Keutamaannya sangat besar, karena malam ini menyaksikan turunnya Al-Quran AlKarim, yang membimbing orang-orang yang berpegang dengannya ke jalan
kemuliaan dan mengangkatnya ke derajat yang mulia dan abadi. Umat Islam yang
mengikuti sunnah Rasulnya tidak memasang tanda-tanda tertentu dan tidak pula
menancapkan anak-anak panah untuk memperingati malam ini, akan tetapi mereka
berloma-lomba untuk bangun di malam harinya dengan penuh iman dan mengharap
pahala dari Allah.
Inilah wahai saudaraku muslim, ayat-ayat Quraniyah dan hadits-hadits nabawiyah
yang shahih menjelaskan tentang malam tersebut.
1. Keutamaan Malam Lailatul Qadar
Cukuplah untuk mengetahui tingginya kedudukan Lailatul Qadar dengan mengetahui
bahwasanya malam itu lebih baik dari seribu bulan, Allah berfirman.
Artinya : Sesungguhnya Kami menurunkan Al-Quran pada malam Lailatul Qadar,
tahukah engkau apakah malam Lailatul Qadar itu ? Malam Lailatul Qadar itu lebih
baik dari seribu bulan, pada malam itu turunlah melaikat-malaikat dan Jibril dengan
izin Allah Tuhan mereka (untuk membawa) segala usrusan, selamatlah malam itu
hingga terbit fajar [Al-Qadar : 1-5]
Dan pada malam itu dijelaskan segala urusan yang penuh hikmah.
Artinya : Sesungguhnya Kami menurunkannya pada suatu malam yang diberkahi
dan sesungguhnya Kami-lah yang memberi peringatan. Pada malam itu dijelaskan
segala urusan yang penuh hikmah, (yaitu) urusan yang besar dari sisi Kami.
Sesungguhnya Kami adalah Maha mendengar lagi Maha Mengetahui [Ad-Dukhan :
3-6]
2. Waktunya
Diriwayatkan dari Nabi Shallallahu alaihi wa sallam bahwa malam tersebut terjadi
pada tanggal malam 21,23,25,27,29 dan akhir malam bulan Ramadhan. [1]
Imam Syafii berkata : Menurut pemahamanku. wallahu alam, Nabi Shallallahu
alaihi wa sallam menjawab sesuai yang ditanyakan, ketika ditanyakan kepada
beliau : Apakah kami mencarinya di malam ini?, beliau menjawab : Carilah di
malam tersebut [Sebagaimana dinukil Al-Baghawi dalam Syarhus Sunnah 6/386]
Pendapat yang paling kuat, terjadinya malam Lailatul Qadar itu pada malam terakhir
bulan Ramadhan berdasarkan hadits Aisyah Radhiyallahu anha, dia berkata
Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam beritikaf di sepuluh hari terkahir bulan
Ramadhan dan beliau bersabda.
Artinya : Carilah malam Lailatul Qadar di (malam ganjil) pada 10 hari terakhir bulan
Ramadhan [Hadits Riwayat Bukhari 4/225 dan Muslim 1169]
Jika seseorang merasa lemah atau tidak mampu, janganlah sampai terluput dari
tujuh hari terakhir, karena riwayat dari Ibnu Umar, (dia berkata) : Rasulullah
Shallallahu alaihi wa sallam bersabda.
Artinya : Carilah di sepuluh hari terakhir, jika tidak mampu maka jangan sampai
terluput tujuh hari sisanya [Hadits Riwayat Bukhari 4/221 dan Muslim 1165]
Ini menafsirkan sabdanya.
Artinya : Aku melihat mimpi kalian telah terjadi, barangsiapa yang mencarinya
carilah pada tujuh hari terakhir [Lihat Maraji' tadi]
Telah diketahui dalam sunnah, pemberitahuan ini ada karena perdebatan para
sahabat. Dari Ubadah bin Shamit Radhiyallahu anhu, ia berkata : Rasulullah
Shallallahu alaihi wa sallam ke luar pada malam Lailatul Qadar, ada dua orang
sahabat berdebat, beliau bersabda.
Artinya : Aku keluar untuk mengkhabarkan kepada kalian tentang malam Lailatul
Qadar, tapi ada dua orang berdebat hingga tidak bisa lagi diketahui kapannya;
mungkin ini lebih baik bagi kalian, carilah di malam 29. 27. 25 (dan dalam riwayat
lain : tujuh, sembilan dan lima) [Hadits Riwayat Bukhari 4/232]
Telah banyak hadits yang mengisyaratkan bahwa malam Lailatul Qadar itu pada
sepuluh hari terakhir, yang lainnya menegaskan, di malam ganjil sepuluh hari
terakhir. Hadits yang pertama sifatnya umum sedang hadits kedua adalah khusus,
maka riwayat yang khusus lebih diutamakan dari pada yang umum, dan telah
banyak hadits yang lebih menerangkan bahwa malam Lailatul Qadar itu ada pada
tujuh hari terakhir bulan Ramadhan, tetapi ini dibatasi kalau tidak mampu dan lemah,
tidak ada masalah, dengan ini cocoklah hadits-hadits tersebut tidak saling
bertentangan, bahkan bersatu tidak terpisah.
Kesimpulannya
Jika seorang muslim mencari malam lailatul Qadar carilah pada malam ganjil
sepuluh hari terakhir : 21, 23,25,27 dan 29. Kalau lemah dan tidak mampu mencari
pada sepuluh hari terakhir, maka carilah pada malam ganjil tujuh hari terakhir yaitu
25,27 dan 29. Wallahu alam
4. Tanda-Tandanya
Ketahuilah hamba yang taat -mudah-mudahan Allah menguatkanmu degan ruh dariNya dan membantu dengan pertolongan-Nya- sesungguhnya Rasulullah Shallallahu
alaihi wa sallam menggambarkan paginya malam Lailatul Qadar agar seorang
muslim mengetahuinya.
Dari Ubay Radhiyallahu anhu, ia berkata : Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam
bersabda.
Artinya : Pagi hari malam Lailatul Qadar, matahari terbit tidak menyilaukan, seperti
bejana hingga meninggi [Hadits Riwayat Muslim 762]
Dari Abu Hurairah, ia berkata : Kami menyebutkan malam Lailatul Qadar di sisi
Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam beliau bersabda.
Artinya : Siapa di antara kalian yang ingat ketika terbit bulan seperti syiqi jafnah
[4]
Foote Note.
1.
2.
Pendapat-pendapat yang ada dalam masalah ini berbeda-neda, Imam Al-Iraqi telah mengarang satu
risalah khusus diberi judul Syarh Shadr Bidzikri Lailatul Qadar, membawakan perkataan para ulama
dalam masalah ini, lihatlah
Hadits Riwayat Tirmidzi 3760, Ibnu Majah 3850 dari Aisyah, sanadnya Shahih. Lihat syarahnya
Bughyatul Insan fi Wadhaifi Ramadhan hal. 55-57 karya Ibnu Rajab Al-Hambali.
3.
Menjauhi wanita (yaitu istri-istrinya) karena ibadah, menyingisngkan badan untuk mencarinya
4.
Muslim 1170. Perkataan : Syiqi jafnah syiq artinya setengah, jafnah artinya bejana. Al-Qadhi Iyadh
berkata : Dalam hadits ini ada isyarat bahwa malam Lailatul Qadar hanya terjadi di akhir bulan,
karena bulan tidak akan seperti demikian ketika terbit kecuali di akhir-akhir bulan.
Lailatul Qadar
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Belum Diperiksa
Langsung ke: navigasi, cari
Artikel ini adalah bagian dari seri tentang:
Islam
Rukun Iman[tampilkan]
Rukun Islam[tampilkan]
Teks dan hukum[tampilkan]
Sejarah dan pemimpin[tampilkan]
Denominasi[tampilkan]
Budaya dan masyarakat[tampilkan]
Topik terkait[tampilkan]
Portal Islam
Lailatul Qadar atau Lailat Al-Qadar (bahasa Arab: ( ) malam ketetapan) adalah
satu malam penting yang terjadi pada bulan Ramadan, yang dalam Al Qur'an digambarkan
sebagai malam yang lebih baik dari seribu bulan. Dan juga diperingati sebagai malam
diturunkannya Al Qur'an. Deskripsi tentang keistimewaan malam ini dapat dijumpai pada
Surat Al-Qadar, surat ke-97 dalam Al Qur'an.
Daftar isi
1 Etimologi
2 Keistimewaan
3 Waktu
4 Lihat pula
5 Referensi
Etimologi
Menurut Quraish Shihab, kata Qadar ( )sesuai dengan penggunaannya dalam ayat-ayat Al
Qur'an dapat memiliki tiga arti yakni [1]:
1. Penetapan dan pengaturan sehingga Lailat Al-Qadar dipahami sebagai malam
penetapan Allah bagi perjalanan hidup manusia. Penggunaan Qadar sebagai ketetapan
dapat dijumpai pada surat Ad-Dukhan ayat 3-5 : Sesungguhnya Kami menurunkannya
(Al-Quran) pada suatu malam, dan sesungguhnya Kamilah yang memberi
peringatan. Pada malam itu dijelaskan semua urusan yang penuh hikmah, yaitu
urusan yang besar di sisi Kami
2. Kemuliaan. Malam tersebut adalah malam mulia tiada bandingnya. Ia mulia karena
terpilih sebagai malam turunnya Al-Quran. Penggunaan Qadar yang merujuk pada
kemuliaan dapat dijumpai pada surat Al-An'am (6): 91 yang berbicara tentang kaum
musyrik: Mereka itu tidak memuliakan Allah dengan kemuliaan yang semestinya,
tatkala mereka berkata bahwa Allah tidak menurunkan sesuatu pun kepada
masyarakat
3. Sempit. Malam tersebut adalah malam yang sempit, karena banyaknya malaikat yang
turun ke bumi, seperti yang ditegaskan dalam surat Al-Qadr. Penggunaan Qadar untuk
melambangkan kesempitan dapat dijumpai pada surat Ar-Ra'd ayat 26: Allah
melapangkan rezeki yang dikehendaki dan mempersempit (bagi yang dikehendakiNya)
Keistimewaan
Dalam Al Qur'an, tepatnya Surat Al Qadar malam ini dikatakan memiliki nilai lebih baik dari
seribu, bulan .97:1 Pada malam ini juga dikisahkan Al Qur'an diturunkan, seperti dikisahkan
pada surat Ad Dukhan ayat 3-6. 44:3
Waktu
Terdapat pendapat yang mengatakan bahwa terjadinya malam Lailatul Qadar itu pada 10
malam terakhir bulan Ramadan, hal ini berdasarkan hadits dari Aisyah yang mengatakan : "
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam beri'tikaf di sepuluh hari terakhir bulan Ramadan
dan beliau bersabda, yang artinya: "Carilah malam Lailatul Qadar di (malam ganjil) pada
10 hari terakhir bulan Romadhon" " (HR: Bukhari 4/225 dan Muslim 1169)
besi namun sebanyak dua kali gagal. Pahlawan Islam ini mempunyai kekuatan luarbiasa
hingga dapat memutuskan rantai tersebut dengan mudah malah cubaan ketiga juga gagal.
Akhirnya Syarmun dedahkan rahsia kekuatannya kepada isterinya yang disangka tiada apaapa. Tiada sesiapa dapat memudaratkan diriku kecuali dengan izin Allah dan tiada siapa
dapat mengalahkan aku kecuali dengan sehelai rambutku! Dedahan ini memerangkap
dirinya. Beliau tidak dapat melepaskan diri apabila diikat dengan sehelai rambutnya.
Kesempatan ini diambil oleh musuhnya menyeksanya sebelum dibunuh. Pelbagai seksaan
dilakukan pada pemuda ini, matanya dikorek, telinganya dipotong dan tubuhnya diikat pada
sebatang tiang rumah ditikam-tikam dengan senjata tajam.
Allah mengilhamkan Syarmun supaya memohon perlindungan dariNya. Lalu pemuda itu
memohon agar dapat menggoyangkan tiang supaya dapat merobohkan rumah dan
menimpa musuh yang hendak membunuhnya. Doa Syarmun dimakbulkan apabila dia dapat
kekuatan yang luar biasa hingga dapat menggoyangkan tiang yang teguh itu dan
membunuh musuh-musuhnya termasuk isterinya ditimpa runtuhan.
Dengan kuasa Allah s.w.t. tubuh Syarmun yang cedera juga turut pulih serta merta.
Syarmum kemudiannya berpuasa selama hampir 1,000 bulan lagi bagi membalas
pertolongan Allah yang menyelamatkan nyawanya. Perjuangan Syarmun dan kekuatan
imannya sungguh luar biasa begitu mengharukan Rasulullah dan para sahabat berdukacita
kerana tidak dapat mencapai ganjaran seperti itu. Mereka bertanya akan ganjaran yang
diberikan Allah kepada pemuda itu. Baginda menjawab tidak tahu, lalu Allah menurunkan
Surah al-Qadar. Anugerah malam Lailatul-Qadar dengan menghidupkan malamnya
mempunyai ganjaran melebihi 1,000 bulan, tidak perlu melakukan jihad sehebat Syarmun.
Membaca satu ayat al-Quran pada malam Lailatul-Qadar lebih disukai oleh Allah berbanding
membaca seluruh al-Quran hingga khatam pada malam-malam lain. Perbualan nabi Musa
a.s yang terkenal suka berdialog dengan Allah.
Nabi Musa a.s: Ya Allah aku ingin mendekatiMu?
Allah: Apabila engkau menghidupkan malam Lailatul-Qadar!
Nabi Musa a.s: Ya Allah aku ingin RahmatMu?
Allah: Rahmat dan belas ikhsanKu kepada mereka yang menghidupkan malam
Lailatul-Qadar!
Nabi Musa a.s: Ya Allah aku ingin melintasi Titian Siratul Mustaqim selaju kilat
Allah: Hanya jika engkau menghidupkan malam Lailatul-Qadar
Nabi Musa a.s: Ya Allah aku ingin duduk dibawah pohon syurgaMu dan menikmati
buah-buahannya?
Allah: Dirikanlah ibadat pada malam Lailatul-Qadar!
Nabi Musa a.s: Ya Allah aku ingin selamat daripada api neraka?
Allah: Wahai Musa, carilah keberkatan pada malam Lailatul-Qadar!
Setiap malaikat mendoakan umat yang bermunajat, itulah kelebihan umat Muhammmad
antaranya diampunkan dosa-dosanya pada malam Lailatul-Qadar belum pernah terjadi
kepada umat lain sebelum ini. Disamping doa dan harapan kita umat Islam untuk mendapat
kesejahteraan hidup, rezki yang berkat, ilmu yang bernafaat, kesihatan yang baik dan
sebagainya tiada hijab untuk Allah menrima dan memakbulkannya. Melainkan empat orang
yang tiada diampunkan dosanya iaitu:1. Orang yang kekal minum arak.
2. Orang yang derhaka kepada ibubapanya.
3. Orang yang memutuskan silaturahim.
4. Orang yang tidak bercakap dengan saudaranya lebih 3 hari.
Lailatul-Qadar membawa makna Malam Kemuliaan dan Kebesaran iaitu malam
terkumpulnya keseluruhan al-Quran di Lauhul-Mahfuz sebelum diturunkan secara
berperingkat-peringkat selama 23 tahun. Surah Ad-Dhukaan ayat kedua juga di sebut
mengenai kemuliaan al-Quran yang diturunkan pada malam Lailatul-Qadar:
Demi al-Quran! Kitab yang menerangkan kebenaran. Sesungguh Kami telah
menurunkan al-Quran itu pada malam yang berkat(Kami menurunkan al-Quran pada
malam berkat itu dijelaskan malaikat tiap-tiap perkara yang mengandungi hikmat serta tetap
berlaku),-tidak bertukar atau berubah.
Satu lagi hadis menceritakan mengenai beberapa orang bani Israel menghabiskan masanya
lebih 80 tahun menyembah Allah s. w. t. Mereka ialah Nabi Ayub, Nabi Zakaria dan Nabi
Yusya. Mendengar itu sahabat Rasulullah s.a w. takjub dan bertanya bagaimana cara untuk
menyaingi mereka itu, lalu Rasulullah bacakan Surah al-Qadar.
Ibnu Hazam berpendapat: Jika bulan Ramadan 29 hari maka 10 hari terakhir bermula malam ke 20, maka
Lailatul-Qadar jatuh pada malam yang genap.
Jika Ramadan genap 30 hari maka 10 hari terakhir bermula malam ke 21, maka
Lailatul-Qadar jatuh pada malam yang ganjil.
Lailatul-Qadar adalah kurniaan Allah s.w.t kepada umat Muhammad s.a.w. yang tidak ternilai
fadhilatnya. Ini ada kaitan dengan umur manusia di zaman akhir ini (Umat Muhammad).
Jibril a.s. berkata kepada Rasulullah s.a.w. Ya Muhammad, tahukah engkau kenapa
singkat umur umatmu?Tanpa menunggu jawapan, Jibril a.s sendiri menjawab pertanyaan
itu Sebabnya supaya mereka tidak berpanjangan melakukan maksiat .. LailatulQadar hanya satu malam sahaja dalam malam bulan Ramadhan.
Ulama sependapat mengenai tarikhnya, namun kebanyakkan menyatakan tarikhnya
ialah pada malam 27 Ramadhan ( Malam 7 likur ).
Iman Syafie r. a. menyatakan Lailatul Qadar pada malam 21 Ramadan dan lain-lain
ulama menyatakan pada malam 23, 25 dan 29 Ramadhan.
Ada yang menyatakan daripada 10 malam akhir Ramadhan samada malam yang
ganjil atau genap.
Sahibul-Tanbih r a. menyatakan, Lailatul-Qadar jatuh pada malam 27 Ramadhan
berdasarkan jumlah huruf kalimah Lailatul-Qadar (Dalam tulisan al-Quran) iaitu
jumlahnya 9 didharabkan dengan 3 (Kerana disebut 3 kali dalam asurah berkenaan)
lalu dapat 27.
Mengikut Ibnu Abu Hurairah r.a., Abu al-Hassan menyatakan sejak baligh dia tidak pernah
luput dapat menemui malam Lailatul-Qadar itu berdasarkan hari awal Ramadhan seperti
berikut : Hari Ahad dan Rabu maka Lailatul- Qadar pada malam ke 29 Ramadhan.
Hari Isnin maka Lailatul- Qadar pada malam ke 21 Ramadhan.
Hari Selasa dan Jumaat maka Lailatul- Qadar pada malam ke 27 Ramadhan.
Hari Khamis maka Lailatul- Qadar pada malam ke 25 Ramadhan.
Hari Sabtu maka Lailatul- Qadar pada malam ke 23 Ramadhan.
Diriwayatkan oleh Aisyah r.a. Sesiapa menghidupkan (Beribadat sepanjang malam)
malam Lailatul-Qadar dan mendirikan sembahyang dua rakaat, kemudian memohon
keampunan daripada Tuhannya, maka diampunkan dia oleh Allah Taala dan di
masukkan kedalam rahmatNya, kemudian disapukan dia oleh Jibril a.s. dengan dua
sayapnya. Barangsiapa disapu oleh Jibril dengan sayapnya maka didalam syurgalah
tempatnya...
Dalam riwayat lain,Sesiapa mendirikan sembahyang empat rakaat dengan membaca
surah al-Fatihah, al-Kauthar dan al-Ikhlas tiga kali, dimudahkan menghadapi sakratul
maut, dikecualikan daripada azab kubur dan dikurniakan empat tiang daripada nur
tiap- tiap satunya terdiri 1000 mahligai.
Lantas dirikanlah:1. Sembahyang sunat 2 rakaat, setiap kalinya dibaca surah Fatihah 1x dan surah al-Ikhlas
7x.
2. Diikuti bacaan istigfar (Astaghfirullahal azim wa atubuilaihi), zikrullah (La ilaha illallah,
Allahu akbar), bertasbih (Subhanallah wal hamdulillah wala ilaha illallah wallahu akbar
wala haula wala quwwata illa billahil aliyyil azim), selawat (Allahumma sholliala
saidina Muhammad).
3. Sembahyang sunat tahajjud.
10 malam terakhir adalah malam yang ditunggu tunggu oleh sekalian umat Islam yang
menunaikan puasa kerana pada 10 malam terakhir ini, satu malam adalah malam yang
penuh dengan keberkatan iaitu malam lailatulqadar. Malam yang lebih baik dari seribu
bulan. Malam para malaikat turun dengan membawa keberkatan dan kebaikan kepada
umat yang beribadah. Sesiapa yang dapat kebaikan pada malam tersebut. Mereka
adalah golongan yang paling beruntung.
Dibawah ni, aku nak berkongsi sedikit artikel yang dikeluarkan oleh laman :
iLuvislam.com mengenai tanda tanda berlakunya Lailatul Qadar.
Kata sesetengah ulama, Lailatulqadar berlaku pada satu malam tertentu seperti malam
21 dan 23 Ramadan. Ini menurut Imam Syafie r.a dan sesetengah ulama kerana ada
hadis Bukhari dan Muslim yang menceritakan Lailatulqadar berlaku pada malam tersebut
sehingga Rasulullah saw sujud dan dahinya yang mulia masih berlumuran tanah pada
malam itu. Ada sesetengah ulama, tidak menentukannya secara pasti dan ada juga
ulama terutama dari kalangan para zuhad dan sebagainya mengira dengan hari
permulaan puasa.
Demikianlah kaedah yang diguna pakai oleh sebahagian ulama termasuk Imam Abul Hasan r.a. Tegas
beliau: Aku tidak pernah terlepas malam Lailatulqadar tersebut dengan menggunakan kaedah ini.
Tanda Dan Alamat
Tanda dan alamatnya adalah banyak, antara lain malam itu sendiri berlalu dengan penuh keheningan
dan tenteram, angin bertiup lembut sepoi-sepoi bahasa dan esoknya, pada pagi hari kelihatan langit
agak redup dan cahaya matahari tidak begitu menyinari ruang angkasa dan macam-macam lagi.
Hikmah
Hikmatnya ialah apabila seseorang mengetahui malam Lailatulqadar tersebut, maka
eloklah diperbanyakkan doa dan istighfar juga ibadat pada malam dan keesokannya,
untuk mendapatkan fadilat hari yang penuh berkat dan mulia itu. Yakinlah apabila
seseorang itu bersedia setiap malam Ramadan dengan ibadat, sekurang-kurangnya
bersolat jemaah setiap waktu, Maghrib, Isyak dan Subuh, kata ulama dia pasti
memperoleh fadilat malam Lailatulqadar
Oleh itu bersolatlah dengan tekun dan berterusan terutama pada bulan Ramadan alMubarak ini. Walau tinggal beberapa hari saja lagi malam-malam di bulan Ramadhan,
pastikan kita menjadi juara diakhirnya nanti. Semoga Ramadhan kali ini menjanjikan kita
kemenangan. Kemenangan melawan dan menguasai hawa nafsu. InsyaAllah.
Sumber : iLuvislam.com
#hanya Allah SWT yang maha mengetahui bila berlakunya lailatul qadar. Jangan hanya
mencari lailatul qadar pada satu malam sahaja. Cari lah keberkatan dan kebaikan pada
setiap malam. InsyaAllah , Allah akan kurniakan Lailatul Qadar kepada mereka .
semoga Ramadhan kali ni membawa lebih kebaikan dan keberkatan dari sebelum
sebelumnya . Aminnnn!!
Lailatul Qadar adalah merupakan satu hadiah Allah kepada kita, umat Nabi Muhammad
s.a.w. Lailatul Qadar adalah makhluk Allah. Ia adalah malam yang paling tinggi
kedudukannya dalam Islam, diikuti oleh malam Nisfu Syaaban. Malam ini diturunkan atau
dijadikan Allah untuk meningkatkan kedudukan atau pangkat manusia kerana siapa yang
bertemu dengannya dalam keadaan melakukan apa jua ibadat atau memikirkan
kebesaran Allah, dia mendapat pahala seperti beribadat selama 1000 bulan atau 84
tahun.
Al-Qadr [3] Malam Lailatul-Qadar lebih baik daripada seribu bulan.
Namun siapa yang tidak bertemu dengannya, dia tetap mendapat pengampunan
daripada Allah asalkan dia berusaha untuk mendapatkannya. Tidak ada ruginya
sesiapa yang mencari Lailatul Qadar samada dia mendapatnya atau tidak, dia tetap
beruntung.
Sesiapa yang menghidupkan malam Lailatul Qadar dengan penuh keimanan dan
mengharapkan pahala, maka diampunkan baginya dosa yang telah lepas dan sesiapa
yang berpuasa di bulan Ramadhan dengan penuh keimanan dan mengharapkan pahala, maka
diampunkan baginya dosa yang telah lepas. Riwayat Bukhari dan Muslim
Lailatul Qadar adalah satu suasana, iaitu suasana yang sepi. Walaupun ada ulama
berpendapat ia bermula selepas waktu Maghrib, namun ada yang berpendapat ia adalah
sepertiga akhir malam, kerana selepas waktu inilah suasana sepi malam mula terasa, misalnya
sekitar jam 3.30 pagi. Malam itu tidak panas dan tidak sejuk dan pada paginya matahari naik
tidak banyak cahayanya kerana banyak malaikat turun naik pada malam itu:
Dan dari Ibnu Abbas radhiyallahu anhu, ia berkata, Rasulullah Shallallahu alaihi wa Sallam
bersabda:Malam al-Qadar adalah malam yang indah penuh kelembutan, cerah, tidak
panas dan tidak juga dingin. Manakala pada keesokan harinya sinar mataharinya kelihatan
melemah kemerah-merahan. (Hadis Riwayat ath-Thayalisi (394), Ibnu Khuzaimah (3/231),
al-Bazzar (1/486) dan sanadnya hasan)
Pagi hari (setelah) Lailatul Qadar, matahari terbit tidak menyilaukan (tanpa sinar), seakanakan ia bejana sehinggalah ia meninggi. (Hadis riwayat Muslim (762))
Majoriti ulama berpendapat ia berlaku pada bulan Ramadahan, walaupun ada sahabat yang
bertemu dengannya di luar Ramadhan. Carilah Lailatul Qadar pada malam-malam ganjil
10 malam terakhir. Rasulullah s.a.w. sebenarnya telah mendapat tahu dari Malaikat Jibril
tentang bilakah malam Lailatul Qadar, namun belum sempat Baginda hendak memberitahu
sahabat, Baginda terlupa kerana melihat dua orang sahabat sedang bertengkar.
Aku keluar untuk mengkhabarkan kepada kamu berkenaan Lailatul Qadar, tetapi ada dua
orang sedang berselisih sehingga pengetahuan berkenaannya tidak diberikan. Mudahmudahan ini lebih baik bagi kamu, carilah di malam 29, 27, 25 (dan dalam riwayat lain, pada
malam ke tujuh, sembilan dan lima). (Hadis Riwayat al-Bukhari (4/232))
Berdoalah agar dipertemukan dengan Lailatul Qadar. Allah akan beri hadiah yang besar
kepada mereka yang mencarinya dan ia juga adalah satu hadiah. Allah akan pertemukan
mereka yang mencarinya, hargailah malam ini. Sekirnya bertemu dengannya, berdoalah
seperti yang diajar oleh Rasulullah kepada Aisyah r.a. Siti Aisyah r.a. bertanya kepada Nabi
s.a.w. tentang doa apakah yang perlu diminta jika bertemu Lailatul Qadar. Jawab baginda
bacalah Allahumma innaka afuwwun karim, tuhibbull afwa , fafu anni, seperti yang
selalu dibaca selepas sembahyang terawih.
Telah diriwayatkan dari Aisyah radhiyallahu anha bahawa dia bertanya, Ya Rasulullah, apa
pendapatmu jika aku mendapat Lailatul Qadar (mengetahui terjadinya), apa yang mesti aku
ucapkan? Beliau menjawab,Ucapkanlah, Ya Allah Engkau Maha Pengampun dan
Mencintai orang yang meminta ampunan, maka ampunilah aku. (Hadis Riwayat at-Tirmidzi
(3760), Ibnu Majah (3850) dari Aisyah radhiyallahu anha. Sanadnya sahih)
Pendapat KH Arwani Faishal
Menurut suatu pendapat ; Lailatul Qadar itu jatuh pada malam ke 27 setiap bulan Ramadhan.
Sebagaimana Sabda Rasulullah SAW:
Siapapaun mengintainya maka hendaklah mengntainya pada malam ke dua puluh tujuh.
(HR. Ahmad dari Ibnu Umar)
Sementara menurut pendapat yang lain; perintah Rasulullah SAW untuk mengintai pada
malam ke 27 itu, bukan merupakan suatu kepastian bahwa Lailatul Qadar akan terjadi pada
malam itu. Akan tetapi hanya sebagai petunjuk, bahwa pada malam itu memang
kemungkinan besar akan terjadi. Terbukti dengan permyataan Rasulullah SAW sendiri dalam
hadist yang lain.
:
Rasulullah SAW telah memberitakan kepadaku tentang Lailatul Qadar. Beliau bersabda:
Lailatul Qadar terjadi pada Ramadhan; dalam sepuluh hari terakhir. Malam dua puluh satu,
dua puluh tiga, dua puluh lima, dua puluh tujuh, dua puluh sembilan atau ,malam terakhir.
Adapun yang dimaksud dengan malam terakhir dalam hadts di atas, tentunya jika sebulan
Ramadhan itu hanya 29 hari. Sehingga malam yang ke 29 otomatis merupakan malam
terakhir.
Dengan demikian, menurut kami pendapat yang kedua ini jauh lebih dasarnya ketimbang
pendapat pertama. Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa; jatuhnya Lailatul Qadar itu
sama sekali tak dapat ditentukan secara pasti. Lantaran perupakan rahasia Allah SWT.
Lailatul Qadar yang agung itusebagaimana jawaban terdahulu sangantlah ghaib malam
jatuhnya. Namun demikian, Rasulullah SAW telah memberi petunjuk kepada ummatnya
bahwa jatuhnya itu di antara malam-malam ganjil pada sepuluh hari Ramadhan terakhir.
Maka tidak mustahil, jika diantara hari-hari itu setiap tahunnya akan berubah-ubah,
sebagaimana dapat dicerna pula dari berbagai hadits yang berbeda-beda penjelasannya.
Kemungkinan berubah-ubah tersebut, jika dimaksudkan bahwa Lailatul Qadar itu merupakan
sebutan dari suatu malam pada setiap bulan Ramadhan yang dahulu kala pernah bersamaan
dengan peristiwa diturunkannya Al-Quran secara keseluruhan. Adapun jika dimaksudkan
bahwa, Lailatul Qadar hanya semacam hari peringatan, maka tidak mungkin jatuhnya Lailatul
Qadar itu akan berubah, bahkan sampai kiamat nanti.
Selain itu, nampaknya perlu kita sadari pula, bahwa tidak adanya kepastian pada malam
tertentu tentang jatuhnya Lailatul Qadar ini, justru banyak membawa hikmah yang antara
lain, untuk mandapatkan keutamaan dan berkah dari saat turunnya Lailatul Qadar itu, kaum
Muslimin tidak hanya dengan bertekun ibadah semalam saja. Akan tetapi harus selama 10
malam terakhir bulan Ramadhan, sebagaimana dicontohkan Rasulullah SAW beserta
keluarganya.
Pencarian lailatul qadar
Harus diinsafi bahawa sebagai suatu urusan ibadah, kelebihan utama lailatul qadar bukan
terbatas kepada sifir 1,000 bulan yang begitu sinonim dengan malam tersebut.
Dalam mana-mana urusan ibadah nilai utama sesuatu amalan tetap tergantung kepada rahmat
dan kasih Tuhan yang menjadi tumpuan sesuatu amalan tersebut.
Oleh itu memburu lailatul qadar bukan bererti kita sekadar mengejar gandaan seribu bulan itu
tetapi yang lebih penting, berusaha mencarinya bererti kita bersungguh-sungguh untuk
menyambut dan meraikan suatu bukti kasih dan rahmat Allah SWT kepada kita.
Mendapatkan lailatul qadar
Sesuai sebagai anugerah yang begitu bernilai dan berharga, lailatul qadar tidaklah sampai
begitu mudah diperolehi oleh sesiapa sahaja tanpa perlu berusaha.
Walaupun kita mewarisi pelbagai panduan dan petua daripada Rasulullah SAW sendiri dan
para ulama pewaris Baginda SAW tentang mengenalpasti malam lailatul qadar, masih tidak
ada satu kesepakatan tentang bilakah sebenarnya jatuhnya malam itu.
Akhirnya, bolehlah disimpulkan bahawa peluang untuk mendapatkannya adalah lebih cerah
bagi mereka yang menghidupkan malam-malam yang ganjil dari 10 malam yang terakhir,
sangat cerah bagi mereka yang menghidupkan kesemua malam terakhir dan paling terjamin
bagi mereka yang menghidupkan kesemua malam-malam Ramadan.
Juga harus diingat, para ulama turut berpandangan bahawa siangnya lailatul qadar juga perlu
diisi dengan amal ibadah sama seperti malamnya.
Sesuai sebagai tanda rahmat dan pemberian Tuhan, lailatul qadar tidaklah pula terlalu sukar
dan terlalu jauh dari capaian kita. Ia ditentukan jatuh di dalam bulan Ramadan.
Bulan Ramadan adalah bulan ibadah umat ini yang mana rata-ratanya malam-malam
Ramadan adalah malam-malam yang lebih baik pengisian ibadahnya bagi kita semua.
Walaupun sebahagian ulama berpandangan bahawa kelebihan lailatul qadar dicapai dengan
menghidupkan sebahagian besar malam itu, sebahagian ulama meriwayatkan bahawa untuk
syarat minimum untuk mendapatkan sebahagian laba malam ini bukannya terlalu sukar.
Imam Malik dalam kitabnya al-Muwatto misalnya, meriwayatkan pandangan Ibnul
Musayyib bahawa, Sesiapa yang mengerjakan solat Isyak pada malam lailatul qadar secara
berjemaah, maka sesungguhnya dia telah mendapat laba / bahagian daripadanya (lailatul
qadar).
Pandangan-pandangan yang lebih ringan ini meletakkan syarat mendapatkan lailatul qadar
pada menjaga solat-solat fardu pada malam tersebut.
Jika pandangan ini yang kita ambil nescaya mendapatkan lailatul qadar bukannya terlalu
sukar dan boleh diusahakan oleh semua orang. Tetapi Tuhan itu Maha Adil, hakikatnya,
mereka yang biasa lalai tetap akan lalai dan gagal hatta untuk menjaga solat-solat fardu ini
walaupun di malam-malam akhir Ramadan.
Semoga Allah menjauhkan diri kita dan mereka yang bersama kita daripada tergolong dalam
golongan yang lalai.
Zikir dan doa yang diajarkan oleh nabi SAW untuk lailatul qadar juga cukup pendek mampu
diamalkan oleh semua orang. Maka marilah kita memperbanyakkan doa ini di hari-hari ini,
Allahumma innaka Afuwwun tuhibbul afwa fafu nniy yang maksudnya, Ya Allah!
Sesungguhnya Engkau Maha Pengampun , sukakan keampunan maka ampunilah aku.
Walaupun pintu untuk kita menghayati lailatul qadar melalui ibadah khusus lebih terbuka di
bulan Ramadan dengan budaya dan suasananya yang tersendiri, ini tidak menafikan hakikat
luasnya makna dan bentuk ibadah dalam Islam.
Mereka yang terpaksa menyelesaikan tugasan dan kerja mereka yang tidak bercanggah
dengan agama dan dalam kadar yang sesuai dengan bulan Ramadan ini, tetap boleh
meniatkan kerja-kerja mereka sebagai sebahagian daripada usaha mereka untuk mendapatkan
dan menghayati lailatul qadar.
Menghantar Pulang Tetamu Agung
Ramadan, tetamu agung yang setia datang berkunjung setiap tahun tetap akan pergi
meninggalkan kita sedikit masa lagi.
Mereka yang benar-benar menghayati dan mendapat faedah dari kedatangan Ramadan
dengan menikmati kemanisan iman dan peningkatan takwa yang datang bersamanya sudah
tentu menghadapi saat-saat perpisahan ini dengan penuh kesedihan berbaur kebimbangan dan
pengharapan.
Sedih mengenangkan perpisahan dengan bulan yang dikasihi ini. Bimbang adakah amalan
diterima dengan tahap penghayatan yang tidak seberapa. Berharap agar dosa-dosa
diampunkan, dikembalikan kepada fitrah serta berharap agar bertemu lagi dengan Ramadan
yang akan datang.
Inilah sikap yang diriwayatkan daripada sebahagian para salaf. Mereka berdoa kepada Allah
SWT selama enam bulan agar dipertemukan dengan Ramadan. Setelah itu mereka berdoa
pula selam enam bulan berikutnya agar Allah SWT menerima amalan mereka di bulan
Ramadan yang berlalu.
Semoga Allah mengurniakan kita himmah yang tinggi dalam beragama seumpama mereka.
Marilah kita menghantar pulang Ramadan kali ini hingga ke hujung desa. Ibarat menjamah
juadah yang paling kita gemari, janganlah kita tinggalkan Ramadan kali ini bersisa
sedikitpun.
Ibarat suatu perlumbaan marathon yang kita sertai, apalah gunanya kita hebat di peringkat
awal larian hanya untuk lemah-lesu ketika menuju garisan penamat. Marilah kita rebut setiap
ketika yang berbaki di bulan Ramadan kali ini dan mengisinya dengan sebaik mungkin.
Sesungguhnya La hawla wala quwwata illa billah al-Aliyyil Adzim yang maksudnya,
Tiada daya (menghindari maksiat) dan tiada kekuatan (melakukan ketaatan) melainkan
dengan izin Allah Yang Maha Tinggi lagi Maha Agung.
misalnya kita tarawih dimalam itu 23 rakaat, maka dihitung pahala shalat malam selama tiap
malam selama 1000 bulan, maka beruntunglah yg banyak beribadah dimalam itu, maka
semua ummat mendapatkannya, namun tergantung sedikit banyaknya mereka ibadah di
malam itu. Sumber Majelis Rasulullah Habib Munzir Al Musawwa
Lailatul Qadar adalah sepanjang malam sejak terbenamnya matahari di malam itu hingga
terbitnya fajar, sebagaimana firman Allah swt pada surat Alqadr : Kesejahteraan dimalam itu
hingga terbitnya fajar (QS Al Qadr)maka siapa saja yg beribadah dimalam itu maka ia
mendapat pahala ibadahnya 1000 bulan, misal ia shalat tarawih dimalam itu maka ia
mendapat pahala tarawih tiap malam selama 1000 bulan, mereka yg tobat pada Allah di
malam itu maka ia mendapat pahala tobat setiap malam selama 1000 bulan, Sumber Majelis
Rasulullah Habib Munzir Al Musawwa
AYLATUL QADAR
PENDAHULUAN
Kita amat bersyukur menjadi Umat Islam kerana sentiasa diberikan bonus oleh Allah SWT.
Ada bonus yang bersifat berterusan seperti kontrak nyawa, subsidi hidup dan bantuan ihsan.
Ada pula yang boleh didapati secara berkala sempena kedatangan bulan, minggu, hari dan
malam tertentu. Antara bonus terbesar ialah perutusan Nabi SAW (MawlidurRasul), Nuzul alQuran, Bulan Ramadhan dan Idul Fitri. Bonus-bonus khusus untuk orang -orang yang
beriman dan beramal soleh. Firman Allah SWT : Mereka itulah sebaik-baik makhluk atas
muka bumi ini. Bagi mereka ganjaran syurga yang mengalir dibawahnya anak-anak sungai,
mereka kekal di dalamnya buat selama-lamanya. Allah meredhai mereka dan mereka
meredhai Allah SWT. Hal yang demikian berlaku kerana mereka takutkan Allah SWT. alBayyinah, ayat 7-8
INTISARI AL-QADR
Laylatul Qadr adalah tidak terkecuali dari senarai bonus tahunan Allah SWT untuk umat
Habibina al-Azham.
1) Turunnya al-Quran secara sekaligus dari Luh Mahfuz ke Baytil Izzah dan dari Baytil
Izzah ke Langit dunia. langit dunia kemudiannya dikawal ketat oleh para Malaikat.
Kemudiannya Jibril A.S menurunkannya kepada Nabi SAW secara beransur-ansur dalam
tempoh 23 tahun. Penurunan al-Quran adalah intisari terbesar dalam sejarah peradaban
dunia. Ia lebih penting dari segala-galanya. Jika al-Quran tidak diperturunkan nescaya
manusia tiada panduan dalam mengurustadbir hidupnya. namun, disebalik nuzul al-Quran,
tidak beerti jika kita tak mampu berkomunikasi dengannya : memahami, menjiwai dan
memartabatkanya dalam semua aspek kehidupan kita secara bersepadu dan menyeluruh.
Peristiwa nuzul Quran ini membuktikan kepada kita bahawa Allah TIDAK BERADA
DILANGIT sebagaimana yang disangka oleh mereka yang berfahaman Tajsim
(mengkhayalkan Allah berjisim). Jika Allah berada dilangit, siapa pula berada di Arasy, Jika
Allah di Arasy siapa pula di Luh Mahfuz, Jika Allah di Luh Mahfuz siapa pula di Baytil
Izzah. Sedangkan langit berada di bawah semua objek ini. Dan langit pula adalah jisim.
Patutkah Allah SWT bersentuh, bersambung dan berpindah randah dengan makhluk
ciptaanNya. Patutkah kamu menjisimkan Allah sebagaimana yahudi yang suka meremehkan
kedudukan Allah SWT. Subhanallah