Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FARMASI 2

TITRASI REDOKS SECARA POTENSIOMETRI

apt. Rismaya Desti Parwati, M.Farm.

Kelompok 1 (A)
Rhizky Goushartian (3311211005)
Khansa Alida Salsabila (3311211006)
Nadifah Zafira (3311211012)
Serlin Zandroto (3311211018)
Lusi Ardiyati (3311211023)

PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS JENDRAL ACHMAD YANI
CIMAHI
2023
BAB I
PRINSIP DAN TUJUAN PERCOBAAN
A. Prinsip Percobaan
1. Penetapan kadar suatu zat secara volumetric berdasarkan reaksi reduksi
dan oksidasi
2. Penentuan titik ekivalensi dengan mencatat volume pentiter yang
digunakan ketika terjadi lonjakan potensial sel (E)

B. Tujuan Percobaan
1. Menentukan normalitas larutan baku sekunder I2
2. Menentukan kemurnian vitamin C secara iodimetri dengan metode
konvensional dan potensiometri
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Titrasi merupakan suatu proses analisis dimana suatu volume larutan standar
ditambahkan kedalam larutan dengan tujuan mengetahui komponen yang tidak
dikenal. Larutan standar adalah larutan yang konsentrasinya sudah diketahui secara
pasti. Berdasarkan kemurniannya, larutan standar dibedakan menjadi larutan standar
primer dan larutan standar sekunder. Larutan standar primer adalah larutan standar
yang dipersiapkan dengan menimbang dan melarutkan suatu zat tertentu dengan
kemurnian tinggi (konsentrasi diketahui dari massa - volume larutan). Larutan standar
sekunder adalah larutan standar yang dipersiapkan dengan menimbang dan
melarutkan suatu zat tertentu dengan kemurnian relatif rendah sehingga konsentrasi
diketahui dari hasil standardisasi (Day Underwood, 1999).
Titrasi redoks adalah penetapan kadar reduktor dan oksidator berdasarkan atas
reaksi reduksi dan oksidasi, dimana reduktor akan teroksidasi dan oksidator akan
tereduksi. Agar dapat digunakan sebagai dasar titrasi, maka reaksi redos harus
memenuhi persyaratan umum seperti reaksi harus cepat dan sempurna, reaksi
berlangsung secara stoikhiometri dan titik akhir titrasi dapat dideteksi missal dengan
bantuan indicator atau secara potensiometrik. Ada beberapa macam titrasi redoks
seperti permanganometri, iodometri, iodimetri, iodatometri, bromometri,
bromatometri dan serimetri. Bobot ekivalen suatu zat pada titrasi redoks adalah
banyaknya mol zat tersebut yang ekivalen dengan 1 mol elektron.
Proses titrasi potensiometri dapat dilakukan dengan bantuan elektroda
indikator dan elektroda pembanding yang sesuai. Dengan demikian, kurva titrasi yang
diperoleh dengan menggambarkan grafik potensial terhadap volume pentiter yang
ditambahkan, mempunyai kenaikan yang tajam di sekitar titik kesetaraan. Dari grafik
itu dapat diperkirakan titik akhir titrasi. Cara potensiometri ini bermanfaat bila tidak
ada indicator yang cocok untuk menentukan titik akhir titrasi, misalnya dalam hal
larutan keruh atau bila daerah kesetaran sangat pendekdan tidak cocok untuk
penetapan titik akhir titrasi dengan indikator (Rivai, 1995).
Iodimetri adalah penetapan kadar dimana zat uji (reduktor) langsung di titrasi
dengan larutan iodium . indicator yang digunakan pada titrasi iodimetri adalah larutan
kanji yang akan membentuk kompleks yang berwarna biru dengan iodium, selain
larutan kanji kloroform juga dapat digunakan sebagai indicator dimana iodium dalam
kloroform berwarna violet. Larutan iodium dibakukan dengan As2O3.
Metode potensiometri dapat digunakan untuk penentuan titik akhir titrasi pada titrasi
asam/basa, titrasi redoks, pengendapan dan pembentukan kompleks. Penentuan titik
akhir titrasi (TAT) titrasi redoks secara potensiometri dilakukan dengan cara
menghitung lonjakan potensial sel yang terlihat pada kurva hubungan nilai potensial
sel (E) dengan volume titran yang digunakan.
Potensial sel (Eosel) adalah potensial listrik yang dihasilkan oleh suatu sel volta.
Potensial sel juga disebut gaya gerak listrik (ggl) atau elektro motive force (emf).
BAB III
MONOGRAFI SAMPEL

Sinonim Asam Askorbat


Rumus Molekul C6H8O6
Struktur Molekul

Berat Molekul 176,12


Kelarutan mudah larut dalam air; agak sukar larut dalam etanol; tidak
larut dalam kloroform, dalam eter,dan dalam benzen.
Persyaratan Asam Askorbat mengandung tidak kurang dari 99,0% dan
tidak lebih dari 100,5% C6H8O6

Referensi Farmakope Indonesia Edisi VI halaman 175


BAB IV
REAKSI KIMIA

A. Pembakuan As2O3 dengan Iodium

As2O3 + 6I2 + 6H2O  2H3 AsO4 + I2HI

B. Reaksi Vitamin c dengan Iodium


C6H8O6+ I2  C6H6O6 + 2HI

C. Reaksi yang Terjadi pada Indikator


C6H8O6 + C6H10O5  C12H18O11
Vitamin C Kanji P Askorbil glukosida
(Askorbat asam glukosida)
BAB V
DIAGRAM ALIR PROSEDUR PERCOBAAN

A. Pembakuan secara konvensional


60 mg As2O3
- Dilarutkan dalam NaOH 4N (tetes demi tetes
hingga larut ± 3ml)
- Dipanaskan
- Didinginkan
+ 25 mL air bebas CO2
- Dinetralkan dengan HCl 4N
+ 2g NaHCO3
+ 5mL Indikator kanji P
- Dititrasi dengan larutan iodium 0,1N hingga
berubah warna biru
Larutan berubah menjadi biru
- Hitung normalitas NaOH
Rata-rata normalitas NaOH = 0,124 N
B. Penetaan kadar secara konvensional
115,0 mg sampel
- Dilarutkan 25 mL air bebas CO2 dan 7mL asam
sulfat 2N
+ 3 mL indikator kanji P
- Dititrasi dengan larutan Iodium 0,1 N hingga
berubah warna biru
Larutan berubah menjadi biru
- Hitung %kemurnian Vitamin C
% kemurnian
a) 98,74 %
b) 100,64 %
Kemurnian rata-rata = 99,69 %

C. Penetapan kadar secara potensiometri

115,0 mg sampel
- Dilarutkan dalam 50 mL air bebas CO2 dan 7mL
asam sulfat 2N
- Dititrasi dengan 0.2 ml larutan Iodium 0,1 N
- Diukur dan dicatat potensial sel (E)
- Dititrasi hingga diketahui potensial sel (E)
- Dihitung titik ekivalensi
Titik ekivalensi = 10,5 ml
BAB VI
HASIL PERCOBAAN DAN PENGOLAHAN DATA

A. Pembakuan Iodium
Titrasi Volume As2O3 d Volume Iodium ter N Iodium hasil pe
itimbang (mg) pakai (mL) mbakuan
1 115 9,7 0,125
2 115 9,8 0,123
Rata-rata normalitas Iodium hasil pembakuan ± SD 0,124 N

B. Penetapan Kadar Vitamin C Secara Konvensional


Titrasi Berat Sampel Volume NaOH Berat Hasil % Kemurnian
Yang terpakai Analisis (mg)
Ditimbang
(mg)
1 115 mg 10,4 ml 113,557 mg 98,74%
2 115 mg 10,6 ml 115,741 mg 100,64%
% Kemurnian rata-rata ± SD 99,69%

C. Penetapan Kadar Vitamin C secara Potensiometri


1. Penentuan Titik Ekivalensi
V pH ΔpH ΔVolume ΔpH/ΔV Δ2pH/ΔV
Titran
(mL)
1 270
-20 1 20
2 250 -10
-10 1 10
3 240 -3
-7 1 7
4 233 -1
-6 1 6
5 227 -2
-4 1 4
6 223 -1
-3 1 3
7 220 -1
-2 1 2
8 218 -1
-1 1 1
9 217 1
2 1 2
10 219 1
2 1 2
11 365 -130
16 1 16
12 381 -9
7 1 7
13 388 -3
4 1 4
14 392 -1
3 1 3
15 395 -1
2 1 2
16 397

2. Hasil Penetapan Kemurnian


Titrasi Berat Sampel Volume TE Berat Hasil % Kemurnian
Yang Hasil Analisis (mg)
Ditimbang Perhitungan
(mg) atau Grafik
(mL)
1 115 10,5255 115,3033 100,3%
% Kemurnian rata-rata ± SD 100,3%

3. Grafik
3.1. Grafik hubungan volume titran dan pH

Grafik V.Titran dan pH


450

400

350

300

250
pH

200 TITIK EKIVALEN


150

100

50

0
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18
V.Titran (mL)

3.2. Grafik hubungan volume titran dan ΔpH/ΔV (turunan pertama)


Grafik V.Titran dan ΔpH/ΔV
160

140

120

100
ΔpH/ΔV

80

60

40

20

0
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18
V.Ttiran (mL)

3.3. Grafik hubungan volume titran dan Δ2pH/ΔV (turunan kedua)

Grafik V.Titran dan ΔpH/ΔV


160

140

120

100
ΔpH/ΔV

80

60

40

20

0
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18
V.Ttiran (mL)

BAB VII
PEMBAHASAN

Pada praktikum kali ini yaitu mengenai titrasi redoks secara potensiometri.
Titrasi merupakan suatu metode yang digunakan untuk menentukan konsentrasi dari
suatu reaktan, dimana titrasi menggunakan larutan yang sudah diketahui
konsentrasinya dan mengukur volumenya secara pasti. Titrasi redoks adalah
penetapan kadar suatu reduktor dan oksidator berdasarkan reaksi reduksi dan
oksidasi, dimana reduktor akan teroksidasi dan oksidator akan tereduksi. Jenis reaksi
ini melibatkan adanya transfer elektron antara oksidator dan reduktor. Dengan kata
lain reaksi redoks adalah reaksi penangkapan elektron dan pelepasan elektron. Ada
dua cara perhitungan reaksi oksidasi reduksi yaitu berdasarkan atas mol pada
persamaan stoikiometri dan berdasarkan cacah elektron yang terlibat dalam senyawa
oksidator yang dikenal dengan berat ekivalen. Setiap reaksi oksidasi reduksi antara
ion-ion dalam larutan dapat digunakan dalam analisis volumetri, jika memenuhi
syarat berikut:
1) Reaksi harus cepat dan sempurna
2) Reaksi berlangsung secara stokhiometri
3) Harus ada indikator untuk menunjukkan titik akhir titrasi reaksi
Percobaan kali ini bertujuan untuk mengetahui nilai normalitas larutan baku
sekunder I2 dan menentukan kemurnian sampel secara iodimetri dengan metode
konvensional dan potensiometri. Titrasi konvensional merupakan titrasi yang
menggunakan indikator visual dalam menentukan titik akhir titrasi, yaitu berupa
adanya perubahan warna dari yang awalnya tak berwarna menjadi berwarna biru.
Berbeda dengan konvensional, titrasi potensiometri tidak memerlukan indikator
visual sebagai penentuan titik akhir titrasi, tetapi dengan melakukan pengukuran ion
dalam suatu larutan secara kuantitatif berdasarkan pada prinsip elektrokimia atau
dengan cara mengukur volume pentiter yang digunakan ketika terjadi lonjakan
potensial sel yang terlihat pada kurva hubungan nilai potensial sel (E) dengan volume
titran yang dugunakan (mL). Metode titrasi redoks yang digunakan adalah titrasi
iodimetri yang menggunakan larutan standar iodium sebagai titran dalam suasana
netral atau sedikit asam.
Titrasi iodimetri merupakan titrasi langsung yang digunakan untuk analisis
kuantitatif senyawa-senyawa yang mempunyai potensial oksidasi lebih kecil daripada
sistem iodium-iodida yang digunakan untuk senyawa-senyawa yang bersifat reduktor
yang cukup kuat seperti Vitamin C. Cara melakukan analisis dengan menggunakan
senyawa pereduksi iodium yaitu secara langsung disebut titrasi iodimetri, dimana
digunakan larutan iodium untuk mengoksidasi reduktor-reduktor yang dapat
dioksidasi secara kuantitatif pada titik ekivalennya.
Sampel yang digunakan pada percobaan kali ini yaitu vitamin C atau asam
askorbat yang merupakan senyawa bersifat asam dengan rumus empiris C6H8O6.
Vitamin C merupakan suatu asam organik berbentuk kristal putih yang dapat larut
dalam air dan terasa asam serta tidak berbau. Di dalam larutan, vitamin C akan
mudah teroksidasi oleh oksigen dari udara dan cahaya.
Indikator yang digunakan dalam titrasi reduksi-oksidasi ini adalah indikator
spesifik yaitu indikator kanji yang akan membentuk kompleks biru dengan iodium.
Pada percobaan kali ini dilakukan tiga prosedur berbeda. Dimulai dengan
mempersiapkan berbagai alat dan bahan yang diperlukan lalu dilakukan pembakuan
larutan I2 0,1 N, penetapan kemurnian vitamin C secara titrasi konvensional dan
penetapan kemurnian vitamin C secara titrasi potensiometri.

1. Pembakuan Larutan dengan Arsen Trioksida (As2O3)


Tujuan pembakuan adalah untuk menentukan normalitas larutan baku
sekunder I2. Adapun cara pembakuannya dilakukan dengan arsen trioksida. Timbang
seksama 60,0 mg arsen trioksida larutkan dalam NaOH 4N tetes demi tetes kurang
lebih 3mL (bila perlu dipanaskan), tambahkan 25 mL air bebas CO 2. Netralkan
dengan HCl 4N, tambahkan 2g NaHCO3, dan tambahkan 5mL indikator kanji. Titrasi
dengan larutan iodium 0,1N hingga timbul warna biru tetap.
Arsen trioksida sukar larut dalam air tetapi mudah larut dalam larutan natrium
hidroksida (NaOH) dengan membentuk natrium arsenit menurut reaksi :
As2O3 + 6NaOH → 2 NaAsO3 + 3H2O
Jika iodium ditambahkan pada larutan alkali maka iodium akan bereaksi
dengan NaOH membentuk natrium hipoiodit atau senyawa-senyawa serupa yang
mana tidak akan bereaksi secara cepat dengan natrium arsenit.
2NaOH + I2 → NaI + H2O
Kelebihan natrium hidroksida dinetralkan dengan HCl, penambahan NaHCO 3
bertujuan untuk menetralkan asam iodida (HI) yang terbentuk sehingga hal tersebut
menyebabkan reaksi berjalan bolak-balik (reversibel). Natrium bikarbonat akan
menghilangkan asam iodida secepat asam iodida terbentuk sehingga reaksi berjalan
ke kanan secara sempurna. Reaksi secara lengkap pada pembakuan iodium dengan
arsen trioksida sebagai berikut :
As2O3 + 6NaOH → 2NaAsO3 + 3H2O
Na3AsO3 + I2 + 2NaHCO3 → Na3AsO4 + 2NaI + 2CO2 +H2O
Indikator yang umum untuk titrasi iodimetri adalah larutan kanji, karena
warna biru tua dari kompleks kanji-iodium dipakai untuk suatu uji sangat peka
terhadap iodium. Kepekaan warna berkurang dengan kenaikan suhu larutan dan
adanya pelarut pelarut organik. Komponen utama kanji yaitu amilosa dan
amilopektin. Amilosa memiliki rantai lurus dan memberikan warna biru jika bereaksi
dengan iodium. Amilopektin memiliki rantai bercabang dan memberikan warna
merah violet jika bereaksi dengan iodium. Fungsi indikator kanji ini memberikan
warna pada larutan yang dititrasi ketika mencapai titik akhir titrasi sehingga proses
titrasi bisa diberhentikan. Keuntungan menggunakan kanji adalah harganya murah,
sedangkan kerugiannya adalah tidak mudah larut dalam air dingin, tidak stabil pada
suspensi dengan air, karena nya dalam proses pembuatannya harus dibantu dengan
pemanasan.

Mekanisme reaksi indikator kanji adalah sebagai berikut :


Amilum + I2 → Iod-amilum (biru)
Iod-amilum (biru) + Na2S4O6 + amilum (tidak berwarna)
Titik akhir titrasi ditetapkan dengan bantuan indikator kanji, yang
ditambahkan sesaat sebelum titik akhir tercapai. Warna biru kompleks iodium kanji
akan hilang pada saat titik akhir tercapai. Langkah selanjutnya adalah menghitung
normalitas Iodium sebenarnya dengan menggunakan rumus :
Normalitas Iodium = Berat As2O3 (mg) x 0,1 / V Iodium x 4,946

2. Penetapan Kemurnian Vitamin C secara Titrasi Konvensional


Setelah didapatkan nilai normalitas dari Iodium, selanjutnya dilakukan
penentuan kadar kemurnian dari sampel. Percobaan kedua yang dilakukan adalah
penetapan kemurnian vitamin C secara titrasi konvensional. Salah satu komponen
yang telah diketahui normalitasnya dapat digunakan sebagai titran. Kemudian
komponen lain dapat diketahui kadar maupun normalitasnya setelah proses titrasi
mencapai titik ekuivalen (TE), dimana kita dapat menghitung kadar maupun
normalitas zat tersebut. Adapun TE pada percobaan titrasi ini dapat diketahui dari
perubahan warna bahan yang dititrasi yang telah ditambahkan indikator. Pada titrasi
secara konvensional, larutan iodium 0,1 N digunakan sebagai titran. Sebanyak 115,0
sampel dilarutkan dengan 25 mL aquadest bebas CO 2 dan 7 ml H2SO4. Tujuan dari
digunakannya aquadest bebas CO2 adalah agar tidak ada lagi zat-zat pengotor yang
dapat mengganggu jalannya reaksi. H2SO4 berfungsi sebagai pendonor proton (H+)
serta berfungsi untuk menghambat terjadinya oksidasi dengan memberi suasana asam
pada larutan karena adanya ion H+. Kemudian ditambahkan indikator kanji P
sebanyak 3mL, dimana titik akhir titrasi diketahui dengan terjadinya kompleks
amilum-I2 yang berwarna biru tua. Hal ini disebabkan karena dalam larutan pati,
terdapat unit-unit glukosa membentuk rantai heliks karena adanya ikatan konfigurasi
pada tiap unit glukosanya. Bentuk ini menyebabkan pati dapat membentuk kompleks
dengan molekul iodium yang dapat masuk ke dalam spiralnya, sehingga
menyebabkan warna biru tua pada kompleks tersebut. Setelah itu larutan dititrasi
menggunakan larutan iodium 0,1 N hingga warnanya berubah dari tidak berwarna
menjadi warna biru.
Reaksi pada penentuan vitamin c dengan iodimetri :
H2S + I2 → S + 2I- + 2H+
SO32- + I2 +H2O → SO42- + 2I- + 2H+
Sn2+ + I2 → Sn4+ + 2IH2
AsO3 + I2 + H2O → HAsO42- + 2I- + 3H+

Kemudian dihitung % kemurnian dari asam asam askorbat. Dari data yang
didapatkan, diperoleh nilai %kemurnian titrasi 1 adalah 98,74% dan pada titrasi ke 2
adalah 115,741%. Sehingga diperoleh rata-rata % kemurnian asam askorbat sebesar
99,69% dengan normalitas I2 hasil pembakuan adalah 0,124N. Jika ditinjau dari
persyaratan yang menyatakan bahwa asam askorbat mengandung tidak kurang dari
99,0% dan tidak lebih dari 100,5% C 6H8O6, maka dapat disimpulkan bahwa persen
kemurnian yang didapatkan dari percobaan memenuhi syarat.

3. Penetapan Kemurnian Vitamin C secara Titrasi Potensiometri


Setelah dilakukan pembakuan larutan dan penetapan kemurnian secara
konvensional, langkah selanjutnya adalah melakukan titrasi secara potensiometri.
Titrasi potensiometri prinsipnya pengukuran potensial suatu larutan dengan
menggunakan alat potensiometer. Reaksi yang terjadi pada titrasi pada titrasi
potensiometri ini harus berlangsung cepat, sehingga titrasi dapat dilakukan dalam
waktu yang tidak terlalu lama. Pada praktikum volume titran yang dipakai sebanyak
16 mL iodium dengan penambahan volume titran di setiap 1 mL dilakukan
pengukuran potensial sel (E) dengan tujuan untuk mencari lonjakan potensial sel (E)
atau titik ekivalen, yaitu titik di mana jumlah ekivalen zat yang dititrasi sama dengan
jumlah ekivalen zat standar yang ditambahkan.
Pada percobaan ini vitamin C ditimbang seksama 115,0 mg lalu dilarutkan
dengan aquadest bebas CO2 50 ml dan 7 mL H2SO4 2N. Hal ini bertujuan agar air
sulingan bebas CO2 sebagai pelarut sampel tidak tercampur dengan bahan seperti
iodium dan H2SO4 sebagai katalis untuk mempercepat reaksi, lalu vitamin C yang
telah larut akan dititrasi dengan larutan iodium dan diaduk dengan pengaduk
magnetik (stirrer) agar larutan dapat homogen. Kemudian dilakukan pengukuran
potensial sel (E) dengan potensiometer, dicatat dan diplotkan terhadap volume iodium
yang ditambahkan. Titik ekivalen titrasi merupakan suatu titik dengan jumlah mol
titran dan titran pada titik tersebut adalah sama atau ekivalen. Titik ekivalen yang
digunakan sebagai titik akhir tersebut. Diperoleh hasil % kemurnian rata-rata adalah
99,94% Menurut literatur persyaratan % kemurnian Asam Askorbat berada pada
rentang 99,0% - 100,5% maka dapat disimpulkan bahwa persen kemurnian yang
didapatkan dari percobaan memenuhi syarat.
BAB VIII
KESIMPULAN

Berdasarkan hasil pengamatan yang sudah dilakukan:


A. Kemurnian asam sitrat berdasarkan hasil analisis secara konvensional adalah
99,44 % zat aktif memenuhi persyaratan kemurnian karena berada dalam
rentang 99,% - 100,5%
B. Kemurnian asam sitrat berdasarkan hasil analisis secara potensiometri adalah
99,94 % zat aktif memenuhi persyaratan kemurnian karena berada dalam
rentang 99,5-100,5%
DAFTAR PUSTAKA

Adhitama Asmal. 2018. Analisis Kandungan Vitamin C Dalam Cabai


Rawit (Capsicum Fructuscens L.) Secara Iodimetri. Jurnal Farmasi Sandi
Karsa, (4):7.
Amalya, N. 2016. Laporan Penentuan Kadar Vitamin C. Scribd.
Available at :
Analitik (Cetakan Pe). Uwais Inspirasi Indonesia
Andania, M. M. (no date). Titrasi Iodimetri. Scribd. Available at :
https://id.scribd.com/document/285837835/TITRASI-IODIMETRI
Departemen Kesehatan Republik Indonesia.2020.Farmakope
Indonesia,Edisi VI.Jakarta:Departemen Kesehatan.
https://id.scribd.com/doc/152034075/Penentuan-Kadar-Vitamin-c-
Metode-Iodimetri
https://id.scribd.com/document/334697557/LAPORAN-PENENTUAN-
KADAR-VITAMIN-C
Lukum, A., Isa, I., Iyabu, H., & Kunusa, W. R. (2022). Dasar-dasar
Kimia
Mira, dkk. 2023. Penuntun praktikum kimia farmasi 2. Cimahi :
Universitas Jenderal Achmad Yani, hal.12-13.
Nurmaska,A.,Erwan,D.,Rosanti,A.D.,Fidana,F.A.2018.Rancangan
Bangun Alat Pengukur Kadar Asam Askorbat pada Buah dengan Metode
Titrasi Iodimetri.Vol.7 (1):147-157
Paramitha, R. D. 2013. Penentuan Kadar Vitamin C Metode Iodimetri.
Scribd. Available at :
Sutanto, 2002. Titrasi potensiometri. Perpustakaan UT.
https://pustaka.ut.ac.id/lib/wp-content/uploads/pdfmk/PEKI442002-M1.pdf
LAMPIRAN

4. Perhitungan

1. Pembakuan Iodium
Berat As 2O 4 ( mg ) x 0 ,1
N Iodium=
V Iod x 4,946
6 , 0 x 0 ,1
=
9 ,7 x 4,946
= 0.125 N
Berat As 2O 4 ( mg ) x 0 ,1
N Iodium=
V Iod x 4,946
6 , 0 x 0 ,1
=
9 , 8 x 4,946
= 0.123 N
Berat As 2O 4 ( mg ) x 0 , 1
N rata−rata=
V Iod x 4,946
6 , 0 x 0 ,1
=
9 ,75 x 4,946
= 0.124 N

2. Penetapan kadar Vitamin C secara konvensional

a. Perhitungan berat hasil analisis


 Kesetaraan asam askorbat terhadap Iodium 0,124N
1ml NaOH 0.1N ⁓ 8,806 mg C6H8O6
Kesetaraan asam askorbat terhadap Iodium 0,124N
8,806 ml x 0,124 N
= 10,919 mg
0 ,1 N
 Berat (mg) asam askorbat dalam 10,4 ml NaOH
10 , 4 ml x 10,919 mg
mg asam askorbat =
0,1N
= 113,557 mg

 Berat (mg) asam sitrat monohidrat dalam 10,6 ml NaOH


10 ,6 ml x 10,919 mg
mg asam sitrat monohidrat =
0 ,1 N
= 115,741 mg

b. % kemurnian
 % kemurnian asam sitrat monohidrat dalam 10,4 ml Iodium
113,557 mg
= x100% = 98,74 %
115 mg
 % kemurnian asam sitrat monohidrat dalam 10,6 ml Iodium
115,741 mg
= x100% = 100,64%
115 mg

3. Penetapan kadar asam sitrat secara potensiometri


a. Perhitungan nilai titik ekivalensi

( )
2
∆ pH
a
∆v
V(TE) = Va + ∆v { }
( ) ( )
2 2
∆ pH ∆ pH
a− b
∆v ∆v
144
V = 10+1 { }
( 144 ) −(−130)
144
= 10+1 { }
274
= 10+1 {0,5255}
= 10+ 0,5255
= 10,5255
b. Perhitungan berat hasil analisis dan % kemurnian
1ml Iodium 0,1N ⁓ 8,806 mg C6H8O6
8,806 mg x 0,124 N
1ml NaOH 0,124 N ⁓ mg asam askorbat
0,1 N
1ml NaOH 0,1 N ⁓ 10,919 mg
10,5255 ml x 10,919 mg
 Berat (mg) asam askorbat =
1ml
= 114,9325 mg
114,9325 mg
 % kemurnian = x 100%
115 mg
= 99,94 %

5. Grafik
5.1. Grafik hubungan volume titran dan pH
Grafik V.Titran dan pH
450

400

350

300

250
pH

200 TITIK EKI-


VALEN
150

100

50

0
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18
V.Titran (mL)

5.2. Grafik hubungan volume titran dan ΔpH/ΔV (turunan pertama)


Grafik V.Titran dan ΔpH/ΔV
160

140

120

100
ΔpH/ΔV

80

60

40

20

0
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18
V.Ttiran (mL)

5.3. Grafik hubungan volume titran dan Δ2pH/ΔV (turunan kedua)

Grafik V.Titran dan ΔpH/ΔV


160

140

120

100
ΔpH/ΔV

80

60

40

20

0
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18
V.Ttiran (mL)

Anda mungkin juga menyukai