Disusun oleh :
NO. NAMA NPM
1 Tiara Rahmawati 21001044
2 Aulia Deviana 21001060
3 Siti Annisa R.Ade 21001161
4 Elmia Yolanda BR Serimbing 21001126
PROGRAM STUDI
D3 REKAM MEDIS DAN INFORMASI KESEHATAN
POLITEKNIK KESEHATAN YBA BANDUNG
2023
LEMBAR PERSETUJUAN
Menyetujui
Pembimbing Lapangan Pembimbing Akademik
.............
Disahkan Oleh :
Pembimbing Instansi Ka. Prodi D3 RMIK
Puji syukur senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan
hidayah-nya, yang telah memberikan petunjuk dan kemudahan bagi kami sehingga kami
dapat menyelesaikan penyusunan laporan Praktek Kerja Lapangan I di Puskesmas
pakutandang dari tanggal 27 februari 2023 sampai 27 maret 2023 dengan lancar dan baik.
Laporan Praktek Kerja Lapangan I ini diajukan untuk memenuhi salah satusyarat
dalam menyelesaikan studi Program Studi D3 Rekam Medis. Penyusunan laporan Praktek
Kerja Lapangan I ini terwujud atas bimbingan, pengarahan dan bantuan dari berbagai
pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan penghargaan dan
terimakasih kepada :
1. Henny Hamdani, Dr., M.Kes, selaku Kepala Puskesmas pakutandang, yang
telah memberikan izin dan tempat kepada kami untuk melakukan praktek kerja
lapangan I.
2. Yoki Muchsam, S.Si., MT., MM selaku, pembimbing akademik
Tim Penyusun
DAFTAR ISI
AN : Anak
ANC : Antenatal Care
ASKES : Asuransi Kesehatan
ATK : Alat Tulis Kerja
AVLOS : Average Lenght of Stay
BATRA : Bina Kesehatan Tradisional
BOR : Bed Occupancy Ratio
BPJS : Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
BTO : Bed Turn Over
BUMN : Badan Usaha Milik Negara
DEPKES : Departemen Kesehatan
DINKES : Dinas Kesehatan
DRM : Dokumen Rekam Medis
GDR : Gross Death Rate
HP : Hari Perawatan
ICPC : International Classification of Primary Care
ICU : Intensive Care Unit
IFHRO : International Federation of Health Records Organizations
IGD : Instalasi Gawat Darurat
IPP : Instalasi Pemeriksaan Penunjang
JAMKESDA : Jaminan Kesehatan Daerah
KB : Keluarga Berencana
KESLING : Kesehatan Lingkungan
KIA : Kesehatan Ibu dan Anak
KIB : Kartu Identitas Berobat
KIS : Kartu Indonesia Sehat
KIUP : Kartu Indeks Utama Pasien
KK : Kartu Keluarga
KKPMT : Klasifikasi dan Kodefikasi Penyakit dan Masalah yang
KTP : Kartu Tanda Penduduk
LB : laporan Bulanan
LD : Lama Dirawat
MENKES : Menteri Kesehatan
MKET : Metode Kontrasepsi Efektif Terpilih
MRS : Masuk Rumah Sakit
MTBS : Manajemen terpadu Balita Sakit
NDR : Net Death Rate
NICU : Neonantal Intensive Care Unit
NN : Nona
NY : Nyonya
P2M : Pemberantasan Penyakit Menular
P2P : Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit
PHBS : Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
PKL : Praktik Kerja Lapangan
PROMKES : Promosi Kesehatan
PROTAP : Prosedur Tetap
PSG : Penilaian Status Gizi
PUSKESMAS : Pusat Kesehatan
MasyarakatRI : Republik Indonesia
RMIK : Rekam Medis dan Informasi Kesehatan
RS : Rumah Sakit
RSIM : Rumah Sakit Islam Muhammadiyah
SDI : Sumber Daya Insani
SDR : Saudara
SEKDA : Sekretaris Daerah
SIM : Surat Ijin Mengemudi
SIMPUS : Sistem Informasi Manajemen Puskesmas
SIRS : Sistem Informasi Rumah Sakit
SOP : Standar Operasional Prosedur
BAB I
PENDAHULUAN
1.5.2 Jadwal
Dalam melaksanakan kegiatan Praktik Kerja Lapangan I, Praktik ini
menghadapi berbagai tahapan-tahapan yang harus dilalui. Adapun beberapa
tahapan yang Praktikan lakukan adalah sebagai berikut:
1. Tahap Pelaksanaan
Dalam pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan I dimulai pada tanggal 27
februari 2023 sampai 27 maret 2023 dengan jam kerja pada hari Senin
sampai jumat, pukul 07.30 sampai 14.00. Sedangkan Sabtu pukul
07.30 sampai 13.00.
2. Tahap Pelaporan
Pelaporan Praktik Kerja Lapangan ini merupakan salah satu syarat untuk
memenuhi tugas Praktik Kerja Lapangan I di puskesmas. Selama
menyusun laporan mahasiswa melakukan bimbingan konsultasi baik dari
instansi maupun institusi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Kepala Puskesmas
Kriteria Kepala Puskesmas yaitu tenaga kesehatan dengan tingkat pendidikan
paling rendah sarjana, memiliki kompetensi manajemen kesehatan
masyarakat, masa kerja di Puskesmas minimal 2 (dua) tahun, dan telah
mengikuti pelatihan manajemen Puskesmas.
2. Kasubag Tata Usaha, membawahi beberapa kegiatan diantaranya Sistem
Informasi Puskesmas, kepegawaian, rumah tangga, dan keuangan.
3. Penanggungjawab UKM esensial dan keperawatan kesehatan masyarakat
yang membawahi:
1) Pelayanan promosi kesehatan termasuk UKS,
2) Pelayanan kesehatan lingkungan,
3) Pelayanan KIA-KB yang bersifat UKM,
4) Pelayanan gizi yang bersifat UKM,
5) Pelayanan pencegahan dan pengendalian penyakit,
6) Pelayanan keperawatan kesehatan masyarakat.
4. Penanggungjawab UKM Pengembangan Membawahi upaya pengembangan
yang dilakukan Puskesmas, antara lain:
1) Pelayanan kesehatan jiwa,
2) Pelayanan kesehatan gigi masyarakat,
3) Pelayanan kesehatan tradisional komplementer,
4) Pelayanan kesehatan olahraga,
5) Pelayanan kesehatan indera,
6) Pelayanan kesehatan lansia,
7) Pelayanan kesehatan kerja,
8) Pelayanan kesehatan lainnya.
5. Penanggungjawab UKP, kefarmasian, dan laboratorium Membawahi
beberapa kegiatan, yaitu:
1) Pelayanan pemeriksaan umum,
2) Pelayanan kesehatan gigi dan mulut,
3) Pelayanan KIA-KB yang bersifat UKP,
4) Pelayanan gawat darurat,
5) Pelayanan gizi yang bersifat UKP,
6) Pelayanan persalinan,
7) Pelayanan rawat inap untuk Puskesmas yang menyediakan pelayanan
rawat inap,
8) Pelayanan kefarmasian,
9) Pelayanan laboratorium.
6. Penanggungjawab jaringan pelayanan Puskesmas dan jejaring fasilitas
pelayanan kesehatan, yang membawahi:
1) Puskesmas Pembantu,
2) Puskesmas Keliling,
3) Bidan Desa,
4) Jejaring fasilitas pelayanan kesehatan.
2. Isi rekam medis pasien rawat inap dan perawatan satu hari sekurang
kurangnya memuat:
1) Identitas pasien.
2) Tanggal dan waktu.
3) Hasil anamnesis.
4) Hasil pemeriksaan fisik dan penunjang medik.
5) Diagnosis.
6) Rencana penatalaksanaan.
7) Pengobatan dan/atau tindakan .
8) Persetujuan bila diperlukan.
9) Catatan observasi klinis dan hasil pengobatan.
10) Ringkasan pulang.
11) Nama dan tanda tangan dokter atau tenaga kesehatan lain.
12) Pelayanan lain yang diberikan oleh tenaga kesehatan tetentu.
13) Untuk pasien kasus gigi dilengkapi dengan odontogram klinik.
2.3.5.2 Identifikasi
Menurut Pratama (2021) Sistem identifikasi pasien dilakukan saat
pasien pertama kali datang ke fasilitas pelayanan kesehatan untuk
melakukan pemeriksaan kesehatan yang dilakukan di bagian pendaftaran
pasien. Identifikasi harus dilakukan oleh petugas rekam medis dibagian
pendaftaran dengan cermat, teliti dan jangan mudah percaya dengan data
yang diberikan oleh pasien tanpa disertai tanda pengenal (KTP, SIM,
KK, dll), sehingga diharapkan rumah sakit dapat mendapatkan identitas
pasien dengan banar dan akurat. Sistem identifikasi tidak hanyadilakukan
pada bagian pendaftaran pasien, namun juga dilakukan pada saat pasien
akan dilayani pemberian pelayanan kesehatan dan tindakan oleh petugas
kesehatan, dengan tujuan untuk memastikan apakah benar pasien tersebut
benar sesuai identitas.
Menurut Budi Identifikasi adalah Pengumpulan data danpencatatan
segala keterangan tentang bukti-bukti dari seseorang sehinggakita dapat
menetapkan keterangan tersebut dengan individu seseorang. Dengan kata
lain, bahwa dengan identifikasi kita dapat mengetahui identitas seseorang,
dan dengan identitas kita dapat mengenal dan membedakannya dari orang
lain. Dalam rekam medis isinya terdiri dari data administratif dan data
klinis. Identifikasi sangatlah penting dilakukan, karena Identifikasi
merupakan awal rangkaian proses pelayanan di rumah sakit yang
dilakukan mulai dari bagian Pendaftaran atau penerimaan pasien yang
akan berkesinambungan sampai dengan pasien pulang bahkan purna
pelayanan kesehatan.
1. Tujuan identifikasi pasien
1) Mengenali secara fisik (mengenali wajah dan fisik pasien secara umum)
2) Memperoleh keterangan pribadi, seperti nama, alamat, jenis kelamin,
tempat dan tanggal lahir, pekerjaan, status perkawinan, nama
suami/istri, nama penanggung jawab pasien, agama, pendidikan atau
keterangan pribadi lainya yang dapat ditambahkan untuk memperkuat
identifikasi pasien.
3) Mengabungkan untuk membandingkan pasien dengan gambar atau foto
pada SIM, Kartu pelajar/mahasiswa, KTP atau lainya.
2. Cara pengumpulan data identitas pasien Pengumpulan data identitas
pasien dilakukan pada pendaftaran pasien yaitu dengan cara.
1) Wawancara
Wawancara secara langsung dengan pasien sesuai dengan data apa
saja yang dibutuhkan dalam identifikasi pasien sesuai dengan ketentuan
yanga ada di fasilitas pelayanan kesehatan.
2) Mengisi formulir identifikasi pasien
Pasien dapat mengisi formulir identifikasi pasien atau formulir pasien
baru terlebih dahulu yang diisi dengan lengkap sesuai dengan isian yang
ada pada formulir.
3) Wawancara sekaligus mencocokan dengan formulir identifikasi pasien
yang telah di isi untuk memastikan kembali kebenaran data identitas
pasien.
3. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengumpulan identitas pasien
1) Petugas rekam medis di bagian pendaftaran pasien harus dapat
menerapkan 3S (Senyum, Sapa dan Salam). Artinya Bagian penerimaan
pasien adalah jendela pelayanan di Rumah sakit, Kesan pertama pasien
terhadap pelayanan adalah saat pasien pertamakali berkomunikasi
dengan petugas yang melayani dan Gambaran fasilitas dan pemenuhan
kebutuhan pasien diharapkan terpenuhi saat pasien mendaftarkan diri.
Selain itu, petugas harus dengan sabar melayani pasien, karena pasien
yang datang merupakan pasien dengan kondisi tertentu yang harus
mendapatkan empati yang mendalam dari petugas.
2) Petugas harus teliti saat mengidentifikasi pasien..
3) Petugas melakukan kegiatan identifikasi pasien harus sesuai dengan
SOP (Standart Opersional Prosedur) yang telah di tetapkan pada sarana
pelayanan tersebut.
2.3.5.3 Penamaan
Menurut DEPKES RI (2006) tentang Pedoman Penyelenggaraan dan
Prosedur Rekam Medis Rumah Sakit di Indonesia, nama merupakan
identitas pribadi yang sangat dibutuhkan dalam melaksanakan pelayanan
kesehatan pada seorang atau pasien yang bertujuan untuk membedakan
satu pasien dengan pasien lain. Sistem pemberian nama seseorang atau
pasien menurut kebangsaan, suku dan marga mempunyai cara dan ciri
masing-masing yang berbeda-beda.
Berikut ini cara menulis dan mengindex nama pada formulir rekam
medis menurut Pratama (2021) :
2.3.5.4 Penomoran
Menurut Pratama (2021) Pemberian nomor rekam medis kepada
pasien dimulai saat pasien baru berobat ke fasilitas pelayanan kesehatan.
Hal itu sesuai dengan IFHRO (International Federation Health Record
Organization) bahwa pengumpulan data identitas pasien dan pemberian
nomor rekam medis harus menjadi langkah pertama dari setiap penerimaan
atau kunjungan ke rumah sakit atau pusat kesehatan yang dapat diberikan
baik secara manual maupun elektronik
Menurut Budi (2011) Sistem penomoran adalah tata cara penulisan
nomor yang diberikan kepada pasien yang datang berobat sebagai bagian
dari identitas pribadi pasien yang bersangkutan. Kegunaan penomoran
rekam medis adalah :
1. Sebagai identifikasi pasien
2. Petunjuk pemilik folder dokumen rekam medis pasien yang
bersangkutan
3. Registrasi pasien (pada waktu admission)
4. Pedoman dalam tata cara penyimpanan (penjajaran) dokumen rekam
medis
5. Sebagai petunjuk dalam pencarian dokumen rekam medis yang telah
disimpan di filling
Menurut Pratama (2021) ada empat sistem pemberian nomor pasien
masuk (Admission Numbering System), yaitu:
1. Pemberian nomor cara seri (Serial Numbering System)
Suatu sistem penomoran dimana setiap pasien yang berkunjung ke
rumah sakit, Puskesmas atau fasilitas pelayanan kesehatan lain selalu
mendapat nomor yang baru. Petugas rekam medis pada pendaftaran pasien
tidak memperdulikan atau tidak menanyakan apakah pasien sudah pernah
berobat atau belum, sehingga pasien datang selalu dibuatkan nomor rekam
medis baru dan berkas rekam medis baru meskipun pasien sudah pernah
berobat sebelumnya. Sehingga pasien dapat mempunyai beberapa nomor
rekam medis dan berkas rekam medis sesuai berapa kali dia datang
berobat ke rumah sakit. Misalnya pasien X datang berobat ke rumah sakit
y sebanyak 5 kali maka pasien x mempunyai 5 nomor rekam medis dan 5
berkas rekam medis. Pada sistem penomoran seri maka tidak diperlukan
lagi KIB, KIUP karena praktis tidak akan digunakan, jika KIB dan KIUP
diterapkan, maka pasien juga akan memiliki beberapa KIB dan KIUP.
Secara umum, penerapan sistem seri ini jarang dan bahkan tidak ada yang
menerapkan di rumah sakit atau fasilitas pelayanan kesehatan lainnya.
Kelebihan pemberian nomor secara seri adalah :
1) Setiap pasien dapat dilayani dengan cepat tanpa membutuhkan waktu
menunggu untuk pengambilan rekam medis yang lama
2) Melakukan retensi rekam medis dengan memilah rekam medis inaktif
menjadi mudah dan efektif, dikarenakan rekam medis dengan nomor
kecil akan terletak di dalam kelompok rekam medis lama
3) Petugas mudah dalam mengerjakan.
Kekurangan pemberian nomor cara seri adalah :
1) Selalu mengulang pemberian nomor baru setiap kedatangan pasien. Hal
ini dapat dikatakan pemborosan nomor.
2) Rekam medis lama tidak digunakan dalam pengobatan sehingga dokter
tidak melihat kronologis penyakit yang terdahulu, kecuali bila diminta.
3) Informasi pelayanan klinis menjadi tidak berkesinambungan.
4) Banyak menggunakan formulir.
berdasarkan halaman yang ada pada setiap formulir. Selain itu kegiatan
assembling juga termasuk pengecekan kelengkapan pengisian rekam medis
(analisa kuantitatif) dan formulir yang harus ada yang kembali setelah
digunakan untuk dalam menunjang pelayanan kesehatan pasien.
Beberapa parameter yang dapat dilihat untuk mengetahui mutu rekam
medis di rumah sakit khususnya yang melibatkan kegiatan assembling
diantaranya:
1. Ketepatan waktu pengambilan
2. Kelengkapan formulir pada berkas rekam medis
3. Kelengkapan pengisian berkas rekam medis
Menurut Budi (2011) Assembling berarti merakit, tetapi untuk
kegiatan assembling berkas rekam medis difasilitas pelayanan kesehatan
tidaklah hanya sekedar merakit atau mengurut satu halamam ke halaman
yang lain sesuai dengan aturan yang berlaku. Assembling berfungsi sebagai
peneliti kelengkapan isi dan perakit dokumen rekam medis sebelum
disimpan. Dokumen rekam medis yang telah diisi oleh unit pencatat data
rekam medis yaitu Unit Rawat Jalan (URJ), Unit Gawat Darurat (UGD),
Unit Rawat Inap (URI), dan Instalasi Pemeriksaan Penunjang (IPP) akan
dikirim ke fungsi assembling bersama sensus harian.
Beberapa parameter yang dapat dilihat untuk mengetahui mutu rekam
medis di rumah sakit khususnya yang melibatkan kegiatan assembling
diantaranya:
1. Ketepatan waktu pengambilan
2. Kelengkapan formulir pada berkas rekam medis
3. Kelengkapan pengisian berkas rekam medis
Menurut DEPKES RI (2006) tentang Pedoman Penyelenggaraan dan
Prosedur Rekam Medis Rumah Sakit di Indonesia, agar diperoleh kualitas
rekam medis yang optimal perlu dilakukan audit dan analisis rekam medis
dengan cara meneliti rekam medis yang dihasilkan oleh staf medis dan
paramedis serta hasil-hasil pemeriksaan dari unit-unit penunjang medis
sehingga kebenaran penempatan diagnosa dan kelengkapan rekam medis
dapat dipertanggung jawabakan. Proses analisa rekam medis ditujukanpada
dua hal, yaitu:
1. Analisis kuantitatif adalah analisis yang ditujukan pada jumlah lembaran-
lembaran rekam medis sesuai dengan lamanya perawatan, meliputi
kelengkapan lembaran rekam medis, paramedis, dan penunjang medis
sesuai prosedur yang ditetapkan. Petugas akan menganalisis setiap berkas
yang diterima apakah lembaran rekam medis yang seharusnya ada pada
berkas seseorang pasien sudah ada atau belum. Jika terdapat
ketidaklengkapan berkas pasien dari lembaran tertentu, maka harus
segera menghubungi ke ruang perawatan dimana pasien dirawat.
2. Analisis kualitatif adalah analisis yang ditujukan pada mutu dan setiap
berkas rekam medis. Petugas akan mengambil dan menganalisa kualitas
rekam medis pasien sesuai dengan standar mutu yang ditetapkan. Analisa
kualitatif meliputi penelitian terhadap pengisian lembar rekam medis
baik oleh staf medis, paramedis, dan unit penunjang medis lainnya.
Ketidaklengkapan dalam pengisian rekam medis akan sangat
mempengaruhi mutu rekam medis, mutu rekam medis akan
mencerminkan baik tidaknya mutu pelayanan. Pembuatan resume bagi
setiap pasien yang dirawat merupakan cerminan mutu rekam medisserta
pelayanan yang diberikan. Dokter, perawat, dan tenaga kesehatan lain
yang menangani pasien wajib melengkapi rekam medis sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.
2.3.6.2 Coding
Menurut Budi (2011) kegiatan pengkodean adalah pemberian
penetapan kode dengan menggunakan huruf dan angka atau kombinasi
antara huruf serta tangka yang mewakili komponen data. Kegiatan yang
dilakukan dalam coding meliputi kegiatan pengkodean diagnosis penyakit
dan pengkodean tindakan medis.
2.3.6.3 Indexing
Menurut Budi (2011) Index dalam arti bahasa yaitu daftar kata atau
istilah penting yang terdapat dalam buku tersusun menurut abjad yang
memberi informasi tentang halaman tempat kata atau istilah tersebut
ditemukan. Kegiatan pengidekan adalah pembuatan tubulasi sesuai dengan
kode yang sudah di buat ke dalam kartu index. Hasil pengumpulan kode
yang berasal dari kata penyakit, operasi pasien dan pengumpulan data dari
index yang lain sebagan pengkodean adalah pemberian penetapan kode
dengan menggunakan huruf dan angka atau kombinasi antara huruf dan
angka yang mewakili komponen data.
Menurut Pratama (2021) Jenis index yang biasa dibuat adalah:
1. Index Utama Pasien/ KIUP (Kartu Index Utama Pasien)
KIUP adalah suatu kartu katalog yang berisi nama semua pasien
yang masuk rumah sakit atau lembaga kesehatan, yang merupakan
kunci utama menemukan rekam medis pasien.
2. Index Penyakit
Index penyakit merupakan tabulasi yang berisi kode penyakit dan
keadaan sakit berdasarkan suatu sistem klasifikasi atau kode
penomoran sebagai sarana komunikasi.
3. Index Tindakan atau Operasi
Index tindakan atau operasi merupakan index tindakan atau
operasi yang di berikan kepada pasien oleh dokter dan di susun kedalam
tabulasi index seuai dengan kode masing-masing.
4. Index Kematian
Index kematian merupakan index yang berisikan tentang
penyebab kematiian pasien dan hasil pelayanan di gawat darurat, rawat
jalan dan rawat inap.
2.3.6.4 Filling
Menurut Pratama (2021) pada bagian filling mempunyai tanggung
jawab terhadap rekam medis yaitu wajib menyimpannya pada rak
penyimpanan agar seketika rekam medis pasien dibutuhkan dapat tersedia
kembali. Selain itu, rekam medis yang terdiri dari beberapa formulir
disarankan untuk dilindungi dengan sampul atau dimasukkan dalam map
dan dijepit pakai jepitan kertas, sehingga formulir rekam medis dapat
aman dan tidak tercecer yang dapat menimbulkan hilang atau misfile.
Tujuan penyimpanan rekam medis yaitu menyediakan rekam medis
yang lengkap saat dibutuhkan, menghindari pemborosan waktu dan
tenaga, memanfaatkan tempat atau sarana yang ada, mengamankan atau
melindungi rekam medis dan melindungi informasi (kerahasiaan isi rekam
medis) dari pencurian, bahaya kerusakan fisik, kimiawi dan biologis. Maka
dari itu ruang penyimpanan rekam medis harus privasi yaitu tidak
diperbolehkan petugas masuk selain petugas rekam medis. Ada 2 jenis
penyimpanan dalam pengelolaan rekam medis yaitu:
1. Sentralisasi.
Sistem penyimpanan rekam medis secara sentralisasi merupakan
sistem penyimpanan yang menjadikan satu folder rekam medis rawat
darurat, rawat jalan dan rawat inap. Dalam penerapannya sistem
penyimpanan sentralisasi, rekam medis disimpan dalam satu ruangan
penyimpanan rekam medis.
Kekurangan :
1) Mengurangi terjadinya duplikasi baik pemeliharaan maupun
penyimpanan.
2) Mengurangi jumlah biaya untuk pengadaan gedung maupun
peralatan.
3) Tatakerja dan peraturan kegiatan mudah distandarisasi.
4) Efisiensi petugas dalam penyimpanan.
5) Lebih mudah menerapkan sistem penomeran unit.
Kelebihan :
1) Beban petugas lebih sibuk karena menangani dan Rawat jalan.
2) Tempat penerimaan pasien rawat jalan sampai jam 14.00
2. Desentralisasi.
Sistem penyimpanan rekam medis secara desentralisasi merupakan
sistem penyimpanan rekam medis yang memisahkan antara rekam medis
gawat darurat, rekam medis rawat jalan, dan rekam medis rawat inap
pada folder atau map tersendiri dan tempat penyimpanan sendiri. Dalam
penerapanya sistem penyimpanan desentralisasi, rekam medis ada yang
tersimpan dalam satu ruangan namun memisahkan rekam medis gawat
darurat, rekam medis rawat jalan, dan rekam medis rawat inap.
Kelebihan:
1) Pelayanan kesehatan kepada pasien lebih cepat dan efisiensi waktu.
2) Beban kerja petugas lebih ringan karena rekam medis terpisah sesuai
dengan pelayanan (rawat jalan, IGD dan Rawat Inap).
3) Resiko kesalahan lebih kecil karena yang ditangani lebih sedikit.
4) Lebih cocok untuk rumah sakit dengan tempat yang terpencar.
Kekurangan:
1) Data riwayat pasien tidak terintegrasi.
2) Membutuhkan tempat dan alat penyimpanan rekam medis lebih
banyak.
3) Terjadi duplikasi rekam medis.
4) Badan (body)
5) Penutup (close)
3.1.1 HASIL
3.1.1.1 Gambaran Umum Puskesms pakutandang
Puskesmas pakutandang terletak di daerah kabupaten bandung provinsi jawab
barat, yaitu pusat Kesehatan masyarakat ciparay yang berlokasi di jl. Raya Pacet
No.208, Pakutandang Kec. Ciparay, Kabupaten Bandung.
PASIEN MENUNGGU DI
RUANG TUNGGU
PETUGAS MEMANGGIL
NOMOR SESUAI ANTREAN
PASIEN DENGAN KEADAAN
KHUSUS LANGSUNG MENUJU
LOKET PETUGAS MELAKUKAN
IDENTIFIKASI PASIEN
USIALANSIA >70th
USIA BAYI <1th
PASIEN DENGAN
PASIEN MENUNGGU
DISABILITAS ATAU PANGGILAN DARI UNIT
KETERBATASAN FISIK PELAYANAN UMUM
4. Identifikasi
Berdasarkan hasil obsevasi yang dilakukan pada saat identifikasi
pasien rawat jalan, proses identifikasi pasien di Puskesmas pakutandang
dilakukan dengan cara wawancara langsung dengan pihak pasien atau
keluarga pasien, menanyakan nama kepala keluarga dan meminta kartu
keluarga atau kartu identitas pasien lain (KTP, KK, KIB, ASKES,
BPJS,).
Alur identifikasi pasien di Puskesmas pakutandang adalah sebagai berikut:
1) Identifikasi di Puskesmas pakutandang di lakukan dengan
menggunakan metode wawancara langsung kepada pasein maupun
pengantar pasien. Dengan meminta data data yang di butuhkan.
2) Petugas menanyakan keperluan pasien.
3) Petugas akan menulis pada buku register pendaftaran, buku ekspedisi
berkas rekam medis, dan menginput data pada aplikasi P-care dan
SIMPUS.
4) Pasien di persilahkan duduk kembali untuk menunggu panggilan dari
poli klinik.
5) Berkas rekam medis di antar oleh petugas ke poliklinik yang di tuju.
5. Penamaan
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan saat proses
penamaan dokumen rekam medis pasien rawat jalan, penamaan yang
digunakan di Puskesmas pakutandang di tambahkan dengan singkatan
sesuai status pasien.
3.1.3.2 Coding
Berdasasil observasi saat proses pengkodean penyakit di Puskesmas
pakutandang di isi oledokter yang berjaga/ dokter yang sedang menangani
pasien tersebut setelah pasien mendapatkan pelayanan. Pengkodean yang
dilakukan di Puskesmas pakutandang adalah dengan menggunakan
Primary Care dan buku pintar/ ICD 10.
3.1.3.3 Indexing
Proses indexing di Puskesmas pakutandang sudah dilakukan, namun
hanya dua kegiatan yang dilakukan yaitu index pasien dan index penyakit.
Untuk index pasien dilakukan pada SIMPUS yang memuat isi identitas
pasien, seperti nama pasien, nomor rekam medis, jenis kelamin, alamat,
umur, tangggal berobat. Sedangkan untuk index penyakit menggunakan
Primary Care yang memuat jenis kelamin, nomor rekam medis, nama
penyakit dan kode penyakit. Berikut ini adalah index 10 besar penyakit
pasien rawat jalan Puskesmas pakutandang
3.1.3.4 Filling
4.1 Kesimpulan
4.4.1 Gambaran Umum Puskesmas pakutandang
Visi dan misi Puskesmas pakutandang, yaitu Terwujudnya masyarakat yang sehat
mandiri di wilayah binaan puskesmas pakutandang melalui penyelenggaraan
manajemen dan pelayanan Kesehatan yang professional, berkualitas dan terjangkau.
Sedangkan misi puskesmas pakutandang 1. Pelayanan yang sesuai standar
operasional prosedur (SOP) 2. Membangun Kerjasama lintas sector yang dinamis 3.
Peningkatan upaya Pendidikan Kesehatan melalui upaya promotif dan preventif.
4.2 Saran
1. Sebaiknya pihak puskesmas menambahkan petugas rekam medis agar
pelayanan dan pengolahan rekam medis efektif.
2. Sebaiknya pihak puskesmas mengalokasikan dana untuk menambah
pelatihan pegawai yang belum memiliki gelar sesuai bidang nya khususnya
rekam medis.
3. Sebaiknya petugass berhati hati dalam mengembalikan dokumen rekam
medis agar tidak salah tempat sehingga meminimalisir kehilangandokumen
rekam medis pasien.
4. Sebaiknya petugas lebih teliti dalam memberikan nomor rekam medispasien
agar tidak terjadi kesalahan satu keluarga mendapatkan dua nomor rekam
medis.
5. Sebaiknya diberlakukan tracer agar tidak terjadi berkas rekam medis hilang.
6. Sebaiknya petugas menambah jumlah rak penyimpanan agar dokumen
pasien tidak rusak di karenakan padatnya jumlah kunjungan pasien di
Puskesmas pakutandang.
7. Sebaiknya penyusutan segera dilakukan agar dokumen rekam medis tidak
menumpuk terlalu banyak di ruang penyimpanan.
8. Sebaiknya pemusnahan segera dilakukan agar mengurangi berkas yang ada
di ruang penyimpanan.
DAFTAR PUSTAKA
https://peraturan.bpk.go.id/Home/Download/129900/Permenkes%20Nomo
r%2043%20Tahun%202019.pdf.
Mubarak, W, I. (2014). Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta : Salemba Medika.
Naufala, I. F. (2014). Analisis Desain Formulir Resume Keperawatan (rekam medis
9). http://eprints.dinus.ac.id/6665/1/jurnal_13775.pdf
Purba, Siregar. (2014). Perancangan Intregasi Primary Care BPJS Kesehatan dan
Simpus di Puskesmas Bogor Timur, Bogor: Universitas Indonesia.
Pramono, A. E., Rokhman, N., & Nuryati, N. (2018). Telah Input Data Sistem
Informasi Kesehatan di Puskesmas Gondokusuman II Kota Yogyakarta.
Jurnal Kesehatan Vokasional, 3(1), 44-52.
Pratama, T. W. (2021). Manajemen Rekam Medis Pada Fasilitas Pelayanan
Kesehatan. Sidoarjo: Indomedika Pustaka.
Trihono. 2002. Arrimes Manajemen Puskesmas. Jakarta: Penerbit Agung Seto.
Undang-Undang Republik Indonesia No, 24 Tahun 2011. Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial (BPJS). https://peraturan.bpk.go.id/Home/Details/39268.
LAMPIRAN