PARAMETER, SKALA
NUMERIK, INTENSITAS
NUMERIK, INTENSITAS
PENYAKIT, PROPORSI
PENYAKIT, PROPORSI
TANAMAN SAKIT
TANAMAN SAKIT
KELOMPOK 3
ANGGOTA KELOMPOK 3
PARAMETER PADA
EPIDEMIOLOGI PENYAKIT
TANAMAN
Penyakit tanaman pada umumnya berawal dari tingkat serangan
yang rendah, dimana hanya beberapa tanaman atau sejumlah
kecil jaringan tanaman yang terserang. Akan tetapi, serangan
tersebut akan menimbulkan kekhawatiran manakala insiden dan
intensitas serangannya meningkat dari waktu ke waktu.
Sebagai contoh adalah penyakit hawar daun (Phytophthora infestans) pada kentang.
Di mana terjadi satu siklus infeksi, yaitu: perkembangan bercak, sporulasi,
penyebaran sporangium dan infeksi baru dapat terjadi dalam waktu lima hari, dan
banyak siklus-siklus yang tumpang tindih selama kondisi cuaca sesuai. Setiap siklus
dapat menghasilkan peningkatan jumlah sporangia sampai sepuluh kali lipat dan jika
tiba pada inang yang rentan maka akan menyebabkan ledakan epidemik.
02
SKALA NUMERIK
PADA EPIDEMIOLOGI
PENYAKIT TANAMAN
Pengukuran tanaman (phytophotomery) berguna untuk menentukan nilai x (bagian
tanaman yang sakit). Tidak ada satu cara mudah yang bisa digunakan untuk semua
penyakit, akan tetapi strategi umum dapat digunakan di dalam pengkajiannya
dengan persyaratan:
Harus ada penelitian untuk mengetahui morfologi dan arah pertumbuhan
tanaman dari penyemaian sampai panen atau dari musim ke musim (perennial).
Penelitian mendalam mengenai perkembangan penyakit di lapangan dengan
berbagai tingkatan serangan. Dari penelitian ini didapatkan data (sketch,
gambar, catatan-catatan yang merupakan hasil pengamatan tanaman sakit dan
tanaman sehat) atau disebut juga portofolio awal.
Dari portofolio akan dihasilkan kunci lapangan yang sederhana dan dapat
dipakai oleh semua pengamat.
Kemudian pelaksanaan sejumlah percobaan lapangan (waktu tertentu) dimana
kurva perkembangan penyakit dicocokkan dengan buku kunci lapangan dan
kemudian hasil tanaman dicatat.
Hasil percobaan lapangan ini akan memberikan informasi mengenai hubungan
antara tingkat serangan penyakit dengan kehilangan hasil.
03
INTENSITAS PENYAKIT
PADA EPIDEMIOLOGI
PENYAKIT TANAMAN
Intensitas serangan penyakit mencakup incidence, severity, dan
kehilangan hasil. Kehilangan hasil hampir selalu berkorelasi positif dengan
kehilangan ekonomi akibat penyakit. Kehilangan ekonomi terjadi
bilamana hasil ekonomi menurun karena adanya penurunan hasil atau
dengan adanya tambahan biaya di dalam mengurangi kerusakan akibat
patogen tersebut, atau keduanya. Di dalam mengelola pertanamannya,
petani hanya bisa mengadakan pengendalian secara ekonomi jika biaya
pengendalian sama atau lebih kecil dari kenaikan hasil yang diperoleh
dengan adanya tindakan pengendalian tersebut. Tingkat serangan
penyakit dimana biaya pengendalian akan sama dengan kenaikan hasil
tanaman yang diperoleh karena adanya pengendalian tersebut disebut
sebagai ambang ekonomi (econimic threshold).
Insiden penyakit dapat diartikan sebagai jumlah unit bagian tanaman (tanaman,
buah, daun, dll) yang terinfeksi yang biasanya dinyatakan dalam persen (%) dari
keseluruhan unit bagian tanaman yang diamati, misalnya: persentase dari daun
terinfeksi. Insiden ini biasanya dipakai untuk mengukur penyakit tanaman yang
kerusakan yang diakibatkannya bisa dianggap menyebabkan kehilangan hasil total.
Severity adalah luasan area dari jaringan tanaman yang rusak akibat serangan
penyakit dan dinyatakan dalam persentase dari total luas jaringan tanaman.
Severity penyakit tanaman mempunyai kisaran dari tidak ada penyakit (0%)
sampai seluruh bagian tanaman sakit (100%). Severity biasanya dinyatakan
sebagai persentase atau proporsi luas permukaan tanaman atau volume buah yang
dirusak oleh patogen. Sering dinyatakan dalam skala 0 - 10 atau 1 - 4 digunakan
untuk menggambarkan proporsi relatif dari bahagian tanaman yang sakit pada
waktu tertentu.
Kehilangan hasil akibat penyakit tanaman diukur pada berbagai tingkat
perkembangan tanaman, atau pengukuran intensitas serangan pada berbagai
tingkat perkembangan tanaman, atau dengan mengukur area di bawah kurva
perkembangan penyakit.
Berdasarkan sifat penyakit yang sistemik maka intensitas penyakit dihitung
dengan rumus menurut Wiyatiningsih (2007):