Natal Kerewei
Natal Kerewei
Primary menu
Menu
Saudara-saudara, aku sendiri tidak menganggap, bahwa aku telah menangkapnya, tetapi ini yang
kulakukan: aku melupakan apa yang telah di belakangku dan mengarahkan diri kepada apa yang di
hadapanku (FILIPI 3:13)
Paulus berkata: “Aku melupakan apa yg telah dibelakangku.” Banyak orang tidak dapat melepaskan
diri dari ingatan yg buruk maupun dosa masa lalu. “Melupakan” (Inggris : forgetting; Yunani:
epilanthanomenos | ἐπιλανθανόμενος) di sini adalah Paulus menjadikan lupa atau dengan sengaja
tidak mengingat-ingat apa yang telah terjadi di dalam hidupnya di masa-masa sebelumnya dan
mengarahkan diri kepada apa yang di hadapannya.
Paulus melupakan apa yang dipandangnya ‘dung‘ (kotoran, tahi hewan – kotoran yang terkait
dengan hewan), Lembaga Alkitab Indonesia menterjemahkan ini ‘sampah‘ (ay 8). Jadi yang
dimaksudkan oleh Rasul Paulus ialah cukuplah terwakili dengan kata ‘kotoran’. Dulunya ia
memandang yang disebutnya ‘kotoran’ itu “merupakan keuntungan” (ay 7). Namun dari
kekiniannya, apa yang merupakan keuntungan itu, “sekarang kuanggap rugi” (ay 7). Mengapa rugi?
Karena pada masa hidupnya saat itu Paulus baru dapat melihat bahwa apa yang dipandangnya
adalah keuntungan ternyata adalah “kotoran”, maka ia pun melihatnya sebagai kerugian.
Masa lalunya dianggap kotor, ketika Paulus telah mencapai titik pengertian tentang kebenaran yang
sesungguhnya (ay 16) dan ketika Paulus juga telah menemukan bahwa kebenaran tidak terletak
pada tindakan ketaatan akan hukum Taurat (ay 9). Maka ia menemukan bahwa Kebenaran yang
hakiki adalah kebenaran yang Allah anugerahkan berdasarkan kepercayaan kepada Kristus (ay 9).
Pengenalan akan Tuhan memiliki nilai yang lebih tinggi dari pencapain yang ada di dunia ini.
Bersyukurlah setiap orang yang sudah mengenal Kristus dalam dirinya, karena Pengenalan akan
Kristus keuntungan yang tidak dapat dinilai sebab mengandung Kerajaan Sorga.
MELUPAKAN APA YANG ADA DIBELAKANG DAN MENGARAHKAN PANDANGAN KEDEPAN YANG
PENUH HARAPAN
This entry was posted in Renungan by Freddy Siagian. Bookmark the permalink.
Tinggalkan Balasan
Alamat surel Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *
Komentar
Name*
Email*
Situs Web
Search
Search
TULISAN TERBARU
KOMENTAR TERAKHIR
Ps. Hotman Sinaga, STh. Pada IMAN YANG MENGALAHKAN DUNIA
Ps. Hotman Sinaga, STh. Pada BERJALAN SEMAKIN LAMA SEMAKIN KUAT
Kategori
Galery (4)
Kematian (5)
Pengajaran (3)
Pernikahan (2)
Renungan (28)
Uncategorized (1)
Postingan Bulanan
Log In
Username or E-mail
Password
Remember Me
Lost Password
GBIR3 Logo
RENUNGAN
02 April 2022
Masa lalu selalu menjadi bagian yang indah untuk dikenang. Masa kecil, remaja, pemuda, saat telah
dewasa, apalagi ketika sudah bekerja dan berkeluarga. Ada begitu banyak memori yang indah untuk
selalu diingat. Terlepas dari apakah itu kesalahan dan kegagalan yang kita lakukan atau kemenangan
dan keberhasilan yang kita alami.
Seringkali pengalaman dan peristiwa di masa lampau itu begitu membekas sehingga bukan hanya
sulit untuk dilupakan, tetapi berdampak dan membawa pengaruh yang begitu besar dalam
kehidupan kita. Pengaruh itu bisa terlihat ketika kita sedang diperhadapkan pada sebuah situasi,
atau ketika kita bertemu dengan orang-orang yang datang dengan latar belakang tertentu, atau
bahkan ketika kita sedang berpikir untuk hal-hal yang bisa terjadi di masa yang akan datang.
Pengalaman dan peristiwa di masa lampau itu begitu membekas sehingga mempengaruhi banyak
keputusan penting yang diambil.
Ketika membaca Alkitab, ada satu kebenaran yang sering kita jumpai dalam banyak bagian dari
Firman Tuhan yang mengajarkan bahwa Tuhan selalu bekerja dan berkarya dengan cara dan pola
yang baru. Ketika Dia sedang melawat umat-Nya, entah memberikan kesembuhan, mukjizat dan
pertolongan, maka Dia tidak pernah dibatasi dengan satu metode yang tetap. Tuhan tidak pernah
bekerja dengan pola yang selalu sama dari masa ke masa, dari generasi ke generasi karena Dia Allah
yang kreatif. Kasih dan kuasa-Nya tidak pernah bisa dibatasi oleh apapun karena Dia selalu punya
cara yang ajaib, yang selalu baru untuk dinyatakan di tengah-tengah umat-Nya.
Sebagai orang percaya, kita harus memiliki cara pandang yang benar terhadap masa lalu, apa yang
harus kita lakukan terhadapnya, supaya hidup ini selalu berpadanan dengan kehendak dan rencana-
Nya. Tahun 2022 ini Tuhan memberikan tuntunan sebagai Tahun Paradigma Yang Baru. Ini berarti
Tuhan mau agar kita mempersiapkan diri untuk perkara-perkara baru yang akan Dia lakukan. Salah
satunya Dia menuntun kita melalui Firman-Nya dalam Filipi 3:13-14:
“Saudara-saudara, aku sendiri tidak menganggap, bahwa aku telah menangkapnya, tetapi ini yang
kulakukan: aku melupakan apa yang telah di belakangku dan mengarahkan diri kepada apa yang di
hadapanku, dan berlari-lari kepada tujuan untuk memperoleh hadiah, yaitu panggilan sorgawi dari
Allah dalam Kristus Yesus.”
Dari kedua ayat ini kita bisa menemukan tiga kata kunci yang Firman Tuhan ajarkan dalam melihat
segala sesuatu yang pernah terjadi dalam kehidupan ini supaya kita dapat melakukan apa yang
benar dan berkenan di hadapan-Nya.
Ada orang yang berkata bahwa hidup kita saat ini adalah produk dari masa lalu. Ini tentu ada
benarnya karena ada begitu banyak orang yang kondisi hidupnya saat ini adalah dampak dari apa
yang dilakukannya di masa lalu.
Rasul Paulus dalam Filipi 3:4-8, menceritakan tentang dirinya dan apa yang ia telah lakukan di masa
lalu. Ketika di ayat 13 dia berkata untuk melupakan masa lalunya, ternyata itu bukan berarti tidak
boleh membicarakannya. Yang dia ajarkan adalah supaya orang jangan hidup dengan masa lalu.
Masa lalu boleh dibicarakan hanya untuk dijadikan pelajaran yang berharga, sehingga memberikan
kita hikmat. Tapi masa lalu jangan menentukan hidup kita hari ini; apalagi menentukan masa depan
kita.
Ada 2 hal di masa lalu yang harus kita lupakan yaitu kegagalan maupun keberhasilan.
• Kegagalan
Di sini bisa berarti dosa dan kesalahan yang dilakukan, luka yang kita alami, atau apa saja yang
pernah membuat hati kita pahit dan kecewa. Manusia cenderung sangat mudah mengingat hal-hal
yang negatif daripada yang baik/positif. Bahkan kadang pengalaman negatif itu; entah kegagalan
atau disakiti orang lain, menimbulkan trauma yang dalam. Sementara Tuhan menghendaki kita hidup
dalam kasih dan kemenangan.
Ada cara yang ampuh untuk melupakan semua itu yaitu dengan mengampuni. Mengampuni bahkan
sering kali harus dilakukan berulang-ulang, sampai luka itu sembuh. Ketika mengampuni, kita sedang
berdamai dengan Tuhan, berdamai dengan diri sendiri dan berdamai dengan orang lain.
• Keberhasilan
Ini berbicara tentang kesuksesan dan kebanggaan-kebanggaan yang pernah kita miliki di masa
lampau, yang membuat kita seringkali susah untuk melihat perkara-perkara baru yang Tuhan sedang
kerjakan.
Rasul Paulus memberikan contoh tentang dirinya di masa lalu, seorang Yahudi asli, disunat di hari
yang tepat yakni hari ke-8, seorang Farisi, artinya dia sangat sungguh-sungguh dengan Tuhan dan
ritual agamanya.
Tapi ketika ia bertemu Kristus, semua itu dia tanggalkan, dia lupakan, dianggap sampah, karena
pengenalannya akan Kristus. Semua keberhasilan dan kesuksesannya dahulu tidak sebanding dengan
apa yang dia miliki sekarang.
Sesungguhnya, kita akan sulit untuk maju dan berhasil lebih lagi kalau kita terus terikat dengan masa
lalu. Lepaskan dan lupakan baik yang gagal maupun yang sukses, sebab Tuhan sedang membuat
sesuatu yang baru, yang jauh lebih baik.
2. Fokus kepada Apa yang di Depan
Masih di ayat 13, hal kedua yang Alkitab katakan adalah mengarahkan diri kepada apa yang ada di
depan. Ini artinya, dalam menjalani hidup harus berfokus pada tujuan yang ada di hadapan kita.
Masa lalu hanyalah cermin untuk belajar dan introspeksi, tetapi tujuan dan harapan yang hendak
dicapai itulah yang harus menjadi perhatian kita sepenuhnya.
Apa yang akan kita alami nanti adalah buah daripada apa yang kita lakukan hari ini, sebab itu
putuskan untuk melakukan apa yang benar saat ini.
Masalah dan tantangan akan selalu ada di hadapan kita, tapi kalau kita tetap fokus, maka kita akan
tetap kuat dan bertindak. Di tahun yang baru ini milikilah mimpi yang baru, harapkanlah berkat dan
anugerah yang baru, sebab mukjizat selalu ada. Mari menabur dengan benih yang baru, karena pasti
kita akan menuai. Tabur kebaikan, tabur persembahan, tabur pelayanan, tabur kerja keras dan
ketekunan. Fokus dan jangan pernah undur sebab pasti kita akan melihat hasilnya yaitu berkat dan
tuaian dari Tuhan.
Fokus artinya kita harus serius dengan hidup ini, jangan main-main lagi. Ada tanggung jawab,
kesempatan, juga terobosan baru yang Tuhan sudah siapkan. Bagian kita ialah menjadi “orang yang
tepat, di tempat yang tepat, pada waktu yang tepat”. Tetap fokus dan jangan goyah, jangan sampai
kehilangan arah dan tujuan sehingga kita kehilangan berkat Tuhan, coz the best is yet to come.
Di ayat 14, kata kunci di sana ialah ‘berlari’. Kita sudah melupakan masa lalu, kita sudah punya
tujuan yang jelas untuk dicapai, tapi untuk mengalaminya kita harus berlari.
Berlari artinya tidak bisa santai dan hanya menunggu. Berlari artinya harus mau bayar harga dengan
mengorbankan segenap hati, pikiran, tenaga dan segala yang dimiliki agar tujuan akhir tercapai.
Ketika Paulus berjumpa dengan Tuhan maka perjumpaan itu mengubah hidupnya 180 derajat. Apa
yang dulu berharga sekarang bagaikan sampah baginya. Paulus sekarang telah menemukan tujuan
hidupnya yang sempurna di mana pengenalan akan Kristus adalah segalanya, lebih berharga dari
apapun juga.
Bagaimana dengan hidup kita? Apakah ada hal lain yang lebih berharga dari pengenalan kita akan
Kristus? Kalau Dia adalah Tuhan dan Juruselamat hidup kita, maka Kristus haruslah menjadi yang
nomor satu. Panggilan Tuhan supaya kita mengasihi dan melayani Dia haruslah menjadi prioritas
utama untuk kita kejar. Semua yang kita miliki di dunia ini hanya sementara, tidak sebanding dengan
kekekalan yang akan kita alami bersama Dia.
Sebab itu di atas segala-galanya, kita harus hidup untuk Tuhan. Kita harus hidup memuliakan nama
Tuhan, berapapun harganya, kita bersedia membayarnya karena kitapun sudah ditebus dan dibayar
lunas oleh-Nya. Satu hari kita semua akan datang menghadap Tuhan, biarlah kita menghadap Dia
dengan penuh damai, tanpa ketakutan dan penyesalan karena kita telah menjalani hidup ini dengan
penuh arti. Kita boleh mengakhiri dengan baik karena hidup ini telah menjadi berkat bagi hormat
dan kemuliaan-Nya. (MK)
“Tetapi kamulah bangsa yang terpilih, imamat yang rajani, bangsa yang kudus, umat kepunyaan
Allah sendiri, supaya kamu memberitakan perbuatan-perbuatan yang besar dari Dia, yang telah
memanggil kamu keluar dari kegelapan kepada terang-Nya yang ajaib”
1 Petrus 2:9