Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah media bimbingan dan


konseling

ISU ETIK DAN LEGAL TEKNOLOGI INFORMATIKA


DALAM PELAYANAN BIMBINGAN KONSELING
Dosen Pengajar: Ni Komang Sri Yuliastini, S.Pd, M.Pd

OLEH :

KELOMPOK 3

I DEWA GEDE HEDI SAPUTRA (202301010020)

I PUTU WAHYU SUMARDIKA (202201010039)

I MADE GALIH KUMARAS (202201010045)

I MADE SUDIANTARA (202201010028)

UNIVERSITAS PGRI MAHADEWA INDONESIA

BIMBINGAN DAN KONSELING

TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Dengan penuh rasa syukur dan kebahagiaan, kami panjatkan puji syukur ke hadirat

Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-Nya yang senantiasa melimpahkan berkah

kepada kami. Melalui kesempatan yang berharga ini, kami merasa terhormat dapat

menyajikan makalah ini dengan judul “ Isu Etik Dan Legal Teknologi Informatika Dalam

Pelayanan Bimbingan Konseling. Makalah ini bertujuan untuk mengeksplorasi dan

menganalisis isu-isu etika dan legal yang muncul seiring dengan integrasi teknologi informasi

dalam pelayanan bimbingan konseling.

Teknologi informasi memberikan kemudahan dalam mengakses informasi,

memberikan layanan jarak jauh, dan mendukung proses pembelajaran secara personal.

Namun, sejalan dengan manfaat tersebut, muncul pula tantangan terkait dengan privasi,

keamanan data, dan dampak psikologis yang dapat timbul akibat interaksi melalui platform

teknologi.

Dalam menyusun makalah ini, penulis mengumpulkan data dan informasi melalui

studi literatur, penelitian terkini, serta observasi terhadap perkembangan terkini dalam bidang

bimbingan konseling dan teknologi informasi. Selain itu, wawancara dengan para praktisi

bimbingan konseling dan ahli hukum diharapkan dapat memberikan perspektif yang lebih

mendalam terkait isu-isu yang dibahas.

Semoga makalah ini dapat memberikan kontribusi pemikiran yang bernilai dalam

memahami dinamika isu etika dan legal dalam konteks pelayanan bimbingan konseling yang

semakin terkait erat dengan kemajuan teknologi informasi. Kiranya makalah ini dapat

menjadi panduan dan referensi bagi para pembaca, terutama para praktisi, akademisi, dan

pihak-pihak yang terlibat dalam menyelenggarakan pelayanan bimbingan konseling di era

digital ini.
Terima kasih kepada semua pihak yang telah mendukung penyusunan makalah ini.

Semoga bermanfaat dan dapat mendorong upaya bersama dalam menjaga kualitas dan

integritas pelayanan bimbingan konseling di era teknologi informasi.

Denpasar, November 2023


Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Terjadinya kemajuan teknologi pada saat ini menuntut setiap bidang berbasis

teknologi, maka dari itu menuntut bimbingan konseling sebagai profesi yang sedang

berkembang di Indonesia untuk menggunakan teknologi informasi sebagai media

mempermudah dalam melakukan kegiatan profesinya. Pelayanan melalui Teknologi

Informasi dan Komunikasi sangat mudah untuk diakses, ditambah dengan tidak

membutuhkan biaya transportasi yang sangatlah merepotkan. Dengan adanya teknologi,

pelayanan bimbingan dan konseling jadi bersifat anonim.

Bertambahnya kemajuan teknologi ini pun, menjadi mempermudah akses klien

dalam melakukan konseling. Dengan melalui konseling online, klien lebih mau terbuka

berbicara. Konselor pun dapat menyesuaikan terhadap kesiapan klien dalam mengambil

tindakan yang diperlukan. Setelah mulai membuka komunikasi via teknologi informasi

dan komunikasi awal, maka konselor berinisiatif untuk memulai semua kontak

berikutnya. Melalui pelayanan TIK, format dalam proses pelayanan pun menggunakan

protokol yang terstruktur. Yang kita kenal dengan konseling, yang pada saat ini konseling

sudah dilakukan dengan menggunakan fasilitas internet yang biasa kita sebut dengan E-

therapy yang memungkinkan tidak pernah bertatap mukanya antara konselor dan klien.

Sehingga munculah beberapa isu etik yang terjadi dalam E –therapy yang perlu kita

pahami sebagai calon konselor.

Dunia konseling harus bisa berkolaborasi dengan dunia teknologi dalam

menghadapi dan mempertahankan keberadaan bimbingan dan konseling. Agar bisa

bertahan dan diterima oleh masyarakat, maka bimbingan dan konseling harus dapat

disajikan dalam bentuk yang efisien dan efektif yatiu dengan menggunakan TI.
Dunia teknologi telah merajai dunia, siapa yang menguasai teknologi maka ia menguasai

dunia. Nampaknya juga BK harus mensinergiskan dengan teknologi yang sedang

berkembang. Pesatnya komputer dan penyebarannya ternyata tidak berbanding lurus

dengan perkembangan dunia konseling.

1.2 Rumusan Masalah


Pertumbuhan teknologi informasi dalam konteks pelayanan bimbingan konseling

membawa berbagai isu etika dan legal yang perlu diatasi. Beberapa pertanyaan mendasar

muncul, seperti :

1) Apa yang dimaksud dengan etika dalam praktik konseling?

2) Bagaimana isu etik TI dalam pelayanan Bimbingan dan konseling?

3) Bagaimana isu legal teknologi informasi dalam layanan Bimbingan dan konseling?

1.3 Tujuan Penulisan

1) Mengetahui etika dalam praktik konseling.

2) Agar kita mengetahui lebih luas mengenai isu-isu legal TI dalam BK.

3) Agar kita mengerti bagaimana etik TI dalam pelayanan BK

1.4. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan mendalam terkait dampak

positif dan risiko dari penggunaan teknologi informasi dalam konteks bimbingan

konseling. Hasil penelitian juga diharapkan dapat menjadi dasar untuk merancang

pedoman praktis yang dapat membimbing praktisi dalam memastikan penerapan

teknologi informasi yang etis dan legal dalam pelayanan bimbingan konseling.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Isu Etik dan legal

Pengertian etika dan profesi arti etika telah banyak dikemukakan beberapa

ahli berikut. Pertama, etika adalah bagian dari filsafat yang mengajarkan keseluruhan

budi (baik dan buruk). Kedua, etika adalah filsafat tentang nilai, kesusilaan, tentang

baik dan buruk, juga merupakan pengetahuan tentang nilai-nilai itu sendiri. Ketiga,

etika ialah studi tentang tingkah laku manusia, tidak hanya menentukan

kebenarannya sebagaimana adanya, tetapi juga menyelidiki manfaat atau kebaikan

dari seluruh tingkah laku manusia. Keempat, etika ialah memperlihatkan amal

perbuatan manusia sejauh yang dapat diketahui oleh akal pikiran. Kelima, menurut

Van hoose & Kootler, 1985 dalam Gladding (2012:66) mendefinisikan etika (ethics)

sebagai ilmu filsafat mengenai tingkah laku manusia dan pengambilan keputusan

moral.

Mengacu pada arti kata profesi, maka tidak semua pekerjaan dapat dikatakan

profesi. Pendapat George dalam daryl koehn, profesi adalah pekerjaan yang

dilakukan sebagai kegiatan pokok untuk menghasilkan nafkah hidup dan yang

mengandalkan keahlian. Dapat disimpulkan bahwa profesi itu adalah bidang

pekerjaan yang memerlukan keahlian tertentu yang diperoleh melalui pendidikan

tertentu dan mendapat pengakuan serta pembayaran dari pekerjaan tersebut.

Selanjutnya menurut Van hoose dan kootler (1985) dalam gladding (2012:68) Ada

tiga alasan kode etik profesi diperlukan yaitu:

1) Kode etik melindungi profesi dari pemerintah

2) Kode etik mengontrol ketidaksepakatan internal dan pertengkaran mehingga

memelihara kestabilan dalam profesi.

3) Kode etik melindungi praktisi dan publik, terutama untuk pengaduan malpratik.
Legal adalah konsep yang sangat penting karena hukum bertindak sebagai

kerangka kerja, yang mengatur tindakan manusia dan melindungi hak individu dan

masyarakat secara keseluruhan. Dengan memastikan bahwa tindakan yang diambil

adalah legal, kita dapat memastikan bahwa tindakan tersebut tidak melanggar hak

asasi manusia, atau hak-hak lain yang diakui oleh hukum.

Legal adalah istilah yang merujuk pada seseorang atau perusahaan yang

memiliki izin, lisensi, atau otoritas yang diperlukan untuk melakukan suatu kegiatan.

Misalnya, seorang pengacara memiliki kewenangan hukum untuk memberikan

nasihat hukum, dan mewakili klien di pengadilan karena mereka memiliki lisensi dan

keahlian yang diperlukan, untuk melakukan pekerjaan tersebut.

Penting untuk dicatat bahwa apa yang dianggap legal dapat berbeda-beda di

berbagai negara atau yurisdiksi. Ada perbedaan dalam hukum dan regulasi antara

negara-negara, dan apa yang dianggap legal di satu tempat mungkin tidak legal di

tempat lain.

Dalam konteks pelayanan bimbingan dan konseling, teknologi informasi pun

sangat ampuh memecah kebuntuan berkomunikasi antara konselor dengan konseli.

Selain itu, dengan perkembangan yang signifikan terhadap teknologi dan informasi,

tentunya pelayanan bimbingan dan konseling pun menjadi efektif dan efisien

mengingat dahulu sebelum teknologi dan informasi berkembang, konselor dan

konseli masih saling ketergantungan dan mengutamakan untuk layanan bimbingan

dan konseling secara tatap muka.


BAB III
PEMBAHASAN

Di era globalisasi ini, semakin berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi

(IPTEK) semakin besar pula kontribusi dalam membantu jalannya kehidupan manusia.

Hingga kini, kita semua sudah mengetahui bahwasannya teknologi dan informasi sangat

memiliki peran penting sebagai penyokong proses berjalannya aktivitas manusia sehari-hari.

Tentunya, dalam sebuah teknologi dan informasi di suatu negara tentunya memiliki

etika dan hukum dari pemerintahan sekitar. Hal tersebut digunakan guna mencegah

pelanggaran-pelanggaran yang terjadi terhadap norma-norma yang berlaku. Berbicara

mengenai etika, pasti berbicara tentang benar,salah,baik,buruk norma-norma yang berlaku

dalam masyarakat atau kelompok tertentu dan hal tersebut tersusun menjadi sebuah hukum.

Oleh karena itu, dengan penuh kesadaran bahwasannya dalam proses pelayanan bimbingan

dan konseling tentu saja diharuskan untuk menerapkan etika yang berlaku guna mencegah

terjadinya pelanggaran-pelanggaran dalam pelayanan bimbingan dan konseling.

3.1. Pengertian Isu, Etik, Legal, TI, Pelayanan dan Bimbingan dan Konseling

Isu merupakan suatu persoalan yang terjadi. Etik merupakan suatu tatanan susila

yang ada pada masyarakat atau kelompok. Legal merupakan sesuatu yang disahkan oleh

aturan atau konstitusi yang ada atau sesuai dengan aturan. Teknologi Informasi

merupakan suatu media yang sedang berkembang saat ini dan dapat memudahkan

manusia dalam melakukan sesuatu. Pelayanan merupakan suatu bentuk melayani

seseorang dari orang yang ahli. Bimbingan dan Konseling merupakan suatu proses

bantuan dari konselor untuk konseli yang dilakukan secara bertahap atau sistematis agar

konseli dapat berkembang secara optimal.

Etika dalam menjalankan suatu tugas profesi merupakan hal yang essensial

karena menyangkut prestise dari profesi tersebut. Kode etik yang biasa terdapat pada
suatu profesi termaksud profesi konselor. Kode etik ini dapat melindungi kinerja

konselor agar tidak melenceng dari tugas yang seharusnya. Kode etik pula dapat

membantu konseli untuk mendapatkan layanan yang efektif karena kinerja konselor

diarahkan untuk memberikan layanan sesuai kode etik profesinya. Kode etik profesi

konselor merupakan aturan atau pedoman atau pegangan atau tata cara pelayanan BK

yang ditujukan untuk seorang yang ahli dalam profesi (konselor) dari suatu organisasi

profesi atau lembaga atau pemerintah agar konselor mencapai standarisasi

profesionalitas profesinya.

Kode etik dapat menjadi penunjuk arah kinerja konselor bahkan dapat juga

menjadi bumerang bagi konselor gadungan. Kode etik bukanlah hal yang dapat

dipermainkan karena ini menyangkut tanggung jawab konselor dan menyangkut

kenyamanan konseli bagi pelayanan BK yang diberikan. Jika konseli sudah tidak

membutuhkan tenaga profesi BK dikarenakan pelayanan yang diberikan merugikan

konseli maka profesi ini akan gulung tikar. Kode etik konselor harus menjunjung tinggi

dan menghargai martabat manusia, membentuk hubungan dengan konseli yang

bersangkutan, dan bertanggung jawab terhadap masyarakat.

Kode etik juga berlaku pada pelayanan BK berbasis TI, seperti pelayanane-

counseling, konseling via telepon, via e-mail, dan layanan BK online lainnya. Walaupun

belum ada kode etik yang jelas untuk melakukan layanan BK online tetapi konselor

harus tetap memegang teguh kode etik profesi BK konvensional. Kode etik ini harus

sesuai dengan undang- undang yang berlaku pada negara agar dianggap legal. ABKIN

salah satu organisasi profesi konselor yang membuat kode etik profesi BK

mempertimbangkan atau menyesuaikan etika layanan BK dengan kultur, karakteristik

dan konstitusi bangsa Indonesia.


Dalam konteks pelayanan bimbingan dan konseling, teknologi informasi pun

sangat ampuh memecah kebuntuan berkomunikasi antara konselor dengan konseli.

Selain itu, dengan perkembangan yang signifikan terhadap teknologi dan informasi,

tentunya pelayanan bimbingan dan konseling pun menjadi efektif dan efisien mengingat

dahulu sebelum teknologi dan informasi berkembang, konselor dan konseli masih saling

ketergantungan dan mengutamakan untuk layanan bimbingan dan konseling secara tatap

muka.

3.2. Pentingnya Kode Etik

Etika merupakan pembuatan keputusan tentang moral manusia dan interaksinya

dalam masyarakat. Secara umum etika dapat diartikan sebagai suatu disiplin filosopis

yang berkenaan dengan perilaku manusia dan pembuatan keputusan moral. Suatu profesi

memerlukan kode etik untuk mengatur pola-pola tindakan para pemangku jabatan

profesi itu. Kode etik profesional merupakan tatanan yang menjadi pedoman dalam

menjalankan tugas dan aktivitas suatu profesi. Pola tatanan itu seharusnya diikuti dan

ditaati oleh setiap orang yang menjalankan profesi tersebut. Kode etik profesional

diperlukan dengan beberapa alasan antara lain:

1. Untuk melindungi profesi sesuai dengan ketentuan dan kebijaksanaan yang

ditetapkan oleh pemerintah berdasarkan perundang-undangan yang berlaku. Kode

etik ini akan memberikan kemungkinan profesi dapat mengatur dirinya sendiri dan

melaksanakan fungsinya secara otomatis dalam kendali perundang-undangan yang

berlaku.

2. Untuk mengontrol terjadinya ketidak-sepahaman dan persengketaan dari para

pelaksana. Dengan demikian kode etik dapat menjaga dan meningkatkan stabilitas

internal dan eksternal profesi.


3. Melindungi para praktisi dalam masyarakat terutama dalam kaitan kasus-kasus

malapraktek (praktek-praktek yang salah). Bila kegiatan praktek sesuai dengan garis-

garis etika, maka perilaku praktek dapat dianggap memenuhi standar.

4. Melindungi klien dari praktek-praktek yang menyimpang dari orang-orang yang

secara profesional yang tidak berwenang

3.3. Isu-isu etik dan legal dalam pelayanan Bimbingan dan Konseling

Isu legal teknologi informasi dalam bimbingan dan konseling adalah suatu

persoalan yang terjadi dalam pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling dengan

menggunakan teknologi informasi yang disahkan oleh aturan atau konstitusi yang ada

atau sesuai dengan aturan.

Dikarenakan kode etik untuk pelayanan bimbingan dan konseling online masih

belum jelas, maka terdapat isu-isu yang terdengar bahwa terjadi penyelewengan

penyelenggaraan bimbingan dan konseling secara online. Isu – isu etik dan legal

teknologi informasi dalam pelayanan bimbingan dan konseling, seperti:

1. Pertimbangan etika untuk konsultasi, yang dilakukan secara online kepada konseli

seharusnya tetap memegang teguh dengan kode etik bimbingan dan konseling

konvensional dan hanya ada beberapa bagian yang digantikan agar sesuai dengan alat

teknologi yang dipergunakan untuk melakukan konsultasi tersebut.

2. Isu kerahasiaan dan tingkat keamanan dalam pelayanan bimbingan dan konseling

online, seperti data atau masalah yang diadukan oleh individu dibaca oleh orang lain

selain konselor dan orang tersebut bukanlah orang yang berhak untuk membaca

kasus konseli. Dalam konseling konvensional memang lebih aman dibandingkan

dengan konseling via online sehingga data yang diberikan konseli kurang terjamin

aman dan menjadi tidak rahasia lagi. Hal ini berbanding terbalik dengan azas yang

harus dipegang teguh oleh konselor sehingga hal ini masih menjadi isu yang hangat
pada perkembangan penggunaan teknologi informasi dalam pelayanan bimbingan

dan konseling di Indonesia.

3. Isu tingkat keamanan e-counseling sama juga dengan pelayanan bimbingan dan

konseling online lainnya. E-counseling yang menggunakan internet kurang terdapat

keamanannya karena dalam internet memang belum ada proteksi yang cukup kuat

untuk mengamankan data.

4. Isu permasalahan bahasa dan budaya ketika melakukan layanan bimbingan dan

konseling online. Dikarenakan layanan bimbingan dan konseling via online tidak

mengenal letak geografis dan waktu maka tidak menutup kemungkinan bahwa

konselor mendapati konseli lintas budaya dan bahasa. Hal ini dapat bermasalah jika

konselor tidak dapat memahami seluruhnya tentang bahasa dana budaya konseli

sehingga terjadi miss comunication antara konseli dan konselor. Akhirnya pelayanan

bimbingan dan konseling pun tidak menghasilkan hasil yang memuaskan bagi

konseli.

5. Isu kompetensi konselor dalam menggunakan teknologi informasi dalam melayani

konseli. Konselor terkadang belum banyak menguasai teknologi informasi dan

permasalahan ini sudah sangat klasik terjadi, yaitu konselor yang gagap teknologi

sehingga konselor tidak dapat melakukan pelayanan berbasis teknologi informasi.

3.4. Tipe-tipe permasalahan konseling secara online

Konseling yang dilakukan secara online terdapat banyak masalahnya dan berikut ini

tipe- tipe permasalahannya yaitu :

1. Caveat, merupakan dimana konselor dengan sertifikasi tidak jelas atau tidak

memiliki jaminan keamanan tidak memadai


2. Closed, merupakan konselor yang sudah tidak menggunakan situsnya untuk

melakukan konseling online akan tetapi masih tetap online untuk keperluan lain dan

juga tidak pernah melakukan up-dating secara berkala

3. Gone, merupakan situs-situs yang sudah kadaluarsa yang pernah dilakukan untuk

proses konseling online dan sudah ditutup.

Isu permasalahan bahasa dan budaya ketika melakukan layanan BK online.

Dikarenakan layanan BK via online tidak mengenal letak geografis dan waktu maka

tidak menutup kemungkinan bahwa konselor mendapati konseli lintas budaya dan

bahasa. Hal ini dapat bermasalah jika konselor tidak dapat memahami seluruhnya

tentang bahasa dan budaya konseli sehingga terjadi miss-comunication antara konseli

dan konselor. Alhasil pelayanan BK pun tidak menghasilkan hasil yang memuaskan bagi

konseli.

Isu kompetensi konselor dalam menggunakan TI dalam melayani konseli

yaitukonselor terkadang belum banyak menguasai TI dan permasalahan ini sudah sangat

klasik terjadi, yaitu konselor yang gagap teknologi sehingga konselor tidak dapat

melakukan pelayanan berbasis TI.

3.5. Etik teknologi informasi dalam pelayanan bimbingan dan konseling

Etika konseling berarti suatu aturan yang harus dilakukan oleh seorang konselor

dan hak-hak klien yang harus dilindungi oleh seorang konselor. Etika dapat diartikan

sebagai jaminan bahwa konselor bertanggung jawab atas kegiatan bimbingan

konselingnya. Kebanyakan organisasi professional konselor memiliki kode etik yang

mengatur perilaku anggotanya. Konselor harus menjunjung tinggi etika ini dalam

melakukan pekerjaannya berbasis teknologi informasi seperti halnya pada praktek di

kantor, etika pada umumnya bertujuan untuk melindungi pengguna internet agar

kerahasiaannya tetap terjaga seperti dalam dunia nyata.


Etika dan legalitas teknologi informasi dalam pelayanan bimbingan dan

konseling merupakan suatu pedoman ataupun norma-norma yang memiliki nilai sosial

moral guna mencegah terjadinya pelanggaran-pelanggaran terhadap norma-norma yang

berlaku. Seorang konselor dan konseli tentunya perlu mengetahui apa saja yang menjadi

etika dan legalitasnya dalam proses pelayanan bimbingan dan konseling. Boleh jadi

ketika konselor dan konseli tidak mengetahui apa saja isi dan makna dari etika dan

legalitas teknologi informasi dalam pelayanan bimbingan dan konseling menjadikan

suatu permasalahan yang mampu merusak unjuk kerja, reputasi seorang konselor kepada

konseli. Dengan etika, konselor tetap harus menjamin dan bertanggung jawab atas

kegiatan bimbingan dan konselingnya. Konselor harus bergerak sesuai kode etik yang

dimilikinya sehingga proses konseling yang dilakukan di dunia maya harus dilaksanakan

seperti konseling di dunia nyata.

Beberapa rumusan kode etik bimbingan dan konseling adalah :

1. Pembimbing yang memegang jabatan harus memegang teguh prinsip-prinsip

bimbingan dan konseling

2. Pembimbing harus berusaha semaksimal mungkin untuk mencapai hasil yang baik

3. Pekerjaan pembimbing harus berkaitan dengan kehidupan pribadi seseorang,

maka seorang pembimbing harus :

1) Dapat menyimpan rahasia klien.

2) Menunjukkan penghargaan yang sama pada berbagai macam klien.

3) Pembimbing tidak diperkenankan menggunakan tenaga pembantu yang tidak

ahli.

4) Menunjukkan sikap hormat kepada klien.

5) Meminta bantuan ahli diluar kemampuan stafnya.


NBCC (National Board of Certified Counselor) menyatakan bahwa dalam setiap

pelayanan bimbingan dan konseling perlu dihadapkan pada etika dan legalitas guna

mencegah terjadinya pelanggaran-pelanggaran atas norma-norma yang berlaku dan juga

meminimalisir masalah miss comunication antara konselor dan konseli guna kelancaran

dalam berlangsungnya proses pelayanan bimbingan dan konseling.

Mengikuti kode etik National Board for Certified Counselor tentang praktek konseling

professional, konselor online seharusnya :

1. Konselor mengacu kepada aturan-aturan yang berlaku dalam konsultasi media

online.

2. Dalam situasi sulit untuk memverifikasi identitas klien, tentunya harus menggunakan

kode atau nomor guna mencegah penipuan yang terjadi.

3. Konselor menentukan apakah konseli adalah seorang anak-anak, tentunya jika

konseli itu seorang anak-anak, perlu ada persetujuan dari orang tua/wali.

4. Sebagai upaya kelancaran dalam proses pelayanan konseling, konselor terlebih

dahulu memberikan informasi tentang metode atau cara melakukan konsultasi

melalui media online kepada konseli.

5. Sebagai proses orientasi konseling, konselor memberikan penjelasan tentang hal-hal

yang dapat menimbulkan kesalahpahaman kepada konseli untuk meminimalisir

permasalahan tersebut.

6. Konselor berkewajiban untuk memberikan kesadaran secara bebas dalam mengakses

situs yang dapat terhubung kepada proses pelayanan konseling.

7. Dalam batas teknologi yang tersedia, konselor membuat situs web yang ditujukan

kepada konseli yang berkebutuhan khusus.


8. Konselor menyadari bahwasannya beberapa konseli berasal dari berbagai daerah. Hal

itu menjadikan konselor sadar akan cara pelayanan terhadap konseli dalam

berkonsultasi.

9. Konselor memberikan informasi mengenai metode enkripsi, dimana pada saat proses

pelayanan konseling membutuhkan keamanan yang kuat. Perlu dijelaskan pula

bagaimana jika pada saat proses tidak memakai metode enkripsi, sebutkan saja

resiko-resiko yang akan diterima.

10. Konselor melakukan kesepakatan dengan konseli tentang waktu berlangsungnya

proses konseling.

11. Konselor menggunakan media e-mail sebagai media utama dalam proses konseling.

12. Konselor pun menjelaskan kepada konseli perihal kegagalan dalam berkomunikasi

(gangguan-gangguan yang terjadi pada saat konseling) hal itu dapat menjadikan

pengetahuan terhadap konseli guna meminimalisir miss comunication.

Diatas telah dinyatakan oleh NBCC (National Board of Certified Counselor)

bahwa dalam setiap proses pelayanan bimbingan dan konseling perlu dihadapkan pada

etika dan legalitas guna mencegah terjadinya pelanggaran-pelanggaran atas norma-

norma yang berlaku dan juga meminimalisir masalah miss comunication antara konselor

dan konseli guna kelancaran dalam berlangsungya proses pelayanan bimbingan dan

konseling. Situs National Board for Certified Counselor menawarkan keterangan lebih

spesifik setiap standar. Aturan-aturanstandar ini menunjukan hal yang penting dan

bersungguh-sungguh untuk mengenalkan masalah yang berkaitan dengan layanan

konsultasi lewat internet. American Counseling Assosiation pada bulan oktober 1999

meresmikan atau menyepakati standar etika untuk konsultasimelalui internet. Petunjuk-

petunjuk memantapkan standar yang sesuai unruk penggunaan komunikasi lewat internet
dan digunakan untuk menghubungkandengan kode etik dan standar praktek konsutasi

online (Nurfitriyani, 2011)


BAB IV
PENUTUP

4.1. Kesimpulan

Isu permasalahan bahasa dan budaya ketika melakukan layanan BK online,

dikarenakan layanan BK via online tidak mengenal letak geografis dan waktu maka tidak

menutup kemungkinan bahwa konselor mendapati konseli lintas budaya dan bahasa. Hal

ini dapat bermasalah jika konselor tidak dapat memahami seluruhnya tentang bahasa dan

budaya konseli sehingga terjadi miss-comunication antara konseli dan konselor. Alhasil

pelayanan BK pun tidak menghasilkan hasil yang memuaskan bagi konseli.

Etika pada umumnya bertujuan untuk melindungi pengguna, dalam hal ini

adalah pengguna internet agar kerahasiaannya tetap terjaga seperti dalam dunia nyata.

Jika dihubungkan dengan dunia konseling, konseling melalui jaringan yang kini mulai

dikembangkan tentu harus sesuai dengan etika-etika yang ada. Dengan etika, konselor

tetap harus menjamin dan bertanggung jawab atas kegiatan bimbingan dan konselingnya.

Konselor harus bergerak sesuai kode etik yang dimilikinya sehingga proses konseling

yang dilakukan di dunia maya harus dilaksanakan seperti konseling di dunia nyata.

4.2. Saran

Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan saya menyadari bahwa

makalah ini jauh dari kesempurnaan. Untuk itu, saya mengharapkan saran dari pembaca

guna kelengkapan isi makalah agar dapat mendekati kesempurnaan.


DAFTAR PUSTAKA

Abdul Hadi Bin Basri, 2010. Kode Etik Bimbingan Dan Konseling. Bpi
uinsuskariau3.blogspot.com. Ahad, 12 Disember 2010.

Gesha Rahmalia. 2011. Isu etik dan legal TI dalam Pelayanan


BK.http://gesharandiansyah.blogspot.com.

Gulunganpita.2011. isu Etik dan Legal Teknologi Informasi dalam Bimbingan dan Konseling.
boxstoria.blogspot.com.

Anda mungkin juga menyukai