Anda di halaman 1dari 2

Fenomena Gastritis Pada Remaja SMP/SMA Kangean

NURFAZIRA
Program Studi Farmasi
Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Malang

Masalah kesehatan remaja merupakan hal yang meresahkan saat ini, dimana remaja
sering terjebak dengan pola makan tidak sehat, terdapat kecenderungan peningkatan yang pesat
dari penyalahgunaan obat, perubahan pola makan dan pergaulan bebas. Pola makan yang baik
pada remaja adalah dengan makan sesuai waktunya. Mengkomsumsi sayuran dan buah-buahan
yang sehat dan makan-makanan yang bergizi, memilih makanan yang di rebus bukan digoreng,
mengurangi minuman bersoda dan makanan siap saji. Pembangunan kesehatan saat ini
dihadapkan pada dua masalah yaitu penyakit menular dan penyakit tidak menular. Penyakit tidak
menular kebanyakan disebabkan oleh gaya hidup modernisasi dan globalisasi. Masalah
kesehatan pada saluran pencernaan yang paling banyak terjadi lalu sering di jumpai di kinik
berdasarkan gejala klinis bukan berdasarkan pemeriksaan hispatologi.
Kejadian ini menyebabkan gangguan pola makan yaitu dapat mengakibatkan gastritis.
Gastritis merupakan suatu peradangan pada lambung yang paling sering terjadi akibat
ketidakteraturan makan kita. Kejadian gastritis di Indonesia menurut WHO adalah 40% penderita
gastritis, kejadian gastritis di beberapa daerah di Indonesia cukup tinggi. Dengan prevalensi
274.396 kasus dari 238.452.952 jiwa penduduk. Biasanya diawali oleh pola makan yang tidak
teratur sehingga lambung menjadi sensitif bila asam lambung meningkat. Pola makan yang baik
dan teratur merupakan salah satu pencegahan gastritis, mengkonsumsi makanan yang memiliki
nilai gizi rendah dan meningkatkan produksi asam lambung, serta jumlah makanan yang terlalu
banyak dan juga terlalu sedikit. Pola makan sehari-hari setiap individu berbeda-beda, ada yang
melakukan pola makan secara sehat dan ada pula yang melakukan pola makan yang salah.
Kebiasaan makan yang tidak teratur bisa menyebabkan terganggunya keseimbangan enzim
pencernaan di lambung, serta pendarahan pada lambung, dapat menyebabkan kanker lambung.
Kasus ini semakin ramai menjadi topik pembicaraan di khalayak ramai.
Lebih banyak remaja perempuan yang mengalami gastritis. Hal ini disebabkan karena
jenis makanan yang disukai dan dikonsumsi oleh remaja perempuan merupakan makanan yang
pedas dan siap saji serta makanan asam, lalu memiliki keinginan untuk memiliki tubuh yang
ideal jadi tidak jarang mereka lebih memilih untuk makan dengan porsi yang lebih sedikit dari
porsi yang seharusnya dikonsumsi oleh remaja seusianya. Tetapi mengkonsumsi makanan dan
minuman secara berlebihan juga akan merangsang sistem percernaan, terutama lambung dan
usus untuk berkontraksi. Hal ini mengakibatkan rasa panas dan nyeri di ulu hati yang disertai
dengan mual dan muntah. Gejala tersebut membuat penderita menjadi kurang nafsu makan. Pada
saat perut harus diisi, tetapi dibiarkan kosong atau ditunda pengisianya, asam lambung akan
mencerna lapisan mukosa lambung, sehingga timbul rasa nyeri.
Mual dan muntah dapat mengakibatkan berkurangnya asupan nutrisi dan juga
mengakibatkan penurunan cairan dalam darah (hypovolemia). Kekurangan cairan merangsang
pusat muntah untuk meningkatkan sekresi antidiuretic hormone (ADH) sehingga terjadi retensi
cairan yang berlebihan. Mokusa pada lambung mengalami pengikisan. Pengikisan ini dapat
menimbulkan peradangan. Inflamasi pada lambung disebabkan oleh zat nikotin dalam rokok
serta peningkatan rangsangan persarafan, seperti komdisi cemas, stress, dan marah, Peningkatan
sekresi asam lambung dapat memicu rangsangan serabut aferen nervus vagus yang menuju
medulla oblongata melalui komoreseptor yang banyak mengandung neurotransmitter epinefren,
serotonim sehingga lambung teraktivasi oleh rasa mual. Gastritis akut merupakan inflamasi akut
dari dinding lambung terbatas pada mukosanya, sedangkan gastritis kronis inflamasi kronik
terjadi dalam waktu yang lama pada permukaan lambung (Smeltezer & Bare, 2022). Gastritis
merupakan inflamasi pada mukosa lambung yang diakibatkan karena pola makan, yang ditandai
dengan nyeri perut. Faktor dari luar terjadi pada diet yang salah, makanan banyak, terlalu cepat,
makanan berbumbu yang dapat merusak mukosa lambung, seperti rempah-rempah, alkohol,
kopi, stres. Obat-obatan digitalis, iodium, kortison, analgesik, dan bahan soda. Sedangkan faktor
dari dalam seperti nyeri ulu hati.
Pola makan kurang baik juga disebabkan karena mereka mengkonsumsi dalam keadaan
sangat lapar. Beberapa bulan belakangan, terhitung dari September kurang lebih 30 orang, rata-
rata lanjut inap, lalu pasien pulang jika kondisi sudah stabil kurang lebih dari 20-30 orang
belakangan ini. Hal ini dapat menimbulkan dampak yang sangat merugikan bagi kesehatan. Pola
makan pada remaja di SMP dan SMA di Kangean ini disebabkan karena pada usia yang masih
muda lalu mereka melewatkan waktu makan karena sibuk, dan frekuensi makan yang sedikit
yang dilakukan oleh remaja mulai dari usia dini. Hal ini tentu menyebabkan masalah. Jadwal
makan dan porsi makan yang seharusnya sesuai dengan kebutuhan pertumbuhan dan
perkembangannya saat ini. Jadwal makan pagi adalah jadwal makan terbaik, selingan pagi,
makan siang, selingan siang dan makan malam.
Jadwal makan harus selalu teratur, jadi lebih baik makan dalam jumlah sedikit tapi sering
daripada makan porsi banyak tapi tidak teratur, untuk mendapatkan cukup energi. Remaja masa
kini memiliki pola makan kurang baik. Mereka cenderung menyukai makanan pedas, bersifat
asam, goreng-gorengan, makanan yang mengandung gas dan juga minuman bersoda yang dapat
meningkatkan asam lambung. Selain dari jenis makanan yang dikonsumsi, frekuensi dan jadwal
makan responden juga tidak teratur akibat penyesuaian terhadap tugas-tugas sekolahnya
sehingga mempengaruhi ketepatan waktu makan dan juga kesesuaian porsi makan yang
seharusnya dikonsumsi dalam sehari. Perlu diperhatikan pola makan yang baik bagi penderita
gastritis, memberikan informasi mengenai pola makan yang seimbang sesuai kebutuhan, jadwal
makan yang teratur, memilih makanan yang lunak, mudah dicerna, makan dalam porsi kecil tapi
sering, hindari stress, dan tekanan emosi yang berlebihan serta menghindari makanan yang
menaikkan asam lambung, serta jenis makan, frekuensi makan, dan jumlah makanan.

Anda mungkin juga menyukai