266 1112 1 PB
266 1112 1 PB
Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap unsur-unsur budaya dalam cerita rakyat
Suku Mairasi, Kaimana, Papua Barat dengan pendekatan antropologi sastra. Data diperoleh
melalui ob- servasi, wawancara, rekam, dan catat. Data penelitian berupa satuan tekstual yang
mengandung wacana unsur-unsur budaya. Analisis dilakukan dengan menginterpretasikan unsur
budaya terse- but berdasarkan referensi etnografi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
melalui pendekatan antropologi sastra, unsur-unsur budaya dalam cerita rakyat Suku Mairasi
terlihat lebih jelas. Dari analisis diketahui bahwa bahasa Mairasi masih hidup dan digunakan
sebagai sarana komunikasi. Suku Mairasi memiliki rumah tradisional yang disebut Weso dan
dijadikan sebagai rumah tinggal di kebun. Rumah weso ini juga sebagai penanda kekerabatan.
Suku Mairasi mengenal keluarga inti dan pernikahan dilakukan dengan klen di luar klen
mereka. Untuk menjaga stabilitas dan norma adat maka mereka memiliki pemimpin yang
dipilih berdasarkan pengetahuannya tentang latar belakang klennya. Oleh karena itu, menjadi
hal yang beralasan jika mereka percaya dengan kekuatan alam yang terinternalisasi dalam
sistem pengetahuan dan sistem religi mereka.
Kata kunci: unsur budaya, cerita rakyat Suku Mairasi, antropologi sastra
Abstract : The study aims to reveal elements of the culture reflected in the mairasi, kaimana,
west Papua folk story with the approach to literary anthropology. Data obtained through
observation, interview, record, and note. Research data consists of textual units containing
cultural elements. Analysis is done by interpreting these cultural elements based on
ethnographic reference. The results of this study suggest that through the literary
anthropology approach, the cultural elements of the Mairasi folklore become much clearer.
Analysis found that the Mairasi language is alive and is used as a means of communication.
The Mairasi people had a traditional house called weso and became a garden home. This
house also as a kinship marker. The mairasi people know the nuclear family and the
marriage is performed with the klen outside their klen. To maintain stability and cultural
norms they have a chosen leader based on his knowledge of klen background. The Mairasi
people became familiar with the new profession of fishing, originally they were hunters and
farmers. Some devices used for daily activities are more commonly made from natural mate-
rials. It is the reasons that they believe in natural forces which are internalized in their
systems of knowledge and religious systems.
Keywords: cultural elements, Mairasi folklore, literary anthropology
PENDAHULUAN
Cerita rakyat Suku Mairasi hidup dan berakar di kalangan orang Mairasi. Walaupun cerita
rakyat dianggap sebagai cerita rekaan belaka tak dapat dipungkiri bahwa di dalam masyarakat
tertentu cerita rakyat masih hidup dan memiliki makna serta bersifat diturunkan dari generasi
ke generasi. Mitos (baca cerita rakyat) merupakan cerita impian yang dianggap memberikan
informasi dasar tentang dewa-dewi, dunia dan manusia, dan yang mempersatukan satu bangsa
melalui asal-usul, kesetiaan, dan nasib bersama.
Cerita rakyat Suku Mairasi merupakan cerminan kondisi sosial masyarakat, angan-
angan kolektif, dan kekayaan budaya masyarakat penuturnya. Melalui cerita rakyat dapat
dipahami kondisi sosial budaya masyarakat tersebut sebab cerita rakyat merupakan media
yang paling lapang untuk memahami kebudayaan suatu masyarakat. Menurut Arbuckle
(1990:34) sebuah mitos memberi makna kepada manusia mengenai asal-usul kenyataan
alam dan sosialnya serta hubungan antara manusia dengan alam semesta. Sementara itu,
Eliade (1975:1), mene- gaskan mitos sebagai cerita benar dan cerita itu mengandung
sebuah nilai sakral dan signif- ikan bagi masyarakat yang memercayainya. Bahkan,
Campbell (1998: 55) menegaskan bahwa mitologi menjadi subyek yang menarik bukan
karena dikatakan penting, akan tetapi karena ada sesuatu yang dapat diperoleh dari mitos
itu atau karena mitos itu memiliki fungsi bagi kehidupan. Oleh karena itu, untuk dapat lebih
memahami mitos (cerita rakyat) di Papua yang banyak bersinggungan dengan masalah
ethnografi maka diperlukan pendekatan sastra berbasis budaya atau antropologi sastra.
Sastra dan budaya sering jalin-menjalin dalam bentuk teks. Teks sastra biasanya
memuat keragaman budaya (Endraswara, 2015:83). Sastra lisan yang disampaikan melalui
bahasa bukan hanya sekadar alat untuk mengomunikasikan realitas akan tetapi juga
merupakan alat untuk menyusun realitas (Spradley, 2006:25).
Ada beberapa bukti yang mendukung kedekatan antara antropologi dengan sastra (En-
draswara, 2015:5) yaitu, (1) sastra dan antropologi merupakan dua disiplin ilmu yang sama-
sama memerhatikan aspek manusia dengan seluruh perilakunya; (2) manusia adalah makhluk
berbudaya yang memiliki daya cipta rasa kritis untuk mengubah hidupnya; (3) antropologi dan
sastra tidak alergi pada fenomena imajinatif kehidupan manusia yang sering lebih indah dari
warna aslinya;
(4) banyak wacana lisan dan sastra lisan yang menarik minat para antropolog dan ahli sastra;
(5) banyak interdisipliner yang mengitari bidang sastra dan budaya sehingga memerlukan
penanganan secara antropologi sastra. Lima alasan tersebut mengindikasikan bahwa adat
istiadat, tradisi, sere- monial, mitos, dan sejenisnya merupakan topik-topik yang menarik
untuk dikaji oleh para ahli sastra melalui pisau antropologi sastra
METODE
Penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif, yakni dengan memahami fenomena
tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian, misalnya perilaku, persepsi, motivasi,
tindakan secara menyeluruh, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa,
pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah
Moleong (2006:6). Teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling. Fokus
penelitian ini adalah penggunaan semiotik pada data berupa kata atau kalimat atau paragraf
yang berhubungan dengan unsur-unsur budaya pada cerita rakyat Suku Mairasi. Sumber
data yang digunakan dalam penelitian ini adalah cerita rakyat Suku Mairasi yang berasal
dari Kabupaten Kaimana. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik wawancara dan studi
pustaka. Analisis data dilakukan dengan metode analisis isi (content analysis).
Sistem Teknologi
Peralatan produktif dalam kebudayaan orang Mairasi sudah banyak mengalami pengaruh dari
luar sehingga peralaatan produktif yang digunakan sebagian besar dikenalkan dari luar.
Namun demikian, ada beberapa alat tradisional yang masih terlihat digunakan misalnya
wadabie yaitu alat untuk menokok sagu. Alat ini terbuat dari bahan bambu, kayu dan tali
rotan untuk mengikatnya. Sekarang alat ini sudah ditambah lagi dengan bahan logam, yaitu
potongan pipa besi yang disarung pada ujung penokok
Setelah mendapatkan pohon sagu yang besar, Nawo mengajak Ketu menebang
pohon sagu tersebut. “Ayo, kita segera tebang pohon sagu ini!” ajak Nawo sambil
mulai menga- yunkan kapaknya. Selain membawa kapak, parang, panah mereka
berdua membawa wad- abie atau alat penokok sagu. Ketu menuruti perintah Nawo.
Mereka berdua sibuk mene- bang pohon sagu besar hingga tengah hari.
Sistem Pengetahuan
Pengetahuan Tentang Binatang
Pada mulanya orang Mairasi adaah orang yang tinggal di pedalaman dan belum mengetahui
Religi
Kepercayaan-kepercayaan dalam budaya suku Mairasi disampaikan melalui mite-mite,
khususnya oleh pandai Sihir. Orang-orang semacam ini memiliki hubungan khusus dengan
roh-roh dan mempunyai kekuatan dari mahkluk tertinggi untuk memperbaiki peranan utama
mereka. Mes- kipun orang Mairasi telah memeluk agama Kristen Protestan, namun sebagian
unsur kepercayaan asli masih tetap hidup dalam masyarakat, khususnya kepercayaan terhdap
kekuatan gaib. Sebagian unsur-unsur kepercayaan asli itu adalah animism-dinamisme dan ilmu
gaib (magic)
DAFTAR PUSTAKA
Arbuckle, James L. 1990. Amos. Chicago: IL SPSS Inc.
Bruner, Jerome S. 1996. The Culture of Education. Harvard University Press.
Campbell, Joseph. 1998. The Power of Myth. US: Doubleday.
Djirong, Salmah.2014. Kajian Antropologi Sastra Cerita Rakyat Datumuseng Dan Maipa Deapati.
Sawerigading, Vol. 20, No. 2, Agustus 2014: 215—226.
Eliade, Mircea. 1975. Myth and Reality. Harper and Row.
Endarswara, Suwandi. 2003. Metode Penelitian Sastra. Yogyakarta: Caps (Cebtral for
Academic Publishing Service).
Endraswara, Suwardi. 2015. Metodologi Penelitian Antropologi Sastra. Ombak : Yogyakarta
Koentjaraningrat. 2005. Pengantar Antropologi I. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Koentjaraningrat. 2005. Pengantar Antropologi Pokok-Pokok Etnografi II. Jakarta: PT
Rineka Cipta.
Ratna, Nyoman Kutha 2011. Antropologi Sastra: Peranan Unsur-unsur Kebudayaan dalam
Proses Kreatif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Ratna, Nyoman Kutha. 2011. Antropologi Sastra: Peranan Unsur-Unsur Kebudayaan
dalam Proses kreatif. Jakarta: Pustaka Pelajar.
Ridington, Robin and Jillian Ridington. 2006 When You Sing It Now, Just Like New: First
Nations Poetics, Voices and Representations. Lincoln: University of Nebraska Press.