Anda di halaman 1dari 3

CONTOH KASUS KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA BERDASARKAN

PERSPEKTIF (PARADIGMA) KRITIS

Perspektif

Paradigma kritis merupakan salah satu perspektif dalam yang berhubungan dengan
aspek kritis dari budaya, sktruktur sosial, dan kekuasaan. Paradigma ini melihat pada realitas
sosial dan politik dalam masyarakat yang membawa pengaruh terhadap individu, kelompok,
serta masyarakat. Dalam paradigma ini, akan dianalisis mengenai ketidaksesuaian, konflik,
dan pertentangan yang ada dalam masyarakat. Dalam aspek komunikasi, paradigma kritis
lebih mengarah pada proses komunikasi, budaya populer, dan media massa, yang difokuskan
pada pemahaman yang lebih baik mengenai kontrol dan kekuasaan berpengarub terhadap
identitasm opini, dan gambaran dalam masyarakat. Salah satu aspek yang dapat dianalisis
dalam paradigma kritis adalah komunikasi antar budaya.

Komunikasi antar budaya berdasarkan paradigma kritis dilihat sebagai suatu proses
yang membawa pengaruh terhadap perkembangan kekuasaan dan dominasi budaya.
Paradigma kritis melihat komunikasi antar budaya sebagai suatu perbedaan pendapat yang
disebabkan oleh struktur kekuasaan yang ada, dimana kelompok yang mempunyai kekuasaan
cenderung lebih mendominasi dalam jalannya komunikasi. Komunikasi lintas budaya
seringkali menunjukkan adanya pertentangan dan ketidaksetaraan antara kelompok-kelompok
dengan perbedaan kepentingan dan nilai budaya. Dalam paradigma kritis akan dianalisis
mengeneai representasi perbedaan budaya yang menunjukkan adanya prasangka dan
stereotipe yang berbeda. Dalam menganalisis komunikasi antar budaya menggunakan
paradigma kritis, maka akan diidentifikasi mengenai konflik dan ketidakadilan budaya, serta
bagaiaman jalannya dialog komunikasi secara inklusif dan saling menghargai antara
kelompok budaya yang berbeda.

Pengamatan

Salah satu contoh kasus komunikasi antar budaya dapat dilihat pada salah satu
perusahaan multinasional yang berasal dari berbagai negara dan perusahaan lokal yang
mengembangkan bisninya ke negara lain. Hadirnya perusahaan multinasional di suatu negara
akan menyebabkan banyaknya warga negara lain bekerja di suatu negara. Perbedaan budaya
tentunya mempunyai sistem yang berbeda, sehingga perlu dipahami bagaimana pola
komunikasi yang berjalan. Cara komunikasi yang dilakukan berhubungan dengan nilai dan
norma yang terdapat pada masing-masing individu.

Jika melihat dalam konteks Indonesia, banyak Perusahaan Modal Asing (PMA) yang
beroperasi di Indonesia, salah satunya yaitu perusahaan Jepang. perusahaan tersebut tentunya
mempunyai karyawan dengan budaya yang berbeda-beda, yaitu Jepang dan Indonesia.
perbedaan budaya antar karyawan di perusahaan tersebut tentunya akan berpengaruh terhadap
komunikasi yang dilakukan. Orang-orang Indonesia yang bekerja di perusahaan tersebut juga
berasal dari etnik yang berbeda-beda, seperti Sunda, Batak, Jawa, dan Minangkabau. Dengan
kata lain perusahaan tersebut juga mempunyai karyawan lokal yang multikultural. Berbagai
perbedaan latar belakang budaya termasuk dalam perbedaan norma, gaya bicara, bahasa,
kebiasaan, dan adat istiadat akan menyebabkan terjadinya kesalahapahaman atau masalah.

Argumentasi

Hambatan dalam komunikasi antar budaya dalam perusahaan tersebut dilihat karena
danay perbedaan pemahaman bahasa, kebiasaan, penghargaan terhadap waktu, serta
stereotipe yang berbeda antara masing-masing bangsa. Hal ini akan menyebabkan
terhambatnya komunikasi. Karyawan Jepang menggunakan aksen bahasa ibu yang
diaplikasikan kedalam bahasa Inggris, sehingga terkadang karyawan Indonesia akan sulit
memahami apa yang mereka ucapkan. Kurang jelasnya pengucapan akan menyebabkan
terjadinya kesalahpahaman.

Kemudian jika melihat dari aspek kritis mengenai perbedaan dalam pembagian
kekuasaan, maka konflik mungkin terjadi karena manajer asing mungkin saja mempunyai
paradigma yang berbeda, dimana lebih otoriter dan hierarksi. Sementara karyawan lokal
mungkin lebih biasa dengan gaya kepemimpinan yang partisipatif dan kolaboratif. Hal ini
akan menyebabkan terjadinya konflik apabila manajer menggunakan prosedur atau kebijakan
yang bertentangan dengan nilai kebudayaan lokal. Kemudian dalam aspek penyampaian
kritik dan umpan balik yang berbeda akan menyebabkan munculnya penolakan atau reaksi
negatif dari karyawan. Manajer dengan budaya Jepang yang mempunyai budyaa dominan
dari perusahaan asalnya, akan diaggap mengintimidasi dan lebih superior oleh karyawan
lokal. Hal ini tentunya akan menyebabkan ketidaknyamanan dan rasa tidak dihargai antar
karyawan lokal, sehingga akan berdampak pada kinerja dan komunikasi dalam perusahaan.
Ketidaksengajaan memasukkan nilai-nilai suatu budaya kedalam perusahaan akan
menyebabkan terhambatnya adaptasi budaya, sehingga integritas tim akan terganggu.
Cara mengatasi hambatan tersebut dengan lebih mempelajari budaya Jepang bagi
karyawan Indonesia, dan budaya Indonesia bagi karyawan Jepang, keterbukaan untuk
mengkonfirmasi pemahaman terhadap pesan yang disampaikan, saling menghormati, dan
saling memaafkan jika terjadi kesalahpahaman. Dalam menangani situasi semacam ini,
penting bagi setiap individu untuk menjadi peka terhadap perbedaan budaya, membuka
dialog yang inklusif, dan bersedia untuk belajar dan beradaptasi dengan budaya lokal tanpa
memaksakan nilai atau praktik dari budaya asalnya.

Anda mungkin juga menyukai