Anda di halaman 1dari 4

OTITIS MEDIA AKUT

No. : 500/SOP/C.7/075/PKM-
Dokumentasi BNG/VIII/2017
No. Revisi :
SOP
Tanggal : 14 Agustus 2017
Terbit
Halaman : 1-3
PUSKESMAS RAWAT Juju Suardi SKM. MM. Kes
INAP BINUANGEUN Nip. 19640511 198803 1 007
1. Pengertian Otitis media akut adalah peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga
tengah, tuba eustachius, antrum mastoid, dan sel-sel mastoid yang tejadi dalam
kurun waktu 3 minggu
2. Tujuan Sebagai acuan bagi petugas dalam penatalaksanaan kasus otitis media akut di
puskesmas.
3. Kebijakan Keputusan Kepala Puskesmas Rawat Inap Binuangeun No.
440/KEP/C.7/007/PKM-BNG/VIII/2017 Tentang Layanan Klinis Yang
Menjamin Kesinambungan Layanan.
4. Referensi Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
HK.02.02/Menkes/514/2015 Tentang Panduan Praktek Klinis Bagi Dokter Di
Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama.

5. Prosedur a. Petugas melakukan anmnesa terhadap pasien :


1) Pada anak keluhan utama adalah nyeri pada telinga, demam,serta ada
riwayat batuk pilek sebelumnya, kadang-kadang disertai kejang.
2) Pada stadium supurasi pasien tampak sangat sakit dan demam disertai
rasa nyeri yang bertambah hebat.
3) Jika sudah terjadi ruptur membran timpani, maka sekret mengalir ke liang
telinga, suhu tubuh, dan anak tertidur tenang.
4) Gangguan pendengaran.
b. Petugas melakukan pemeriksaan fisik terhadap pasien :
1) Demam
2) Pemeriksaan otoskop :
a) Stadium oklusi : tuba eustachius terdapat gambaran retraksi membran
timpani, warna membran timpani suram denga reflex cahaya tidak
terlihat.
b) Pada stadium hiperemis membran timpani tampak hiperemis serta
edema.
c) Pada stadium supurasi membran timpani menonjol ke luar berwarna
kekuningan.
d) Pada stadium perforasi terjadi ruptur membran timpani dan nanah
keluar mengalir dari telinga tengah ke liang telinga luar.
e) Pada stadium resolusi bila membran timpani utuh, maka perlahan-
lahan akan normal kembali. Bila sudah terjadi perforasi maka sekret
akan berkurang dan mengering.
c. Penegakan diagnosis
Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik.

d. Penatalaksanaan komprehensif
1) Asupan gizi yang baik untuk meningkatkan daya tahan tubuh.
2) Pemberian farmakoterapi :
a) Topikal
1. Pada stadium oklusi : obat tetes hidung efedrin 0,5% (atau
oksimetazolin 0,025%) diberikan dalam larutan fisiologik untuk
anak <12 tahun dan efedrin HCL 1% (oksimetazolin 0,05%)
dalam larutan fisiologis untuk untuk anak >12 tahun atau dewaa.
2. Pada stadium perforasi diberikan obat cuci telinga H2O2 3%
selama 3-5 hari, dilanjutkan antibiotik yang tidak ototoksis seperti
ofloksacin tetes telinga sampai 3 minggu.
b) Oral sistemik
1. Dapat diberikan antihistamin bila ada tanda-tanda alergi
2. Antipiretik seperti paracetamol
3. Antibiotik yang diberikan selama stadium oklusi dan hiperemis
penisilin atau eritromisin, selama 10-14 hari :
a. Ampisilin : dewasa 4x500mg, anak 25mg/KgBB 4x/hari,
b. Amoksisilin : dewasa 3x500mg, anak 10mg/KgBB 3x/hari,
c. Eritromisin : dewasa 4x500mg, anak 10mg/KgBB 4x/hari,
d. Jka terdapat resistensi dapat kombinasi dengan asam
klavulanat atau sefalosforin.
4. Pada stadium supurasi dilakukan miringotomi (kasus rujukan) dan
pemberian antibiotik. Antibiotik yang diberikan :
a. Amoksisilin 3x500mg, pada bayi/anak 50mg/KgBB/hari,
b. Erythromisin dewasa dan anak sama dengan dosis
amoksisilin,
c. Cotrimoksazole
(kombinasi trimetropim 80mg dan sulfamethoxazole 400mg)
untuk dewasa 2x2tab, anak (trimetoprim 40mg dan
sulfamethoxazole 200mg) suspensi 2x5ml,
d. Jika kuman sudah resisten : kombinasi amoksisilin dengan
asam clavulanic.
e. Konseling dan edukasi
f. Kriteria rujukan
1) Jika indikasi miringotomi
2) Bila membran timpani tidak menutup kembali 3 bulan.
6. Unit Terkait a. Kepala Puskesmas
b. Tim mutu pelayanan klinis
c. Poli umum
d. Poli KIA
7. Rekam Historis No Yang Dirubah Isi Perubahan Tanggal Yang Diberlakukan
Perubahan
DAFTAR TILIK OTITIS MEDIA AKUT

KEADAAN
VARIABEL
YA TIDAK TIDAK BERLAKU

1. Apakah petugas melakukan anamnesa terhadap pasien?


2. Apakah petugas melakukan pemeriksaan fisik?
3. Apakah petugas melakukan pemeriksaan penunjang jika
diperlukan?
4. Apakah petugas menegakkan diagnosis berdasarkan anamnesis
dan pemeriksaan fisik?
5. Apakah petugas melakukan penatalaksanaan komprehensif?

Anda mungkin juga menyukai