Anda di halaman 1dari 4

SILABUS

Mata Kuliah : Ushul Fikih Terapan


Fakultas : PPs UINSU
Program Studi : S.3 Hukum Islam
Dosen : Dr. Hasan Matsum, M.Ag

I. Deskripsi Mata Kuliah


Mata kuliah ini bertujuan memberikan kemampuan memahami ushul fikih dan
kaidah-kaidahnya dari mazhab-mazhab yang mu’tabar, perkembangannya sejak masa
awal hingga zaman kontemporer dan penerapannya pada kasus-kasus hukum.

II. Tolak Ukur Indikator Kompetensi (Target Hasil Belajar)


1. Mahasiswa mampu menjelaskan dengan kritis jalan pikiran ushul fikih, metode
penalaran yang digunakan para ulama-ulama terutama sekali para imam mazhab,
dan para sahabat demikian pula ulama kontemporer ketika mereka mengistinbatkan
hukum. Dengan bahasa yang lebih sederhana, mahasiswa mampu menjelaskan
secara kritis tatacara mengembalikan pendapat-pendapat tentang hukum syara’
yang ada dalam fikih kepada dalil-dalilnya melalui kaidah ushul fikih.
2. Mahasiswa diharapkan mampu menerapkan kaidah-kaidah ushul fikih untuk
menyusun (membuat, merumuskan, atau menemukan) hukum fikih dalam upaya
menjawab dan menyelesaikan permasalahan hukum yang ada di tengah-tengah
masyarakat sekarang.
3. Lebih jauh mahasiswa diharapkan mampu mengkritisi kaidah-kaidah yang ada
dalam upaya menyusun dan menemukan kaidah-kaidah ushul fikih baru, yang lebih
sesuai dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan juga perkembangan masyarakat.

III. Penilaian
Menulis Makalah :20%
Presentasi Makalah dan Partisipasi Kelas :25%
Book Review :20%
Revisi Makalah/Take home exam :35%

IV. Topik inti Materi Kuliah


1. Hukum syara’; apakah sama hukum syara’ dengan fikih, pembagiannya menjadi
hukum taklifi dan wadh’i, hukum wadh’i apakah sepenuhnya hukum syara’ atau
sebagiannya adalah hukum akal, ikhtilaf hukum taklifi dan wadh’i di kalangan
ulama mazhab, dimana posisi rukun dan fasad dalam hukum syara’ atau
memang tidak termasuk hukum syara’, apakah berbeda akibat hukum karena
fasad dengan batal, apakah sama syarat dengan rukun. Gunakan bidang ibadat
dan mu’amalat sebagai contoh
2. Mukakallaf (subjek hukum, mahkum ‘alaihi) ; pengertian mumayyiz, baligh dan
rusyd, apakah sama di dalam masalah ibadat dan di luar ibadat, apakah non
muslim termasuk mahkum ‘alaihi, apakah badan hukum termasuk mahkum
‘alaih. Gunakan ibadah shalat dan mu’amalat sebagai contoh.
3. Perbuatan hukum (objek hukum, mahkum bihi/fihi) ; bagaimana cara
merumuskannya/cara menentukan syarat, rukun, apakah rukun merupakan
mahkum fih atau lebih luas daripada itu, apakah sama bidang ibadat, mu’amalat,
munakahat, dan jinayat, gunakan bidang munakahat sebagai contoh.
4. Alqur’an sebagai dalil ; bagaimana pemikiran ulama ushul tentang konsep
qath’i dan zanni (baik tsubut maupun dilalah), asbab an-nuzul dan hubungannya
dengan metode ijtihad bayani, ta’lili, dan istishlahi, bagaimana kemungkinan
penerapan metode tafsir hermeneutika dalam kaitan dialektika hukum dalam
Alqur’an, gunakan ayat-ayat tentang menutup aurat dan tayamun sebagai
contoh.
5. Nasakh dan mansukh ; pengertian, macam-macam nasakh, syarat nasakh,
kehujjahan nasakh dan mansukh. gunakan surat Albaqarah ayat 180 tentang
wasiat dan hubungannya dengan surat an-nisa’ ayat 11-12 tentang kewarisan ;
sebagai contoh kasus.
6. Sunnah sebagai sumber dan dalil ; kategori sunnah (qauliyah, fi’liyah, taqririyah)
dan kekuatan hukum yang lahir dari macam-macam sunnah tersebut, kehujjahan
sunnah (mutawatir, ahad, dha’if), dilalah Sunnah ; gunakan kasus hukum berkurban
sebagai contoh.
7. Makna amar dan nahi dalam sunnah ; kapan sebuah amar dipahami wajib dan kapan
sunnah (mandub), kapan sebuah nahi dipahami haram dan kapan makruh ; gunakan
sunnah tentang kaifiyat shalat sebagai contoh, mengapa ada yang wajib ada yang
mandub, dan sunnah tentang larangan memegang zakar dengan tangan kanan ketika
buang air kecil.
8. Kekuatan dilalah hadis qauli, fi’li, dan taqriri ; apakah sama atau berbeda, kalau
berbeda mana yang lebih tinggi dan mana yang rendah ; gunakan kasus shalat
jum’at sebagai contoh, paling kurang pilih tiga buah hadis sebagai dalil untuk
ditafsirkan ; kapan wajib, kepada siapa diwajibkan, apa rukun dan syaratnya,
apa kriteria sah atau tidaknya.
9. Hubungan Alquran dengan Sunnah ; dalam keadaan apa sunnah boleh
menambah hukum dan dalam keadaan apa tidak boleh menambah hukum ;
kritisi pendapat ulama tentang hukum memakan belalang, tupai, cacing (ulat),
bekicot, dan kodok ; gunakan kaidah lughawiyah, ta’liliyah, dan istishlahiyah.
10. Analisis penggunaan ayat Alquran, hadis, dan ‘urf melalui kaidah lughawiyah,
ta’liliyah, dan istishlahiyah ; gunakan kasus wali dalam pernikahan sebagai
contoh; mengapa terjadi perbedaan konsep tentang wali nikah, apakah
perempuan sah menjadi wali nikah.
11. Analisis penggunaan ayat Alquran, hadis, dan ‘urf melalui kaidah lughawiyah,
ta’liliyah, dan istishlahiyah; gunakan kasus harta bersama ; bagaimana
merumuskan konsep harta bersama, bagaimana perbandingan saham dalam
harta bersama, bagaimana kemungkinan harta bersama dalam pernikahan
poligami.
12. Analisis penggunaan ayat Alquran, hadis, dan ‘urf melalui kaidah lughawiyah,
ta’liliyah, dan istishlahiyah; gunakan kasus mendonorkan darah atau anggota
tubuh sebagai contoh ; bolehkah seseorang berwasiat mendonorkan anggota
tubuhnya; apakah darah dan anggota tubuh dapat dipandang sebagai “barang”
yang dapat dimiliki dan boleh diperjualbelikan atau “bukan barang” sehingga
haram diperdagangkan.
13. Teori istihsan dalam pemikiran imam Hanafi ; bagaimana perbandingannya
dengan konsep ihtiyath mazhab syafi’i, gunakan kasus jual beli najis yang dapat
digunakan, perjalanan haji tanpa mahram bagi perempuan, jual beli
toilet/pemandian umum, sebagai contoh.
14. Teori maslahah mursalah dalam pemikiran Imam Malik ; bagaimana
perbandingannya dengan konsep ihtiyath mazhab syafi’i, gunakan kasus
menetapkan kafarat fidyah bagi perempuan yang tidak bespuasa karena
menyusui, melebihkan basuhan batas anggota wudhu’kasus, zakat profesi,
wakaf produktif, sebagai contoh.
15. Mashlahah dalam pemikiran Imam al-Haramain al-Juwaini (478 H/1085) dan
penerapannya dalam hukum Islam ; bagaimana konsep mashlahah yang
ditawarkan, apa dasar epistemologi mashlahah tersebut, seberapa luas
jangkauan mashlahah Imam al-Haramain al-Juwaini apakah mencakup akidah,
ibadah, dan mu’amalah, bagaimana penerapan mashlahah tersebut dalam
penyelesaian kasus hukum. Gunakan kasus mu’amalah dan jinayah sebagai
contoh
16. Mashlahah dalam pemikiran Imam al-Ghazali (w. 505 H/1111) dan
penerapannya dalam hukum Islam ; bagaimana konsep mashlahah yang
ditawarkan, apa dasar epistemologi mashlahah tersebut, seberapa luas
jangkauan mashlahah Imam al-Ghazali apakah mencakup akidah, ibadah, dan
mu’amalah, bagaimana penerapan mashlahah Imam al-Ghazali dalam
penyelesai kasus hukum. Gunakan kasus mu’amalah dan jinayah sebagai contoh
17. Mashlahah dalam pemikiran at-Thufi (w. 716 H/1318) dan penerapannya dalam
hukum Islam ; bagaimana konsep mashlahah yang ditawarkan, bagaimana dasar
epistemologi mashlahah tersebut, seberapa luas jangkauan mashlahah at-Thufi
apakah mencakup akidah, ibadah, dan mu’amalah, bagaimana penyelesaian
ta’arud antara nash dan mashlahah menurut at-Thufi, bagaimana penyelesaian
ta’arud antar mashlahah. Gunakan kasus larangan wanita menjadi pemimpin,
pembagian waris 1 : 2, dan hukuman potong tangan sebagai contoh
18. Maqashid asy-syari’ah dalam pemikiran asy-Syatibi (w. 790 H/1388) dan
penerapannya dalam hukum Islam ; bagaimana konsep maqashid asy-syari’ah
yang ditawarkan, apa dasar epistemologi maqashid asy-syari’ah tersebut,
seberapa luas jangkauan maqashid asy-syari’ah asy-Syatibi apakah mencakup
akidah, ibadah, dan mu’amalah, bagaimana penerapan maqashid asy-syari’ah
asy-Syatibi dalam penyelesaian kasus hukum. Gunakan kasus mu’amalah dan
jinayah sebagai contoh
19. Maqashid asy-syari’ah dalam pemikiran Jasser Audah dan penerapannya dalam
hukum Islam ; bagaimana konsep maqashid asy-syari’ah yang ditawarkan, apa
dasar epistemologi maqashid asy-syari’ah tersebut, seberapa luas jangkauan
maqashid asy-syari’ah Jasser Audah apakah mencakup akidah, ibadah, dan
mu’amalah, bagaimana penerapan maqashid asy-syari’ah Jasser Audah dalam
penyelesaian kasus hukum. Gunakan kasus mu’amalah dan jinayah sebagai
contoh
20. Perbandingan teori maqashid asy-syari’ah dan teori kebutuhan Abraham
Maslow ; analisis kekuatan dan kelemahan masing-masing teori, bagaimana
kemungkinan menggunkan teori kebutuhan Abraham Maslow dalam hukum
Islam.

V. Referensi
1. Abu Bakr, Al Yasa’, Metode Istislahiah Pemanfaatan Ilmu Pengetahuan Dalam
Ushul Fiqh, Jakarta, Kencana, 2016.
2. Abu Zahrah, Muhammad, Tarikh al-Mazahib al-Fiqhiyah, Beirut : Dar al-Fikr
al-‘Araby, t.th.
3. ------------------------------------, Ushul al-Fiqh, Mesir: Dar al-Kitab al-Araby, t.th.
4. Al-Jaziry, Abd al-Rahman, Kitab al-Fiqh ‘ala Madzahib al-Arba’ah, Beirut : Dar al-
Fikr, t.th.
5. Al-Zuhaily, Wahbah, Ushul al-Fiqh al-Islamy, al-Qahirah : Dar Wahbah, 1998.
6. Al-Ghazaly, Abu Hamid, al-Mustashfa, Mesir: Dar al-Kutub, t.th.
7. ----------------------------------, al-Mankhul min Ta’liqat al-Ushul, Mesir: Dar al-
Kutub, t.th.
8. Al-Juwainy, Abu al-Ma’aly, Al-Burhan fi Ushul al-Fiqh, Mesir: Dar al-Nafais, t.th.
9. Al-Subky, Taj al-Din, Jam’ al-Jawami’, Mesir: Dar al-Kitab al-;Araby, t.th.
10. Asy-Syatibi, Abu Ishaq, Al-muwafaqat fi Ushul asy-Syari’ah ; Beirut, Dar al-Tutub
al-Ilmiyah, 2005
11. Audah, Jasser, Maqasid Shari’ah as Philosophy of Islamic Law ; A Systems
Approach, terj. Membumikan Hukum Islam Melalui Maqasid Syari’ah ; Bandung,
Mizan, 2015.
12. Az-Zahiri, Abu Muhammad Ali bin Ahmad, Al-Ihkam fi Ushul al-Ahkam ; Beirut,
Dar al-Kutub al-Ilmiyah, t.th
13. Al-Qarafi, Syihab ad-Din, Syarh Tanqih al-Fushul ; Beirut, Dar al-Fikr, 2004
14. Hallaq, Wael B, A History of Islamic Legal Theories, Cambridge University Press,
1997.
15. Mas’ud, Muhammad Khalid, Islamic Legal Philosophy ; A Study of Abu Ishaq al-
Syathibi’s Life and Thought, Islamabad, Islamic Research Institute, 1997.
16. Noel J. Coulson, The History of Islamic Law, Edinburgh : Edinburgh University
Press, 1964.
17. Salabi, Muhammad Mustafa, Ta’lil al-Ahkam, Bairut, Dar an-Nahdhah al-Arabiyah,
1981
18. Syarifuddin, Amir, Ushul Fiqh ; Jakarta, Kencana, 2008.

Anda mungkin juga menyukai