Anda di halaman 1dari 7

Ramadhan

Kaidah Menandai Lailatul Qadar Menurut Al-Ghazali


Sab, 25 Mei 2019 | 06:45 WIB

Rasulullah Muhammad shallallahu alaihi wasallam adalah teladan kita dalam melaksanakan
ibadah. Rasulullah menganjurkan kepada kita untuk memperbanyak ibadah pada bulan
Ramadhan, antara lain dengan memperbayak sedekah, membaca Al-Quran, dan i’tikaf.
Hal ini karena di antara keutamaan waktu di bulan Ramadhan adalah adanya
pelipatgandaan pahala, dan termudahkannya beramal kebaikan. Anjuran banyak melakukan
ibadah ini lebih ditekankan lagi ketika memasuki sepuluh akhir Ramadhan.
Rasulullah menganjurkan umatnya untuk mengharap dianugerahi Lailatul Qadar pada bulan
yang sepuluh pertamanya adalah rahmat, sepuluh keduanya adalah ampunan, dan sepuluh
akhirnya adalah bebas dari neraka ini. Walaupun, hakikatnya memang tidak ada yang
mengetahui secara pasti kapan terjadinya Lailatul Qadar kecuali Allah ‘azza wajalla. Hanya
saja, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengisyaratkan dalam sabdanya:
‫َت َح َّر ْو ا ليلة القدر في العشر األواخر من رمضان‬

“Carilah Lailatul Qadar itu pada sepuluh hari terakhir Ramadhan. ” (Muttafaqun ‘alaihi dari
Aisyah radliyallahu ‘anha)
Dalam kitab Shahih Al-Bukhari dan Shahih Muslim disebutkan, dari Aisyah radliyallahu
anha, ia berkata:
}‫َأ ْه َلُه { هذا لفظ البخاري‬ ‫ َو َأ ْي َق َظ‬، ‫َكاَن َر ُس ْو ُل اهلل ِإ َذ ا َد َخ َل الَع ْش ُر َش َّد ِم ْئ َز َر ُه َو َأ ْح َي ا َلْي َلُه‬

“Bila masuk sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan, Rasulullah shallallahu alaihi wasallam
mengencangkan kainnya (menjauhkan diri dari menggauli istrinya), menghidupkan
malamnya dan membangunkan keluarganya.” Demikian menurut lafadz Al-Bukhari.
Dalam riwayat lain, Imam Muslim meriwayatkan dari Aisyah radliyallahu anha:
‫َكاَن َر ُس ْو ُل اِهلل َي ْج َت ِه ُد ِف ْي الَع ْش ِر اَألَو اِخ ِر َم اَال َي ْج َت ِه ُد ِف ْي َغ ْي ِر ِه‬

“Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersungguh-sungguh dalam sepuluh hari akhir


bulan Ramadhan, hal yang tidak beliau lakukan pada bulan lainnya.” (HR Muslim)
Dalam shahihain disebutkan, dari Aisyah radliyallahu 'anha:
‫َأ َّن الَّن ِب َّي َكاَن َي ْع َت ِك ُف الَع ْش َر اَألَو اِخ َر ِم ْن َرَم َض اَن َح َّت ى َت َو َّف اُه اهلل‬

“Bahwasanya Nabi shallallahu 'alaihi wasallam senantiasa beri’tikaf pada sepuluh hari
terakhir dari Ramadhan, sehingga Allah mewafatkan beliau.”
Lebih khusus lagi, adalah malam-malam ganjil sebagaimana sabda beliau:
‫َت َح َّر ْو ا َلْي َلَة اْلَق ْد ِرِف ي اْلِو ْت ِر ِم َن اْلَع ْش ِر اَأْلَو اِخ ِر ِم ْن َرَم َض اَن‬

“Carilah Lailatul Qadar itu pada malam-malam ganjil dari sepuluh hari terakhir (bulan
Ramadan)”. (HR. Al-Bukhari dari Aisyah radliyallahu ‘anha)
Dan lebih khusus lagi adalah malam-malam ganjil pada rentang tujuh hari terakhir dari
bulan tersebut. Beberapa shahabat Nabi pernah bermimpi bahwa Lailatul Qadar tiba di
tujuh hari terakhir. Maka Rasulullah bersabda:
‫ْل‬
‫َأ َر ى ُر ْؤ َي اُكْم َق ْد َت َو اَط َأ ْت ِف ي الَّس ْب ِع اَأْلَو اِخ ِر َف َم ْن َكاَن ُم َت َح ِّر يَه ا َف َي َت َح َّر َها ِف ي الَّس ْب ِع اَأْلَو اِخ ِر‬

“Aku juga bermimpi sama sebagaimana mimpi kalian bahwa Lailatul Qadar pada tujuh hari
terakhir, barangsiapa yang berupaya untuk mencarinya, maka hendaknya dia mencarinya
pada tujuh hari terakhir. ” (muttafaqun ‘alaihi dari Ibnu ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma)
Dalam riwayat Muslim dengan lafazh:
‫اْلَت ِم ُس وَها ِف ي اْلَع ْش ِر اَأْلَو اِخ ِر َي ْع ِن ي َلْي َلَة اْلَق ْد ِر َف ِإ ْن َض ُع َف َأ َح ُد ُكْم َأ ْو َع َج َز َف اَل ُي ْغ َلَب َّن َع َلى الَّس ْب ِع اْلَب َو اِق ي‬

“Carilah Lailatul Qadar pada sepuluh hari terakhir, jika salah seorang dari kalian merasa
lemah atau tidak mampu, maka janganlah sampai terlewatkan tujuh hari yang tersisa dari
bulan Ramadhan.” (HR. Muslim dari Ibnu ‘Umar radliyallahu ‘anhuma)
Yang lebih khusus lagi adalah malam 27 sebagaimana sabda Nabi tentang Lailatul Qadar:
‫َلْي َلُة َس ْب ع َو ِع ْش ِر ْي َن‬

“(Dia adalah) malam ke-27. ” (HR. Abu Dawud, dari Mu’awiyah bin Abi Sufyan radliyallahu
‘anhuma, dalam Shahih Sunan Abi Dawud. Sahabat Ubay bin Ka’b radliyallahu ‘anhu
menegaskan:
‫واهلل إني ألعلمها وأكثر علمي هي الليلة التي أمرنا رسول اهلل صلى اهلل عليه وسلم بقيامها هي ليلة سبع‬
‫وعشرين‬

"Demi Allah, sungguh aku mengetahui malam (Lailatul Qadar) tersebut. Puncak ilmuku
bahwa malam tersebut adalah malam yang Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
memerintahkan kami untuk menegakkan shalat padanya, yaitu malam ke-27." (HR. Muslim)
Dengan demikian dapat dibuat kesimpulan bahwa Lailatul Qadar itu ada pada sepuluh akhir
Ramadhan, terutama pada malam tanggal ganjil.
Dalam hadits Abu Dzar disebutkan:
‫ َو َذ َكَر َأ َّن ُه َد َع ا َأ ْه َلُه َو ِن َس اَء ُه َلْي َلَة‬، ‫ َو َس ْب َو ِع ْش ِر ْي َن‬، ‫ َو َخ ْم ٍس َو ِع ْش ِر ْي َن‬، ‫َأ َّن ُه َق اَم ِب ِه ْم َلْي َلَة َث َالٍث َو ِع ْش ِر ْي َن‬
‫َس ْب ٍع‬ ‫ٍع‬
‫َو ِع ْش ِر ْي َن َخ اَّص ًة‬

“Bahwasanya Rasulullah melakukan shalat bersama mereka (para sahabat) pada malam
dua puluh tiga (23), dua puluh lima (25), dan dua puluh tujuh (27) dan disebutkan
bahwasanya beliau mengajak salat keluarga dan istri-istrinya pada malam dua puluh tujuh
(27).”
Para ulama kemudian berusaha meneliti pengalaman mereka dalam menemukan Lailatul
Qadar. Menurut keterangan Fathul Qarib, Hasyiah Al-Bajury, dan Fathul Muin beserta
'Ianatut Thalibin, Imam Syafii menyatakan bahwa Lailatul Qadar itu ada pada sepuluh akhir
Ramadhan, lebih-lebih pada malam ganjilnya, dan yang paling diharapkan adalah pada
malam 21, atau 23 Ramadhan.
Di antara ulama yang menyatakan bahwa ada kaidah atau formula untuk mengetahui itu
adalah Imam Abu Hamid Al-Ghazali (450 H- 505 H) dan Imam Abul Hasan as Syadzili.
Bahkan dinyatakan bahwa Syekh Abu Hasan semenjak baligh selalu mendapatkan Lailatul
Qadar dan menyesuai dengan kaidah ini.
Menurut Imam Al-Ghazali dan juga ulama lainnya, sebagaimana disebut dalam I’anatut
Thalibin juz 2, hal. 257, bahwa cara untuk mengetahui Lailatul Qadar bisa dilihat dari hari
pertama dari bulan Ramadhan:
‫قال الغزالي وغيره إنها تعلم فيه باليوم األول من الشهر‬
‫فإن كان أوله يوم األحد أو يوم األربعاء فهي ليلة تسع وعشرين‬
‫أو يوم االثنين فهي ليلة إحدى وعشرين‬
‫أو يوم الثالثاء أو الجمعة فهي ليلة سبع وعشرين‬
‫أو الخميس فهي ليلة خمس وعشرين‬
‫أو يوم السبت فهي ليلة ثالث وعشرين‬
‫قال الشيخ أبو الحسن ومنذ بلغت سن الرجال ما فاتتني ليلة القدر بهذه القاعدة المذكورة‬

1. Jika awalnya jatuh pada hari Ahad atau Rabu, maka Lailatul Qadar jatuh pada malam ke-
29
2. Jika awalnya jatuh pada hari Senin maka Lailatul Qadar jatuh pada malam ke-21
3. Jika awalnya jatuh pada hari Selasa atau Jum'at maka Lailatul Qadar jatuh pada malam
ke-27
4. Jika awalnya jatuh pada hari Kamis maka Lailatul Qadar jatuh pada malam ke-25
5. Jika awalnya jatuh pada hari Sabtu maka Lailatul Qadar jatuh pada malam ke-23
Syekh Abul Hasan As-Syadzili berkata:
“Semenjak saya menginjak usia dewasa Lailatul Qadar tidak pernah meleset dari jadwal
atau kaidah tersebut."
Kaidah ini sesuai dengan keterangan dalam Hasyiah al-Jamal, hal. 480:
‫كما اختاره الغزالي وغيره وقالوا إنها تعلم فيه باليوم األول من الشهر فإن كان أوله يوم األحد أو األربعاء فهي‬
‫ليلة تسع وعشرين أو يوم االثنين فهي ليلة إحدى وعشرين أو يوم الثالثاء أو الجمعة فهي ليلة سبع وعشرين‬
‫أو يوم الخميس فهي ليلة خمس وعشرين أو يوم السبت فهي ليلة ثالث وعشرين‬ .
Berbeda dari keterangan dalam I'anatut Thalibin dalam halaman 258, kitab Hasyiah al-
Bajury dalam juz pertama halaman 304, mencantumkan kaidah lain:
#
‫وإناجميعا إن نصم يوم جمعة ففى تاسع العشرين خذ ليلة القدر‬
#
‫وإن كان يوم السبت أول صومنا فحادي وعشرين إعتمده بالعذر‬
#
‫وإن هّل يوم الصوم فى أحد ففى سابع العشرين مارمت فاستقر‬
#
‫وإن هّل باإلثنين فاعلم بأّن ه يوافيك نيل الوصل فى تاسع العشرى‬
#
‫ويوم الثالثاإن بدا الشهرفاعتمد على خامس العشرين تحظ بها القدر‬
#
‫وفى األربعاء إن هّل يامن يرومها فدونك فاطلب وصلها سابع العشي‬
‫توافيك بعد العشر فى ليلة الوتر‬ # ‫ويوم الخميس إن بدا الشهر فاجتهد‬
(Jika awal puasanya Jumat maka pada malam ke-29; jika Sabtu maka pada malam ke-21;
jika Ahad maka pada malam ke-27; jika pada Senin maka pada malam ke-29; jika Selasa
maka pada malam ke-25; jika Rabu maka pada malam ke-27; jika Kamis maka pada sepuluh
akhir malam-malam ganjil).
Jika kita mengikuti kaidah ini, malam Lailatul Qadar pada 1440 Hijriah atau 2019 Masehi ini
bisa berbeda-beda, tergantung keterangan dari kitab mana yang hendak kita pedomani:
- Mengacu pada keterangan dalam kitab Hasyiah Jamal dan I'anatut Thalibin, Lailatul
Qadar insyaAllah jatuh pada malam ke-21 karena awal siang Ramadhan terjadi pada Senin,
6 Mei 2019. Malam ke-21 terjadi pada Sabtu malam, 25 Mei 2019.
- Mengacu pada keterangan dalam kitab Hasyiah al-Bajury , Lailatul Qadar insyaallah jatuh
pada malam ke-29 karena awal puasa Ramadhan terjadi pada hari Senin. Malam ke-29
terjadi pada Ahad malam, 2 Juni 2019.
Kaidah ini tercantum dalam kitab-kitab para ulama termasuk dalam kitab-kitab fiqih
bermazhab Syafi’i (fiqh Syafi’iyyah). Rumus ini teruji dari kebiasaan para ulama yang telah
menemui Lailatul Qadar. Demikianlah ijtihad Imam Al-Ghazali dan disetujui oleh banyak
ulama sebagaimana termaktub dalam kitab-kitab fiqih. Tentang hakikat kepastian
kebenarannya, jawaban terbaiknya adalah wallahu ‘a’lam (hanya Allah yang paling tahu).
Karena itu, walaupun titik pusat konsentrasi qiyam ramadhan dan ibadah kita boleh
diarahkan sesuai dengan kaidah tersebut, hendaknya kita terus mencari malam yang
penuh kemuliaan itu di malam atau tanggal apa dan mana pun, dan terutama pada malam
ganjil, dan terutama pada malam-malam sepuluh akhir, dan terutama lagi pada malam
ganjil di sepuluh akhir.

Ustadz Yusuf Suharto, Penulis buku Khazanah Aswaja; Anggota Aswaja NU Center PWNU
Jatim
:::
Catatan: Naskah ini terbit pertama kali di NU Online pada 13 Agustus 2012, pukul 08.36.
Redaksi mengunggahnya kembali dengan sedikit penyuntingan dan penyelarasan hitungan
prediksi tanggal lailatul qadar
: Redaksi
Editor: Mahbib Khoiron
Tags

Terpopuler

1 Hukum Jamaah dengan Imam yang Tidak Fashih Bacaan Fatihahnya


2 Jangan Keliru, Ini Perbedaan Nuzulul Qur'an dan Lailatul Qadar
3 Lakpesdam PBNU Kembali Buka Beasiswa Pendampingan S2 dan S3 ke Luar Negeri
4 Begini Sejarah dan Hikmah Nuzulul Qur'an
5 Jadwal
Semenit
Buka Puasa Wilayah Surabaya Hari Ini, Jumat 29 Maret 2024 Lebih Cepat

6 KH Miftachul Akhyar Sebut Orang Tak Bisa Khusyuk karena Dunianya Terlalu Banyak

Terkini Lihat Semua

Ramadhan

Kultum Ramadhan: Puasa, Menahan Diri dari Berkomentar Negatif di Media Sosial
Ahad, 31 Maret 2024 | 03:00 WIB
Tafsir

5 Ayat yang Menjelaskan Nuzulul Qur’an dan Tafsirnya


Sab, 30 Maret 2024 | 18:45 WIB
Nasional

Cara Cek Biaya Tol Online di Mudik 2024: BPJT, Jasa Marga, dan Google Maps
Sab, 30 Maret 2024 | 18:00 WIB
Nasional

Berpuasa tapi Tidak Shalat, Apakah Otomatis Batal? Begini Penjelasannya


Sab, 30 Maret 2024 | 16:30 WIB
Nasional

Roadshow Literasi Digital LD PBNU Sapa Dai-Daiyah Muda di Trenggalek


Sab, 30 Maret 2024 | 16:15 WIB

Anda mungkin juga menyukai