Anda di halaman 1dari 13

ADEBI FITRIANI SIMAMORA

PUAN ARIFANI
Ilham dan Rara sedang mengikuti perlombaan

Musabaqah Tilawatil Qur’an (MTQ) tingkat propinsi di

kota Pekanbaru. Mereka merupakan khafilah atau utusan

dari kabupaten Pelalawan.


Hari ini Ilham dan Rara merasa lega karena sudah

selesai menampilkan kemampuannya dalam cabang lomba

tilawah Al-Qur’an. Setelah tampil mereka jalan-jalan di

sekitar astaka sambil mendengarkan lantunan Al-qur’an

yang sangat merdu.

Tiba-tiba bang Buyung datang. Bang Buyung

merupakan salah satu pendamping peserta. Bang Buyung

hendak mengajak Ilham dan Rara mengunjungi salah satu

kebudayaan propinsi Riau.


Tak lama mereka pun sampai di salah satu rumah

adat melayu “Nah, ini dia rumah adat dari propinsi Riau,

namanya rumah Selaso Jatuh Kembar” kata bang Buyung.

“Kenapa disebut Selaso Jatuh Kembar bang?”, tanya Rara.

“karena rumah ini terdiri dari 2 selasar. Rumah adat ini

bukan digunakan untuk tempat tinggal, melainkan digunakan

untuk musyawarah adat loh, jelas Bang Buyung. “Owh gitu

bang, berarti rumah adat ini adalah kebudayaan Riau yang

harus terus kita lestarikan kan bang”, seru Rara. “Bener

banget!”, jawab Bang Buyung dan Ilham serentak.


“Ilham dan Rara coba perhatikan bangunan rumah

adatnya. Ternyata rumah adatnya ada unsur bangun

datarnya loh!”, seru bang Buyung. “Bangun datar??, apa

itu bang?” tanya Ilham dan Rara kebingungan.

“Bangun datar itu idalah bentuk dua dimensi yang

memiliki luas dan keliling. Bangun datar itu beragam. Ada

persegi, persegi panjang, segitiga, trapesium, belah

ketupat, jajar genjang, dan layang-layang”


“Tolong jelasin dong bang”!, seru Rara dan Ilham

antusias. “Okey pertama bangun segitiga. Segitiga adalah

bangun datar yang terdiri dari 3 sisi garis lurus dengan 3

titik sudut yang berjumlah 180º”.

“Itu...itu atapnya itu berbentuk segitiga kan bang!?,

tanya Rara yang sepertinya sudah mulai paham. “Iya

betul”.

Luasnya bisa kita cari loh, dengan cara mengkalikan

alas dan tinggi segitiga itu kemudian hasilnya dibagi 2”.

“Wah sekarang Ilham sudah paham, bang”. “Rara juga,”

sahut Rara tak mau kalah.


“Selanjutnya ada persegi. Persegi adalah bangun

datar dua dimensi yang dibentuk oleh empat buah rusuk

yang sama panjang dan empat buah sudut sama besar.

Ilham dan Rara mengamati rumah itu dengan

saksama. “Jendela!, Jendelanya berbentuk persegi! seru

mereka bersamaan. ”Pinter kalian ni ya. Persegi ini dapat

kita cari luasnya dengan cara mengkalikan 2 sisinya”,

lanjut bang Buyung.


“Selain persegi ada lagi namanya persegi panjang.

Persegi panjang adalah bangun datar 2 dimensi yang

memiliki 2 pasang sisi sejajar yang sama panjang dan

memiliki 4 sudut siku-siku.”

“Wah di rumah ini ada banyak sekali kita temukan

persegi panjang,” seru Ilham. “Iya, di jendela bagian

selasar rumah itu ada, pintunya juga persegi panjang,

bagian sekitar atap, dan dibagian depan atas setelah

tangga juga ada”, jelas Rara bersemangat.


“Lanjut, ada bangun trapesium loh.Trapesium adalah

bangun datar dua dimensi yang dibentuk oleh empat buah

rusuk yang dua diantaranya saling sejajar namun tidak

sama panjang”.

“Trapesium ini cara mencari luasnya dengan

menambahkan sisi sejajar dan mengkalikan dengan

tingginya lalu hasilnya dibagi 2.


Setelah puas menikmati bagian luar rumah selaso

jatuh kembar sambil belajar bangun datar, mereka bertiga

melanjutkan berkeliling di sekitar rumah adat tersebut.

“Wah, indah sekali ukiran di bagian tangga ini ya”, seru

Rara.

“Ini namanya ornamen jala-jala. Rumah adat selaso

jatuh kembar ini tersusun atas berbagai macam ukiran

khas melayu. Ada ukiran pucuk rebung, ada ukiran itik

sekawan, ukiran lebah bergantung, ukiran awan larat dan

masih banyak lagi. “Wahhh pantas saja rumah ini kelihatan

cantik dan unik”, seru Ilham.


“Disini Juga terdapat bangun datar lagi loh, yaitu

belah ketupat”. “Wah ketupat, enak”, seru Ilham “Hihi,

bukan ketupat yang untuk dimakan, Ilham, jawab sambil

tertawa geli”.

“Belah ketupat adalah bangun datar dua dimensi

yang dibentuk oleh empat buah segitiga siku-siku yang

sama besar dengan sudut di hadapannya. Rumus mencari

luasnya adalah dengan mengjalikan diagonal 1 dan diagonal

2, llalu setelah itu dibagi dengan 2”.


Kringg.. kring.. HP bang Buyung berbunyi. Ternyata

dari pak Camat. Pak Camat meminta seluruh peserta untuk

ngumpul di rumah khafilah.

“Sepertinya kita sudahi dulu jalan-jalan sambil

belajarnya, kita harus segera ke rumah khafilah menemui

pak Camat”.

“Yah, sayang sekali padahal lagi asyik-asyiknya

belajar matematika dan kebudayaan melayu”, rungut Rara.

“Iya, aku jadi tahu banyak tentang jenis-jenis bangun

datar dan budaya melayu Riau yang luar biasa”, tambah

Ilham.

“Hmm... lain kali kita jalan-jalan lagi, okey?!”,

“Okeyy”, jawab Rara dan Ilham serentak.


S E L E S A I

Anda mungkin juga menyukai