Disusun oleh:
E. Cara Kerja
1. Timbang gula dengan berat 10 gram dan fermipan 2 gram menggunakan neraca
O’Haus.
2. Tuangkan air kapur sebanyak 100 ml ke dalam erlenmeyer.
3. Teteskan Indikator PP pada larutan air kapur (larutan berubah menjadi pink karena
terjadi proses titrasi antara PP dan kapur), kemudian aduk larutan menggunakan batang
pengaduk.
4. Tuang 50 mL larutan air kapur + PP ke dalam tabung erlenmeyer 2.
5. Masukkan air suling sebanyak 100 ml ke dalam tabung erlenmeyer.
6. Larutkan 10 gr gula ke dalam 100 ml air suling, lalu aduk larutan hingga gula benar-
benar terlarut.
7. Tuang 50 ml larutan gula tadi ke tabung erlenmeyer lain.
8. Masukkan 2 gr fermipan ke dalam 50 ml laruta gula, aduk hingga campuran larutan
gula dan fermipan menyatu.
9. Tempelkan ujung erlenmeyer dengan plastisin, dan sambungkan erlenmeyer yang berisi
larutan gula dan air kapur + PP dengan selang.
10. Sambungkan erlenmeyer berisi air kapur dengan campuran gula + fermipan dengan
selang, tempelkan plastisin pada mulut elenmeyer dan pastikan plastisin benar-benar
rapat sehingga ujung erlenmeyer tertutup rapat.
11. Sebelum meratakan plastisin pada erlenmeyer berisi fermipan, masukkan thermometer
untuk mengetahui suhu.
12. Tunggu selama 20 menit.
13. Amati yang terjadi pada tabung erlenmeyer.
F. Data Percobaan
ERLENMEYER A ERLENMEYER B
Perubahan yang terjadi
AWAL AKHIR AWAL AKHIR
Menyengat
BAU Tidak berbau Tidak berbau Tidak berbau
seperti tape
Merah muda
pudar,
WARNA Coklat muda Coklat muda Merah muda
cenderung
bening
G. Analisis Data
Berikut ini adalah anlisis kami berdasarkan data tabel diatas
Suhu : Dari data diatas, suhu akhir antara erlenmeyer A dan B berbeda, padahal suhu
awal yang digunakan sama yaitu 26°C. Hal ini dapat terjadi dikarenakan pada erlemeyer
A, indikator yang digunakan ialah campuran larutan berupa ragi, gula, dan air hangat,
sedangkan erlemeyer B indikator yang digunakan ialah larutan berupa air kapur dan PP.
Berdasarkan hal tersebut dapat kami simpulkan bahwasanya yang mengakibatkan suhu
pada erlemeyer A meningkat ialah adanya penggunaan air hangatpada atabung tersebut.
Terjadinya peningkatan suhu di erlenmeyer A juga disebabkan adanya aktivitas
fermentasi yang dapat melepaskan energi sehingga suhu meningkat.
Bau : Dari data di atas disebutkan bahwa erlenmeyer A tidak berbau di awal dan pada
kondisi akhir berbau seperti tape, sedangkan erlenmeyer B di awal tidak berbau dan pada
kondisi akhir masih tetap tidak berbau. Sehingga dapat kami nyatakan bahwasanya pada
tabung erlenmeyer A, hasil dari larutan antara air hangat, gula, dan ragi dapat
menyebabkan suatu proses fermentasi yang menghasilkan produk berupa alkohol
sehingga bau pada tabung A berubah seperti tape. Sementara pada tabung B tidak berbau
karena tidak menimbulkan reaksi berupa perubahan bau.
Warna : Dari data di atas, diketahui bahwa erlenmeyer A menimbulkan warna coklat
muda pada kondisi awal maupun akhir. Perbedaan antara kondisi awal dan akhir pada
erlenmeyer A terlihat hanya pada keberadaan gelembung gas. Gelembung gas yang
muncul pada tabung tersebut dapat disebabkan oleh adanya aktivitas fermentasi akibat
reaksi gula dan ragi yang melepaskan gas. Sementara pada tabung B, perubahan warna
terlihat cukup jelas di mana air kapur akan berubah dari warna merah muda menjadi lebih
pudar. Air kapur yang ditetesi Phenol Ptalin (PP) akan berubah warna menjadi merah
muda.. Reaksi ini terjadi secara terus menerus sehingga larutan air kapur + PP yang
semula berwarna merah muda menjadi bening.
H. Jawaban Pertanyaan
1. Mengapa pada Erlemeyer A terjadi perubahan suhu dan bau ?
Jawaban : Pada Erlemeyer A terjadi perubahan suhu dan perubahan bau dikarenakan
hal tersebut menunjukan proses fermentasi menghasilkan gas serta energi yang
membuat perubahan pada suhu dan bau, serta bertambahnya volume berupa busa-busa
ragi. Bau menyengat seperti tape/alkohol artinya proses fermentasi menghasilkan
etanol dan gas CO2 yang menghasilkan bau menyengat seperti alkohol.
2. Mengapa pada Erlemeyer B terjadi perubahan warna (merah muda-pudar putih dan
terdapat endapan putih)?
Jawaban : Pada Erlenmeyer B terjadi perubahan warna dari merah muda ke putih
bening agak pekat menunjukkan bahwa gas CO2 yang dihasilkan oleh proses
fermentasi semakin banyak. Karena semakin banyak gas CO2 yang dihasilkan oleh
fermentasi melalui selang menuju Erlenmeyer B akan membuat warna pada cairan
semakin memudar.
Dalam kondisi aerobic (tersedia oksigen) maka sistem enzim mitokondria dapat
mengkatalisis oksidasi asam piruvat menjadi H2) atau CO2 serta menghasilkan energi
dengan bentuk ATP (Adenosin Tri Phosphat). Proses reaksi terakhir ini umumnya
disebut dengan fermentasi. Dalam proses fermentasi beberapa enzim juga terlibat di
dalam sitoplasma sel. Akan tetapi dari proses diatas hanya menghasilkan 2 ATP, oleh
karena itu respirasi anaerob merupakan pemborosan bahan energi, hal tersebut
didasari dari banyaknya energi yang dipakai tidak sebanding dengan yang dihasilkan.
I. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pada percobaan tersebut dapat disimpulkan bahwa respirasi anaerob
adalah proses katabolisme yang tidak memerlukan oksigen untuk menghasilkan energi.
Proses fermentasi pada penelitian ini merupakan salah satu proses dari respirasi anaerob.
Pada proses respirasi anaerob ini, glukosa akan dipecah secara tidak sempurna menjadi
komponen H2O dan CO2. Di respirasi anaerob hidrogen akan bergabung bersama
sejumlah komponen yaitu asam piruvat. Apabila semakin banyak menggunakan glukosa
pada fermentasi, maka akan semakin banyak pula kadar karbondioksida yang akan
dihasilkan. Sedangkan jumlah energi yang dihasilkan pada respirasi anaerob ini
cenderung menghasilkan sedikit energi yaitu hanya sekitar 2 ATP energi.
J. Daftar Pustaka