BAB V
RENCANA STRUKTUR RUANG
V-1
DOKUMEN FINAL
Rencana Zonasi Wilayah Pesisirdan Pulau-Pulau Kecil
Provinsi Bengkulu
V-2
DOKUMEN FINAL
Rencana Zonasi Wilayah Pesisirdan Pulau-Pulau Kecil
Provinsi Bengkulu
V-3
DOKUMEN FINAL
Rencana Zonasi Wilayah Pesisirdan Pulau-Pulau Kecil
Provinsi Bengkulu
V-4
DOKUMEN FINAL
Rencana Zonasi Wilayah Pesisirdan Pulau-Pulau Kecil
Provinsi Bengkulu
V-5
DOKUMEN FINAL
Rencana Zonasi Wilayah Pesisirdan Pulau-Pulau Kecil
Provinsi Bengkulu
V-6
DOKUMEN FINAL
Rencana Zonasi Wilayah Pesisirdan Pulau-Pulau Kecil
Provinsi Bengkulu
Pelabuhan Pulau Baai; dan perairan Pelabuhan Pulau Baai sampai ke perairan
Pulau Mega.
Wilayah perairan Provinsi Bengkulu belum memiliki alur laut untuk kabel
bawah laut. Hasil diskusi dengan kementerian dan lembaga terkait, rencana PT
Telkom untuk membangun pipa kabel bawa laut masih dalam tahap masukan
yang pembangunannya belum pasti dilaksanakan dalam jangka waktu 20 tahun
ke depan sehingga dalam struktur ruang belum dapat dimasukkan.
V-7
DOKUMEN FINAL
Rencana Zonasi Wilayah Pesisirdan Pulau-Pulau Kecil
Provinsi Bengkulu
5.2.3 Telekomunikasi
5.2.2.3.1 Kabel bawah laut untuk telekomunikasi
Saat ini telekomunikasi untuk Provinsi Bengkulu masih perlu peningkatan
kapasitas jaringan. Peningkatan kualitas jaringan dan perbaikan infrastruktur
telekomunikasi selama ini menggunakan kabel dan saat ini telah beralih
menggunakan serat optik. Hampir seluruh wilayah kabupaten sudah terpasang
serat optik tersebut dimulai dengan pemasangan di Kota Bengkulu.
5.2.2.3.2 Kabel bawah laut dan sarana instrumen untuk mitigasi bencana
Provinsi Bengkulu salah satu Provinsi yang berada di lokasi ring of fire
sehingga berpotensi terjadinya bencana terutama yang bersumber dari bawah
laut. Bencana alam seperti gempa, tsunami, taifun dan longsor bawah laut
memberi ancaman yang signifikan terhadap jaringan kabel bawah laut. Menyusul
tsunami dari gempa megathrust Laut Andaman-Sumatera pada 26 Desember
2004. Terjangan puing dan material lain yang diseret gelombang laut usai
menerjang daratan. Salah satu solusi alternatif penanggulangan bencana di yang
berdampak pada telekomunikasi adalah memanfaatkan opsi reroute yang
tersedia memungkinkan lalu lintas komunikasi tidak banyak terganggu.
Kerusakan kabel bawah laut paling sering disebabkan kesalahan dan
kelalaian manusia. Penggunaan peralatan aktivitas perikanan komersial
menyumbang 40 persen kasus gangguan kabel. Sebanyak 15 persen kejadian
gangguan lainnya disebabkan insiden jangkar, semisal buang jangkar tidak
benar, di luar wilayah yang ditetapkan, jangkar terbawa arus, ataupun kebutuhan
darurat buang jangkar.
Upaya mitigasi bencana yang dilakukan diantaranya adalah pemasangan
kabel bawah laut sejenis serat optik dan pemasangan instrumen sebagai wahana
early warning system. Tantangan untuk Indonesia dapat mengimplementasikan
teknologi observasi bawah laut yang terintegrasi dengan teknologi submarine
fiber optic cable. Demi ketepatan penanggulangan dampak bencana terhadap
V-8
DOKUMEN FINAL
Rencana Zonasi Wilayah Pesisirdan Pulau-Pulau Kecil
Provinsi Bengkulu
V-9
DOKUMEN FINAL
Rencana Zonasi Wilayah Pesisirdan Pulau-Pulau Kecil
Provinsi Bengkulu
V-10