LK Prak KF Titrasi Redoks
LK Prak KF Titrasi Redoks
Kelompok 1 (A)
Rhizky Goushartian (3311211005)
Khansa Alida Salsabila (3311211006)
Nadifah Zafira (3311211012)
Serlin Zandroto (3311211018)
Lusi Ardiyati (3311211023)
B. Tujuan Percobaan
1. Menentukan normalitas larutan baku sekunder I2
2. Menentukan kemurnian vitamin C secara iodimetri dengan metode
konvensional dan potensiometri
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Titrasi merupakan suatu proses analisis dimana suatu volume larutan standar
ditambahkan kedalam larutan dengan tujuan mengetahui komponen yang tidak
dikenal. Larutan standar adalah larutan yang konsentrasinya sudah diketahui secara
pasti. Berdasarkan kemurniannya, larutan standar dibedakan menjadi larutan standar
primer dan larutan standar sekunder. Larutan standar primer adalah larutan standar
yang dipersiapkan dengan menimbang dan melarutkan suatu zat tertentu dengan
kemurnian tinggi (konsentrasi diketahui dari massa - volume larutan). Larutan standar
sekunder adalah larutan standar yang dipersiapkan dengan menimbang dan
melarutkan suatu zat tertentu dengan kemurnian relatif rendah sehingga konsentrasi
diketahui dari hasil standardisasi (Day Underwood, 1999).
Titrasi redoks adalah penetapan kadar reduktor dan oksidator berdasarkan atas
reaksi reduksi dan oksidasi, dimana reduktor akan teroksidasi dan oksidator akan
tereduksi. Agar dapat digunakan sebagai dasar titrasi, maka reaksi redos harus
memenuhi persyaratan umum seperti reaksi harus cepat dan sempurna, reaksi
berlangsung secara stoikhiometri dan titik akhir titrasi dapat dideteksi missal dengan
bantuan indicator atau secara potensiometrik. Ada beberapa macam titrasi redoks
seperti permanganometri, iodometri, iodimetri, iodatometri, bromometri,
bromatometri dan serimetri. Bobot ekivalen suatu zat pada titrasi redoks adalah
banyaknya mol zat tersebut yang ekivalen dengan 1 mol elektron.
Proses titrasi potensiometri dapat dilakukan dengan bantuan elektroda
indikator dan elektroda pembanding yang sesuai. Dengan demikian, kurva titrasi yang
diperoleh dengan menggambarkan grafik potensial terhadap volume pentiter yang
ditambahkan, mempunyai kenaikan yang tajam di sekitar titik kesetaraan. Dari grafik
itu dapat diperkirakan titik akhir titrasi. Cara potensiometri ini bermanfaat bila tidak
ada indicator yang cocok untuk menentukan titik akhir titrasi, misalnya dalam hal
larutan keruh atau bila daerah kesetaran sangat pendekdan tidak cocok untuk
penetapan titik akhir titrasi dengan indikator (Rivai, 1995).
Iodimetri adalah penetapan kadar dimana zat uji (reduktor) langsung di titrasi
dengan larutan iodium . indicator yang digunakan pada titrasi iodimetri adalah larutan
kanji yang akan membentuk kompleks yang berwarna biru dengan iodium, selain
larutan kanji kloroform juga dapat digunakan sebagai indicator dimana iodium dalam
kloroform berwarna violet. Larutan iodium dibakukan dengan As2O3.
Metode potensiometri dapat digunakan untuk penentuan titik akhir titrasi pada titrasi
asam/basa, titrasi redoks, pengendapan dan pembentukan kompleks. Penentuan titik
akhir titrasi (TAT) titrasi redoks secara potensiometri dilakukan dengan cara
menghitung lonjakan potensial sel yang terlihat pada kurva hubungan nilai potensial
sel (E) dengan volume titran yang digunakan.
Potensial sel (Eosel) adalah potensial listrik yang dihasilkan oleh suatu sel volta.
Potensial sel juga disebut gaya gerak listrik (ggl) atau elektro motive force (emf).
BAB III
MONOGRAFI SAMPEL
115,0 mg sampel
- Dilarutkan dalam 50 mL air bebas CO2 dan 7mL
asam sulfat 2N
- Dititrasi dengan 0.2 ml larutan Iodium 0,1 N
- Diukur dan dicatat potensial sel (E)
- Dititrasi hingga diketahui potensial sel (E)
- Dihitung titik ekivalensi
Titik ekivalensi = 10,5 ml
BAB VI
HASIL PERCOBAAN DAN PENGOLAHAN DATA
A. Pembakuan Iodium
Titrasi Volume As2O3 d Volume Iodium ter N Iodium hasil pe
itimbang (mg) pakai (mL) mbakuan
1 115 9,7 0,125
2 115 9,8 0,123
Rata-rata normalitas Iodium hasil pembakuan ± SD 0,124 N
3. Grafik
3.1. Grafik hubungan volume titran dan pH
400
350
300
250
pH
100
50
0
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18
V.Titran (mL)
140
120
100
ΔpH/ΔV
80
60
40
20
0
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18
V.Ttiran (mL)
140
120
100
ΔpH/ΔV
80
60
40
20
0
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18
V.Ttiran (mL)
BAB VII
PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini yaitu mengenai titrasi redoks secara potensiometri.
Titrasi merupakan suatu metode yang digunakan untuk menentukan konsentrasi dari
suatu reaktan, dimana titrasi menggunakan larutan yang sudah diketahui
konsentrasinya dan mengukur volumenya secara pasti. Titrasi redoks adalah
penetapan kadar suatu reduktor dan oksidator berdasarkan reaksi reduksi dan
oksidasi, dimana reduktor akan teroksidasi dan oksidator akan tereduksi. Jenis reaksi
ini melibatkan adanya transfer elektron antara oksidator dan reduktor. Dengan kata
lain reaksi redoks adalah reaksi penangkapan elektron dan pelepasan elektron. Ada
dua cara perhitungan reaksi oksidasi reduksi yaitu berdasarkan atas mol pada
persamaan stoikiometri dan berdasarkan cacah elektron yang terlibat dalam senyawa
oksidator yang dikenal dengan berat ekivalen. Setiap reaksi oksidasi reduksi antara
ion-ion dalam larutan dapat digunakan dalam analisis volumetri, jika memenuhi
syarat berikut:
1) Reaksi harus cepat dan sempurna
2) Reaksi berlangsung secara stokhiometri
3) Harus ada indikator untuk menunjukkan titik akhir titrasi reaksi
Percobaan kali ini bertujuan untuk mengetahui nilai normalitas larutan baku
sekunder I2 dan menentukan kemurnian sampel secara iodimetri dengan metode
konvensional dan potensiometri. Titrasi konvensional merupakan titrasi yang
menggunakan indikator visual dalam menentukan titik akhir titrasi, yaitu berupa
adanya perubahan warna dari yang awalnya tak berwarna menjadi berwarna biru.
Berbeda dengan konvensional, titrasi potensiometri tidak memerlukan indikator
visual sebagai penentuan titik akhir titrasi, tetapi dengan melakukan pengukuran ion
dalam suatu larutan secara kuantitatif berdasarkan pada prinsip elektrokimia atau
dengan cara mengukur volume pentiter yang digunakan ketika terjadi lonjakan
potensial sel yang terlihat pada kurva hubungan nilai potensial sel (E) dengan volume
titran yang dugunakan (mL). Metode titrasi redoks yang digunakan adalah titrasi
iodimetri yang menggunakan larutan standar iodium sebagai titran dalam suasana
netral atau sedikit asam.
Titrasi iodimetri merupakan titrasi langsung yang digunakan untuk analisis
kuantitatif senyawa-senyawa yang mempunyai potensial oksidasi lebih kecil daripada
sistem iodium-iodida yang digunakan untuk senyawa-senyawa yang bersifat reduktor
yang cukup kuat seperti Vitamin C. Cara melakukan analisis dengan menggunakan
senyawa pereduksi iodium yaitu secara langsung disebut titrasi iodimetri, dimana
digunakan larutan iodium untuk mengoksidasi reduktor-reduktor yang dapat
dioksidasi secara kuantitatif pada titik ekivalennya.
Sampel yang digunakan pada percobaan kali ini yaitu vitamin C atau asam
askorbat yang merupakan senyawa bersifat asam dengan rumus empiris C6H8O6.
Vitamin C merupakan suatu asam organik berbentuk kristal putih yang dapat larut
dalam air dan terasa asam serta tidak berbau. Di dalam larutan, vitamin C akan
mudah teroksidasi oleh oksigen dari udara dan cahaya.
Indikator yang digunakan dalam titrasi reduksi-oksidasi ini adalah indikator
spesifik yaitu indikator kanji yang akan membentuk kompleks biru dengan iodium.
Pada percobaan kali ini dilakukan tiga prosedur berbeda. Dimulai dengan
mempersiapkan berbagai alat dan bahan yang diperlukan lalu dilakukan pembakuan
larutan I2 0,1 N, penetapan kemurnian vitamin C secara titrasi konvensional dan
penetapan kemurnian vitamin C secara titrasi potensiometri.
Kemudian dihitung % kemurnian dari asam asam askorbat. Dari data yang
didapatkan, diperoleh nilai %kemurnian titrasi 1 adalah 98,74% dan pada titrasi ke 2
adalah 115,741%. Sehingga diperoleh rata-rata % kemurnian asam askorbat sebesar
99,69% dengan normalitas I2 hasil pembakuan adalah 0,124N. Jika ditinjau dari
persyaratan yang menyatakan bahwa asam askorbat mengandung tidak kurang dari
99,0% dan tidak lebih dari 100,5% C 6H8O6, maka dapat disimpulkan bahwa persen
kemurnian yang didapatkan dari percobaan memenuhi syarat.
4. Perhitungan
1. Pembakuan Iodium
Berat As 2O 4 ( mg ) x 0 ,1
N Iodium=
V Iod x 4,946
6 , 0 x 0 ,1
=
9 ,7 x 4,946
= 0.125 N
Berat As 2O 4 ( mg ) x 0 ,1
N Iodium=
V Iod x 4,946
6 , 0 x 0 ,1
=
9 , 8 x 4,946
= 0.123 N
Berat As 2O 4 ( mg ) x 0 , 1
N rata−rata=
V Iod x 4,946
6 , 0 x 0 ,1
=
9 ,75 x 4,946
= 0.124 N
b. % kemurnian
% kemurnian asam sitrat monohidrat dalam 10,4 ml Iodium
113,557 mg
= x100% = 98,74 %
115 mg
% kemurnian asam sitrat monohidrat dalam 10,6 ml Iodium
115,741 mg
= x100% = 100,64%
115 mg
( )
2
∆ pH
a
∆v
V(TE) = Va + ∆v { }
( ) ( )
2 2
∆ pH ∆ pH
a− b
∆v ∆v
144
V = 10+1 { }
( 144 ) −(−130)
144
= 10+1 { }
274
= 10+1 {0,5255}
= 10+ 0,5255
= 10,5255
b. Perhitungan berat hasil analisis dan % kemurnian
1ml Iodium 0,1N ⁓ 8,806 mg C6H8O6
8,806 mg x 0,124 N
1ml NaOH 0,124 N ⁓ mg asam askorbat
0,1 N
1ml NaOH 0,1 N ⁓ 10,919 mg
10,5255 ml x 10,919 mg
Berat (mg) asam askorbat =
1ml
= 114,9325 mg
114,9325 mg
% kemurnian = x 100%
115 mg
= 99,94 %
5. Grafik
5.1. Grafik hubungan volume titran dan pH
Grafik V.Titran dan pH
450
400
350
300
250
pH
100
50
0
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18
V.Titran (mL)
140
120
100
ΔpH/ΔV
80
60
40
20
0
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18
V.Ttiran (mL)
140
120
100
ΔpH/ΔV
80
60
40
20
0
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18
V.Ttiran (mL)