Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

MANFAAT BERMAIN DAN TAHAP-TAHAP BERMAIN

Dosen Pengampu
Farlina Hardianti,M.Pd

Disusun oleh kelompok 2:


1. Nopiani Amri ( 220803007)
2. Muliana Astuti (220803019)
3. Rini Astika (220803054)
4. Saluhi (220803030)

PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI


INSTITUT PENDIDIKAN NUSANTARA GLOBAL
TAHUN AJARAN 2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat ALLAH SWT, yang atas rahmat-
Nya maka kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah tentang“Manfaat dan
Tahap-Tahap Bermain”.
Tak lupa pula kita kirimkan salam dan sholawat atas junjungan Nabi Besar
kita Muhammad SAW, karena Beliulah yang membawa kita dari gelapnya zaman
jahiliyah menuju zaman yang terang menderang seperti sekarang ini.
Dalam peulisan makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan-
kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi mengingat akan
kemampuan yang kami miliki. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat
kami harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang Manfaat dan Tahap-
Tahap bermain dapat bermanfaat bagi pembaca.

Suralaga,11 Maret 2023

Kelompok 2

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ........................................................................................... i
DAFTAR ISI ......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 1
A. Latar Belakang ......................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................................... 1
C. Tujuan ....................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN ...................................................................................... 2
A. Tahap-Tahap Bermain Pada Anak Usia Dini ........................................... 2
B. Manfaat Dan Nilai Yang Terkandung Dalam Bermain ............................ 5
BAB III PENUTUP ............................................................................................ 10
A. Kesimpulan ............................................................................................. 10
B. Saran ........................................................................................................ 10
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 11

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bermain merupakan aktivitas yang wajib dilakukan oleh anak usia dini
karena hal tersebut merupakan pekerjaan bagi anak, layaknya orang dewasa
bekerja pada keseharianya. Bermain sifatnya menggembirakan,
menyenangkan, dan pastinya dilakukan berulang-ulang. Bermain pada anak
usia dini berfungsi mengembangkan aspek nilai agama moral, fisik motorik,
bahasa, kognitif, sosial emosional dan seni. Bermain akan berdampak positif
apabila permainan yang dimainkan memang sesuai untuk anak, bersifat
edukatif, sesuai aturan dan ada orang dewasa (pendidik atau orang tua) yang
mengawasi, membimbing, mengarahkan dan tentunya faham makna bermain
bagi anak usia dini seperti memahami teori bermain, manfaat, fungsi serta
macam-macam permainan yang sesuai untuk anak.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Tahap-Tahap Bermain pada Anak Usia Dini?
2. Bagaimana Manfaat Dan Nilai Yang Terkandung Dalam Bermain?
C. Tujuan
1. Untuk Mengetahui Tahap-Tahap Bermain Pada Anak Usia Dini
2. Untuk Mengetahui Manfaat Dan Nilai Yang Terkandung Dalam Bermain

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Tahap-Tahap Perkembangan Bermain Pada Anak Usia Dini


1. Tahapan perkembangan bermain menurut Jean Piaget
a. Sensory Motor Play (3/4 BLN- 2 TAHUN)
Pada tahap ini anak menikmati aktivitas bermain melalui sensor-
sensor otot yang terdapat di dalam tubuh terutama yang terdapat dalam
lima indera. Sebagai contoh anak suka memasukan mainan ke dalam
mulut, karena anak menikmati aktivitas tersebut. Piaget mendasari
tahapan tersebut berdasarkan tahapan perkembangan kognitif anak usia
0-2 tahun melalui sensory motor karena anak berusaha mengenali
lingkungan dan memperoleh informasi mengenai lingkungan melalui
sensor-sensor otot.
Pada tahap ini anak akan melakukan aktivitas yang dapat
menstimulus indra anak karena di sensory motor play ini anak akan
bermain menggunakan satu atau lebih indra
(penglihatan,pendengaran,penciuman pengecap dan peraba). Tahap
sensory motor play memiliki manfaat yang dapat membantu anak belajr
untuk fokus,membantu perkembangan kognitif anak dan juga dapt
membatu perkembangan motorik halus dan kasar pada ank.
b. Symbolic /make Believe Play (2-7 tahun)
Pada tahap ini kognitif anak sudah masuk pada masa pra
operasional konkret, yaitu tahap pemahaman informasi melalui benda-
benda konkret. Pada tahap ini kemampuan anak berimajinasi
berkembang dengan pesat, dengan demikian pada tahap ini anak masuk
pada masa bermain pura-pura atau symbolic/make believe play.
Dalam tahap ini anak-anak sudah melalui penggunaan sebuah
benda yang di jadikan simbol. Seperti mengartikan daun sebagai uang
ketika sedang bermain bermain bersama temanya,dan terkadang anak
berbicara atau berpura-pura memberikan makanan atau minuman

2
terhadap boneka. Di tahap ini anak-anak dapat mengembangkan
keterampilan yang akan akan diperlukan di masa depan baik secara
akademis maupun sosial
c. Social Play Games with Rules (8-11 Tahun)
Pada tahap ini, perkembangan sosial anak sudah semakin baik.
Anak sudah mulai senang bermain dengan teman sebaya. Selain itu
menurut Kohlberg, pada usia ini anak sangat mematuhi sebuah aturan
yang dibuat sebelumnya. Berdasarkan hal tersebut pada tahap ini Piaget
mengklasifikasikan bahwa usia 8-11 tahun adalah tahap bermain social
dengan aturan.
d. Games with Rules and Sports (11 tahun ke atas)
Usia 11 tahun ke atas, anak sudah masuk dalam tahap
perkembangan kognitif formal operasional. Pada tahap ini anak sudah
mampu berpikir secara abstrak seperti orang dewasa. Dengan demikian
pada masa ini anak sudah mampu menikmati bermain menggunakan
aturan dan juga olahraga.
Pada tahap ini bukan hanya rasa senang saja yang menjadi tujuan
bermainnya melainkan ada tujuan tertentu seperti rasa ingin menang dan
memproleh hasil yang baik dari permainan yang di mainkan
2. Tahap Perkembanga Bermain Menurut Parten
a. UNOCCUPIED PLAY
Pada tahap ini anak tidak benar-benar terlibat dalam permainan.
Anak hanya mengamati permainan, jika anak tertarik dengan permainan
yang diamati, anak akan masuk dalam permainan. Namun jika tidak
anak akan melanjutkan aktivitas lainnya.
Jenis bermain ini belum menunjukkan minat anak pada aktivitas
atau objek lainnya.tahapan bermain ini biasanya dilakukan oleh bayi.
b. SOLITARY PLAY
Pada tahap ini anak hanya bermain sendiri. Anak mengabaikan
kegiatan berinteraksi. Hal ini biasanya dilakukan oleh anak yang
berusia 2 atau 3 tahun. Hal ini karena pada masa ini anak berada pada

3
tahap perkembangan kognitif operasional konkret dan baru mengenal
dirinya sendiri. Sehingga tahap berpikir anak masih terpusat pada diri
anak sendiri atau egosentris. Dengan demikian anak sangat menikmati
kegiatan bermain sendiri sampai ketika terdapat anak lain yang mulai
mengganggu atau mengambil alat permainan yang anak gunakan.
c. ONLOOKER PLAY
Tahap ini adalah tahap bermain melalui pengamatan. Tahap ini
adalah tahap anak sebelum ikut dalam kegiatan permainan dalam
sebuah lingkungan baru. Anak lebih dulu mengamati anak lain yang
sedang bermain, setelah itu anak akan ikut bergabung dalam permainan
dengan kelompok anak yang diamati sebelumnya.
d. PARALLEL PLAY
Parallel Play adalah kegiatan bermain bersama dalam sebuah
kelompok, namun anggota dalam kelompok tersebut tidak melakukan
interaksi. Sekelompok anak melakukan kegiatan bermain dalam sebuah
lingkungan yang sama namun antar individu tidak melakukan interaksi
satu sama lain. Kegiatan bermain ini biasa dilakukan oleh anak usia 3-4
tahun.
e. ASSOSIATIVE PLAY
Pada tahap ini anak sudah terlibat sedikit komunikasi seperti
bertukar alat permainan. Namun, anak masih belum memiliki kerja
sama dalam melakukan kegiatan bermain.
f. COOPERATIVE PLAY
Tahap ini adalah tahap bermain bersama. Pada kegiatan bermain
cooperative anak sudah berbagi tugas dan membuat aturan ketika
bermain. Kegiatan bermain ini biasanya sudah tampak pada anak usia 5
tahun. Namun hal ini tetap tergantung pada peran pendidik atau orang
tua menstimulasi perkembangan bermain anak.
3. Tahapan Bermain Menurut Hurlock
Adapun tahapan perkembangan bermain menurut Hurlock adalah sebagai
berikut:

4
a. Tahapan Penjelajahan (Exploratory Stage)
Berupa kegiatan mengenal objek atau orang lain, mencoba
menjangkau atau meraih benda disekelilingnya lalu mengamatinya.
Penjelajahan semakin luas saat anak sudah dapat merangkak dan
berjalan sehingga anak akan mengamati setiap benda yang diraihnya.
b. Tahapan Mainan (Toy Stage)
Tahap ini mencapai puncaknya pada usia 5-6 tahun. Antara 2-3
tahun anak biasanya hanya mengamati alat permainannya. Biasanya
terjadinya bermain dengan boneka dan mengajaknya bercakap atau
bermain seperti layaknya teman bermainnya.
c. Tahapan Bermain (Play Stage)
Biasanya terjadi bersamaan dengan mulai masuk ke sekolah dasar.
Pada masa ini jenis permainan anak semakin bertambah banyak dan
bermain dengan alat permain yang lama kelamaan berkembang menjadi
games, olahraga dan bentuk permainan yang lain yang dilakukan oleh
orang dewasa.
d. Tahapan Melamun (Daydream Stage)
Tahap ini diawali ketika anak mendekati masa pubertas,dimana
anak mulai kurang berminat terhadap kegiatan bermain yang tadinya
mereka sukai dan mulai menghabiskan waktu untuk melamun dan
berkhayal. Biasanya khayalannya mengenai perlakuan kurang adil dari
orang lain atau merasa kurang dipahami oleh orang lain.
B. Manfaat Dan Nilai Yang Terkandug Dalam Bermain
Bermain merupakan salah satu aktivitas menyenangkan yang dilakukan
demi aktivitas itu sendiri; bermain memiliki fungsi dan bentuk (Santrock,
2012:306). Berikut ini manfaat bermain bagi aspek-aspek perkembangan anak
usia dini, yang meliputi aspek moral, motorik, kognitif, bahasa, serta sosial.
1. Bermain dan perkembangan moral
Menurut Santrock (2012:282) perkembangan moral mencakup
perkembangan pikiran, perasaan, dan perilaku menurut aturan dan
kebiasaan mengenai hal-hal yang seharusnya dilakukan seseorang ketika

5
berinteraksi dengan orang lain. Pada anak usia dini, moralitas bagi mereka
merupakan hal abstrak dan sulit untuk didefinisikan, sehingga perlu cara
lain untuk mengenalkan moral pada anak, salah satu cara yaitu melalui
kegiatan bermain.
Anak usia dini yang memiliki latar tidak bisa lepas dari kegiatan
bermain, seharusnya dijadikan celah dalam mengembangkan berbagai
aspek perkembangan. Misal dalam bermain diberikan tata cara atau aturan
yang harus ditaati dan tidak boleh dilanggar. Disinilah peran bermain
dalam mengembangkan moral, ketika anak sudah mau mengikuti aturan
yang berlaku, maka tidak akan sulit memberikan konsep-konsep yang
berlaku juga dalam masyarakat, misalnya anak kecil harus salim dan
berpamitan kepada orang tua sebelum sekolah atau bepergian.
Agama, yang menjadi aspek terdekat dalam moral juga dapat
distimulasi kepada anak-anak melalui kegiatan bermain. Bisa dicontohkan
ketika bermain rumah-rumahan, melaksanakan sholat, berdo’a sebelum
makan, mengucap salam saat masuk dan keluar rumah. Mengajak anak
bermain puzzle hijaiyah, maze masjid, dan mengurutkan tata cara wudlu
bisa menjadi opsi dalam mengenalkan kepada anak. Walaupun terlihat
biasa saja, namun pengenalan-pengenalan tersebut dapat berdampak pada
perkembangan moral dan agama anak usia dini.
2. Bermain dan perkembangan motorik
Aspek motorik sarat dengan kegiatan yang dilakukan dengan
gerak, baik gerak kasar atau halus. Pada anak usia dini, aktivitas yang
dikerjakan selalu diwarnai dengan gerak. Gerak dapat menyebabkan anak
bermain dan bermain membuat anak menggerakkan anggota tubuhnya.
Anak yang mendapatkan kesempatan untuk bermain, maka ia akan melatih
kemampuan otot-otot yang menjadikan anak kuat dan bugar.
Anak yang sehat adalah anak yang aktif kesana-kemari dan tidak
hanya duduk melamun, berdiam diri tanpa reaksi karena sifat dasar anak
adalah suka bergerak. Dalam mengembangkan kemampuan motorik,
kegiatan bermain dapat dilakukan dengan menggunakan alat atau tanpa

6
alat. Selain itu, bermain juga dapat melatih kemampuan motorik kasar dan
motorik halus.
Contoh bermain yang bermanfaat dalam pengembangan
kemampuan motorik kasar anak adalah pada bermain yang melibatkan dua
anak atau lebih seperti pada permainan tradisional. Semisal anak bermain
petak umpet, anak yang kalah akan menjaga basecamp dan anak lainnya
menyembunyikan diri. Anak yang kalah akan berlari mencari di mana
teman yang lainnya saling sembunyi. Dalam permainan tradisional ini anak
harus berlari, jalan, membungkuk, bergegas, sehingga sangat baik dalam
menstimulasi otot serta pernafasan anak. Anak juga akan merasa tertantang
dan senang tentunya.
Selanjutnya, anak yang bermain bermanfaat dalam perkembangan
motorik halus dijumpai ketika anak duduk atau tidak melakukan aktivitas
fisik yang berat, seperti pada permainan congklak, anak akan melakukan
kordinasi mata-tangan dalam memindahkan dan memasukkan biji congklak
dalam lubang yang tepat. Selain itu, dalam bermain congklak anak akan
menggerakkan jemari tangan, menjumput, dan menjatuhkan satu persatu
biji congklak sehingga dapat menstimulasi motorik halus anak-anak. Pada
anak usia dini, bermain congklak bisa jadi hanya untuk mengenalkan
semata dan belum memaksa anak mengenal konsep bilangan atau mampu
melakukan permainan dengan sempurna, karena tujuan bermain adalah
mencari kesenangan semata dan tanpa paksaan.
3. Bermain dan perkembangan kognitif
Arti dari kognitif merupakan pengetahuan, ingatan, kreativitas,
daya pikir, serta daya nalar. Anak usia dini dapat mengenal konsep hanya
dengan bermain. Dengan bermain anak akan lebih mudah menerima
konsep-konsep tersebut daripada diajarkan seperti orang dewasa yang
sedang belajar. Contoh sederhana semisal ia sedang bermain bola, ia dapat
mengenal bentuk bola yang ia mainkan bagaimana, warna bolanya apa,
lebih besar atau lebih kecilkah dengan bola milik teman lainnya.

7
Konsep tersebut akan lebih mengena di anak, daripada guru serius
mengenalkan di kelas “anak-anak ini warna merah, bentuknya bulat seperti
bola”. Selain itu, ketika anak-anak sedang menonton tv juga bisa digunakan
sebagai sarana mengenalkan konsep-konsep bagi anak. Bermain berguna
dalam perkembangan kognitif juga didukung oleh Montessori yang
menyatakan bahwa terdapat empat fakta mendasar bahwa bermain dapat
menstimulasi otak anak: 1) pikiran yang mencercap; 2) periode kritis; 3)
anak adalah makhluk pembelajar; 4) anak belajar dengan bermain (Suyadi,
2014:184-187).
4. Bermain dan perkembangan bahasa
Sejak lama telah diketahui bahwa bahasa memegang peranan
penting dalam kehidupan. Tanpa adanya bahasa, maka tidak akan pernah
terjadi interaksi antara individu dengan individu, individu dengan
kelompok, maupun kelompok dengan kelompok. Bahasa juga menjadi
pembeda antara manusia dengan makhluk ciptaan Tuhan lainnya.
Dalam setiap kesempatan bermain anak selalu berkomunikasi
dengan lawan mainnya, baik berkomunikasi secara verbal maupun non
verbal. Awalnya dalam bermain anak hanya menggunakan bahasa tubuh,
namun seiring berjalannya waktu, semakin bertambahnya perbendaharaan
kata maka anak akan menggunakan bahasa verbal dalam rangka
berkomunikasi dengan teman mainnya. Perkembangan bahasa dapat
dikembangkan ketika anak mengutarakan keinginannya, mengeluarkan
pendapat, serta memberi komentar kepada lawan mainnya.
Apabila ada anak yang awalnya diam, ketika diajak bermain
dengan anak seusianya lambat laun ia akan mulai berani berkomunikasi
nonverbal walaupun diawali dengan malu-malu. Lebih dari itu, bahasa
tidak hanya dipengaruhi faktor hereditas (keturunan) namun dapat juga
dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Differences in speech skills, on the
other hand, appear to be mostly due to genetic effects, though
environmental factors also play a significant role (Hayiou&Thomas 2008).
Dikemukakan oleh Hayiou & Thomas bahwa perbedaan kemampuan

8
bahasa anak usia dini, seperti kosa kata dan tata bahasa, tampaknya
sebagian besar karena pengaruh lingkungan, meskipun efek genetik juga
memainkan peran penting.
5. Bermain dan perkembangan sosial
Tidak ada anak yang tidak suka bermain. Sekumpulan anak-anak
akan saling bersosialisasi dalam kegiatan bermain. Dari kegiatan bermain
bersama temanteman, anak akan belajar memahami diri dan orang lain.
Anak yang mulanya egosentris, setelah bermain dengan anak-anak
lain bisa dimungkinkan ia akan mulai sosialis. Egosentris adalah keadaan
dimana semua benda atau sudut pandang diarahkan menurut perspektif
dirinya. Selain itu, bermain juga dapat melatih rasa tanggung jawab anak,
kedisiplinan, serta kejujuran. Dengan bermain bersama teman lainnya, ia
akan bersikap untuk dapat bekerja sama dalam tim.

9
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Bermain merupakan hak dan kebutuhan setiap anak. Sehingga, sudah
semestinya sebagai guru atau orangtua kita memfasilitasi kebutuhan bermain
anak-anak dengan baik. Berdasarkan uraian mengenai bermain dan manfaat
bermain bagi perkembangan anak usia dini, disimpulkan bahwa dengan
bermain anak akan mendapatkan manfaat besar dalam pengembangan aspek
moral, motorik, kognitif, bahasa, serta sosial.
Tanpa disadari anak, kegiatan bermain yang anak-anak lakukan dapat
memberikan suatu penilaian kepada pendidik atau orangtua. Penilaian tersebut
merupakan bagian dari evaluasi, sampai tahap manakah anak? Pertanyaan
tersebut, tanpa membuat anak merasa dinilai dapat dilihat melalui kegiatan
bermian. Penilaian suatu komponen pembelajaran yang menggunakan metode
bermain dapat saja dilakukan di awal, tengah, maupun akhir kegiatan (Yus
2011:137).
B. Saran
Kami berharap semoga materi dalam makalah ini dapat dimengerti. Dan
kami juga menyadari jika makalah ini banyak sekali memiliki kekurangan yang
jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami mengharapkan adanya kritik
serta saran mengenai pembahasan makalah diatas.

10
DAFTAR PUSTAKA
Rohmah,Naili.2016.” Bermain Dan Pemanfaatannya Dalam Perkembangan Anak
Usia Dini”. Jurnal Tarbawi Vol. 13. No. 2.
Ardini Pupung Puspa dan Anik Lestariningrum.2018.Bermain Dan Permainan
Anak Usia Dini.Gorontalo dan Kediri:Adjie Media Nusantara.

11

Anda mungkin juga menyukai