Anda di halaman 1dari 87

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/359209192

Pendidikan Karakter dalam Pendidikan Agama Islam

Book · March 2022

CITATIONS READS

0 26

1 author:

Najmuddin Najmuddin
university Al muslim
8 PUBLICATIONS 4 CITATIONS

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

education View project

All content following this page was uploaded by Najmuddin Najmuddin on 14 March 2022.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.net/publication/358975905

PENDIDIKAN KARAKTER DALAM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SEKOLAH MENENGAH


ATAS DI KABUPATEN BIREUEN

Book · March 2022

CITATIONS
0

1 author:

Najmuddin Najmuddin
university Al muslim
7 PUBLICATIONS 4 CITATIONS

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

education View project

All content following this page was uploaded by Najmuddin Najmuddin on 03 March 2022.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


PENDIDIKAN KARAKTER DALAM PENDIDIKAN
AGAMA ISLAM DI SEKOLAH MENENGAH ATAS
DI KABUPATEN BIREUEN

NAJMUDDIN

IA
MUHAMMAD IQBAL
ED
IKHWANI
M
LI
AH

Penerbit:
AHLIMEDIA PRESS
PENDIDIKAN KARAKTER DALAM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
DI SEKOLAH MENENGAH ATAS DI KABUPATEN BIREUEN

Penulis:
Najmuddin
Muhammad Iqbal
Ikhwani

Editor:
Aurora Hawa Nadana

Penyunting:
Masyrifatul Khairiyyah

IA
Desain Cover:
ED
Aditya Rendy T.

Penerbit:
Ahlimedia Press (Anggota IKAPI: 264/JTI/2020)
M

Jl. Ki Ageng Gribig, Gang Kaserin MU No. 36


Kota Malang 65138
LI

Telp: +6285232777747
Telp. Penulis: +62 852-6039-8939
AH

www.ahlimediapress.com

ISBN: 978-623-413-074-4
Cetakan Pertama, Februari 2022

Hak cipta oleh Penulis dan Dilindungi Undang-Undang Republik


Indonesia Nomor 19 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta, Pasal 72.
Dilarang keras menerjemahkan, memfotokopi, atau
memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini
tanpa izin tertulis dari Penerbit.

ii | Pendidikan Karakter dalam Pendidikan Agama Islam


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah Swt. yang


telah memberikan rahmat serta karunia-Nya sehingga
penulis diberikan kemudahan dalam penyusunan buku
monograf ini. Shalawat dan Salam bagi Baginda Rasulullah
saw.
Buku monograf yang berjudul Pendidikan Karakter
dalam Pendidikan Agama Islam di Sekolah Menengah Atas di

IA
Kabupaten Bireuen ini merupakan hasil penelitian tentang
karakter siswa di Kabupaten Bireuen melalui nilai-nilai
ED
Pendidikan Agama Islam. Diharapkan dengan disusunnya
buku monograf ini dapat menambah khazanah keilmuan.
M

Penulis menyadari bahwa penulisan buku Monograf


LI

ini masih jauh dari sempurna sehingga segala masukan dan


kritikan yang bersifat membangun dari semua pihak sangat
AH

penulis harapkan.

Bireuen, Januari 2022

Penulis

Pendidikan Karakter dalam Pendidikan Agama Islam | iii


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................ iii


DAFTAR ISI ..................................................................... v

BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang ............................................................................ 1

IA
BAB II PEMBINAAN KARAKTER SISWA
BERDASARKAN NILAI-NILAI PENDIDIKAN
ED
AGAMA ISLAM
A. Pengertian Pendidikan Karakter......................................... 4
M

B. Urgensi Pendidikan Karakter............................................... 9


C. Ruang Lingkup Karakter ....................................................... 14
LI
AH

BAB III STRATEGI IMPLEMENTASI NILAI-


NILAI PENDIDIKAN ISLAM
A. Strategi Implementasi dalam Pendidikan Karakter ........ 20
B. Implementasi dalam Pendidikan Karakter Berbasis
Nilai Pendidikan Islami.......................................................... 23

BAB IV RINGKASAN PENELITIAN


A. Latar Belakang ....................................................................... 29

iv | Pendidikan Karakter dalam Pendidikan Agama Islam


B. Permasalahan ......................................................................... 35
C. Tujuan Penelitian .................................................................... 36
D. Teori dan Kerangka Konseptual ......................................... 36
E. Metode Penelitian ................................................................. 40
F. Hasil dan Pembahasan ......................................................... 44
G. Kesimpulan dan Saran .......................................................... 73

DAFTAR PUSTAKA ......................................................... 76

IA
ED
M
LI
AH

Pendidikan Karakter dalam Pendidikan Agama Islam | v


IA
ED
M
LI
AH

vi | Pendidikan Karakter dalam Pendidikan Agama Islam


BAB I
PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG
Dewasa ini, problematika yang kerap dihadapi dunia
pendidikan Indonesia adalah rendahnya mutu pendidikan di setiap
jenjang dan satuan pendidikan. Berbagai upaya senantiasa dilakukan
untuk meningkatkan mutu pendidikan tersebut, seumpama perbaikan
sarana dan prasarana, berbagai pelatihan bagi guru, peningkatan
mutu manajemen sekolah, sampai pada upaya penyempurnaan
kurikulum secara periodik. McLuhan
IA menjelaskan bahwa
ED
peningkatan kualitas pendidikan ditempuh dalam rangka
mengantisipasi berbagai perubahan dan tuntutan masa depan yang
M

akan dihadapi siswa sebagai warga bangsa agar mampu berpikir


global namun bertindak sesuai dengan karakteristik dan potensi lokal
LI

(think globally but act locally), mengingat dunia telah menjadi


AH

“kampung global”. 1
Berbagai fenomena di zaman globalisasi ini kerap
menunjukkan gejala-gejala tergerusnya karakter bangsa yang
berdampak pada menurunnya kualitas sumber daya manusia (SDM).
Gejala-gejala penurunan kualitas SDM tersebut menurut Thomas
Lickona, antara lain:
1. Meningkatnya kekerasan di kalangan remaja/masyarakat, salah
satunya tawuran antarpelajar bahkan antarmahasiswa.

1 Dalam Masnur Muslich, KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual;


Panduan bagi Guru, Kepala Sekolah, dan Pengawas Sekolah, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), hal. 11.

Pendidikan Karakter dalam Pendidikan Agama Islam | 1


2. Penggunaan bahasa dan kata-kata yang memburuk/tidak baku.
Hal ini diakibatkan oleh penggunaan bahasa prokem yang
berasal dari komunitas tertentu dan menjamur digunakan di
mana-mana, seperti; Titi DJ (hati-hati di jalan), dsb.
3. Pengaruh peer-group (geng) dalam tindak kekerasan menguat.
4. Meningkatnya perilaku merusak diri, seperti narkoba, alkohol
dan seks bebas.
5. Semakin kaburnya pedoman moral baik dan buruk.
6. Etos kerja yang menurun.
7. Semakin rendahnya rasa hormat kepada orangtua dan guru.
8. Rendahnya rasa tanggung jawab individu dan kelompok.
IA
ED
9. Budaya kebohongan/ketidakjujuran.
10. Adanya rasa saling curiga dan kebencian antar-sesama.2
Pembangunan karakter diupayakan sebagai salah satu
M

perwujudan dari amanat Pancasila dan UUD 1945. Upaya-upaya


LI

tersebut hendaknya semakin ditingkatkan dengan indikasi realita


AH

permasalahan bangsa saat ini, seperti: disorientasi dan belum


dihayatinya nilai-nilai Pancasila; keterbatasan perangkat kebijakan
terpadu dalam mewujudkan nilai-nilai Pancasila, bergesernya nilai
etika dalam kehidupan berbangsa dan bernegara; memudarnya nilai-
nilai budaya bangsa; ancaman disintegrasi bangsa dan melemahnya
kemandirian bangsa. Untuk mendukung cita-cita pembangunan
karakter dan pengentasan masalah kebangsaan ini, maka pemerintah
menjadikan pembangunan karakter sebagai salah satu program

2 Dalam Barnawi dan M. Arifin, Strategi & Kebijakan Pembelajaran Pendidikan Karakter,
(Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2012), hal. 12-14.

2 | Pendidikan Karakter dalam Pendidikan Agama Islam


prioritas pembangunan nasional yang secara implisit ditegaskan
dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN)
tahun 2005-2015, di mana pendidikan karakter ditempatkan sebagai
landasan perwujudan visi pembangunan nasional, yaitu:
“mewujudkan masyarakat berakhlak mulia, bermoral, beretika,
berbudaya, dan beradab berdasarkan falsafah Pancasila.3
Upaya mewujudkan pendidikan karakter sesuai amanat RPJPN
juga tertuang dalam fungsi dan tujuan pendidikan nasional, yaitu;
“pendidikan nasional berfungsi mengembangkan dan membentuk
watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

IA
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan mengembangkan potensi
ED
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,
cakap, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta
M

bertanggung jawab.” 4
LI
AH

3 Badan Penelitian dan Pengembangan Pusat Kurikulum dan Perbukuan, Pedoman


Pelaksanaan Pendidikan Karakter (Berdasarkan Pengalaman di Satuan Pendidikan Rintisan), (Jakarta:
Kementrian Pendidikan Nasional, 2011), hal. 1.
4 UUD RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional-UUSPN (Badan
Penelitian dan Pengembangan Pusat Kurikulum dan Perbukuan), Pedoman Pelaksanaan…, hal. 1.

Pendidikan Karakter dalam Pendidikan Agama Islam | 3


BAB II
PEMBINAAN KARAKTER SISWA
BERDASARKAN NILAI-NILAI
PENDIDIKAN ISLAM

A. Pengertian Pendidikan Karakter


Pendidikan karakter berasal dari dua kata, yaitu “pendidikan”
dan “karakter”. Dalam bahasa Indonesia, “pendidikan” dimaknai
dengan pendidikan proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang

IA
atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui
upaya pengajaran dan pelatihan; proses, cara, perbuatan mendidik.5
ED
Pendidikan dalam pandangan Muzayyin Arifin diartikan sebagai
usaha membina dan mengembangkan pribadi manusia; aspek
M

rohaniah, jasmaniah, juga berlangsung secara bertahap. Namun,


LI

dalam pengertian analisis, pendidikan didefinisikan dengan


6
membentuk kemanusiaan dalam citra Tuhan.
AH

Secara umum Ahmad Tafsir mendefinisikan pendidikan;


sebagai usaha yang dilakukan oleh seorang (pendidik) terhadap
seorang (anak didik) agar tercapai perkembangan maksimal yang
positif. Di antara usaha-usaha tersebut, adalah: dengan cara
mengajarkannya, yaitu mengembangkan pengetahuan dan
keterampilannya; memberikan contoh (teladan) agar ditiru,
memberikan pujian dan hadiah, mendidik dengan cara membiasakan,

5 Kamus Besar Bahasa Indonesia, Kamus Versi Online/Daring (dalam Jaringan)


http://kbbi.web.id/ diakses pada tanggal 30 Desember 2012.
6 Muzayyin Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2010), hal. 12-14.

4 | Pendidikan Karakter dalam Pendidikan Agama Islam


dan lain-lain. Dengan demikian, guru adalah pendidik yang
bertanggung jawab memberikan pengalaman belajar bagi anak,
dengan tidak menafikan adanya peran serta dari warga sekolah
lainnya, seperti: tata usaha, pesuruh sekolah, tukang kebun, dan
sebagainya.7 Hasballah menambahkan pengertian pendidikan secara
sederhana; sebagai usaha manusia untuk membina kepribadiannya
sesuai dengan nilai-nilai yang ada di dalam masyarakat dan
kebudayaan.8
Berdasarkan definisi pendidikan di atas, dapat dipahami bahwa
pendidikan merupakan seluruh usaha yang dilakukan pendidik dalam

IA
upaya mengembangkan seluruh potensi peserta didik, agar dapat
ED
berkembang sesuai dengan norma-norma sosial, bangsa dan agama
yang dilakukan secara terus menerus.
Selanjutnya secara etimologis, kata “karakter” berasal dari
M

bahasa Yunani kharakter yang berasal dari diksi charassein, yang


LI

berarti barang atau alat untuk menggores, yang selanjutnya dipahami


sebagai stempel/cap.9 Sedangkan dalam bahasa Latin, karakter
AH

bermakna membedakan tanda. Dan dalam bahasa Indonesia, karakter


dapat diartikan sebagai sifat-sifat kejiwaan/tabiat/watak.10
Sutarjo Adisusilo mendefinisikan karakter atau watak; sebagai
sifat-sifat baik yang melekat pada diri seseorang sehingga tercermin
dalam pola pikir dan pola tingkah lakunya. Karakter seseorang dapat

7 Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2005), hal. 28.
8 Hasballah, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2011), hal. 1.
9 Sutarjo Adisusilo, J.R, Pembelajaran Nilai-nilai Karakter (Konstruktivisme dan VCT
Sebagai Inovasi Pendekatan Pembelajaran Efektif), (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2012), hal. 79.
10 Sri Narwanti, Pendidikan Karakter (Pengintegrasian 18 Nilai Pembentuk Karakter dalam
Mata Pelajaran), (Yogyakarta: Familia, 2011), hal. 2.

Pendidikan Karakter dalam Pendidikan Agama Islam | 5


dibentuk dan dikembangkan dengan pendidikan nilai yang membawa
pada pengetahuan nilai. Pendidikan nilai itu sendiri akan membawa
kepada proses internalisasi nilai yang akan mendorong seseorang
untuk mewujudkannya dalam tingkah laku, dan akhirnya
pengulangan tingkah laku yang sama akan menghasilkan karakter
seseorang.11
Selanjutnya karakter disamakan dengan pengertian akhlak dan
moral. Namun pada dasarnya, walaupun memiliki sama pengertian
juga memiliki perbedaan yang mendasar. Kata akhlak berasal dari
kata khuluqun, berarti: budi pekerti, perangai, tingkah laku dan tabiat.
Secara terminologi akhlak merupakan suatu keinginan yang ada
IA
ED
dalam jiwa yang akan dilakukan dengan perbuatan tanpa intervensi
akal/pikiran.12
Setelah mengetahui perbedaan dan persamaan ketiga hal di
M

atas, selanjutnya arti paduan dari dua kata “pendidikan” dan


LI

“karakter” dapat dipahami dari sejumlah pendapat, berikut ini:


AH

1. E. Mulyasa menyatakan bahwa pendidikan karakter merupakan


suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada peserta didik
yang meliputi komponen: kesadaran, pemahaman, kepedulian, dan
komitmen yang tinggi untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut,
baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama,
lingkungan, maupun masyarakat dan bangsa secara keseluruhan,
sehingga menjadi manusia sempurna sesuai dengan kodratnya.13

11 Sutarjo Adisusilo, JR., Pembelajaran Nilai-nilai…, hal. 78-79.


12 Sri Narwanti, Pendidikan Karakter…, hal. 2-3.
13 E. Mulyasa, Manajemen Pendidikan Karakter, (Jakarta: Bumi Aksara, 2011), hal. 7.

6 | Pendidikan Karakter dalam Pendidikan Agama Islam


2. Grand desain pendidikan karakter sebagaimana dikutip Zubaedi.
Pendidikan karakter merupakan proses pembudayaan dan
pemberdayaan nilai-nilai luhur dalam lingkungan satuan
pendidikan (sekolah), lingkungan keluarga, dan lingkungan
masyarakat. Nilai-nilai luhur ini berasal dari teori-teori
pendidikan, psikologi pendidikan, nilai-nilai sosial budaya, ajaran
agama, Pancasila dan UUD 1945, dan UU No. 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional, serta pengalaman terbaik dan
praktik nyata dalam kehidupan sehari-hari. Penanaman pendidikan
karakter perlu proses contoh teladan dan pembiasaan atau

IA
pembudayaan dalam lingkungan peserta didik dalam lingkungan
ED
sekolah, keluarga, lingkungan masyarakat, maupun lingkungan
(exposure) media massa.14
3. Zainal Aqib mengartikan pendidikan karakter sebagai sebuah
M

bantuan sosial agar individu dapat bertumbuh dalam menghayati


LI

kebebasannya dalam hidup bersama dengan orang lain di dunia.


AH

Pendidikan ini bertujuan untuk membentuk pribadi yang memiliki


kepribadian yang utama.15
4. Muchlas Samani dan Hariyanto mendefinisikan pendidikan
karakter sebagai suatu proses pemberian tuntunan kepada peserta
didik untuk menjadi manusia seutuhnya yang berkarakter dalam
dimensi hati, pikir, raga, serta rasa dan karsa. Pendidikan karakter
ini dapat dimaknai dengan pendidikan nilai, pendidikan budi

14 Zubaedi, Desain Pendidikan Karakter (Konsepsi dan Aplikasinya dalam Lembaga


Pendidikan), (Jakarta: Kencana, 2011), hal. 17.
15 Zainal Aqib, Pendidikan Karakter (Membangun Perilaku Positif Anak Bangsa), (Bandung:
Yrama Widya, 2011), hal. 38.

Pendidikan Karakter dalam Pendidikan Agama Islam | 7


pekerti, pendidikan moral, pendidikan watak; yang bertujuan
mengembangkan kemampuan peserta didik untuk memberikan
keputusan baik buruk, memelihara apa yang baik, dan
mewujudkan kebaikan itu dalam kehidupan sehari-hari dengan
sepenuh hati. 16
Berdasarkan beberapa pengertian di atas, maka dapat
disimpulkan bahwa pendidikan karakter merupakan suatu sistem
penanaman nilai-nilai moral pada peserta didik melalui proses
pembelajaran ilmu pengetahuan, kesadaran dan implementasi nilai-
nilai tersebut, baik terhadap diri sendiri, sesama, lingkungan, bangsa

IA
dan negara serta Tuhan Yang Maha Esa; sehingga para peserta didik
ED
dapat terbentuk menjadi pribadi yang berkarakter kuat dan
mengaplikasikan nilai-nilai positif/baik tersebut dalam kehidupan
sehari-hari.
M

Karakter merupakan nilai-nilai yang terbentuk dalam diri


LI

seseorang melalui proses pendidikan, pola asuh, pengalaman,


AH

percobaan, pengorbanan, dan pengaruh lingkungan menjadi nilai


intrinsik yang melandasi sikap dan perilakunya. Dengan demikian,
karakter hendaknya diwujudkan melalui nilai-nilai moral yang
terbentuk secara intrinsik dan akan mencerminkan seluruh sikap dan
perilaku. Sehingga karakter tidak dapat datang dengan sendirinya,
melainkan harus dibentuk dan ditumbuh kembangkan melalui suatu
proses dan dibangun secara sadar dan sengaja. Dengan kata lain,
pendidikan karakter yang dilaksanakan oleh suatu lembaga

16 Muchlas Samani dan Hariyanto, Konsep dan Model Pendidikan Karakter, (Bandung:
Remaja Rosdakarya, 2012), hal. 45-46.

8 | Pendidikan Karakter dalam Pendidikan Agama Islam


pendidikan tidak serta merta akan menampakkan bentuk/hasil, tetapi
merupakan proses panjang yang membutuhkan partisipasi penuh dari
segenap warga sekolah secara berkesinambungan.

B. Urgensi Pendidikan Karakter


Dua tantangan terbesar bangsa Indonesia saat ini adalah
adanya otonomi daerah dan era globalisasi. Globalisasi adalah
intensifikasi hubungan sejagat yang menghubungkan tempat-tempat
yang berjauhan sedemikian rupa, sehingga peristiwa lokal bisa terjadi
disebabkan oleh kejadian di tempat lain sekian jauh milnya dan
sebaliknya. Globalisasi inilah yang
IA
menyebabkan terjadinya
ED
perbauran antara budaya satu dengan yang lain.
Era globalisasi di Indonesia ditandai dengan maraknya budaya
asing yang masuk ke Indonesia, penggunaan bahasa asing dan gaya
M

hidup bangsa asing. Contohnya pada kehidupan nyata yaitu gaya


LI

busana yang kebarat-baratan, demam musik korea, minuman keras


AH

dan lain-lain. Penyebaran gaya hidup ini dibantu dengan


dipermudahnya akses internet sehingga tidak hanya kaum remaja,
anak-anak usia dini mulai mengikuti, seperti: pacaran saat SD,
bersolek layaknya artis korea, berbicara dengan istilah-istilah tidak
baku. Hal itu menyebabkan budaya Indonesia tidak tersentuh oleh
kaum muda. Kunci sukses untuk menghadapi tantangan globalisasi
ini yaitu terletak pada karakter sumber daya manusia bangsa
Indonesia. Oleh karena itu, diperlukan adanya peningkatan kualitas

Pendidikan Karakter dalam Pendidikan Agama Islam | 9


sumber daya manusia khususnya terletak pada karakter individu
tersebut. 17
Pentingnya pendidikan karakter dalam mendidik generasi
bangsa, pada dasarnya sangat terkait dengan salah satu peran penting
karakter yang akan menghantarkannya pada pembentukan jati diri
bangsa. Bangsa yang maju dan jaya tidak semata-mata disebabkan
oleh kompetensi, teknologi canggih ataupun kekayaan alamnya, yang
terpenting dari semua itu adalah dorongan semangat dan karakter
bangsanya. Karakter bangsa inilah yang akan memancarkan dan
menampilkan jati diri bangsa seutuhnya.

IA
Hal ini di atas dapat disimpulkan dari ulasan sederhana yang
dikemukakan Zainal Aqib, bahwa “penampilan seseorang secara utuh
ED
dapat digambarkan dengan suatu simbol yang berisi tiga lapis.
Lapisan luar menunjukkan kepribadian yang ditampilkan dalam
M

keseharian (yang juga berisi identitas dan temperamen), lapisan


LI

kedua adalah karakter, dan lapisan paling dalam adalah jati diri.
AH

Kepribadian yang ditampilkan dalam keseharian belum dapat


menunjukkan karakter dari seseorang. Oleh karena itu, dibutuhkan
waktu yang cukup lama untuk mengenalnya secara baik.18
Pernyataan di atas secara tidak langsung menggambarkan
bahwa sumber daya manusia memiliki andil dalam menentukan jati
diri bangsa, sehingga ia mampu bergerak maju dalam gerusan dunia
global. Dalam hal ini bangsa Indonesia tidak hanya memerlukan

17 Fatimah, Pentingnya Pendidikan Karakter Bagi Indonesia Menghadapi


Tantangan Globalisasi, http://fatimah210992.wordpress.com/2012/05/22/pentingnya-pendidikan-
karakter-bagi-indonesia-menghadapi-tantangan-globalisasi/ diakses pada tanggal 02 Januari 2013.
18 Zainal Aqib, Pendidikan Karakter…, hal. 30.

10 | Pendidikan Karakter dalam Pendidikan Agama Islam


sumber daya manusia dalam jumlah, tetapi juga membutuhkan SDM
dalam mutu yang memadai sebagai penggerak pembangunan. Dari
sisi jumlah, penduduk Indonesia telah mencapai taraf mencukupi,
tetapi dari segi mutu perlu ditingkatkan lagi dengan mengacu pada
dua hal, yaitu: memiliki kapabilitas yang cukup mencakup
(pengetahuan dan keterampilan) dan memiliki karakter
keindonesiaan yang kuat agar ilmu dan keterampilan yang dimiliki
bermakna bagi dirinya, masyarakat, bangsa dan agama. Seiring
dengan arus globalisasi yang telah memasuki seluruh ruang
kehidupan bangsa, pembangunan karakter dirasa kian penting untuk
dikaji dan diimplementasikan di sekolah.19
IA
ED
Pendidikan karakter seharusnya membawa peserta didik ke
pengenalan nilai secara kognitif, penghayatan nilai secara afektif, dan
menuju pada pengamalan nilai secara nyata. Rancangan pendidikan
M

karakter (moral) ini yang oleh Thomas Lickona disebut dengan moral
LI

knowing, moral feeling, dan moral action. Oleh karena itu, semua
AH

mata pelajaran yang dipelajari oleh peserta didik harus bermuatan


pendidikan karakter yang mampu menghantarkannya menjadi
manusia yang berkarakter.20
Sehubungan dengan hal ini Setiawan Dani mengemukakan
bahwa teknologi dapat menjadi media penghancur umat dikarenakan
oleh tiga hal berikut.

19 Barnawi dan M. Arifin, Strategi & Kebijakan Pembelajaran Pendidikan Karakater,


(Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2012), hal. 11.
20 Dalam Marzuki, Integrasi Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran di Sekolah Menengah
Pertama, http://ebookbrowse.com/dr-marzuki-mag-integrasi-pendidikan-karakter-dalampembelajaran-
di-smp-pdf-d401142456. Diakses pada tanggal 30 Desember 2012.

Pendidikan Karakter dalam Pendidikan Agama Islam | 11


1. Teknologi cenderung memudahkan, bisa menjebak orang menjadi
sosok yang serbainstan.
2. Teknologi memang bisa mendekatkan yang jauh, tetapi bisa pula
menjauhkan yang dekat.
3. Teknologi dapat memicu perilaku komsumtif; orang jadi selalu
mengejar produk terbaru atau membelikan promo-promo yang
ditawarkan internet.21
Perilaku menyimpang yang dilakukan peserta didik seperti
tawuran antar pelajar, narkotika, seks bebas, membolos sekolah,
mencuri, aborsi, berbohong, tidak punya sopan santun. Hal lain juga

IA
terjadi beberapa waktu yang lalu, saat para siswa yang melakukan
ED
perundungan (bullying) terhadap juniornya juga tidak menunjukkan
rasa penyesalan sedikit pun sehingga membuat polisi yang
memeriksa mereka marah dan terpaksa melakukan penahanan. Inilah
M

produk dari pendidikan yang selama ini hanya dipusatkan pada sisi
LI

akademis dan kurang memperhatikan sisi karakter. Semua pihak


AH

seolah hanya ingin mengejar nilai, rangking atau medali olimpiade;


sementara proses pembentukan karakter yang sesungguhnya jauh
lebih penting dari prestasi akademis terabaikan. Akibatnya siswa
hanya tumbuh menjadi orang yang pintar, tetapi tidak berkarakter
dan ini sangat berbahaya ketika mereka berada di masyarakat.
Dengan hanya berbekal kepintaran tanpa ada karakter yang
mengendalikannya, tidaklah mengherankan semakin banyaknya

21 Barnawi dan M. Arifin, Strategi & Kebijakan…, hal. 14-15.

12 | Pendidikan Karakter dalam Pendidikan Agama Islam


terjadi tawuran dan perundungan di sekolah serta semakin pasif dan
sistematiknya korupsi dan manipulasi diberbagai bidang kehidupan.
Pendidikan dipercaya dapat membangun kecerdasan sekaligus
kepribadian anak manusia menjadi lebih baik. Namun, apa jadinya
jika pendidikan hanya mementingkan intelektual semata tanpa
membangun karakter peserta didiknya. Hasilnya adalah kerusakan
moral dan pelanggaran nilai-nilai. Pada akhirnya, hasil pendidikan
seperti ini hanya akan seperti robot, berakal tetapi tak berkepribadian,
kosong jiwanya. Untuk itulah, pendidikan karakter kiranya adalah
jawaban bagi kondisi pendidikan seperti ini. Dengan adanya

IA
pendidikan karakter semenjak usia dini, diharapkan persoalan
ED
mendasar dalam dunia pendidikan yang akhir-akhir ini sering
menjadi keprihatinan bersama dapat diatasi.
Berbagai perilaku menyimpang dalam kehidupan berbangsa
M

dan bernegara dewasa ini, seperti: jiwa nasionalisme Indonesia


LI

semakin terkikis atau semakin memudar, yang ditandai dengan


AH

berkembangnya semangat individualisme, hedonisme, terorisme dan


bahkan saparatisme. Berbagai fenomena tersebut, menuntut sebuah
sistem yang mampu membendung kemerosotan bangsa ini. Dalam
hal ini pendidikan karakter memiliki urgensi yang penting guna
mewujudkan para generasi bangsa yang berbudaya, berbangsa,
bernegara dan religius. Sebagaimana telah dikemukakan bahwa
karakter diartikan sebagai nilai-nilai perilaku manusia yang
berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama
manusia, lingkungan dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran,

Pendidikan Karakter dalam Pendidikan Agama Islam | 13


sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma
agama, hukum, tata krama, budaya dan adat istiadat.
Secara sederhana urgensi pendidikan karakter ini dapat
dinyatakan sebagai salah satu jawaban untuk menyeimbangkan
dampak buruk globalisasi yang telah menggerus nilai-nilai tradisional
yang telah disepakati sebagai norma dan tata susila, sehingga
pendidikan karakter menjadi suatu kebutuhan bersama bangsa
Indonesia. Artinya masyarakat harus turut memberikan dukungan
penuh terhadap upaya pemerintah dalam menjadikan pendidikan
karakter sebagai salah satu pilar Negara Kesatuan Republik

IA
Indonesia. Hamka Abdul Aziz mengemukakan sejumlah alasan
ED
pendidikan karakter demikian penting untuk segera diterapkan pada
setiap jenjang pendidikan di seluruh Indonesia, antara lain:
menyangkut perbaikan kualitas manusia Indonesia dan berkenaan
M

dengan pengelolaan hati (qalbun).22


LI

Dalam wacana urgensi pendidikan karakter, maka tujuan,


AH

fungsi, komponen pendukung, konsep pendidikan karakter di sekolah


merupakan aspek-aspek penting yang selayaknya dijabarkan;
sehingga dengannya diketahui secara rinci tentang urgensi
penanaman nilai-nilai karakter tersebut bagi generasi bangsa.

C. Ruang Lingkup Pendidikan Karakter


Pada hakikatnya periaku seseorang yang berkarakter
merupakan perwujudan fungsi totalitas psikologis yang mencakup

22 Hamka Abdul Aziz, Karakter Guru Profesional (Melahirkan Murid Unggul Menjawab
Tantangan Masa Depan), (Jakarta: Al-Mawardi, 2012), hal. 214-215.

14 | Pendidikan Karakter dalam Pendidikan Agama Islam


seluruh potensi individu manusia (kognitif, afektif, dan
psikomotorik) dan fungsi totalitas sosiokultural dalam konteks
interaksi dalam keluarga, satuan pendidikan, dan masyarakat yang
berlangsung sepanjang hayat. Konfigurasi karakter dalam konteks
totalitas proses psikologis dan sosiokultural dapat dikelompokkan
dalam empat komponen sebagai berikut.
1. Olah hati (spiritual and emotional development).
2. Olah pikir (intellectual development).
3. Olah raga dan kinestetik (physical and kinesthetic development).
4. Olah rasa/karsa (affective and creatifity development).23

IA
Masing-masing aspek memiliki ruang yang berisi nilai-nilai
ED
pendidikan karakter. Kesemua nilai tersebut digambarkan sebagai
berikut. 24
M
LI
AH

Gambar 2.1 Ruang Lingkup Pendidikan Karakter

23 BP3KP Kementrian Pendidikan Nasional, Pedoman Pelaksanaan…, hal. 2.


24 BP3KP Kementrian Pendidikan Nasional, Pedoman Pelaksanaan…, hal. 2.

Pendidikan Karakter dalam Pendidikan Agama Islam | 15


Nilai-nilai pendidikan karakter akan diperoleh seseorang
melalui sekolah, keluarga di rumah, dan di masyarakat. Ketiga
wilayah tersebut merupakan sebuah sistem. Seorang siswa tidak akan
memiliki karakter yang baik, jika salah satu dari tiga tempat
beraktualisasinya bermasalah. Dengan demikian, proses
pembudayaan dan pemberdayaan menjadi hal yang penting untuk
dilakukan secara bersama. Kedua proses ini akan berhasil jika
dibarengi dengan pembiasaan/habituasi. Pembiasaan berpedoman
pada kebijakan yang diambil, adanya standar baku (pedoman),
disesuaikan dengan kondisi lingkungan, dan sumber daya yang

IA
dimiliki. Transfer nilai-nilai luhur dalam diri anak melalui keluarga.
ED
Sekolah, dan masyarakat outcome yang diharapkan adalah
terwujudnya perilaku yang berkarakter. Grand desain pendidikan
karakter digambarkan dalam bagan berikut. 25
M
LI
AH

Gambar 2.2 Grand Desain Pendidikan Karakter

25 Barnawi dan M. Arifin, Strategi & Kebijakan…, hal. 48-50.

16 | Pendidikan Karakter dalam Pendidikan Agama Islam


Berdasarkan gambar di atas dapat dideskripsikan sebagai
berikut.
1. Pendidikan karakter berpijak pada landasan filosofis yang
bersumber pada agama, dasar negara, UUD 1945, dan kebijakan
pendidikan yang tertuang dalam UU Nomor 20 Tahun 2003
tentang sistem pendidikan nasional.
2. Nilai-nilai luhur dalam pembelajaran disampaikan dengan teori
belajar yang tepat, sesuai dengan tingkat perkembangan
psikologis peserta didik, dengan memperhatikan nilai sosial
budaya masyarakat atau latar belakang peserta didik.

IA
3. Pengalaman-pengalaman, baik yang bersifat nyata maupun fiksi,
dapat menjadi sumber inspirasi dalam pendidikan karakter. 26
ED
Untuk selanjutnya, perihal pelaksanaan pendidikan karakter di
sekolah sangat berkaitan dengan manajemen sekolah. Manajemen
M

dalam konteks ini menyangkut perencanaan, pelaksanaan dan


LI

evaluasi pendidikan karakter. Bentuk manajemen pendidikan


AH

karakter adalah bagaimana mengelola konstruksi nilai yang akan


ditanamkan, cara pembelajaran, tenaga pendidik serta kependidikan,
dan komponen lain yang terkait.
Pendidikan karakter tidak berdiri sendiri sebagai satu mata
pelajaran (monolitik), tetapi keberadaannya masuk di dalam setiap
mata pelajaran. Dengan kata lain, pendidikan karakter adalah meta
nilai dari setiap mata pelajaran yang diajarkan di sekolah. Meta nilai
dalam sebuah mata pelajaran harus dipahami oleh guru yang

26 Barnawi dan M. Arifin, Strategi & Kebijakan…, hal. 50-51.

Pendidikan Karakter dalam Pendidikan Agama Islam | 17


mengampunya. Dengan demikian, pendidikan karakter dapat
diorganisasikan dalam desain pembelajaran yang meliputi pemetaan
unsur karakter, kompetensi, disusun dalam rencana pembelajaran
yang di dalamnya terdapat strategi pembelajarannya, dan diakhiri
dengan sistem evaluasinya. Strategi pembelajaran karakter di kelas
digambarkan sebagai berikut. 27

IA
ED
M
LI
AH

Gambar 2.3 Konteks Mikro Pendidikan Karakter

Setelah mengetahui konsep pendidikan karakter di sekolah,


berikutnya perlu diketahui pilar-pilar dasar pembentukan karakter di
sekolah. Berkenaan dengan hal ini, Elfindri, dkk. Mengemukakan
empat pilar utama terdiri dari:
1. Menyukai kesempurnaan, meliputi: komprehensif, logis, efektif,
dan efisien.

27 Muchlas Samani dan Hariyanto, Konsep dan Model…hal. 112-113.

18 | Pendidikan Karakter dalam Pendidikan Agama Islam


2. Memiliki integritas yang tinggi, mencakup: jujur, tulus ikhlas,
setia, penentu, keras tekad, kerja keras, pekerja, terpercaya, dan
terjun terlibat.
3. Membangun integrasi, antara lain: kerja tim, adaptif, share, SOP,
komunikasi, kendali layanan, dan tepat waktu.
4. Sikap konstruktif, terdiri dari: positif, kreatif, inisiatif, proaktif,
solusi, imaginatif, dan berhasil. 28

IA
ED
M
LI
AH

28 Elfindri, dkk, Pendidikan Karakter…, hal. 91-92.

Pendidikan Karakter dalam Pendidikan Agama Islam | 19


BAB III
STRATEGI IMPLEMENTASI NILAI-NILAI
PENDIDIKAN ISLAM

A. Strategi Implementasi dalam Pendidikan Karakter


Adapun strategi implementasi pendidikan karakter yang paling
sederhana untuk dapat diterapkan di sekolah-sekolah sebagai berikut.
1. Melalui Figur (Dijelaskan)
Pendidikan karakter membutuhkan sosok atau figur,

IA
kendatipun pendidikan karakter belum dapat menghadirkan manusia
yang paripurna. Namun dalam surat Al-Qalam ayat 4; disebutkan
ED
figur yang layak dijadikan teladan tingkah laku.
M

َ َ‫ٍَمَّيِظَ َ َق ُلخ َىل‬


‫ع َ َّك ِن َا‬
LI

Artinya: Dan sesungguhnya Engkau (ya Muhammad) benar-benar


berbudi pekerti yang agung (QS. Al-Qalam (68): 4).
AH

Allah swt memuji fitrah watak yang dimiliki oleh Rasulullah


saw yang tercermin dalam kehidupannya sehari-hari. Di mana setiap
tutur kata maupun tindakan dapat dijadikan panutan dan teladan bagi
umatnya. Pendidikan karakter membutuhkan panutan yang dapat
diteladani dalam aplikasinya. Artinya guru dan seluruh warga
sekolah merupakan figur yang hendaknya dapat menjadi teladan
dalam pelaksanaan pendidikan karakter di sekolah.

Pendidikan Karakter dalam Pendidikan Agama Islam | 20


2. Melalui Keteladanan (Dicontohkan)
Nilai-nilai pendidikan karakter yang ingin dikembangkan
dalam diri setiap siswa, haruslah dapat dicontohkan oleh setiap
warga sekolah. Siswa membutuhkan panutan positif (teladan) yang
lebih tua dan penuh semangat untuk menghantarkan mereka pada
kedewasaan (nilai-nilai karakter) dan membendung pengaruh negatif
29
dari panutan yang negatif. Teladan dalam pendidikan karakter
adalah orang-orang yang kata-katanya sesuai dengan perbuatan.
Sehubungan dengan hal ini Allah swt berfirman:
Artinya: (2) Wahai orang-orang yang beriman, kenapakah kamu

IA
mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan? (3) Amat
ED
besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-
apa yang tidak kamu kerjakan (QS. Ash-Shaf (61): 2-13).
M

Pendidikan karakter berpusat pada hati, sehingga jika sosok


LI

yang menjadi teladan hanya menyatakan satu bentuk perilaku yang


AH

wajib dilakukan anak; namun ia sendiri tidak mengerjakannya, maka


mustahil tujuan pendidikan karakter akan tercapai. Seumpama, guru
mewajibkan para siswa untuk melaksanakan shalat berjamaah di
mushalla sekolah, tetapi sang guru sendiri di kantor atau tempat lain.
Hal ini akan menciptakan bentuk ketidaksesuaian yang justru akan
mengundang konflik dalam pembentukan karakter siswa. Dengan
demikian, pendidikan karakter akan tepat sasaran bila dicontohkan,
bukan diajarkan. Perilaku baik yang dipraktikkan guru di hadapan

29 Thomas Armstrong, The Best Schools (Mendidik Siswa Menjadi Insan Cendekia
Seutuhnya), (Bandung: Kaifa, 2011), hal. 202.

Pendidikan Karakter dalam Pendidikan Agama Islam | 21


siswa akan dicontoh para siswa dan menjadi sebuah kebiasaan
(habit). Maka dari itu guru teladan adalah guru yang memiliki
karakter kuat lahir dan batin.

3. Melalui Pendidikan Berkesinambungan (Dilatihkan)


Pelaksanaan pendidikan karakter harus dilatihkan secara terus
menerus pada diri anak sepanjang hayat (long life education). Dalam
arti kata, setiap elemen masyarakat bertanggung jawab memberikan
pendidikan karakter bagi anak dan tidak hanya dipadai dengan apa
yang dilatihkan di sekolah semata. Jika seluruh komponen memiliki

IA
satu visi dan pendidikan yang bersinergi, maka dalam waktu singkat
ED
akan terwujudnya pribadi-pribadi bangsa yang berkarakter kuat.

4. Melalui Kegiatan Intrakurikuler (Dipraktikkan dan Dievaluasi)


M

Setiap bidang pelajaran senantiasa bermuatan pendidikan


LI

karakter. Pelajaran matematika misalnya; tidak hanya dibekali cara


AH

berhitung saja, tetapi mereka harus dapat dipahamkan apabila


mereka memberi, maka mereka akan memperoleh nilai tambah di
sisi Allah swt. Bahkan apabila mereka peduli dengan kesulitan
sesamannya, maka mereka telah mengurangi beban saudaranya.
Dengan berbakti kepada orangtua akan memperoleh pahala (reward)
sepuluh, seratus atau tujuh ratus kali dari Allah swt. Demikian pula
halnya dalam mata pelajaran lainnya, tergantung kreatifitas guru
dalam mengemas pendidikan karakter di dalamnya secara tepat.

22 | Pendidikan Karakter dalam Pendidikan Agama Islam


B. Strategi Implementasi dalam Pendidikan Karakter Berbasis
Nilai Pendidikan Islami
1. Melalui Kegiatan Ekstrakurikuler (Dipraktikkan dan
Dievaluasi)
Nilai-nilai pendidikan karakter juga dikomposisikan
dalam pelaksanaan kegiatan ekstrakuler, seperti: olahraga,
kesenian, Paskibra, PMR, pramuka, dsb. Sehingga tatkala
siswa menjadi seorang seniman, ia akan menjadi seorang
seniman yang sportif, rendah hati, jujur, amanah dan berjiwa
besar dalam menghadapi dinamika hidupnya.30

IA
Pendidikan karakter sudah tidak memadai lagi diajarkan
ED
dengan metode pembelajaran tradisional yang didasari bahwa
peserta didik memiliki kebutuhan yang sama, belajar dengan
cara yang sama, dalam ruang kelas yang tenang, dengan
M

kegiatan materi pelajaran yang terstruktur secara ketat dan


LI

didominasi oleh guru. Belakangan ini muncul metode


AH

pendidikan karakter yang dilakukan secara komprehensif,


antara lain:
2. Inklusi Nilai (Inclution)
Inklusi (penanaman) nilai memiliki ciri-ciri:
a. Mengkomunikasikan kepercayaan disertai alasan yang
mendasarinya.
b. Memberlakukan orang lain secara adil.
c. Menghargai pandangan orang lain.

30 Hamka Abdul Aziz, Karakter Guru..., hal. 218-223.

Pendidikan Karakter dalam Pendidikan Agama Islam | 23


d. Mengemukakan keragu-raguan atau perasaan tidak percaya
disertai dengan alasan, dan dengan rasa hormat.
e. Tidak sepenuhnya mengontrol lingkungan untuk
meningkatkan kemungkinan penyampaian nilai-nilai yang
dikehendaki, dan tidak mencegah kemungkinan
penyampaian nilai-nilai yang tidak dikehendaki.
f. Menciptakan pengalaman sosial dan emosional mengenai
nilai-nilai yang dikehendaki secara ekstrim.
g. Membuat aturan, memberikan penghargaan, dan
memberikan konsekuensi disertai alasan.

IA
h. Tetap membuka komunikasi dengan pihak yang tidak
ED
setuju.
i. Memberikan kebebasan bagi adanya perilaku yang berbeda-
beda apabila sampai pada tingkat yang tidak dapat diterima,
M

diarahkan untuk memberikan kemungkinan berubah.


LI

Pendidikan dengan metode inklusi bisa menggunakan


AH

strategi sebagai berikut.


a. Menargetkan penanaman nilai-nilai kebaikan, seperti:
kesabaran, kesopanan, kejujuran, tanggung jawab, toleransi,
patriotisme, perasaan kasihan, dan sensitivitas.
b. Penggunaan karya sastra dan nonfiksi, misalnya nilai
perjuangan lewat sajak-sajak dan sejarah perjuangan
bangsa.
c. Audio-visual, misalnya berbagai judul film, dan berbagai
acara televisi.
d. Pengabdian kepada masyarakat.

24 | Pendidikan Karakter dalam Pendidikan Agama Islam


e. Pembelajaran empat.
f. Pembelajaran etika.
g. Program olahraga.
h. Menjaga dan meningkatkan kesadaran akan harga diri.31
3. Keteladanan Nilai (Modelling)
Pendekatan modelling (uswah) lebih tepat digunakan
dalam pendidikan karakter di sekolah. Hal ini dikarenakan
karakter merupakan perilaku (behavior) bukan pengetahuan,
sehingga untuk dapat diinternalisasikan oleh peserta didik
harus diteladani bukan diajarkan. Model-model yang ada di

IA
lingkungan senantiasa memberikan ransangan kepada peserta
ED
didik memberikan tindakan balas jika ransangan tersebut
terkait dengan keadaan peserta didik. Ada tiga macam model,
yaitu: live model (model dari kehidupan nyata), symbolic
M

model (model dari perumpamaan), dan verbal description


LI

model (model dari uraian verbal). Penggunaan strategi ini


AH

menggunakan dua syarat, yakni: guru atau orangtua berperan


sebagai model yang baik bagi anak, dan anak-anak harus
meneladani orang-orang terkenal yang berakhlak mulia seperti
Rasulullah saw.32

31 Zubaedi, Desain Pendidikan…, hal. 233-234.


32 Zubaedi, Desain Pendidikan…, hal. 234-235.

Pendidikan Karakter dalam Pendidikan Agama Islam | 25


4. Fasilitasi (Facilitation)
Inklusi dan keteladanan mendemonstrasikan cara yang
terbaik kepada peserta didik untuk mengatasi berbagai
masalah, sedangkan fasilitasi melatih dan memberi kesempatan
kepada subjek didik mengatasi masalah tersebut. Strategi ini
akan menimbulkan beberapa kegiatan yang akan berdampak
positif bagi siswa, seperti:
a. Kegiatan fasilitasi secara signifikan akan meningkatkan
hubungan pendidik dan subjek didik.
b. Kegiatan menolong subjek didik memperjelas pemahaman.

IA
c. Kegiatan menolong subjek didik untuk menerima suatu
ED
nilai, tetapi belum mengamalkannya secara konsisten,
meningkat dari pemahaman intelektual ke komitmen untuk
bertindak.
M

d. Kegiatan fasilitasi menyebabkan pendidik dapat lebih


LI

memahami perasaan subjek didik.


AH

e. Kegiatan ini memotivasi subjek didik menghubungkan


persoalan nilai dengan kehidupan, kepercayaan dan
perasaan mereka sendiri.33

5. Pengembangan Keterampilan (Skill Building) Akademik dan


Sosial
Beberapa keterampilan yang diperlukan agar seseorang
dapat mengamalkan nilai-nilai yang dianut sehingga

33 Zubaedi, Desain Pendidikan…, hal. 239-240.

26 | Pendidikan Karakter dalam Pendidikan Agama Islam


berperilaku konstruktif dan bermoral dalam masyarakat, yaitu:
keterampilan berpikir kritis dan keterampilan mengatasi
masalah.
Pendekatan dalam pendidikan karakter, yaitu: (1)
Karakter yang diposisikan sebagai mata pelajaran tersendiri;
dan (2) Karakter yang built in dalam setiap mata pelajaran.
Sampai saat ini, pendekatan pertama ternyata lebih efektif
dibandingkan pendekatan kedua. Salah satu alasannya ialah
karena para guru mengajarkan masih seputar teori dan konsep,
belum sampai ke ranah metodologi dan aplikasinya dalam

IA
kehidupan. Idealnya, dalam setiap proses pembelajaran
mencakup aspek konsep (hakikat), teori (syari’at), metode
ED
(tharikat) dan aplikasi (ma’rifat). Jika para guru sudah
mengajarkan kurikulum secara komprehensif melalui konsep,
M

teori, metodologi dan aplikasi pada setiap bidang studi, maka


LI

kebermaknaan yang diajarkannya akan lebih efektif dalam


menunjang pendidikan karakter.34
AH

Kendala-kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan


pendidikan karakter di sekolah, antara lain:
a. Pendidikan berbasis kurikulum yang menekankan
pembentukan intelektual (kognitif) saja. Diberlakukannya
standar kelulusan yang hanya mengacu pada beberapa
bidang studi yang diuji pada UN.

34 Muzhoffar Akhwan, Pendidikan Karakter: Konsep dan Implementasinya dalam


Pembelajaran di Sekolah/Madrasah,http://fis.uii.ac.id/download/doc_download/16-pendidikan-
karakter-konsep-dan-implementasinya-dalam-pembelajaran-di-sekolahmadrasah.html, diakases pada
tanggal 05 Januari 2013.

Pendidikan Karakter dalam Pendidikan Agama Islam | 27


b. Kesulitan dalam pengontrolan yang disebabkan oleh banyak
faktor yang dapat mempengaruhi karakter siswa. Pembinaan
melalui keteladanan (modeling) tidak hanya ditentukan oleh
guru, tetapi juga ditentukan oleh orangtua, masyarakat dan
lingkungan sekitar sehingga menyulitkan pelaksanaan
pembentukan karakter.
c. Keberhasilan pembentukan karakter tidak dapat dievaluasi
dengan segera atau membutuhkan rentang waktu yang
panjang.
d. Pengaruh kemajuan teknologi, khususnya teknologi

IA
informasi yang menyuguhkan aneka pilihan program acara,
berdampak pada pembentukan karakter anak.35
ED
M
LI
AH

35 Asef Umar Fakhruddin, Menjadi Guru Favorit (Pengenalan, Pemahaman, dan Praktek
Mewujudkannya), (Yogyakarta: Diva Press, 2011), hal. 247-250.

28 | Pendidikan Karakter dalam Pendidikan Agama Islam


BAB IV
RINGKASAN PENELITIAN

A. Latar Belakang
Pendidikan karakter merupakan upaya penanaman kecerdasan
dalam berpikir, penghayatan dalam bentuk sikap, dan pengamalan
dalam bentuk perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai luhur yang
menjadi jati dirinya, diwujudkan dalam interaksi dengan Tuhannya,
diri sendiri, antarsesama, kemandirian, sopan santun, kemuliaan
sosial, kecerdasan berpikir termasuk kepenasaran akan intelektual,
dan berpikir logis.36
IA
ED
Pendidikan karakter disebut sebagai pendidikan nilai,
pendidikan budi pekerti, pendidikan moral, pendidikan watak yang
M

bertujuan mengembangkan kemampuan peserta didik untuk


memberikan keputusan baik buruk, memelihara apa yang baik dan
LI

mewujudkan kebaikan itu dalam kehidupan sehari-hari dengan


AH

sepenuh hati. Dengan demikian, pendidikan karakter berupaya


menanamkan kebiasaan (habituation) tentang hal yang baik sehingga
siswa paham (kognitif) tentang benar salah, mampu merasakan
(afektif) nilai yang baik dan biasa melakukannya (psikomotor).
Dengan kata lain, pendidikan karakter harus melibatkan seluruh
aspek pembelajaran, yakni: pengetahuan yang baik (moral knowing),
merasakan dengan baik atau loving good (moral feeling), dan
perilaku yang baik (moral action). Penekanan pendidikan karakter

36 Zubaedi, Desain Pendidikan Karakter (Konsepsi dan Aplikasinya dalam Lembaga


Pendidikan), (Jakarta: Kencana, 2011), hal. 17.

Pendidikan Karakter dalam Pendidikan Agama Islam | 29


terletak pada habit atau kebiasaan yang berkesinambungan
dipraktikkan dan dilakukan.37
Pendidikan sejatinya mampu membendung setiap perilaku
menyimpang dan memegang peranan penting dalam mewarisi nilai-
nilai kebajikan. Tujuan mulia ini terealisasi dalam setiap aspek
tujuan pendidikan itu sendiri. Nurla Isna Aunillah juga menegaskan
bahwa, pada hakikatnya, pendidikan dilaksanakan bukan sekedar
untuk mengejar nilai-nilai, melainkan memberi pengarahan kepada
setiap orang agar dapat bertindak dan bersikap benar sesuai dengan
kaidah-kaidah dan spirit keilmuan yang dipelajari.38 Dengan

IA
demikian, jelas bahwa pembelajaran bukan hanya berorientasi pada
ED
nilai hasil yang diperoleh dalam ujian secara akademik semata, tetapi
nilai-nilai karakter yang tertanam dalam diri siswa sebagai hasil dari
proses pembelajaran; jauh lebih penting sebagai wujud keberhasilan
M

dari suatu proses pendidikan.


LI

Persoalan saat ini adalah harapan untuk memiliki generasi


AH

bangsa yang tidak hanya cerdas, tetapi juga berkarakter kuat sesuai
dengan nilai-nilai pendidikan Islam dalam menghadapi banyak
rintangan dan tantangan yang berarti. Terlebih lagi kenyataan umum
yang terjadi, di mana hampir sebagian besar lembaga pendidikan
berlomba-lomba untuk meningkatkan nilai kecerdasan intelektual
(kognitif), tetapi mengabaikan kecerdasan hati, jiwa dan perilaku
siswa. Hal ini berdampak pada ketimpangan yang akan terjadi dalam

37 Badan Penelitian dan Pengembangan Pusat Kurikulum dan Perbukuan, Pedoman


Pelaksanaan…, hal. 1.
38 Nurla Isna Aunillah, Panduan Menerapkan Pendidikan Karakter di Sekolah, (Yogyakarta:
Laksana, 2011), hal. 11.

30 | Pendidikan Karakter dalam Pendidikan Agama Islam


upaya pencapaian tujuan pendidikan yang hakiki dan berdampak
pada munculnya perilaku-perilaku menyimpang di kalangan siswa.
Upaya mengimplementasikan nilai-nilai karakter dalam diri
siswa sangat ditentukan oleh peran guru yang tentunya memiliki
karakter yang kuat dan profesional untuk menanamkannya pada diri
siswa secara langsung ataupun tidak langsung dalam interaksi KBM.
Untuk keberhasilan pencapaian tujuan pendidikan karakter yang
tepat dan efektif dibutuhkan kreatifitas dan profesionalisme guru
melalui sejumlah strategi dan serangkaian sistem pendukung yang
ada di sekolah.

IA
Tersirat bahwa berbagai bidang studi penunjang pembentukan
ED
karakter telah diajarkan di sekolah. Sejumlah bidang studi
pendukung tersebut, antara lain: pendidikan agama, pendidikan
kewarganegaraan, ilmu pengetahuan sosial, pendidikan jasmani dan
M

kesehatan, dan sebagainya. Namun berbagai konflik dalam dunia


LI

pendidikan masih kerap terjadi dari waktu ke waktu di kalangan


AH

siswa, seperti: tawuran yang belakangan ini sampai memakan korban


jiwa, mengkonsumsi obat-obatan terlarang dan bahkan
mengedarkannya, pergaulan bebas, dan lain-lain. Kekhawatiran akan
fenomena ini juga dikemukakan oleh Muchlas Samani dan Hariyanto
sebagai berikut.
“Di Indonesia pelaksanaan pendidikan karakter saat ini
memang dirasakan mendesak. Gambaran situasi masyarakat bahkan
situasi dunia pendidikandi Indonesia menjadi motivasi pokok yang
harus diutamakan (mainstreaming) implementasi pendidikan
karakter di Indonesia. Pendidikan di Indonesia dirasakan amat perlu

Pendidikan Karakter dalam Pendidikan Agama Islam | 31


pengembangannya bila mengingat makin meningkatnya tawuran
antarpelajar, serta bentuk-bentuk kenakalan remaja lainnya terutama
di kota-kota besar, pemerasan/kekerasan (bullying), kecenderungan
dominasi senior terhadap junior, fenomena supporter bonek,
penggunaan narkoba, dan lain-lain. Bahkan yang paling
memprihatinkan, keinginan untuk membangun sifat jujur pada anak-
anak melalui Kantin Kejujuran yang bangkrut karena belum
bangkitnya sikap jujur pada anak-anak.”39
Pendidikan karakter yang islami tentunya tidak terlepas dari
nilai-nilai pendidikan Islam itu sendiri dan suri teladan Rasulullah

IA
saw. Generasi berkarakter akan senantiasa menunjukkan perilaku
ED
yang baik dan sesuai dengan tuntutan Rasulullah saw. Hal ini
sebagaimana hakikat diutusnya Nabi Muhammad saw ke muka
bumi, yakni untuk memberikan teladan akhlak yang mulia dan
M

memperbaiki perilaku umat manusia yang pada saat itu telah jauh
LI

menyimpang (jahiliyah).
‫إنما بعثت ألتم صالح االخلق‬
AH

Artinya: Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak


yang sholeh (HR. Bukhari dalam shahih Bukhari kitab
adab, Baihaqi dalam kitab syu’bil Iman dan Hakim).

39 Muchlas Dan Hariyanto, Konsep dan Model Pendidikan Karakter, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2012), hal. 2.

32 | Pendidikan Karakter dalam Pendidikan Agama Islam


ْ َ ‫ه‬ ُ َ َ ٌَ َ ٌ ُ ‫ه‬ ُ َ َ َ ْ َ َ
‫اّٰلل َوال َي ْو َم‬ ‫اّٰلل ا ْس َوة ح َسنة ِل َم ْن كان َي ْرجوا‬
ِ ‫لقد كان لك ْم فِ ْي َر ُس ْو ِل‬

َ ‫ه‬ َ
َ ‫ْ ٰالاخ َر َ َوذك َر‬
‫اّٰلل ك ِث ْي ًرا‬ ِ

21. Sungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang
baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat)
Allah dan (kedatangan) hari Kiamat dan yang banyak
mengingat Allah.
Artinya: Sesungguhnya Telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri

IA
teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang
mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat
ED
dan dia banyak menyebut Allah (QS. Al-Ahzab: 21).
M

Pribadi yang berkarakter islami adalah pribadi yang


LI

berkarakter baik dalam setiap perilaku dan perbuatannya.


Sebagaimana nilai-nilai pendidikan karakter islami yang termuat
AH

dalam firman Allah swt, berikut ini:

َّ ‫مَّيِة َع َق نليَة َ ة َ لَخ نممََن‬


‫ُ َّب نليَاِ ِعَة َّيَ نزلَ َََْ نا مَلَعَ نا مََن َََْ َ َا ِن‬
Artinya: Sesungguhnya kami Telah menjadikan apa yang di bumi
sebagai perhiasan baginya, agar kami menguji mereka
siapakah di antara mereka yang terbaik perbuatannya (QS.
Al-Kahfi: 7).

Pendidikan Karakter dalam Pendidikan Agama Islam | 33


ْ ُٔ َ َ ٰ ْ ُ ْ َ َ َ َ َ َ َ َ ْ ُ ْ َ َ ْ َ ْ ُ ُْ َ ْ ُ ْ َ ْ َ ْ ُ ْ َ ْ َ ْ
‫ِان احسنتم احسنتم ِلانف ِسكم واِ ن اسأتم فلها ف ِاذا جاۤء وعد الا ِخر ِة ِلي ۤسـوا‬

َْ ََ َُ َ َ ُ َ َ َ َ َ ْ ُ ُ ْ ُ َ ُ
‫ُوج ْوهك ْم َولِ َيدخلوا ال َم ْس ِجد كما دخل ْ ُوه اَّول َمَّر ٍةَّولِيت ِب ُر ْوا َما عل ْوا تتبِ ْي ًرا‬

Artinya: Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik bagi
dirimu sendiri dan jika kamu berbuat jahat, Maka
(kejahatan) itu bagi dirimu sendiri, dan apabila datang saat
hukuman bagi (kejahatan) yang kedua, (Kami datangkan
orang-orang lain) untuk menyuramkan muka-muka kamu
dan mereka masuk ke dalam mesjid sebagaimana musuh-

IA
musuhmu memasukinya pada kali pertama dan untuk
ED
membinasakan sehabis-habisnya apa saja yang mereka
kuasai (QS, Al-Isra’: 7).
M

Dengan merujuk kepada landasan penilaian di atas, penulis


LI

telah melakukan observasi awal pada Sekolah Mengah Atas Negeri


AH

(SMAN) yang ada di Kabupaten Bireuen. Dari observasi awal ini,


ditemukan data bahwa siswa telah dibekali nilai-nilai pendidikan
karakter dalam sejumlah mata pelajaran, seperti: Pendidikan Agama
Islam, PKn, IPS, dan lain-lain, tetapi sikap dan perilaku yang
ditunjukkan sebagian siswa dalam interaksi sosial sehari-hari di
sekolah masih terdapat kesenjangan dengan nilai-nilai pendidikan
karakter yang didambakan. Adapun bentuk-bentuk perilaku yang
ditunjukkan, antara lain: kurang disiplin belajar, membantah dan
mengacuhkan perintah guru, bolos sekolah, merokok, berkelahi,
berbohong kepada guru, berkata kasar, merusak fasilitas sekolah, dan

34 | Pendidikan Karakter dalam Pendidikan Agama Islam


sebagainya. Hal ini terjadi tentu sebagai dampak adanya
ketimpangan-ketimpangan yang terjadi dalam proses penanaman
nilai-nilai pendidikan karakter.
Oleh karena itu, penulis tertarik untuk meneliti tentang
membangun karakter siswa pada SMAN Kabupaten Bireuen yang
didasarkan pada nilai-nilai pendidikan Islam.

B. Permasalahan
Fokus masalah dalam penelitian ini dirumuskan dalam bentuk
pertanyaan, yaitu: bagaimana strategi membangun karakter siswa

IA
yang efektif berdasarkan nilai-nilai pendidikan Islam pada siswa
ED
SMAN Kabupaten Bireuen.
Berdasarkan fokus masalah di atas, maka dilakukan kajian
lebih lanjut terhadap karakter siswa SMAN di Kabupaten Bireuen
M

yang meliputi:
LI

1. Jenis-jenis karakter yang dibangun berdasarkan nilai-nilai


AH

pendidikan Islam pada siswa SMAN Kabupaten Bireuen.


2. Strategi yang telah diterapkan dalam membangun karakter siswa
yang dibangun berdasarkan nilai-nilai pendidikan Islam pada
siswa SMAN Kabupaten Bireuen.
3. Bentuk-bentuk dukungan sistem yang diperlukan dalam upaya
membangun karakter siswa berdasarkan nilai-nilai penddikan
Islam pada siswa SMAN Kabupaten Bireuen.

Pendidikan Karakter dalam Pendidikan Agama Islam | 35


C. Tujuan Penelitian
Tujuan umum penelitian ini adalah: untuk menemukan strategi
membangun karakter siswa yang efektif berdasarkan nilai-nilai
pendidikan Islam pada siswa SMAN Kabupaten Bireuen.
Berdasarkan tujuan umum tersebut, dapat dirumuskan secara khusus
bahwa tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui:
1. Jenis-jenis karakter siswa yang dibangun berdasarkan nilai-nilai
pendidikan Islam pada siswa SMAN Kabupaten Bireuen.
2. Strategi yang telah diterapkan dalam membangun karakter siswa
yang dibangun berdasarkan nilai-nilai pendidikan Islam pada
siswa SMAN Kabupaten Bireuen.
IA
ED
3. Bentuk-bentuk dukungan sistem yang diperlukan dalam upaya
membangun karakter siswa berdasarkan nilai-nilai pendidikan
Islam pada siswa SMAN Kabupaten Bireuen.
M
LI

D. Teori dan Kerangka Konseptual


AH

1. Karakter Siswa
Karakter berarti sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi
pekerti yang membedakan seseorang dengan yang lain, tabiat,
watak; ia mempunyai watak yang agak aneh dibandingkan dengan
kakaknya.40 Tadzkirotun Musfiroh mendefinisikan karakter
sebagai serangkaian sikap (attitudes), perilaku (behaviors),
motivasi (motivations), dan keterampilan (skills). Makna karakter,
berasal dari bahasa Yunani kharakter yang berakar dari diksi

40 Kamus Besar Bahasa Indonesia..., hal. 623.

36 | Pendidikan Karakter dalam Pendidikan Agama Islam


charassein yang berarti “to mark” atau menandai dan
memfokuskan pada aplikasi nilai kebaikan dalam bentuk tindakan
atau tingkah laku, sehingga orang yang tidak jujur, kejam, rakus,
dan berperilaku jelek dikatakan sebagai orang yang berkarakter
jelek. Sebaliknya orang yang berperilaku sesuai dengan kaidah
moral dinamakan berkarakter mulia.41
Muchlas Samani dan Hariyanto memaknai “karakter”
sebagai nilai dasar yang membangun pribadi seseorang, terbentuk
baik karena pengaruh hereditas maupun pengaruh lingkungan,
yang membedakannya dengan orang lain, serta diwujudkan dalam

IA
sikap dan perilakunya dalam kehidupan sehari-hari. Karakter
ED
dapat dianggap sebagai nilai-nilai perilaku manusia yang
berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama
manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud dalam
M

pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan


LI

norma-norma agama, hukum, tata krama, budaya, adat istiadat,


AH

dan estetika. Dengan kata lain karakter adalah perilaku yang


tampak dalam kehidupan sehari-hari baik dalam sikap maupun
dalam tindakan. 42
Sedangkan kata “siswa” dalam Bahasa Indonesia diartikan
sebagai murid (terutama pada tingkat sekolah dasar dan
menengah); pelajar: SMU.43 Dengan demikian, dapat disimpulkan
bahwa “karakter siswa” merupakan berbagai bentuk perilaku,

41 Nurla Isna Aunillah, Panduan Menerapkan…, hal. 19-20.


42 Muchlas Samani dan Hariyanto, Konsep dan Model Pendidikan Karakter, (Bandung:
Remaja Rosdakarya, 2012), hal. 41-42.
43 Dessy Anwar, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, (Surabaya: Amelia, 2005), hal. 334.

Pendidikan Karakter dalam Pendidikan Agama Islam | 37


sikap, perbuatan, etika/moral yang ditunjukkan murid secara baik
atau sebaliknya dalam kehidupan sehari-hari, baik di sekolah,
rumah, dan masyarakat.

2. Nilai-nilai
Dalam bahasa Indonesia, nilai dimaknai dengan: sifat-sifat
(hal-hal) yang penting dan berguna bagi kemanusiaan tradisional
yang dapat mendorong pembangunan perlu dikembangkan;
sesuatu yang menyempurnakan manusia sesuai dengan hakikat:
etika dan berhubungan erat. 44

IA
Menurut Linda sebagaimana dikutip Zaim Elmubarok; nilai
ED
didefinisikan ke dalam dua kelompok, yaitu:
a. Nilai-nilai nurani (Values of being); adalah nilai yang ada
dalam diri manusia kemudian berkembang menjadi perilaku
M

serta cara kita memperlakukan orang lain. Seperti: kejujuran,


LI

keberanian, cinta damai, keandalan diri, potensi, disiplin, tahu


AH

batas, kemurnian, dan kesesuaian.


b. Nilai-nilai memberi (values of giving); adalah nilai yang perlu
dipraktikkan atau diberikan kemudian akan diterima sebanyak
yang diberikan. Seumpama: setia, dapat dipercaya, hormat,
cinta, kasih sayang, peka, tidak egois, baik hati, ramah, adil
dan murah hati.45
Dengan demikian, nilai-nilai dapat diartikan dengan aspek-
aspek perilaku siswa yang dikembangkan melalui sejumlah upaya

44 Kamus Besar Bahasa Indonesia..., hal. 963.


45 Zaim Elmubarok, Membumikan Pendidikan Nilai (Mengumpulkan yang Terserak,
Menyambung yang Terputus dan Menyatukan yang Tercerai), (Bandung: Alfabeta, 2009), hal. 7.

38 | Pendidikan Karakter dalam Pendidikan Agama Islam


dan strategi pembiasaan, pembinaan, latihan dan keteladanan,
meliputi sejumlah komponen, antara lain: cinta, mandiri, jujur,
santun, dermawan, kerja keras, kepemimpinan rendah hati, toleransi,
dan lain-lain.

3. Pendidikan Islam
Pendidikan berasal dari kata “didik” yang berarti: proses
pengubahan sikap dan tingkah laku seseorang atau kelompok orang
dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan
pelatihan, proses, cara, perbuatan mendidik.46

IA
Secara umum, Ramayulis mendefinisikan “pendidikan Islam”
ED
sebagai segala pengalaman belajar yang dilalui peserta didik dengan
segala lingkungan dan sepanjang hayat mencakup upaya-upaya
tarbiyah, ta’lim, ta’dib, dan al-Riyadhah sesuai nilai-nilai Islam.47
M

Sedangkan Ahmad Tafsir menyatakan bahwa pendidikan Islam


LI

adalah pengembangan pribadi dalam semua aspeknya; mencakup


AH

pendidikan oleh diri sendiri, pendidikan oleh lingkungan, dan


pendidikan oleh orang lain (guru), meliputi aspek jasmani, akal dan
hati. 48
Lebih spesifik, Omar Muhammad Al-Toumy al-Syaebani
sebagaimana dikutip oleh Muzayyin Arifin memberikan pengertian
pendidikan Islam sebagai usaha mengubah tingkah laku individu
dalam kehidupan pribadi atau kehidupan kemasyarakatan dan

46 Kamus Besar Bahasa Indonesia..., hal. 326.


47 Ramayulis, Ilmu Pendidikan..., hal. 15.
48 Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2005), hal. 26.

Pendidikan Karakter dalam Pendidikan Agama Islam | 39


kehidupan dalam alam sekitarnya melalui proses kependidikan.
Perubahan itu dilandasi dengan nilai-nilai islami yang melahirkan
norma-norma syariah dan akhlak al-karimah.49
Dalam penelitian ini pendidikan Islam lebih dimaksudkan
dengan upaya yang dilakukan oleh segenap warga sekolah (terutama
guru) dan komponen-komponen pendukung lainnya dalam usaha
pembinaan sikap dan perilaku siswa sesuai dengan nilai-nilai Islam,
sehingga terbentuknya pribadi-pribadi siswa yang berkarakter islami;
sehingga bermanfaat positif (rahmatan lil ‘alamin) dalam kehidupan
di masyarakat, keluarga, dan lingkungan sekitarnya.

IA
Berdasarkan penjelasan-penjelasan istilah di atas, maka dapat
disimpulkan bahwa “membangun karakter siswa berdasarkan nilai-
ED
nilai pendidikan Islam” merupakan segenap upaya yang dilakukan
para guru dengan membiasakan, membina, melatih, memberi
M

keteladanan (uswatun hasanah) dan menanamkan nilai-nilai perilaku


LI

hidup yang positif dalam diri pelajar SMAN Kabupaten Bireuen,


AH

sehingga terbentuknya pribadi/generasi Islam yang rahmatan lil


‘alamin dalam kehidupannya di dunia dan akhirat.

E. Metode Penelitian
Penelitian ini bersifat kualitatif, yaitu penelitian yang
mendeskripsikan data yang diperoleh di lapangan menjadi suatu
gambaran yang kompleks, meneliti kata-kata, laporan terinci dari
pandangan responden, dan melakukan studi dalam situasi yang alami

49 Muzayyin Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2010), hal. 15.

40 | Pendidikan Karakter dalam Pendidikan Agama Islam


dengan melakukan interaksi langsung terhadap responden. Setiap
informasi dan data yang diperoleh dalam penelitian ini berupa
pemahaman terhadap makna, baik yang diperoleh dari data berupa
interaksi dengan responden maupun berupa tulisan yang diperoleh
melalui arsip dan catatan-catatan resmi lainnya. Deskripsi penelitian
memuat kutipan-kutipan yang disusun sedemikian rupa dalam
bentuk sebuah narasi.
1. Jenis Data Penelitian
Jenis-jenis data penelitian dikelompokkan ke dalam 2 (dua)
kategori data, yaitu:

IA
a. Data primer; yakni seluruh data yang diperoleh secara lisan
ED
baik berupa ide, gagasan, pendapat, problema, keluhan, dan
sebagainya dalam membangun karakter siswa dari hasil
wawancara dan FGD di lapangan.
M

b. Data sekunder merupakan data tulisan yang diperoleh melalui


LI

studi dokumentasi maupun observasi terkait dengan Jenis-jenis


AH

karakter siswa yang dibangun berdasarkan nilai-nilai


pendidikan Islam pada siswa SMAN Kabupaten Bireuen,

2. Sumber Data Penelitian


Sumber data penelitian diperoleh dari para guru bidang
studi yang telah menerapkan pendidikan karakter dalam KBM
selama ini dan kepala sekolah SMAN Kabupaten Bireuen yang
memberikan input tentang jenis-jenis karakter siswa yang
dibangun, strategi pembangunan karakter yang telah diterapkan,

Pendidikan Karakter dalam Pendidikan Agama Islam | 41


strategi pembangunan karakter yang efektif dan dukungan sistem
yang diperlukan dalam upaya tersebut.

3. Teknik Pengumpulan Data


a. Observasi
Observasi merupakan pengamatan langsung yang
dilakukan peneliti untuk mendeteksi kesesuaian data hasil
wawancara yang diperoleh dari para guru bidang studi dan
kepala sekolah dengan fenomena yang terjadi di SMAN
Kabupaten Bireuen; sehingga terhindar dari bias data yang
ditemukan dalam penelitian.
IA
ED
b. Wawancara
Wawancara dilakukan dengan mengajukan sejumlah
pertanyaan kepada guru dan kepala sekolah guna memperoleh
M

data tentang jenis-jenis karakter siswa yang dibangun, strategi


LI

pembangunan karakter yang telah diterapkan, strategi


AH

pembangunan karakter yang efektif dan dukungan sistem yang


diperlukan pada siswa SMAN Kabupaten Bireuen.
c. FGD (Focus Group Discussion)
Teknik pengumpulan data ini adalah dengan
menggunakan sebuah forum diskusi terfokus untuk
mendapatkan informasi sebanyak-banyaknya tentang strategi
implementasi pendidikan karakter yang efektif yang sesuai
dengan nilai-nilai pendidikan Islam yang menjadi fokus dalam
penelitian ini. Adapun yang menjadi peserta dalam Focus
Group Discussion (FGD) ini, peneliti menggunakan 4 orang

42 | Pendidikan Karakter dalam Pendidikan Agama Islam


narasumber yang merupakan para guru yang pernah
diwawancarai sebagai informan dalam penelitian ini.
d. Studi Dokumentasi
Studi dokumentasi dengan cara mengumpulkan dan
mempelajari setiap data tertulis yang diambil dari para guru
dan kepala sekolah SMAN di Kabupaten Bireuen, baik data
yang berhubungan dengan jenis-jenis karakter siswa yang
dibangun, strategi pembangunan karakter yang telah
diterapkan, strategi pembangunan karakter yang efektif dan
dukungan sistem yang diperlukan serta data-data lain yang

IA
sekiranya dibutuhkan sebagai pelengkap dan penunjang
ED
kelengkapan data penelitian, seperti: surat-surat, catatan
harian, cenderamata, laporan, artefak, foto, otobiografi, buku,
memorial, klipping, dokumen pemerintah atau swasta, data di
M

server dan flashdisk, data tersimpan di website, dan


LI

sebagainya.
AH

4. Analisis Data
Data hasil penelitian yang diperoleh di lapangan dianalisis
melalui tiga tahap, yaitu data reduction (reduksi data), yaitu:
merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada
hal-hal penting terkait dengan pendidikan karakter. Data display
(penyajian data); merupakan upaya analisis lanjut yang bertujuan
untuk men-display data yang terdiri dari 4 (empat) kategori, yaitu:
jenis-jenis karakter siswa yang dibangun, strategi pembangunan
karakter yang telah diterapkan, strategi pembangunan karakter

Pendidikan Karakter dalam Pendidikan Agama Islam | 43


yang efektif dan dukungan sistem yang diperlukan. Keseluruhan
data tersebut disajikan ke dalam bentuk tabel yang terorganisasi
dan terpola saling berhubungan guna memudahkan pemahaman
tentang implementasi pendidikan karakter di lapangan penelitian.
Conclusion drawing (verivication); adalah tahap penarikan
kesimpulan dan verifikasi data guna menjawab sejumlah rumusan
masalah terkait pembinaan karakter berdasarkan nilai-nilai
pendidikan Islam.50

F. Hasil dan Pembahasan


1. Pembinaan Karakter Siswa
IA
Berdasarkan Nilai-nilai
ED
Pendidikan Islam di SMAN Kabupaten Bireuen
Pelaksanan pendidikan karakter dalam pembelajaran
akan menghasilkan para siswa yang berkarakter. Dengan
M

demikian, setiap siswa akan memiliki rasa tanggung jawab


LI

terhadap dirinya sendiri, jujur dalam berbuat, menghargai


AH

orang lain, memiliki tujuan atas suatu usaha yang dilakukan,


memiliki kepribadian yang islami, dan lain-lain. Upaya
pencapaian tujuan tersebut ditindaklanjuti oleh kepala sekolah
dengan senantiasa memantau peningkatan profesionalisme
guru dengan melakukan supervisi secara berkala sebanyak dua
(2) kali dalam setahun pada semester ganjil dan genap.
Kemudian kepala sekolah menindaklanjuti hasil temuan
supervisi guru secara individual (perorangan) sebagai upaya

50 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta,
2008), hal. 247-252

44 | Pendidikan Karakter dalam Pendidikan Agama Islam


peningkatan profesionalisme guru dan tenaga kependidikan di
sekolah.
Tidak ada kurikulum khusus yang digunakan dalam
aplikasi pendidikan karakter, dalam hal ini dituntut kreativitas
guru untuk menyelipkan nilai-nilai karakter islami pada setiap
mata pelajaran; sehingga pembinaan karakter siswa yang
dilakukan di sekolah memberi kontribusi yang baik dan
relevan dengan perilaku siswa sehari-hari. Namun demikian,
tidak dapat dihindari bahwa pelaksanaan pendidikan karakter
islami belum mampu merangkul seluruh aspek pembelajaran

IA
siswa secara optimal. Hal ini mengingat faktor keluarga yang
ED
kurang mendukung pelaksanaannya di rumah.
Selain kepala sekolah, Pengawas dari Kemendiknas juga
berperan dalam program pelaksanaan pendidikan karakter di
M

sekolah dengan memberikan ide-ide dan saran yang


LI

membangun bagi sekolah; terutama perihal pendidikan


AH

karakter islami yang terkadang sering mengadakan pertemuan


di luar jam sekolah (sore hari).

2. Jenis-jenis Karakter yang Dibangun


Jenis-jenis karakter yang ditanamkan bagi siswa SMAN
di Kabupaten Bireuen adalah:
a. Kerja keras, jujur, menghargai orang lain dan inovatif.
b. Disiplin, jujur, bertanggung jawab , dan sopan santun.
c. Jujur, bertanggung jawab , disiplin, dan lain-lain.

Pendidikan Karakter dalam Pendidikan Agama Islam | 45


Berdasarkan pernyataan para guru dapat disimpulkan
bahwa jenis-jenis karakter islami yang ditanamkan setiap guru
dalam pembelajaran di sekolah meliputi: kerja keras, jujur,
menghargai orang lain, inovatif, sopan santun, disiplin, dan
sebagainya. Dengan demikian, jenis-jenis karakter siswa yang
dikembangkan sudah sesuai dengan konsep pendidikan
karakter sebagaimana yang telah dijabarkan pada bab
sebelumnya. Kendatipun para guru tidak menyebutkan secara
keseluruhan dari 18 jenis karakter yang telah diformulasikan.
Pernyataan di atas juga diperkuat oleh hasil diskusi

IA
(FGD) yang telah dilakukan menunjukkan beberapa jenis
ED
karakter yang telah dibina kepada para siswa beserta bentuk-
bentuk implementasinya di sekolah. Secara rinci termuat dalam
tabel berikut.
M
LI

Tabel 4.1 Jenis-jenis Karakter yang Dibangun kepada Para


AH

Siswa di SMAN Kabupaten Bireuen


No Karakter Implementasi
1 Religius - Shalat berjama’ah di masjid.
- Shalat Dhuha.
- Program baca-tulis Al-Qur’an.
- Berbusana yang syar’i, baik laki-laki
maupun perempuan.
- Tidak mengikuti budaya asing (valentine
day, April Mop, dsb).

46 | Pendidikan Karakter dalam Pendidikan Agama Islam


- Mengucapkan salam bila bertemu guru,
teman, dll (sesama muslim).
- Membaca doa sebelum dan sesudah
belajar.
- Hafalan surat-surat pendek.
- Memperingati hari-hari besar Islam
(Maulid Nabi, tahun baru Islam, Isra’
Mi’raj, dsb).
- Program kegiatan seni Islami (seperti:
Puisi, drama, pidato, tari, fashion show,
dll).
IA
ED
- Festival Anak shaleh.
- Berinfaq dan menjenguk teman, guru atau
warga sekolah lain yang sakit.
M

- Santun dalam berbicara (tidak tertawa


LI

dan berbicara dengan keras, kasar,


AH

mengejek, menghina, dsb).


- Pembelajaran yang diinternalisasikan
dengan nilai-nilai Islam.
- Memulakan segala aktivitas dengan
bismillah.
- Yasinan setiap hari Jumat.
- Bersalaman dengan guru sebelum masuk
kelas.
- Duduk di saat makan dan minum serta

Pendidikan Karakter dalam Pendidikan Agama Islam | 47


menggunakan tangan kanan.
- Menjaga lingkungan (membuang sampah
pada tempatnya, menyiram tanaman,
memperlakukan binatang dengan baik).
2 Jujur - Percaya pada kemampuan diri sendiri
dalam segala hal (salah satunya: tidak
mencontek).
- Jujur dalam setiap perkataan dan
perbuatan (tidak berbohong).
3 Toleransi - Menghormati orang lain yang berbeda
agama.
IA
ED
- Tidak mengusik orang lain.
- Menghargai pendapat orang lain, dsb.
4 Disiplin - Pergi sekolah tepat waktu.
M

- Membawa perlengkapan sekolah lengkap.


LI

- Berseragam rapi sesuai dengan ketentuan.


AH

- Berbaris sebelum masuk kelas.


- Hadir ke sekolah setiap hari (perizinan
ketidakhadiran sesuai prosedur).
- Mengerjakan setiap tugas dan tanggung
jawab yang telah diberikan (salah satunya
PR dan latihan).
5 Kerja keras - Bersungguh-sungguh dalam belajar.
- Gotong royong.
- Berusaha meraih cita-cita dengan usaha

48 | Pendidikan Karakter dalam Pendidikan Agama Islam


belajar yang giat (man jadda wa jada).
- Mengikuti setiap kompetisi dan
perlombaan yang diselenggarakan
sekolah/pihak lain untuk menjadi juara.
6 Kreatif - Membuat hasil karya seni dan kerajinan
tangan.
- Mengadakan berbagai kegiatan yang
melatih kreatifitas siswa (seperti: pentas
seni).
- Mencari sejumlah ayat Al-Qur’an yang

IA
sesuai dengan materi pembelajaran.
ED
- Menata ruang kelas yang rapi dan
bervariasi untuk kurun waktu tertentu.
- Melatih pembuatan alat peraga dengan
M

memanfaatkan barang bekas sebagai


LI

salah satu cara menjaga kelestarian


AH

lingkungan.

7 Mandiri - Mengerjakan tugas dan PR sendiri sesuai


arahan guru.
- Melaksanakan kegiatan-kegiatan sekolah
yang telah ditetapkan secara rutin tanpa
harus diingatkan atau diperintah terlebih
dahulu (seperti shalat berjama’ah).
- Senang dalam berbagai kegiatan belajar.

Pendidikan Karakter dalam Pendidikan Agama Islam | 49


- Menjalin kerjasama dengan orang lain
untuk hal-hal yang positif (amar ma’ruf
nahi munkar).
8 Demokratis - Menghsaargai pendapat orang lain.
- Membiasakan kegiatan diskusi di
sekolah.
- Ikut serta dalam membuat peraturan
sekolah dan sanksi atas pelanggarannya.
- Memberikan kontribusi/masukan positif
untuk kemajuan sekolah.
9 Rasa ingin - Pembelajaran
IA
yang bervariasi dan
ED
tahu menarik minat siswa.
- Menceritakan kisah-kisah teladan yang
membangkitkan minat siswa untuk
M

mencari sendiri kelanjutannya kepada


LI

siswa.
AH

10 Semangat - Upacara setiap hari Senin dan hari-hari


kebangsaan kenegaraan lainnya.
dan - Berbahasa Indonesia di lingkungan
cinta tanah sekolah.
air - Gemar terhadap produk-produk negara
Indonesia.
11 Menghargai - Siap menerima kekalahan atas prestasi
prestasi orang lain.
- Bangga terhadap prestasi teman.

50 | Pendidikan Karakter dalam Pendidikan Agama Islam


- Saling menghargai prestasi antar sesama.
12 Bersahabat/ - Menjalin hubungan yang baik dengan
komunikatif seluruh warga sekolah.
- Mengutamakan komunikasi dalam
menyelesaikan suatu masalah
(menghindari perkelahian/permusuhan).
- Mengemukakan kesulitan-kesulitan
dalam belajar.
- Bertanya atas sesuatu yang tidak
diketahui/belum dimengerti dalam
pembelajaran.
IA
ED
- Mengutamakan kepentingan orang
banyak atas kepentingan pribadi.
13 Cinta damai - Menghindari perkelahian.
M

- Menyelesaikan sengketa secara cepat dan


LI

tidak mengenal balas dendam.


AH

14 Gemar - Program gemar baca (wajib membaca


membaca beberapa halaman setiap hari).
- Penyediaan buku-buku yang menarik di
perpustakaan.
- Menghidupkan Majalah dinding sekolah.
15 Peduli - Menjaga fasilitas sekolah yang ada.
lingkungan - Menanam pohon dan merawatnya.
- Menjaga kebersihan lingkungan sekolah

Pendidikan Karakter dalam Pendidikan Agama Islam | 51


(piket harian, Jumat bersih dan lomba
kebersihan kelas).
16 Peduli sosial - Menjenguk teman, guru dan warga
sekolah lain yang sakit/tertimpa musibah.
- Bersimpati pada kesedihan orang lain.
- Menyumbang semampunya untuk korban
bencana di dalam maupun luar negeri
(terutama sesama muslim).
- Membantu teman yang berkesulitan
secara ma’ruf.
17 Tanggung
IA
- Menyelesaikan tugas/PR secara tuntas.
ED
jawab - Menjaga setiap fasilitas sekolah yang
dipinjamkan.
- Mengerjakan piket harian sesuai jadwal.
M

- Berani mengakui kesalahan.


LI
AH

Teknis penanaman nilai-nilai karakter islami tersebut


dalam proses pembelajaran, dilakukan guru dengan berbagai
strategi, antara lain:
1. Mengaitkan materi dengan kisah-kisah Rasul, sahabat, dan
tokoh-tokoh yang dapat dijadikan teladan serta memantau
perkembangan perilaku siswa dalam interaksi keseharian.
2. Mengarahkan penyampaian materi secara kreatif dan
disesuaikan dengan kehidupan siswa sehari-hari dengan
tetap mengacu pada indikator materi pembelajaran.

52 | Pendidikan Karakter dalam Pendidikan Agama Islam


3. Mengaitkan materi dengan kebutuhan hidup siswa,
memberikan nasihat disela-sela proses pembelajaran,
menegur kesalahan dan memberikan reward bagi siswa
yang berperilaku baik.
Penanaman nilai-nilai pendidikan Islam di SMAN
Kabupaten Bireuen dalam upaya membina karakter siswa
dikembangkan melalui berbagai kegiatan, antara lain:
pembinaan keagamaan atau akhlak mulia (Rohis) di sore hari,
shalat berjamaah, memperdalam penguasaan terhadap Al-
Qur’an, peringatan hari-hari besar Islam, dan kegiatan-kegiatan
ekstrakurikuler lainnya.
IA
ED
Untuk selanjutnya setiap guru mengemukakan tentang
jenis-jenis karakter yang sulit untuk dilatihkan pada siswa
dalam KBM, di antaranya:
M

a. Kreatif; dikarenakan pada umumnya siswa tidak memiliki


LI

kemauan untuk menemukan dan membuat sesuatu yang


AH

baru (inovatif).
b. Disiplin dan tanggung jawab pada sebagian siswa.
c. Menghargai orang lain; disebabkan faktor keluarga yang
menunjukkan sikap demikian di rumah, sehingga di sekolah
siswa kerap tidak menghormati guru dan teman-temannya.
Dengan demikian, diketahui bahwa kreatif, disiplin,
bertanggung jawab dan menghargai orang lain merupakan
jenis-jenis karakter yang sulit untuk dilatihkan pada siswa
SMAN Kabupaten Bireuen. Hal utama penyebab kesulitan ini

Pendidikan Karakter dalam Pendidikan Agama Islam | 53


adalah faktor lingkungan keluarga yang kurang mendukung
pembinaan karakter tersebut di rumah.
Namun demikian didapati sejumlah karakter yang paling
dominan ditunjukkan siswa dalam keseharian di sekolah, yaitu:
a. Disiplin, tanggung jawab dan religius.
b. Religius, bersahabat, kreatif, dan mencintai adat budayanya.
c. Santun, ramah, terbuka, religius, dan komunikatif.
Dari ketiga pernyataan di atas, terlihat adanya perbedaan
pendapat dalam menyikapi jenis-jenis karakter yang doniman
terlihat pada diri siswa. Hal ini dapat disebakan oleh perbedaan

IA
kemampuan masing-masing guru dalam membentuk suatu
ED
karakter dalam proses pembelajaran. Adapun acuan yang
menjadi standar pembentukan karakter islami di kalangan
siswa, dinyatakan oleh setiap guru adalah Al-Qur’an dan al-
M

Hadith. Di mana tujuan akhir yang ingin dicapai dalam proses


LI

pembentukan karakter islami itu adalah untuk menciptakan


AH

para siswa yang madani.


Hasil diskusi (FGD) menunjukkan beberapa bentuk
perilaku menyimpang yang ditunjukkan siswa dalam
keseharian di sekolah, kendati sekolah telah berupaya untuk
menanamkan nilai-nilai pendidikan karakter islami pada setiap
siswa secara maksimal. Beberapa bentuk perilaku menyimpang
tersebut, antara lain sebagaimana yang telah dikemukakan
pada Bab I, yaitu: kurang disiplin belajar, membantah dan
mengacuhkan perintah guru, bolos sekolah, merokok,
berkelahi, berbohong kepada guru, berkata kasar, merusak

54 | Pendidikan Karakter dalam Pendidikan Agama Islam


fasilitas sekolah, membawa HP, membawa gambar porno,
berpacaran, malas belajar, tidak shalat berjama’ah, dan
premanisme.

3. Strategi Pembinaan Karakter yang Diterapkan


Seluruh guru telah menerapkan prinsip-prinsip
pembinaan karakter sejak pertama kali mengemban tugas dan
tanggung jawab sebagai guru. Terlebih saat ini prinsip-prinsip
tersebut harus dipertajam dengan penanaman nilai-nilai
karakter yang islami. Untuk saat ini pendidikan karakter ini

IA
lebih terprogram dan telah dilatihkan secara berkala di sekolah.
ED
Adapun strategi yang digunakan guru dalam menerapkan
pendidikan karakter islami di sekolah, antara lain:
a. Strategi ceramah, diskusi, dan contoh teladan.
M

b. Strategi kedisiplinan, tanggung jawab dan kerjasama.


LI

c. Strategi tanggung jawab dan kerjasama.


AH

Berdasarkan pernyataan di atas, jelas bahwa strategi


yang dikembangkan oleh satu guru dengan yang lain berbeda.
Sebagaimana dikemukakan sebelumnya, hal ini dapat
disebabkan oleh perbedaan kemampuan guru dalam
menerapkan serta tergantung pada kreativitas mereka masing-
masing. Sedangkan teknis penerapan strategi-strategi tersebut
sebagai berikut.
a. Memberikan tugas kepada siswa.
b. Memberikan bimbingan umum pada saat pembelajaran dan
bimbingan khusus secara personal.

Pendidikan Karakter dalam Pendidikan Agama Islam | 55


Hasil diskusi dengan narasumber juga menunjukkan
bahwa beberapa strategi yang telah diterapkan dalam upaya
membina karakter siswa berdasarkan nilai-nilai pendidikan
Islam sebagaimana termuat dalam tabel berikut.

Tabel 4.2 Strategi dalam Pembinaan Karakter yang


Berlandaskan Nilai-nilai Pendidikan Islam pada Siswa SMAN
Kabupaten Bireuen
No Strategi Pembinaan Aplikasi
1 Keteladanan Guru sebagai contoh atas segala

IA
perilaku yang sesuai dengan nilai-
ED
nilai Islam.
2 Internalisasi nilai- Memuat nilai-nilai Islam dalam
nilai Islam dalam setiap materi pembelajaran.
M

KBM
LI

3 Kegiatan rutin Pelaksanaan upacara setiap hari


AH

Senin, doa sebelum dan sesudah


belajar, berbaris sebelum masuk ke
kelas, hafalan surat-surat pendek,
mengawali setiap aktivitas dengan
bismillah, gotong royong Jumat
bersih, dll.
4 Nasihat Memberikan masukan/saran bagi
setiap siswa (terutama bagi siswa
yang bermasalah).

56 | Pendidikan Karakter dalam Pendidikan Agama Islam


5 Kegiatan Pramuka, PMR, Rohis (bimbingan
ekstrakurikuler dan rohani Islam), pengembangan diri,
kokurikuler olimpiade, Pentas Seni, dsb.
6 Pengkondisian a. Menciptakan seluruh aktivitas
lingkungan berkarakter, seperti: adanya
berkarakter spanduk, brosur, artikel, majalah,
buku cerita yang memuat nilai-
nilai karakter yang ingin
dibentuk.
b. Menyelesaikan setiap konflik

IA
yang terjadi secara cepat.
ED
c. Menunjuk satu orang guru
sebagai koordinator pelaksana
pendidikan karakter di sekolah.
M

7 Kerjasama d. Menjalin kerjasama dengan


LI

orangtua siswa dan masyarakat


AH

sekitar sekolah untuk koordinasi


proses pembinaan karakter.

Selanjutnya pelaksanaan pembinaan karakter siswa


merupakan suatu hal yang terprogram dalam KBM di SMAN
Kabupaten Bireuen. Kendatipun tidak memiliki program dan
dana khusus. Hal ini juga sebagaimana dikemukakan salah
seorang Kepala Sekolah yang telah menjabat sebagai Kepala di
salah satu sekolah SMAN Kabupaten Bireuen selama tiga (3)

Pendidikan Karakter dalam Pendidikan Agama Islam | 57


tahun lebih menyatakan bahwa, “Pembinaan karakter di
SMAN di Kabupaten tidak dilakukan oleh koordinator khusus
ataupun memiliki dana khusus dalam pelaksanaannya. Aplikasi
pendidikan karakter berdasarkan sosialisasi yang dilakukan di
sekolah atas kebijakan masing-masing guru yang sebelumnya
telah dibekali dengan pembelajaran berkarakter.”
Namun demikian dalam teknis pelaksanaannya
diperlukan tiga tahapan, yaitu: perencanaan, pelaksanaan dan
evaluasi. Ketiga komponen tersebut dapat melibatkan berbagai
pihak, di antaranya: guru, wali kelas, guru BK, kepala sekolah,

IA
wakil kepala sekolah dan kesiswaan. Bahkan kepala sekolah
ED
menambahkan bahwa pihak-pihak yang terlibat dalam proses
pembinaan karakter islami di sekolah adalah seluruh warga
sekolah, meliputi: kepala sekolah, guru, komite sekolah,
M

orangtua, masyarakat, dan lingkungan sekitar sekolah.


LI

Sehubungan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi


AH

penerapan strategi yang digunakan dalam pembentukan


karakter siswa yang islami, disebutkan sebagai berikut.
a. Siswa dan lingkungan.
b. Sesuai dengan kondisi siswa dan guru.
Berdasarkan pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa
pemilihan strategi dalam pembinaan karakter siswa
disesuaikan dengan kondisi siswa, lingkungan dan kondisi
guru itu sendiri. Strategi-strategi yang digunakan para guru
senantiasa diarahkan pada nilai-nilai pendidikan Islam. Di
mana tujuan dari pendidikan karakter islami sebagaimana

58 | Pendidikan Karakter dalam Pendidikan Agama Islam


dikatakan oleh kepala sekolah adalah: untuk mengupayakan
perubahan sifat dan karakter seseorang yang negatif menjadi
pola pikir dan perilaku yang positif. Oleh karena itu, para
siswa dapat diarahkan dengan baik dan sesuai dengan tuntunan
Islam.

4. Strategi Pembinaan Karakter yang Efektif


Dari serangkaian strategi pembinaan karakter islami
yang telah diterapkan guru di sekolah, tentunya dapat
disinyalir sejumlah strategi yang dirasakan efektif

IA
dibandingkan strategi-strategi lainnya. Strategi-strategi efektif
ED
dalam pembinaan karakter islami, yaitu:
a. Contoh teladan, ceramah dan diskusi.
b. Contoh teladan dalam disiplin, tanggung jawab , dan lain-
M

lain.
LI

c. Contoh teladan, menerapkan sikap disiplin, tanggung jawab


AH

, kerjasama dan religius.


Dengan demikian, dari pernyataan di atas dapat
disimpulkan bahwa strategi efektif dalam pembinaan karakter
islami yang utama adalah contoh teladan. Selain itu, disiplin,
tanggung jawab , kerjasama dan religius juga merupakan
merupakan empat bentuk strategi efektif yang telah diterapkan
selama ini di sekolah.
Dari hasil diskusi dapat pula disimpulkan bahwa dari
ketujuh strategi yang telah diterapkan dalam upaya pembinaan
pendidikan karakter berdasarkan nilai-nilai pendidikan Islam

Pendidikan Karakter dalam Pendidikan Agama Islam | 59


pada siswa, hanya strategi kerjasama yang dinyatakan tidak
efektif dikarenakan selama ini sangat sulit sekali menjalin
hubungan kerjasama dengan orangtua siswa untuk
menyukseskan program ini. Beberapa bentuk perilaku
nonkooperatif orangtua tersebut, antara lain: adanya orangtua
yang enggan datang memenuhi undangan sekolah untuk hadir
ke sekolah guna membicarakan perihal siswa, orangtua yang
tidak mendukung dan tidak menunjukkan keteladanan atas
setiap bentuk karakter yang telah ditanamkan di sekolah
(seperti: adanya orangtua yang tidak shalat, minum khamar,
dll).
IA
ED
Dengan demikian, enam strategi lainnya, yakni:
keteladanan, internalisasi nilai-nilai Islam dalam KBM,
kegiatan rutin, nasihat, kegiatan ekstrakurikuler dan
M

kokurikuler serta pengkondisian lingkungan berkarakter


LI

merupakan strategi pembinaan karakter yang dinilai efektif


AH

oleh setiap guru termasuk kepala sekolah. Pertimbangan guru


dengan menyatakan bahwa sejumlah strategi yang telah
disebutkan dinilai efektif adalah:
a. Merujuk pada perilaku siswa; yang menunjukkan perilaku
sesuai dengan yang dicontohkan.
b. Meninjau pada motivasi siswa dalam mengaplikasikan
suatu sikap.
c. Dominasi perubahan perilaku siswa setelah diterapkan suatu
strategi.

60 | Pendidikan Karakter dalam Pendidikan Agama Islam


d. Adanya perubahan perilaku yang signifikan dan memotivasi
siswa dengan diterapkannya strategi tersebut.
Adapun cara yang digunakan guru dalam mewujudkan
strategi pembinaan karakter yang efektif ditunjukkan dengan;
mengkaitkannya dengan materi pembelajaran, pembinaan
karakter secara berkesinambungan, serta koordinasi dan
kerjasama seluruh pihak yang terlibat dalam program
pendidikan karakter.
Peran orang tua, masyarakat dan lingkungan; dalam
pembinaan karakter siswa yang islami tidak dapat dinafikan

IA
dan dipandang sebelah mata. Sebab ketiganya menduduki
ED
posisi yang penting dan turut memberikan kontribusi yang
besar dalam pencapaian tujuan pendidikan karakter. Namun
kenyataannya selama ini kurang mendukung ketercapaian
M

program, bahkan terkadang terkesan menghalang-halangi


LI

pelaksanaannya.
AH

Berkenaan dengan hal di atas, kepala sekolah juga


membenarkan perihal pernyataan guru tersebut, bahwa
orangtua kurang berperan dalam pembinaan pendidikan
karakter siswa di sekolah. Di mana jika sewaktu-waktu
orangtua diundang untuk suatu kepentingan; pada umumnya
yang hadir hanya mewakili orangtua siswa. Namun demikian,
komite sekolah sangat mendukung pelaksanaan program
pendidikan karakter ini. Hal ini ditandai dengan program-
program utama yang dicanangkan komite sekolah adalah hal-
hal yang berkenaan dengan pembinaan karakter siswa.

Pendidikan Karakter dalam Pendidikan Agama Islam | 61


5. Dukungan Sistem yang Diperlukan
Dukungan sarana dan prasarana sekolah sudah dapat
dikatakan memadai untuk mendukung keterlaksanaan
pembinaan karakter di sekolah. Hal ini sesuai dengan
pernyataan kepala sekolah, bahwa sebagian besar atau 85%
sarana dan prasarana di sekolah telah memadai dalam
pencapaian tujuan pendidikan karakter islami di sekolah. Oleh
karena itu, guru sebagai fasilitator ataupun sistem pendukung
utama dalam pelaksanaan pembinaan karakter di sekolah,
hendaknya dapat berkontribusi secara maksimal dan
berkesinambungan dalam
IA
setiap aspek penunjang
ED
keberhasilannya.
Setiap guru, baik guru BK maupun guru keislaman telah
menjalankan tugas dan tanggung jawab nya secara optimal,
M

kendatipun hasil yang diperoleh belum sepenuhnya sesuai


LI

dengan harapan sekolah. Hal ini dikarenakan, keluarga dan


AH

orangtua di rumah turut memberi andil dalam menentukan


keberhasilan pendidikan di sekolah. Selanjutnya guru SMAN
Kabupaten Bireuen dapat dikatakan 90% dinyatakan telah
menjalankan tugas dan tanggung jawab nya dengan motivasi
dan sikap yang baik.
Bentuk-bentuk dukungan dan peran serta yang
ditunjukkan guru dalam upaya pembinaan karakter siswa di
SMAN Kabupaten Bireuen, di antaranya:

62 | Pendidikan Karakter dalam Pendidikan Agama Islam


a. Turut serta dalam menangani siswa yang
bermasalah/melanggar peraturan dan memberi reward bagi
siswa yang berprestasi.
b. Bertanggung jawab dalam menjalankan tugas, toleransi,
kerjasama, dan senantiasa melaksanakan shalat berjamaah
bersama anak di sekolah.
c. Membiasakan siswa untuk membaca doa sebelum dan
sesudah belajar dan senantiasa memberi salam, senyum,
ramah setiap bertemu siswa.
Selain itu, para guru juga memberikan contoh teladan

IA
kepada siswa melalui sejumlah perilaku, antara lain:
ED
a. Bersahabat dan komunikatif dengan siswa.
b. Melaksanakan setiap bentuk peraturan yang telah
disepakati/ditetapkan.
M

c. Ramah dan santun dengan semua kalangan di sekolah dan


LI

masyarakat.
AH

d. Mengutamakan kepentingan bersama dalam bertindak.


e. Bertanggung jawab atas segala tugas dan tanggung jawab
yang dipercayakan.
f. Mencintai segala bentuk kelebihan dan kekurangan siswa
dengan senantiasa berupaya menjadi tempat siswa dalam
bertukar pendapat.
Untuk mewujudkan ketercapaian pelaksanaan pembinaan
karakter siswa yang islami, para guru telah membuat suatu tata
tertib/peraturan yang telah disusun sedemikian rupa. Namun

Pendidikan Karakter dalam Pendidikan Agama Islam | 63


fokus utama pendisiplinan masing-masing guru dapat berbeda
sebagaimana berikut.
a. Tata tertib pembelajaran dan sanksi atas pelanggarannya.
b. Disiplin dalam mengumpulkan tugas dan jujur.
c. Berpakaian islami, shalat Dhuhur berjamaah, memberi
salam setiap bertemu guru, dan menghormati sesama.
Aplikasi pendidikan karakter secara teknis diterapkan
guru selama ini, paling utama dilakukan melalui modeling atau
contoh teladan, materi dan indikator pembelajaran yang
disampaikan pada saat pelaksanaan KBM. Selain itu, para guru

IA
juga memposisikan dirinya sebagai sahabat/teman siswa pada
ED
sewaktu-waktu dan terkadang harus dapat memposisikan diri
sebagai orangtua bagi mereka.
Selain guru, siswa juga memberikan peran partisipasi
M

dalam perwujudan diri sebagai umat Islam yang berkarakter.


LI

Bentuk-bentuk peran tersebut, antara lain:


AH

a. Siswa berusaha dalam melakukan sesuatu, walaupun agak


lambat.
b. Siswa berkeinginan untuk mewujudkan diri menjadi pribadi
baik.
c. Siswa berbesar hati menerima segala bentuk konsekwensi
atas setiap pelanggaran yang dilakukan, terlebih lagi jika
setelah itu siswa menunjukkan perubahan-perubahan ke
arah yang lebih baik.
Namun demikian shubungan dengan hal di atas, kepala
sekolah mengemukakan bahwa; sebagian siswa SMAN

64 | Pendidikan Karakter dalam Pendidikan Agama Islam


Kabupaten Bireuen belum memiliki motivasi yang maksimal
dikarenakan kurangnya motivasi dari keluarga siswa pada
umumnya.
Sekeras apa pun sesuatu diusahakan dengan
mengerahkan seluruh potensi yang ada agar terwujudnya
tujuan secara maksimal. Namun kendala tetap tidak dapat
dihindari dalam pelaksanaanya. Demikian pula, dalam upaya
pembinaan karakter siswa islami, tidak luput dari kendala-
kendala tersebut.
Adapun kendala-kendala yang kerap dialami guru dalam

IA
proses pelaksanaan pendidikan karakter islami, antara lain:
ED
kurangnya dukungan orangtua masyarakat dan lingkungan
sekitar serta faktor diri siswa yang lambat dalam merespon
sebuah instruksi atau perintah. Sedangkan solusi yang telah
M

diterapkan adalah menjalin hubungan dan komunikasi yang


LI

lebih baik dengan seluruh komponen tersebut. Bahkan jika


AH

perlu dilakukan pemanggilan orangtua untuk menjalin


kerjasama yang lebih harmonis dan bersahabat dalam upaya
membina perilaku anak ke arah yang positif sesuai dengan
aturan Islam dan tatanan keindahannya.
Pernyataan di atas ditegaskan kembali oleh kepala
sekolah, bahwa kendala umum yang dihadapi sekolah dalam
upaya pembinaan karakter siswa adalah faktor orangtua.
Contohnya: anak di sekolah dituntut untuk melaksanakan
shalat, tetapi masih ada orangtua yang tidak melaksanakannya.
Untuk hal ini, solusi yang harus dilakukan adalah menjalin

Pendidikan Karakter dalam Pendidikan Agama Islam | 65


komunikasi yang lebih baik dengan mereka. Lebih lanjut
dinyatakan bahwa kendala-kendala tersebut, selain
dikarenakan minimnya dukungan dari orangtua, keluarga dan
lingkungan di sekitar rumah juga harus bertanggung jawab
untuk bersama-sama mewujudkan para siswa yang berkarakter
sesuai dengan arahan sekolah.
Dampak dari kendala-kendala tersebut, dapat
menimbulkan beberapa perilaku menyimpang yang dilakukan
siswa SMAN Kabupaten Bireuen selama dua (2) tahun terakhir
adalah:

IA
a. Membawa gambar porno yang tersimpan di dalam
ED
handphone (Data Terlampir). Strategi penanganan berupa:
- Tidak lagi dibenarkan membawa HP dan pembinaan oleh
khusus oleh guru Pendidikan Agama Islam.
M

- Pemanggilan orangtua untuk upaya pembinaan dan


LI

penandatanganan surat perjanjian.


AH

- Pengulangan terhadap pelanggaran, maka siswa yang


bersangkutan akan dikembalikan kepada orangtua
(dikeluarkan dari sekolah).
b. Merokok di belakang sekolah (Data Terlampir). Strategi
penanganan meliputi:
- Siswa dibina terlebih dahulu oleh guru BK, guru
Pendidikan Agama Islam dan wali kelas.
- Tindakan selanjutnya dilakukan pemanggilan orangtua,
apabila tidak terlihat adanya perubahan.

66 | Pendidikan Karakter dalam Pendidikan Agama Islam


- Jika upaya penanganan sebelumnya tidak berhasil, akan
dilakukan pembinaan khusus yang dilakukan secara rutin
terhadap siswa bersangkutan.
Untuk itu sistem pembinaan karakter siswa yang islami
dalam menangani berbagai masalah siswa tersebut dapat
dilaksanakan dengan cara melakukan pendataan siswa,
pembinaan siswa secara religius dan psikologis serta
menindaklanjuti setiap permasalahan yang timbul di kalangan
siswa secara berkesinambungan.
Hasil observasi dan studi dokumentasi di lapangan

IA
diketahui bahwa implementasi pendidikan karakter di SMAN
ED
Kabupaten Bireuen telah diupayakan sedemikian rupa dalam
rangka mewujudkan generasi bangsa yang berkarakter islami.
Beberapa komponen berikut mengindikasi adanya upaya
M

lembaga pendidikan terkait dalam membangun karakter siswa


LI

tersenut.
AH

a. Kurikulum
SMAN Kabupaten Bireuen telah menerapkan
kurikulum KTSP sebagai acuan pelaksanaan pendidikan dan
pengajaran selama ini. Penerapan pendidikan karakter
islami terlihat dalam sejumlah komponen pendukung
pembelajaran yang telah digunakan guru dan sekolah, di
antaranya: silabus dan RPP berkarakter. Perihal silabus dan
RPP berkarakter yang telah diterapkan di SMAN Kabupaten
Bireuen dapat dilihat dalam lampiran 10.

Pendidikan Karakter dalam Pendidikan Agama Islam | 67


Selain itu, strategi dan metode pembelajaran yang
digunakan dalam PBM di kelas telah mengarah pada
pelaksanaan pendidikan karakter, sehingga dengannya anak
telah terlatih secara terpadu dalam setiap mata pelajaran
yang dipelajarinya di sekolah. Hal ini juga diperkuat oleh
hasil wawancara yang telah dikemukakan sebelumnya,
bahwa guru telah menerapkan pendidikan karakter dalam
setiap proses pembelajaran.
Dalam hal penilaian terhadap siswa, guru SMAN
Kabupaten Bireuen telah mengaplikasikan teknik penilaian

IA
pendidikan karakter meliputi seluruh aspek penilaian, baik
ED
aspek kognitif, afektif maupun psikomotor untuk setiap kali
tatap muka di kelas.
b. Peran Guru dalam Pendidikan Karakter
M

Setiap guru di SMAN Kabupaten Bireuen telah


LI

berupaya semaksimal mungkin dalam membangun karakter


AH

siswa sesuai dengan yang diamanatkan pendidikan Islam


dan undang-undang. Untuk itu para guru mewujudkan
sejumlah sikap yang ditunjukkan dalam keseharian di
sekolah, di mana para guru merasa bertanggung jawab atas
upaya pembentukan karakter siswa, dengan menunjukkan:
- Loyalitas dalam menangani setiap masalah siswa dan
melakukan bimbingan terhadap siswa bermasalah secara
berkesinambungan dan komprehensif; serta menjalin
hubungan kerjasama dan komunikasi dengan pihak-pihak
lain yang dipandang dapat membantu proses penanganan

68 | Pendidikan Karakter dalam Pendidikan Agama Islam


masalah dan pemulihan, salah satunya adalah orangtua
siswa.
- Senantiasa berusaha menunjukkan perilaku yang baik
melalui keteladanan agar siswa memperoleh
pembelajaran langsung dari pribadi guru sehari-hari.
- Memotivasi siswa agar terbiasa dengan karakter islami
yang diwujudkan dalam setiap proses pembelajaran di
kelas secara terpadu atau dengan menceritakan tokoh-
tokoh dan figur yang berkarakter kuat seperti Rasulullah
saw; bahkan menjadikannya sebagai motivator dan

IA
panutan dalam bersikap maupun bertindak.
ED
- Memiliki komitmen yang tinggi; dengan senantiasa
memfasilitasi pembentukan karakter siswa melalui upaya
pengembangan wawasan dan pengetahuan berbasis
M

karakter dan komponen-komponen pendukungnya. Salah


LI

satu upaya tersebut ditunjukkan dengan: mengikuti


AH

kegiatan-kegiatan seminar, pelatihan, bedah buku, dan


memperkaya referensi terkait pendidikan karakter.
c. Dukungan Sekolah
Kepala sekolah dan seluruh warga sekolah ikut serta
dalam menentukan keterlaksanaan pendidikan karakter di
sekolah. Selain itu, fasilitas, sarana dan prasarana yang
dibutuhkan dalam proses pelaksanaannya juga senantiasa
diupayakan dan dilengkapi secara berkala oleh pihak
sekolah. Hal ini dibuktikan dengan adanya ruang
pelaksanaan kegiatan keagamaan, ruang ibadah (mushalla),

Pendidikan Karakter dalam Pendidikan Agama Islam | 69


dll. Sekolah dalam kurun waktu tertentu bekerjasama
dengan komite sekolah juga rutin melaksanakan pelatihan
guna meningkatkan kemampuan seluruh guru tanpa
terkecuali dalam menyukseskan pelaksanaan pendidikan
karakter di sekolah. Hal ini juga telah dikemukakan dalam
uraian hasil wawancara dengan kepala sekolah SMAN
Kabupaten Bireuen, bahwa sekolah rutin mengadakan
pelatihan pendidikan karakter bagi seluruh guru secara
berkala dan kegiatan-kegiatan tersebut juga didukung oleh
pihak komite sekolah.
d. Kegiatan Ekstrakurikuler
IA
ED
Beberapa kegiatan ekstrakurikuler telah dilaksanakan
secara terpogram dan terorganisir dengan baik dalam rangka
memperkaya usaha membangun pendidikan karakter siswa,
M

antara lain: kegiatan bimbingan rohani Islam (Rohis


LI

sekolah), memperkaya kegiatan-kegiatan perlombaan yang


AH

mendongkrak pengetahuan Islam dan kecakapan dalam


mengembangkan nilai-nilai Islam, kegiatan pengembangan
diri (olahraga, PMR, dsb), kunjungan edukatif, peringatan
hari-hari besar Islam, dll.
e. Pihak-pihak yang Terlibat dalam Upaya Membangun
Karakter Siswa
Selain kepala sekolah, guru dan warga sekolah
lainnya; kesuksesan dalam upaya membangun karakter
siswa juga membutuhkan pihak-pihak lain yang tidak dapat
dinafikan peran sertanya dalam menentukan pencapaian

70 | Pendidikan Karakter dalam Pendidikan Agama Islam


tujuan pendidikan karakter. Beberapa pihak yang telah
dilibatkan dalam hal ini adalah: orangtua, masyarakat
sekitar sekolah, komite sekolah, pengawas sekolah, dinas
pendidikan terkait dan sekolah-sekolah mitra.
Sebagian besar siswa atau 85% siswa dapat
dinyatakan telah memiliki disiplin dan karakter yang baik.
Selebihnya masih membutuhkan bimbingan dan
pengawasan yang lebih; bahkan beberapa siswa kerap
melakukan pelanggaran yang dapat dinyatakan sebagai
pelanggaran yang berat, seperti: membawa HP yang

IA
memuat gambar porno, membolos, merokok, pacaran, dll.
ED
Bukti fisik adanya pelanggaran ini, terutama membawa HP
dan merokok. Untuk penanganan masalah ini, pihak sekolah
menjalin komunikasi dan kerjasama dengan pihak lain,
M

yaitu orangtua.
LI

Kelima komponen yang telah disebutkan, merupakan


AH

gambaran umum implementasi pendidikan karakter di


SMAN Kabupaten Bireuen. Pada dasarnya banyak hal yang
dapat digali sebagai data pendukung. Keterbatasan waktu
dan tenaga menjadi kendala dalam upaya mengumpulkan
data implementasi pendidikan karakter secara mendetail di
sekolah tersebut. Akan tetapi, seluruh paparan di atas, dirasa
cukup mewakili gambaran implementasi pendidikan
karakter sesuai dengan tujuan penelitian yang telah
ditetapkan dalam penelitian ini.

Pendidikan Karakter dalam Pendidikan Agama Islam | 71


Secara umum ketimpangan-ketimpangan perilaku
yang masih ditunjukkan siswa selama ini dipengaruhi oleh
beberapa faktor; melalui hasil diskusi terindikasi sebagai
berikut.
1) Minimnya kerjasama orangtua dan masyarakat.
2) Kurangnya kemampuan sebagian guru dalam
menginternalisasikan nilai-nilai Islam dalam materi
pembelajaran.
3) Kurangnya keterampilan sebagian guru dalam
menerapkan prosedur-prosedur pendidikan karakter.

IA
4) Minimnya frekuensi pelaksanaan pelatihan-pelatihan
ED
guna meningkatkan keterampilan implementasi
pendidikan karakter islami.
5) Kurangnya ketersediaan referensi dan rujukan
M

pendidikan karakter yang implementatif.


LI

Upaya-upaya yang dilakukan sekolah dinyatakan cukup


AH

baik guna mewujudkan siswa yang berkarakter islami di


SMAN Kabupaten Bireuen. Beberapa upaya tersebut dapat
diuraikan secara garis besar sebagai berikut.
1) Seumpama salah satu bentuk karakter religius, yaitu shalat
berjama’ah. Dalam hal ini guru senantiasa mendampingi
siswa untuk memastikan keterlaksanaannya oleh setiap
siswa di masjid.
2) Razia rutin untuk memantau barang-barang yang dibawa
siswa ke sekolah; memastikan barang-barang tersebut tidak

72 | Pendidikan Karakter dalam Pendidikan Agama Islam


melanggar tata tertib, hukum, dan aturan Islam. Seperti:
tidak membawa benda tajam, HP, gambar porno, dll.
3) Mengadakan evaluasi umum dalam hal implementasi
pendidikan karakter di sekolah, minimal pada saat rapat
kerja akhir semester dan evaluasi pekanan oleh setiap guru.
Kendati sebagian guru mengalami kendala dalam
aplikasi pendidikan karakter berdasarkan nilai-nilai pendidikan
Islam ini. Namun mereka menyatakan bahwa 85% siswa telah
menunjukkan perubahan perilaku ke arah yang didambakan
sekolah.
Berdasarkan besarnya
IA
persentase tersebut, dapat
ED
disimpulkan bahwa pembinaan pendidikan karakter
berlandaskan nilai-nilai pendidikan Islam di SMAN Kabupaten
Bireuen telah berhasil. Namun demikian, upaya-upaya ke arah
M

peningkatan dan meminimalisir berbagai hambatan tetap perlu


LI

dilakukan oleh sekolah guna mewujudkan generasi bangsa


AH

yang berkarakter islami secara mumpuni dan rahmatan lil


‘alamin.

G. Simpulan dan Saran


1. Kesimpulan
Berdasarkan uraian pada bab-bab sebelumnya dan hasil
penelitian yang diperoleh, maka dapat dikemukakan empat
kesimpulan sebagai berikut.
a. Jenis-jenis karakter yang dibangun adalah: religius, jujur,
toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa

Pendidikan Karakter dalam Pendidikan Agama Islam | 73


ingin tahu, semangat kebangsaan dan cinta tanah air, menghargai
prestasi, bersahabat/komunikatif, cinta damai, gemar membaca,
peduli lingkungan, peduli sosial, dan tanggung jawab .
b. Strategi pembinaan karakter yang diterapkan antara lain:
keteladanan, internalisasi nilai-nilai Islam dalam KBM, kegiatan
rutin, nasihat, kegiatan ekstrakurikuler dan kokurikuler,
pengkondisian lingkungan berkarakter, dan kerjasama.
c. Strategi pembangunan karakter yang efektif meliputi:
keteladanan, internalisasi nilai-nilai Islam dalam KBM, kegiatan
rutin, nasihat, kegiatan ekstrakurikuler dan kokurikuler, serta
pengkondisian lingkungan berkarakter.
IA
ED
d. Dukungan sistem yang diperlukan adalah: (a) guru turut serta
dalam menangani siswa yang bermasalah/melanggar peraturan
dan memberi reward bagi siswa yang berprestasi, (b) bertanggung
M

jawab dalam menjalankan tugas, toleransi, kerjasama, dan


LI

senantiasa melaksanakan shalat berjamaah bersama anak di


AH

sekolah, (c) membiasakan siswa untuk membaca doa sebelum dan


sesudah belajar dan senantiasa memberi salam, senyum, ramah
setiap bertemu siswa. Selain itu, para guru juga memberikan
contoh teladan kepada siswa melalui berbagai perilakunya.

2. Saran-saran
Kepala Sekolah dan seluruh warga sekolah diharapkan:
a. Senantiasa membina hubungan yang kooperatif dengan
masyarakat di sekitar sekolah, sehingga mereka dapat membantu
keterlaksanaan kedisiplinan siswa yang efektif dan efisien.

74 | Pendidikan Karakter dalam Pendidikan Agama Islam


b. Memperbanyak kegiatan-kegiatan yang melibatkan partisipasi
orangtua/wali siswa, sehingga kemitraan pendidikan karakter
islami siswa dapat terwujud secara maksimal.
c. Meningkatkan kerjasama antar sesama guru dan warga sekolah,
serta melengkapi fasilitas kebutuhan belajar siswa yang memadai.
d. Seluruh Guru Bidang Studi
Kepada setiap guru diharapkan secara berkesinambungan
meningkatkan kualitas profesional melalui berbagai kegiatan
pelatihan, menambah referensi dan literatur pendukung untuk
memperkaya metode, media dan strategi pembelajaran

IA
berkarakter, serta mengupayakan perhatian yang maksimal
ED
terhadap keterlaksanaan pendidikan karakter islami siswa di
sekolah.
e. Bagi peneliti lain yang berminat untuk mengembangkan
M

penelitian tentang pendidikan karakter, dapat dilakukan secara


LI

spesifik pada aspek: strategi-strategi penerapan pendidikan


AH

karakter, pengembangan konsep pendidikan karakter, kendala-


kendala dalam mengupayakan pendidikan karakter siswa, dan
lain-lain.

Pendidikan Karakter dalam Pendidikan Agama Islam | 75


DAFTAR PUSTAKA

Akhmad Muhaimin Azzet, Urgensi Pendidikan Karakter di


Indonesia (Revitalisasi Pendidikan Karakter Terhadap
Keberhasilan Belajar dan Kemajuan Bangsa), Yogyakarta:
Ar-Ruzz, 2012.
Asef Umar Fakhruddin, Menjadi Guru Favorit (Pengenalan,
Pemahaman, dan Praktek Mewujudkannya), Yogyakarta: Diva
Press, 2011.
Badan Penelitian dan Pengembangan Pusat Kurikulum dan

IA
Perbukuan, Pedoman Pelaksanaan Pendidikan Karakter
ED
(Berdasarkan Pengalaman di Satuan Pendidikan Rintisan),
Jakarta: Kementrian Pendidikan Nasional, 2011
Barnawi dan M. Arifin, Strategi & Kebijakan Pembelajaran
M

Pendidikan Karakter, Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2012


LI

Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa, Jakarta:


AH

Departemen Pendidikan Nasional, 2008.


Dharma Kesuma, dkk, Pendidikan Karakter (Kajian Teori dan
Praktik di Sekolah), Bandung: Remaja Rosdakarya, 2011.
E. Mulyasa, Manajemen Pendidikan Karakter, Jakarta: Bumi
Aksara, 2011.
Elfindri, dkk, Pendidikan Karakter (Kerangka, Metode dan Aplikasi
untuk Pendidik dan Profesional, Jakarta: Baduose, 2012.

76 | Pendidikan Karakter dalam Pendidikan Agama Islam


Hamka Abdul Aziz, Karakter Guru Profesional (Melahirkan Murid
Unggul Menjawab Tantangan Masa Depan), Jakarta: Al-
Mawardi, 2012.
Hawari Aka, Guru yang Berkarakter Kuat (Panduan Guru yang
Inspiratif bagi Anak Didik), Yogyakarta: Laksana, 2012.
Muchlas dan Hariyanto, Konsep dan Model Pendidikan Karakter,
Bandung: Remaja Rosdakarya, 2012.
Nurla Isna Aunillah, Panduan Menerapkan Pendidikan Karakter di
Sekolah, Yogyakarta: Laksana, 2011.
Zainal Aqib, Pendidikan Karakter (Membangun Perilaku Positif

IA
Anak Bangsa), Bandung: Yrama Widya, 2011.
ED
Zakiah Darajat, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara. 2011.
Zubaedi, Desain Pendidikan Karakter (Konsepsi dan Aplikasinya
dalam Lembaga Pendidikan), Jakarta: Kencana, 2011
M
LI
AH

Pendidikan Karakter dalam Pendidikan Agama Islam | 77


IA
ED
M
LI
AH

78 | Pendidikan Karakter dalam Pendidikan Agama Islam

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai