Anda di halaman 1dari 119

i

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA DEWASA


DENGAN HIPERTENSI DI WILAYAH BINAAN
KELURAHAN KARANGAYU
SEMARANG BARAT

KARYA TULIS ILMIAH NERS

Karya Tulis Ilmiah Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk


Memperoleh Gelar Profesi Ners

Oleh:
Rafika Alfiyatin
5.18.066

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


STIKES TELOGOREJO SEMARANG
2019

i
2

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA DEWASA


DENGAN HIPERTENSI DI WILAYAH BINAAN
KELURAHAN KARANGAYU
SEMARANG BARAT

KARYA TULIS ILMIAH NERS


Karya Tulis Ilmiah Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk
Memperoleh Gelar Profesi Ners
memperoleh gelar Sa

rjana Keperawatan
Oleh:
Rafika Alfiyatin
5.18.066

PROGAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


STIKES TELOGOREJO SEMARANG
2019

2i
3

HALAMAN PENGESAHAN

Karya tulis ilmiah Ners ini diajukan oleh:

Nama : Rafika Alfiyatin

NIM : 5.18.066

Program Studi : Pendidikan Profesi Ners

Judul Karya Tulis Ilmiah Ners : Asuhan Keperawatan Keluarga Pada Dewasa

Dengan Hipertensi di Wilayah Binaan Kelurahan

Karangayu Semarang Barat

Telah berhasil dipertahankan dihadapan Dewan Penguji dan diterima sebagai

bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Ners pada

Program Studi Pendidikan Profesi Ners STIKES Telogorejo Semarang.

Semarang, Agustus 2019

DEWAN PENGUJI

Penguji I : Ns. Asti Nuraeni, M.Kep., Sp. Kep. Kom (………………..)

Penguji II : Ns. Prita Adisty Handayani, M.Kep (………………..)

ii
3
4

PERNYATAAN ORISINALITAS

Karya Tulis Ilmiah Nersini adalah hasil karya saya sendiri dan semua sumber baik

yang dikutip maupun dirujuk telah saya nyatakan dengan benar

Nama : Rafika Alfiyatin

NIM : 5.18.066

Tanda Tangan :

Tanggal : Agustus 2019

iii4
5

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS


AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai cibitas akademik STIKES Telogorejo Semarang, saya yang bertanda tangan
di bawahini:
Nama : Rafik aAlfiyatin
NIM : 5.18.066
Program Studi : Pendidikan Profesi Ners
Jenis Karya : Karya Tulis Ilmiah Ners

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada


STIKES Telogorejo Semarang Hak Bebas Royalti Non ekslusif (Non-exclusive
Royalty-Free Right) atas Karya Tulis Ilmiah Ners saya yang berjudul: Asuhan
Keperawatan pada Dewasa dengan Hipertesi di Wilayah Binaan Kelurahan
Karangayu Semarang Barat dengan hak bebas royalty non eksklusif ini STIKES
Telogorejo Semarang berhak menyimpan, mengalih media/formatkan, mengelola
dalam bentuk pangkalan data (database), merawat, dan mempublikasikan tugas akhir
saya tanpa meminta ijin dari saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai
penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Semarang, Agustus 2019


Yang menyatakan

Rafika Alfiyatin

iv
5
6

PRAKATA

Alhamdulillah, dengan mengucap puji syukur kepada Allah SWT atas limpahan

nikmat dan karuniaNya serta arahan dan bimbingan dari berbagai pihak akhirnya

dapat menyelesaikan penyusunan Karya Tulis Ilmiah Ners yang berjudul“Asuhan

Keperawatan Keluarga pada Dewasa dengan Hipertensi di Wilayah Binaan

Kelurahan Karangayu Semarang Barat”. Penyusunan Karya Tulis Ilmiah Ners ini

tidak akan berhasil tanpa adanya dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Pada

kesempatan ini dengan kerendahan hati penulis bermaksud menyampaikan rasa

terimakasih, kepada:

1. dr. Swanny Trikajanti W., M.Kes, Ph.D., selaku Ketua STIKES Telogorejo

Semarang.

2. Ns. Sri Puguh K., M.Kep., Sp.M.B selaku Ketua Program Studi S.1 Ilmu

Keperawatan.

3. Ns. Asti Nuraeni, M. Kep., Sp.Kep.Kom selaku wali dosen dan pembimbing I

yang telah meluangkan waktu untuk membimbing dan memberikan motivasi,

ilmu yang bermanfaat, serta saran untuk menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

4. Ns. Prita Adisty Handayani, M.Kep selaku pembimbing II yang telah

meluangkan waktu untuk membimbing dan memberikan motivasi, ilmu yang

bermanfaat, serta saran untuk menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah Ners ini.

5. Bapak Julaiman, Ibu Siti Mardhiyah, Esti Noor Rohmah, Axl ibrahimmovic dan

Nuwella Michelle sebagai keluarga yang telah mensponsori doa dan materi

selama proses penyusunan Karya Tulis Ilmiah Ners ini.

6v
7

6. Maya, Fauzul dan Putri, serta teman-teman seperjuangan program studi Ners

angkatan 2018, atas tenaga dan ketabahan yang kita lalui bersama selama satu

tahun dilahan praktik.

7. Keluarga kelolaan penulis serta segala pihak yang telah berperan dalam

pembuatan Karya Tulis Ilmiah Ners ini.

Semarang, Agustus 2019

Penulis

7vi
8

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL .......................................................................................... i

HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................ ii

PERNYATAAN ORISINILITAS ...................................................................... iii

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ............................................... iv

PRAKATA .......................................................................................................... v

DAFTAR ISI ....................................................................................................... vii

DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... ix

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ............................................................................ 1

B. Tujuan ......................................................................................... 4

C. Manfaat ....................................................................................... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Keperawatan Komunitas ............................................................. 6

B. Keluarga ...................................................................................... 7

C. Dewasa ........................................................................................ 15

D. Hipertensi .................................................................................... 16

E. Proses Asuhan Keperawatan Keluarga ....................................... 25

BAB III TINJAUAN KASUS

A. Pengkajian ................................................................................... 34

B. Diagnosa - Evaluasi Keperawatan .............................................. 37

BAB IV PEMBAHASAN

A. Pengkajian ................................................................................... 43

vii
8
9

B. Diagnosa- Evaluasi Keperawatan ............................................... 52

1. Nyeri Akut ............................................................................ 52

2. Ketidakefektifan Pemeliharaan Kesehatan ........................... 58

3. Perilaku Kesehatan Cenderung Berisiko .............................. 64

BAB V PENUTUP

A. Simpulan ..................................................................................... 71

B. Saran ........................................................................................... 75

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

viii
9
10

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Asuhan Keperawatan Keluarga

Lampiran 2 : Brosur Penyakit Hipertensi

Lampiran 3 : Brosur Diit Hipertensi

Lampiran 4 : Prosedur Kompres Air Hangat

Lampiran 5 : Prosedur Massage Kaki

Lampiran 6 : Checklist

Lampiran 7 : Lembar Konsultasi

ix
10
1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Komunitas merupakan suatu kelompok yang ditentukan oleh batas-batas wilayah,

nilai-nilai, minat yang sama, serta ada rasa saling mengenal dan berinteraksi

antara angota masyarakat yang satu dan yang lainnya (Harnila, 2013). Suatu

kelompok tidak terlepas dari berbagai permasalahan kesehatan, maka diperlukan

perawatan komunitas. Keperawatan komunitas adalah sebuah spesialisasi yang

membawa secara bersama pengetahuan dari ilmu kesehatan masyarakat dan

keperawatan untuk mempromosikan dan meningkatkan kesehatan komunitas

(American Public Health Association, 1996 dalam Stanhope & Lancester, 2014).

Keperawatan komunitas sendiri memiliki banyak peranan dan sasaran yaitu

individu, keluarga, dan kelompok sehat, maupun yang mengalami masalah

kesehatan (Harnila, 2013). Komunitas memiliki unit terkecil yaitu keluarga

(Efendi & Mukhfudli, 2009).

Keluarga adalah sekumpulan orang yang dihubungkan oleh perkawinan, adopsi,

dan kelahiran yang bertujuan menciptakan dan mempertahankan budaya yang

umum, meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional, dan sosial dari

individu-individu yang ada didalamnnya terlihat dari pola interaksi yang saling

ketergantungan untuk mencapai tujuan bersama (Friedman, 2013 dalam Achjar,

1
2

2010). Keluarga terdiri dari beberapa tahap perkembangan salah satunya adalah

dewasa.

Dewasa merupakan usia pertengahan yaitu 40-60 tahun yang ditandai oleh

adanya perubahan-perubahan jasmani dan mental (Fitriyah & Jauhar, 2014).

Masalah yang sering muncul pada tahap perkembangan dewasa adalah kolesterol

tinggi, diabetes militus dan tekanan darah tinggi atau hipertensi (Ali, 2009).

Hipertensi didefinisikan sebagai tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan

tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg. Hipertensi sering disebut sebagai

“silent killer” karena sering kali penderita hipertensi bertahun-tahun tanpa

merasakan sesuatu gangguan atau gejala. Di Indonesia, dengan tingkat kesadaran

akan kesehatan yang lebih rendah, jumlah pasien yang tidak menyadari bahwa

dirinya menderita hipertensi dan yang tidak mematuhi minum obat kemungkinan

lebih besar faktor yang berperan terjadinnya hipertensi cenderung meningkat

seiring dengan bertambahnya usia karena mengalami penurunan elestisitas,

pelebaran dan kaku (Triyanto,2014).

World Health Organizatio (WHO) pada tahun 2015, prevalensi peningkatan

tekanan darah pada wanita berusia 18 tahun ke atas adalah sekitar 20% dan pria

sekitar 24%. Lima negara teratas dengan proporsi tertinggi pria dengan tekanan

darah tinggi pada tahun 2015 semuanya di Eropa Tengah dan Timur yaitu

Kroasia, Latvia, Lithuania, Hongaria dan Slovenia. Hampir dua dari lima pria di

negara-negara ini memiliki penyakit tekanan darah tinggi. Lima negara teratas

dengan proporsi wanita dengan tekanan darah tinggi tertinggi pada tahun 2015
3

semuanya di Afrika yaitu Niger, Chad, Mali, Burkina Faso dan Somalia. Sekitar

satu dari tiga wanita negara-negara ini memiliki penyakit hipertensi.

Prevalensi penyakit hipertensi di Indonesia berdasarkan diagnosis dokter

sebanyak 8,4% berdasarkan diagnosis dokter minum obat antihipertensi sebanyak

8,8% dan berdasarkan hasil pengukuran sebanyak 34,1%. Trend penyakit tidak

menular kasus hipertensi naik dibanding RKD 2013 (Riskesdas, 2018, hlm.61).

Penyakit hipertensi dikota semarang masih menempati proporsi terbesar dari

seluruh penyakit tidak menular, yaitu sebesar 64,8% (Profil Kesehatan Jateng,

2017, hlm.98). Sedangkan prevalesi hipertensi pada dewasa tahun 2019

dikelurahan karangayu RW 3 sebanyak 40% kasus (Tim Komunitas Profesi Ners,

2019). Tingginya hipertensi menandakan adanya peningkatan penderita

hipertensi. Untuk melakukan pendekatan kepada keluarga dibutuhkan peran

perawat.

Peran perawat komunitas berperan sebagai pemberi asuhan keperawatan,

konselor, pendidik atau peneliti agar keluarganya dapat mengenal tanda bahaya

dini gangguan kesehatan pada anggota keluarganya (Sudiharto, 2007). Peran

perawat komunitas dalam membantu keluarga untuk menyelesaikan masalah

kesehatan dengan cara meningkatkan kesanggupan keluarga melakukan fungsi

dan tugas perawatan kesehatan keluarga. Adapun peran perawat dalam

membantu keluarga menderita penyakit hipertensi yaitu memberikan pendidikan

kesehatan pada keluarga agar dapat melakukan asuhan keperawatan secara

mandiri, sebagai koordinator untuk mengatur program kegiatan atau dari

berbagai disiplin ilmu, sebagai pengawas kesehatan, sebagai konsultan dalam


4

mengatasi masalah, sebagai fasilitator asuhan keperawatan dasar pada keluarga

yang menderita penyakit hipertensi perawat berkolaborasi dengan tim kesehatan

lain membuat suatu keputusan untuk mengatasi masalah kesehatan (Muhlisin,

2012).

Tindakan mengatasi masalah dewasa dengan hipertensi adalah dengan

mengenalkan masalah dan melakukan perawatan pada anggota keluarga secara

tepat. Salah satu intervensi berdasarkan jurnal orang lain yaitu self management

yang dapat diaplikasikan pada pasien hipertensi untuk meningkatkan

pengetahuan, sikap dan perilaku dengan metode ceramah menggunakan media

booklet (Le, 2013, dalam Jurnal Sri Wahyuni, 2016).

Karya tulis ilmiah ini akan membahas mengenai asuhan keperawatan keluarga

pada dewasa dengan hipertensi dengan pemberian salah satu penatalaksaannya

yaitu self management pada pasien hipertensi.

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Mampu melakukan asuhan keperawatan keluarga pada dewasa dengan

hipertensi di Kelurahan Karangayu Kecamatan Semarang Barat.

2. Tujuan Khusus

a. Melakukan pengkajian data keluarga pada dewasa dengan hipertensi di

Kelurahan Karangayu SemarangBarat.

b. Merumuskan masalah keperawatan pada keluarga dengan dewasa

hipertensi di Kelurahan Karangayu SemarangBarat.


5

c. Menyusun rencana keperawatan keluarga pada dewasa dengan hipertensi

di Kelurahan Karangayu Semarang Barat

d. Melakukan tindakan keperawatan keluarga pada dewasa dengan

hipertensi di Kelurahan Karangayu SemarangBarat

e. Melakukan evaluasi keperawatan keluarga pada dewasa dengan

hipertensi di Kelurahan Karangayu SemarangBarat

C. Manfaat

1. Bagi Institusi Pendidikan

Hasil penulisan ini dapat dijadikan referensi dalam proses pembelajaran

tentang asuhan keperawatan keluarga dewasa dengan hipertensi.

2. Bagi Profesi Keperawatan

Hasil penulisan ini dapat dijadikan sebagai salah satu gambaran tentang

keluarga dengan dewasa hipertensi sehingga perawat memiliki tugas dan

peran yang sangat berguna meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.

3. Bagi Masyarakat

Meningkatkan kesehatan pada keluarga dengan dewasa hipertensi melalui

proses keperawatan yang dilakukan dan dijadikan bahan pertimbangan bagi

masyarakat dalam upaya meningkatkan perilaku hidup sehat.


6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Komunitas

1. Pengertian

Keperawatan komunitas adalah sebuah spesialisasi yang membawa secara

bersama pengetahuan dari ilmu kesehatan masyarakat dan keperawatan untuk

mempromosikan dan meningkatkan kesehatan komunitas (American Public

Health Association, 1996 dalam Stanhope & Lancester, 2014).

2. Tujuan Keperawatan Komunitas

Tujuan keperawatan komunitas adalah untuk pencegahan dan peningkatan

kesehatan masyarakat melalui upaya-upaya sebagai pelayanan keperawatan

secara langsung (direct care) terhadap individu, keluarga dan kelompok

dalam konteks komunitas. Perhatikan langsung terhadap kesehatan seluruh

masyarakat (health general comunity) dengan mempertimbangkan

permasalahan atau isu kesehatan masyarakat yang dapat mempengaruhi

keluarga, individu dan kelompok.

Mubarak & Chayatin (2011) menyatakan secara spesifik diharapkan individu,

keluarga, kelompok dan masyarakat mempunyai kemaampuan untuk

mengidentifikasi masalah kesehatan yang dialami, menetapkan

6
7

masalah kesehatan yang memprioritaskan masalah tersebut, merumuskan

serta memecahkan kesehatan yang mereka hadapi, mengevaluasi sejauh mana

pemecahan masalah yang mereka hadapi, yang akhirnya dapat meningkatkan

kemampuan dan memelihara kesehatan secara mandiri (self care).

3. Strategi

Sasaran keperawatan komunitas adalah seluruh masyarakat, termasuk

individu, keluarga dan kelompok, baik sehata maupun sakit khususnya

mereka yang beresiko tinggi mengalami masalah kesehatan dalam

masyarakat yaitu individu dalam keluarga.

B. Keluarga

1. Definisi

Keluarga adalah sekumpulan orang yang dihubungkan oleh perkawinan,

adopsi, dan kelahiran yang bertujuan menciptakan dan mempertahankan

budaya yang umum, meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional,

dan sosial dari individu-individu yang ada didalamnnya terlihat dari pola

interaksi yang saling ketergantungan untuk mencapai tujuan bersama

(Friedman, 2013 dalam Achjar, 2010).Dalam keluarga masing-masing

memiliki peran sosial seperti suami, istri, anak, kakak, adik yang mempunyai

tujiuan seperti menciptakan dan mempertahankan budaya, meningkatkan

perkembangan fisik, psikologis dan sosial (Setyowati & Muwarni, 2008).


8

2. Fungsi Keluarga

Fungsi keluarga menurut (Friedman 1998, dalam Ardamoyo, 2012) yaitu :

a. Fungsi afektif, adalah perlindungan psikologis, rasa aman, interaksi,

mendewasakan dan mengenal indetitas dari individu. Fungsi afektif

merupakan basis sentral bagi pembentukan dan keberlangsungan unit

keluarga yang dibutuhkan untuk perkembangan individu dan psikologis

anggota keluarga. Komponen yang diperlukan dalam melaksanakan

fungsi efektif adalah adanya saling asuh, menerima, menghormati dan

mendukung antar anggota keluarga, menaruh perhatian, cinta kasih dan

kehangatan, membina pendewasaan kepribadian angota keluarga.

b. Fungsi sosialisasi adalah fumgsi dan peran masyarakat, serta sasaran

untuk kontak sosial disalam atau diluar rumah. Fungsi sosialisasi

merupakan fungsi yang mengembangkan dan tempat melati anak untuk

berkehidupan sosial sebelum meeningalkan rumah untuk behubungan

dengan orang lain. Anggota keluarga belajar disiplin, norma-norma,

budaya dan perilaku melalui hubungan dan interaksi dalam lingkup

keluarga sendiri.

c. Fungsi reproduksi adalah menjamin kelangsungan generasi dan

kelnagsungan hidup masyarakat. Keluarga memiliki fungsi untuk

menjaga kelangsungan generasi dan juga untuk keberlangsungan

masyarakat. Komponen yang dilaksanakan keluarga dalam melaksanakan

fugsinya adalah meneruskan keturunan, memelihara dan membesarkan

anak, memenuhi gizi keluarga, memelihara dan merawat anggota

keluarga.
9

d. Fungsi ekonomi adalah fungsi untuk pengadaan sumber dana

pengalokasian dana serta pengaturan keseimbangan. Fungsi ekonomi,

kebutuhan yang harus dipenuhi dalam keluarga mencakup kebutuhan

makan, pakaian, tempat berlindung yang aman dan nyaman (rumah).

Dilakukan keluarga dalam menjalani fungsinya adalah mencari sumber

penghasilan keluarga, mengatur penggunaan penghasilan keluarga untuk

memenuhi kebutuhan keluarga. Menabung untuk memenuhi kebutuhan

keluarga, menabung untuk memenuhi kebutuhan keluarga di masa yang

akan datang sepeti pendidikan anak dan jaminan hari tua.

e. Fungsi Perawatan Kesehatan

Merupakan fungsi untuk mempertahankan keadaan kesehatan keluarga

agar tetap memiliki produktivitas yang tinggi. Sesuai dengan fungsi

tersebut maka keluarga mempunyai tugas dibidang kesehatan yang perlu

dipahami dan dilakukan, meliputi :

1) Mengenal masalah kesehatan keluarga

Kesehatan merupakan kebutuhan keluarga yang tidak boleh diabaikan

karena tanpa kesehatan segala sesuatu tidak akan berarti dan karena

kesehatanlah kadang seluruh kekuatan sumberdaya dan dana keluarga

habis. Orang tua perlu mengenal keadaan kesehatan dan perubahan-

perubahan yang dialami oleh anggota keluarganya. Perubahan sekecil

apapun yang dialami anggota keluarga secara langsung atau tidak

langsung akan dapat mengganggu kesehatan keluarga.

2) Memutuskan tindakan kesehatan yang tepat bagi keluarga keluarga

Tugas ini merupakan upaya keluarga yang utama untuk mencari

pertolongan yang tepat sesuai dengan keadaan keluarganya, dengan


10

pertimbangan siapa diantara anggota keluarga yang mempunyai

kemampuan mamutuskan untuk menentukan tindakan keluarga.

3) Merawat keluarga yang mengalami gangguan kesehatan

Seringakali keluarga telah mengambil tindakan yang tepat dan benar,

tetapi keluarga memiliki keterbatasan yang telah diketahua oleh

keluarga itu sendiri. Jika demikian, anggota keluarga yang mengalami

gangguan kesehatan perlu memperoleh tindakan lanjutan atau

perawatan agar masalah yang lebih parah tidak terjadi.

4) Modifikasi lingkungan keluarga untuk menjamin kesehatan keluarga.

5) Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan disekitarnya bagi

keluarga (Murwani, 2013).

3. Tahap dan Tugas Perkembangan Keluarga

Perawat keluarga perlu mengetahui tentang tahap dan tugas perkembangan

keluarga, untuk memberikan pedoman dalam menganalisis pertumbuhan dan

kebutuhan promosi kesehatan keluarga serta untuk memberikan dukungan

pada keluarga serta untuk memberikan dukungan pada keluarga untuk

kemajuan dari satu tahap ke tahap berikutnya. Tahap perkembangan menurut

Duvall & Miller (1985 dalam Pieter dan Lubis 2010), antara lain:

a. Tahap perkembangan keluarga dengan pasangan baru yaitu membentuk

pernikahan yang memuaskan bagi kedua belah pihak, secara harmonis

berhubungan dengan sanak saudara dan perencanaan keluarga (keputusan

tentang menjadi orangtua)

b. Tahap perkembangan keluarga Childbesring Family (melahirkan anak

pertama hingga anak tertua berusia 30 bulan) yaitu membentuk keluarga

muda sebagai unit yang stabil, memperbaiki hubungan setelah terjadinya


11

konflik mengenai tugas perkembangan dan pertumbuhan berbagai

anggota keluarga, mempertahankan hubungan pernikahab yang

memuaskan, memperluas hubungan dengan keluarga besar dengan

menabah peran menjadi orangtua dan kakek atau nenek.

c. Tahap perkembangan keluarga dengan anak pra sekolah yaitu dengan

memenuhi kebutuhan anggota keluarga akan rumah, ruamg, privasi dan

keamanan memadai, menyosialisasikan anak, mengintegrasikan anak

kecil sebagai anggota keluarga yang sehat didalam keluarga yang baru

sementara tetap memenuhi kebutuan anak lain, mempertahankan

hubungan yang sehat didalam keluarga dan luar keluarga.

d. Tahap perkembangan keluarga dengan anak usia sekolah (anak tertua

berusia 6-13 tahun) yaitu dengan mensosialisasikan anak-anak termasuk

meningkatkan prestasi sekolah dan membantu anak-anak yang sehat

dengan teman sebaya, mempertahankan hubungan pernikahan yang

memuaskan dan memenuhi kebutuhan fisik anggota keluarga

e. Tahap perkembangan keluarga dengan anak remaja (anak tertua berusia

14-20 tahun) yaitu dengan menyeimbangkan kebebasan dengan tanggung

jawab pada saat anak remaja telah dewasa dan semakin otonomi,

memfokuskan kembali hubungan pernikahan dan berkomunikasi terbuka

kepada orang tua dan anak.

f. Tahap perkembangan keluarga dengan dewasa muda (terdiri dari anak

pertama sampai anak terakhir yang meninggalkan rumah) yaitu dengan

memperluas lingkaran keluarga terhadap anak dewasa muda,termasuki

memasukkan anggota baru yang berasala dari pernikahan anak-anaknya,

melanjutkan untuk memperbarui dan menyesuaikan kembali hubungan


12

pernikahan, membantu orang tua, suami dan istri yang sudah menua dan

sakit.

g. Tahap perkembangan orang tua paruh baya (semua anak meninggalkan

rumah sampai orang tua pensiun) dengan menyediakan lingkungan yang

meningkatkan status kesehatan, mempertahankan kepuasan dan hubungan

yang bermakna antara orang tua yang telah menua dan anak-anak mereka,

memperkuat hubungan pernikahan

h. Tahap perkembangan dengan lansia yaitu dengan mempertahankan

penataan hidup yang memuaskan, menyesuaikan terhadap penghasilan

yang berkurang, mempertahankan hubungan pernikahan, menyesuaikan

terhadap kehilangan pasanganm, mempertahankan ikatan keluarga antar

generasi daan melanjutkan untuk merasionalisasi kehilangan keberadaan

anggota keluarga.

C. Dewasa

1. Definisi

Seseorang dikatan dewasa adalah apabila sesorang mampu menyelesaikan

pertumbuhan dan menerima kedudukan yang sama dalam masyarakat atau

orang dewasa lainnya (Piter & Lubis, 2010). Usia dewasa dipandang sebagai

masa usia 40-60 tahun yang ditandai dengan adanya perubahan-perubahan

keadaan jasmani dan mental. Pada usia 60 tahun biasanya terjadi penurunan

kekuatan fisik dan sering diikuti oleh penurunan daya ingat (Fitriyah &

Jauhar, 2014).
13

2. Tahapan Masa Dewasa

Tahapan masa dewasa menurut Pieter & Lubis (2010), dibagi menjadi 3,

pertama masa dewasa dini yaitu masa ini dimuali sejak usia 21 tahun hingga

35 tahun. Masa ini sering dianggap sebagai masa penyesuaian diri terhadap

kehidupan dan harapan sosial baru, menyesuaikan diri dalam kehidupan baru

brati mulai untuk bermain peran sebagia suami, istri orangtua ataupun sebagai

pekerja. Kedua, masa dewasa madya yaitu dalam rentang usia 35 tahun

hingga 45 tahun. Tugas-tugas perkembangan pada dewasa madya adalah

menyesuaikan diri pada peruabahan fisik, mulai ada perubahan kondisi fisik,

menyesuaikan diri dalam perubahan minat, semakin aktif mengikuti kegiatan

sosial, dorongan seks semakin bertambah dan dorongan masa remaja kedua.

Ketiga yaitu masa dewasa akhir, batasan dewasa akhir adalah usia 45-65

tahun dengan perubahan fisik yang menonjol dibandingkan dengan

perubahan fisik yang menonjol dibandingkan deengan perubahn psikologis,

bagi pria yang memasuki periode ini ditandai dengan fase klimakterium,

sedangkan wanita ditandai dengan menaopous. Tugas-tugas perkembangan

pada usia ini dapat lebih menetapkan diri dalam mengamalkan norma atau

ajaran agama, mampu menyesuaikan diri dengan menurunnya kemampuan

fisik dan kesehatan, menyesuaikan diri dengan kematian pasangan hidup\ dan

membentuk hubungan dengan orang lain yang sesuai

D. Hipertensi

1. Pengertian

Hipertensi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan

tekanan darah diatas normal yang mengakibatkan peningkatan angka

kesakitan morbiditas dan kematian mortalitas (Dalimartha, 2008).Hipertensi


14

merupakan salah satu penyakit yang paling sering muncul di Negara-negara

berkembang.Seseorang dikatakan hipertensi dan beresiko mengalami masalah

kesehatan apabila setelah dilakukan pebgukuran tekanan darah sistolik >140

mmHg dan tekanan diastolic >90 mmHg (Indah, 2014).

2. Etiologi

Indah (2014) menyatakan ada beberapa faktor resiko seseorang terserang

hipertensi, yaitu faktor genetik merupakan faktor bawaan yang menjadi

pemicu timbulnya hipertensi, terutama hipertensi primer.

Jenis kelamin, hipertensi banyak terjadi pada kaum pria, namun pada usia 55

tahun hipertensi banyak menyerang kaum wanita. Pemakaian pil KB, karena

mengandung estrogen dan progesteron yang berlebihan, stress berat yang

tidak terkendali dan gaya hidup yang tidak sehat.Selain faktor resiko,

hipertensi juga disebabkan oleh beberapa hal di yaitu obat-obatan yang dapat

meningkatkan tekanan darah, misalkan pil KB, pil diet, obat anti radang non

steroid seperti ibuprofen.Alkohol dan garam secara berlebihan.Stess adalah

salah satu faktor utama yang menyebabkan jantung dan kardiovaskuler

seperti hipertensi.

3. Klasifikasi Hipertensi

a. Hipertensi essential (primer)

Hipertensi primer merupakan 90% dari kasus penderita hipertensi dimana

saat ini belum diketahui penyebabnya secara pasti. Beberapa faktro yang

berpengaruh dalam terjadinya hipertensi primer seperti, faktor genetik,

stress dan psikologis, serta faktor lingkungan dan diet (peningkatan


15

penggunaan garam dan berkurangnya asupan kalium atau kalsium).

Umumnya gejala baru ajan terlihat setelah terjadinya komplikasi pada

organ target seperti ginjal, mata, otak dan jantung (Wijaya & Putri, 2013).

b. Hipertensi sekunder

Pada hipertensi sekunder, penyebabnyab dapat di ketahui dengan jelas

sehingga lebih mudah untuk dikendalika dengan obat-obatan. Penyebab

hipertensi sekunder diantaranya berupa kelainan ginjal, tumor, diabetes

militus, kelainan aorta, kelainan endokrin lainnya seperti obesitas,

resistensi insuslin, dan pemakaian obat-obatan seperti kontrasepsi oral

dan kortikosteroid (Wijaya & Putri, 2013).

4. Akibat Lanjut Hipertensi

Akibat lanjut hipertensi menurut Triyanto (2014,) adalah sebagai berikut :

a. Stroke

Stroke timbul karena akibat perdarahan tekanan tinggi diotak atau akibat

embolus yang terlepas dari pembuluh non otak yang terpajan tekanan

tinggi. Stroke dapat terjadi pada hipertensi kronik apabila arteri-arteri

yang memperdarahi otakk mengalami hipertrofi dan menebal sehingga

aliran darah ke daerah yang dialiri berkurang. Arteri-arteri otak

mengalami ateroslkerosis sehingga dapat menjadi lemahdan

mengakibatkan terbentuknya aneurisma. Gejala yang timbul pada stroke

adalah sakit kepala tiba-tiba seperti orang bingung, linglung atau

bertingkah laku seperti orang mabuk, salah satu bagian tubuh terasa

lemah dan sulit digerakkan (misalnya wajah, mulut, atau lengan terasa

kaku, pelo atau tidak dapat bicara dengan jelas).


16

b. Infark Miokard

Dapat terjadi apabila arteri koroner yang sterosklerosis tidak dapat

menyuplai cukup oksigen ke miokardium atau apabila terbentuk trombus

yang menghambat aliran darah melalui pembuluh darah tersebut.

Hipertensi kronik dan hipertensi vemtrikel, maka kebutuhan oksigen

miokardium mungkin tidak dapat terpenuhi dan dapat terjadi iskemia

jantung yang menyebabkan infark. Demikian juga hipertrofi ventrikel

dapat menimbulkan perubaahan-perubahan waktu hantaran listrikme

melintasi ventrikel sehingga terjadi distritmia, hipoksia jantung, dan

peningkatan resiko pembentukkan bekuan.

c. Gagal ginjal

Dapat terjadi karena kerusakan progresif akibat tekanan tinggi pad

kapiler-kapiler ginjal, glomerolus. Dengan rusaknya glomerolus darah

akan mengalir ke unit-unit fungsional ginjal, nefron akan terganggu dan

daoat berlanjut menjadi hipoksiia dan kematian. Rusaknya membran

gromerolus menyebabkan protein akan keluar melalui urin sehingga

tekanan osmotik koloid plasma berkurang sehingga menyebabkan edema

yang sering dijumpai pada hipertensi kronik.

d. Ensefalopati

Dapat terjadi terutama pada hipertensi maligna (hipertensi yang cepat).

Tekanan terutama pada kelainan ini menyebabkan peningkatan tekanan

kapiler dan mendorong cairan kedalam ruang intersisium di seluruh saraf

pusat. Neuron-neuron disekitar kolaps dan terjadi koma.


17

5. Perawatan dan Penanganan

Smeltzer & Bare (2012), mengemukakan bahwa tujuan dari tiap program

perawatan dan penanganan pasien hipertensi adalah mencegah terjadinya

morbiditas dan mortalitas penyerta dengan mencapai dan mempertahankan

tekanan darah di bawah 140/90 mmHg.

Perawatan dan penanganan menurut muttaqin 2014 meliputi :

a. Penyuluhan

Membantu meningkatkan pengetahuan tentang penyakit hipertensi dan

pengelolaanya supaya keluarga mampu menangani secara mandiri,

mampu mempertahankan kesehatan hidup sehat dan mencegah akibat

lanjut dari hipertensi.

b. Latihan fisik

Peningkatan aktivitas fisik dapat berupa peningkatan kegiatan fisik

sehari-hari atau berolahraga secara teratur. Manfaat olahraga teratur

terbukti bahwa dapat menurunkan tekanan darah, mengurangi risiko

terhadap stroke, serangan jantung, gagal ginjal, gagal jantung, dan

penyakit pembuluh darah lainya

c. Diit hipertensi

Diet rendah garam pembatasan konsumsi garam sangat dianjurkan,

maksimal 2 gr garam dapur perhari dan menghindari makanan yang

kandungan garamnya tinggi. Misalnya telur asin, ikan asin, terasi,

minuman dan makanan yang mengandung ikatan natrium. Tujuan diet

rendah garam adalah untuk membantu menghilangkan retensi (penahan)

air dalam jaringan tubuh sehingga dapat menurunkan tekanan darah.

Walaupun rendah garam, yang penting diperhatikan dalam melakukan


18

diet ini adalah komposisi makanan harus tetap mengandung cukup zat-zat

gizi, baik kalori, protein, mineral, maupun vitamin yang seimbang.

Dalimartha (2008) diet rendah garam penderita hipertensi dibagi menjadi

3 yaitu diet garam rendah I, diet garam rendah II dan diet garam rendah

III :

1) Diet garam rendah I (200-400 mg Na)

Diet garam rendah I diberikan kepada pasien dengan edema, asites

dan / atau hipertensi berat. Pada pengolahan makanannya tidak

ditambahkan garam dapur. Dihindari bahan makanan yang tinggi

kadar natriumnya.

2) Diet garam rendah II (600-800 mg Na)

Diet garam rendah II diberikan kepada pasien dengan edema, asites,

dan / atau hipertensi tidak berat. Pemberian makanan sehari sama

dengan diet garam rendah I. Pada pengolahan makanannya boleh

menggunakan ½ sdt garam dapur. Dihindari bahan makanan yang

tinggi kadar natriumnya.

3) Diet garam rendah III (1000 – 1200 mg Na)

Diet garam rendah III diberikan kepada pasien dengan edema dan atau

hipertensi ringan. Pemberian makanan sehari sama dengan diet garam

rendah I. Pada pengolahan makanannya boleh menggunakan 1 sdt

garam dapur.

d. Berhenti merokok

Merokok merangsang sistem adrenergik dan meningkatkan tekanan

darah. Berdasarkan penelitian bahwa ada hubungan yang linear antara


19

jumlah alkohol yang diminum dengan laju kenaikan tekanan sistolik

arteri.

e. Suplemem kalium, kalsium, magnesium, serat dan vitamin C

Rasio yang tinggi dari netrium dan kalium dapat dipertanggungjawabkan

terjadinya perkembangan hipertensi. Mengkonsumsi makanan yang

mengandung kalium, kalsium, magnesium, serat dan vitamin C mungkin

membantu dalam menurunkan tekanan darah. Pola makan sehat dapat

menurunkan tekanan darah sistolik 8-14 mmHg.

f. Modifikasi gaya hidup

Fakta penelitian yang kuat menyatakan bahwa modifikasi gaya hidup

efektif menurunkan tekanan darah dan resiko yang minimal. Menurut

JNC 7, modifikasi gaya hidup di sarankan untuk dijadikan terapi secara

definitif digaris pertama sekurang kurangnya 6-12 bulan setelah diagnosis

awal.

1) Penurunan Berat Badan

Turunkan berat badan ke normal (IMT 18,5-24,9 kg), menurunkan

berat badan bisa merendahkan tekanan darah sistolik 5-20 mmHg per

10 kg penurunan berat badan (Karyawan, 2009). Kelebihan berat

badan, yang ditunjukan dengan IMT bila melebihi 27 kg,

berhubungan kuat dengan peningkatan tekanan darah (Black & Hawk,

2009).

2) Pembatasan Sodium

Kira – kira 40 % orang dengan hipertensi peka terhadap sodium. Diet

garam < 100 mmol/hari (2,4 gr atau 6 gr) bisa menurunkan tekanan

darah sistolik 2-8 mmHg. Pembatsan sedang pemasukan sodium (6 gr


20

garam) dapat digunakan untuk menurunkan tekanan darah pada

beberapa kasus hipertensi tingkat 1

3) Pembatasan Alkohol

Konsumsi lebih dari 30 cc alkohol per hari meningkatkan kejadian

hipertensi, kadang-kadang sulit disembuhkan dan terapi anti

hipertensi yang jelek. Menghindari alkohol bisa menurunkan tekanan

darah sistolik 2-4 mmHg.

4) Pembatasan kafein

Meskipun minum kafein yang cepat dapat meningkatkan tekanan

darah, minum yang terus menerus tidak memberikan efek terhadap

peningkatan tekanan darah. Bagaimanapun juga pembatasan kafein

tidak begitu penting kecuali memberikan respon yang berlebihan

kepada jantung.

5) Teknik Relaksasi

Berbagai terapi relaksasi seperti relaksasi otot progresif, meditasi

transcendental, yoga, biofeedback dan psikoterapi dapat menurunkan

tekanan darah pada klien hipertensi.

E. Proses Keperawatan Keluarga

1. Pengkajian

Pengkajian keluarga model Friedman yang diaplikasikan ke kasus dengan

masalah utama hipertensi meliputi (Setiadi, 2011) yaitu :

a. Data Umum

Yang perlu dikaji adalah jenis kelamin, umur, pendidikan, pada

pengkajian pendidikan diketahui bahwa pendidikan berpengaruh pada

pengelolaan diabetes dan pandangan pasien mengenai perawatan sendiri


21

diabetes. Pada pengkajian umur diketahui bahwa faktor usia berpengaruh

pada hipertensi da usia dewasa tua (>40th) adalah resiko tinggi untuk

hipertensi.

b. Genogram

Dengan adanya genogram dapat diketahui factor genetic atau factor

bawaan yang sudah ada pada diri manusia untuk timbulnya hipertensi.

Dan diketahui bahwa hipertensi adalah penyakit autoimun yang

ditentukan secara genetik.

c. Status Sosial

Terutama status social ekonomi keluarga yang dapat dilihat dari

pendapatan kepala keluarga maupun dari anggota keluarga lainnya dan

juga kebutuhan yang dikeluarkan oleh keluarga. Pada pengkajian status

social ekonomi diketahui bahwa tingkat kesehatan seseorang, dampak

dari ketidakmampuan keluarga membuat seseorang enggan

memeriksakan diri ke dokter dan fasilitas kesehatan lainnya.

d. Riwayat Keluarga Inti

Yang perlu dikaji mengenai riwayat kesehatan masing-masing anggota

keluarga dan apakah dari anggota keluarga tersebut ada yang mempunyai

penyakit keturunan. Karena sebagaimana telah diketahui bahwa hipertensi

juga merupakan salah satu dari penyekit keturunan, disamping itu juga

perlu dkaji tentang perhatian keluarga tentang pencegahan penyakit,

sumber pelayanan kesehatan yang biasa digunakan keluarga serta

pengalaman-pengalaman terhadap pelayanan kesehatan.


22

e. Karakteristik Lingkungan

Yang perlu dikaji dari karakteristik lingkungan adalah karakterisik rumah,

tetangga dan komunitas, geografis keluarga, system pendukung keluarga

dimana karakteristik rumah dan penataan lingkungan yang kurang pas

dapat menimbulkan suatu cidera, karena pada penderita diabetes mellitus

bila mengalami suatu cidera atau luka biasanya sulit sembuh.

f. Fungsi Keluarga

1) Fungsi afektif, hal yang perlu dikaji yaitu gambaran dari anggota

keluarga, perasaan memiliki dan dimiliki dalam keluarga, dukungan

keluarga terhadap anggota keluarga dan bagaimana keluarga

mengembangkan sikap saling menghargai. Semakin tinggi dukungan

keluarga terhadap anggota keluarga yang sakit, semakin mempercepat

kesembuhan dari penyakitnya. Merupakan basis sentral bagi

pembentukan dan kelangsungan keluarga. Fungsi ini berkaitan dengan

persepsi keluarga terhadap kebutuhan emosional para anggota

keluarga. Apabila kebutuhan ini tidak terpenuhi akan mengakibatkan

ketidakseimbangan keluarga dalam mengenal tanda-tanda gangguan

kesehatan selanjutnya.

2) Fungsi sosialisasi, pada kasus penderita hipertensi yang sudah

mengalami komplikasi, dapat mengalami gangguan fungsi social baik

didalam keluarga maupun di dalam komunitas sekitar keluarga.

3) Fungsi reproduksi, pada penderita hipertensi perlu dikaji riawayat

hipertensi terjadi pada saat kehamilan. Pada pria juga perlu dikaji

kemungkinan terjadi gangguan reproduksi seperti disfungsional

ereksi.
23

4) Fungsi ekonomi, status ekonomi keluarga sangat mendukung terhadap

kesembuhan penyakit. Biasanya karena factor ekonomi, orang segan

mencari pertolongan dokter maupun petugas kesehatan lainnya.

5) Fungsi perawatan kesehatan

a) Mengetahui kemampuan keluarga mengenal masalah kesehatan

sejauhmana keluarga mengetahui masalah kesehatan yang

meliputi pengertian, factor penyebab, tanda dan gejala, serta yang

mempengaruhi keluarga terhadap masalah, kemampuan keluarga

dapat mengenal masalah tindakan yang dilakukan oleh keluarga

akan sesuai dengan tindakan keperawatan, karena hipertensi

memerlukan perawatan yang khusus yaitu mengenai pengaturan

maknanya. Jadi disini keluarga perlu tahu bagaimana cara

pengaturan makan yang benar pada hipertensi.

b) Mengetahui kemampuan keluarga mengambil keputusan

mengenai tindakan kesehatan yang tepat. Yang perlu dikaji adalah

bagaimana keluarga mengambil keputusan apabila anggota

keluarga terserang hipertensi. Kemampuan keluarga mengambil

keputusan yang tepat aakan mendukung kesembuhan.

c) Mengetahui sejauh mana kemampuan keluarga memelihara

lingkungan yang sehat. Yang perlu dikaji bagaimana keluarga

mengetahui keuntungan atau manfaat pemeliharaan lingkungan

kemampuan kuluarga untuk memodifikasi lingkungan akan dapat

mencegah kekambuhan dari pasien hipertensi.


24

d) Mengetahui sejauh mana kemampuan keluaraga mengunakan

fasilitas kesehatan yang mana akan mendukung terhadap

kesehatan seseorang.

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah keputusan tentang respon keluarga tentang

masalah kesehatan akual atau potensial, sebagai dasar seleksi intervensi

keperawatan untuk mencapai tujuan asuhan keperawatan keluarga (Setiadi,

2011, hlm.47). Penetapan diagnosis keperawatan keluaga selalu

mempertimbangkan faktor resiko, faktor potensial terjadinya penyakit dan

kemapuan keluarga dalam menghadapi masalah kesehatannya. Formula

perumusa diagnosis keperawatan keluarga adalam problem, etiologi dan

simtom (Ali, 2010, hlm.62). Dalam menyusun diagnosa keperawatan

keluarga, perawat keluarga harus mengacu pada tipologi diagnosa

keperawatan keluarga (Sudiharto, 2012), yaitu :

a. Diagnosa keperawatan keluarga aktual (terjadi defisit/gangguan

kesehatan).

b. Diagnosa keperwatan keluarga resiko (ancaman) dirumuskan apabila

sudah ada data yang menunjang namun belum terjadi gangguan.

c. Diagnosa keperawatan keluarga sejahtera (potensial) merupakan suatu

kedaan dimana keluarga dalam kondisi sejahtera sehingga kesehatan

keluarga dapat ditingkatkan.

3. Prioritas Masalah

Langkah selanjutya setelah menentukan diagnosa keperawatan yaitu

memprioritaskan masalah sesuai dengan keadaan keluarga karena dalam


25

suatu keluarga merawat dapat menemukan lebih dari satu diagnosa

keperawatan (Setiadi, 2011).

4. Kriteria Prioritas Masalah

Penentuan prioritas sesuai dengan kriteria skala (Setiadi, 2011) yaitu :

a. Kriteria pertama bersifat masalah, bobot yang lebih berat yaitu tidak/

kurang sehat karena memerlukan segera dan disadari serta dirasakan oleh

keluaraga.

b. Kriteria kedua yaitu kemungkinan-kemungkinan masalah dapat diubah

dengan terjangkaunya faktor-faktor sebagai berikut, pengetahuan yang

ada sekarang, teknologi dan tindakan untuk menangani masalah.

sumberdaya keluarga dalam bentuk fisik, keuangan dan tenaga,

Sumberdaya perawat dalam bentuk pengetahuan, keterampilan da waktu.

Sumberdaya masyarakat dalam bentuk fasilitas, organisasi dalam

msyarakat dan sokongan masyarakat.

c. Kriteria ketiga yaitu potensial masalah dapat dicegah dapat dicegah

dengan faktor-faktor yang perlu diperhatikan adalah kepemilikan dari

masalah yang berhungan penyakit atau masalah. Lamanya masalah yang

berhubungan dengan jangka waktu masalah itu ada. Tindakan yang

sedang dijalankan adalah tindakan-tindakan yang tepat dalam

memperbaiki maslah. Adanya kelompok “Hight Risk” atau kelompok

yang sangat peka menambah potensi untuk mencegah masalah.

d. Kriteria keempat yaitu menonjolnya masalah, perawat perlu menilai

persepsi atau bagaimana keluarga melihat masalah kesehatan tersebut.


26

Potensial masalah diabetes mellitus dapat dicegah berdasarkan sifat dan

beratnya masalah yang berhunbungan dengan masalah diabetes mellitus yang

timbul dan dapat dikurangi atau dicegah dengan memberikan asuhan

keperawatan. Memberikan informasi dalam bentuk pendidikan kesehatan

tentang hipertensi meliputi cara mencegah, perawatannya, dan komplikasi

yang mungkin terjadi akibat tindakan yang salah, serta menganjurkna untuk

melakukan kontrol rutin ketempat pemberi pelayanan kesehatan merupakan

serangkai dari tindakan keperawatan keluarga.

5. Intervensi Keperawatan

Rencana ashan keperawatan merupakan kesimpulan tindakan yang ditentukan

oleh perawat untuk dilaksanakan dalam menyelesaikan masalah kesehatan

dan masalah / diagnosis keperawatan yang telah ditetapkan (Ali, 2010,

hlm.63). Tindakan keperawatan keluarga mungkin saja tidak dapat dilakukan

dalam satu kunjungan, untuk itu dilakukan secara bertahap. Demikian asuhan

keperawatan dengan keperawatan keluarga dengan dewasa yang menderita

hipertensi tidak bisa hanya dilakukan dengan kunjungan satu dua kali saja.

Penilaian asuhan keperawatan keluaraga dengan mengunakan pendekatan

SOAP (subyektif, obyektif, analisa, planning).

6. Implementasi Keperawatan

Implementasi keperawatan keluarga adalah suatu proses aktualisasi rencana

intervensi yang memanfaatkan berbagai sumber didalam keluarga dan

memandirikan keluarga dalam bidang kesehtan. Keluarga dididik untuk dapat

menilai potensi yang dimiliki mereka dan mengembangkannya melalui

implementasi yang bersifat memampukan keluarga untuk mengenal masalah


27

kesehatannya, mengambil keputusan berkaitan dengan persoalan kesehatan

yang dihadapi, merawat dan membina anggota keluarga sesuai kondisi

kesehatannya, memodifikasi lingkungan yang sehat bagi setiap anggota

keluarga, serta memanfaatkan sarana pelayanan kesehatan terdekat

(Sudiharto, 2012).

7. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi sebagai langkah terakhir dari proses keperawatan, adalah upaya

untuk menentuakan apakah seluruh proses sudah berjalan dengan baik dan

apakah tindakan behasil dengan baik. Proses yang tidak sesuai dengan

rencana perlu ditinjau kembali dan dilakukan perbaikan. Apabila hasil tidak

mencapai tujuan, intervensi diulang kembali dengan beberapa perbaikan.

Tujuan yang tidak tercapai mungkin disebabkan oleh tujuan yang tidak jelas,

tindakan keperawata yang tidak tepat, alat atau metode tidak tepat, dan

ekstern tidak dapat diatasi atau dikendali (Ali, 2010).

Evaluasi dikaji berdasarkan tingkat kemandirian keluarga (Riasmini, 2017.

hlm.69).

a. Kriteria 1 : Keluarga menerima perawat

b. Kriteria 2 : Keluarga menerima pelayanan kesehatan sesuai rencana

keperawatan keluarga.

c. Kriteria 3 : Keluarga tahu dan dapat mengungkapkan masalah kesehatan

secara benar.

d. Kriteria 4 : Keluarga memanfaatkan fasilitas kesehatan pelayanan

kesehatan sesuai anjuran


28

e. Kriteria 5 : Keluarga melakukan tindakan perawatan sederhana yang

sesuai anjuran

f. Kriteria 6 : Keluarga melakukan tindakan pencegahaan secara aktif

g. Kriteria 7 : Keluarga melakukan tindakan promotif secara aktif


BAB III

RESUME KASUS

Bab ini menguraikan tinjauan kasus dari hasil asuhan keperawatan keluarga klien

dengan Hipertensi. Resume keperawatan ini sendiri terdiri dari pengkajian, analisa

data, diagnosa keperawatan, intervensi dan evaluasi, sebagai berikut :

A. Pengkajian

Pengkajian dilakukan pada hari Senin tanggal 13 Mei 2019 jam 11.00 WIB di

wilayah binaan Kelurahan Karangayu Semarang Barat. Hasil pengkajian

diperoleh data umum yaitu KK pada klien adalah klien usia 54 tahun. Klien

memiliki 1 orang anak yang belum berkeluarga, bahasa komunikasi sehari-hari

yang digunakan klien adalah bahasa jawa dan bahasa indonesia dan klien

beragama islam. Tipe keluarga saat ini adalah keluarga inti karena terdiri dari ibu

dan anak kandung.

Tahap perkembangan keluarga saat ini berada pada tahap perkembangan keluarga

dengan dewasa dimana anak pertama telah menginjak umur dewasa. Tahap

perkembangan keluarga yang belum terpenuhi yaitu belum mampu

mempertahankan kesehatan didapatkan dari data klien masih mengkonsumsi

makanan asin, gorengan dam jarang kepuskesmas atau kepelayanan

kesehatan.Riwayat keluarga inti didapat klien saat ini dalam kondisi kurang

sehat. Riwayat sebelumnya klien mengatakan memiliki riwayat tekanan darah

tinggi dari ayah klien yang sudah meninggal beberapa tahun yang lalu.

7129
30

Pengkajian status sosial klien mengatakan sumber nafkah saat ini adalah klien

dan anak klien. Penghasilan keluarga kurang lebih 1.500.000/bln. Klien

mengatakan bekerja membersihkan sekolahan SD setiap hari (tukang kebun

sekolah) dan anaknya bekerja sebagai penjaga/pelayan apotik. Pengeluaran

keluarga diatur oleh anak klien dengan hipertensi, termasuk listrik dan kebutuhan

sehari-hari. Penghasilan tersebut cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Klien mengatakan walaupun tidak memiliki tabungan namun tetap bersyukur

karena tidak memiliki tanggungan hutang. Ketika ada kebutuhan mendadak klien

membicarakannya dengan anaknya. Kegiatan sehari-hari klien adalah bekerja dan

mengurusi rumah. Klien mengatakan rekreasi keluarga yang dilakukan seperti

dirumah untuk nonton tv.

Karakteristik rumah yang ditempati keluarga klien merupakan rumah milik

sendiri dengan luas rumah 25 m2 dengan panjang 11 m dan lebar 5 m terdiri dari

2 kamar tidur, satu ruang keluarga, satu kamar mandi, satu dapur dan merupakan

rumah permanent dan milik sendiri. Setiap ruangan memiliki jendela kecuali

kamar mandi sehingga sirkulasi udaranya cukup baik. Kamar mandi bersih,

sumber air adalah air tanah atau sumur dan air minum merebus sendiri.

Sedangkan untuk pembuangan saluran air dibuatkan pipa menuju belakang

rumah yang berdekatan dengan septitank kira-kira 10 m dari jarak belakang

rumah. Kondisi lingkungan rumah berdebu, lantai masih tanah dan selokan

lancar. Bahaya dari lingkungan yaitu terkait dengan Jika terjadi hujan yang deras

genting rumah kadang bocor. Klien mengatakan bersyukur mempunyai rumah

ini. Jika mempunyai rejeki yang lebih ingin membangun yang lebih baik.
31

Karakterisitik tetangga dan komunitas menurut klien sebagian besar warga adalah

penduduk asli sejak dulu, antar keluarga/tetangga saling hidup rukun, jarang ada

masalah/selisih antar tetangga. Hubungan keluarga dengan tetangga tampak baik

dan harmonis, terlihat seringnya keluarga berkomunikasi dengan tetangga dan

terdapat perkumpulan ibu-ibu dan bapak-bapak. Klien mengatakan

masyarakatnya di daerah tempat tinggal sangat ramah dan menghormati satu

sama lain. Keluarga merasa nyaman karena tetangga di lingkungan saling

membantu dan mengerti kebutuhan satu sama lain, kompak dan aktif mengikuti

kegiatan perkumpulan atau gotong royong.

Pengkajian perkumpulan keluarga dan interaksi keluarga dengan masyarakat

didapat klien selalu mengikuti perkumpulan didaeraah tempat tinggalnya. Klien

tergolong anggota masyarakat yang aktif dalam mengikuti musyawarah dan kerja

bakti yang diadakan di masyarakat.Serta dapat berinteraksi dengan

baik. Keluarga klien aktif dengan kegiatan keagamaan di lingkungan

rumahnya. Klien aktif dengan pengajian rutin yang dilaksanakan di masjid.

Persepsi tentang pelayanan kesehatan dan pelayanan dasar menurut klien bila ada

keluhan pada dirinya maupun anggota keluarga yang sakit, segera periksa ke

puskesmas atau ke pelayanan kesehatan terdekat. Persepsi keluarga tentang

tenaga kesehatan yang ada, menurut klien dengan adanya tenaga kesehatan

sangat membantu dalam memberikan informasi kesehatan dan dalam perawatan

masalah kesehatan.
32

Mobilitas geografis keluarga klien mengatakan tidak pernah bepindah-pindah

tempat tinggal. Keluarga menggunakan transportasi umum dan sepeda motor.

Sistem pendukung keluarga dan jaringan sosial keluarga klien mengatakan jika

ada masalah selalu dimusyawarahkan dengan anaknya, pengambil keputusan

adalah klien, dan jika ada masalah tentang keperluan keuangan atau

membutuhkan sesuatu klien meminta bantuan kepada anaknya. Klien

mengatakan dapat membiayai sendiri dan anak klien juga membantu serta

mencarikan pengobatan baik alternatif maupun secara medis (puskesmas, dokter

serta layanan kesehatan yang mendukung). Terdapat puskesmas yang letaknya

sekitar 100 m dari rumah.

Pengkajian struktur keluarga pada pola komunikasi keluarga klien melakukan

komunikasi secara terbuka, sehingga anaknya dapat memberi masukan tentang

suatu hal kepada mereka tanpa mengurangi rasa hormat terhadap orang tua.

Struktur kekuatan keluarga, klien mengatakan

adalah ibu sekaligus pembantu pencari nafkah bagi keluarga dan pengambilan

keputusan klien sendiri kadang dibantu dengan anaknya. Struktur peran, klien

sebagai ibu yang bekerja sebagai tukang kebun SD, dan anak klien sebagai anak

satu-satunya bekerja sebagai pelayan apotik. Jika dirumah sebagai anak. Nilai

dan norma keluarga, tidak ada nilai dan norma dalam keluarga yang dapat

mempengaruhi penyakit menurut klien sakit memang karena disebabkan oleh

suatu penyakit bukan karena hal-hal tertentu sehingga mereka lebih memilih

untuk memeriksakan kesehatannya ke puskesmas atau dengan obat-obat

tradisional.
33

Fungsi afektif pada fungsi keluarga klien menganggap anaknya sudah tumbuh

menjadi anak yang baik dan saling menghormati dalam keluarga. Jika ada

anggota yang mempunyai masalah, keluarga dapat membantu satu sama

lain.Fungsi sosialisasi keluarga klien mengatakan semua muslim sehingga

keluarga aktif dengan kegiatan keagamaan. Klien mengatakan selalu berusaha

untuk bersosialisasi dengan tetangga. Fungsi ekonomi keluarga mengatakan

kondisi cukup meskipun klien sakit hipertensi tetapi masih giat untuk tetap

bekerja. Fungsi reproduksi klien mengatakan tidak ingin mempunyai anak lagi

karena sudah bersyukur mempunyai satu orang anak yang sudah menginjak

dewasa.

Fungsi perawatan kesehatan mengenal masalah kesehatan klien mengatakan

belum mengetahui tanda gejala, penyebab dan akibat lanjut untuk penyakitnya.

Mengambil keputusan klien mengatakan jika saat mengalami pusing yang

dilakukan adalah memijat-mijat lehernya. Merawat anggota keluarga yang sakit

klien mengatakan jika ada keluarga yang sakit agar beristirahat dan jika semakin

parah di bawa ke puskesmas atau klinik terdekat. Memodifikasi lingkungan klien

mengatakan belum begitu mengetahui pola makan yang baik untuk masalah

kesehatannya, klien juga masih sering makan makanan gorengan dan asin.

Memanfaatkan fasilitas kesehatannya Klien mengatakan jika sakit atau ada

masalah yang parah tentang kesehatannya langsung dibawa ke puskesmas, karena

lumayan dekat dengan puskesmas.


34

Hasil pengkajian koping stress keluarga didapatkan bahwa stressor jangka

panjang klien yaitu klien memikirkan untuk memperbaiki rumah. Dan untuk

angka pendeknya yaitu klien mengatakan anak satu-satunya belum menikah.

Pengkajian kebutuhan dasar manusia didapat bahwa praktik diet keluarga klien

mengatakan makan 2-3x sehari dengan lauk seadanya seperti tempe, sambal dan

suka makan gorengan serta makanan yang terasa asin. Klien mengatakan tidak

mempunyai alergi makanan. Pola istirahat dan tidur, klien mengatakan tidur 5

jam perhari kadang juga tidak bisa tidur jika sudah terbangun. Olahraga atau

mobilisasi, klien mengatakan masih bisa melakukan aktivitas seperti biasa.

Olahraga setiap hari seperti menyapu dan bersih-bersih karena sebagai penjaga

sekolah. Pola eliminasi, klien mengatakan BAK 4-5 kali dalam sehari dan BAB

1x setiap pagi. Personal hygiene, klien mengatakan mandi 2x dalam sehari dan

gosok gigi setiap mandi.

Pengkajian psikiatrik pada konsep diri klien memgatakan merasa bersyukur

dengan keadaan dirinya saat ini dan berharap kondisi lebih baik dari sekarang.

Status mental klien mengatakan tidak ada yang mengalami gangguan mental.

Pengkajian resiko klien mengatakan keluarga tidak ada yang mengarah dari

gangguan mental.

Hasil pemeriksaan fisik diperoleh bahwa TD: 160/100 mmHg, Nadi: 98 x/menit,

RR: 20 x/menit. Hasil pengkajian persepsi klien didapat pasien mengeluh nyeri

mungkin karena tensinya tinggi, kualitas nyerinya seperti tertimpa beban berat,

tempat nyeri di bagian tengkuk, skala 3 dan waktu nyeri hilang timbul.
35

Hasil pengkajian tingkat kemandirian keluarga menunjukkan bahwa klien ada

pada tingkat kemandirian I dengan kriteria yaitu keluarga menerima perawat dan

keluarga menerima pelayanan kesehatan sesuai rencana keperawatan keluarga.

B. Diagnosa Keperawatan - Evaluasi Keperawatan

Berdasarkan hasil pengkajian yang dilakukan didapatkan diagnosa keperawatan

yang diangkat sebagai berikut :

1. Nyeri akut b/d agen cedera biologis

Berdasarkan pengkajian yang dilakukan analisa data yang pertama diperoleh

data subyektif, hasil pengkajian persepsi Ny. S didapat pencetus pasien

mengeluh nyeri mungkin karena tensinya tinggi, kualitas nyerinya tertimpa

berat beban, tempat nyeri di bagian tengkuk, skala 3 dan waktu nyeri hilang

timbul. Data obyektif klien didapatkan hasil kesadaran composmentis, TD:

160/100 mmHg, Nadi: 98 x/menit, RR: 20 x/menit, tampak meringis

kesakitan dan tampak memegang tengkuk.

Masalah yang muncul diprioritaskan sesuai keadaan keluarga. Masalah

keperawatan yang pertama yaitu nyeri akut b/d agen biologis. Hasil skala

prioritas kriteria sifat masalah dengan skoring 1, kriteria kemungkinan

masalah dapat diubah dengan skoring 2, kriteria kemungkinan masalah dapat

dicegah dengan skoring 2/3, kriteria menonjolnya masalah dengan skoring 1

sehingga total skoring 4 2/3.

Intervensi keperawatan untuk diagnosa yang pertama yaitu nyeri akut b/d

agen biologis. Tujuan umumnya adalah setelah dilakukan tindakan


36

keperawatan selama 14 hari diharapkan outcomes yaitu kontrol nyeri dengan

kriteria hasil perilaku kepatuhan, perilaku meningkatkan kesehatan,

pengetahuan menejemen. Intervensi menejemen nyeri dengan kompres leher

air hangat, berikan pendidikan kesehatan tentang nyeri, menejemen

lingkungan kenyamanan.

Implementasi keperawatan yang dilakukan pada keluarga dengan hipertensi

sesuai dengan diagnosa keperawatan ke 1 yaitu nyeri akut. Pada hari senin, 15

mei 2019 pukul 13.00 WIB yaitu memberikan pendidikan kesehatan tentang

nyeri, memberikan kompres leher air hangat dan menganjurkan management

kenyamanan lingkungan.

Respon keseluruhan setelah dilakukan tindakan klien mampu mengetahui

penyebab nyeri sampai penanganan, klien mampu melakukan kompres leher

dengan air hangat secara mandiri, dan menerapkan lingkungan yang nyaman

dalam meningkatkan kesehatan. Mengalami penurunan dilihat dari data klien

mengatakan nyeri berkurang dari skala 3 menjadi skala 2, kaku tengkuk

berkurang, klien terlihat rileks. Klien mengatakan akan melakukan kompres

leher menggunakan air hangat secara mandiri.

Evaluasi tindakan keperawatan keseluruhan pada diagnosa pertama yaitu

nyeri akut, yang dilakukan pada hari senin, 16 mei 2019 klien dengan data

subyektif mengatakan akan menerapkan kompres leher air hangat. Data

obyektif klien dan keluarga tampak antusias dalam diskusi tentang kompres

leher dengan air hangat untuk mengurangi nyeri, skala nyeri 1.


37

2. Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan

Analisa data yang kedua diperoleh data subjektif klien mengatakan belum

mengetahui tentang penyebab, tanda gejala dan akibat lanjut hipertensi . Anak

dari klien juga mengatakan belum mengetahui kalau klien mengalami

hipertensi. Data obyektif diperoleh klien tampak belum mengetahui

penyakitnya, pada saat pengkajian awal terlihat kurang tertarik, data

pemeriksaan fisik pada klien TD 160/100 mmHg, Nadi 98 x/menit dan RR 20

x/menit.

Masalah keperawatan yang kedua yaitu ketidakefektifan pemeliharaan

kesehatan. Hasil skala prioritas kriteria sifat masalah dengan skoring 2/3 ,

kriteria kemungkinan masalah dapat diubah dengan skoring 2, kriteria

kemungkinan masalah dapat dicegah dengan skoring 2/3, kriteria

menonjolnya masalah dengan skoring 1 sehingga total skoring 4 1/3.

Intervensi keperawatan untuk diagnosa yang kedua yaitu ketidakefektifan

pemeliharaan kesehatan. Tujuan umumnya adalah Setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama 14 hari diharapkan keluarga mampu mengenal masalah

dengan management kesehatan hipertensi, penyebab, tanda gejala dan akibat

lanjut dari hipertensi. Intervensi yang dapat dilakukan untuk TUK 1 yaitu

pendidikan kesehatan hipertensi, pengajaran proses penyakit. TUK 2 yaitu

keluarga mampu mengambil keputusan untuk meningkatkan atau

memperbaiki kesehatan dengan mampu merawat diri sendiri membangun

kekuatan dan beradaptasi dengan perubahan fungsi. TUK 3 yaitu keluarga

mampu merawat anggota keluarga yang sakit dengan massage kaki


38

menggunakan minyak lavender. TUK 4 yaitu keluarga mampu memodifikasi

lingkungan dalam management diri lingkungan dengan senam hipertensi.

TUK 5 yaitu keluarga mampu memanfaatkan fasilitas kesehatan dengan

pengetahuan tentang sumber kesehatan, perilaku mencari pelayanan

kesehatan, partisipasi keluarga dalam perawatan keluarga dengan kontrol

rutin ke fasilitas kesehatan.

Implementasi keperawatan yang dilakukan pada keluarga klien dengan

hipertensi sesuai dengan diagnosa keperawatan ke-2 yaitu ketidakefektifan

pemeliharaan kesehatan pada hari rabu 17 Mei 2019 pukul 13.00 WIB yaitu

TUK 1 yaitu memberikan pendidikan kesehatan dengan keluarga

menggunakan metode ceramah dan diskusi dengan menggunakan media

lembar bolak balik dan booklet tentang pengertian hipertensi, tanda dan gejala

hipertensi, akibat lanjut hipertensi serta memberikan pengajaran individu dan

kelompok mengenai proses penyakit. TUK 2 yaitu keluarga mampu

memutuskan tindakan untuk meningkatkan dan memperbaiki kesehatan dan

mampu merawat diri sendiri membangun kekuatan, beradaptasi dengan

perubahan fungsi. TUK 3 tanggal 18 mei 2019 pukul 13.30 wib memberikan

tindakan keperawatan sesuai mengajarkan kepada keluarga tentang massage

kaki dengan menggunakan aroma terapi lavender kemudian mengobservasi

tanda-tanda vital. TUK 4-5 hari kamis tanggal 19 Mei 2019 pukul 14.00,

TUK 4 yaitu memodifikasi lingkungan dengan management diri lingkungan

memberikan senam hipertensi. TUK 5 yaitu memanfaatkan fasilitas kesehatan

dengan pengetahuan tentang sumber kesehatan, perilaku mencari pelayanan

kesehatan, partisipasi keluarga dalam perawatan keluarga dengan kontrol

rutin ke fasilitas kesehatan.


39

Respon keseluruhan dari tindakan yang dilakukan tindakan TUK 1 klien

mengetahui pengertian, penyebab, tanda gejala dan akibat lanjut. TUK 2 klien

mengetahui bagaimana cara mengambil keputusan. TUK 3 keluarga

mengetahui cara merawat anggota keluarga yang sakit. TUK 4 keluarga

mengetahui cara memodifikasi lingkungan. TUK 5 keluarga mengetahui

memanfaatkan fasilitas kesehatan. Mengalami peningkatan pengetahuan

dilihat dari saat pasien menyebutkan pengertian dan tanda gejala hipertensi,

mampu melakukan massage kaki aromaterapi lavender dan mampu

melakukan senam hipertensi.

Evaluasi pada hari rabu tanggal 17 mei 2019 diagnosa ke-2 ketidakefektifan

pemeliharaan kesehatan keluarga yang dilakukan pada TUK 1-2 berupa data

subjektif klien mengatakan hipertensi adalah tekanan darah tinggi lebih dari

140/90 mmHg, tanda gejala hipertensi adalah pusing, nyeri tengkuk, mudah

marah. Penyebab dari hipertensi adalah dari faktor. Akibat lanjut dari

hipertensi adalah stroke dan gangguan jantung. Klien dan keluarga dapat

mengambil keputusan dengan membangun kekuatan dan beradaptasi dengan

perubahan fungsi. Data obyektif klien dengan hipertensi dan keluarga tampak

kooperatif dan antusias dalam mendengarkan penjelasan yang diberikan, klien

dapat menjelaskan kembali tentang pengertian, tanda gejala, penyebab, dan

akibat lanjut dari hipertensi. Keluarga mampu mengambil keputusan untuk

meningkatkan atau memperbaiki kesehatan dengan mampu merawat diri

sendiri membangun kekuatan dan beradaptasi dengan perubahan fungsi


40

Evaluasi TUK 3 pada hari kamis tanggal 18 mei 2019 berupa data subyektif

keluarga dengan hipertensi mengatakan bersedia melakukan perawatan

massage kaki dengan minyak aromaterapi lavender. Data objektif, keluarga

mampu melakukan demonstrasi massage kaki dengan minyak lavender.

Evaluasi TUK 4-5 pada hari jumat tanggal 19 mei 2019 dengan data subyektif

klien mengatakan bersedia memodifikasi lingkungan dengan melakukan

senam hipertensi dan mampu memanfaatkan fasilitas kesehatan dengan

kontrol rutin ke fasilitas kesehatan, dengan data objektif klien mampu

melakukan senam hipertensi secara mandiri.

3. Perilaku kesehatan cenderung beresiko

Analisa data yang ketiga diperoleh data subjektif klien mengatakan jika

merasa pusing baru meminum obat dari puskesmas. Klien mengatakan

mengkonsumsi makanan tanpa ada pantangan.Klien mengatakan suka makan

makanan yang terasa asin dan juga sering makan gorengan.Data obyektif

diperoleh data klien tampak bingung saat diwawancara tentang penerapan

rendah garam, pemeriksaan fisik pada klien TD: 160/100 mmHg, Nadi: 98

x/menit, RR: 20 x/menit.

Masalah keperawatan yang ketiga yaitu perilaku kesehatan cenderung

beresiko. Hasil skala prioritas kriteria sifat masalah dengan skoring 1, kriteria

kemungkinan masalah dapat diubah dengan skoring 1, kriteria masalah dapat

dicegah dengan skoring 2/3, kriteria menonjolnya masalah dengan skoring 1

sehingga total skoring 3 2/3.


41

Intervensi keperawatan untuk diagnosa yang ketiga yaitu perilaku kesehatan

cenderung beresiko. Tujuan umumnya adalah setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama 14 hari diharapkan, keluarga mampu mengenal masalah

TUK 1 yaitu pengetahuan tentang diit rendah garam dan pengelolaan diet

rendah garam. TUK 2 yaitu kemampuan memutuskan atau mengambil

keputusan untuk meningkatkan kesehatan dengan dukungan membuat

keputusan, membangun harapan. TUK 3 yaitu merawat anggota keluarga

yang sakit, perilaku yang dianjurkan dengan demonstrasi diit rendah garam.

TUK 4 yaitu keluarga mampu memodifikasi lingkungan, menejemen

lingkungan dengan perilaku jadwal diit rendah garam. TUK 5 yaitu keluarga

mampu memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan konsultasi dengan

berkunjung kefasilitas kesehatan.

Implementasi keperawatan yang dilakukan pada diagnosa keperawatan ke-3

yaitu perilaku cenderung beresiko pada hari jumat, 20 Mei 2019 pukul 13.00

yaitu TUK 1-2 berupa mendiskusikan atau memberikan pendidikan kesehatan

dengan keluarga menggunakan metode ceramah dan diskusi serta

menggunakan media lembar bolak-balik yang berisi tentang pengertian diit

rendah garam dan prinsip diit rendah garam. TUK 2 yaitu keluarga mampu

mengambil keputusan untuk meningkatkan dan memperbaiki kesehatan dan

mampu merawat diri sendiri membangun kekuatan, beradaptasi dengan

perubahan fungsi. TUK 3 pada hari sabtu, tanggal 21 mei 2019 pukul 14.00

wib yaitu merawat anggota keluarga yang sakit dengan mendemonstrasikan

diit rendah garam. TUK 4 pada hari minggu, 22 mei 2019 yaitu keluarga

mampu memodifikasi lingkungan, menejemen lingkungan dengan


42

memberikan jadwal diit rendah garam. TUK 5 yaitu keluarga mampu

memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan konsultasi dengan berkunjung

kefasilitas kesehatan.

Respon keseluruhan dari tindakan yang dilakukan tindakan TUK 1 klien

mengetahui pengertian diit rendah garam dan cara melakukan diit rendah

garam. TUK 2 klien mengetahui bagaimana cara mengambil keputusan. TUK

3 keluarga mengetahui cara merawat anggota keluarga yang sakit. TUK 4

keluarga mengetahui cara memodifikasi lingkungan. TUK 5 keluarga

mengetahui memanfaatkan fasilitas kesehatan. Mengalami peningkatan

pengetahuan dilihat dari saat pasien menyebutkan pengertian dari diit rendah

garam, klien mampu melakukan demonstrasi rendah garam dan klien bersedia

diberikan jadwal diit rendah garam.

Evaluasi tindakan keperawatan pada hari jumat, tanggal 20 mei 2019

diagnosa ke-3 yaitu perilaku kesehatan cenderung beresiko yang dilakukan

TUK 1-2 berupa data subjektif klien dengan hipertensi mengatakan diit

rendah garam adalah salah satu diit yang dapat membantu menurunkan

tekanan darah. Macam diit rendah garam yaitu diit rendah garam I, II, III.

Data objektif klien dengan hipertensi dan keluarga tampak kooperatif dan

antusias dalam mendengarkan penjelasan yang di berikan. Keluarga mampu

mengambil keputusan untuk meningkatkan atau memperbaiki kesehatan

dengan mampu merawat diri sendiri membangun kekuatan dan beradaptasi

dengan perubahan fungsi. Evaluasi TUK 3 pada hari sabtu tanggal 21 mei

2019 yang dilakukan dengan data subjektif keluarga mengatakan bersedia


43

melakukan demonstrasi diit rendah garam. Data objektif didapatkan klien dan

keluarga mampu melakukan kembali demonstrasi diit rendah garam dengan

baik. Evaluasi pada hari TUK 4-5 pada hari minggu 22 mei 2019 yang

dilakukan dengan data subjektif klien mengatakan bersedia memodifikasi

lingkungan dengan melakukan jadwal kegiatan untik diit rendah garam dan

mampu memanfaatkan fasilitas kesehatan dengan kontrol rutin ke fasilitas

kesehatan, data obyektif klien dan keluarga tampak bersedia melakukan

jadwal untuk diit rendah garam.

Hasil evaluasi tingkat kemandirian pada seluruh anggota keluarga pada

dewasa hipertensi di dapatkan tingkat kemandirian keluarga mengalami

peningkatan yang diperoleh skor dengan tingkat III, keluarga mampu

mengetahui dan mengungkapkan masalah kesehatan yang ada dalam keluarga

dengan benar.
BAB IV

PEMBAHASAN

A. Pengkajian

Pengkajian dilakukan pada hari Senin tanggal 13 Mei 2019 jam 11.00 WIB

diwilayah Binaan Kelurahan Karangayu Kecamatan Semarang Barat. Hasil

pengkajian diperoleh data umum yaitu KK pada klien adalah klien usia 54 tahun.

Berdasarkan beberapa faktor resiko seseorang terserang hipertensi, yaitu banyak

terjadi pada kaum pria, namun pada usia 45-65 tahun hipertensi banyak

menyerang kaum wanita (Indah, 2014). Usia adalah faktor resiko terjadi

hipertensi karena dengan bertambah usia dapat menyebabkan elastisitas

pembuluh darah arteri berkurang sehingga jantung memompa darah lebih kuat

akibatnya terjadi peningkatan tekanan darah (Fitriyah & Jauhar, 2014). Klien

memiliki 1 orang anak yang belum berkeluarga, bahasa komunikasi sehari-hari

yang digunakan klien adalah bahasa jawa, bahasa Indonesia dan klien beragama

islam. Tipe keluarga saat ini adalah keluarga inti karena terdiri dari ibu dan anak

kandung.

Tahap perkembangan keluarga saat ini berada pada tahap perkembangan keluarga

dengan dewasa dimana anak pertama telah menginjak umur dewasa. Tahap

perkembangan keluarga yang belum terpenuhi yaitu belum mampu

mempertahankan kesehatan yang didapatkan dari data klien masih

71
44
45

mengkonsumsi makanan asin serta jarang berobat kepuskesmas untuk

mengontrol kesehatannya. Berdasarkan tahap perkembangan keluarga dengan

dewasa muda (terdiri dari anak pertama sampai anak terakhir yang meninggalkan

rumah) yaitu dengan memperluas lingkaran keluarga terhadap anak dewasa

muda, termasuk memasukkan anggota baru yang berasal dari pernikahan anak-

anaknya (Piter & Lubis, 2010). Riwayat keluarga inti didapat klien saat ini

dalam kondisi kurang sehat. Riwayat sebelumnya klien mengatakan memiliki

riwayat tekanan darah tinggi dari ayah klien yang sudah meninggal beberapa

tahun yang lalu. Berdasarkan penyebab hipertensi menurut (Indah, 2014)

menyatakan ada beberapa faktor resiko seseorang terserang hipertensi, yaitu

faktor genetik merupakan faktor bawaan atau riwayat dari keluarga yang menjadi

pemicu timbulnya hipertensi, terutama hipertensi primer.

Pengkajian status sosial klien mengatakan sumber nafkah saat ini adalah klien

dan anak klien. Hasil penelitian Kharisyanti (2017) menjelaskan bahwa status

sosial ekonomi rendah berhubungan dengan kejadian hipertensi di Desa

Tambakrejo Kabupaten Bojonegoro. Hal tersebut menekankan pentingnya

kebijakan kesehatan untuk mengedukasi dan meningkatkan kesadaran serta

memberikan pelayanan kesehatan yang terjangkau. Penghasilan keluarga kurang

lebih 1.500.000/bln. Klien mengatakan bekerja membersihkan sekolahan SD

setiap hari (tukang kebun sekolah) dan anaknya bekerja sebagai penjaga/pelayan

apotik. Pengeluaran keluarga diatur oleh anak klien dengan hipertensi, termasuk

listrik dan kebutuhan sehari-hari. Penghasilan tersebut cukup untuk memenuhi

kebutuhan sehari-hari. Klien mengatakan walaupun tidak memiliki tabungan

namun tetap bersyukur karena tidak memiliki tanggungan hutang. Ketika ada
46

kebutuhan mendadak klien membicarakannya dengan anaknya. Sejalan dengan

penelitian Utari (2016) menyebutkan ada hubungan yang signifikan antara status

ekonomi keluarga dengan perilaku pengobatan sendiri (self-medication) di

Dusun Madugondo, Sitimulyo, Piyungan, Bantul DIY.

Karakteristik rumah yang ditempati keluarga klien merupakan rumah milik

sendiri dengan luas rumah 25 m2 dengan panjang 11 m dan lebar 5 m terdiri dari

2 kamar tidur, satu ruang keluarga, satu kamar mandi, satu dapur dan merupakan

rumah permanent dan milik sendiri. Setiap ruangan memiliki jendela kecuali

kamar mandi sehingga sirkulasi udaranya cukup baik. Kamar mandi bersih,

sumber air adalah air tanah atau sumur dan air minum merebus sendiri.

Sedangkan untuk pembuangan saluran air dibuatkan pipa menuju belakang

rumah yang berdekatan dengan septitank kira-kira 10 m dari jarak belakang

rumah. Kondisi lingkungan rumah berdebu, lantai masih tanah dan selokan

lancar. Perilaku hidup bersih dan sehat adalah perilaku kesehatan yang dapat

dilakukan atas kesadaran sehingga anggota keluarga dapat menolong dirinya

sendiri, berperan aktif dalam kegiatan-kegiatan kesehatan di masyarakat (Nunun,

2015). Bahaya dari lingkungan yaitu terkait dengan saat terjadi hujan yang deras

genting rumah kadang bocor. Klien mengatakan bersyukur mempunyai rumah

ini. Jika mempunyai rejeki yang lebih ingin membangun yang lebih baik.

Berdasarkan timbulnya permasalahan kesehatan dilingkungan rumah yaitu

tingkat kemampuan ekonomi, karena rumah dibangun berdasarkan kemampuan

keuangan penghuninya (Notoadmojo, 2013).


47

Karakterisitik tetangga dan komunitas menurut klien sebagian besar warga adalah

penduduk asli sejak dulu, antar keluarga/tetangga saling hidup rukun, jarang ada

masalah/selisih antar tetangga. Hubungan keluarga dengan tetangga tampak baik

dan harmonis, terlihat seringnya keluarga berkomunikasi dengan tetangga dan

terdapat perkumpulan ibu-ibu dan bapak-bapak. Klien mengatakan

masyarakatnya di daerah tempat tinggal sangat ramah dan menghormati satu

sama lain. Keluarga merasa nyaman karena tetangga di lingkungan saling

membantu dan mengerti kebutuhan satu sama lain, kompak dan aktif mengikuti

kegiatan perkumpulan atau gotong royong. Masyarakat merupakan proses

seseorang individu belajar bersosialisasi untuk mencapai tujuan kesehatan

bersama (Murdiyatmoko, 2007).

Pengkajian perkumpulan keluarga dan interaksi keluarga dengan masyarakat

didapat klien selalu mengikuti perkumpulan didaeraah tempat tinggalnya. Klien

tergolong anggota masyarakat yang aktif dalam mengikuti musyawarah dan kerja

bakti yang diadakan di masyarakat. Serta dapat berinteraksi dengan

baik. Keluarga klien aktif dengan kegiatan keagamaan di lingkungan

rumahnya. Klien aktif dengan pengajian rutin yang dilaksanakan di masjid.

Aktivitas agama sendiri dapat membangun kekuatan supnatural dan psiatrik

dalam kesehatan (Suroso, 2004).

Persepsi tentang pelayanan kesehatan dan pelayanan dasar menurut klien bila ada

keluhan pada dirinya maupun anggota keluarga yang sakit, segera periksa ke

puskesmas atau ke pelayanan kesehatan terdekat. Persepsi keluarga tentang

tenaga kesehatan yang ada, menurut klien dengan adanya tenaga kesehatan
48

sangat membantu dalam memberikan informasi kesehatan dan dalam perawatan

masalah kesehatan. Penelitian Fitra yeni (2016) menyebutkan bahwa ada

hubungan dukungan keluarga akan meningkatkan kesadaran untuk menggunakan

pelayanan kesehatan.

Mobilitas geografis keluarga klien mengatakan tidak pernah bepindah-pindah

tempat tinggal. Lingkungan berpengaruh secara signifikan lebih dari 80%

terhadap penyakit (Suprihatin, 2015). Keluarga menggunakan transportasi umum

dan sepeda motor. Sistem pendukung keluarga dan jaringan sosial keluarga klien

mengatakan jika ada masalah selalu dimusyawarahkan dengan anaknya,

pengambil keputusan adalah klien, dan jika ada masalah tentang keperluan

keuangan atau membutuhkan sesuatu klien meminta bantuan kepada anaknya.

Klien mengatakan dapat membiayai sendiri dan anak klien juga membantu serta

mencarikan pengobatan baik alternatif maupun secara medis (puskesmas,dokter

serta layanan kesehatan yang mendukung). Terdapat puskesmas yang letaknya

sekitar 100 m dari rumah. Berdasarkan penelitian penanganan pada pasien

dengan pengobatan rutin kepelayanan kesehatan akan meningkatkan kesehatan

dalam keluarga (Miftahul Husna, 2016).

Pengkajian struktur keluarga pada pola komunikasi keluarga klien melakukan

komunikasi secara terbuka, sehingga anaknya dapat memberi masukan tentang

suatu hal kepada mereka tanpa mengurangi rasa hormat terhadap orang tua.

Struktur kekuatan keluarga, klien mengatakan adalah ibu sekaligus pembantu

pencari nafkah bagi keluarga dan pengambilan keputusan klien sendiri kadang

dibantu dengan anaknya. Struktur peran, klien sebagai ibu yang bekerja sebagai
49

tukang kebun SD, dan anak klien sebagai anak satu-satunya bekerja sebagai

pelayan apotik. Jika dirumah sebagai anak. Nilai dan norma keluarga, tidak ada

nilai dan norma dalam keluarga yang dapat mempengaruhi penyakit menurut

klien sakit memang karena disebabkan oleh suatu penyakit bukan karena hal-hal

tertentu sehingga mereka lebih memilih untuk memeriksakan kesehatannya ke

puskesmas atau dengan obat-obat tradisional. Struktur keluarga dapat

mempengaruhi kesehatan dalam keluarga yang bertujuan untuk menyelesaikan

masalah (Muwarni, 2007).

Fungsi afektif pada fungsi keluarga klien menganggap anaknya sudah tumbuh

menjadi anak yang baik dan saling menghormati dalam keluarga. Jika ada

anggota yang mempunyai masalah, keluarga dapat membantu satu sama lain.

Fungsi sosialisasi keluarga klien mengatakan semua muslim sehingga keluarga

aktif dengan kegiatan keagamaan. Klien mengatakan selalu berusaha untuk

bersosialisasi dengan tetangga. Fungsi ekonomi keluarga mengatakan kondisi

cukup meskipun klien sakit hipertensi tetapi masih giat untuk tetap bekerja.

Fungsi reproduksi klien mengatakan tidak ingin mempunyai anak lagi karena

sudah bersyukur mempunyai satu orang anak yang sudah menginjak dewasa.

Dalam penelitian (Elza mursafiri, 2015) fungsi keluarga sebagai sebuah konsep

kompleks yang dapat mempengaruhi masalah kesehatan dalam keluarga dan

lingkungan.

Fungsi perawatan kesehatan mengenal masalah kesehatan klien mengatakan

belum mengetahui tanda gejala, penyebab dan akibat lanjut untuk penyakitnya.

Apabila menyadari adanya perubahan keluarga perlu dicatat kapan terjadi,


50

perubahan apa yang terjadi dan berapa besar perubahannya. Sejauh mana

keluarga mengetahui dan mengenal fakta-fakta masalah kesehatan yang meliputi

pengertian, tanda dan gejala, faktor penyebab dan yang mempengaruhinya serta

persepsi keluarga terhadap masalah (Effendi & Makhfudli, 2009).

Mengambil keputusan klien mengatakan jika saat mengalami pusing yang

dilakukan adalah memijat-mijat lehernya. Memberikan keputusan yang tepat

untuk anggota keluarga yang sakit, tugas ini merupakan upaya keluarga yang

utama untuk mencari pertolongan yang tepat sesuai dengan keadaan keluarga

(Friedman, dalam Setyowati & Murwani, 2009).

Merawat anggota keluarga yang sakit klien mengatakan jika ada keluarga yang

sakit agar beristirahat dan jika semakin parah di bawa ke puskesmas atau klinik

terdekat. Sesuai dengan hasil penelitian Novebriyani (2014) menjelaskan bahwa

ada hubungan antara tugas kesehatan keluarga dengan kejadian hipertensi

berulang pada dewasa. Dengan pertimbangan diantara keluarga yang mempunyai

kemampuan memutuskan tindakan keluarga terhadap penyakit sangat

mempengaruhi apakah gangguan kesehatan dikeluarga dapat segera diatasi (Ni

Made, 2017).

Memodifikasi lingkungan klien mengatakan belum begitu mengetahui pola

makan yang baik untuk masalah kesehatannya. Klien juga masih sering makan

makanan gorengan dan asin. Pentingnya hygiene sanitasi bagi keluarga, upaya

pencegahan penyakit yang dilakukan keluarga, upaya pemeliharaan lingkungan

yang dilakukan keluarga, kekompakan keluarga dalam menata lingkungan dalam


51

dan luar rumah berdampak terhadap kesehatan keluarga dalam memodifikasi

lingkungan (Achjar, 2010).

Memanfaatkan fasilitas kesehatannya klien mengatakan jika sakit atau ada

masalah yang parah tentang kesehatannya langsung dibawa ke puskesmas, karena

lumayan dekat dengan puskesmas. Pemanfaatan fasilitas kesehatan keluarga

menurut (Alamsyah, 2011) adalah keluarga yang percaya terhadap petugas

kesehatan dan fasilitas pelayanan kesehatan. Penelitian Napirah (2016)

menjelaskan bahwa terdapat hubungan antara tingkat pendidikan, pendapatan

dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan.

Hasil pengkajian koping stress keluarga didapatkan bahwa stressor jangka

panjang klien yaitu klien memikirkan untuk memperbaiki rumah. Dan untuk

angka pendeknya yaitu klien mengatakan anak satu-satunya belum menikah.

Berdasarkan keberhasilan dalam koping dengan mengendalikan pribadi, emosi

positif, dan sumber daya personal (Folkman & moscowizt, 2004).

Pengkajian kebutuhan dasar manusia didapat bahwa praktik diet keluarga klien

mengatakan makan 2-3x sehari dengan lauk seadanya seperti tempe, sambal dan

suka makan gorengan serta makanan yang terasa asin. Klien mengatakan tidak

mempunyai alergi makanan. Pola istirahat dan tidur, klien mengatakan tidur 5

jam perhari kadang juga tidak bisa tidur jika sudah terbangun. Olahraga atau

mobilisasi, klien mengatakan masih bisa melakukan aktivitas seperti biasa.

Olahraga setiap hari seperti menyapu dan bersih-bersih karena sebagai penjaga

sekolah.Teratur berolahraga dapat dilakukan dengan latihan fisik yang sesuai


52

dengan dewasa diantaranya berjalan-jalan, bersepeda dan melakukan pekerjaan

rumah tangga (Maryam, 2003). Pola eliminasi, klien mengatakan BAK 4-5 kali

dalam sehari dan BAB 1x setiap pagi. Personal hygiene, klien mengatakan mandi

2x dalam sehari dan gosok gigi setiap mandi.

Pengkajian psikiatrik pada konsep diri klien memgatakan merasa bersyukur

dengan keadaan dirinya saat ini dan berharap kondisi lebih baik dari sekarang.

Status mental klien mengatakan tidak ada yang mengalami gangguan mental.

Pengkajian resiko klien mengatakan keluarga tidak ada yang mengarah dari

gangguan mental. Kesehatan mental yaitu terhindarnya seseorang dari keluhan

dan gangguan dalam penyesuaian diri terhadap lingkungan sosial (Noto

Soedirdjo, 2012).

Hasil pemeriksaan fisik diperoleh bahwa TD: 160/100 mmHg, Nadi: 98 x/menit,

RR: 20 x/menit. Hasil pengkajian persepsi klien didapat pasien mengeluh nyeri

mungkin karena tensinya tinggi, kualitas nyerinya seperti tertimpa beban berat

tempat nyeri di bagian tengkuk, skala 3 dan waktu nyeri hilang timbul. Hipertensi

yaitu suatu penyakit dimana tekanan darah berkisar 140/90 mmHg yang

disebabkan oleh faktor-faktor pencetus, seperti gaya hidup yang kurang baik

seperti merokok, kurangnya olah raga dan pola makan yang tidak sehat yang juga

dapat menimbulkan nyeri pada tengkuk (Utami, 2009).

Hasil pengkajian tingkat kemandirian keluarga menunjukkan bahwa klien ada

pada tingkat kemandirian I dengan kriteria yaitu keluarga menerima perawat dan

keluarga menerima pelayanan kesehatan sesuai rencana keperawatan keluarga.


53

Kriteria tingkat kemandirian menurut Riasmini (2017) yang pertama adalah

keluarga menerima perawat. Dibuktikan dengan kesediaan klien menerima

kehadiran mahasiswa perawat. Kedua adalah menerima pelayanan kesehatan

sesuai rencana keperawatan keluarga. Dalam hal ini klien bersedia untuk

diberikan intervensi keperawatan sesuai dengan masalah kesehatannya. Faktor-

faktor yang mempengaruhi kemandirian keluarga menurut penelitian Rosidin

(2018) adalah pengetahuan, askses ke pelayanan kesehatan dan perilaku petugas

kesehatan.

B. Diagnosa Keperawatan - Evaluasi Keperawatan

Berdasarkan hasil pengkajian yang dilakukan didapatkan diagnosa keperawatan

yang diangkat sebagai berikut :

1. Nyeri akut b/d agen cedera biologis

Berdasarkan pengkajian yang dilakukan analisa data yang pertama diperoleh

data subyektif, hasil pengkajian persepsi Ny. S didapat pencetus pasien

mengeluh nyeri mungkin karena tensinya tinggi, kualitas nyerinya tertimpa

berat beban, tempat nyeri di bagian tengkuk, skala 3 dan waktu nyeri hilang

timbul. Data obyektif klien didapatkan hasil kesadaran composmentis, TD:

160/100 mmHg, Nadi: 98 x/menit, RR: 20 x/menit, tampak meringis

kesakitan dan tampak memegang tengkuk.

Dari hasil pengkajian diatas muncul diagnosa nyeri akut. Diagnosa

keperawatan nyeri akut, NANDA (2019, hlm. 445) mengatakan merupakan

pengalaman senorik dan emosional tidak menyenangkan berkaitan dengan

kerusakan jaringan actual atau potensial, atau yang digambarkan sebagai

kerusakan, awitan yang tiba-tiba atau lambat dengan intensitas ringan hingga
54

berat, dengan berakhirnya dapat diantisipasi atau diprediksi, dan dengan

durasi kurang dari 3 bulan.Diagnosa tersebut sesuai dengan batasan

karakteristik dalam penentuan diagnosa keperawatan yaitu ekspresi wajah,

sikap melindungi area nyeri dan perubahan tekanan darah (Herdman, 2015).

Hasil skala prioritas menurut Maglaya (2009, dalam Riasmini, 2017) kriteria

sifat masalah dengan skoring 1, kriteria kemungkinan masalah dapat diubah

dengan skoring 2, kriteria kemungkinan masalah dapat dicegah dengan

skoring 2/3, kriteria menonjolnya masalah dengan skoring 1 sehingga total

skoring 4 2/3. Hasil skoring diperkuat dengan pembenaran yang menyebutkan

bahwa klien sering mengalami nyeri tengkuk yang dilakukan hanya istirahat.

Nyeri yang dirasakan klien tidak terlalu mengganggu aktifitasnya, namun

masalah tersebut perlu mendapatkan tindakan segera jika tidak kemungkinan

akan mengganggu aktifitas.

Intervensi keperawatan untuk diagnosa yang pertama yaitu nyeri akut b/d

agen biologis yang sesuai Riasmini (2017) dengan tujuan umumnya adalah

setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 14 hari mengetahui

menejemen nyeri dengan memberikan pendidikan kesehatan tentang nyeri.

Diharapkan outcomes yaitu kontrol nyeri dengan kriteria hasil perilaku

kepatuhan, perilaku meningkatkan kesehatan, pengetahuan menejemen.

Intervensi yang dapat dilakukan untuk TUK 1 yaitumenejemen nyeri dengan

memberikan pendidikan kesehatan tentang nyeri. Pemberian pendidikan

kesehatan merupakan pembelajaran yang didasari oleh proses interaktif dan


55

menambah pengetahuan baru. Notoadmodjo (2012) menyebutkan bahwa

pendidikan kesehatan adalah suatu proses yang dapat meningkatkan derajat

kesehatan seseorang. Penelitian Soedirman (2010) kurangnya pendidikan

kesehatan mengenai management nyeri mempengaruhi kurangnya

pengetahuan tentang penyakit.

TUK 2 yaitu keluarga mampu mengambil keputusan untuk meningkatkan

atau memperbaiki kesehatan dengan mampu merawat diri sendiri membangun

kekuatan dan beradaptasi dengan perubahan fungsi.Salah satu upaya keluarga

yang utama untuk mencari pertolongan yang tepat sesuai dengan keadaan

keluarga (Setyowati & Murwani, 2009). Penelitian (Nur Fitriyaningsih, 2015)

mengatakan bahwa ada hubungan antara pelayanan asuhan keperawatan

dengan pengambilan keputusan memilih suatu pelayanan kesehatan dalam

tindakan yang tepat.

TUK 3 yaitu keluarga mampu merawat anggota keluarga yang sakit dengan

kompres leher menggunakan air hangat.Manfaat dari kompres air hangat akan

bekerja menuju titik pusat nyeri sehingga bisa membuat otot di sekitarnya

menjadi lebih santai atau rileks (Rahayu, 2019). Penelitian Siti Karomah

(2015) menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan skala nyeri

sebelum perlakuan dan sesudah diberikan kompres air hangat.

TUK 4 yaitu keluarga mampu memodifikasi lingkungan dalam management

diri lingkungan. Memodifikasi lingkungan dengan pemeliharaan lingkungan

yang dilakukan keluarga dalam menata lingkungan dalam dan luar rumah
56

berdampak terhadap kesehatan keluarga (Achjar, 2010). Penelitian Annisa

(2018) menyatakan bahwa ada hubungan yang signifikan dengan kepatuhan

melakukan latihan fisik dalam memodifikasi lingkungan.

TUK 5 yaitu keluarga mampu memanfaatkan fasilitas kesehatan dengan

pengetahuan tentang sumber kesehatan, perilaku mencari pelayanan

kesehatan, partisipasi keluarga dalam perawatan keluarga dengan kontrol

rutin ke fasilitas kesehatan. Pemanfaatan fasilitas kesehatan keluarga dapat

memperbaiki kesehatan denganpercaya terhadap petugas kesehatan dan

fasilitas pelayanan kesehatan untuk menuju kesehatan yang lebih baik

(Alamsyah, 2011). Penelitian Diyah (2012) terdapat hubungan yang sangat

bermakna antara motivasi dengan tingkat kepatuhan dalam menjalani

pengobatan.

Implementasi keperawatan yang dilakukan pada keluarga sesuai dengan

diagnosa keperawatan ke 1 yaitu nyeri akut. Pada hari senin, 15 mei 2019

pukul 13.00 WIB yaitu TUK 1-3 memberikan pendidikan kesehatan tentang

nyeri, membantu merawat diri sendiri membangun kekuatan dan memberikan

kompres leher air hangat.

TUK 1 yaitu memberikan pendidikan kesehatan keluarga dengan metode

ceramah dan diskusi tentang pengertian nyeri, tanda dan gejala nyeri, akibat

lanjut nyeri serta memberikan pengajaran individu dan kelompok mengenai

proses nyeri. Nyeri adalah suatu keadaan yang tidak menyenangkan akibat

terjadinya rangsangan fisik maupun dari serabut saraf dalam tubuh ke otak
57

dan diikuti oleh reaksi fisik, fisiologis dan emosional (Hidayat, 2014). Hasil

penelitian James (2018) menyatakan bahwa ada pengaruh yang signifikan.

Pendidikan kesehatan adalah proses membuat orang mampu meningkatkan

kontrol dan perbaikan kesehatan agar belajar tentang kesehatan dan

melakukan perubahan-perubahan secara suka rela dalam tingkah laku

individu. Respon klien setelah diberikan pendidikan kesehatan klien

mengatakan sudah mengetahui tentang pengertian, tanda gejala dan akibat

nyeri.

TUK 2 yaitu keluarga mampu memutuskan tindakan untuk meningkatkan,

memperbaiki kesehatan dan mampu merawat diri sendiri membangun

kekuatan dan beradaptasi dengan perubahan fungsi.Hasil penelitian

Hasan(2004) terdapat adanya pengaruh yang signifikan terhadap pengambialn

keputusan yang digunakan untuk memilih suatu tindakan sebagai cara

pemecahan masalah yang tepat dan setiap anggota keluarga berpengaruh

dalam pengambilan keputusan.Respon klien mengatakan mampu dalam

memutuskan tindakan untuk meningkatkan dan memperbaiki kesehatan.

TUK 3 yaitu dengan dilakukan kompres leher menggunakan air hangat

menurut (Potter & Perry, 2010) merupakan salah satu penatalaksanaan nyeri

dengan memberikan energi panas melalui konduksi, dimana panas tersebut

dapat menyebabkan vasodilatasi (pelebaran pembuluh darah), meningkatkan

relaksasi otot sehingga meningkatkan sirkulasi dan menambah pemasukan,

oksigen, serta nutrisi ke jaringan. Hasil penelitian Setyawan (2014)

menyebutkan bahwa ada pengaruh pemberian kompres hangat pada leher


58

terhadap penurunan intensitas nyeri kepala pada pasien hipertensi, dimana

kelompok yang diberikan kompres hangat pada leher lebih efektif

dibandingkan dengan kelompok yang tidak diberikan kompres hangat pada

leher.Respon klien setelah dilakukan tindakan mengatakan klien mampu

melakukan kompres leher dengan air hangat secara mandiri.

TUK 4-5 hari selasa, tanggal 16 mei 2019 pukul 14.00, TUK 4 yaitu

memodifikasi lingkungan dengan management diri lingkungan. Hasil

penelitian Hendra (2017) mengatakan bahwa ada pengaruh yang signifikan

dukungan terhadap management diri lingkungan.Rasa nyeri timbul bertambah

apabila adanya stimulus dilingkungan sekitarnya, cahaya yang terang dapat

meningkatkan intensitas nyeri, sehingga perlu mengontrol kondisi lingkungan

(Suarilah, 2017). Respon klien mengatakan mampu memodifikasi lingkungan

dan menerapkan lingkungan yang nyaman dalam meningkatkan kesehatan.

TUK 5 yaitu memanfaatkan fasilitas kesehatan dengan pengetahuan tentang

sumber kesehatan, perilaku mencari pelayanan kesehatan, partisipasi keluarga

dalam perawatan keluarga dengan kontrol rutin ke fasilitas kesehatan. Hasil

penelitian (Marnah, 2016) adanya pengaruh tingkat pemanfaatan fasilitas

pelayanan kesehatan menunjukkan seberapa baik kualitas pelayanan

kesehatan yang diberikan oleh petugas kesehatan sekaligus meningkatkan

kepercayaan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan. Respon klien

mengatakan mampu memanfaatkan fasilitas kesehatan dengan berkunjung

kepelayanan kesehatan.
59

Evaluasi tindakan keperawatan keseluruhan pada diagnosa pertama yaitu

nyeri akut didapatkan data subyektif mengatakan akan menerapkan kompres

leher air hangat. Data obyektif klien dan keluarga tampak antusias dalam

diskusi tentang kompres leher dengan air hangat untuk mengurangi nyeri,

skala nyeri 1.Hasil tersebut juga dirasakan pada 2 klien kelolaan dengan

masalah keperawatan yang sama. Dapat disimpulkan bahwa pendidikan

kesehatan nyeri dan kompres leher menggunakan air hangat efektif

meningkatkan pengetahuan tentang nyeri dan dapat mengatasi nyeri pada

hipertensi.

2. Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan

Analisa data yang kedua diperoleh data subjektif klien mengatakan belum

mengetahui tentang penyebab, tanda gejala dan akibat lanjut hipertensi. Anak

dari klien juga mengatakan belum mengetahui kalau klien mengalami

hipertensi. Data obyektif diperoleh klien tampak belum mengetahui

penyakitnya, pada saat pengkajian awal terlihat kurang tertarik, data

pemeriksaan fisik pada klien TD: 160/100 mmHg, Nadi: 98 x/menit, RR: 20

x/menit. Diagnosa keperawatan ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan,

NANDA (2019) mengatakan bahwa merupakan ketidakmampuan

mengidentifikasi, mengelola, dan mencari bantuan untuk mempertahankan

kesejahteraan. Data pengkajian yang sesuai dengan batasan karakteristik yaitu

kurangnya dukungan sosial, kurangnya pengetahuan tentang praktik dasar

dan pola perilaku kurang dalam mencari bantuan kesehatan.


60

Hasil skala prioritas menurut Maglaya (2009 dalam Riasmini, 2017) adalah

kriteria sifat masalah dengan skoring 2/3 dengan pembenaran klien

mengatakan belum mengetahui pengertian, tanda gejala, penyebab dari

hipertensi. Kriteria kemungkinan masalah dapat diubah dengan skoring 2

dengan pembenaran mengatakan mau menerima informasi dan penjelasan

dari petugas kesehatan. Kriteria kemungkinan masalah dapat dicegah dengan

skoring 2/3 dengan pembenaran klien mengatakan belum mengetahui akibat

lanjut dan penanganan hipertensi. Kriteria menonjolnya masalah dengan

skoring 1 sehingga total skoring 4 1/3 dengan pembenaran mengatakan tidak

begitu tau tentang hipertensi yang dirasakan saat ini yaitu sering pusing

Intervensi keperawatan untuk diagnosa yang kedua yaitu ketidakefektifan

pemeliharaan kesehatan berdasarkan Riasmini (2017) dengan tujuan umum

setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 14 hari teratasi dengan

menggunakan TUK 1-5. Diharapkan keluarga mampu mengenal masalah

dengan management kesehatan hipertensi, penyebab, tanda gejala dan akibat

lanjut dari hipertensi.

Intervensi yang dapat dilakukan untuk TUK 1 yaitu pendidikan kesehatan

hipertensi, pengajaran proses penyakit. Manfaat pemberian pendidikan

kesehatan merupakan pembelajaran yang didasari oleh proses interaktif dan

menambah pengetahuan baru (Smeltzer & Bare, 2008). Penelitian Firmawati

(2014) terdapat pengaruh yang signifikan pemberian pendidikan kesehatan

terhadap peningkatan pengetahuan pasien tentang hipertensi.


61

TUK 2 yaitu keluarga mampu mengambil keputusan untuk meningkatkan

atau memperbaiki kesehatan dengan mampu merawat diri sendiri membangun

kekuatan dan beradaptasi dengan perubahan fungsi.Penelitian (Nur

Fitriyaningsih, 2015) mengatakan bahwa ada hubungan antara pelayanan

asuhan keperawatan dengan pengambilan keputusan memilih suatu pelayanan

kesehatan dalam tindakan yang tepat.Pengambilan keputusan merupakan

upaya pencapaian tujuan dengan menggunakan proses yang sistematis dalam

memilih alternatif (Terry, 2007).

TUK 3 yaitu keluarga mampu merawat anggota keluarga yang sakit dengan

massage kaki menggunakan minyak lavender. Massage kaki menurut

(Herliawati, 2015) yaitu dapat memperlancar aliran darah balik dari kaki

menuju ke jantung dan dampak massage dengan minyak lavender terhadap

tubuh adalah stimulasi system saraf parasimpastis dan mengurangi

ketegangan otot sehingga dapat menurunkan tekanan darah.Penelitian yang

dilakukan oleh Woofson (1992) memperlihatkan bahwa massage kaki dengan

minyak essensial lavender menurunkan tekanan darah.

TUK 4 yaitu keluarga mampu memodifikasi lingkungan dalam management

diri lingkungan dengan senam hipertensi. Lingkungan kesehatan merupakan

suatu kondisi yang optimal sehingga mempengaruhi dampak positif terhadap

terwujudnya status kesehatan yang optimal (Effendi, 2009). Manfaat senam

hipertensi adalah bagian dari usaha untuk mengurangi berat badan dan

mengelola stress yang merupakan dua faktor mempertinggi hipertensi

(Vitahelth, 2004).
62

TUK 5 yaitu keluarga mampu memanfaatkan fasilitas kesehatan dengan

pengetahuan tentang sumber kesehatan, perilaku mencari pelayanan

kesehatan, partisipasi keluarga dalam perawatan keluarga dengan kontrol

rutin ke fasilitas kesehatan. Penelitian Fisti (2016) mengatakan adanya

hubungan antara persepsi keluarga tentang manfaat pelayanan kesehatan.

Fasilitias kesehatan merupakan salah satu indikator untuk mengetahui status

kesehatan masyarakat (Surkesda, 2005).

Implementasi keperawatan yang dilakukan pada keluarga klien dengan

hipertensi sesuai dengan diagnosa keperawatan ke 2 yaitu ketidakefektifan

pemeliharaan kesehatan pada hari rabu 17 Mei 2019 pukul 13.00 WIB. TUK

1 yaitu memberikan pendidikan kesehatan keluarga metode ceramah dan

diskusi dengan menggunakan media lembar bolak balik dan booklet tentang

pengertian hipertensi, tanda dan gejala hipertensi, akibat lanjut hipertensi

serta memberikan pengajaran individu dan kelompok mengenai proses

penyakit. Pemberian edukasi hipertensi pada penelitian menggunakan media

booklet yaitu suatu alat atau media untuk memnerikan penyampaian pesan

berbentuk buku yang berisi tulisan ataupun gambar (Suiroaka, 2012). Hasil

penelitian (Sri wahyuni, 2016) terdapat adanya pengaruh yang signifikan,

yang dapat meningkatkan pengetahuan klien tentang penyakitnya dan supaya

dapat meningkatkan kemampuan dalam melakukan aktifitas perawatan diri

sendiri. Respon klien mengatakan sudah mengetahui pengertian, tanda gejala

dan akibat lanjut dari hipertensi.Mengalami peningkatan pengetahuan dilihat

dari saat pasien menyebutkan pengertiandari hipertensi, tanda gejala dan

akibat lanjut.
63

TUK 2 yaitu keluarga mampu memutuskan tindakan untuk meningkatkan dan

memperbaiki kesehatan dan mampu merawat diri sendiri membangun

kekuatan, beradaptasi dengan perubahan fungsi. Penelitian (Nur

Fitriyaningsih, 2015) mengatakan bahwa ada hubungan antara pelayanan

asuhan keperawatan dengan pengambilan keputusan memilih suatu pelayanan

kesehatan dalam tindakan yang tepat.Salah satu upaya keluarga yang utama

untuk mencari pertolongan yang tepat sesuai dengan keadaan keluarga

(Setyowati & Murwani, 2009). Respon klien dan keluarga mengatakan

mampu mengetahui bagaimana cara mengambil keputusan yang dapat

memperbaiki kesehatan.

TUK 3tanggal 18 Mei 2019 pukul 13.30 WIB memberikan tindakan

keperawatan sesuai mengajarkan kepada keluarga tentang massage kaki

dengan menggunakan aroma terapi lavender kemudian mengobservasi tanda-

tanda vital. Hasil penelitian (Herliawati, 2015) menunjukkan massage kaki

menggunakan dengan menggunakan aromaterapi lavender dapat dijadikan

sebagai salah satu terapi alternatif untuk menurunkan tekanan darah. Tehnik

dari massage kaki berdampak terhadap lancarnya sirkulasi aliran darah,

menyeimbangkan aliran energi dan mengendurkan ketegangan otot.

Meskipun teknik pemijatan tidak akan berdampak banyak pada penderita

hipertensi berat, namun beberapa penelitian telah membuktikan bahwa

masase dapat menurunkan tekanan darah pada penderita hipertensi ringan dan

sedang (Dalimartha, 2010). Respon klien setelah dilakukan tindakan

mengatakan mampu melakukan massage kaki menggunakan aromaterapi

lavender secara mandiri.


64

TUK 4-5 hari kamis tanggal 19 Mei 2019 pukul 14.00, TUK 4 yaitu

memodifikasi lingkungan dengan management diri lingkungan memberikan

senam hipertensi. Hasil penelitian Wahyuningsih (2017) senam hipertensi

dapat digunakan sebagai informasi dan pertimbangan dalam memilih

intervensi untuk orang dewasa yang memiliki hipertensi. Senam hipertensi

merupakan senam dengan menggerakkan yang melibatkan sebagian besar

otot tubuh dengan dengan intensitas sedang yang ditujukan untuk pasien

hipertensi. Respon klien setelah dilakukan tindakan mengatakan mampu

melakukan senam hipertensi secara mandiri dan dengan dibantu keluarga.

TUK 5 yaitu memanfaatkan fasilitas kesehatan dengan pengetahuan tentang

sumber kesehatan, perilaku mencari pelayanan kesehatan, partisipasi keluarga

dalam perawatan keluarga dengan kontrol rutin ke fasilitas kesehatan. Hasil

penelitian (Marnah, 2016) adanya pengaruh tingkat pemanfaatan fasilitas

pelayanan kesehatan menunjukkan seberapa baik kualitas pelayanan

kesehatan yang diberikan oleh petugas kesehatan sekaligus meningkatkan

kepercayaan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan. Respon klien

mengatakan mampu memanfaatkan fasilitas kesehatan dengan kontrol rutin

ke puskesmas.

Evaluasi dilakukan pada tanggal 25 Mei 2019 setelah dilakukan tindakan

TUK 1-5 pada diagnosa keperawatan kedua hasilnya adalah klien

mengetahui hipertensi, penyebab, tanda gejala, akibat lanjut yang

ditimbulkan. Klien dapat melakukan terapi masase kaki menggunakan

aromaterapi lavender, senam hipertensi secara mandiri dengan bantuan

anaknya. Hasil pengukuran TD: 160/90 mmHg, Nadi: 98 x/menit, RR: 20


65

x/menit. Penurunan tekanan darah juga dialami oleh 2 pasien kelolaan lain.

Meskipun perbedaan penurunan tekanan darah tidak sama namun masase kaki

menggunakan aromaterapi lavender dan senam hipertensi memberikan

dampak menurunkan tekanan darah.

3. Perilaku kesehatan cenderung beresiko

Analisa data yang ketiga diperoleh data subjektif klien mengatakan jika

merasa pusing baru meminum obat dari puskesmas. Klien mengatakan

mengkonsumsi makanan tanpa ada pantangan.Klien mengatakan suka makan

makanan yang terasa asin dan juga sering makan gorengan.Data obyektif

diperoleh data klien tampak bingung, pemeriksaan fisik pada klien TD:

160/100 mmHg, Nadi: 98 x/menit, RR: 20 x/menit. Diagnosa keperawatan

perilaku kesehatan cenderung beresiko, NANDA (2019) mengatakan bahwa

merupakan hambatan kemampuan untuk mengubah gaya hidup atau perilaku

dalam cara yang memperbaiki tingkat kesejahteraan. Data pengkajian yang

sesuai dengan batasan karakteristik yaitu gagal melakukan tindakan

mencegah masalah kesehatan, gagal mecapai pengendalian optimal dan

belum menerima perubahan status kesehatan.

Masalah keperawatan yang ketiga yaitu perilaku kesehatan cenderung

beresiko. Hasil skala prioritas menurut Maglaya (2009 dalam Riasmini, 2017)

kriteria sifat masalah dengan skoring 1 dengan pembenaran masalah sudah

terjadi dikeluarga klien. Kriteria kemungkinan masalah dapat diubah dengan

skoring 1 dengan pembenaran klien mau menerima informasi dan penjelasan

dari petugas kesehatan. Kriteria masalah dapat dicegah dengan skoring 2/3
66

dengan pembenaran keluarga klien belum dapat mencegah masalah dengan

cukup, yang masih mengkonsumsi makanan asin. Kriteria menonjolnya

masalah dengan skoring 1 dengan pembenaran belum mengetahui cara

perawatan dan penangan yang tepat untuk hipertensi. Sehingga total skoring 3

2/3.

Intervensi keperawatan untuk diagnosa yang ketiga yaitu perilaku kesehatan

cenderung beresiko. Berdasarkan Riasmini (2017) dengan tujuan umum

setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 14 hari teratasi dengan

menggunakan TUK 1-5. Tujuan umumnya adalah setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama 14 hari diharapkan, keluarga mampu mengenal masalah

kesehatan dengan pengajaran individu dan penanganan tentang hipertensi.

TUK 1 yaitu pengetahuan tentang diit rendah garam dan pengelolaan diet

rendah garam.Pendidikan kesehatan adalah kegiatan yang dilakukan dengan

cara menyebarkan pesan, menanamkan keyakinan sehingga masyarakat

mengerti dan melakukan suatu anjuran yang ada dengan hubungan kesehatan

(Elisabeth, 2007). Diit rendah garam menurut Dalimarta(2008) diit yang

mengandung makanan terdiri dari bahan makanan yang rendah natrium

seperti yang terdapat dalam garam dapur.

TUK 2 yaitu kemampuan memutuskan atau mengambil keputusan untuk

meningkatkan kesehatan dengan dukungan membuat keputusan, membangun

harapan.Penelitian (Nur Fitriyaningsih, 2015) mengatakan bahwa ada

hubungan antara pelayanan asuhan keperawatan dengan pengambilan


67

keputusan memilih suatu pelayanan kesehatan dalam tindakan yang tepat.

Memberikan keputusan yang tepat untuk anggota keluarga yang sakit, tugas

ini merupakan upaya keluarga yang utama untuk mencari pertolongan yang

tepat sesuai dengan keadaan keluarga(Setyowati & Murwani, 2009).

TUK 3 yaitu merawat anggota keluarga yang sakit, perilaku yang dianjurkan

dengan demonstrasi diit rendah garam. Penelitian Rostini (2018) mengatakan

ada hubungan pengetahuan dengan kontrol diit rendah garam.Memberikan

demonstrasi menu diit rendah garam adalah salah satu penatalaksanaan untuk

memudahkan klien memahami diit rendah garam (Muhammad, 2018).

TUK 4 yaitu keluarga mampu memodifikasi lingkungan, menejemen

lingkungan dengan perilaku jadwal diit rendah garam. Mengatur diit rendah

garam adalah salah satu penatalaksanaan untuk menurunkan tekanan darah

(Muhammad, 2018).Pengaturan pola dan konsumsi dapat dimodifikasi atau

diperbolehkan dengan tujuan untuk terapi penyakit yang diderita (Sadjaja,

2009).

TUK 5 yaitu keluarga mampu memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan

konsultasi dengan berkunjung kefasilitas kesehatan. Penelitian Diyah (2012)

terdapat hubungan yang sangat bermakna antara motivasi dengan tingkat

kepatuhan dalam menjalani pengobatan. Pemanfaatan fasilitas kesehatan

keluarga dapat memperbaiki kesehatan dengan percaya terhadap petugas

kesehatan dan fasilitas pelayanan kesehatan untuk menuju kesehatan yang

lebih baik (Alamsyah, 2011).


68

Implementasi keperawatan yang dilakukan pada diagnosa keperawatan ke-3

yaitu perilaku cenderung beresiko pada hari jumat, 20 Mei 2019 pukul 13.00

yaitu TUK 1-2. TUK 1 berupa mendiskusikan atau memberikan pendidikan

kesehatan dengan keluarga menggunakan metode ceramah dan diskusi serta

menggunakan media lembar bolak-balik yang berisi tentang pengertian diit

rendah garam dan macam-macam diit rendah garam. Pemberian pendidikan

kesehatan merupakan pembelajaran yang didasari oleh proses interaktif dan

menambah pengetahuan baru (Smeltzer & Bare, 2008). Hasil penelitian

Mardhiyah (2015) terdapat pengaruh pendidikan kesehatan terhadap

peningkatan pengetahuan yang dapat dijadikan salah satu tindakan dalam

keluarga hipertensi di komunitas. Respon klien setelelah dilakukan

pendidikan kesehatan tentang diit rendah garam mengatakan sudah

mengetahui pengertian diit, makanan yang boleh dimakan dan tidak boleh

dimakan dan macam-macam diit rendah garam.Mengalami peningkatan

pengetahuan dilihat dari saat pasien menyebutkan pengertiandari diit rendah

garam, klien mampu melakukan demonstrasi rendah garam dan klien bersedia

diberikan jadwal diit rendah garam.

TUK 2 yaitu keluarga mampu mengambil keputusan untuk meningkatkan dan

memperbaiki kesehatan dan mampu merawat diri sendiri membangun

kekuatan, beradaptasi dengan perubahan fungsi. Pengambilan keputusan

merupakan upaya pencapaian tujuan dengan menggunakan proses yang

sistematis dalam memilih alternatif (Terry, 2007). Hasil penelitian Hasan

(2004) terdapat adanya pengaruh yang signifikan terhadap pengambilan

keputusan yang digunakan untuk memilih suatu tindakan sebagai cara


69

pemecahan masalah yang tepat. Respon klien mengatakan mampu bagaimana

cara mengambil keputusan sesuai dengan masalah kesehatan.

TUK 3 pada hari sabtu, tanggal 21 mei 2019 pukul 14.00 wib yaitu merawat

anggota keluarga yang sakit dengan mendemonstrasikan diit rendah garam.

Hasil penelitian Muhammad(2018) demonstrasi diit rendah garam dapat

mempengaruhi peningkatan pemahaman klien dalam mengatur pola makan

sehari-hari. Respon klien mengatakan mampu mendemonstrasikan diit rendah

garam.

TUK 4 pada hari minggu, 22 Mei 2019 yaitu keluarga mampu memodifikasi

lingkungan, menejemen lingkungan dengan memberikan jadwal diit rendah

garam. Hasil penelitian Muhammad Roy (2018) memberikan jadwal menu

diit hipertensi mempengaruhi perilaku mengatur diit rendah garam. Respon

klien mengatakan mampu memodifikasi lingkungan dengan cara mengatur

jadwal menu diit rendah garam dengan bantuan keluarga.

TUK 5 yaitu keluarga mampu memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan

konsultasi dengan berkunjung kefasilitas kesehatan. Hasil penelitian (Marnah,

2016) adanya pengaruh tingkat pemanfaatan fasilitas pelayanan kesehatan

menunjukkan seberapa baik kualitas pelayanan kesehatan yang diberikan oleh

petugas kesehatan sekaligus meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap

pelayanan kesehatan. Respon klien dan keluarga mengatakan mampu

mengetahui bagaimana memanfaatkan fasilitas kesehatan yang baik dengan

cara kontrol rutin kepuskesmas.


70

Evaluasi tindakan keperawatan TUK 1-5 berupa data subjektif klien

mengatakan diit rendah garam adalah salah satu diit yang dapat membantu

menurunkan tekanan darah. Macam diit rendah garam yaitu diit rendah garam

I,II,III. Data objektif klien dengan hipertensi dan keluarga tampak kooperatif

dan antusias dalam mendengarkan penjelasan yang di berikan. Keluarga

mampu mengambil keputusan untuk meningkatkan atau memperbaiki

kesehatan dengan mampu merawat diri sendiri membangun kekuatan dan

beradaptasi dengan perubahan fungsi. Klien mengatakan bersedia melakukan

demonstrasi diit rendah garam. Data objektif didapatkan klien dan keluarga

mampu melakukan kembali demonstrasi diit rendah garam dengan baik,

bersedia memodifikasi lingkungan dengan melakukan jadwal kegiatan untuk

diit rendah garam dan mampu memanfaatkan fasilitas kesehatan dengan

kontrol rutin ke fasilitas kesehatan. Dari hasil evaluasi tersebut penurunan

tekanan darah juga dialami oleh 2 pasien kelolaan lain. Meskipun perbedaan

penurunan tekanan darah tidak sama namun pengelolaan diit rendah garam

memberikan dampak perilaku yang sehat untuk klien hipertensi.

Hasil evaluasi pada seluruh anggota keluarga pada dewasa hipertensi di

dapatkan tingkat kemandirian keluarga mengalami peningkatan yang

diperoleh skor tingkat III, keluarga mampu mengetahui dan mengungkapkan

masalah kesehatan yang ada dalam keluarga dengan benar. Berdasarkan

indikator tingkat kemandirian keluarga menurut Riasmini (2017) keluarga

menerima petugas atau perawat komunitas, menerima pelayanan kesehatan

sesuai dengan rencana keperawatan, dan dapat mengungkapkan masalah

kesehatannya secara benar serta memanfaatkan fasilitas kesehatan.


BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Pengkajian diwilayah binaan kelurahan karangayu kecamatan semarang

baratdiperoleh data umum yaitu klien usia 54 tahun yang memiliki 1 orang

anak, berbahasa Jawa dan bahasa Indonesia, klienberagama islam. Tipe

keluarga saat ini adalah keluarga inti. Tahap perkembangan keluarga dengan

dewasa. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi yaitu belum

mampu mempertahankan kesehatan karena klien mengalami hipertensi.

Riwayat sebelumnya memiliki riwayat tekanan darah tinggi dari ayah klien

yang sudah meninggal beberapa tahun yang lalu. Hasil pemeriksaan fisik

diperoleh bahwa TD: 160/100 mmHg, Nadi: 98 x/menit, RR: 20 x/menit.

Hasil pengkajian persepsi klien mengeluh nyeri mungkin karena tensinya

tinggi, kualitas nyerinya seperti tertimpa beban berat tempat nyeri di bagian

tengkuk, skala 3 dan waktu nyeri hilang timbul. Hasil pengkajian tingkat

kemandirian keluarga adalah kemandirian I dengan kriteria yaitu keluarga

menerima perawat dan keluarga menerima pelayanan kesehatan sesuai

rencana keperawatan keluarga.

2. Masalah yang muncul diprioritaskan sesuai keadaan keluarga. Masalah

keperawatan yang pertama yaitu nyeri akut b/d agen biologis. Hasil skala

total skoring 4 2/3.

71
71
76

Masalah keperawatan yang kedua yaitu ketidakefektifan pemeliharaan

kesehatan. Hasil total skoring 4 1/3. Masalah keperawatan yang ketiga yaitu

perilaku kesehatan cenderung beresiko. Hasil total skoring 3 2/3.

3. Intervensi keperawatan untuk diagnosa yang pertama yaitu nyeri akut b/d

agen biologis. Intervensi dengan menejemen nyeri dengan hypnosis dan

kompres hangat, berikan pendidikan kesehatan tentang nyeri, menejemen

lingkungan: kenyamanan.Intervensi keperawatan untuk diagnosa yang kedua

yaitu ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan. Intervensi yang dapat

dilakukan untuk TUK 1 yaitu pendidikan kesehatan hipertensi.TUK 2 yaitu

keluarga mampu mengambil keputusan untuk meningkatkan atau

memperbaiki kesehatan. TUK 3yaitu keluarga mampu merawat anggota

keluarga yang sakit dengan massage kaki menggunakan minyak lavender.

TUK 4 yaitu keluarga mampu memodifikasi lingkungan dengan senam

hipertensi. TUK 5 yaitu keluarga mampu memanfaatkan fasilitas kesehatan

dengan pengetahuan tentang sumber kesehatan. Intervensi keperawatan untuk

diagnosa yang ketiga yaitu perilaku kesehatan cenderung beresiko. TUK 1

yaitu pengetahuan tentang diit rendah garam dan pengelolaan diet rendah

garam. TUK 2 yaitu kemampuan memutuskan atau mengambil keputusan

untuk meningkatkan kesehatan dengan dukungan membuat keputusan,

membangun harapan. TUK 3 yaitu merawat anggota keluarga yang sakit,

perilaku yang dianjurkan dengan demonstrasi diit rendah garam.TUK 4 yaitu

keluarga mampu memodifikasi lingkungan, menejemen lingkungan dengan

perilaku jadwal diit rendah garam. TUK 5 yaitu keluarga mampu

memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan konsultasi dengan berkunjung

kefasilitas kesehatan.
77

4. Implementasi keperawatan yang dilakukan pada keluarga dengan hipertensi

sesuai dengan diagnosa keperawatan ke 1 yaitu nyeri akut. Memberikan

pendidikan kesehatan tentang nyeri, memberikan kompres leher air hangat

dan menganjurkan management kenyamanan lingkungan.Implementasi

keperawatan yang dilakukan pada keluarga klien dengan hipertensi sesuai

dengan diagnosa keperawatan ke-2 yaitu ketidakefektifan pemeliharaan

kesehatan yaitu TUK 1 yaitu memberikan pendidikan kesehatan dengan

keluarga. TUK 2 yaitu keluarga mampu memutuskan tindakan untuk

meningkatkan dan memperbaiki kesehatan dan mampu merawat diri sendiri

membangun kekuatan, beradaptasi dengan perubahan fungsi. TUK 3

memberikan tindakan keperawatan sesuai mengajarkan kepada keluarga

tentang massage kaki dengan menggunakan aroma terapi lavender kemudian

mengobservasi tanda-tanda vital.TUK 4-5 yaitu memodifikasi lingkungan

dengan management diri lingkungan memberikan senam hipertensi. TUK 5

yaitu memanfaatkan fasilitas kesehatan dengan pengetahuan tentang sumber

kesehatan. Implementasi keperawatan yang dilakukan pada diagnosa

keperawatan ke-3 yaitu perilaku cenderung beresiko yaitu TUK 1-2 berupa

mendiskusikan atau memberikan pendidikan kesehatan tentang pengertian

diit rendah garam dan prinsip diit rendah garam. TUK 2 yaitu keluarga

mampu mengambil keputusan untuk meningkatkan dan memperbaiki

kesehatan dan mampu merawat diri sendiri membangun kekuatan,

beradaptasi dengan perubahan fungsi. TUK 3 yaitu merawat anggota keluarga

yang sakit dengan mendemonstrasikan diit rendah garam.TUK 4 yaitu

keluarga mampu memodifikasi lingkungan, menejemen lingkungan dengan

memberikan jadwal diit rendah garam. TUK 5 yaitu keluarga mampu


78

memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan konsultasi dengan berkunjung

kefasilitas kesehatan.

5. Evaluasi tindakan keperawatan keseluruhan pada diagnosa pertama yaitu

nyeri akut, data subyektif mengatakan akan menerapkan kompres leher air

hangat. Data obyektif klien dan keluarga tampak antusias dalam diskusi

tentang kompres leher dengan air hangat untuk mengurangi nyeri, skala nyeri

1.Evaluasi diagnosa ke-2 ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan keluarga,

data subjektif klien mengatakan hipertensi adalah tekanan darah tinggi lebih

dari 140/90 mmHg. Data obyektif klien dengan hipertensi dan keluarga

tampak kooperatif dan antusias dalam mendengarkan penjelasan yang

diberikan, klien dapat menjelaskan kembali tentang pengertian, tanda gejala,

penyebab, dan akibat lanjut dari hipertensi. Keluargamampu mengambil

keputusan untuk meningkatkan atau memperbaiki kesehatan dengan mampu

merawat diri sendiri membangun kekuatan dan beradaptasi dengan perubahan

fungsi. Evaluasi TUK 3 berupa data subyektif keluarga dengan hipertensi

mengatakan bersedia melakukan perawatan massage kaki dengan minyak

aromaterapi lavender. Data objektif, keluarga mampu melakukan demonstrasi

massage kaki dengan minyak lavender. Evaluasi TUK 4-5 data subyektif

klien mengatakan bersedia memodifikasi lingkungan dengan melakukan

senam hipertensi dan mampu memanfaatkan fasilitas kesehatan. Evaluasi

diagnosa ke-3 yaitu perilaku kesehatan cenderung beresiko yang dilakukan

TUK 1-2 berupa data subjektif klien dengan hipertensi mengatakan diit

rendah garam adalah salah satu diit yang dapat membantu menurunkan

tekanan darah. Macam diit rendah garam yaitu diit rendah garam I,II,III.Data

objektif klien dengan hipertensi dan keluarga tampak kooperatif dan antusias
79

dalam mendengarkan penjelasan yang di berikan. Keluarga mampu

mengambil keputusan untuk meningkatkan atau memperbaiki kesehatan

dengan mampu merawat diri sendiri membangun kekuatan dan beradaptasi

dengan perubahan fungsi. Evaluasi TUK 3 dengan data subjektif keluarga

mengatakan bersedia melakukan demonstrasi diit rendah garam. Data objektif

didapatkan klien dan keluarga mampu melakukan kembali demonstrasi diit

rendah garam dengan baik. Evaluasi pada hari TUK 4-5 dengan data subjektif

klien mengatakan bersedia memodifikasi lingkungan dengan melakukan

jadwal kegiatan untik diit rendah garam dan mampu memanfaatkan fasilitas

kesehatan dengan kontrol rutin ke fasilitas kesehatan, data obyektif klien dan

keluarga tampak bersedia melakukan jadwal untuk diit rendah garam.

B. Saran

1. Bagi Institusi Pendidikan

Hasil penulisan ini dapat dijadikan referensi dalam proses pembelajaran

tentang asuhan keperawatan keluarga dengan dewas hipertensi.

2. Bagi Profesi Keperawatan

Hasil penulisan ini dapat dijadikan sebagai salah satu gambaran tentang

keluarga dengan dewasa hipertensi sehingga perawat memiliki tugas dan

peran yang sangat berguna meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.

3. Bagi Masyarakat

Meningkatkan kesehatan pada keluarga dengan dewasa hipertensi melalui

proses keperawatan yang dilakukan dan dijadikan bahan pertimbangan bagi

masyarakat dalam upaya meningkatkan perilaku hidup sehat.


76

DAFTAR PUSTAKA

American Heart Assosiation. (2014). Understanding and Managing High Blood


Pressure.http///www.heart.orgidcgroupsheartpublic@xcm@hcmdocumentsd
ownloadableucm_461840.pdf

Ardiansyah, M. (2012). Medikal Bedah. Yogyakarta: DIVA Press

Brunner & Suddarth. (2013). Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 12. Jakarta: EGC

Corwin, EJ. (2009). Buku Saku Patofisiologi Corwin. Jakarta: Aditya Media

Fitriyah, Lailatul & Jauhar, Mohammad. (2014). Pengantar Psikologis Umum.


Jakarta: Prestasi Pustakarya

Friedman, Merlyn. (2013). Buku Ajar Keperawatan Keluarga: Riset Teori, Dan
Praktik

Friedman. (1998). Keperawatan Keluarga. Jakarta: EGC

Irianto, K. (2014). Memahami Berbagai Macam Penyakit. Bandung: Alfabeta

J.M. Black, & J.H. Hawks. (2014). Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8 . Elsevier:
Salemba Medika

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2014). Riset Kesehatan Dasar:


Riskesdas 2014. Jakarta

Lemone, P., & Burke, K. (2008). Medical Surgical Nursing: Critical Thingking in
Clien Care, (4rd ed). New Jersey: Persone Prentice Hall

Muttaqin, A. (2012). Asuhan Kepearawatan Klien Dengan Gangguan Sistem


Kardiovaskuler. Jakarta: Salemba Medika

Nurarif, H & Kusuma, H. Edisi Revisis Jilid 2. (2015). Aplikasi Asuhan


Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA. MediAction

Padila. (2013). Asuhan Keperawatan Penyakit Dalam. Jakarta: Nuha Medika .


Medical Book

Pieter, H.Z. & Lubis, N.L. (2010). Pengantar Psikologi Dalam Keperawatan.
Jakarta: Kencana

Price, S.A dan Wilson L.A. (2006). Patofisiologi Konsep Klinis Proses Penyakit.
Edisi 6 Volume I. Jakarta: EGC
77

Riasmini, Ni Made et al., (2017). Panduan Asuhan Keperawatan Individu, Keluarga,


Kelompok dan Komunitas Dengan Modifikasi Nanda , Icpn, Noc, Nic Di
Puskesmas Dan Masyarakat. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia

Syamsudin. (2011). Buku Ajar Farmakoterapi Kardiovaskuler dan Renal. Jakarta:


Salemba Medika

Udjianti, W.J. (2010). Keperawatan Kardiovaskuler. Jakarta: Penerbit Salemba


Medika

Wijaya, A.S & Putri, Y.M. (2013). Keperawatan Medikal Bedah 2, Keperawatan
Dewasa Teori Dan Contoh Askep. Yogyakarta : Nuha Medika
78

LAMPIRAN
Lampiran 79
1

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA DEWASA


DENGAN HIPERTENSI DI WILAYAH BINAAN
KELURAHAN KARANGAYU
SEMARANG BARAT

KARYA TULIS ILMIAH NERS


Karya Tulis Ilmiah Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk
Memperoleh Gelar Profesi Ners
memperoleh gelar Sa

rjana Keperawatan
Oleh:
Rafika Alfiyatin
5.18.066

PROGAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


STIKES TELOGOREJO SEMARANG
2019
80

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA DEWASA


DENGAN HIPERTENSI DI RT 08 RW III KELURAHAN
KARANGAYU SEMARANG BARAT

I. PENGKAJIAN
A. Data Umum
Pengkajian terhadap data umum keluarga meliputi:
1. Nama kepala keluarga : Tn. A
2. Alamat dan telepon : Damarwulan 1/48, RT 008 RW 003
3. Pekerjaan kepala keluarga :-
4. Pendidikan kepala keluarga : SD
5. Komposisi keluarga : Ayah, ibu, dan 1 orang anak
Hub dg Status
No Nama JK Umur Pendidikan Pekerjaan Ket
KK Kesehatan
Tn. A L Suami 57 th SD - -
Ny. S P Istri 54 th SD Ibu Hipertensi
rumah
tangga
Nn. Y P Anak 24 th SMA Pelayan Sehat
apotik

6. Status Imunisasi
Imunisasi
No Nama JK Umur Ket
BCG Polio DPT Hepatitis Campak
Tn. A L 57 th - - - - -
Ny. S P 54 th - - - - -
Nn.Y P 24 th     
81

7. Genogram (Tiga Generasi)

Keterangan :
Ny.S mempunyai keturunan satu anak perempuan yang bernama
Nn.Y.dan Ny.S tinggal serumah dengan Nn.Y karena Ny.S dan Tn.A
sudah lama tidak tinggal bersama. Ayah dan ibu Ny.S sudah meninggal
dari 5 tahun yang lalu.
8. Tipe keluarga : Keluarga inti terdiri dari Ny.S dan 1 anak kandung
9. Suku bangsa : Jawa – Indonesia, Ny.S berasal dari Semarang
10. Agama: Semua keluarga menganut agama Islam. Tidak ada keyakinan
yang berdampak buruk pada status kesehatan keluarga Ny.S

B. Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga


11. Tahap perkembangan keluarga saat ini :
Keluarga klien sedang mengalami tahap perkembangan keluarga
dewasa.Dimana anak pertama telah menginjak umur dewasa.
12. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi yaitu belum mampu
mempertahankan kesehatan karena klien mengalami hipertensi.
13. Riwayat keluarga inti :
Keluarga Ny.S mengatakansaat ini Ny.S memiliki riwayat keturunan
yaitu darah tinggi dari ayah klien.
82

14. Riwayat keluarga sebelumnya :


Ayah Ny.S juga mengalami tekanan darah tinggi yang telah meninggal
beberapa tahun yang lalu.

C. Pengkajian Lingkungan
15. Status sosial ekonomi keluarga :
Penghasilan keluarga kurang lebih 1.500.000/bln. Ny.S mengatakan
bekerja membersihkan sekolahan SD setiap hari (tukang kebun sekolah)
dan anaknya bekerja sebagai penjaga/pelayan apotik.
16. Aktivitas rekreasi keluarga :
Ny.S mengatakan biasanya menghabiskan waktu liburannya dengan
menonton TV dirumah.
17. Karakteristik rumah
a. Denah Rumah

KM Dapur

Ruang Kamar 2
keluarga
Kamar 1
U

Luas rumah 25 m2 dengan panjang 11 m dan lebar 5 m terdiri dari 2


kamar tidur, satu ruang keluarga, satu kamar mandi, satu dapur dan
merupakan rumah permanent dan milik sendiri. Setiap ruangan
memiliki jendela kecuali kamar mandi sehingga sirkulasi udaranya
cukup baik. Kamar mandi bersih, sumber air adalah air tanah atau
sumur. Sedangkan untuk pembuangan saluran air dibuatkan pipa
menuju belakang rumah yang berdekatan dengan septitank kira-kira
10 m dari jarak belakang rumah.
1) Sumber air minum terdapat dari merebus air sendiri.
2) Perasaan subjektif terhadap rumah
Ny.S mengatakan bersyukur mempunyai rumah ini.Jika
mempunyai rejeki yang lebih ingin membangun yang lebih baik.
83

3) Bahaya-bahaya keamanan
Jika terjadi hujan yang deras genting rumah kadang bocor.
4) Kondisi lingkungan rumah berdebu, lantai masih tanah dan
selokan lancar.
5) Pengetahuan keluarga mengenal masalah kesehatan berkaitan
dengan lingkungan masih kurang.
18. Karakteristik tetangga dan komunitas
Keluarga Ny.S mengatakan bertetangga dengan tetangga saling
berhubungan baik. Semua tetangga Ny.S beragama islam dan bersuku
jawa.
19. Pandangan keluarga terhadap komunitasnya
Ny. S mengatakan masyarakatnya di daerah tempat tinggal sangat ramah
dan menghormati satu sama lain.
20. Perkumpulan keluarga dan interaksi keluarga dengan masyarakat :
Ny. S tergolong anggota masyarakat yang aktif dalam mengikuti
musyawarah dan kerja bakti yang diadakan di masyarakat.Serta dapat
berinteraksi dengan baik. Keluarga Ny.S aktif dengan kegiatan
keagamaan di lingkungan rumahnya. Ny.S aktif dengan Pengajian rutin
yang dilaksanakan di masjid tiap seminggu sekali.
21. Persepsi tentang kesehatan yang ada
Menurut Ny. S tenaga kesehatan membantu dalam memberikan informasi
maupun pengobatan terhadap masalah kesehatannya.
22. Mobilitas geografis keluarga (lamanya tiggal di daerah ini, asal daerah
sebelum migrasi, dan transportasi yang digunakan)
Ny.S mengatakan tidak pernah bepindah-pindah tempat tinggal. Keluarga
menggunakan transportasi umum dan sepeda motor.
23. Sistem pendukung keluarga dan jaringan sosial keluarga (informasi dan
formal):
Ny.S mengatakn dapat membiayai sendiri dan anak Ny.S juga membantu
serta mencarikan pengobatan baik alternatif maupun secara medis
(puskesmas,dokter serta layanan kesehatan yang mendukung). Terdapat
puskesmas yang letaknya sekitar 100 m dari rumah.
84

D. Struktur Keluarga
24. Pola komunikasi keluarga :
Keluaga Ny.S melakukan komunikasi secara terbuka, sehingga anaknya
dapat memberi masukan tentang suatu hal kepada mereka tanpa
mengurangi rasa hormat terhadap orang tua.
25. Struktur kekuatan keluarga (cara pengambilan keputusan, peran serta
anggota keluarga dalam mengambil keputusan, dan pengambil keputusan
paling dominan) :
Ny.S mengatakan adalah ibu sekaligus pembantu pencari nafkah bagi
keluarga dan pengambilan keputusan Ny. S sendiri kadang dibantu
dengan anaknya.
26. Struktur peran (peran formal, peran informal, konflik peran, dan model
peran) :
Ny. S sebagai ibu yang bekerja sebagai tukang kebun SD..
Nn. Y sebagai anak satu-satunya bekerja sebagai pelayan apotik.Jika
dirumah sebagai anak.
27. Nilai dan norma keluarga :
Tidak ada nilai dan norma dalam keluarga yang dapat mempengaruhi
penyakit menurut Ny.S sakit memang karena disebabkan oleh suatu
penyakit bukan karena hal-hal tertentu sehingga mereka lebih memilih
untuk memeriksakan kesehatannya ke puskesmas atau dengan obat-obat
tradisional.

E. Fungsi Keluarga
28. Fungsi afektif :
Ny.S menganggap anaknya sudah tumbuh menjadi anak yang baik dan
saling menghormati dalam keluarga. Jika ada anggota yang mempunyai
masalah, keluarga dapat membantu satu sama lain.
29. Fungsi sosialisasi
Keluarga Ny.S mengatakan semua muslim sehingga keluarga aktif
dengan kegiatan keagamaan. Ny. S mengatakan selalu berusaha untuk
bersosialisasi dengan tetangga.
85

30. Fungsi ekonomi


Keluarga mengatakan kondisi cukup meskipun Ny.S sakit hipertensi
tetapi masih giat untuk tetap bekerja.
31. Fungsi reproduksi
Ny.S mengatakan tidak ingin mempunyai anak lagi karena sudah
bersyukur mempunyai satu orang anak yang sudah menginjak dewasa.
32. Fungsi perawatan kesehatan
a. Mengenal masalah
Ny. S mengatakan mengalami sakit darah tinggi. Tetapi belum
mengetahui tanda gejala, penyebab dan akibat lanjut untuk
penyakitnya,
b. Mengambil keputusan
Ny.S mengatakan jika saat mengalami pusing yang dilakukan adalah
memijat-mijat lehernya.
c. Merawat anggota keluarga yang sakit
Ny.S mengatakan jika ada keluarga yang sakit agar beristirahat dan
jika semakin parah di bawa ke puskemas atau klinik terdekat.
d. Memodifikasi lingkungan
Ny. S mengatakan belum begitu mengetahui pola makan yang baik
untuk masalah kesehatannya.Ny.S juga masih sering makan makanan
gorengan dan asin.
e. Memanfaatkan fasilitas kesehatan
Ny. S mengatakan jika sakit atau ada masalah yang parah tentang
kesehatannya langsung dibawa ke puskesmas, karena lumayan dekat
dengan puskesmas.

F. Stress dan Koping Keluarga


33. Stressor jangka panjang dan pendek
Ny.S memikirkan untuk memperbaiki rumah.
Jangka pendeknya Ny.S mengatakananak satu-satunya belum menikah.
34. Kemampuan keluarga berespon terhadap situasi atau stressor
Ny.S mengatakan semua kehendak dari yang diatas, Ny.S hanya berusaha
untuk menjaga kesehatan.
86

35. Strategi adaptasi disfungsional :


Di keluarga Ny.S tidak ada strategi adaptasi disfungsional

G. Pemenuhan kebutuhan dasar manusia (praktik diet keluarga, istirahat


dan tidur keluarga, olahraga atau mobilisasi, pola eliminasi, dan
personal hygiene)
1. Praktik diet keluarga
Ny.S mengatakan makan 2-3x sehari dengan lauk seadanya seperti tempe,
sambal dan suka makan gorengan serta makanan yang terasa asin. Ny.S
mengatakan tidak mempunyai alergi makanan.
2. Pola istirahat dan tidur
Ny.S mengatakan tidur 5 jam perhari kadang juga tidak bisa tidur jika
sudah terbangun.
3. Olahraga/mobilisasi
Ny.S mengatakan masih bisa melakukan aktivitas seperti biasa.Olahraga
setiap hari seperti menyapu dan bersih-bersih karena sebagai penjaga
sekolah.
4. Pola eliminasi
Ny. S mengatakan BAK 4-5 kali dalam sehari dan BAB 1x setiap pagi.
5. Personal hygiene
Ny.S mengatakan mandi 2x dalam sehari dan gosok gigi setiap mandi.

H. Pengkajian psikiatrik (konsep diri, status kesehatan mental, dan


pengkajian resiko)
1. Konsep diri
Ny.S memgatakan merasa bersyukur dengan keadaan dirinya saat ini dan
berharap kondisi lebih baik dari sekarang.
2. Status mental
Ny.S mengatakan tidak ada yang mengalami gangguan mental.
3. Pengkajian resiko
Dari pengkajian keluarga tidak ada yang mengarah dari gangguan mental.
87

I. Pemeriksaan Fisik Head To Toe (Semua Anggota Keluarga)


Pemeriksaan
No Ny.S Nn. Y
Fisik
1 Kepala Simetris, tidak ada Simetris, rambut
ketombe, rambut sedikit berwarna hitam, tidak
beruban. ada ketombe.
2. Leher Leher tidak nampak Leher tidak nampak
adanya peningkatan adanya peningkatan
tekanan vena jugularis tekanan vena jugularis
dan arteri carotis, tidak dan arteri carotis, tidak
teraba adanya teraba adanya
pembesaran kelenjar pembesaran kelenjar
tiroid. tiroid.
3. Mata Konjungtiva tidak terlihat Konjungtiva tidak
anemis, tidak ada terlihat anemis, tidak
katarak, penglihatan ada katarak,
jelas. Terlihat ada sedikit penglihatan jelas
kantung mata.
4. Telinga Simetris, keadaan Simetris, keadaan
bersih,Fungsi bersih,Fungsi
pendengaran baik pendengaran baik
5. Hidung Simetris,keadaan bersih, Simetris,keadaan
Tidak ada kelainan yang bersih,Tidak ada
ditemukan kelainan yang
ditemukan
6. Mulut Mukosa mulut lembab, Mukosa mulut lembab,
makan 2-3x/hari porsi keadaan bersih, Tidak
habis ada kelainan
7. Dada Pergerakan dada terlihat Pergerakan dada
simetris, suara jantung S1 terlihat simetris, suara
dan S2 tunggal, tidak jantung S1 dan S2
terdapat palpitasi, suara tunggal, tidak terdapat
mur-mur (-), ronchi (-), palpitasi, suara mur-
wheezing (-) mur (-), ronchi (-),
wheezing (-)
8. Abdomen Pada pemeriksaan Pada pemeriksaan
abdomen tidak abdomen tidak
didapatkan adanya didapatkan adanya
pembesaran hepar, tidak pembesaran hepar,
kembung, pergerakan tidak kembung,
peristaltik usus 32x/mnt, pergerakan peristaltik
tidak ada bekas luka usus 30x/mnt, tidak ada
operasi bekas luka operasi
9. TTV TD 160/100mmHg, N : TD: 110/80 mmHg
98x/menit, R: 18 x/menit
S : 36,50C N: 84 x/menit
R: 20x/m S: 36,2OC
88

Pengkajian nyeri
P : Problem Ny.S mengatakan merasa nyeri akibat hipertensi.
Q : Quality Ny.S mengatakan seperti tertimpa berat beban
R : Region Ny.S mengatakan di bagian tengkuk
S : Skala Ny.S mengatakan nyeri yg dialami skala 3
T : Time Ny.S mengatakan nyerinya hilang timbul

Tingkat Kemandirian :
Tingkat Kriteria Kriteria Kriteria Kriteria Kriteria Kriteria Kriteria
Kemandirian 1 2 3 4 5 6 7
Tingkat I  
Tingkat II  
Tingkat III  
Tingkat IV

Keterangan : Kriteria kemampuan yang telah di capai Ny.S yaitu kriteria 1 dan 2

J. Harapan Keluarga (Harapan Keluarga Terhadap Petugas Kesehatan)


Keluarga berharap Ny.S dapat sembuh dan petugas kesehatan dapat memberi
pelayanan kesehatan dengan baik
89

II. ANALISA DATA


Data Etiologi Masalah
Agen cedera Nyeri akut
DS : biologis
 Ny.S mengatakan sering
merasakan nyeri tengkuk.
P : klien mengeluh nyeri
mungkin adanya hipertensi
Q : seperti tertimpa beban berat
R : di tengkuk leher
S : skala 3
T : hilang timbul

DO :
 Ny.S tampak memegangi
tengkuk leher
 TD : 160/90 mmHg
 N : 100x/menit
 RR : 20x/menit

DS:
 Ny.S mengatakan belum Ketidakefektifan
mengetahui pengertian, tanda pemeliharaan kesehatan
gejala, penyebab hipertensi.
 Anak Ny.S mengatakan tidak
mengetahui kalau Ny.S
mengalami hipertensi.

DO:
 Pasien tampak belum
memahami penyakitnya
 Klien tampak kurang tertarik
saat dilakukan pengkajian awal.
 TD : 160/100 mmHg
 N : 100x/menit
 R: 20x/menit

DS :
 Ny.S mengatakan Perilaku kesehatan
mengkonsumsi makanan tanpa cenderung beresiko
ada pantangan.
 Ny.S mengatakan jika merasa
pusing baru meminum obat dari
puskesmas.
 Ny.S mengatakan suka makan
makanan yang terasa asin dan
juga sering makan gorengan.
90

DO :
 Pasien tampak bingung
 TD : 160/100 mmHg
 N : 100x/menit
 R : 20x/menit
Diagnosa keperawatan:
1. Nyeri akut b.d agen cedera biologis
2. Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan
3. Perilaku kesehataan cenderung beresiko

III. PRIORITAS MASALAH


1. Diagnosa Keperawatan 1 : Nyeri akut b.d agen cedera biologis
No Kriteria Skor Bobot Penilaian Pembenaran
1. Sifat masalah Ny.S mengatakan
Skala: sering merasakan
a. Aktual 3 nyeri kepala.
b. Resiko 2 1 3/3x1 = 1 Masalah tersebut
c. Potensial 1 perlu mendapatkan
tindakan segera,
jika tidak
kemungkinan akan
mengganggu
aktifitas klien.
2. Kemungkinan Ny.S mengatakan
masalah dapat jika merasakan
diubah sakit digunakan
Skala : untuk istirahat dan
a. Mudah 2 2 2/2x1=2 memijat bagian
b. Sebagian 1 lehernya setelah
c. Tidak dapat 0 bangun biasanya
sakit sedikit
berkurang.
3. Potensi masalah Nyeri yang
untuk dicegah dirasakan Ny.S
Skala: tidak terlalu
a. Tinggi 3 mengganggu
b. Cukup 2 1 2/3x1=2/3 aktifitas sehari-hari.
c. Rendah 1
4. Menonjolnya Ny.S mengatakan
masalah kadang nyeri hialng
Skala: jika di buat untuk
a. Segera 2 istirahat.
b. Tidak perlu 1
c. Tidak 0 1 2/2x1=1
dirasakan
Total Nilai 4 2/3
91

2. Diagnosa: Ketidakefektifan pemelihraan kesehatan


No Kriteria Skor Bobot Penilaian Pembenaran
1. Sifat masalah Ny.S mengatakan
Skala: belum
a. Wellness 3 mengetahui
b. Aktual 3 1 2/3x1= 2/3 pengertian, tanda
c. Resiko 2 gejala, penyebab
d. Potensial 1 dari hipertensi.
2. Kemungkinan Ny.S mengatakan
masalah dapat mau menerima
diubah informasi dan
Skala : 2/2x1=2 penjelasan dari
a. Mudah 2 2 petugas
b. Sebagian 1 kesehatan.
c. Tidak dapat 0
3. Potensi masalah Ny.S mengatakan
untuk dicegah belum
Skala: mengetahui
a. Tinggi 3 akibat lanjut dan
b. Cukup 2 1 2/3x1=2/3 penanganan
c. Rendah 1 hipertensi.
4. Menonjolnya Ny.S mengatakan
masalah tidak begitu tau
Skala: tentang hipertensi
a. Segera 2 yang dirasakan
b. Tidak perlu 1 saat ini yaitu
c. Tidak 0 1 2/2x1=1 sering pusing
dirasakan
Total Nilai 4 1/3

3. Perilaku cenderung beresiko

No Kriteria Skor Bobot Penilaian Pembenaran


1. Sifat masalah Masalah sudah
Skala: terjadi dikeluarga
a. Wellness 3 Ny.S
b. Aktual 3 1 3/3x1
c. Resiko 2
d. Potensial 1
2. Kemungkinan Ny.S mau
masalah dapat menerima
diubah informasi dan
Skala : penjelasan dari
a. Mudah 2 petugas
b. Sebagian 1 2 2/2x1 kesehatan.
c. Tidak dapat 0
3. Potensi masalah Keluarga Ny.S
untuk dicegah belum dapat
Skala: mencegah
92

a. Tinggi 3 masalah dengan


b. Cukup 2 1 2/3x1 cukup, yang
c. Rendah 1 masih
mengkonsumsi
makanan asin.
4. Menonjolnya Keluarga Ny.S
masalah belum
Skala: mengetahui cara
a. Segera 2 perawatan dan
b. Tidak perlu 1 penangan yang
c. Tidak 0 1 2/2x1 tepat untuk
dirasakan hipertensi.
Total Nilai 32/3

IV. INTERVENSI KEPERAWATAN


Diagnosa
NOC NIC
Keperawatan
Nyeri akut b.d agen Setelah dilakukan tindakan 1. Berikan pendidikan
cedera biologis keperawatan selama 14 hari kesehatan tentang nyeri
diharapkan 2. Management nyeri
Outcomes control nyeri dengan kompres air
Kriteria hasil : hangat pada leher
1. Perilaku kepatuhan 3. Management
2. Perilaku meningkatkan lingkungan:
kesehatan kenyamanan
3. Pengetahuan
management
Ketidakefektifan TUK 1 TUK 1
pemeliharaan Setelah dilakukan tindakan Keluarga mampu mengenal
kesehatan keperawatan selama 14 hari masalah
di harapkan : 1. Pendidikan kesehatan
1. Pengetahuan hipertensi
menegement hipertensi 2. Pengajaran proses
penyakit

TUK 2 TUK 2
Keluarga mampu Keluarga mampu
memutuskan : memutuskan :
1. Membangun kekuatan 1. Berpartisipasi dalam
2. Beradaptasi dengan memutuskan perawatan
perubahan fungsi kesehatan.
2. Kesiapan caregiver
dalam perawatan
dirumah
3. Partisipasi keluarga
dalam perawatan
profesional.
93

TUK 3 TUK 3
Keluarga mampu merawat : Keluarga mampu merawat
1. Pengelolaan massage anggota keluarga :
kaki menggunakan 1. Management diri
aromaterapi lavender penyakit hipertensi
2. Peningkatan keterlibatan 2. Massage kaki
keluarga menggunakan
aromaterapi lavender
dan mengukur tekanan
darah.

TUK 4 TUK 4
Keluarga mampu Keluarga mampu
memodifikasi lingkungan memodifikasi lingkungan :
1. Management lingkungan 1. Management diri
seperti memberikan penyakit hipertensi
senam hipertensi. 2. Senam hipertensi yang
2. Metode senam diajarkan
hipertensi.

TUK 5 TUK 5
Keluarga mampu Keluarga mampu
memanfaatkan fasilitas
memanfaatkan fasilitas
kesehatan: kesehatan :
Rutin kontrol di pelayanan 1. Pengetahuan tentang
kesehatan sumber-sumber
kesehatan.
2. Perilaku mencari
kepelayanan kesehatan.
Perilaku kesehatan TUK 1 TUK 1
cenderung beresiko Setelah dilakukan tindakan Keluarga mampu mengenal
keperawatan mampu masalah
mengenal masalah 1. Pengetahuan diet rendah
1. Pengajaran individu garam
2. Pengajaran kelompok 2. Pengelolaan diet rendah
3. Pengobatan yang garam
diresepkan

TUK 2 TUK 2
Keluarga mampu Keluarga mampu
memutuskan : memutuskan :
1. Dukungan membuat 1. Berpartisipasi dalam
keputusan memutuskan perawatan
2. Membangun harapan kesehatan.
dan dukungan emosi

TUK 3 TUK 3
Keluarga mampu merawat : Keluarga mampu merawat :
1. Pengelolaan kepatuhan 1. Perilaku kepatuhan
dengan diet rendah yang dianjurkan
94

garam (demonstrasi)
2. Peningkatan keterlibatan
keluarga

TUK 4 TUK 4
Keluarga mampu Keluarga mampu
memodifikasi lingkungan memodifikasi lingkungan :
1. Management lingkungan 1. Management diri
dengan kepatuhan tentang hipertensi.
jadwal diet rendah 2. Modifikasi perilaku
garam. management
lingkungan.
3. Perilaku kepatuhan
jadwal diet rendah
garam

TUK 5 TUK 5
Keluarga mampu Keluarga mampu
memanfaatkan fasilitas memanfaatkan fasilitas
kesehatan: kesehatan :
1. Berkunjung ke 1. Pengetahuan tentang
pelayanan kesehatan sumber-sumber
kesehatan.
2. Perilaku mencari ke
pelayanan kesehatan

V. CATATAN PERKEMBANGAN
A. Tingkat kemandirian :
Tingkat Kriteria Kriteria Kriteria Kriteria Kriteria Kriteria Kriteria
Kemandirian 1 2 3 4 5 6 7
Tingkat I      
Tingkat II     
Tingkat III      
Tingkat IV

Hasil evaluasi tingkat kemandirian Ny.S mengalami peningkatan dari tingkat


kemandirian I menjadi III
95

B. Implementasi dan Evaluasi


Tgl Diagnosa Implementasi Evaluasi
15 Nyeri akut b.d 1. Memberikan pendidikan S : Ny.S mengatakan
Mei agen cedera kesehatan tentang nyeri paham tentang nyeri.
2019 biologis 2. Mengajarkan P : klien mengeluh nyeri
management nyeri mungkin adanya
dengan kompres leher hipertensi
dengan air hangat. Q : seperti tertimpa
3. Menganjurkan beban berat.
management lingkungan R : di tengkuk leher
dalam kenyamanan. S : skala 2
T : hilang timbul

Ny. S mengatakan
nyerinya sedikit
berkurang.

O : Ny.S tampak
kooperatif, ada kontak
mata dan dapat
melakukan tindakan yang
dianjurkan.

Ny.S tampak lebih rileks

A : Mengenal masalah
tercapai, dapat
mengontrol nyeri.

P : Lanjutkan Intervensi.

17 Ketidakefektifa Mengenal masalah: S: Keluarga Ny. S


Mei n pemeliharan 1. Memberikan Pendidikan mengatakan Sudah
2019 kesehatan kesehatan tentang memahami dan
keluarga hipertensi mengerti tentang
2. Memberikan pengajaran pengertian, penyebab,
individu dan keluarga tanda gejala hipertensi,
dan paham dengan
yang diajarkan.

O: Keluarga Ny. S
memperhatikan saat
diberikan penkes
hipertensi. Keluarga
Ny. S mampu
menyebutkan
pengertian, tanda-
gejala, dan penyebab
dari hipertensi, Ny. S
dapat menjawab
96

pertanyaan.

A: Mengenal masalah
dapat tercapai,
Keluarga -Ny. S
mampu memahami
dan mengerti tentang
hipertensi

P: Lanjutkan TUK 2
mengambil keputusan
bersama keluarga

Mengambil keputusan S: Keluarga Ny.S


bersama keluarga: mengatakan dapat
1. Mendukung mengambil keputusan
pengasuhan dalam merawat
2. Mendukung anggota keluarga yang
pengambilan keputusan menderita hipertensi
dengan
mempertimbangkan
akibat lanjut dari
hipertensi.

O: Keluarga Ny. S dapat


mengambil keputusan
dengan menjelaskan
kembali akibat lanjut
dari hipertensi.

A: Mengambil keputusan
bersama dapat
tercapai, keluarga Ny.
S mampu mengambil
keputusan akan
merawat anggota
keluarga dengan
hipertensi

P: Lanjutkan TUK 3
merawat anggota
keluarga yang sakit

Anggota keluarga mampu S : Keluarga Ny.S


merawat: mengatakan dapat
1. Pengelolaan massage merawat anggota
kaki menggunakan keluarga yang
aromaterapi lavender menderita hipertensi
2. Peningkatan dengan massaage kaki
keterlibatan keluarga menggunakan
97

aromaterapi lavender
dan mengukur tekanan
darah.

O: Keluarga Ny. S dapat


merawat anggota
keluarga dengan
memberikan massage
kaki menggunaka
lavender.
TD : 160/90 mmHg

A: Merawat anggota
keluarga dapat
tercapai, keluarga Ny.
S mampu merawat
anggota keluarga
dengan hipertensi.

P: Lanjutkan TUK 4
dengan memodifikasi
lingkungan
Keluarga mampu S: Keluarga Ny. S
memodifikasi lingkungan mengatakan sudah
1. Mengidentifikasi memahami tentang
perilaku relaksasi napas dalam
2. Memodifikasi perilaku saat mengalami darah
dengan senam tinggi dan lakukan saat
hipertensi Ny. S mengalami
kenaikan darah tinggi.

O: Keluarga Ny. S
mampu memahami
dan
mendemonstrasikan
tehnik relaksasi napas
dalam.

A: Memodifikasi
lingkungan tercapai
keluarga Ny. S
mampu memahami
dan
mendemostrasikan
senam hipertensi.

P: Lanjutkan TUK 5
memanfaatkan
fasilitas kesehatan
98

Memanfaatkan fasilitas S: Ny. S mengatakan


kesehatan pernah periksa ke
1. Menganjurkan rutin puskesmas /klinik 24
kontrol ke pelayanan jam dan jika anggota
kesehatan terdekat keluarga ada yang
sakit.

O: Keluarga Ny. S
mampu
memanfaatkan dan
manfaat fasilitas
kesehatan

A: Memanfaatkan
fasilitas kesehatan
tercapai, keluarga Ny.
S selalu membawa
anggota keluarga yang
sakit berat ke fasilitas
kesehatan

P: Lanjutkan intervensi
20 Perilaku Mengenal masalah: S: Ny. S mengatakan
Mei cenderung 1. Memberikan paham mengenai diit
2019 beresiko pendidikan kesehatan rendah garam.
tentang diit rendah .
garam O: Ny. S tampak
2. Memberikan kooperatif.
pengajaran individu
dan keluarga A: TUK 1 Tercapai

P: Lanjutkan TUK 2
Mengambil keputusan S: Keluarga Ny. S
bersama keluarga: mengatakan dapat
1. Mendukungan keluarga mengambil keputusan
membuat keputusan dalam
2. Membangun harapan mempertimbangkan
keluarga akan akibat lanjut dari
kesehatan hipertensi.

O: Keluarga Ny.S dapat


mengambil keputusan
saat mengalami
hipertensi.

A : TUK 2 tercapai

P : Lanjutkan, TUK 3
99

Merawat anggota keluarga S: Keluarga Ny. S


yang sakit: mengatakan dapat
1. Memotivasi untuk memotivasi Ny. S agar
melakukan demonstrasi melakukanperilaku diet
perilaku diet rendah rendah garam.
garam.
O: Keluarga dan Ny. S
terlihat sangat
kooperatif

A: TUK 3 tercapai

P: LanjutkanTUK 4

Memodifikasi lingkungan S: Keluarga Ny. S


1. Menganjurkan dan mengatakan sudah
memberikan jadwal memahami jadwal
kepatuhan diet rendah kepatuhan pola diet
garam rendah garam yang
telah dijelaskan oleh
perawat.

O: Keluarga Ny. S
tampak kooperatif.

A: TUK 4 Tercapai

P: Lanjutkan TUK 5

Memanfaatkan fasilitas S: Ny. S Mengatakan


kesehatan akan rutin kontrol ke
Menganjurkan rutin kontrol puskesmas/klinik 24
ke pelayanan kesehatan jam
terdekat
O: Keluarga dan Ny. S
tampak bersemangat
untuk berkunjung ke
fasilitas kesehatan
terdekat

A: TUK 5 tercapai

P: Lanjutkan intervensi
100
101
102
103
104

SOP PROSEDURE KOMPRES HANGAT

PENGERTIAN Kompres hangat adalah memberikan rasa hangat pada daerah


tertentu dengan menggunakan cairan atau alat yang
menimbulkan rasa hangat pada bagian tubuh yang
memerlukan.
TUJUAN 1. Memperlancar sirkulasi darah
2. Menurunkan suhu tubuh
3. Mengurangi rasa sakit
4. Memberi rasa hangat, nyaman, dan rasa tenang pada klien.
INDIKASI 1. Klien hipertermi (suhu tubuh yang tinggi)
2. Klien dengan perut kembung
3. Spasmeotot bagian leher pada klien hipertensi
PERSIAPAN 1. Mengkaji keadaan umum klien dan tanda-tanda vital atau
PASIEN tingkat nyeri pada klien.
2. Menjelaskan tentang prosedur yang akan dilakukan dan
kontrak waktu.
PROSEDUR 1. Salam therapeutic
2. Identifikasi kembali klien dan periksa tanda-tanda vital
3. Memberitahu klien bahwa tindakan akan segera dimulai
4. Menyiapkan alat-alat sesuai kebutuhan (kompres hangat
basah atau kompres hangat kering)
a. Jika kompres hangat kering :
1) Menyiapkanbuli-buli
2) Membuka tutupnya dan isi dengan air panas
secukupnya
3) Mengeluarkan udaranya
4) Menutup buli-buli dengan rapat
b. Jika kompres hangat basah :
1) Menyiapkan air hangat ke dalam kom
2) Membasahi washlap dengan air hangat
5. Mendekatkan alat-alat kesisi klien
6. Posisikan klien senyaman mungkin
7. Mencuci tangan
8. Memakai sarung tangan
9. Meletakkan perlak/pengalas
10. Membasahi washlap dengan air hangat dan letakkan di
leher klien
11. Kompres hangat kering diletakkan pada bagian yang
nyeri dengan buli-buli hangat dibungkus dengan kain dan
sebelum diberikan pada klien, test alat dengan cara
membalikkan alat yaitu posisi tutup berada dibawah
12. Kompres hangat diletakkan dibagian leher.
13. Meminta klien untuk mengungkapkan rasa
ketidaknyaman saat dikompres
14. Lakukan selama 10 menit
15. Mengkaji kembali kondisi kulit disekitar pengompresan,
hentikan pengompresan jika ditemukan tanda-tanda
kemerahan.
105

16. Merapikan klien ke posisi semula


17. Memberitahu bahwa tindakan sudah selesai
18. Bereskan alat-alat yang telah digunakan dan melepaskan
sarung tangan
19. Mencuci tangan
20. Mengkaji respon klien (respon subjektif dan objektif)
21. Mendokumentasikan pada catatan keperawatan
REFERENSI Anggi. (2015). Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada Volume
13 Nomor 1 Februari 2015
106

SOP PROSEDURE MASSAGE KAKI

PENGERTIAN Pijat dengan melakukan penekanan pada titik–titik syaraf.


Titik–titik syaraf tersebut berada pada kaki, kebanyakan
titik–titik syaraf tersebut berada di telapak kaki, selain kaki
pada tangan juga memiliki titik – titik syaraf tertentu.
TUJUAN 1. Melancarkan peredaran darah.
2. Mencegah berbagai macam penyakit.
3. Mengobati berbagai macam penyakit.
4. Menjaga meningkatkan daya tahan tubuh.
5. Membantu mengatasi stres.
6. Mengurangiketergantunganobat.
7. Menyembuhkan rasa capekdanpegal.
INDIKASI Dilakukan untuk pasien yang mengalami nyeri.
PERSIAPAN Menjelaskan prosedur dan tujuan tindakan yang akan
PASIEN dilakukan.
PERSIAPAN 1. Minyak Aromaterapi Lavender
ALAT
PROSEDUR A. Tahap Pra interaksi
1. Kontrak waktu dengan pasien
2. Mencuci tangan
3. Menyiapkan alat
B. Tahap Orientasi
1. Memberikan salam terapeutik
2. Validasi kondisi pasien
3. Menjaga privasi pasien
4. Menjelaskan tujuan dan prosedur yang akan
dilakukan kepada pasien.
C. Tahap Kerja
1. Waktu pijat refleksi bias dilakukan selama 30
sampai 45 menit. Tetapi bagi penderita penyakit
kronis, lanjut usia harus lebih pendek disesuaikan
dengan kemampuannya.
2. Setiap titik refleksi hanya di pijat 5 sampai 9 menit
dalam sekali pengobatan.
3. Bisa menggunakan minyak seperti minyak aroma
terapi lavender agar kulit tidak lecet tatkala di pijat.
4. Daerah refleksi yang terdapat dikaki, cara pijatnnya
dari arah bawah ke atas. Kesemuannya ini
disesuaikan menurut arah aliran darah mengalir.
5. Ketika melakukan pijat refleksi pada kaki perlu
menggunakan tulang jari telunjuk yang dilipatkan
untuk memijat, dipakek khusus titik refleksi yang
agak tersembunyi atau telapak kaki yang banyak
dagingnya.
6. Kebanyakan orang memerlukan waktu perawatan 4
sampai 8 minggu untuk memperoleh hasil yang
memuaskan. Tetapi bagi pasien yang berpenyakit
kronis dipijat 3 kali dalam seminggu sekali. Jangan
107

memijat setiap hari.


7. Usahakan komunikasi pada pasien dengan pemijat
terjalin dengan baik, jangan membicarakan segala
sesuatu yang dapat memberatkan mental pasien
khususnya mengenai pasien.
8. Cucilah tangan sehabis memijat.
D. Tahap Terminasi
1. Evaluasi hasil kegiatan
2. Lakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya.
3. Akhiri kegiatan dengan baik.
4. Memberikan salam
E. Dokumentasi
1. Catat waktu pelaksanaan tindakan
2. Catat respon pasien
3. Paraf dan nama perawat

REFERENSI
Best, T. M., R. Hunter, A. Wilcok and F. Haq (2008). Masase. Jakarta : Rineka
Cipta
108
109

Anda mungkin juga menyukai