Anda di halaman 1dari 4

Hadirin yang dirahmati Allah,

Tidak terasa sudah sebulan kita menjalani ibadah di bulan Ramadhan. Dan
saatnya kita berpisah dengan bulan yang penuh barokah, bulan yang penuh rahmat
dan ampunan Allah, serta bulan di mana banyak yang dibebaskan dari siksa
neraka. Pada pembahasan kali ini, kami mengangkat sebuah pelajaran yang cukup
berharga yang kami olah dari kitab Latho-if Al Ma’arif karangan Ibnu Rajab Al
Hambali dengan judul “Wadha’ Ramadhan” (Perpisahan dengan Bulan
Ramadhan), juga terdapat beberapa tambahan pembahasan dari kitab lainnya.
Semoga kalimat-kalimat yang secuil ini bermanfaat bagi kita semua.

Waktu begitu terasa cepat putarannya. Setiap lajunya berkuranglah jatah umur
kita.

layaknya bagi orang beriman saat Ramadhan pergi dan berganti dengan bulan
baru, mengisinya dengan nilai-nilai Ramadhan. Doa yang sangat indah yang
dilantunkan oleh orang-orang shaleh dahulu, di antaranya sebagai berikut.

‫َالَّلُهَّم َس ِّلْم ِنى ِاَلى َر َم َض اَن َو َس ِّلْم ِلْى َر َم َض اَن َو ُتَس ِّلُم ُه ِم ِّنى ُم َتَقَّبًل‬
Ya Allah serahkanlah aku kepada Ramadhan, serahkanlah Ramadhan kepadaku,
Engkau menerimanya (Ibadahku di bulan Ramadhan) dariku dengan ridha.

Segala amal itu tergantung akhirnya. Kualitas puasa Ramadhan itu ada pada
penutup Ramadhan atau sepuluh hari terakhir. Para Alim memberikan pesan
berkenaan dengan sisa-sisa Ramadhan, “Akhirilah Ramadhan dengan amalan
yang terbaik.

Ibnul Jauzi pernah berkata tentang perpisahannya dengan Bulan Ramadhan :


“Seekor kuda pacu jika mendekati garis finis, Ia akan mengerahkan seluruh
tenaganya agar meraih kemenangan, maka jangan sampai kuda lebih cerdas
darimu, karena sesungguhnya amalan itu dinilai terakhirnya, jika kamu termasuk
dari yang yang tidak baik dalam penyambutan, maka semoga kamu bisa
melakukan yang terbaik saat perpisahan.”

ika kita betul-betul merenungkan, Allah begitu sayang kepada orang-orang yang
gemar melakukan ketaatan di bulan Ramadhan. Cobalah kita perhatikan dengan
seksama, betapa banyak amalan yang di dalamnya terdapat pengampunan dosa.
Maka sungguh sangat merugi jika seseorang meninggalkan amalan-amalan
tersebut. Dia sungguh telah luput dari ampunan Allah yang begitu luas.
Cobalah kita lihat pada amalan puasa yang telah kita jalani selama sebulan penuh,
di dalamnya terdapat ampunan dosa. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda,
‫َم ْن َص اَم َر َم َض اَن ِإيَم اًنا َو اْح ِتَس اًبا ُغ ِفَر َلُه َم ا َتَقَّد َم ِم ْن َذْنِبِه‬
“Barangsiapa yang berpuasa di bulan Ramadhan karena iman dan mengharap
pahala dari Allah maka dosanya di masa lalu pasti diampuni.”[1]
Pengampunan dosa di sini bisa diperoleh jika seseorang menjaga diri dari batasan-
batasan Allah dan hal-hal yang semestinya dijaga.[2]
Begitu pula pada amalan shalat tarawih, di dalamnya juga terdapat pengampunan
dosa. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
‫َم ْن َقاَم َر َم َض اَن ِإيَم اًنا َو اْح ِتَس اًبا ُغ ِفَر َلُه َم ا َتَقَّد َم ِم ْن َذْنِبِه‬
“Barangsiapa melakukan qiyam Ramadhan (shalat tarawih) karena iman dan
mencari pahala, maka dosa-dosanya yang telah lalu akan diampuni.”[3]
Barangsiapa yang menghidupkan malam lailatul qadar dengan amalan shalat, juga
akan mendapatkan pengampunan dosa sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam,

‫َم ْن َقاَم َلْيَلَة اْلَقْد ِر ِإيَم اًنا َو اْح ِتَس اًبا ُغ ِفَر َلُه َم ا َتَقَّد َم ِم ْن َذْنِبِه‬
“Barangsiapa melaksanakan shalat pada malam lailatul qadar karena iman dan
mengharap pahala dari Allah, maka dosa-dosanya yang telah lalu akan
diampuni.”[4]
Amalan-amalan tadi akan menghapuskan dosa dengan syarat apabila seseorang
melakukan amalan tersebut karena iman yaitu membenarkan pahala yang
dijanjikan oleh Allah dan mencari pahala di sisi Allah, bukan melakukannya
karena alasan riya’ atau alasan lainnya.Adapun pengampunan dosa di sini
dimaksudkan untuk dosa-dosa kecil sebagaimana pendapat mayoritas ulama.
Dalilnya adalah sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,

‫الَّص َلَو اُت اْلَخ ْم ُس َو اْلُج ُمَع ُة ِإَلى اْلُج ُمَعِة َو َر َم َض اُن ِإَلى َر َم َض اَن ُم َك ِّفَر اٌت‬
‫َم ا َبْيَنُهَّن ِإَذ ا اْج َتَنَب اْلَك َباِئَر‬
“Antara shalat yang lima waktu, antara jum’at yang satu dan jum’at berikutnya,
antara Ramadhan yang satu dan Ramadhan berikutnya, di antara amalan-
amalan tersebut akan diampuni dosa-dosa selama seseorang menjauhi dosa-dosa
besar.”

Yang dimaksud dengan pengampunan dosa dalam hadits riwayat Muslim ini, ada
dua penafsiran:
Pertama, amalan wajib (seperti puasa Ramadhan, -pen) bisa memnghapus dosa
apabila seseorang menjauhi dosa-dosa besar. Apabila seseorang tidak menjauhi
dosa-dosa besar, maka amalan-amalan tersebut tidak dapat mengampuni dosa baik
dosa kecil maupun dosa besar.
Kedua, amalan wajib dapat mengampuni dosa namun hanya dosa kecil saja, baik
dia menjauhi dosa besar ataupun tidak. Dan amalan wajib tersebut sama sekali
tidak akan menghapuskan dosa besar.
Pendapat yang dianut oleh mayoritas ulama bahwa dosa yang diampuni adalah
dosa-dosa kecil, sedangkan dosa besar bisa terhapus hanya melalui taubatan
nashuhah (taubat yang sesungguhnya).
Adapun pengampunan dosa pada malam lailatul qadar adalah apabila seseorang
mendapatkan malam tersebut, sedangkan pengampunan dosa pada puasa
Ramadhan dan qiyam Ramadhan (shalat tarawih) adalah apabila bulan Ramadhan
telah sempurna (29 atau 30 hari). Dengan sempurnanya bulan Ramadhan,
seseorang akan mendapatkan pengampunan dosa yang telah lalu dari amalan
puasa dan amalan shalat tarawih yang ia laksanakan.Selain melalui amalan puasa,
shalat malam di bulan Ramadhan dan shalat di malam lailatul qadar, juga terdapat
amalan untuk mendapatkan ampunan Allah yaitu melalui istighfar. Memohon
ampun seperti ini adalah di antara bentuk do’a. Dan do’a orang yang berpuasa
adalah do’a yang mustajab (terkabulkan), apalagi ketika berbuka.Begitu pula
pengeluaran zakat fithri di penghujung Ramadhan, itu juga adalah sebab
mendapatkan ampunan Allah. Karena zakat fithri akan menutupi kesalahan berupa
kata-kata kotor dan sia-sia. Ulama-ulama terdahulu mengatakan bahwa zakat fithri
adalah bagaikan sujud sahwi (sujud yang dilakukan ketika lupa, -pen) dalam
shalat.Jadi dapat kita saksikan, begitu banyak amalan di bulan Ramadhan yang
terdapat pengampunan dosa, bahkan itu ada sampai penutup bulan Ramadhan.
Sampai-sampai Ibnu Rajab Al Hambali mengatakan, “Tatkala semakin banyak
pengampunan dosa di bulan Ramadhan, maka siapa saja yang tidak mendapati
pengampunan tersebut, sungguh dia telah terhalangi dari kebaikan yang banyak.

Hadirin Rahimakullah

Tidak sedikit dari kita yang menyadariUsia makin menua dan akan sampai pada
akhir hidup kita. Kematian menjadi misteri supaya manusia mempersiapkan
diri.Hidup hanya untuk mengabdi pada Illahi. Hingga bekal yang dibawa cukup
harus kembali.

Sebagaimana Imam Syafi'i berpesan:

"Jadikan akhirat di hatimu, dunia di tanganmu, dan kematian di pelupuk matamu”

Hadirin yang dirahmati Allah,


Saat ini, Dzikrul maut banyak di depan mata kita.Ketika terbang tinggi bersama
pesawat bisa terjatuh dan tak bernyawa.

Yang di daratan ada banjir bandang melanda. Yang di kepulauan ada gempa
mengguncang wilayahnya.Yang di pegunungan ada tanah longsor yang
mengancam jiwa. Dan di mana-mana maut sudah mengintai kita.

Andai ini Ramadhan terakhir. Seharusnya sudah Banyak hal yang harus diukir.

Lantas bagaimana jika ini adalah Ramadhan terakhir bagi kita?

Pernahkah kita membayangkan bahwa ini adalah ramadhan terakhir dalam hidup
kita?

Hidup itu boleh berharap tetapi kenyataan hidup berkata bahwa yang sudah terjadi
adalah kenangan, yang sedang terjadi adalah kenyataan dan yang akan terjadi
hanya sebuah harapan. Bagaimana pun juga kita tak pernah tahu bahwa
Ramadhan mendatang apakah kita masih hidup?

Jangankan sampai berjumpa dengan Ramadhan, mungkin sedetik ke depan jika


Allah berkehendak semua bisa saja terjadi dan saat itulah Allah telah memanggil
kita.

Maka dari itu marilah kita sama-sama bertawakkal dan memohon dengan kesungguhan
agar Allah SWT. masih di pertemukan lagi dengan syahrul shiyam yakni bulan Ramadhan
berikutnya.

Surah al asr

“Demi masa. Sungguh, manusia berada dalam kerugian. Kecuali orang-orang


yang beriman dan mengerjakan kebajikan serta saling menasehati untuk
kebenaran dan saling menasehati untuk kesabaran.” (QS. Al-‘Ashr:1-3).

Anda mungkin juga menyukai