dengan niat yang benar-
458
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
benar, dan andaikata dia tidak mendapatkan halangan, maka dia tentu
akan melaksanakannya.
ٌٖدٓ ٗ ّقو ثؼط أصذبثٝؤٝ ْخ ٍبٝبز إٔو اىَدٞ األً ػِ جَبػخ ٍِ خٜ فّٜقو اىشبفؼ
ٜصيٝ ُ أٚؼصً ػيٝ ٗ جَبػخٜ اىؼشبء فٜصيٝ ُذصو ثأٝ بءٕبٞػِ اثِ ػجبض أُ إد
يخٞ ٍِ شٖد ى: ت قبهٞ أُ اثِ اىَعْٜ اىَ٘غأ ثيغٜ جَبػخ ٗ قبه ٍبىل فٜاىصجخ ف
ٍِ شٖد: ٌٝ اىقدٜ فٜ جَبػخ ـ فقد أخر ثذظٔ ٍْٖب ٗ مرا قبه اىشبفؼٜ فْٜؼٝ اىقدز ـ
يخ اىقدز فقد أخر ثذظٔ ٍْٖبٞاىؼشبء ٗ اىصجخ ى
َج ََب َػ ٍخ ـ فَقَ ْد أَ َخ َر ثِ َذظِّ ِٔ ٍِ َْْٖبِٜ فَِْٜ ْؼٝ يَخَ اىقَ ْد ِز ـْٞ ٍََ ِْ َش ِٖ َد ى
459
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
يخ اىقدزٞ ىٜذ اىْفعبء ٗاىذبئط ٗاىَعبفس ٗاىْبئٌ ىٌٖ فٝ أزأ: قيذ ىيعذبك:جسٝ٘قبه ج
يخ اىقدزٞجٔ ٍِ ىٞٔ ّصٞؼطٞ ّؼٌ مو ٍِ رقجو َّللا ػَئ ظ:ت؟ قبهّٞص
***
Dalil pertama
ِٚ ْاى ِؼشَب َء َٗ ْاىفَجْ َس فٚصيه ِ َْب ًُ ِّصِٞ َج ََب َػ ٍخ َمبَُ ىَُٔ قٍَِٚ ِْ َش ِٖ َد ْاى ِؼشَب َء ف
َ ِْ ٍَ َٗ يَ ٍخْٞ َف ى
يَ ٍخْٞ ََ ِبً ىَِٞج ََب َػ ٍخ َمبَُ ىَُٔ َمق
460
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
Dalil kedua
َ « ٍَ ِْ قَ َسأ-ٌٔ ٗظيٞ َّللا ػيٚصي- َِّللا
َّللا ػْٔ قَب َه قَب َه َزظُ٘ ُه هٚ زظٙ ِ ٌ اى هدٍٞ َِ َػِ ر
ِّ از ْ
ُ ُُْت ىَُٔ ق
يَ ٍخْٞ َ٘د ى َ ِيَ ٍخ ُمزْٞ َ ىَِٚ ٍخ فٝ»ثِ َِبئَ ِخ آ
Dalil ketiga
Dalil keempat
461
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
462
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
Wanita yang haidh dan nifas hanya terhalang dari sholat, puasa, dan
i’tikaf; namun dia tidak terhalang dengan ibadah lainnya seperti dzikir
dan membaca Al Qur’an untuk meraih lailatul Qadr.
Perlu diketahui bahwa cara meraih lailatul Qadr itu adalah dengan
mengisi malam itu dengan banyak beribadah. Yang mana jika ibadah itu
bertepatan dengan lailatul qadr, maka ibadah itu bernilai seperti ibadah
1000 bulan.
Jadi bukan yang dimaksud orang yg mendpatkan lailatul qadr itu dia
akan mengalami, kasyaf (singkapan hal yang ghoib), peristiwa spiritual
tertentu, atau hal-hal khurafat lainnya.
Dalil untuk hal ini adalah karena “ketiadaan dalil”. Dalam artian dalil2
yang dipakai untuk melarang wanita haidh untuk memegang mushaf Al
Qur’an tidak lepas dari 3 hal :
463
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
464
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
465
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
Orang2 yang disucikan dalam ayat ini berlaku umum, tidak terbatas
pada wanita yang sedang haidh atau nifas saja.
466
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
Menurut Imam Besar Masjid Istiqlal, KH Ali Mustafa Ya’qub, ‘id dalam
bahasa arab berarti kembali atau kejadian yang berulang-ulang. Hal ini
disebabkan, idul fitri adalah sesuatu yang berulang-ulang diperingati
setiap tahunnya. Sedangkan fitri artinya makan.
“Jadi bisa dikatakan, Idul Fitri adalah hari makan siang tahunannya
umat Islam,” jelas Ali kepada Republika, Kamis (8/8).
Di negeri arab sendiri, zakat fitrah disebut dengan zakat fithar (zakat
makan). Untuk itu, zakat harus dikeluarkan dalam bentuk makanan
seperti kurma, gandum, atau beras.
467
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
Sumber
:http://www.republika.co.id/berita/ramadhan/ibrah/13/08/08/mr75pa
-imam-istiqlal-ada-kesalahan-makna-idul-fitri
468
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
Tanya :
Punya info tentang hadist doa hari 1-hari ke 30, apakah itu lemah atau
palsu? Karena saya sering dapat yang seperti itu. Yang seperti ini
contohnya,
َِِْٞ ِٔ ٍَِِ ْاى َُقَ هسثْٞ ِ فِْٜ َٗاجْ َؼ ْي، َْلَِْٝ ىَ َدٝ ِٔ ٍَِِ ْاىفَبئِ ِصْٞ ِ فِْٜ َٗاجْ َؼ ْي،َلْٞ ََِْ َػيِٞ ِٔ ٍَِِ ْاى َُزَ َ٘ ِّميْٞ ِ فِْٜاَىيهُٖ هٌ اجْ َؼ ْي
ََِِْٞخَ اىطهبىِجَٝب غَبٝ ل َ ِّ ثِبِدْ َعب، َْلَٞاِى
Itu doa muqoyyad (yang terikat waktu, tempat, jumlah, dan jenis) atau
doa mutlaq? Kalau itu adalah doa muqoyyad, yakni jika hari ke 10
sebaiknya baca doa ini. Hari ke 11 baca doa ini. Dan seterusnya.
Maka itu tidak boleh dan itu hanya mengada ada dalam syariat islam.
Ini tidak ada sunnah nya.
469
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
Tanya :
Jawab :
Tanya :
Saya sempat tanya mengenai asal muasal doa itu, tapi tidak ada yang
faham.
Jawab :
Nah itulah inovasi terbaru, mengada adakan sesuatu yang tidak ada
tuntunannya walau mungkin maksudnya baik dan agar "keren", setelah
teknologi informasi dan komunikasi makin maju.
Jadi secara singkat ini adalah amalan yang diada-adakan, dan harus
ditinggalkan.
470
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
ََْب ٍَ ِْ الْٞ اَ ْى َُ ْفيِطُ ِف:ٔ ٗظيٌ قَب َه “أَرَ ْدزُْٗ َُ ٍَب ْاى َُ ْفيِطُ ؟” قَبىُْ٘ اٞ َّللا ػيٚأَ هُ َزظُْ٘ َه َّللاِ صي
،َ ٍبً َٗ َشمَب ٍحٞصِ َٗ صالَ ٍح َ َِب ٍَ ِخ ثَِْٞ٘ ًَ ْاىقٝ َِٜأْرٝ ،ِٜط ٍِ ِْ أُ هٍز َ ِ فَقَب َه “إِ هُ ْاى َُ ْفي.َِدزْ َٕ ٌَ ىَُٔ َٗالَ ٍَزَبع
ٰٕ َراُٚ ْؼ ِطَٞ ف.ة ٰٕ َرا َ ظ َس َ َٗ ،ل َد ًَ ٰٕ َرا َ َ َٗ َظف، َٗأَ َم َو ٍَب َه ٰٕ َرا، َٗقَ َرفَ ٰٕ َرا، قَ ْد َشزَ ٌَ ٰٕ َراَِٜأْرَٝٗ
471
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
472
MEMANTASKAN DIRI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
KHOTIMAH
Dengan berakhirnya bagian IX dari buku ini, maka berakhirlah buku ini.
Yang mana ini akan lebih “memantaskan diri” kita dalam menghadapi
bulan Ramadhan ini. Baik ketika sebelum bulan Ramadhan, ketika
menjalani bulan Ramadhan, dan juga setelah melewati bulan
Ramadhan. Sebagaimana inilah juga maksud utama dari buku ini.
Besar juga harapan kami agar tulisan ini komprehensif, sistematis, serta
mudah untuk dimengerti. Benar-benar dapat digunakan sebagai
panduan yang membimbing kita dalam menapaki bulan Ramadhan ini.
Semoga buku ini dicatat sebagai pemberat amalan bagi sang penulis di
akhirat kelak, dan dapat memberikan manfaat bagi kita semua. Aamiiin.
Penulis,
473