Anda di halaman 1dari 4

SOP PENATALAKSANAAN

OTITIS MEDIA AKUT


No Dokumen 7.2.1.3C/SOP/KK/2017
SOP No Revisi 00
Tanggal Terbit 4/1/2017
Halaman 1/1
UPT Puskesmas drg. Shinta R.D. Ndaumanu.
Kupang Kota NIP. 19791226 200903 2 004

Pengertian Peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga tengah, tuba eustachius, antrum
mastoid, dan sel-sel mastoid yang terjadi dalam waktu kurang dari 3 minggu.

Tujuan Dapat menangani otitis media akut pada pelayanan primer.

Kebijakan SK Kapus No........... tentang Kebijakan Pelayanan Klinis

Referensi 1. PERMENKES No 5 Tahun 2014 tentang Panduan Praktik Klinis Bagi


Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer
Prosedur 1. Petugas Melakukan Anamnesa (subjective)
Keluhan yang timbul tergantung dari stadium OMA yaitu:
1. Stadium oklusi tuba
Telinga terasa penuh atau nyeri, pendengaran dapat berkurang.
2. Stadium hiperemis
Nyeri telinga makin intens, demam, rewel dan gelisah (pada bayi / anak),
muntah, nafsu makan hilang, anak biasanya sering memegang telinga yang
nyeri.
3. Stadium supurasi
Nyeri telinga makin intens, demam, rewel dan gelisah (pada bayi / anak),
muntah, nafsu makan hilang, anak biasanya sering memegang telinga yang
nyeri.
4. Stadium perforasi
Keluar sekret dari liang telinga
5. Stadium resolusi
Setelah sekret keluar, intensitas keluhan berkurang (suhu turun, nyeri mereda,
bayi / anak lebih tenang. Bila perforasi permanen, pendengaran dapat tetap
berkurang.
Faktor Risiko
1. Bayi dan anak
2. Infeksi saluran napas atas berulang
3. Menyusu dari botol dalam posisi berbaring telentang
4. Kelainan kongenital, misalnya: sumbing langit-langit, sindrom Down,
5. Paparan asap rokok
6. Alergi
7. Tingkat sosio-ekonomi yang rendah

2. Petugas Melakukan Pemeriksaan Fisik dan Pemeriksaan Penunjang


Sederhana (Objective)
Pemeriksaan Fisik
1. Suhu dapat meningkat
2. Otoskopi
Tanda OMA pada otoskopi adalah:
1. OMA stadium oklusi tuba
Pemeriksaan otoskopik tampak membran timpani suram, refleks cahaya
memendek dan menghilang.
2. OMA stadium hiperemis
Pemeriksaan otoskopik tampak membran timpani hiperemis dan udem serta
refleks cahaya menghilang.
3. OMA stadium supurasi
Keluhan dan gejala klinis bertambah berat.
Pemeriksaan otoskopik tampak membran timpani menonjol keluar (bulging)
dan ada bagian yang berwarna pucat kekuningan.
4. OMA stadium perforasi
Anak yang sebelumnya gelisah menjadi lebih tenang, demam berkurang.
Pada pemeriksaan otoskopik tampak cairan di liang telinga yang berasal dari
telinga tengah. Membran timpani perforasi.
5. OMA stadium resolusi
Pemeriksaan otoskopik, tidak ada sekret/kering dan membran timpani
berangsur menutup.

3. Petugas menegakan Diagnostik(Assessment)


Diagnosis Klinis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik.

Diagnosis Banding
Otitis media serosa akut, Otitis eksterna

4. Petugas melakukanPenatalaksanaan Komprehensif (Plan)


Penatalaksanaan OMA disesuaikan dengan hasil pemeriksaan dan stadiumnya.
1. Stadium oklusi tuba
a. Berikan antibiotik selama 7 hari
 Ampisilin : Dewasa 500 mg 4 x sehari; Anak 25 mg/kgBB 4 x sehari,
atau
 Amoksisilin : Dewasa 500 mg 3 x sehari; Anak 10 mg/kgBB 3 x
sehari, atau
 Eritromisin : Dewasa 500 mg 4 x sehari; Anak 10 mg/kgBB 4 x
sehari.
b. Obat tetes hidung nasal dekongestan
c. Antihistamin bila ada tanda-tanda alergi
d. Antipiretik

2. Stadium hiperemis
a. Berikan antibiotik selama 10 - 14 hari
 Amoksisilin : Dewasa 500 mg 3 x sehari; Anak 10 mg/kgBB/kali 3 x
sehari, atau
 Eritromisin : Dewasa 500 mg 4 x sehari; Anak 10 mg/kgBB/kali 4 x
sehari, atau
 Kotrimoksasol : Dewasa 960mg 2 x sehari; Anak
8mg(TMP)/kgBB/hari 2 x sehari
b. Obat tetes hidung nasal dekongestan maksimal 5 hari
c. Antihistamin bila ada tanda-tanda alergi
d. Antipiretik, analgetik dan pengobatan simtomatis lainnya

3. Stadium supurasi
a. Berikan antibiotik selama 10 - 14 hari
 Amoksisilin : Dewasa 500 mg 3 x sehari; Anak 10 mg/kgBB/kali 3 x
sehari, atau
 Eritromisin : Dewasa 500 mg 4 x sehari; Anak 10 mg/kgBB/kali 4 x
sehari, atau
 Kotrimoksasol : Dewasa 960mg 2 x sehari; Anak
8mg(TMP)/kgBB/hari 2 x sehari
b. Obat tetes hidung nasal dekongestan maksimal 5 hari
c. Antihistamin bila ada tanda-tanda alergi
d. Antipiretik, analgetik dan pengobatan simtomatis lainnya
e. Rujuk ke dokter spesialis THT Bila ada indikasi untuk dilakukan
miringotomi.
 Tidak membaik dengan pengobatan oral.
 Infeksi teling tengah yang menyebabkan gangguan pendengaran
dan keterlambatan berbicara.
 OMA yang berulang (3 episode dalam 1 bulan atau 4 episode
dalam 1 tahun)

4. Stadium perforasi
a. Berikan antibiotik tetes telinga selama 14 hari
b. Cairan telinga dibersihkan dengan obat cuci telinga Solutio : H2O2 3%, 3
kali sehari, 4 tetes di telinga yang sakit, didiamkan selama 2 – 5 menit
atau Asam asetat 2%, 3 kali sehari, 4 tetes di telinga yang sakit.

Konseling dan Edukasi


1. Untuk bayi / anak, orang tua dianjurkan untuk memberikan ASI minimal 6
bulan sampai 2 tahun.
2. Menghindarkan bayi / anak dari paparan asap rokok.

4. Komplikasi
 Komplikasi intra-temporal: Mastoiditis, Labirinitis, Paresis nervus
fasialis, Petrositis, Hidrosefalus otik
1) Komplikasi ekstra-temporal / intrakranial: Abses subperiosteal, Abses
epidura, Abses perisinus, Abses subdura, Abses otak, Meningitis,
Trombosis sinus lateral, Sereberitis
Bagan alir

Hal – hal yang 1.


perlu diperhatikan
Unit terkait Poli Umum, MTBS

Dokumen 1. Rekam medik


Terkait
Rekam Historis No Yang diubah Isi perubahan Tanggal mulai
Perubahan diberlakukan

Anda mungkin juga menyukai