Anda di halaman 1dari 11

Diterjemahkan dari bahasa Inggris ke bahasa Indonesia - www.onlinedoctranslator.

com

LATIHAN RANGE OF MOTION (ROM) PADA PASCA PASIEN PASCA OPERASIONAL


MANAJEMEN FIXASI INTERNAL REDUKSI TERBUKA (ORIF).

Siti Latipah1, Rita Sekarsari2Ricky Fauzi Ginanjar3

1Dosen Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Tangerang


Jl. Perintis Kemerdekaan I/33 Cikokol - Kota Tangerang Telp. (021) 55722343. Banten 15118, Indonesia
2 Komite Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien (PMKP), RS Harapan Kita Jakarta
Jl. Letjen S. Parman Kav. 87, Kota Jakarta Barat 11420, Indonesia
3Ruang Operasi (OT) Perawat RSUD Koja Jl. Raya

Deli No. 4 Koja, Jakarta Utara 14220, Indonesia


Email Korespondensi:sitilatipah142@gmail.com

tentang Penulis

1. Penulis Pertama : Ns. Siti Latipah, MKKK, M.Kep


Afiliasi : Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Tangerang
Alamat surat : Jl. Perintis Kemerdekaan I/33 Cikokol, Telp. (021) 55722343 Kota Tangerang-
Indonesia
Email penulis :sitilatipah142@gmail.com :
Orcid ID 0000-0003-1882-9792
URL Google Cendekia:https://sinta.kemdikbud.go.id/authors/profile/6092294
Nomor telepon : 081219788811

Penulis ke-2 : Dr. Rita Sekarsari, S.Kep., Sp.KV., MHSM., FISQua :


Afiliasi RS Harapan Kita Jakarta
Alamat surat : Jl. Letjen S. Parman Kav. 87, Kota Jakarta Barat 11420, Indonesia
Email penulis : ritasekarsari122@gmail.com :
ID Orc
URL Google Cendekia :
Nomor telepon : 08151626004

Penulis ke-3 : Ricky Fauzi Ginanjar


Afiliasi : RSUD Koja, Jakarta Utara
Alamat surat : Jl. Raya Deli No. 4 Koja, Jakarta Utara 14220, Indonesia
Email penulis :Ricky_zeze@yahoo.co.id
ID Orc :
URL Google Cendekia :
Nomor telepon : 081383180497

1722
ABSTRAK

Tindakan medis yang dapat dilakukan dalam mengatasi kondisi patah tulang adalah dengan melakukan
prosedur Open Reduction Internal Fixation (ORIF). Jika fragmen tulang sudah tereduksi dan alat fiksasi
sudah terpasang maka akan menimbulkan nyeri yang hebat. Penatalaksanaan nyeri non farmakologis dapat
dilakukan pada pasien pasca operasi ORIF dengan melakukan latihan Range of Motion (ROM). Penelitian ini
dilakukan di RS Koja pada bulan Mei – Juni 2023. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas
ROM terhadap intensitas nyeri pada pasien Ekstremitas pasca ORIF segera, dilakukan pada hari ke 2 pasca
operasi, sebanyak 4 kali dalam 2 kali berturut turut. hari. Masing-masing gerakan diulang sebanyak 8 kali
dengan waktu latihan 30 menit. Metode penelitian menggunakan penelitian kuantitatif dengan pendekatan
Quasi eksperimen pre-a post-test tanpa kontrol. Jumlah sampel adalah 18 responden pasien ekstremitas
ORIF pasca operasi yang diukur nyeri Numeric Rating Scale (NRS) sebelum dan sesudah latihan ROM. Hasil
penelitian menunjukkan terdapat pengaruh pelatihan ROM terhadap intensitas nyeri pasien ORIF pasca
operasi menggunakan Paired T-Test dengan nilai p-value 0,000 < α 0,05, dan didapatkan adanya penurunan
rata-rata skala nyeri. dari sebelum ROM 5,50 hingga skala nyeri 3,83 setelah pelatihan ROM. Kesimpulannya
adalah latihan ROM efektif dalam menurunkan nyeri pada pasien ORIF Ekstremitas pasca operasi di RS Koja.

Kata Kunci: Fraktur, Intensitas Nyeri Pasca Operasi, Rentang Gerak

ABSTRAK
Tindakan medis yang bisa dilakukan dalam menangani kondisi fraktur adalah dengan melakukan tindakan
Fiksasi Internal Reduksi Terbuka(ATAU JIKA). Ketika fragmen tulang telah tereduksi, dan pemasangan alat
fiksasi telah dilakukan, maka akan menimbulkan nyeri yang hebat. Manajemen nyeri secara non
farmakologi yang bisa dilakukan pada pasienposoperasi ORIF adalah dengan melakukan latihanRentang
Gerak(ROM). Penelitian ini dilakukan di RSUD Koja pada bulan Mei – Juni 2023. Tujuan dalam penelitian ini
adalah ingin mengetahui efektivitas ROM terhadap intensitas nyeri pada pasienposORIF Ekstermitas segera,
dilakukan pada hari ke 2 setelah operasi, sebanyak 4 kali dalam waktu 2 hari berturut-turut – berturut-turut.
Dalam setiap gerakan diulangi sebanyak 8 kali dengan waktu latihan 30 menit. Metode penelitian dengan
menggunakan penelitian kuantitatif denganQuasi eksperimen pre dan post test tanpa kontrol.Jumlah
sampel sebanyak 18 responden pasienposoperasi ORIF ekstermitas yang dilakukan pengukuran nyeriSkala
Penilaian Numerik(NRS) sebelum dan sesudah dilakukan latihan ROM. Hasil penelitian menunjukkan adanya
pengaruh latihan ROM terhadap intensitas nyeri pasienposmengoperasikan ORIF dengan menggunakan Uji
Uji-T berpasangandengan nilainilai p 0,000 < dari α 0,05, dan ditemukan adanya penurunan rata – rata skala
nyeri dari sebelum dilakukan ROM 5,50 menjadi skala nyeri 3,83 setelah dilakukan latihan ROM.
Kesimpulannya adalah latihan ROM efektif dalam mengurangi nyeri pada pasienposoperasi ORIF
Ekstermitas di RSUD Koja.

Kata Kunci : Fraktur, Intensitas nyeri pasca operasi, Range of Motion

1723
PENDAHULUAN
Fraktur adalah suatu kondisi hilangnya kontinuitas tulang, tulang rawan, yang menurut sifatnya
dibedakan menjadi patah total atau patah sebagian. Patah tulang juga dikatakan sebagai terputusnya
kontinuitas struktur tulang, dimana terjadi pergeseran keadaan fragmen tulang. Dikatakan patah tulang
tertutup apabila kondisi kulit pada lokasi patahan masih utuh, sedangkan patah tulang dikatakan terbuka
apabila patahannya menembus kulit.
Ada beberapa tindakan medis yang dapat dilakukan untuk mengatasi kondisi patah tulang. Reduksi
tertutup dapat dilakukan jika posisi patah tulang sudah kembali normal tanpa harus melakukan operasi.
Sedangkan untuk kondisi fraktur yang lebih rumit, dapat dilakukan Open Reduction Internal Fixation (ORIF).
ORIF merupakan pengobatan bedah pada kondisi patah tulang dimana penanganan bedah dilakukan
dengan prinsip mengembalikan patah tulang ke posisi semula. Fiksasi fraktur yang diterapkan oleh ORIF
meminimalkan pergerakan tulang yang rusak. Hal ini menciptakan kondisi optimal untuk mempercepat
vaskularisasi sehingga mempercepat pemulihan tulang dan jaringan di sekitarnya (Cles, 2021).
Apabila fragmen tulang telah tereduksi dan telah dipasang alat fiksasi maka akan timbul nyeri hebat
karena alat fiksasi menembus tulang dan terjadi proses inflamasi yang ditandai dengan pembengkakan
atau edema jaringan pada daerah yang ditempelkan. Nyeri merupakan suatu pengalaman sensorik dan
emosional yang tidak menyenangkan akibat adanya kerusakan jaringan nyata yang dirasakan pada lokasi
terputusnya kontinuitas kulit. Beberapa respon fisik yang terjadi ketika tubuh mengalami nyeri adalah
perubahan kondisi umum, suhu tubuh, denyut nadi, postur tubuh, dan syok. Pengendalian yang optimal
harus dilakukan dalam penatalaksanaan nyeri pada pasien ORIF pasca operasi agar tidak menjadi nyeri
kronis dan komplikasi.
Dalam upaya penanganan nyeri pada pasien pasca ORIF, penatalaksanaannya meliputi tindakan farmakologis
dan nonfarmakologis. Tindakan farmakologis merupakan tindakan kolaboratif yang dilakukan dokter dengan
memberikan obat analgetik sesuai kebutuhan pasien. Sedangkan tindakan non farmakologi merupakan tindakan yang
digunakan untuk menunjang teknik farmakologi yang dilakukan dokter dengan menggunakan metode sederhana
(Pratiwi et al., 2020).
Salah satu penatalaksanaan nyeri nonfarmakologis yang dapat dilakukan pasien pasca ORIF adalah dengan
melakukan Latihan Range of Motion (ROM). Melakukan latihan ROM merupakan salah satu teknik yang dapat
digunakan untuk mengurangi nyeri karena dapat menjaga kekuatan otot, melancarkan peredaran darah, dan
menjaga mobilitas sendi (Budiharto et al., 2019). Diharapkan ketika pasien melakukan gerakan sendi dengan
latihan ROM maka nyeri pada pasien pasca operasi ORIF akan berkurang (Purba et al., 2022). Latihan ini dapat
dilakukan segera pada hari ke 2 setelah operasi ORIF, dimana diperoleh efektivitas latihan ROM segera setelah
operasi dibandingkan dengan menunda latihan ROM setelah operasi dalam hal mengurangi nyeri (Iliopoulos &
Galanis, 2020). Untuk mendapatkan hasil yang maksimal, ROM harus diulang sebanyak 4 kali dan dilakukan
minimal 2 kali sehari selama minimal 2 hari berturut-turut dan dapat dilakukan pada hari ke-2 setelah operasi (M
& al Fajri, 2021).
Rumah Sehat Jakarta RS Koja merupakan rumah sakit rujukan trauma yang berlokasi di
DKI Jakarta, khususnya Jakarta Utara. Data yang diperoleh dari rekam medis RS Koja, terdapat
25 kasus trauma yang ditangani di Ruang Operasi RS Koja, dan 19 diantaranya menjalani
prosedur Open Reduction Internal Fixation (ORIF). Sedangkan pada bulan Desember 2022 di
RSUD Koja terdapat 36 kasus trauma dan 25 kasus diantaranya dilakukan ORIF. Artinya,
terjadi peningkatan jumlah kasus pasien yang menjalani ORIF di RS Koja. Data yang diperoleh
dari rekam medis rawat inap RS Koja tahun 2022 diperoleh rata-rata lama rawat inap pasien
ORIF Pasca Operasi RS Koja adalah 2-5 hari sesuai dengan kondisi pasien.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Baiturrahman (2019), dan Dahlia Purba dkk (2019), menyatakan
bahwa terdapat pengaruh yang signifikan pelatihan ROM terhadap intensitas nyeri pada pasien ORIF
Ekstremitas pasca operasi. Terdapat perbedaan prosedur pelatihan yang dilakukan pada penelitian.
1724
Diantaranya adalah penelitian Baiturahman, latihan dilakukan selama 3 hari dengan durasi 20 menit dan 5
kali pengulangan setiap gerakannya serta pengukuran nyeri menggunakan alatSkala Nyeri Dewasa Non
Verbal (NVPS). Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Dahlia Purba dkk, penelitian dilakukan dengan
memberikan konseling, diskusi, dan pelatihan mengenai ROM pada pasien pasca operasi ORIF Ekstremitas
Atas. Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Guttierez (2021), dimana peneliti membandingkan
efektivitas ROM pada pasien 6 minggu setelah ORIF dan 3 bulan setelah ORIF dimana hasil yang diperoleh
adalah ROM lebih efektif pada pasien 6 minggu setelah ORIF. Dapat disimpulkan bahwa latihan ROM lebih
efektif dilakukan segera setelah operasi.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas latihan Range of Motion (ROM) terhadap
intensitas nyeri pada pasien ORIF ekstremitas pasca operasi, dengan melakukan latihan sebanyak 4 kali dalam 2
hari berturut-turut, dimana setiap gerakan diulang sebanyak 8 kali selama 30 menit.

METODE
Karakteristik dan Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif dengan jenis penelitian pra-eksperimental.
Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah Quasi-experimental pre and post-test tanpa kontrol, dimana
pada penelitian ini tidak terdapat kelompok kontrol (pembanding), namun pada desain penelitian ini pengukuran
awal (pretest) skor nyeri dilakukan secara bergantian. pasien pasca operasi ORIF dan dilakukan pengukuran
(posttest) skor nyeri untuk membandingkan perubahan yang terjadi setelah percobaan latihan ROM.

1. Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah:


A. Pasca pasien ORIF pada ekstremitas atas dan bawah
B. Pasien pasca ORIF dalam kondisi stabil yaitu tanda vital normal dan sadar
penuh.
C. Pasien yang dapat menentukan atau memilih skor nyeri sesuai dengan keadaan nyeri yang dirasakan.
D. Pasang pasien ORIF dengan menggunakan pelat dan sekrup.
e. Pasien dengan jumlah hari rawat inap minimal 2 hari setelah operasi.
2. Kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah:
A. Pasien pasca ORIF yang tidak toleran terhadap pergerakan (pasien penyakit jantung dan
bedrest).
B. Pasien pasca ORIF mengalami penurunan kesadaran.
C. Pasien dengan kelainan sendi dan tulang.
D. Pasca pasien ORIF dengan pemasangan plat ganda.
e. Pasca pasien ORIF dengan kondisi luka terbuka.

Prosedur Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah non-probabilitas dengan menggunakan purposive
sampling. Berdasarkan perhitungan sampel dengan rumus Federer dan menghindari Drop Out diperoleh sampel sebanyak 18
responden.

Ukuran dan Kovariat


Penelitian ini menggunakan dua instrumen dalam pengumpulan data. Pada variabel bebas
latihan Range of Motion (ROM), peneliti menggunakan Standar Operasional Prosedur (SOP) latihan
ROM yang terdiri dari pengertian, tujuan, indikasi, dan penatalaksanaan latihan ROM pada ekstremitas
dengan fiksasi internal sebagai penatalaksanaan fraktur. Variabel terikat intensitas nyeri
menggunakan instrumen penelitian Numeric Rating Scale (NRS).

Prosedur penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah:


1. Izin Penelitian : izin penelitian dan uji etik dengan nomor etik 34/KOMEP/2023

1725
2. Sebelum Intervensi (Pra): menentukan responden sesuai kriteria inklusi dan eksklusi,
selanjutnya dilakukan informed consent. Peneliti melakukan pemeriksaan awal skor nyeri
pre-test pada pasien pasca operasi ORIF pada hari ke 2 pasca operasi ORIF di ruang rawat
inap.
3. Intervensi : Latihan ROM dilakukan oleh fisioterapis pada hari ke 2 pasca operasi ORIF di
bangsal, sebanyak 4 kali dalam 2 hari berturut turut. Pada setiap gerakan diulang 8
repetisi dengan 30 kali latihan.
4. Setelah intervensi (Pos):

Analisis data
1. Analisis univariat
Distribusi frekuensi skor nyeri sebelum dan sesudah latihan ROM pada pasien ORIF
Ekstremitas pasca operasi
2. Analisis bivariat
Mengetahui pengaruh pelatihan ROM terhadap intensitas nyeri pada pasien ORIF Ekstremitas pasca
operasi.

HASIL DAN PEMBAHASAN


1. Analisis univariat
Tabel 1
Distribusi frekuensi skala nyeri pada pasien ORIF ekstremitas pasca operasi sebelum latihan ROM

TIDAK Skala Nyeri (NRS) Frekuensi Persentase (%) Berarti


1 nyaman (tidak nyeri) (0) 0 0
2 anak (1 – 3) 0 0
3 sedang (4 – 6 ) 15 83,3 5,50
4 selamanya (7 – 10) 3 16,7
OTAL 18 100

Tabel 1 menunjukkan bahwa distribusi skala nyeri 18 pasien pasca operasi ekstremitas
ORIF sebelum latihan ROM adalah 83,3% pasien dengan skala nyeri sedang. Sedangkan
sisanya 16,7% pasien dengan skala nyeri berat. Dengan rata-rata skor nyeri 5,50.
Hasil pengolahan data didukung oleh teori bahwa salah satu permasalahan yang muncul setelah
pasien menjalani ORIF adalah nyeri. Dimana keluhan yang sering dikeluhkan pasien pasca ORIF adalah
seperti rasa terbakar, tertusuk pada hari pertama. Pada hari pertama fase penyembuhan tulang pasien
patah tulang adalah fase kerusakan atau hematoma, dimana akan terjadi pendarahan disekitar patah
tulang yang akan menimbulkan respon nyeri pada pasien (Haryono & Putri, 2019).

Dampak yang ditimbulkan pada patah tulang antara lain keterbatasan aktivitas, nyeri akibat aktivitas saraf motorik
dan sensorik pada jaringan patah tulang. Nyeri merupakan suatu hal yang bersifat subyektif, tidak ada dua orang yang
mengalami rasa sakit yang sama dan tidak ada dua kejadian menyakitkan yang menghasilkan respon atau perasaan yang
sama pada individu. Nyeri adalah pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan
jaringan aktual atau potensial. Nyeri terjadi pada banyak proses penyakit atau bersamaan dengan beberapa tes
diagnostik, pembedahan, dan pengobatan (Budiharto et al., 2019).
Pada saat terjadinya patah tulang akan terjadi perubahan struktur tulang akibat adanya kerusakan yang dapat
mengakibatkan terganggunya fungsi anggota tubuh dan menimbulkan nyeri pada daerah yang mengalami patah tulang,
oleh karena itu seseorang dapat mengalami hambatan. terhadap mobilitas fisik (Wantoro et al., 2020).
Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Purba, dkk (2021) yang menunjukkan bahwa
tingkat nyeri sebelum latihan ROM adalah nyeri sedang (Purba1 et al., 2021). Hasil penelitian lain yang
dilakukan oleh Ayu Kurnia (2020) menemukan bahwa rata-rata skala nyeri yang diperoleh adalah nyeri
sedang (Kurnia, 2020).

1726
Berdasarkan hasil penelitian efektivitas latihan ROM pada pasien ORIF Ekstremitas pasca
operasi di RS Koja dan teori pendukung diatas maka peneliti menyimpulkan bahwa nyeri yang
dirasakan pasien sebelum dilakukan latihan ROM adalah nyeri sedang dengan skor nyeri 4 – 6
karena hematoma masih berlangsung di daerah fraktur. dapat menyebabkan rasa sakit.

Meja 2
Distribusi frekuensi skala nyeri ekstremitas ORID pasca operasi setelah latihan ROM
TIDAK Skala Nyeri (NRS) Frekuensi Persentase (%) Berarti
1 nyaman (tidak nyeri) (0) 0 0
2 anak (1 – 3) 6 33,3 3,83
3 sedang (4 – 6 ) 12 66,7
4 selamanya (7 – 10) 0 0
OTAL 18 100

Tabel 2 menunjukkan bahwa distribusi skala nyeri 18 pasien ekstremitas ORIF pasca operasi
setelah dilakukan latihan ROM sebesar 66,7% pasien dengan skala nyeri sedang. Sedangkan sisanya
33,3% pasien dengan skala nyeri ringan. Dengan rata-rata skor nyeri 3,83.
Hasil tersebut menunjukkan bahwa terdapat kecenderungan penurunan rata-rata skala nyeri pada
pasien ekstremitas ORIF pasca operasi setelah dilakukan latihan ROM. Latihan ROM merupakan salah satu
upaya pengobatan dalam fisioterapi yang penatalaksanaannya menggunakan latihan gerak tubuh, baik
secara aktif maupun pasif. Tujuannya adalah rehabilitasi untuk mengatasi gangguan fungsional dan gerak,
mencegah komplikasi, mengurangi nyeri dan edema, serta melatih aktivitas fungsional akibat pembedahan
(Purba1 et al., 2021).
Latihan ROM bertujuan untuk memaksimalkan suplai oksigen ke otak dan seluruh tubuh, melancarkan
sirkulasi darah, serta meregangkan otot dan persendian sehingga terjadi reaksi relaksasi otot yang dapat
mengurangi nyeri pada pasien (Haryono & Putri, 2019). Rasa sakit yang dialami pasien membuat pasien takut
untuk menggerakkan ekstremitas yang cedera, sehingga pasien cenderung berbaring dalam waktu lama
sehingga membuat tubuh tetap kaku. Oleh karena itu seorang perawat perlu memberikan informasi kepada
pasien dan keluarga pasien tentang terapi nonfarmakologis yang dapat membantu pasien menghilangkan
atau mengurangi nyeri yaitu mobilisasi atau rentang gerak (Budiharto et al., 2019)

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Sasongko et al (2019), rata-rata skor nyeri mengalami penurunan
setelah dilakukan intervensi terhadap nyeri ringan (Sasongko et al., 2019). setelah ROM nyeri ringan (Budiharto et
al., 2019).
Berdasarkan hasil penelitian efektivitas latihan ROM pada pasien ORIF Ekstremitas pasca
operasi di RS Koja dan teori pendukung diatas, peneliti menyimpulkan bahwa terdapat
kecenderungan penurunan intensitas nyeri setelah latihan ROM pada pasien ORIF pasca operasi.
Pengurangan nyeri ini merupakan mekanisme yang diperoleh dari adanya efek relaksasi pada
otot yang akan memberikan rasa nyaman sehingga nyeri yang dirasakan pasien akan berkurang.

1. Analisis bivariat
Tabel 3
Pengaruh pelatihan ROM terhadap intensitas nyeri pada pasien ORIF Ekstremitas pasca operasi RS Koja tahun 2023

Skor Nyeri N Berarti tanda tangan. (2-ekor) 95% CI Korelasi


Tes ulang 18 1.667 0,000 1.326 – 2.008 0,809
Tes ost 18

Tabel 3 menunjukkan hasil pengolahan data menggunakan Paired T-Test dengan nilai p 0,000 <
dari α 0,05 sehingga dapat disimpulkan H1 artinya terdapat pengaruh pelatihan ROM terhadap
intensitas nyeri pada pasien pasca operasi ORIF ekstremitas pada Rumah Sakit Koja. Dengan positif
1727
nilai Mean = 1,667, nilai Confidence Interval 95% sebesar 1,326 – 2,008 dan nilai Correlation
sebesar 0,809 yang berarti terdapat hubungan kedua variabel dan terdapat kecenderungan
penurunan skor nyeri setelah latihan ROM pada pasien ORIF ekstremitas pasca operasi di Rumah
Sakit Koja.
Pada penelitian ini, peneliti tidak mengganti manajemen nyeri dengan terapi analgesik dengan latihan
ROM. Namun bagaimana latihan ROM ini bekerja sama dengan pemberian analgetik dalam mengurangi
nyeri pada pasien? Sehingga akan ditemukan faktor lain yang dapat mempengaruhi intensitas nyeri pada
pasien. Peneliti mengukur skala nyeri sebelum diberikan analgesik atau beberapa jam setelah diberikan
analgetik, guna mendapatkan hasil pengukuran intensitas nyeri yang lebih optimal.
Latihan ROM segera dilakukan pada hari ke-2 pasca operasi yang dilakukan sebanyak 4
kali dalam 2 hari berturut-turut. Pada setiap gerakan diulang sebanyak 8 repetisi dengan
waktu latihan 30 menit. Dari hasil klinis yang diperoleh dari observasi dan wawancara
terhadap responden setelah dilakukan latihan ROM didapatkan adanya penurunan pelaporan
nyeri dari responden. Bila diamati pada area luka operasi terjadi penurunan pembengkakan
pada hari ke-2 dibandingkan hari pertama pasca prosedur ORIF. Responden sudah mulai
terlihat ingin melakukan gerakan ekstremitas yang dilakukan ORIF. Selain itu, dari hasil
wawancara rata-rata responden menyatakan boleh istirahat karena kejang otot di area
operasi berkurang. Dari data tersebut peneliti berpendapat bahwa berkurangnya nyeri pada
responden disebabkan sirkulasi oksigen dan peredaran darah menjadi lebih lancar.

Pasca operasi ORIF dapat menyebabkan terbentuknya prostaglandin yang menimbulkan respon
pembengkakan, dimana terjadi gangguan sirkulasi oksigenasi dan peredaran darah yang akan mengakibatkan
penumpukan kimia kalium atau asam laktat. Dengan melakukan latihan ROM dapat membantu memecah
penumpukan bahan kimia kalium atau asam laktat, sehingga sirkulasi darah dan oksigenasi menjadi lebih baik,
meningkatkan mobilisasi sendi, meningkatkan massa tulang, memberikan rasa nyaman pada responden karena
nyeri berkurang, meningkatkan relaksasi dan dapat membantu menyerap nutrisi dan obat-obatan. terserap
dengan baik (Budiharto et al., 2019).
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Risnah dkk (2019) dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh
latihan ROM aktif terhadap nyeri pada pasien fraktur tibialis pasca operasi. ROM yang dilakukan pada awal
pasca operasi merupakan upaya pengobatan yang penatalaksanaannya menggunakan latihan gerak baik
aktif maupun pasif. ROM diberikan untuk mengatasi gangguan fungsi gerak, mencegah komplikasi,
mengurangi nyeri dan edema serta melatih aktivitas akibat operasi. ROM diberikan pada bagian yang mudah
berkontraksi dan rileks, sehingga pasien yang menjalani operasi tidak mengalami kekakuan otot.
Harapannya dengan berkurangnya kekakuan otot juga berdampak pada berkurangnya nyeri (Ulfah Azhar et
al., 2019).
Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Baiturahman dkk (2019) dapat disimpulkan bahwa
terdapat perubahan skala nyeri sebelum dan sesudah diberikan intervensi latihan rentang gerak
selama 3 hari pada responden. Melakukan gerakan ROM merupakan salah satu teknik yang dapat
digunakan untuk mengurangi nyeri karena dapat menjaga kekuatan otot, melancarkan sirkulasi darah,
dan menjaga mobilitas. Latihan ROM sejak dini juga dapat melancarkan sirkulasi darah sehingga
oksigenasi luka menjadi lebih baik, asupan nutrisi dan obat dapat terserap dengan baik (Budiharto et
al., 2019).
Berdasarkan hasil yang diperoleh dari penelitian yang dilakukan peneliti didapatkan bahwa
terdapat pengaruh latihan Range of Motion (ROM) terhadap intensitas nyeri pada pasien ORIF
Ekstremitas pasca operasi di RS Koja, dengan kecenderungan penurunan skor nyeri setelah latihan
ROM. Dari hasil pengolahan data penelitian dan teori pendukung diatas, peneliti berpendapat bahwa
latihan ROM dapat dilakukan pada awal pasca operasi sebagai tindakan terapi non farmakologi pada
pasien ekstremitas ORIF pasca operasi, baik yang dilakukan oleh petugas kesehatan maupun dilakukan
oleh pasien sendiri. untuk waktu yang lebih lama setelah perawatan. di rumah sakit. Latihan ROM

1728
berguna dalam mengurangi rasa sakit dan sebagai cara untuk mempercepat penyembuhan luka serta dapat
mencegah komplikasi pada pasien pasca operasi ORIF.

PENELITIAN BATASAN
Dalam melaksanakan penelitian ini terdapat keterbatasan dan kekurangan yang peneliti dapatkan yang dapat
menyebabkan belum maksimalnya hasil penelitian ini, antara lain:
1. Pihak rumah sakit memperbolehkan intervensi dilakukan oleh fisioterapis, sehingga tidak dapat melakukan
intervensi sesuai dengan waktu yang dimiliki peneliti. Peneliti harus menyesuaikan waktu dengan
fisioterapis sehingga waktu penelitian menjadi lebih terbatas.
2. Peneliti tidak dapat mengontrol pemberian obat analgetik pada pasien yang merupakan faktor lain yang
dapat mempengaruhi hasil intervensi dalam mengurangi nyeri pada pasien.

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI


1. Kesimpulan
ORIF merupakan prosedur operasi pada pasien patah tulang yang menimbulkan rasa sakit. Terapi non farmakologi
yang dapat digunakan untuk mengurangi nyeri pada pasien ORIF pasca operasi adalah dengan melakukan latihan
Range of Motion (ROM). Latihan ROM yang dilakukan di RS Koja adalah dengan melakukan latihan sebanyak 4 kali
dalam 2 hari berturut-turut, dimana setiap gerakan diulang sebanyak 8 kali selama 30 menit. Hasil yang diperoleh
dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh pelatihan ROM terhadap intensitas nyeri pada pasien ORIF pasca
operasi dan terdapat kecenderungan penurunan rata-rata skala nyeri pada pasien pasca operasi ORIF setelah
diberikan latihan ROM dari rata-rata skala nyeri sebesar 5,50 hingga skala nyeri 3,83. Prosedur ini diharapkan dapat
dilakukan secara berkesinambungan dan dapat memberikan dampak yang dapat dijadikan sebagai tindakan non
farmakologi dalam penatalaksanaan nyeri.
2. Rekomendasi
Penelitian ini dapat dijadikan bahan kajian yang keterbatasannya dapat dikritisi. Sehingga diharapkan dapat
menyempurnakan prosedur latihan ROM dalam mengurangi nyeri pada pasien ORIF Ekstremitas pasca
operasi.

REFERENSI

Ahyar, H., & Juliana Sukmana, D. (2020).Buku Metode Penelitian Kualitatif & Kuantitatif SERI
BUKU HASIL PENELITIAN Lihat proyek Seri Buku Ajar Lihat proyek. https://
www.researchgate.net/publication/340021548

Badan Pusat Statistik Provinsi DKI Jakarta. (2021).Jumlah Korban Kecelakaan Lalu Lintas
Menurut Jenis Kendaraan Bermotor di Provinsi DKI Jakarta 2021. Jakarta.Bps.Go.Id. https://
jakarta.bps.go.id/indicator/34/593/1/jumlah-korban-kecelakaan-lalu-lintas-menurutjenis-
kendaraan-bermotor-di-provinsi-dki-jakarta.html

Budiharto, I., Pramana, Y., & Soedarso Pontianak, R. (2019).JANGKAUAN LATIHAN PENGARUH
MOTION (ROM) PADA PASIEN PASCA OPERASI FRAKTUR EKSTREMITAS TERHADAP
INTENSITAS NYERI DI RSUD DR. SOEDARSO PONTIANAK. Jurnal Praktik dan Pendidikan
Keperawatan Tanjungpura

Claes, L. (2021). Peningkatan penyembuhan patah tulang klinis – Apa yang dapat dipelajari dari mekanisme
penelitian biologi? Di dalamJurnal Biomekanik(Jil. 115). Elsevier Ltd.https://doi.org/
10.1016/j.jbiomech.2020.110148

1729
David Luo, MDP Holly. (2022). Fraktur Patela. Di dalamMulai Mutiara Konten adalah Raja. StatPearls
Penerbitan LLC.

bumi Laboratorium. (2019a). PERGELANGAN KAKI PERSENDIAN (TALOKRURAL PERSENDIAN).

https://www.earthslab.com/anatomy/ankle-joint-talocrural-joint/

Laboratorium Bumi. (2019b).TIBIA (TULANG SHIBONE). https://www.earthslab.com/anatomy/tibia-synonym-


tulang kering/?dc=TibiaAndFibulaInterface&rm=benar

Faisal, A. (2022, 31 Desember).terjadi 742 kecelakaan lalu lintas di Jakut sepanjang tahun 2022.
Antaranews.Com. https://www.antaranews.com/berita/3330852/terjadi-742-kecelakaan-
lalulintas-di-jakut-sepanjang-2022

Faisol. (2022, Agustus 4). Manajemen Nyeri. Yankes.Kemkes.Go.Id.


https://yankes.kemkes.go.id/view_artikel/1052/
manajemennyeri#:~:text=Nyeri%20adalah%20bentuk%20ketidaknyamanan%20baik,bereaksi%20untuk
%20menghilangkan%20rasa%20nyeri.

Felderfans.com. (2021, 21 April).Fungsi Tulang Atas Humerus. https://felderfans.com/fungsi-


tulang-atas/

Ganbold, S. (2023, 3 Januari).Perkiraan jumlah korban kecelakaan lalu lintas di Asia Tenggara pada
2020, menurut negara (dalam 1.000 detik).Https://Www.Statista.Com/. https://
www.statista.com/statistics/1009600/asean-number-traffic-accident-casualties-
bycountry/

Handayani, R. (2020).Metodologi Penelitian Sosial(Jil. 1). Trussmedia Grafika.


https://www.researchgate.net/profile/Ririn-Handayani/publication/
340663611_METODOLOGI_PENELITIAN_SOSIAL/links/5e97ebad 299bf130799e44ca/
METODOLOGI-PENELITIAN-SOSIAL.pdf

Haryono & Putri. (2019).Keperawatan medisal bedah II. Yogyakarta : Pustaka Baru Press, 2019.

Heryana,A. (2020).EtikaPenelitian.EtikaPenelitian.
https://doi.org/10.13140/RG.2.2.13880.16649

Iliopoulos, E., & Galanis, N. (2020). Fisioterapi setelah fiksasi fraktur dataran tinggi tibialis: Sebuah sistematis
tinjauan literatur.Pengobatan Terbuka SAGE,8, 205031212096531.
https://doi.org/10.1177/2050312120965316

Keperawatan, A., Bedah Gangguan, M., Suriya, M., Kep, S., Zuriati, MK, & Kep, M. (2019).Buku
Terbuka sedikit. www.pustakagalerimandiri.com

Kurnia, A. (2020). PENGARUH LATIHAN RENTANG GERAK TERHADAP PERUBAHAN


SKOR NYERI PADA PASIEN PASCA OPERASI ORIF EKSTREMITAS BAWAH DI RSUD KOTA
MADIUN.PROGRAM KEPERAWATAN STIKES BHAKTI HUSADA MULIA MADIUN.

Kurniasari, D. (2021, 8 Oktober).Pengertian Teknik Pengolahan Data dan Macam-Macam


Jenisnya. Https://Www.Dqlab.Id/. https://www.dqlab.id/pengertian-teknik-pengolahan-datadan-
macam-macam-jenisnya
1730
M, R., & al Fajri, J. (2021). Pendidikan Kesehatan Latihan Range Of Motion Aktif dan Pasif.Jurnal
Abdimas Kesehatan (JAK),3(3), 255. https://doi.org/10.36565/jak.v3i3.198

Miftahul, O., Rafhani, M., & Diterbitkan, R. (2020).BUKU AJAR MATA KULIAH STATISTIK
“Aplikasi di Dunia Kesehatan.”

Pelawi, A., Sinarinta Purba, J., Radiodiagnostik, D., Radioterapi, D., Kesehatan, F., & Efarina, U.
(2019).TEKNIK PEMERIKSAAN FRAKTUR WRIST JOIN DENGAN FRAKTUR SEPERTIGA
MEDIAL TERTTUUP INSTALASI RADIOLOGI RUMAH SAKIT EFARINA ETAHAM
BERASTAGI KABUPATEN KARO.7.
PPNI. (2021).Pedoman Standar Prosedur Operasional Keperawatan(Edisi 1). Jakarta : Persatuan
Perawat Nasional Indonesia., 2021.

Pratitdya, G., Rehatta, NM, & Susila, D. (2020). Perbandingan Interpretasi Skala Nyeri antara
NRS-VAS-WBFS oleh Pasien Pasca Operasi Elektif Orthopedi di RSUD Dr.Soetomo.
Perawatan:Jurnal Ilmiah Ilmu Kesehatan,8(3), 447–463.

Pratiwi, A., Susanti, ET, Astuti, WT, Bedah, DK, Keperawatan, A., & Nusantara, KB (2020).
PENERAPAN TEKNIK RELAKSASI GEGGAM JARI TERHADAP SKALA NYERI PADA Sdr. D
DENGAN PASKA OPEN REDUCTION INTERNAL FIXATION (ORIF). Di dalam Jurnal
Keperawatan Karya Bhakti p-issn(Jil. 6, Edisi 1).
Purba, SD, Sidiq, B., Purba, IK, Hutapea, E., Silalahi, KL, Sucahyo, D., & Dian, D. (2022).
Efektivitas ROM (Range of Motion) terhadap Kekuatan Otot pada Pasien Stroke di Rumah
Sakit Royal Prima Tahun 2021.JUMANTIK (Jurnal Ilmiah Penelitian Kesehatan),7(1), 79.https://
doi.org/10.30829/jumantik.v7i1.10952

Purba1, D., Situmorang2, T., Tinggi, S., Flora, IK, Sekolah, I., Ilmu, T., & Flora, K. (2021).
Pengaruh ROM Terhadap Perubahan Nyeri Pada Pasie Post Op Ekstremitas Atas. Di dalamJurnal
Keperawattan Flora(Jil. 14).

Salmaa. (2021, 25 November).Penelitian Eksperimen: Pengertian, Karakteristik, dan Langkah-


Langkahnya. Penerbitdeepublish.Com. https://penerbitdeepublish.com/penelitian-eksperimen/

Salmaa. (2022, 19 April).Home » Definisi Operasional: Pengertian, Ciri-Ciri, Contoh, dan Cara
Menyusunnya Definisi Operasional: Pengertian, Ciri-Ciri, Contoh, dan Cara Menyusunnya.
Penerbitdeepublish.Com. https://penerbitdeepublish.com/definisi-operasional/

Saputra, M., Herlina, Nasution, & Ibrahim, N. (2019).Manajemen nyeri non-farmakologi.Bandar


Penerbitan.

Sasongko, H., Sukartini, T., Wahyuni, ED, & Putra, MM (2019). Pengaruh Kombinasi
Latihan Range Motion dan Deep Breathing terhadap Nyeri pada Pasien Pasca Bedah Ortopedi.
Jurnal Kedokteran Indonesia,4(1), 46–53. https://doi.org/10.26911/theijmed.2019.04.01.08

Sholihatun, I. (2020, 20 Februari).Pentingnya Terapi untuk Mengatasi Nyeri Pasca Operasi.


https://ners.unair.ac.id/site/index.php/news-fkp-unair/30-lihat/615-pentingnya-terapi-
untukmengatasi-nyeri-post-operasi

1731
Stuart J.Fischer. (2020, November). Patah Tulang Pinggul. Https://Orthoinfo.Aaos.Org/.
https://orthoinfo.aaos.org/en/diseases--conditions/hipfractures/
#:~:text=A%20hip%20fracture%20is%20a,a%20ladder%20or%20vehicle%20collisi aktif.

Sugiyono. (2019).Statistik untuk penelitian. Alfabet.

Suriya & Zuriyati. (2019).Buku Ajar Asuhan Keperawatan Medikal Bedah Gangguan Pada Sistem
Aplikasi Muskuloskeletal Nanda Nic & Noc(Suriya Melti & Zuriati, Ed.). Pustaka Galeri
Mandiri.

Susanti Yanti, SPA (2021). ASUHAN KEPERAWATAN TN. D DENGAN PASCA OPERASI
ORIF FRAKTUR ANTEBRACHI SINISTRA DI RS KARDINAH TEGAL.Jurnal Sosial Dan Sains
SOSAINS, 1129–1141.

Ulfah Azhar, M., Irwan, M., Keperawatan FKIK UIN Alauddin Makassar, P., & Keperawatan
Fakultas Ilmu Kesehatan, P. (2019). Terapi Non Farmakologi dalam Penanganan Diagnosis Nyeri
Akut pada Fraktur : Systematic Review. Di dalamJURNAL KEPERAWATAN ISLAM(Jil. 4).

Wantoro, G., Muniroh, M., & Kusuma, H. (2020). Analisis Faktor-Faktor yang mempengaruhi
Ambulasi Dini Post ORIF pada Pasien Fraktur Femur Studi Retrospektif.Jurnal Akademika
Baiturrahim Jambi,9(2), 283. https://doi.org/10.36565/jab.v9i2.273

Wu, AM, Bisignano, C., James, SL, Abady, GG, Abedi, A., Abu-Gharbieh, E., Alhassan, RK,
Alipour, V., Arabloo, J., Asaad, M., Asmare, WN, Awedew, AF, Banach, M., Banerjee, SK,
Bijani, A., Birhanu, TTM, Bolla, SR, Cámera, LA, Chang , JC, … Vos, T. (2021). Beban patah
tulang global, regional, dan nasional di 204 negara dan wilayah, 1990–2019: analisis
sistematis dari Global Burden of Disease Study 2019.Umur Panjang Sehat Lancet,2(9),
e580–e592. https://doi.org/10.1016/S2666-7568(21)00172-0

Yuwono, D. (2021, 26 Januari).Uji Validitas dan Reliabilitas Untuk Penelitian [Rumus Lengkap].
Https://Www.Statmat.Net/. https://www.statmat.net/uji-validitas-dan-reliabilitas/

1732

Anda mungkin juga menyukai