Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Asal usul merek itu sendiri berpangkal di sekitar abad pertengahan di


Eropa, pada saat perdagangan dengan dunia luar mulai berkembang. Fungsinya
semula untuk menunjukkan asal produk yang bersangkutan. Baru setelah dikenal
metode produksi massal dan dengan jaringan distribusi dan pasar yang lebih luas
dan kian rumit, fungsi merek berkembang menjadi seperti yang dikenal sekarang
ini. Merek menjadi salah satu kata yang sangat populer yang sering digunakan
dalam hal mempublikasikan produk baik itu lewat media massa seperti di surat
kabar, majalah, dan tabloid maupun lewat media elektronik seperti di televisi,
radio dan lain-lain. Seiring dengan semakin pesatnya persaingan dalam dunia
perdagangan barang dan jasa ahkir-akhir ini maka tidak heran jika merek memiliki
peranan yang sangat signifikan untuk dikenali sebagai tanda suatu produk
tertentu di kalangan masyarakat dan juga memilki kekuatan serta manfaat apabila
dikelola dengan baik. Merek bukan lagi kata yang hanya dihubungkan dengan
produk atau sekumpulan barang pada era perdagangan bebas sekarang ini tetapi
juga proses dan strategi bisnis. Oleh karena itu, merek mempunyai nilai atau
ekuitas. Dan ekuitas menjadi sangat penting karena nilai tersebut akan menjadi
tolak ukur suatu produk yang ada dipasaran.

Banyak hal yang didapatkan dari merek-merek terkenal terutama dalam


hal ekonomi. Keuntungan dalam bentuk materi akan mudah didapatkan dengan
cara yang instan. Dimana pada saat ini bayak sekali kasus yang numpang /
nebeng dengan merek terkenal agar dapat mendongkrak keuntungan dan
poularitas sebuah merek yang kurang mendapat perhatian dari konsumen. Banyak
merek yang kelihatannya seperti merek aslinya tetapi sebenarnya tidak palsu yang
sering disebut dengan aspal (asli tapi palsu).
1.2 Rumusan Masalah

a. Apa pengertian Merek ?


b. Bagaimana sistem perlindungan bagi pemegang Merek ?
c. Bagaimana syarat dan tata cara permohonan pendaftaran Merek ?

1.3 Tujuan Makalah

a. Tujuan Makalah adalah untuk mengetahui pengertian merek


b. Untuk mengetahui bagaimana system perlindungan bagi merek
c. Untuk mengetahui syarat dan tata cara permohonan pendaftaran merk

BAB II

PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Merek

Pengertian dari merek secara yuridis tercantum dalam pasal 1 ayat (1) UU
No. 15 tahun 2001 yang berbunyi :

“Merek adalah tanda yang berupa gambar, nama, kata, huruf-huruf, angka-
angka, susunan warna, atau kombinasi dari unsur-unsur tersebut yang memiliki
daya pembeda dan digunakan dalam kegiatan perdagangan barang dan jasa”.

Adapun pengertian merk menurut Djaslim Saladin menyatakan bahwa:


“Merk adalah suatu nama, istilah, tanda, lambang atau desain, atau gabungan
semua yang diharapkan mengidentifikasikan barang atau jasa dari seorang penjual
atau sekelompok penjual, dan diharapkan akan membedakan barang atau jasa dari
produk pesaing.”
Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa semua definisi mempunyai
pengertian yang sama mengenai merek yakni salah satu atribut yang penting dari
sebuah produk, dimana merek suatu produk dapat memberikan nilai tambah bagi
produk tersebut. Merek tidak hanya sebuah nama bagi produk, tetapi lebih dari itu
merupakan identitas untuk membedakan dari produk-produk yang dihasilkan dari
perusahaan lain. Dengan identitas khusus, produk tertentu akan lebih mudah
dikenali oleh konsumen dan pada gilirannya tentu akan memudahkan pada saat
pembelian ulang produk tersebut. Pada dasarnya merek terdiri dari dua bagian
yaitu bagian yang dapat diucapkan yaitu nama merek, dan bagian yang dapat
dikenali tetapi tidak dapat diucapkan yaitu tanda merek.

Sebagaimana diketahui, bahwa perlindungan merek di Indonesia, semula


diatur dalam Reglement Industriele Eigendom Kolonien 1912, yang kemudian
diperbaharui dan diganti dengan Undang-undang Nomor 21 Tahun 1961 tentang
Merek Perusahaan dan Merek Perniagaan (disebut pula Undang-Undang Merek
1961). Adapun pertimbangan lahirnya Undang-Undang Merek 1961 ini adalah
untuk melindungi khalayak ramai dari tiruan barang-barang yang memakai suatu
merek yang sudah dikenalnya sebagai merek barang-barang yang bermutu baik.
Selain itu, Undang-Undang Merek 1961 juga bermaksud melindungi pemakai
pertama dari suatu merek di Indonesia.
Selanjutnya, pengaturan hukum merek yang terdapat dalam Undang-
Undang Merek 1961, diperbaharui dan diganti lagi dengan Undang-undang
Nomor 19 Tahun 1992 tentang Merek (selanjutnya disebut Undang-undang Merek
1992), yang mulai berlaku sejak tanggal 1 April 1993. Dengan berlakunya
Undang-undang Merek 1992, Undang-undang Merek 1961 dinyatakan tidak
berlaku lagi. Pada prinsipnya Undang-Undang Merek 1991 telah melakukan
penyempurnaan dan perubahan terhadap hal-hal yang berkaitan dengan merek,
guna disesuaikan dengan Paris convention. Undang-undang Nomor 19 Tahun
1992, disempurnakan lagi dengan Undang-undang Nomor 14 Tahun 1997.
Penyempurnaan undang-undang terus dilakukan, hingga sekarang diberlakukan
Undang-undang No. 15 Tahun 2001 tentang Merek (Lembaran Negara Tahun
2001 Nomor 110, Tambahan Lembaran Negara Tahun 4131), yang mulai berlaku
sejak tanggal 1 Agustus 2001.

Sama halnya denga hak cipta dan hak paten serta hak kekayaan intelektual
lainnya maka hak merek juga merupakan bagian dari Hak Kekayaan Intelektual.
Undang-Undang Merk 1992 menyebutkan bahwa merek merupakan salah satu
uwjud dari karya intelektual.sebuah karya yang didasarkan kepada olah pikir
manusia, yang kemudian terjelma dalam bentuk benda immaterial. Suatu hal yang
perlu dipahami dalam setiap kali menempatkan hak merk dalam Hak Kekayaan
Intelektual adalah bahwa, kelahiran hak merk diawali dari temuan-temuannya
dalam bidang hak kekayaan intelektual lainnya,misalnya hak cipta. Pada merek
ada unsur ciptaan,misalnya design logo, atau design huruf. Ada hak cipta dalam
bidang seni. Oleh karena itu dalam hak merek bukan hak cipta dalam bidang seni
itu yang dilindungi, tetapi mereknya itu sendiri.
2.2 Perlindungan Hukum Bagi Pemegang Merek

Mengingat konsep perlindungan merek di Indonesia telah menganut sistem


konstitutif atau pendaftar pertama (first to file principle), maka merek yang
dilindungi hukum adalah merek yang terdaftar. Sehubungan dengan hal tersebut di
atas, Pasal 3 UU Merek Tahun 2001 menentukan bahwa hak atas merek adalah
hak khusus yang diberikan negara kepada pemilik merek yang terdaftar dalam
Daftar Umum Merek. Sistem alur permintaan pendaftaran merek yang dijalani
sekarang ini maupun yang didasarkan pada RUUM, selain tidak efisien, akan
membuka peluang untuk kolusi atau terbuka penyalahgunaan prosedur.(1)

Perlindungan hukum merek yang diberikan baik kepada merek asing atau
lokal, terkenal atau tidak terkenal hanya diberikan kepada merek terdaftar.
Perlindungan hukum tersebut dapat berupa perlindungan yang bersifat preventif
maupun represif. Perlindungan hukum yang bersifat preventif dilakukan melaui
pendaftaran merek, sedangkan perlindungan hukum yang bersifat represif
dilakukan jika terjadi pelanggaran merek melalui gugatan perdata dan atau
tuntutan ganti rugi.(2)

Untuk lebih menekankan mengapa hak merek itu harus dilindungi, dalam Pasal 3
UU Merek Tahun 2001 Tentang Merek yang baru berbunyi:

“Hak atas merek adalah hak ekslusif yang diberikan oleh negara kepada pemilik
merek yang terdaftar dalam Daftar Umum Merek untuk jangka waktu tertentu
dengan menggunakan sendiri merek tersebut atau memberikan izin kepada pihak
lain untuk menggunakannya”.[11]

Jika dilihat dari pengertian yang diberikan oleh ketentuan Pasal 3 UU Merek
Tahun 2001, tidak berarti secara otomatis merek yang dimaksudkan akan
mendapatkan perlindungan hukum. Mengingat konsep perlindungan merek yang
dianut dalam UU Merek di Indonesia mengedepankan prinsip dari first to file
priniple, mengandung arti siapa yang mendaftarkan pertama maka ia yang
mempunyai atas merek tersebut. Jika mengacu kepada UU Merek Tahun 2001
terlihat adanya perbedaan antara merek yang dapat didaftarkan dengan merek
yang tidak dapat didaftarkan dan ditolak. Menurut Pasal 5 UU Merek Tahun 2001
tentang merek ada beberapa unsur suatu merek itu tidak dapat didaftarkan yaitu:
[12]
a. Bertentangan dengan peraturan perundang – undangan yang berlaku,
moralitas agama, kesusilaan, atau ketertiban umum.

b. Tidak memiliki daya pembeda.

c. Telah menjadi milik umum.

d. Merupakan keterangan atau berkaitan dengan barang atau jasa yang


dimohonkan pendaftarannya.

Di dalam Pasal 2 UU Merek Tahun 2001, merek dapat dibedakan menjadi 2 jenis
yaitu:

1. Merek dagang adalah merek yang digunakan pada barang yang


diperdagangkan oleh seseorang atau beberapa orang secara bersama –
sama atau badan hukum untuk membedakan dengan barang – barang
sejenis lainnya.
2. Merek jasa adalah merek yang digunakan pada jasa yang diperdagangkan
oleh seseorang atau beberapa orang secara bersama – sama atau badan
hukum untuk membedakan jasa – jasa yang sejenis.
2.2.1 Jangka Waktu Perlindungan

Jangka waktu perlindungan atas hak merek selama 10 tahun secara


limitatif dengan waktu tertentu yang terhitung sejak tanggal penerimaan. Tanggal
mulai dan berakhirnya jangka waktu perlindungan termaksud dalam konsepsi
pendaftaran hak atas kekayaan intelektual biasanya akan dicatat dalam Daftar
Umum dan diumumkan dalam Berita Resmi dari kantor yang membidangi
pendaftaran hak atas kekayaan intelektual termaksud.

2.3 Syarat dan Tata Cara Permohonan Pendaftaran Merek

Ketentuan yang mengatur mengenai syarat dan tata cara Permohonan


Merk berdasarkan Undang-Undang No. 15 Tahun 2001 diatur dalam :

1) Pasal 7 sampai dengan pasal 10 Undang-Undang No. 15 Tahun 2001

2) Pasal 1 hingga Pasal 6 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 23


Tahun 1993 tentang tata cara Permintaan Pendaftaran Merk.

Tata cara pengajuan Merk yakni ;

1. Tata cara pengajuan permohonan


Permohonan diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia kepada Direktorat
Merk dengan ketentuan:

a) Permohonan diajukan dengan menggunakan formulir yang bentuk dan


isinya seperti contoh yang dilampirkan pada Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia No. 23 Tahun 1993 tentang Tata Cara Permintaan Pendaftaran Merk.
b) Pengisian formulir Permohonan tersebut wajib dilakukan dalam rangkap
empat dengan mencantumkan:

 Tanggal, bulan dan tahun


 Nama lengkap, kewarganegaraan, dan alamat Pemohon

Pemohon dapat terdiri dari satu orang atau beberapa orang secara bersama,
atau badan hokum. Dalam hal Permohonan diajukan oleh lebih dari satu
Pemohon yang secara bersama-sama berhak atas Merk tersebut, semua nama
Pemohon dicantumkan dengan memilih salah satu alamat sebagai alamat
mereka.

 Nama lengkap dan alamat kuasa apabila Permohonan diajukan melalui


Kuasa
 Tempat tinggal Kuasa yang dipilih sebagai domisili hukumnya di Indonesia,
apabila Pemohon bertempat tinggal atau berkedudukan tetap diluar Negara
Republik Indonesia
 Warna-warni apabila merk yang dimohonkan pendaftarannya menggunakan
unsur-unsur warna
 Jenis barang dan/atau jasa yang termasuk dalam kelas yang dimohonkan
pendaftarannya. Permohonan untuk dua kelas barang atau lebih dan/atau jasa
dapat diajukan dalam satu Permohonan.
 Nama Negara dan tanggal permintaan merk yang pertama kali dalam hal
permohonan diajukan dengan hak Prioritas.
1. Menandatangani Permohonan
A. Permohonan ditandatangani Pemohon atau Kuasanya, dengan
ketentuan dalam hal permohonan diajukan oleh lebih dari satu Pemohon
yang secara bersama-sama berhak atas Merk tersebut, Permohonan
tersebut ditandatangani oleh salah satu Pemohon yang berhak atas Merk
tersebut dengan melampirkan persetujuan tertulis dari para pemohon yang
mewakili.
B. Dalam hal Permohonan tersebut diajukan melalui Kuasa
(Konsultan Hak Kekayaan Intelektual), Permohonan ditandatangani oleh
Kuasa dengan ketentuan:
i. Surat Kuasa untuk itu ditandatangani oleh semua pihak
yang berhak atas Merk tersebut
ii. Jika penerima Kuasa lebih dari satu orang, dan dalam surat
kuasa tidak terdapat klausul “surat kuasa diberikan kepada kuasa-kuasa
tersebut untuk bertindak, baik sendiri-sendiri maupun bersama-sama”,
menurut pendapat penulis, Permohonan harus ditandatangani oleh
semua penerima kuasa.

Syarat Permohonan

Setiap Permohonan wajib dilengkapi dengan:

1) Surat pernyataan pemilikan Merk

1. Tanda tangan dan isi


Surat pernyataan itu harus ditandatangani oleh pemilik merk dan bermeterei
cukup yang dengan jelas dan tegas menyebutkan bahwa:

 Merk yang dimohonkan pendaftaran adalah miliknya


 Merk yang dimohonkan pendaftaran tidak meniru merk orang lain baik
untuk keseluruhan maupun pada pokoknya.
1. Terjemahan

Apabila tidak menggunakan bahasa Indonesia, surat pernyataan itu harus


disertai terjemahannya dalam bahasa Indonesia.

2) Etiket Merk

Jumlah etika merk yang diperlukan adalah sebanyak dua puluh helai dengan
ketentuan:

 Ukuran
Etiket itu berukuran maksimal 9X9 cm dan minimal 2X2 cm

 Warna
Apabila etiket merk berwarna, harus disertai pula satu lembar etiket yang tidak
berwarna (hitam putih)

 Terjemahan
Etiket merk yang yang menggunkan bahasa asing dan atau di dalamnya terdapat
huruf selain huruf latin atau angka yang tidak lazim digunakan dalam bahasa
indonesia wajib disertai terjemahannya dalam bahasa Indonesia, dalam huruf lain,
dan dalam angka yang lazim digunakan dalam bahasa Indonesia.

3) Akta pendirian badan hukum

Apabila pemohon adalah badan hukum Indonesia, dilengkapi:

 Akta pendirian badan hukum yang termuat di dalam Tambahan Berita


Negara
 Salinan yang sah akta pendirian badan hukum.
4) Surat Kuasa Khusus

Surat kuasa khusus diperlukan apabila permohonan diajukan melaui kuasa,


dengan ketentuan Surat Kuasa Khusus itu selain harus menyebutkan untuk
mengajukan Permohonan dengan menyebutkan Mereknya. Namun, Surat Kuasa
Khusus ini mutlak diperlukan jika Permohonan diajukan oleh Pemohon yang
bertempat tinggal atau berkedudukan tetap di luar wilayah Negara Republik
Indonesia. Hal ini disebabkan, menurut ketentuan Pasal 10 ayat (1) Undang-
undang No. 15 Tahun 2001 tentang Merk, Permohonan yang diajukan oleh
Pemohon yang disebutkan di atas wajib diajukan melalui kuasanya di Indonesia.

5) Pembayaran biaya

Permohonan harus disertai pembayaran biaya dalam rangka Permohonan,


sesuai dengan jenis dan besar yang ditetapkan oleh Menteri Hukum dan Hak Asasi
Manusia.

6) Bukti Penerimaan Permohonan

Apabila Permohonan diajukan dengan menggunakan hak prioritas,


Permohonan harus disertai bukti penerimaan Permohonan yang pertama kali yang
menimbulkan hak prioritas, dengan disertai terjemahannya dalam bahasa
Indonesia.

7) Salinan peraturan penggunaan merk koletif

Apabila merk yang dimohonkan pendaftaran akan digunakan sebagai merk


kolektif, Permohonan harus disertai salinan peraturan penggunaan merk kolektif,
dengan ketentuan salinan peraturan penggunaan merk yang tidak menggunakan
bahasa Indonesia harus disertai terjemahannya dalam bahasa Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai