Anda di halaman 1dari 9

Vol. 17 No.

3, Desember 2016: 131-139

Mangandung dalam Perkabungan Masyarakat Batak Toba


Rosmegawaty Tindaon1, G.R. Lono Lastono Simatupang, Victor Ganap,
dan Timbul Haryono
Program Studi Pengkajian Seni Pertunjukan dan Seni Rupa, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta

ABSTRAK
Menurut kepercayaan masyarakat Batak Toba kematian bukan sebuah totalitas tetapi sebuah
perpisahan parsial. Ada kepercayaan bahwa kematian tidak pernah memisahkan manusia secara total,
hal ini terungkap lewat ritual yang dilakukan saat anggota keluarga meninggal, konteks kematian
dalam masyarakat Batak Toba adalah adat istiadat mereka. Salah satu ritual adat kematian adalah
kebiasaan mangandungi jenazah. Mangandung adalah salah satu ritual kematian yang berasal dari
kata andung yang artinya ratap. Kebiasaan mangandungi pada masyarakat Batak Toba berkembang
menjadi kesenian yang dikenal dengan tradisi nyanyian andung. Tradisi mangandung dianggap sebagai
bagian dari adat dan tergolong penting sebagai bentuk ekspresi kesedihan dengan kata kata dan irama
tertentu. Penelitian ini menggunakan metode etnografi.
Kata kunci: Batak Toba, upacara kematian, Andung-andung

ABSTRACT
Mangandung in a Mourning Ritual of Batak Toba Society. According to a belief of Batak Toba
society death is not a totality but a partial separation. There is a belief that death never separates human
totally. It is revealed through the ritual performed when family members died in which the context of death
in Batak Toba society is their custom. One of the customary rituals of death is the habit of mangandungi
of the bodies. Mangandung is one of the rituals of death that comes from the word andung which means
lamentation. The habit of mangandungi in Batak Toba society develops into an art known as the andung
singing tradition. Mangandung tradition is considered as a part of a custom and is important as a form of
expression of sadness with certain words and rhythms. This research used ethnography method.
Keywords: Batak Toba, funeral, Andung-andung

Pendahuluan kematian, yang perlu dipahami terlebih dahulu


adalah cara pandang tentang manusia itu sendiri.
Kematian adalah salah satu tahap keniscayaan Menurut masyarakat Batak Toba, manusia
kodrati dalam proses kehidupan manusia. Sebagai adalah subjek yang utuh karena tiga komponen
sebuah keniscayaan, tahap ini tidak bisa dihindari penting: tondi, roha, dan pamatang (Nainggolan
oleh siapa pun. Dengan kata lain, peristiwa kematian 2012: 24). Manusia memiliki tujuan untuk
akan mendatangi setiap manusia. Maka, tidak salah menggapai hamoraon, hagabeon dan hasangapon.
jika setiap masyarakat memiliki pandangan yang Ketiga tujuan hidup ini menjadi impian bagi setiap
unik tentang peristiwa ini. Pandangan mereka orang. Sementara itu, mereka juga percaya bahwa
tentunya dipengaruhi oleh cara pandang mereka kehidupan akan berakhir pada kematian. Namun,
tentang manusia, dari mana manusia dan kemana kematian tidak pernah memisahkan mereka dari
manusia setelah mati. Dengan demikian, agar bisa keluarga dan juga relasi mereka dengan Debata
memahami cara pandangan masyarakat tentang mula jadi nabolon.

1
Alamat korespondensi: Prodi PSPR, Sekolah Pascasarjana Universitas Gadjah Mada, Jln. Teknika Utara,
Pogung, Sleman, Yogyakarta - 55281. E-mail: rosmegawatytindaon@gmail.com.
Naskah diterima: 2 Oktober 2016 | Revisi akhir: 1 November 2016 131
Rosmegawaty Tindaon, dkk. Mengandung dalam Perkabungan Masyarakat Batak

Masyarakat Batak Toba memiliki pandangan masyarakat setempat dengan nama mangandung
yang cukup unik tentang kematian. Kematian (meratapi).
tidak akan pernah memisahkan mereka dari
relasi keluarganya. Itulah mengapa dalam adat Andung
istiadat Batak Toba, relasi terhadap nenek
moyang tetap mereka jaga karena mereka sangat Andung merupakan salah satu bentuk seni
yakin bahwa ketika orang meninggal, yang mati suara dan sastra yang berkembang di masyarakat
adalah badannya. Tondi mereka tetap hidup dan Batak Toba. Andung adalah ratapan yang dilakukan
bahkan bisa memiliki derajat yang lebih tinggi jika pada saat upacara ritual kematian. Andung
keturunannya dapat melakukan pesta besar yang merupakan salah satu ritual adat yang bersifat
disebut panaingkon saring-saring. tradisi yang dilantunkan pada saat ada keluarga
Sonni mengemukakan pendapat bahwa: atau kerabat yang meninggal dalam bentuk
Orang Batak sangat menghormati arwah ratapan sebagai ungkapan kesedihan dari pihak
para leluhur yang telah meninggal dalam usia keluarga yang ditinggalkan. Ratapan dilantunkan
tua. Semakin tua usia dan semakin banyak dibarengi dengan kata-kata yang berisikan cerita
keturunannya, maka arwahnya semakin dihormati tentang kebaikan-kebaikan si jenazah atau
dan diagungkan. Mereka yakin bahwa arwah dapat ungkapan rasa sayang dari keluarga terhadap
memberkati dan menjauhkan keturunannya dari yang meninggal. Kegiatan melantunkan andung
segala macam bahaya. Dengan demikian orang disebut juga dengan istilah mangandung. Andung
Batak menganggap upacara kematian merupakan pada peristiwa kematian merupakan salah satu
suatu upacara yang wajib dilaksanakan demi tahapan yang dilakukan masyarakat Batak Toba
ketentraman jiawa keturunannya yang sekaligus pada saat upacara perkabungan. Dalam tatanan
memenuhi tuntutan adat ( Mei Sonni, 2010: 31). kehidupan masyarakat Batak Toba tidak ada
Ada beberapa istilah yang dipakai untuk kata aturan tertulis yang mengharuskan melantunkan
meninggal yang disematkan kepada manusia. Di andung, tetapi ada aturan yang tidak tertulis terkait
adat dalihan na tolu, orang meninggal disebut mate. dengan ritual melantunkan andung dalam upacara
Lebih halus disebut jumolo yang secara harafiah perkabungan. Ada semacam keharusan bagi
berarti lebih dahulu” Istilah lain adalah monding, keluarga yang ditinggalkan untuk melantunkan
singkatan dari modom onding yang berarti tidur andung. Masyarakat setempat memandang ini
tertutup. Orang yang meninggal dianggap tidur sebagai wujud kepedulian dan rasa sayang atau
namun tertutup di bawah tanah (Richard Sinaga, simpati keluarga yang ditinggalkan terhadap si
2010: 35). jenazah. Sebagai contoh yang memperlihatkan
Jenis upacara kematian menurut orang Batak suatu keharusan melantunkan nyanyian andung
Toba meliputi: tilahaon (upacara kematian anak), yaitu seorang istri apabila tidak melantunkan
mate ponggol (meninggal sebelum menikah), mate andung pada saat suaminya telah meninggal akan
diparalangngalangan (meninggal sudah menikah dianggap tidak peduli atau tidak sayang kepada si
tetapi belum dikaruniai anak), mate mangkar, jenazah. Hal ini akan memicu reaksi dari keluarga
matipul ulu, dan mantompas tataring (meninggal lain dalam bentuk teguran bahkan diperlihatkan
dengan meninggalkan anak keturunan yang masih dalam bentuk sikap.
kecil), mate hatungganeon (meninggal belum me- Menurut Manna (wawancara, 2016)
miliki cucu), mate sari matua (meninggal belum kemampuan melantunkan andung tidak dipelajari
memiliki cucu), Mate saur matua (meninggal sudah secara tertulis. atau diajarkan secara lisan, malainkan
mempunyai anak cucu) dan Saur matua bulung melalui kondisi lingkungan budaya masyarakat
(meninggal sudah memiliki cicit dari anak laki laki Batak Toba, yang menjadikan seseorang bisa
dan anak perempuan). melantunkan andung. Diawali pada saat salah satu
Pada upacara kematian di Batak Toba, setiap keluarga atau orang yang terdekatnya meninggal
fasenya memiliki kekhasan yang dikenal oleh dunia. Mereka merasakan kesedihan yang sangat

132
Vol. 17 No. 3, Desember 2016

mendalam dan mengucapkan kata-kata tertentu Andung biasanya dilakukan oleh perempuan
yang mempunyai makna yang berhubungan tetapi tidak ada larangan apabila laki-laki ingin
dengan kebaikan dan penderitaan si jenazah. melantunkan andung. Andung dapat dilakukan
Berkaitan dengan batasan usia, Manna pada saat jenazah sudah dimakamkan. Tempat
menyebutkan bahwa tidak ada batasan usia sejak melantunkan andung bisa dilakukan di samping
kapan seseorang bisa melantunkan andung (Manna: jenazah secara langsung atau di tempat lain
2016:15-7). Ada beberapa kondisi yang berbeda (tidak harus di samping jenazah). Andung dalam
yang mengawali seseorang mulai malantunkan upacara perkabungan boleh dilakukan bersama-
nyanyian andung; antara lain ketika seseorang sama dengan anggota keluarga yang lainnya secara
berusia 9 tahun ditinggal oleh ibunya, tanpa serentak. Tidak ada batasan jumlah orang dalam
disadari peristiwa itu menjadi awal baginya untuk melantunkan andung (boleh lebih dari satu, dua,
memiliki kemampuan melantunkan andung (Marisi tiga, dan empat orang) Andung dilakukan oleh lebih
2016: 17-7). Selanjutnya (Tiaggur 2016:15-7) dari satu orang terjadi apa bila kondisi keluarga si
mulai melantukan andung pada saat usia 8 tahun jenazah menimbulkan keprihatinan kaum kerabat
pada saat ibunya meninggal, sejak peristiwa itu dia yang datang melayat. Para pelayat secara pisikologis
mengandung pada saat keluarganya atau kerabatnya prihatin atau terharu akan merasa lebih tenang dan
meninggal. Pada kondisi lain, seseorang baru mulai lega setelah mangandungi jenazah.
melantunkan andung pada usia dewasa. Pelantun Kata-kata dalam syair andung tidak selalu
andung memiliki kemampuan melantunkan andung sama dan memiliki arti yang sama. Syair dalam
ketika mengalami secara langsung suatu pengalaman andung yang telah dilantunkan sebelumnya tidak
disaat anak kandung yang meninggal (Rumona, dapat ditiru atau dicontoh. Kata-kata diucapkan
2016, 16-9). Artinya, pengalaman melantunkan dengan mengalir begitu saja tanpa sebelumnya
andung umumnya dimulai ketika si pelantun mempelajari teks atau menghafal syair-syair ter-/
berada dalam pengalamannya yang menyedihkan tentu. Kata-kata itu murni berdasarkan pada
karena ditinggal oleh orang yang dekat dengan kemanpuan berimprovisasi pelantun andung yang
mereka. Menggunakan istilah Bourdieu (Prasetya, berpatokan dari kondisi yang meninggal, keadaan
2010), seseorang bisa menyanyikan andung karena kondisi keluarga yang ditinggalkan serta ungkapan
habitus. Mereka bisa melantunkan andung secara rasa sayang dari keluarga kepada yang meninggal.
belajar walaupun secara tidak disadari. Tindakan Jika ditemui ada kesamaan dalam kata-kata yang
mengandung-pun menjadi tindakan yang tidak diucapkan pada saat melantunkan andung maka itu
disadarai. terjadi begitu saja dan tidak ada unsur kesengajaan.
Andung dalam upacara perkabungan umumnya Pada dasarnya, kata-kata yang dilantunkan
dilakukan oleh perempuan. Ada kecenderungan selalu sesuai dengan kenyataan atau kisah hidup
melantunkan andung hanya dilakukan oleh si jenazah. Namun ada juga kejadian di beberapa
keluarga si jenazah (keluarga dekat atau jauh), tempat bahwa kata-kata yang dilantunkan tidak
tetapi sebagai bentuk kepedulian ada juga yang berkenan di hati keluarga yang mendengarkan.
melantunkan andung kepada teman yang tidak ada Mungkin karena tidak sesuai dengan keadaan yang
hubungan keluarga. Dalam banyak kasus, orang sebenarnya. Biasanya pihak keluarga akan menegur
melantunkan andung sebagai bentuk kepedulian (marah) serta menyuruh si pelantun andung ber-
masyarakat kepada ale-ale (sahabat karib), henti. Bahkan terkadang sampai diusir ke luar dari
sebagai tetangga, sebagai dongan sa huta (teman rumah duka (Marisi dan Tianggur, 2016: 20-9).
sekampung), atau sebagai orang yang mereka Perkataan yang disampaikan pada saat me-
kenal cukup baik keperibadiannya. Akan tetapi, lantunkan andung merupakan ungkapan kesedihan
secara umum masyarakat Batak Toba melantunkan dari keluarga yang ditinggalkan. Makna lain dari
andung hanya dilakukan oleh keluarga, mereka kata-kata andung bisa saja merupakan tentang ke-
tidak melantunkan andung kepada orang lain yang baikan yang meninggal pada masa hidupnya atau
tidak ada hubunngan kekerabatan. tentang kewajiban yang meninggal yang belum

133
Rosmegawaty Tindaon, dkk. Mengandung dalam Perkabungan Masyarakat Batak

terselesaikan pada masa hidupnya. Tidak jarang an- dukacita yang terstruktur/terbentuk dan yang
dung dipergunakan untuk mengungkapkan suatu memenuhi kebutuhan adat untuk menghormati/
perbedaan pendapat yang terjadi dalam keluarga memperingati orang yang meninggal (serta roh/
yang meninggal serta sesekali kata-kata yang di- tondi orang itu dan tondi nenek moyang yang
ucapkan bisa saja tidak sesuai dengan kondisi atau duluan meninggal) (Hodges, 2006: 8). Hodges
situasi orang yang meninggal semasa hidup (Marisi, menunjukkan bahwa dalam melantunkan andung,
2016: 22-9). pangandung merasakan adanya hubungan yang ma-
Pada masa lalu andung yang dilakukan oleh sing masing bisa dijaga walaupun badan yang me-
masyarakat Batak Toba masih menggunakan kata- ninggal sudah mati. Salah satu komponen manu-
kata yang memiliki nilai sastra dan estetika yang sia, tondi, diyakini sebagai komponen yang masih
tinggi. Seiring dengan perkembangan, kata-kata hidup sehingga masih bisa melakukan hubungan
yang diucapkan perlahan-lahan tidak memperha- komunikatif lewat andung-andung. Hodges juga
tikan nilai sastra dan estetika lagi. Mereka hanya menjelaskan bahwa ratapan juga berfungsi sebagai
menonjolkan kata-kata biasa, sehingga kalau dia- semacam saluran komunikasi antara dunia ini dan
mati, andung hanya seperti orang meratapi atau dunia lain agar permohonan dari dunia ini diaju-
menangisi yang meninggal. kan kepada nenek moyang dan tuah/berkat dari
Teks yang diucapkan oleh orang yang me- mereka dapat diberikan kepada orang yang hidup
lantunkan andung pada upacara perkabungan (Hodges, 2006: 9).
disaat sekarang diungkapkan dengan kata-kata Bagi orang Batak Toba tradisi melantunkan
yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari dan andung dianggap sebagai bagian dari adat dan di-
sederhana sehingga dengan mudah dipahami oleh masukkan dalam kategori yang sangat penting.
yang mendengarkan. Sihombing menerangkan pentingnya tradisi ini
Andung menyampaikan “ungkapan perasaan dengan satu pengandaian, “jika seorang anak tidak
dukacita” melalui kata-kata yang teratur, indah mau mangandungi orang tuanya yang meninggal
dan penuh kesedihan atas meninggalnya kerabat maka orang tersebut dianggap ‘tidak tahu adat”
tercinta. Andung dalam peristiwa kematian selalu (Sihombing, 1986: 122). Pentingnya tradisi bah-
dilantunkan di dekat jenazah orang yang mening- kan dikaitkan dengan seberapa dalam seseorang
gal. Kata-katanya dilantunkan secara spontan tanpa memahami budaya Batak.
ada persiapan khusus. Kadang dipenuhi dengan Masyarakat Batak Toba memahami peristiwa
kenangan masa lalu, dan juga kepedihan yang men- kematian melalui ritual tertentu yang mereka kenal
dalam karena pengalaman ditinggalkan. Pada mate dengan mangandung. Mereka mungkin menghadapi
mangkar, kepedihan itu akan semakin mendalam peristiwa kematian dengan tangisan yang tersedu-
karena masih adanya anak-anak kecil yang diting- sedu. ketika seorang mangandungi akan keluar air
galkan oleh mendiang. mata karena kesedihan yang dia rasakan. Namun,
Andung merupakan sejenis sastra lisan yang bagi orang Batak Toba, “mangandungi” berbeda
berisi curahan perasaan untuk meratapi jenazah dengan “menangisi”. “Menangisi” dipahami sebagai
orang yang dikasihi (Nalom Siahaan, 1982: 70). ekspresi kesedihan tanpa mengungkapkan secara
Penggunaan teks yang digunakan kadang berasal langsung apa penyebab kesedihannya dengan kata-
dari istilah-istilah kuno dalam bahasa Batak Toba kata dan irama tertentu.
sehingga kadang tidak lazim didengarkan telinga. Sejarah munculnya tradisi mangandung tidak
Ratapan andung termasuk tradisi lisan karena ada yang tahu secara pasti. Sihombing (1986:123)
diwariskan secara turun-temurun berupa susunan menyampaikan cerita yang pernah dia dengarkan
kata-kata lisan (verbal), mengandung nilai–nilai dari tua-tua adat:
budaya sebagai kearifan lokal, dan milik bersama Pada zaman dahulu ada seorang raja, yang
komunitas tertentu (Sibarani, 2012: 123). pada waktu itu dia hendak meninggal
Ratapan (andung) dalam konteks kematian dunia berpesan kepada keluarganya,
mempunyai fungsi/tujuan sebagai suatu ekspresi ‘kalau saya mati, janganlah kalian hanya

134
Vol. 17 No. 3, Desember 2016

menangisi saya, tetapi dalam menangisi Berikut salah satu contoh syair andung di
saya itu, ceritakanlah semua perbuatan- daerah Harian Boho Samosir, di lantunkan oleh
perbuatanku yang telah membuat hidup- seorang anak perempuan si Jenazah.
ku termasyur.
Semenjak itu melantunkan andung orang yang Syair Andung
meninggal menjadi adat yang selalu dilakukan Bapa... yamang tahe...
sebagai ungkapan dukacita sekaligus menceritakan Ndang tarlupahon ahu sude..
amal perbuatan orang yang meninggal. Semakin Podami tu ahu
banyak yang turut melantunkan andung orang yang Bapakku... u...u..u...
meninggal, maka berarti akan semakin tinggi dan Marhua do ro ho ...
masyhur martabat orang yang telah meninggal lompa paridianhu..nimmu...
tersebut. Hulompa do... oo..oo.. malojahu ho...
Kebiasaan mangandungi orang yang mening- Hu siampudan i...HP mi dilean ho do.
gal pada akhirnya menjadi salah satu bentuk ke- Hu si Anis, ndang leanonmu...
senian dan sekaligus sebagai identitas dari budaya Unang si Anis nimmu do...
masyarakat Batak Toba. Mangandung merupakan Boha do paninggalhonmu di hami sude Bapakku...
simbol kasih sayang yang diungkapkan keluarga (Glendwey: 2016).
yang ditinggalkan, dan salah satu bentuk pelestarian Ayah... yamang tahe...
budaya daerah untuk memperkuat identitas
masyarakat Batak Toba. Tidak dapat kulupakan semua nasehat mu,
Tradisi andung ini masih dilakukan diberbagai kepadaku
daerah baik di tanah Batak Toba, maupun di tanah Ayahku...u..u.. u..
perantauan. Orang yang melantunkan ratapannya Buat apa engkau datang....
selalu melakukannya secara langsung tanpa ada Masak dulu air mandiku, katamu...
disuruh, atau direncanakan. Mereka datang dan kumasaknya... o..o..o..
melihat jenazah. Dari hati mereka muncul rasa terlalu capek engkau...
sedih dan langsung secara spontan secara personal Kepada anak bungsuku...
mereka melantunkan andung. Orang tidak lagi handphone mu engkau berikan. Kepada si Anis,
hanya memperhatikan dan menilai kata-katanya tidak engkau berikan...
saja dalam mengungkapkan perasaan dukacita Jangan ke si Anis, katamu....
tetapi juga gerak-gerik dan alunan suara orang Bagamana kepergian mu bagi kami semua
yang mangandung. Ayahku...

Tema-tema Syair Andung Andung ini adalah ratapan seorang putri


atas meninggalnya ayah yang dikasihinya. Dia
Andung memiliki banyak tema walaupun menyatakan bahwa sang Ayah telah memberikan
yang umum didengarkan adalah andung tu na mate nasehat-nasehat yang baik kepadanya dan itu
(ratapan untuk orang yang meninggal). Tema-tema sangat berkesan dan tidak dapat dilupakan. Dia
nyanyian andung pada umumnya semua ekpresi sangat dekat dengan ayahnya. Air mandi untuk
sedih yang dilantunkan dengan kata-kata boleh ayah dia masak karena dia melihat ayahnya terlalu
dikatakan meratap. Dengan kata lain, nyanyian lelah. Dalam ratapannya, dia mengungkapkan
andung memilik cakupan yang cukup luas dalam bahwa ayahnya sayang kepada cucunya, sehingga
kaitannya sebagai ekspresi pengalaman seseorang. anak bungsu dari putrinya diberi hadiah
Sesorang dapat meluapkan perasaaanya melalui handphone yang tadinya adalah milik sang ayah.
ratapan, terlepas dari konten ratapan atau konteks Walaupun, cucu yang diberi hadiah adalah anak
dimana meratap itu dilakukan. (Hodges. 2009: bungsu bukan kakak dari anak bungsu tersebut.
262). Kenangan-kenangan inilah yang membuat hati

135
Rosmegawaty Tindaon, dkk. Mengandung dalam Perkabungan Masyarakat Batak

peraratap bersedih, sehingga dia mengungkapkan tulis oleh Charles Seeger, yaitu pendekatan yang
kesedihannya dengan bertanya, kenapa begitu tega dinamakan dengan preskriptif yaitu mengarahkan
sang Ayah meninggalkan mereka. seorang penyanyi, symbol-simbol notasi preskriftif
perangkat mnemonik untuk membantu ingatan
Analisis Musik Andung dan memperlihatkan sedikit arahan umum
untuk pergerakan melodi, dan deskriptif yaitu
Menganalisis musik dilakukan detail dari memberikan informasi kepada pembaca tentang
awal hingga akhir sebuah lagu dari segi struktur karakteristik-karakteristik dari sebuah komposisi
musik (Prier, 1996: 1) Musik yang dikaji dalam yang belum dikenal orang.
penelitian ini adalah andung yang dilantunkan Gambar 1 adalah transkripsi andung di daerah
secara spontanitas dan personal tidak menggunakan Harian Boho Samosir, di lantunkan oleh seorang
notasi yang sudah baku seperti notasi angka dan anak perempuan si Jenazah.
notasi balok. Agar mudah di pahami dan dibaca Dalam proses mentranskripsikan dari bunyi
penulis menggunakan penulisan notasi balok musik rekaman menjadi notasi memang dengan sengaja
yang standar di Indonesia. “…timbul dugaan tidak disertakan tanda sukat dan garis birama.
bahwa unsur melodi menyebabkan “rasa” atau Keputusan ini diambil karena nyanyian andung
“seni musik” sedangkan ritme” meliputi fungsional sebagai kebiasaan adat meratapi anggota keluarga
(Prier, 1966: 1). Setelah mengamati melodi-melodi yang meninggal dilantunkan dengan cara yang
yang sudah di tulis akan tampak: (1) Karakter spontan. Hal ini mengakibatkan tidak menentunya
dan peran sangat bervariasi sesuai dengan estetika beat dimana frase akan dimulai. secara spontan dan
masing-masing, fungsi, kebutuhan, bahkan aspek lebih terdorong oleh perasaan maupun emosinya
individual. (2) Unsur-unsur melodi kadang-kadang untuk menentukan kapan akan memulai frase
sama sekali tidak merupakan pola dasar salah satu berikutnya setelah frase yang sebelumnya selesai
jenis musik khususnya pengertian konvensional dilantunkan. Kondisi seperti ini mirip dengan
(Dieter Mack, 1966, 7-8). cara pengaturan yang terdapat pada cara penulisan
Andung ditranskripsikan dengan pendekatan notasi komposisi-nonmetric duration.
yang dikemukakan oleh Bruno Nettl bahwa Penulisan notasi tanpa tanda sukat adalah
pendiskripsian musik ada dua pendekatan konsekuensi dari gaya komposisi yang tidak
yaitu: (1) pendekatan berdasarkan apa yang kita memiliki beat yang konstan, dimana hanya
dengarkan lalu dideskripsikan dan menganalisis. durasi suara dan diam yang ditentukan oleh nilai
(2) pendekatan berdasarkan penglihatan lalu ketukan tiap-tiap nada. (Stone, Kurt, 1980: 94).
menulis dan mendeskripsikan ( Bruno Netll, 1964: Artinya, waktu kapan dimulainya antar masing-
97). Netll juga mengemukakan pendapat yang di masing kesatuan unit nada (misalnya frase) bukan
didasarkan pada beat yang sudah ditentukan,
namun lebih mengalir bebas dan natural mengikuti
cara pembagian jeda antar unit nada oleh yang
memainkan musiknya. Demikian juga kecepatan
durasi dalam memainkan antar unit-unit nada
dalam komposisi nonmetric dimainkan dengan
lebih mengalir atau bebas.

Notasi 2. Frase 1 andung

Notasi 1. Notasi andung Notasi 3. Frase 4 andung

136
Vol. 17 No. 3, Desember 2016

Andung ini memiliki kecederungan sulit bersumber dapat dari pengalaman keagamaan,
untuk dikategorikan dalam pembagian struktur namun diciptakan untuk keperluan selain ibadat,
tertentu, dinyanyikan secara tunggal menyerupai seperti untuk hiburan pementasan, pertemuan dan
orang berbicara, pergerakan melodinya terbatas, lain-lain. Karena tidak ada tuntutan peribadatan,
dan terdapat ornamen melantunkan huruf hidup lagu rohani dapat juga berupa ungkapan subjektif
dari suku kata di akhir frase. Penulisan notasi juga perorangan (Bayu Wijayanto, 2016: 86).
tidak menggunakan tanda sukat dan tanda birama Salah satu nyanyian dalam kehidupan
karena nyanyian andung ini dilantunkan dengan masyarakat Batak yang merupakan ungkapan
cara yang spontan dan tidak menentunya pada beat perseorangan adalah andung yang dapat dilihat
yang mana masing-masing frase akan dimulai. Pen- pada adat upacara kematian, syair dalam nyanyian
gambilan nafas dilakukan dengan cepat sehingga andung merupakan ungkapan perasaan kesedihan
menimbulkan efek bunyi tertentu di awal atau di dari anggota keluarga yang lebih bersifat ratapan
akhir suatu frase pada nyanyian andung ini. No- sebagai salah satu sarana pemenuhan kebutuhan
tasi 2 dan 3 adalah contoh frase dari andung yang sebagai ungkapan perasaan terhadap anggota
menunjukan kecenderungan andung ini. keluarga yang meninggal. Berbeda dengan nyanyian
Pembahasan di atas adalah salah satu dari rohani maka nyanyian andung tidak terikat nilai
beberapa buah contoh Andung yang sudah ditulis tetapi aspek teks syair sangat berhubungan dengan
menggunakan ilmu musik barat, meskipun terjadi si individu yang meninggal, mengungkapkan
beberapa pergeseran yang ada kaitannya dengan perasaan anggota keluarga yang ditinggalkan dalam
nada yang dihasilkan oleh andung yang dibawakan konteks upacara adat kematian, dalam hal ini syair
pada saat peristiwa kematian dengan andung yang berisikan ungkapan kebaikan si jenazah dimasa
sudah berupa kesenian hidupnya. Meskipun dalam upacara adat kematian
Budaya mangandung di masyarakat Batak juga ditemui nyanyian kerohanian sebagai bagian
Toba sudah berkembang menjadi sebuah kesenian dari ibadah untuk mendoakan si jenazah, tetapi
yang berupa nyanyian, kesenian merupakan salah nyanyian rohani dan nyanyian andung merupakan
satu kebutuhan bagi masyarakat Batak Toba, dua bentuk macam kesenian yang dapat ditemui
dan andung merupakan salah satu kesenian yang di tengah masyarakat Batak Toba yang beragama
berkaitan erat dengan upacara kematian. Andung kristen, secara perinsip sangat berbeda teks dan
sebuah kesenian yang berkembang dari upacara konteksnya. Nyanyian rohani untuk konteks
kematian, yang memiliki posisi yang sama dengan individu yang masih hidup sebagai pemenuhan
kesenian lainnya yang berasal dari Batak Toba. kebutuhan spiritualnya, andung untuk memenuhi
Dalam semua kehidupan masyarakat kebutuhan keluarga yang di tinggalkan teraplikasi
Batak Toba, kesenian sudah melekat dan menjadi ke dalam bentuk ratapan di mana syairnya bersifat
bahagian aktifitas kehidupannya. Berbagai bentuk tentatif. Andung merupakan bagian dari ritual
kesenian tumbuh dan berkembang di tengah kematian dan nyanyian yang lain seperti nyanyian
masyarakat Batak seperti nyanyian rohani, lagu rohani merupakan bagian dari ritual kepercayaan
ibadah, dan musik rohani serta musik ibadah yang ada hubungannya dengan ritual beribadah.
di dalam kegiatan keagamaaan (agama kristen). Kedua nyanyian di atas merupakan bentuk
Menggunakan perspektif Bourdieu, music aktualisasi masyarakat Toba dalam berkesenian.
merupakan habitus orang orang Batak (Prasetya,
dkk, 2011). Menurut pakar musik Liturgi, Karl Penutup
Edmund Prier, lagu ibadat diciptakan memang
menjadi bagian integral dari ibadat sebagai sarana Masyarakat Batak Toba melihat kematian
permohonan, puji syukur atau bagian iringan dengan cara yang unik, teraplikasi pada upacara
peribadatan. Karena keterikatannya itu syair lagu atau ritual yang dilakukan ketika ada anggota
ibadat tidak bebas nilai (syair lebih penting dari keluarga yang meninggal. Konteks kematian dalam
unsur lagunya sendiri). Syair lagu Rohani dapat masyarakat Batak Toba adalah adat istiadat mereka.

137
Rosmegawaty Tindaon, dkk. Mengandung dalam Perkabungan Masyarakat Batak

Berawal dari upacara adat kematian ini Vol. 1 No. 2.


berkembang sebuah nyanyian yang menjadi ciri dari Siahaan, Nalom.1982. Adat Dalihan Na Tolu:
salah satu nyanyian khas masyarakat Batak Toba, Prinsip dan Pelaksanaannya. Jakarta: Tulus
yang dikenal dengan Andung yang dinyanyikan Jaya.
pada peristiwa kematian sebagai wujud kepedulian Sibarani. R. 2012 Kearipan Lokal Hakekat, Pera,
dan rasa sayang atau simpati dari keluarga yang di- dan Metode Tradisi Lisan. Jakarta: Assosiasi
tinggalkan terhadap sijenazah. Kemampuan dalam Tradisi Lisan (ALT).
melantunkan Andung tidak diajarkan atau diwa- Sihombing, T.M. 1986. Filsafat Batak: Tentang
risi secara turun temurun, tetapi terbentuk karena Kebiasaan-kebiasaan Adat Istiadat. Jakarta:
kondisi budaya masyarakat Batak Toba, terdapat Balai Pustaka.
dalam upacara kematian, yang melakukannya tidak Sinaga, Richard. 2010. Meninggal Adat Dalihan
terikat pada usia tapi dibentuk oleh peristiwa kema- Na Tolu. Jakarta: Penerbit Dian Utama.
tian yang terjadi disebuah keluarga. Kemampuan SJ., Prier, Karl-Edmund. 1966. lmu bentuk Musik.
mangandung tidak bisa dipelajari tetapi mengalir Yogyakarta: Pusat Musik Liturgi.
begitu saja jika ada anggota keluarga yang harus Stone, Kurt. 1980. Music Nation in the Twentieth
diratapi, dimana melalui syair diungkapkan tentang Century, London & New York: W. W. Norton
kehidupan si jenazah semasa hidupnya. & Company.
Andung saat ini sudah menjadi salah
satu kesenian yang ditampilkan di tengah Disertasi
masyarakatnya, terlepas atau tidak dari ritual
kematian yang terjadi. Secara spesifik masyarakat Hodges, William Robert Jr. 2009. “Ganti Andung
Batak Toba memiliki budaya mengandung sebagai Gabe Ende (ReplacingLament, Becoming
salah satu dari keberagaman budaya yang tersebar Hymns): The Changing Voice of Grief in the
di seluruh wilayah Batak Toba, juga sebagai salah Pre- funeral Wakes of Protestant Toba Batak
satu penciri dari budaya masyarakat secara spesifik (North Sumatra, Indonesia)”, [Disertasi]
yang membedakannya dengan budaya dari daerah University of California Santa Barbara
lain. Perkembangan masyarakat pendukungnya Sinaga, Mei Sonni. 2010. Makna simbolik gondang
merubah beberapa unsur yang terdapat dalam Mula Jadi Na bolon Dalam Upacara Pameleon
andung, sehingga menjadikannya nyanyian yang Bolon Masyarakat parmalim Di Hutatinggi,
bersifat lebih tentatif. Kecamatan Lagu Boti, Kabupaten Toba
Samosir Propinsi Sumatera Utara. [Tesis].
Kepustakaan Program Seni Pertunjukan dan seni Rupa
Sekolah Pasca Sarjana Universitas Gadjah
Nainggolan, Togar. 2012. Batak Toba: Sejarah Mada Yogyakarta.
dan transformasi religi. Medan: Bina Media Wijayanto Bayu, Lono L. Simatupang, dan Victor
Perintis. Ganap. 2016. Musik Gospel, Sebagai Ekspresi
Kurt. 1980. Stone Music Nation in the Twentieth Spiritual-Musik Jemaat Gereja Kristen
Century. London & New York: W. W. Norton Kharismatik. Journal of Urban Society’s Art.
& Company Volume 3 No. 2- Oktober 2016.
Mack Dieter. 1986. Ilmu Melodi. Yogyakarta: Pusat
Musik Liturgi. Pustaka Laman
Nettl, Bruno. 1964. Theory and Method in
Ethnomusicology. New York: The Free Press. Hodges, William Robert Jr. 2006. “Tudia ho, dung
Prasetya, HB; Timbul Haryono; Lono L. mate ho?: Manifestasi dan Mediasi Disonasi
Somatupang. 2011. Habitus, Ngeng, dan Kognitif dalam Konteks Lagu-lagu Ratapan
Estetika Bunyi Mleset dan Nggandhul pada di Kalangan Kristen Protestan Batak Toba.
Karawitan. Paradigma Jurnal Kajian Budaya. Etnomusikologi. Vol. 2 No.1, Mei 2006.”,

138
Vol. 17 No. 3, Desember 2016

Diunduh dari http://www.etnomusikologiusu. pelantun nyanyian andung, Desa Lumban


com/uploads/1/8/0/0/1800340/ Sinaga Dolok Sanggul , wawancara dilakukan
rhodgestudiaho.pdf pada 13 April 14 , 17 -18 Juli 2016, 20
September, 2016, 78
Narasumber Rumona Lumban Gaol 53 tahun, wirasuasta,
pelantun nyanyian andung, Desa Lumban
Manna Sitinjak 88 tahun, wirasuasta, pelantun Sinaga Doloksanggul 16-17 September 2016.
nyanyian andung Baniara Samosirara, Tianggur Lumban Gaol 75 tahun, wirasuasta ,
wawancara dilakukan pada15 Juli 2016, 21 pelantun nyanyian andung Desa Lumban
Juli 2016. Sinaga Dolok Sanggul, wawancara dilakukan
Marisi Lumban Gaol 78 tahun, wiwasuasta, pada 13 April 2016, dan 27 Juli 2016, 2016.

139

Anda mungkin juga menyukai