net/publication/359209192
CITATIONS READS
0 26
1 author:
Najmuddin Najmuddin
university Al muslim
8 PUBLICATIONS 4 CITATIONS
SEE PROFILE
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
All content following this page was uploaded by Najmuddin Najmuddin on 14 March 2022.
CITATIONS
0
1 author:
Najmuddin Najmuddin
university Al muslim
7 PUBLICATIONS 4 CITATIONS
SEE PROFILE
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
All content following this page was uploaded by Najmuddin Najmuddin on 03 March 2022.
NAJMUDDIN
IA
MUHAMMAD IQBAL
ED
IKHWANI
M
LI
AH
Penerbit:
AHLIMEDIA PRESS
PENDIDIKAN KARAKTER DALAM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
DI SEKOLAH MENENGAH ATAS DI KABUPATEN BIREUEN
Penulis:
Najmuddin
Muhammad Iqbal
Ikhwani
Editor:
Aurora Hawa Nadana
Penyunting:
Masyrifatul Khairiyyah
IA
Desain Cover:
ED
Aditya Rendy T.
Penerbit:
Ahlimedia Press (Anggota IKAPI: 264/JTI/2020)
M
Telp: +6285232777747
Telp. Penulis: +62 852-6039-8939
AH
www.ahlimediapress.com
ISBN: 978-623-413-074-4
Cetakan Pertama, Februari 2022
IA
Kabupaten Bireuen ini merupakan hasil penelitian tentang
karakter siswa di Kabupaten Bireuen melalui nilai-nilai
ED
Pendidikan Agama Islam. Diharapkan dengan disusunnya
buku monograf ini dapat menambah khazanah keilmuan.
M
penulis harapkan.
Penulis
BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang ............................................................................ 1
IA
BAB II PEMBINAAN KARAKTER SISWA
BERDASARKAN NILAI-NILAI PENDIDIKAN
ED
AGAMA ISLAM
A. Pengertian Pendidikan Karakter......................................... 4
M
IA
ED
M
LI
AH
LATAR BELAKANG
Dewasa ini, problematika yang kerap dihadapi dunia
pendidikan Indonesia adalah rendahnya mutu pendidikan di setiap
jenjang dan satuan pendidikan. Berbagai upaya senantiasa dilakukan
untuk meningkatkan mutu pendidikan tersebut, seumpama perbaikan
sarana dan prasarana, berbagai pelatihan bagi guru, peningkatan
mutu manajemen sekolah, sampai pada upaya penyempurnaan
kurikulum secara periodik. McLuhan
IA menjelaskan bahwa
ED
peningkatan kualitas pendidikan ditempuh dalam rangka
mengantisipasi berbagai perubahan dan tuntutan masa depan yang
M
“kampung global”. 1
Berbagai fenomena di zaman globalisasi ini kerap
menunjukkan gejala-gejala tergerusnya karakter bangsa yang
berdampak pada menurunnya kualitas sumber daya manusia (SDM).
Gejala-gejala penurunan kualitas SDM tersebut menurut Thomas
Lickona, antara lain:
1. Meningkatnya kekerasan di kalangan remaja/masyarakat, salah
satunya tawuran antarpelajar bahkan antarmahasiswa.
2 Dalam Barnawi dan M. Arifin, Strategi & Kebijakan Pembelajaran Pendidikan Karakter,
(Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2012), hal. 12-14.
IA
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan mengembangkan potensi
ED
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,
cakap, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta
M
bertanggung jawab.” 4
LI
AH
IA
atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui
upaya pengajaran dan pelatihan; proses, cara, perbuatan mendidik.5
ED
Pendidikan dalam pandangan Muzayyin Arifin diartikan sebagai
usaha membina dan mengembangkan pribadi manusia; aspek
M
IA
upaya mengembangkan seluruh potensi peserta didik, agar dapat
ED
berkembang sesuai dengan norma-norma sosial, bangsa dan agama
yang dilakukan secara terus menerus.
Selanjutnya secara etimologis, kata “karakter” berasal dari
M
7 Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2005), hal. 28.
8 Hasballah, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2011), hal. 1.
9 Sutarjo Adisusilo, J.R, Pembelajaran Nilai-nilai Karakter (Konstruktivisme dan VCT
Sebagai Inovasi Pendekatan Pembelajaran Efektif), (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2012), hal. 79.
10 Sri Narwanti, Pendidikan Karakter (Pengintegrasian 18 Nilai Pembentuk Karakter dalam
Mata Pelajaran), (Yogyakarta: Familia, 2011), hal. 2.
IA
pembudayaan dalam lingkungan peserta didik dalam lingkungan
ED
sekolah, keluarga, lingkungan masyarakat, maupun lingkungan
(exposure) media massa.14
3. Zainal Aqib mengartikan pendidikan karakter sebagai sebuah
M
IA
dan negara serta Tuhan Yang Maha Esa; sehingga para peserta didik
ED
dapat terbentuk menjadi pribadi yang berkarakter kuat dan
mengaplikasikan nilai-nilai positif/baik tersebut dalam kehidupan
sehari-hari.
M
16 Muchlas Samani dan Hariyanto, Konsep dan Model Pendidikan Karakter, (Bandung:
Remaja Rosdakarya, 2012), hal. 45-46.
IA
Hal ini di atas dapat disimpulkan dari ulasan sederhana yang
dikemukakan Zainal Aqib, bahwa “penampilan seseorang secara utuh
ED
dapat digambarkan dengan suatu simbol yang berisi tiga lapis.
Lapisan luar menunjukkan kepribadian yang ditampilkan dalam
M
kedua adalah karakter, dan lapisan paling dalam adalah jati diri.
AH
karakter (moral) ini yang oleh Thomas Lickona disebut dengan moral
LI
knowing, moral feeling, dan moral action. Oleh karena itu, semua
AH
IA
terjadi beberapa waktu yang lalu, saat para siswa yang melakukan
ED
perundungan (bullying) terhadap juniornya juga tidak menunjukkan
rasa penyesalan sedikit pun sehingga membuat polisi yang
memeriksa mereka marah dan terpaksa melakukan penahanan. Inilah
M
produk dari pendidikan yang selama ini hanya dipusatkan pada sisi
LI
IA
pendidikan karakter semenjak usia dini, diharapkan persoalan
ED
mendasar dalam dunia pendidikan yang akhir-akhir ini sering
menjadi keprihatinan bersama dapat diatasi.
Berbagai perilaku menyimpang dalam kehidupan berbangsa
M
IA
Indonesia. Hamka Abdul Aziz mengemukakan sejumlah alasan
ED
pendidikan karakter demikian penting untuk segera diterapkan pada
setiap jenjang pendidikan di seluruh Indonesia, antara lain:
menyangkut perbaikan kualitas manusia Indonesia dan berkenaan
M
22 Hamka Abdul Aziz, Karakter Guru Profesional (Melahirkan Murid Unggul Menjawab
Tantangan Masa Depan), (Jakarta: Al-Mawardi, 2012), hal. 214-215.
IA
Masing-masing aspek memiliki ruang yang berisi nilai-nilai
ED
pendidikan karakter. Kesemua nilai tersebut digambarkan sebagai
berikut. 24
M
LI
AH
IA
dimiliki. Transfer nilai-nilai luhur dalam diri anak melalui keluarga.
ED
Sekolah, dan masyarakat outcome yang diharapkan adalah
terwujudnya perilaku yang berkarakter. Grand desain pendidikan
karakter digambarkan dalam bagan berikut. 25
M
LI
AH
IA
3. Pengalaman-pengalaman, baik yang bersifat nyata maupun fiksi,
dapat menjadi sumber inspirasi dalam pendidikan karakter. 26
ED
Untuk selanjutnya, perihal pelaksanaan pendidikan karakter di
sekolah sangat berkaitan dengan manajemen sekolah. Manajemen
M
IA
ED
M
LI
AH
IA
ED
M
LI
AH
IA
kendatipun pendidikan karakter belum dapat menghadirkan manusia
yang paripurna. Namun dalam surat Al-Qalam ayat 4; disebutkan
ED
figur yang layak dijadikan teladan tingkah laku.
M
IA
mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan? (3) Amat
ED
besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-
apa yang tidak kamu kerjakan (QS. Ash-Shaf (61): 2-13).
M
29 Thomas Armstrong, The Best Schools (Mendidik Siswa Menjadi Insan Cendekia
Seutuhnya), (Bandung: Kaifa, 2011), hal. 202.
IA
satu visi dan pendidikan yang bersinergi, maka dalam waktu singkat
ED
akan terwujudnya pribadi-pribadi bangsa yang berkarakter kuat.
IA
Pendidikan karakter sudah tidak memadai lagi diajarkan
ED
dengan metode pembelajaran tradisional yang didasari bahwa
peserta didik memiliki kebutuhan yang sama, belajar dengan
cara yang sama, dalam ruang kelas yang tenang, dengan
M
IA
h. Tetap membuka komunikasi dengan pihak yang tidak
ED
setuju.
i. Memberikan kebebasan bagi adanya perilaku yang berbeda-
beda apabila sampai pada tingkat yang tidak dapat diterima,
M
IA
lingkungan senantiasa memberikan ransangan kepada peserta
ED
didik memberikan tindakan balas jika ransangan tersebut
terkait dengan keadaan peserta didik. Ada tiga macam model,
yaitu: live model (model dari kehidupan nyata), symbolic
M
IA
c. Kegiatan menolong subjek didik untuk menerima suatu
ED
nilai, tetapi belum mengamalkannya secara konsisten,
meningkat dari pemahaman intelektual ke komitmen untuk
bertindak.
M
IA
kehidupan. Idealnya, dalam setiap proses pembelajaran
mencakup aspek konsep (hakikat), teori (syari’at), metode
ED
(tharikat) dan aplikasi (ma’rifat). Jika para guru sudah
mengajarkan kurikulum secara komprehensif melalui konsep,
M
IA
informasi yang menyuguhkan aneka pilihan program acara,
berdampak pada pembentukan karakter anak.35
ED
M
LI
AH
35 Asef Umar Fakhruddin, Menjadi Guru Favorit (Pengenalan, Pemahaman, dan Praktek
Mewujudkannya), (Yogyakarta: Diva Press, 2011), hal. 247-250.
A. Latar Belakang
Pendidikan karakter merupakan upaya penanaman kecerdasan
dalam berpikir, penghayatan dalam bentuk sikap, dan pengamalan
dalam bentuk perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai luhur yang
menjadi jati dirinya, diwujudkan dalam interaksi dengan Tuhannya,
diri sendiri, antarsesama, kemandirian, sopan santun, kemuliaan
sosial, kecerdasan berpikir termasuk kepenasaran akan intelektual,
dan berpikir logis.36
IA
ED
Pendidikan karakter disebut sebagai pendidikan nilai,
pendidikan budi pekerti, pendidikan moral, pendidikan watak yang
M
IA
demikian, jelas bahwa pembelajaran bukan hanya berorientasi pada
ED
nilai hasil yang diperoleh dalam ujian secara akademik semata, tetapi
nilai-nilai karakter yang tertanam dalam diri siswa sebagai hasil dari
proses pembelajaran; jauh lebih penting sebagai wujud keberhasilan
M
bangsa yang tidak hanya cerdas, tetapi juga berkarakter kuat sesuai
dengan nilai-nilai pendidikan Islam dalam menghadapi banyak
rintangan dan tantangan yang berarti. Terlebih lagi kenyataan umum
yang terjadi, di mana hampir sebagian besar lembaga pendidikan
berlomba-lomba untuk meningkatkan nilai kecerdasan intelektual
(kognitif), tetapi mengabaikan kecerdasan hati, jiwa dan perilaku
siswa. Hal ini berdampak pada ketimpangan yang akan terjadi dalam
IA
Tersirat bahwa berbagai bidang studi penunjang pembentukan
ED
karakter telah diajarkan di sekolah. Sejumlah bidang studi
pendukung tersebut, antara lain: pendidikan agama, pendidikan
kewarganegaraan, ilmu pengetahuan sosial, pendidikan jasmani dan
M
IA
saw. Generasi berkarakter akan senantiasa menunjukkan perilaku
ED
yang baik dan sesuai dengan tuntutan Rasulullah saw. Hal ini
sebagaimana hakikat diutusnya Nabi Muhammad saw ke muka
bumi, yakni untuk memberikan teladan akhlak yang mulia dan
M
memperbaiki perilaku umat manusia yang pada saat itu telah jauh
LI
menyimpang (jahiliyah).
إنما بعثت ألتم صالح االخلق
AH
39 Muchlas Dan Hariyanto, Konsep dan Model Pendidikan Karakter, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2012), hal. 2.
َ ه َ
َ ْ ٰالاخ َر َ َوذك َر
اّٰلل ك ِث ْي ًرا ِ
21. Sungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang
baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat)
Allah dan (kedatangan) hari Kiamat dan yang banyak
mengingat Allah.
Artinya: Sesungguhnya Telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri
IA
teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang
mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat
ED
dan dia banyak menyebut Allah (QS. Al-Ahzab: 21).
M
َْ ََ َُ َ َ ُ َ َ َ َ َ ْ ُ ُ ْ ُ َ ُ
ُوج ْوهك ْم َولِ َيدخلوا ال َم ْس ِجد كما دخل ْ ُوه اَّول َمَّر ٍةَّولِيت ِب ُر ْوا َما عل ْوا تتبِ ْي ًرا
Artinya: Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik bagi
dirimu sendiri dan jika kamu berbuat jahat, Maka
(kejahatan) itu bagi dirimu sendiri, dan apabila datang saat
hukuman bagi (kejahatan) yang kedua, (Kami datangkan
orang-orang lain) untuk menyuramkan muka-muka kamu
dan mereka masuk ke dalam mesjid sebagaimana musuh-
IA
musuhmu memasukinya pada kali pertama dan untuk
ED
membinasakan sehabis-habisnya apa saja yang mereka
kuasai (QS, Al-Isra’: 7).
M
B. Permasalahan
Fokus masalah dalam penelitian ini dirumuskan dalam bentuk
pertanyaan, yaitu: bagaimana strategi membangun karakter siswa
IA
yang efektif berdasarkan nilai-nilai pendidikan Islam pada siswa
ED
SMAN Kabupaten Bireuen.
Berdasarkan fokus masalah di atas, maka dilakukan kajian
lebih lanjut terhadap karakter siswa SMAN di Kabupaten Bireuen
M
yang meliputi:
LI
1. Karakter Siswa
Karakter berarti sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi
pekerti yang membedakan seseorang dengan yang lain, tabiat,
watak; ia mempunyai watak yang agak aneh dibandingkan dengan
kakaknya.40 Tadzkirotun Musfiroh mendefinisikan karakter
sebagai serangkaian sikap (attitudes), perilaku (behaviors),
motivasi (motivations), dan keterampilan (skills). Makna karakter,
berasal dari bahasa Yunani kharakter yang berakar dari diksi
IA
sikap dan perilakunya dalam kehidupan sehari-hari. Karakter
ED
dapat dianggap sebagai nilai-nilai perilaku manusia yang
berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama
manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud dalam
M
2. Nilai-nilai
Dalam bahasa Indonesia, nilai dimaknai dengan: sifat-sifat
(hal-hal) yang penting dan berguna bagi kemanusiaan tradisional
yang dapat mendorong pembangunan perlu dikembangkan;
sesuatu yang menyempurnakan manusia sesuai dengan hakikat:
etika dan berhubungan erat. 44
IA
Menurut Linda sebagaimana dikutip Zaim Elmubarok; nilai
ED
didefinisikan ke dalam dua kelompok, yaitu:
a. Nilai-nilai nurani (Values of being); adalah nilai yang ada
dalam diri manusia kemudian berkembang menjadi perilaku
M
3. Pendidikan Islam
Pendidikan berasal dari kata “didik” yang berarti: proses
pengubahan sikap dan tingkah laku seseorang atau kelompok orang
dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan
pelatihan, proses, cara, perbuatan mendidik.46
IA
Secara umum, Ramayulis mendefinisikan “pendidikan Islam”
ED
sebagai segala pengalaman belajar yang dilalui peserta didik dengan
segala lingkungan dan sepanjang hayat mencakup upaya-upaya
tarbiyah, ta’lim, ta’dib, dan al-Riyadhah sesuai nilai-nilai Islam.47
M
IA
Berdasarkan penjelasan-penjelasan istilah di atas, maka dapat
disimpulkan bahwa “membangun karakter siswa berdasarkan nilai-
ED
nilai pendidikan Islam” merupakan segenap upaya yang dilakukan
para guru dengan membiasakan, membina, melatih, memberi
M
E. Metode Penelitian
Penelitian ini bersifat kualitatif, yaitu penelitian yang
mendeskripsikan data yang diperoleh di lapangan menjadi suatu
gambaran yang kompleks, meneliti kata-kata, laporan terinci dari
pandangan responden, dan melakukan studi dalam situasi yang alami
49 Muzayyin Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2010), hal. 15.
IA
a. Data primer; yakni seluruh data yang diperoleh secara lisan
ED
baik berupa ide, gagasan, pendapat, problema, keluhan, dan
sebagainya dalam membangun karakter siswa dari hasil
wawancara dan FGD di lapangan.
M
IA
sekiranya dibutuhkan sebagai pelengkap dan penunjang
ED
kelengkapan data penelitian, seperti: surat-surat, catatan
harian, cenderamata, laporan, artefak, foto, otobiografi, buku,
memorial, klipping, dokumen pemerintah atau swasta, data di
M
sebagainya.
AH
4. Analisis Data
Data hasil penelitian yang diperoleh di lapangan dianalisis
melalui tiga tahap, yaitu data reduction (reduksi data), yaitu:
merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada
hal-hal penting terkait dengan pendidikan karakter. Data display
(penyajian data); merupakan upaya analisis lanjut yang bertujuan
untuk men-display data yang terdiri dari 4 (empat) kategori, yaitu:
jenis-jenis karakter siswa yang dibangun, strategi pembangunan
karakter yang telah diterapkan, strategi pembangunan karakter
50 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta,
2008), hal. 247-252
IA
siswa secara optimal. Hal ini mengingat faktor keluarga yang
ED
kurang mendukung pelaksanaannya di rumah.
Selain kepala sekolah, Pengawas dari Kemendiknas juga
berperan dalam program pelaksanaan pendidikan karakter di
M
IA
(FGD) yang telah dilakukan menunjukkan beberapa jenis
ED
karakter yang telah dibina kepada para siswa beserta bentuk-
bentuk implementasinya di sekolah. Secara rinci termuat dalam
tabel berikut.
M
LI
IA
sesuai dengan materi pembelajaran.
ED
- Menata ruang kelas yang rapi dan
bervariasi untuk kurun waktu tertentu.
- Melatih pembuatan alat peraga dengan
M
lingkungan.
siswa.
AH
baru (inovatif).
b. Disiplin dan tanggung jawab pada sebagian siswa.
c. Menghargai orang lain; disebabkan faktor keluarga yang
menunjukkan sikap demikian di rumah, sehingga di sekolah
siswa kerap tidak menghormati guru dan teman-temannya.
Dengan demikian, diketahui bahwa kreatif, disiplin,
bertanggung jawab dan menghargai orang lain merupakan
jenis-jenis karakter yang sulit untuk dilatihkan pada siswa
SMAN Kabupaten Bireuen. Hal utama penyebab kesulitan ini
IA
kemampuan masing-masing guru dalam membentuk suatu
ED
karakter dalam proses pembelajaran. Adapun acuan yang
menjadi standar pembentukan karakter islami di kalangan
siswa, dinyatakan oleh setiap guru adalah Al-Qur’an dan al-
M
IA
lebih terprogram dan telah dilatihkan secara berkala di sekolah.
ED
Adapun strategi yang digunakan guru dalam menerapkan
pendidikan karakter islami di sekolah, antara lain:
a. Strategi ceramah, diskusi, dan contoh teladan.
M
IA
perilaku yang sesuai dengan nilai-
ED
nilai Islam.
2 Internalisasi nilai- Memuat nilai-nilai Islam dalam
nilai Islam dalam setiap materi pembelajaran.
M
KBM
LI
IA
yang terjadi secara cepat.
ED
c. Menunjuk satu orang guru
sebagai koordinator pelaksana
pendidikan karakter di sekolah.
M
IA
wakil kepala sekolah dan kesiswaan. Bahkan kepala sekolah
ED
menambahkan bahwa pihak-pihak yang terlibat dalam proses
pembinaan karakter islami di sekolah adalah seluruh warga
sekolah, meliputi: kepala sekolah, guru, komite sekolah,
M
IA
dibandingkan strategi-strategi lainnya. Strategi-strategi efektif
ED
dalam pembinaan karakter islami, yaitu:
a. Contoh teladan, ceramah dan diskusi.
b. Contoh teladan dalam disiplin, tanggung jawab , dan lain-
M
lain.
LI
IA
dan dipandang sebelah mata. Sebab ketiganya menduduki
ED
posisi yang penting dan turut memberikan kontribusi yang
besar dalam pencapaian tujuan pendidikan karakter. Namun
kenyataannya selama ini kurang mendukung ketercapaian
M
pelaksanaannya.
AH
IA
kepada siswa melalui sejumlah perilaku, antara lain:
ED
a. Bersahabat dan komunikatif dengan siswa.
b. Melaksanakan setiap bentuk peraturan yang telah
disepakati/ditetapkan.
M
masyarakat.
AH
IA
juga memposisikan dirinya sebagai sahabat/teman siswa pada
ED
sewaktu-waktu dan terkadang harus dapat memposisikan diri
sebagai orangtua bagi mereka.
Selain guru, siswa juga memberikan peran partisipasi
M
IA
proses pelaksanaan pendidikan karakter islami, antara lain:
ED
kurangnya dukungan orangtua masyarakat dan lingkungan
sekitar serta faktor diri siswa yang lambat dalam merespon
sebuah instruksi atau perintah. Sedangkan solusi yang telah
M
IA
a. Membawa gambar porno yang tersimpan di dalam
ED
handphone (Data Terlampir). Strategi penanganan berupa:
- Tidak lagi dibenarkan membawa HP dan pembinaan oleh
khusus oleh guru Pendidikan Agama Islam.
M
IA
diketahui bahwa implementasi pendidikan karakter di SMAN
ED
Kabupaten Bireuen telah diupayakan sedemikian rupa dalam
rangka mewujudkan generasi bangsa yang berkarakter islami.
Beberapa komponen berikut mengindikasi adanya upaya
M
tersenut.
AH
a. Kurikulum
SMAN Kabupaten Bireuen telah menerapkan
kurikulum KTSP sebagai acuan pelaksanaan pendidikan dan
pengajaran selama ini. Penerapan pendidikan karakter
islami terlihat dalam sejumlah komponen pendukung
pembelajaran yang telah digunakan guru dan sekolah, di
antaranya: silabus dan RPP berkarakter. Perihal silabus dan
RPP berkarakter yang telah diterapkan di SMAN Kabupaten
Bireuen dapat dilihat dalam lampiran 10.
IA
pendidikan karakter meliputi seluruh aspek penilaian, baik
ED
aspek kognitif, afektif maupun psikomotor untuk setiap kali
tatap muka di kelas.
b. Peran Guru dalam Pendidikan Karakter
M
IA
panutan dalam bersikap maupun bertindak.
ED
- Memiliki komitmen yang tinggi; dengan senantiasa
memfasilitasi pembentukan karakter siswa melalui upaya
pengembangan wawasan dan pengetahuan berbasis
M
IA
memuat gambar porno, membolos, merokok, pacaran, dll.
ED
Bukti fisik adanya pelanggaran ini, terutama membawa HP
dan merokok. Untuk penanganan masalah ini, pihak sekolah
menjalin komunikasi dan kerjasama dengan pihak lain,
M
yaitu orangtua.
LI
IA
4) Minimnya frekuensi pelaksanaan pelatihan-pelatihan
ED
guna meningkatkan keterampilan implementasi
pendidikan karakter islami.
5) Kurangnya ketersediaan referensi dan rujukan
M
2. Saran-saran
Kepala Sekolah dan seluruh warga sekolah diharapkan:
a. Senantiasa membina hubungan yang kooperatif dengan
masyarakat di sekitar sekolah, sehingga mereka dapat membantu
keterlaksanaan kedisiplinan siswa yang efektif dan efisien.
IA
berkarakter, serta mengupayakan perhatian yang maksimal
ED
terhadap keterlaksanaan pendidikan karakter islami siswa di
sekolah.
e. Bagi peneliti lain yang berminat untuk mengembangkan
M
IA
Perbukuan, Pedoman Pelaksanaan Pendidikan Karakter
ED
(Berdasarkan Pengalaman di Satuan Pendidikan Rintisan),
Jakarta: Kementrian Pendidikan Nasional, 2011
Barnawi dan M. Arifin, Strategi & Kebijakan Pembelajaran
M
IA
Anak Bangsa), Bandung: Yrama Widya, 2011.
ED
Zakiah Darajat, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara. 2011.
Zubaedi, Desain Pendidikan Karakter (Konsepsi dan Aplikasinya
dalam Lembaga Pendidikan), Jakarta: Kencana, 2011
M
LI
AH