Anda di halaman 1dari 66

i

PENERAPAN RELAKSASI GENGGAM JARI TERHADAP NYERI PADA


MASALAH KEPERAWATAN NYERI DENGAN POST OPERASI HERNIA
DI RSUD DR. ADJIDARMO KAB. LEBAK

PROPOSAL
KARYA ILMIAH AKHIR NERS

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Dalam Menyelesaikan


Program Pendidikan Profesi Ners

Disusun Oleh:

VINA RAHMAWATI
NIM : P27905123059

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN BANTEN
JURUSAN KEPERAWATAN
TANGERANG
2023-2024
ii

LEMBAR PERSETUJUAN JUDUL

Judul ini diajukan oleh:

Nama : Vina Rahmawati

NIM : P27905123059

Judul : PENERAPAN RELAKSASI GENGGAM JARI TERHADAP NYERI

PADA MASALAH KEPERAWATAN NYERI DENGAN POST

OPERASI HERNIA DI RSUD DR. ADJIDARMO KAB. LEBAK

Telah disetujui untuk dijadikan Karya Ilmiah Akhir Ners.

Pembimbing

Purbianto, SKp., M. Kep., Sp.KMB


NIP. 19700318199303100
iii

LEMBAR PERSETUJUAN SIDANG PROPOSAL

Proposal Karya Ilmiah Akhir Ners yang disusun oleh:


Nama : Vina Rahmawati
NIM : P27905123059
Judul : PENERAPAN RELAKSASI GENGGAM JARI TERHADAP NYERI
PADA MASALAH KEPERAWATAN NYERI DENGAN POST
OPERASI HERNIA DI RSUD DR. ADJIDARMO KAB. LEBAK
Telah disetujui untuk diujikan oleh dewan penguji pada tanggal 02 April 2024.

Pembimbing

Purbianto, SKp., M. Kep., Sp.KMB


NIP. 19700318199303100
iv

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING

KARYA ILMIAH AKHIR NERS

PENERAPAN RELAKSASI GENGGAM JARI TERHADAP NYERI PADA


MASALAH KEPERAWATAN NYERI DENGAN POST OPERASI HERNIA DI
RSUD DR. ADJIDARMO KAB. LEBAK

Disusun oleh:

VINA RAHMAWATI
NIM : P27905123059

Telah diujikan dan dinyatakan "LULUS"


Pada tanggal .............................

Pembimbing

Purbianto, S.Kp., M.Kep., Sp.KMB


NIP. 19700318199303100

Menyetujui,
Ketua Jurusan Keperawatan Tangerang

Kusniawati, S.Kep, Ners, M.Kep


NIP. 197411261998032001
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI

KARYA ILMIAH AKHIR NERS

PENERAPAN RELAKSASI GENGGAM JARI TERHADAP NYERI PADA


MASALAH KEPERAWATAN NYERI DENGAN POST OPERASI HERNIA DI
RSUD DR. ADJIDARMO KAB. LEBAK

Disusun oleh:

VINA RAHMAWATI
NIM : P27905123059

Ketua Penguji

Kusniawati, S.Kep, Ners, M.Kep


NIP. 197411261998032001

Anggota Penguji

Hj. Siti Wasliyah, S.Kep, Ners, M.Kep


NIP. 197811032000032001

Menyetujui,
Ketua Jurusan Keperawatan Tangerang

Kusniawati, S.Kep, Ners, M.Kep


NIP. 197411261998032001
ii

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertandatangan di bawah ini:

Nama : Vina Rahmawati


NIM : P27905123059
Program Studi : Pendidkan Profesi Ners

Menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa tulisan dalam Karya Ilmiah Akhir Ners ini
merupakan hasil pemikiran saya sendiri, bukan pengutipan tulisan dari hasil karya oranglain
yang saya akui sebagai tulisan atau hasil pemikiran saya sendiri.

Apabila dikemudian hari terbukti bahwa hasil Karya Ilmiah Akhir Ners ini adalah hasil
kutipan pemikiran orang lain, saya bersedia menerima sanksi atas tindakan tersebut.

Tangerang, April 2024

Mengetahui,
Mengetahui Pembimbing Penulis

Purbianto, S.Kep.,Ners.,M.Kep.Sp.KMB Vina Rahmawati


NIP. 197003181993031001 NIM. P27905123059
iii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur peneliti panjatkan kepada Allah Swt. karena atas rahmat,
hidayah dan inayah-Nya peneliti dapat menyelesaikan proposal karya ilmiah akhir
ners yang berjudul “Penerapan Relaksasi Genggam Jari Terhadap Nyeri Pada
Masalah Keperawatan Nyeri Dengan Post Operasi Hernia Di RSUD Dr.
Adjidarmo Kabupaten Lebak” ini sesuai dengan batas waktu yang telah
ditentukan.
Karya ilmiah ini merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan
kemampuan mahasiswa sekaligus melakukan tindaan keperawatan yang berbasis
Evidance Based Practice yang telah dilakukan oleh peneliti sebelumnya. Peneliti
berharap hasil karya ilmiah ini akan memberikan banyak manfaat bagi para
mahasiswa maupun bagi masyarakat.
Kesempatan kali ini, peneliti mengucapkan terima kasih kepada pihak-
pihak yang terkait dengan penyusunan karya ilmiah ini yang telah memberikan
dukungan baik secara langsung maupun tidak langsung. Ucapan terimakasih ini
peneliti tujukan kepada:
1. Prof. Dr. Khayan, S.K.M.,M.Kes selaku direktur Poltekkes Kemenkes
Banten
2. Kusniawati, S.Kep, Ners, M.Kep selaku ketua Jurusan Keperawatan
Tangerang dan anggota penguji
3. Hj. Siti Wasliyah, S.Kep.,Ners.,M.Kep selaku ketua Prodi Sarjana Terapan
Keperawatan dan Profesi Ners Poltekkes Kemenkes Banten dan ketua
penguji
4. Purbianto, S.Kep.,Ners.,M.Kep.Sp.KMB selaku pembimbing utama
5. Dosen dan staf karyawan Jurusan Keperawatan Tangerang Poltekkes
Kemenkes Banten
Berbagai pihak yang telah membantu peneliti dalam menyelesaikan
proposal karya ilmiah akhir ners yang tidak dapat penyusun sebutkan satu-persatu.

Tangerang, April 2024


iv

Penyusun
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i


LEMBAR PERSETUJUAN ii
JUDUL ........................................................... iii
LEMBAR PERSETUJUAN SIDANG iv
PROPOSAL .................................. v
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING .............................................. vi
LEMBAR PENGESAHAN vii
PENGUJI ........................................................ viii
KATA ix
PENGANTAR ................................................................................... x
DAFTAR 1
ISI .................................................................................................. 1
DAFTAR TABEL ......................................................................................... 5
DAFTAR SKEMA ........................................................................................ 6
DAFTAR 7
LAMPIRAN ................................................................................. 9
BAB I 9
PENDAHULUAN .............................................................................. 13
A. Latar 31
Belakang .................................................................................. 35
B. Rumusan Masalah ............................................................................ 36
C. Tujuan 42
Penelitian .............................................................................. 42
D. Manfaat 42
Penelitian ............................................................................ 43
BAB II TINJAUAN 43
PUSTAKA ................................................................... 44
A. Konsep Medis ....................................................................................
B. Konsep Asuhan
Keperawatan ..........................................................
C. Konsep Relaksasi Genggam
Jari ......................................................
D. Kerangka
Konsep ..............................................................................
E. Evidence Based Practice Nursing
......................................................
BAB III GAMBARAN
KASUS ....................................................................
A. Desain Studi
v

Kasus ............................................................................
B. Penetapan
Sampel .............................................................................
C. Lokasi dan Waktu
Pelaksanaan .......................................................
D. Metode Dan Teknik Pengumpulan
Data .........................................
E. Etika
Penulisan ..................................................................................
DAFTAR
PUSTAKA ....................................................................................
LAMPIRAN ..................................................................................................

DAFTAR TABEL

No Tabel Halaman
2.1 SLKI Tingkat Nyeri
2.2 SLKI Tingkat Infeksi
2.3 Mobilitas Fisik
2.4 SOP Relaksasi Genggam Jari
2.5 Kata Kunci Pencarian
vi

DAFTAR SKEMA

No Tabel Halaman
2.1 Skema 2.1 Pathways
2.2 Kerangka Konsep
vii

DAFTAR LAMPIRAN

1 Lembar Konsultasi
2 Perijinan Penelitian
3 Kuesioner Penelitian
4 Lembar Informed Consent
5 SOP Teknik Relaksasi Genggam Jari
6 Daftar Riwayat Hidup
7 Laporan Kasus dan Resume
viii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Nyeri akut pasca operasi merupakan salah satu efek dari pembedahan,

dimana ini adalah reaksi fisiologis terhadap cedera jaringan yang

bermanifestasi dari respon otonom, psikologis, dan perilaku. Saat ini, nyeri

dianggap sebagai hal yang umum dari pasca operasi. Bahkan, berbagai rumah

sakit di Amerika Serikat sekarang melakukan survei untuk menentukan

tingkat kontrol nyeri pasca operasi saat berada di rumah sakit (Joshi &

Kehlet, 2019). Nyeri pasca operasi pengalaman yang paling sering dialami

oleh pasien yang akan menjalani prosedur operasi atau pembedahan. Kontrol

nyeri pasca operasi memainkan peran penting dalam memfasilitasi pemulihan

pasien ke fungsi normal dan mengurangi kejadian efek fisiologis dan

psikologis yang merugikan terkait dengan nyeri akut yang tidak terkontrol.

Hernia merupakan penonjolan isi perut dari rongga yang normal

melalui detak fasia dan muskuloaponeuretik dinding perut, secara kongetinal

memberi jalan keluar pada setiap alat tubuh selain yang biasa melalui dinding

tersebut. Lubang itu dapat muncul karena lubang emrional yang tidak

menutup atau melebar, akibat tekanan rongga perut yang tinggi

Tindakan pembedahan merupakan pengobatan hernia yang rasional.

Indikasi operasi sudah ada begitu dianosis ditegakkan. Prinsip dasar operasi

hernia terdiri dari herniotomi dan hernioplasi. Pada herniotomi, dilakukan


10

pembebasan kantong hernia sampai ke lehernya. Kantong dibuka, dan isi

hernia dibebaskan kalau ada perlekatan, kemudian direposisi. Kantong hernia

dijahit-ikat setinggi mungkin lalu dipotong. Pada Hernioplasti, dilakukan

tindakan memperkecil annulus inguinalis internus dan memperkuat dinding

belakang kanalis inguinalis (De Jong & Sjamsuhidajat, 2010).

Kasus Pos Operasi Hernia di RSUD dr. Adjidarmo cukup banyak.

Hasil studi pendahuluan didapatkan data pada tahun 2023 bulan Januari –

Pengkajian ini dilakukan terapat 63 kasus dengan pasien rawat inap sebanyak

428 orang.

Pasien yang mengalami tindakan post operasi, biasanya dipindahkan

ke unit pemulihan untuk menstabilkan kondisi pasien sebelum pulang atau

sebelum di bawa ke ruang rawat inap, pada ruang pemulihan, pasien akan

membutuhkan pemantauan ketat pemulihan dan biasanya hal yang sering

dikaji adalah tanda-tanda viatl, tingkat kesadaran, status pernafasan, sirkulasi,

kondisi luka dan tingkat nyeri (Arlina dan Ternando, 2017)

Masalah keperawatan yang paling sering dirasakan oleh pasien post

operasi hernia yaitu rasa nyeri karena telah melakukan pembedahan dimana

dilakukan insisi atau perlukaan sehingga terputusnya diskontinuitas jaringan

yang merangsang pengeluaran histamine dan prostaglandin (Nurarif &

Kusuma, 2015).

Menurut Yin et al. (2015), 60% pasien yang mengalami nyeri pasien

pasca operasi tidak mendapatkan pengobatan secara maksimal, 80% pasien

pasca operasi masih merasakan nyeri meskipun sudah pulang ke rumah.


11

penatalaksanaan nyeri pasca operasi yang tidak tepat dan akurat dapat

menimbulkan risiko komplikasi, memperlambat proses penyembuhan, dan

akan memicu respon stres.

Pada proses pemulihan inilah terjadi reaksi kimia dalam tubuh

sehingga nyeri dirasakan pasien (Fields, 2017). Pada proses operasi

digunakan anastesi agar pasien tidak merasakan nyeri pada saat dibedah.

Namun setelah operasi selesai dan pasien mulai sadar, ia akan merasakan

nyeri pada bagian tubuh yang mengalami pembedahan. Rasa nyeri dapat

diatasi secara farmakologis (menggunakan obat-obatan) dan nonfarmakologi

(pain management).

Ada beberapa tindakan yang bisa dilakukan untuk mengurangi rasa

nyeri pada pasien dengan post operasi, diantaranya dengan cara farmakologis

maupun non farmakologis. Penatalaksanaan nyeri pada post operasi hernia

dapat dilakukan secara non farmakoligis, dengan cara bimbingan antisipasi,

yaitu terapi es dan panas atau kompres panas dan dingin, TENS

(Transcutaneous Elektrical Nerve Stimulation), distraksi, relaksasi, guided

imagery, hypnoterapi, akupuntur, masase, serta terapi music (Irawan et al.,

2022).

Penatalaksanaan untuk non farmakologis sendiri dapat ditangani

dengan beberapa cara seperti relaksasi nafas dalam, massage, akupresure,

hypnosis, murottal, inajinasi terbimbing, hipnosis, terapi relaksasi benson dan

relaksasi genggam jari (Pratiwi et al., 2020). Pada kasus ini penulis akan

memberikan salah satu tindakan keperawatan untuk mengatasi nyeri dengan


12

teknik non farmakologis pada pasien post operasi Hernia menggunakan salah

satu teknik relaksasi yaitu teknik relaksasi genggam jari. Karena teknik non

farmakologis genggam jari adalah teknik relaksasi sederhana dan cukup

mudah untuk dilakukan serta dapat mengontrol dan mengembangkan

tindakan emosional pada diri ini melibatkan aliran energi di jari dan tubuh.

Menarik napas dalam-dalam dan mengepalkan jari akan mengurangi

ketegangan emosional dan fisik. Teknik ini dapat memberikan sensasi hangat

pada titik-titik meridian jari yang merupakan jalur masuk dan keluarnya

energi dalam tubuh, memberikan rangsangan yang dapat mengirimkan

gelombang menuju otak dan kemudian berlanjut dan mempengaruhi saraf

organ tubuh yang terganggu dan memperbaiki sumbatan jalur energi (Alam et

al., 2022).Kondisi relaksasi alami yang berbeda di tubuh sehingga

menyebabkan nyeri berkurang (Wati, R. A., et all, 2020). Penelitian yang

dilakukan oleh Siti Jamilatul (2019) dengan total populasi 24 orang

yang di ambil sebagai responden hasilnya setelah diuji dengan analisis

Wilcoxon didapatkan p value 0.000, hasil tersebut dapat disimpulkan

bahwa ada pengaruh relaksasi genggam jari terhadap penurunan intensitas

nyeri. Dengan demikian tindakan relaksasi genggam jari bisa digunakan

sebagai alternatif non farmakologis dalam membantu menurunkan rasa

nyeri yang dialami pasien.

Teknik relaksasi genggam jari adalah sebuah teknik relaksasi yang

sangat sederhana dan mudah dilakukan oleh siapapun yang berhubungan

dengan jari tangan serta aliran energi didalam tubuh kita. Teknik genggam
13

jari disebut juga finger hold. Menggenggam jari sambil mengatur nafas pelan-

pelan (relaksasi) dapat menurunkan atau mengurangi ketegangan fisik dan

emosi, karena genggaman jari akan menghangatkan titik-titik keluar dan

masuknya energi pada meredian (energi channel) yang terletak pada jari

tangan kita.

Dari studi kasus yang dilakukan oleh Mochamat Afif Fachroni, dkk.

(2017) dengan sampel dalam penelitian 18 responden dengan 9 kelompok

intervensi dan 9 kelompok kontrol, didapat hasil uji statistik dengan wilcoxon

test didapatkan nilai P 0,009 < 0,05, artinya ada perbedaan signifkan terhadap

tingkat nyeri pada pasien post operasi Hernia seblum dan sesudah relaksasi

genggam jari. Dan dari studi kasus yang dilakukan oleh Ernawati & Taufiq

(2021) didapatkan penurunan skala nyeri 6 menjadi 2 dan pasien kedua

didapat skala nyeri 6 menjadi 2 dan didapatkan hasil dengan teknik ini dapat

menurunkan nyeri pada pasien Post Operasihernia.

Dan dari hasil pengamatan penulis pada saat melakukan praktik

keperawatan di RSUD dr. Adjidarmo Kabupaten Lebak terdapat banyak

pasien Pasca Operasi hernia, yang tentunya harus dilakukan tindakan maupun

edukasi mengenai nyeri pasca operasi dimana pada tahap ini perawat

memiliki peran penting dalam pengelolaan pasian yang menghapai nyeri

pasca operasi. Dan karena itu dalam karya ilmiah akhir ini penulis akan

membahas “Efektivitas Terapi Relaksasi Genggam Jari Terhadap Nyeri Pada

Pasien Post Operasi Hernia Di RSUD Dr. Adjidarmo Kabupaten Lebak.”


14

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah pada

penulisan Karya Ilmiah Akhir Ners ini adalah bagaimana Bagaimana

penerapan relaksasi genggam jari pada asuhan keperawatan nyeri post operasi

hernia di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Adjidarmo Kab. Lebak.

C. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Memberi gambaran pelaksanaan penerapan relaksasi genggam jari

pada asuhan keperawatan dengan nyeri pada pasien post operasi Hernia di

Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Adjidarmo Kab. Lebak.

2. Tujuan Khusus

a. Memberi gambaran hasil pengkajian pasien post operasi hernia di

Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Adjidarmo Kab. Lebak.

b. Memberi gambaran data dukung pada masalah keperawatan nyeri

pada asuhan keperawatan pasien post operasi hernia di RumH

Sakit Dr. Adjidarmo Kab. Lebak.

c. Memberi gambaran pelaksanaan penerapan terapi relaksasi

genggam jari.

d. Memberi gambaran hasil evaluasi tindakan teknik relaksasi

genggam jadi pada pasien post operasi hernia di RSUD Dr.

Adjidarmo Kab. Lebak.


15

D. Manfaat Penulisan

1. Manfaat Teoritis

Manfaat teoritis ini ditujukan untuk pengembangan ilmu keperawatan

khusunya pada pasien post operasi hernia inguinalis Lateral dengan nyeri

dan tindakan Relaksasi Genggang Jari.

2. Manfaat Praktisi

a. Perawat

Untuk meningkatkan sumber informasi dalam rangka peningkatan

mutu pelayanan keperawatan yang optimal, khususnya untuk

mengatasi masalah Nyeri Akut pada pasien Post Operasi Hernia

Inguinalis Lateral

b. Rumah Sakit

Karya tulis ini dapat menjadi masukan dalam peningkatan pelayanan

asuhan keperawatan di rumah sakit khususnya untuk mengatasi

masalah Nyeri Akut pada pasien Post Operasi Hernia Inguinalis

Lateral dengan tindakan Relaksasi Genggam Jari sebagai salah satu

intervensi yang bisa dilakukan oleh perawat.

c. Institusi Pendidikan

Karya tulis ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada pihak

institusi pendidikan khususnya untuk mengatasi masalah Nyeri Akut


16

pada pasien pasien Post Operasi Hernia Inguinalis Lateral

dengan nyeri dan tindakan Relaksasi Genggam Jari.

d. Klien

Memperoleh pengetahuan tentang Hernia Inguinalis Lateral dan cara

mengatasi masalah nyeri akut pada pasien yang mengalami nyeri

dengan relaksasi genggam jari.


17
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. KONSEP NYERI

1. Definisi

Nyeri akut merupakan pengalaman sensoria tau emosional yang

berkaitan dengan jaringan aktual atau fungsional dengan onset mendadak

atau lambat dan berintensitas ringan hingga berat yang berlangsung kurang

dari 3 bulan. (SDKI, 2017). Nyeri yang muncul dapat datang tiba-tiba atau

lambat dari intensitas ringan hingga berat dengan akhir yang dapat

diantisipasi oleh penderita.

Nyeri akut dapat dideskripsikan sebagai nyeri yang terjadi setelah

cedera akut, penyakit atau intervensi bedah, dan memiliki awitan yang

cepat, dengan intensitas yang bervariasi (ringan sampai berat) serta

berlangsung singkat (kurang dari enam bulan) dan menghilang dengan atau

tanpa pengobatan setelah keadaan 9 pulih pada area yang rusak. Nyeri akut

biasanya berlangsung singkat. Pasien yang mengalami nyeri akut biasanya

menunjukkan gejala perspirasi meningkat, denyut jantung dan tekanan darah

meningkat serta pallor (Mubarak et al., 2015).

2. Faktor Yang Mempengaruhi Nyeri Akut

Nyeri merupakan suatu keadaan yang kompleks yang dipengaruhi

oleh fisiologi, spiritual, psikologis, dan budaya.Setiap individu mempunyai


9

pengalaman yang berbeda tentang nyeri (Mubarak et al., 2015). Faktor-

faktor yang dapat mempengaruhi nyeri adalah sebagai berikut:

a. Tahap perkembangan

b. Jenis kelamin

c. Keletihan

d. Lingkungan dan dukungan keluarga

e. Gaya koping

f. Makna nyeri

g. Ansietas

h. Etnik dan nilai budaya

Fakor yang berhubungan

a. Agen pencedera fisiologis (mis. Inflamasi, iskemia. Neoplasma

b. Agen pencedera kimiawi (mis. Terbakar, bahan kimia iritan)

c. Agen pencedera fisik (mis. Abses, amputasi, terbakar, terpotong

mengankat berat, prosedur operasi, trauma, latihan fisik berlebihan)

(Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017)

3. Penilaian Nyeri

Penilaian nyeri merupakan elemen yang penting untuk menentukan

terapi nyeri yang efektif. Skala penilaian nyeri dan keteranagan pasien

digunakan untuk menilai derajat nyeri.Intensitas nyeri harus dinilai sedini

mungkin selama pasien dapat berkomunikasi dan menunjukkan ekspresi

nyeri yang dirasakan.Penilaian terhadap intensitas nyeri dapat menggunakan

beberapa skala yaitu (Mubarak et al., 2015)


10

a. Skala Nyeri Deskriptif

Skala nyeri deskriptif merupakan alat pengukuran tingkat keparahan

nyeri yang objektif. Skala ini juga disebut sebagai skala pendeskripsian

verbal /Verbal Descriptor Scale (VDS) merupakan garis yang terdiri

tiga sampai lima kata pendeskripsian yang tersusun dengan jarak yang

sama disepanjang garis. Pendeskripsian ini mulai dari “tidak terasa

nyeri” sampai “nyeri tak tertahankan”.

Gambar 2.1
Verbal Descritor Scale (VDS)

b. Visual Analogue Scale (VAS)

VAS merupakan suatu garis lurus yang menggambarkan skala nyeri

terus menerus. Skala ini menjadikan klien bebas untuk memilih tingkat

nyeri yang dirasakan. VAS sebagai pengukur keparahan tingkat nyeri

yang lebih sensitif karena klien dapat menentukan setiap titik dari

rangkaian yang tersedia tanpa dipaksa untuk memilih satu kata.

Gambar 2.1
Visual Analogue Scale (VAS)
11

c. Numerical Rating Scale (NRS) (Skala numerik angka)

Pasien menyebutkan intensitas nyeri berdasarkan angka 0–10. Titik 0

berarti tidak nyeri, 5 nyeri sedang, dan 10 adalah nyeri berat yang tidak

tertahankan. NRS digunakan jika ingin menentukan berbagai

perubahan pada skala nyeri, dan juga menilai respon turunnya nyeri

pasien terhadap terapi yang diberikan.

Gambar 2.3
Numerical Rating Scale (NRS)

d. Faces Scale (Skala Wajah)

Pasien disuruh melihat skala gambar wajah. Gambar pertama tidak

nyeri (anak tenang) kedua sedikit nyeri dan selanjutnya lebih nyeri dan

gambar paling akhir, adalah orang dengan ekpresi nyeri yang sangat

berat.Setelah itu, pasien disuruh menunjuk gambar yang cocok dengan

nyerinya.Metode ini digunakan untuk pediatri, tetapi juga dapat

digunakan pada geriatri dengan gangguan kognitif

Gambar 2.4
Face Scale (Skala Wajah)
12

B. KONSEP DASAR PASCA HERNIOTOMY

1. Pengertian Pasca Herniotomy

Pasca herniotomy merupakan tahapan setelah pembedahan hernia

(herniotomi) dilakukan. Dalam Perry dan Potter (2010) dipaparkan bahwa

tindakan pasca operatif dalam 2 tahap yaitu periode pemulihan segera dan

pemulihan berkelanjutan setelah pasca operatif. Proses pemulihan tersebut

membutuhkan perawatan pasca herniatomy. Perawatan pasca herniatomi

adalah bentuk pelayanan perawatan yang diberikan kepada klien yang telah

menjalani operasi hernia.

2. Tujuan Perawatan Pasca Herniotomy

a. Mengurangi Komplikasi Akibat pembedahan

b. Mempercepat penyembuhan

c. Mempertahankan konsep diri kline

d. Mempersiapkan klien pulang

3. Indikasi Herniotomy

Indikasi pembedahan menurut sinurat (2017) adalah:

a. Penonjolan besar yang mengindikasikan peningkatan risiko hernia

inkarserata atau hernia strangulata.

b. Nyeri hebat, yang merupakan respon masuknya penonjolan memenuhi

kanal.

Pada hernia inkarserata dan hernia strangulate pembedahan mungkin

diperlukan untuk menghilangkan bagian dari usus atau apabila kondisi


13

hernia dengan intervensi reseksi usus. Reseksi usus dapat dilakukan secara

laparaskopi.

4. Komplikasi Herniotomy

a. Infeksi luka pasca operasi

b. Terbentuknya bekuan darah atau emboli yang dapat mengalir ke paru-

paru melalui pembuluh darah

c. Gangguan fungsi ginjal

d. Gangguan saraf neuralgia yang menimbulkan nyeri atau kesemutan di

perut, kaki, atau pangkal paha.

e. Hernia kambuh kembali

f. Terbentuknya seroma (penumpukan cairan) atau hematoma (penumpukan

darah) di sekitar area yang dioperasi.

g. Nyeri berkepanjangan setelah operasi, namun jarang terjadi

5. Tahap-Tahap Operasi Hernia

Menurut Hilmi (2016) tahap-tahap operasi hernia pada hernia inguinalis

lateralis adalah herniotomi, herniorafi dan hernioplasti.

a. Herniotomi adalah tindakan membuka kantong hernia, memasukkan

kembali isi kantong hernia ke rongga abdomen, serta mengikat dan

memotong kantong hernia. Dilakukan insisi pada kulit sekitar 2-3cm

diatas ligamentum iguinal, diperlebar kearah medial dan lateral, perdalam

lapis demi lapis sampai fasia scarpa.

b. Herniorafi, setelah kantong hernia diidentifikasi, kemudian dilanjutkan

dengan dilakukan duplikasi kantong hernia untuk memisahkan kantong


14

proksimal dan distal. Setelah kantong dipisahkan, kantong proksimal

diaproksimasikan ke muskulus obliqus eksternus.

c. Hernioplasti adalah tindakan memperkuat daerah defek, misalnya pada

hernia inguinalis, tindakannya adalah mempersempit cincin inguinal

interna dan memperkuat dinding posterior kanalis inguinalis. Setelah

kantong hernia diaproksimasikan, dilanjutkan dengan hernioplasti dengan

menjahitkan tuberkulum pubikum ke conjoint tendon

6. Masalah keperawatan yang timbul pasca herniotomy

a. Gangguan pola tidur

b. Gangguan mobilitas fisik

c. Nyeri akut

d. Ansietas

e. Defisit pengetahuan

f. Risiko infeksi defisit perawatan diri.


15

C. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN POST OPERASI HERNIA

1. Pathways

Skema 2. 1 Pathways
16

2. Pengkajian

Pengkajian adalah tahap awal dan dasar dalam proses keperawatan.

Pengkajian merupakan tahap paling menentukan bagi tahap berikutnya.

Kemampuan mengidentifikasi masalah keperawatan yang terjadi pada tahap

ini akan menentukan diagnosa keperawatan. Diagnosa keperawatan yang di

angkat akan menentukan desain perencanaan yang di tetapkan. Selanjutnya

tindakan keperawatan dan evaluasi mengikuti perencanaan yang dibuat. Oleh

karena itu, pengkajian dilakukan dengan teliti dan cermat sehingga seluruh

kebutuhan perawatan pada pasien dapat diidentifikasi. Dalam pengkajian,

terdapat sub tahapan yang meliputi pengumpulan data (macam dan sumber),

teknik pengumpulan data, dan dokumentasi data (Rohmah, 2016).

Pada pasien post operasi hernia inguinalis yang dikaji pada saat

pengkajian yaitu identitas pasien, riwayat kesehatan pasien (keluhan utama,

riwayat kesehatan sekarang, riwayat kesehatan dahulu, riwayat kesehatan

keluarga), pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang.

a. Data Identitas

1) Identitas Pasien

Identitas pasien meliputi pengkajian nama, tanggal lahir, umur,

jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan, status pernikahan,

suku/bangsa, tanggal masuk rumah sakit, tanggal pengkajian,

tanggal/rencana operasi, nomer rekam medik, diagnose medis, dan

alamat.
17

2) Identitas Penanggung Jawab

Identitas penanggung jawab meliputi nama, umur, jenis kelamin,

agama, pendidikan pekerjaan, hubungan dengan pasien dan alamat.

b. Keluhan utama

Keluhan utama yang dirasakan pasien post operasi hernia nyeri daerah

luka operasi pada lipat paha atau pada sekitar abdomen kuadran bawah

disertai terdapatnya balutan luka di daerah luka operasi. Dimana nyeri

yang dirasakan terus menerus atau hilang timbul disertai mual muntah

( Tetty, 2015 ).

c. Riwayat Kesehatan

Riwayat kesehatan meliputi kesehatan sekarang, kesehatan dahulu,

kesehatan keluarga menurut (Muttaqin dan Sari 2012).

1) Riwayat Kesehatan Sekarang

Keluhan saat dikaji pada pasien post operasi hernioraphy yang

timbul nyeri, lemas, pusing, mual, dan kembung, pada pasien post

operasi hernioraphy akan mengeluh nyeri pada bekas operasi. Nyeri

terasa seperti ditusuk-tusuk pada area operasi dan sangat jarang

terjadi penyebaran kecuali jika ada komplikasi. Skala nyeri hebat

pada 2 jam pertama pasca operasi dikarenakan pengaruh obat

anestesi hilang, nyeri hilang timbul/menetap sepanjang hari

pengkajian PQRST untuk mengetahui seberapa kualitas nyeri yang

dialami pasien.
18

a) Propokatif/Paliatif, apa yang memperberat atau

memperingankan timbulnya gejala. Seperti adanya

pergerakan yang dilakukan pasien menyebabkan rasa nyeri

bertambah.

b) Quality/Kuantitas, bagaimana gejala dirasakan,

dirasakannya seperti apa. Kebanyakan pasien dengan post

hernia akan merasakan nyeri seperti tersayat atau teriris-iris.

c) Region, lokasi dimana gejala dirasakan dan

penyebarannya. Pada pasien dengan post hernia, luka operasi

terletak di bagian bawah abdomen.

d) Saverity/Scale, seberapa tingkat keparahan yang

dirasakan, pada skala berapa. 1-10

e) Timing, kapan gejala mulai timbul, seberapa sering gejala

dirasakan, tiba-tiba atau bertahap, seberapa lama gejala

dirasakan.

2) Riwayat Kesehatan Dahulu

Dalam riwayat kesehatan dahulu yang terpenting untuk dikaji adalah

penyakit sistemik seperti, diabetes melitus, hipertensi, tuberculosis,

dan sebagai bahan timbangan untuk sarana pengkajian preoperatif.

3) Riwayat Kesehatan Keluarga

Hernia tidak diturunkan, tetapi perawat perlu menanyakan apakah

penyakit ini pernah dialami oleh anggota keluarga lainnya sebagai

faktor predisposisi didalam rumah


19

d. Pola fungsi kesehatan

Pada aspek ini pengkajian aktivitas sehari-hari meliputi pola nutrisi, pola

eliminasi, istirahat tidur, pola personal hygiene, dan aktivitas saat di

rumah maupun di rumah sakit menurut (Qiemas, 2020).

1) Pola Nutrisi

Pada aspek ini dikaji mengenai makan dan minuman pasien saat

dirumah maupun dirumah sakit, dengan mengkaji frekuensi makan

dan minum, jenis makanan dan minuman, porsi makanan, jumlah

minuman dan keluhan yang dialami. Untuk pasien post operasi

hernioraphy keluhan yang sering muncul seperti mual dan muntah,

nafsu makan buruk atau anoreksia.

2) Pola Eliminasi

Pada aspek ini dikaji mengenai BAB dan BAK pasien saat dirumah

maupun dirumah sakit, dengan mengkaji frekuensi, konsistensi, warna

dan kelainan eliminasi, kesulitan- kesulitan eliminasi dan keluhan-

keluhan yang dirasakan klien pada saat BAB dan BAK. Pada pasien

post operasi hernioraphy keluhan yang biasanya muncul pada pola

eliminasi biasanya ditemukan ketidak mampuan defekasi dan flatus.

3) Istirahat Tidur

Pada aspek ini dikaji mengenai kebutuhan istirahat dan tidur saat

dirumah maupun dirumah sakit, dengan mengkaji kuantitas tidur siang


20

maupun malam dan keluhan tidur yang dialami. Pada pasien post

operasi hernioraphy biasanya pasien mengalami gangguan tidur

karena nyeri.

4) Pola Personal Hygiene

Pada pasien post operasi hernioraphy biasanya pasien tidak dapat

melakukan personal hygiene

5) Pola Aktivitas

Pada aspek ini dikaji mengenai kegiatan aktivitas yang dilakukan di

lingkungan keluarga dan di rumah sakit, dilakukan secara mandiri atau

tergantung. Pada pasien post operasi hernioraphy biasanya pasien

mengalami keterbatasan gerak.

e. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik dilakukan dengan persistem menurut

(Nurohimah, 2020).

1) Keadaan Umum

Biasanya pada pasien post operasi hernia inguinalis keadaan umum

pasien lemah, kesadaran dapat dikaji dengan tingkat kesadaran secara

kualitatif Glasgow coma scale (GCS), serta dikaji tanda-tanda vital

(Tekanan darah, nadi, suhu, pernapasan)

2) Sistem Pernafasan

Pada pasien post operasi hernia inguinalis biasanya mengalami

peningkatan frekuesnsi pernapasan hal ini merupakan salah satu

dampak akibat dari nyeri luka operasi.


21

3) Sistem Kardiovasculer

Inspeksi dan palpasi: mengamati adanya pulsasi dan iktus cordis.

Perkusi: meliputi batas-batas jantung

Auskultasi: irama reguler/ireguler, kualitas, ada/tidaknya bunyi

tambahan pada jantung.

4) Sistem Pencernaan

5) Inspeksi : biasanya terdapat luka post operasi di hernia inguinalis regio

inguinal panjang 4 cm dan terletak 2-4cm diatas ligamentum inguinale

Auskultasi : Pada pasien post operasi hernia inguinalis biasanya sering

terjadi ada/tidaknya peristaltik usus dan penurunan bising usus.

Perkusi : Pada pasien post operasi hernia inguinalis biasanya terdapat

distensi abdomen.

Palpasi : Pada pasien post operasi hernia inguinalis teraba massa,

terdapat nyeri tekan pada daerah inguinalis

6) Sistem Perkemihan

Kaji pengeluaran urine terdapat nyeri pada waktu miksi atau tidak,

biasanya pada pasien post operasi hernia inguinalis tidak terjadi

perubahan warna urine pada pasien menjadi lebih gelap/pekat

7) Sistem Persyarafan

Kaji tingkat kesadaran dengan menggunakan GCS dan dikaji semua

fungsi 12 nervus saraf cranial. Pada pasien post operasi hernia

inguinalis biasanya tidak ada kelainan pada sistem persyarafan


22

8) Sistem Penglihatan

Pada pasien post operasi hernia inguinalis biasanya tidak ada tanda-

tanda penurunan, tidak ada gangguan pada sistem penglihatan

9) Sistem Pendengaran

Uji kemampuan pendengaran dengan test rine, webber, dan schwabach

menunjukan menunjukan tidak ada keluhan pada sistem pendengaran.

Biasanya tidak terdapat keluhan pada pasien post operasi hernia

inguinalis

10) Sistem Muskoloskeletal

Pada pasien post operasi hernia inguinalis biasanya ditemukan

kelemahan dan keterbatasan gerak bila di gerakan akan menimbulkan

nyeri di bagian abdomen karna terdapat luka operasi. Maka dilakukan

pemeriksaan untuk mengetahui ada atau tidak keterbatasan gerak

11) Sistem Integument

Pada pasien post operasi hernia inguinalis biasanya ditemukan

adanya luka operasi pada abdomen kuadran bawah, turgor kulit < 3

detik menandakan gejala dehidrasi. Karakteristik luka dinilai dari

kedalaman luka, biasanya luka pada pasien post operasi hernia

inguinalis sakitar 3-5 cm, serta kaji apakah ada tanda tanda infeksi

atau tidak, kaji apakah ada edema, eritema disekitar luka, bagaimana

kebersihan luka bersih/kotor.


23

12) Sistem Endokrin

Pada umunya pasien post hernia inguinalis tidak mengalami kelainan

fungsi endokrin. Akan tetapi tetap perlu dikaji keadekuatan fungsi

endokrin (thyroid dan lain-lain).

f. Pemeriksaan penunjang pada hernia inguinalis menurut (muttaqin dan

Sari, 2015) antara lain :

1) Sinar X abdomen dapat menunjukkan abnormalnya kadar gas

dalam usus.

2) Pemeriksaan darah lengkap dan serum elektrolit dapat menunjukkan

hemokonsentrasi atau peningkatan hematokrit, peningkatan sel darah

putih dan ketidak seimbangan elektrolit pada hernia.

3) USG untuk menilai masa hernia inguinalis

3. Diagnosa Keperawatan (berdasarkan diagnosa keperawatan/ SDKI) :

Diagnosa keperawatan adalah keputusan klinis mengenai

seseorang, keluarga, atau masyarakat sebagai akibat dari masalah kesehatan

atau proses kehidupan yang aktual atau potensial. Diagnosa keperawatan

merupakan dasar dalam penyusunan rencana tindakan asuhan keperawatan.

Diagnosis keperawatan sejalan dengan diagnosis medis sebab dalam

mengumpulkan data-data saat melakukan pengkajian keperawatan yang

dibutuhkan untuk menegakkan diagnosa keperawatan ditinjau dari keadaan

penyakit dalam diagnosa medis (Dinarti & Mulyanti, 2017).


24

Diagnosa keperawatan ditegakkan atas dasar data pasien. Pada

diagnosa keperawatan pada pasien post operasi hernia inguinalis adalah (Tim

Pokja SDKI DPP PPNI, 2017):

a. Nyeri Akut (D.0077)

4) Pengertian

Pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan kerusakan

jaringan aktual atau fungsional, dengan onset mendadak atau lamat

danberintensitas ringan hingga berat yang berlangsung kurang 3 bulan.

5) Etiologi

a) Agen pencedera fisiologis (mis. Infarmasi, lakemia, neoplasma)

b) Agen pencedera kimiawi (mis. terbakar, bahan kimia iritan)

c) Agen pencedera fisik (mis. abses, amputasi, terbakar, terpotong,

mengangkat berat, prosedur operasi, trauma, latihan fisik

berlebihan)

6) Manisfestasi Klinis

a) Gejala dan tanda mayor

Objektif

(1) Tampak meringis

(2) Bersikap protektif (mis. Waspada, posisi menghindari nyeri)

(3) Gelisah

(4) Frekuensi nadi meningkat

(5) Sulit tidur


25

7) Gejala

Objektif

a) Tekanan darah meningkat

b) Pola napas berubah

c) Nafsu makan berubah

d) Proses berpikir terganggu

e) Menarik diri

f) Berfokus pada diri sendiri

g) Diaforesis

8) Kondisi Klinis Terkait

a) Kondisi Pembedahan

b) Cedera traumatis

c) Infeksi

d) Sindrom koroner akut

e) Glaukoma

b. Risiko Infeksi (D.0142)

1) Pengertian

Berisiko mengalami peningkatan terserang organisme patogenik.

2) Etiologi

a) Penyakit kronis (mis. Diabetes mellitus)

b) Efek prosedur invasi

c) Malnutrisi

d) Peningkatan paparan organisme patogen lingkungan.


26

e) Ketidakadekuatan pertahanan tubuh primer :

(1) Gangguan peristaltic

(2) Kerusakan integritas kulit

(3) Perubahan sekres pH

(4) Penurunan kerja siliaris

(5) Ketuban pecah lama

(6) Ketuban pecah sebelum waktunya

(7) Merokok

(8) Statis cairan tubuh

f) Ketidakadekuatan pertahanan tubuh sekunder :

(1) Penurunan homoglobin

(2) Imununosupresi

(3) Leukopenia

(4) Supresi respon inflamasi

(5) Vaksinasi tidak adekuat

3) Manisfestasi klinis

Tidak tersedia

4) Kondisi klinik terkait

a) AIDS

b) Luka bakar

c) Penyakit paru obstruktif

d) Diabetes Mellitus

e) Tindakan invasi
27

f) Kondisi penggunaan terapi steroid

g) Penyalahgunaan obat

h) Ketuban Pecah Sebelum Waktunya (KPSW)

i) Kanker

j) Gagal ginjal

k) Imunosupresi

l) Lymphedema

m) Leukositopedia

n) Gangguan fungsi hati

c. Gangguan Mobilitas Fisik

1) Pengertian

Keterbatasan dalam gerakan fisik dari satu atau lebih ekstrime secara

mandiri

2) Etiologi

a) Kerusakan integritas struktur tulang

b) Perubahan metoblisme

c) Ketiakbugaran fisik

d) Penurunan kenali otot

e) Penurunan massa otot

f) Penurunan kekuatan otot

g) Keterlambatan perkembangan

h) Kekuatan sendi

i) Kontraktur
28

j) Malnutrisi

k) Gangguang muskuloskeletal

l) Gangguan neuromuskular

m) Indeks masa tubuh di atas persentil ke-57 sesuai usia

n) Efek agen farmakologis

o) Program pembatasan gerak

p) Nyeri

q) Kurang terpapar informasi tentang aktivitas fisik

r) Kecemasan

s) Gangguan kognitif

t) Keengganan melakukan pergerakan

u) Gangguan sensoripersepsi

3) Manisfestasi Klinis

a) Gejala dan Tanda Mayor

Subjektif

(1) Mengeluh sulit menggerakkan ekstremitas

Objektif

(1) Kekuatan otot menurun

(2) Rentang gerak (ROM) menurun

b) Gejala dan Tanda Minor

Subjektif

(1) Nyeri saat bergerak

(2) Enggan melakukan pergerakan


29

(3) Merasa cemas saat bergerak

Objektif

(1) Sendi kaku

(2) Gerakan tidak terkoordinasi

(3) Gerakan terbatas

(4) Fisik lemah

4) Kondisi Klinis Terkait

a) Stroke

b) Cedera medula spinalis

c) Trauma

d) Fraktur

e) Osteoarthirtis

f) Ostemalasia

g) Keganasan

4. Intervensi

Intervensi atau perencanaan merupakan tahap dimana perawat harus

mampu berpikir kritis dalam merumuskan dan menentukan rencana

keperawatan yang nantinya akan diberikan kepada pasien. Rencana

keperawatan ini tertulis untuk digunakan sebagai kebutuhan klien jangka

panjang (Potter, 1997 dalam Silla, 2019). Dalam intervensi ini terdapat

intervensi independen dan ada juga intervensi kolaboratif. Intervensi

independen merupakan intervensi yang dilakukan oleh perawat secara

mandiri tanpa bantuan dari tenaga kesehatan lain. Intervensi kolaboratif


30

merupakan intervensi yang dilakukan dengan bantuan dari tenaga kesehatan

lain seperti dokter, ahli gizi, fisioterapi, dan lain-lain.

a. Nyeri Akut (D.0077)

SLKI : Tingkat Nyeri (L.08066)

1) Definisi

Pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan

kerusakan jaringan aktual atau fungsional, dengan onset mendadak

atau lambat dan berintensitas ringan hingga berat dan konstan.

2) Ekspetasi : Menurun

3) Kriteria Hasil :
Tabel 2.1 SLKI Tingkat Nyeri

Cukup
Cukup
Meningkat Meningka Sedang Menurun
menurun
t
Keluhan
1 2 3 4 5
nyeri
Meringis 1 2 3 4 5
Sikap
1 2 3 4 5
protektif
Kesulitan
1 2 3 4 5
tidur
Berfokus
pada diri 1 2 3 4 5
sendiri
Mual 1 2 3 4 5

Cukup
Cukup
Meningkat Meningka Sedang Menurun
menurun
t
Tekanan
1 2 3 4 5
darah
Fungsi
1 2 3 4 5
berkemih
Pola
1 2 3 4 5
tidur
31

SIKI Manajemen Nyeri (L08238

1) Definisi

Mengidentifikasi dan mengelola pengalaman sensorik atau

emosional yang berkaitan dengan kerusakan jaringan atau fungsional

dengan onset mendadak atau lambat dan berintensitas ringan hingga

berat dan konstan.

2) Tindakan

a) Observasi

(1) Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas,

dan intensitas nyeri

(2) Identifikasi skala nyeri

(3) Identifikasi respon nyeri non verbal

(4) Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri

(5) Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri

(6) Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri

(7) Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup

(8) Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah

diberikan

(9) Monitor efek samping penggunaan analgetik

b) Terapeutik

(1) Berikan teknik nonfarmakologi untuk mengurangi rasa nyeri

(mis. TENS, hipnosis, akupresur, terapi musik, biofeedback,


32

aromaterapi, terapi pijat, teknik imajinasi terbimbing,

kompres hangat/dingin)

(2) Fasilitasi istirahat dan tidur

(3) Pertimbangan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan

strategi meredakan nyeri.

c) Edukasi

(1) Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri

(2) Jelaskan strategi meredakan nyeri

(3) Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri

(4) Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat

(5) Ajarkan teknik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri

d) Kolaborasi

(1) Kolaborasikan dengan pemberian analgetik, jika perlu

b. Risiko Infeksi (D.0142)

SLKI : Tingkat Infeksi (L.14137)

1) Definisi

Derajat infeksi berdasarkan observasi atau sumber informasi.

2) Ekspektasi : Menurun

3) Kriteria Hasil :

Tabel 2.2 SLKI Tingkat Infeksi

Cukup
Cukup
Meningkat Meningka Sedang Menurun
menurun
t
Kebersihan
1 2 3 4 5
badan
Kebersihan 1 2 3 4 5
33

tangan
Cukup
Cukup
Meningkat Sedang menuru Menurun
Meningkat
n
Demam 1 2 3 4 5
Kemerahan 1 2 3 4 5
Nyeri 1 2 3 4 5
Bengkak 1 2 3 4 5

SIKI : Pencegahan Infeksi L.14539

1) Definisi

Mengidentifikasikan dan menurunkan risiko terserang organisme

patogenik

2) Tindakan

a) Observasi

(1) Monitor dan gejala infeksi local dan sistemik

b) Terapeutik

(1) Batasi jumlah pengunjung

(2) Berikan perawatan kulit pada area edema

(3) Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien dan

lingkungan pasien.

c) Edukasi

(1) Jelaskan tanda gejala infeksi

(2) Ajarkan cara mencuci tangan dengan benar

(3) Ajarkan etika batuk

(4) Ajarkan cara memeriksa kondisi luka atau luka operasi

(5) Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi


34

(6) Anjurkan meningkatkan asupan cairan

c. Gangguan Mobilitas Fisik (D.0054)

SLKI : Mobilitas Fisik (L.05042)

1) Definisi

Kemampuan dalam gerakan fisik dari satu atau lebih ekstremitas

secara mandiri.

2) Ekspetasi : Meningkat

3) Kriteria Hasil :

Tabel 2.3 SLKI Mobilitas fisik

Cukup Cukup
Meningka Sedan Menuru
Meningka menuru
t g n
t n
Pergerakan
Ekstremita 1 2 3 4 5
s
Kekuatan
1 2 3 4 5
oto
Nyeri 1 2 3 4 5
Kaku sendi 1 2 3 4 5
Gerakan
1 2 3 4 5
terbatas
Kelemahan
1 2 3 4 5
fisik

SIKI : Dukungan Mobilisasi (L.05173)

1) Definisi

Memfasilitasi pasien untuk meningkatkan aktivitas pergerakan fisik.

2) Tindakan

a) Observasi

(1) Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik lainnya


35

(2) Identifikasi toleransi fisik melakukan pergerakan

(3) Monitor frekuensi jantung dan tekanan darah sebelum

memulai mobilisasi

(4) Monitor kondisi umum selama melakukan mobilisasi

b) Terapeutik

(1) Fasilitasi aktivitas mobilisasi dengan alat bantu (mis: pagar

tempat tidur)

(2) Fasilitasi melakukan pergerakan, jika perlu

(3) Libatkan keluarga untuk membantu pasien dalam

meningkatkan pergerakan.

c) Edukasi

(1) Jelaskan tujuan dan prosedur mobilisasi

(2) Anjurkan melakukan mobilisasi dini

(3) Ajarkan mobilisasi sederhana yang harus dilakukan (mis:

duduk di tempat tidur, duduk di sisi tempat tidur, pindah dari

tempat tidur ke kursi)

5. Implementasi

Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang

dilakukan oleh perawat untuk membantu pasien dari masalah status

kesehatan yang dihadapi ke status kesehatan yang baik yang menggambarkan

kriteria hasil yang diharapkan. Proses pelaksanaan implementasi harus

berpusat kepada kebutuhan klien, faktor-faktor lain yang mempengaruhi


36

kebutuhan keperawatan, strategi implementasi keperawatan, dan kegiatan

komunikasi (Dinarti & Mulyanti, 2017).

Penanganan nyeri dibagi menjadi dua yaitu farmakologi dan non

farmakologi. Dalam penanganan nyeri apabila salah satu penanganan nyeri

non farmakologi belum berhasil maka akan di lakukan kolaborasi antara

penanganan nyeri non farmakologi dan farmakologi. Nyeri yang dialami oleh

pasien merupakan nyeri akut dengan skala sedang. Maka perlu adanya

dilakukannya kedua penanganan nyeri tersebut. (Smeltzer and Bare, 2010

dalam Hermanto et al., 2020).

Dalam terapi farmakologi yaitu berkolaborasi dengan dokter untuk

pemberian analgesik untuk mengurangi nyeri sedangkan teknik

nonfarmakologi terdapat beberapa teknik di antaranya teknik relaksasi nafas

dalam. Teknik relaksasi nafas dalam adalah teknik yang bertujuan untuk

melepaskan ketegangan pada otot dan mengurangi emosional. Teknik nafas

dalam ini dapat mengurangi nyeri menuju saraf bebas sehingga dapat

mengurangi persepsi nyeri (Zees, 2012 dalam Hermanto et al., 2020).

6. Evaluasi

Dokumentasi pada tahap evaluasi adalah membandingkan secara

sistematik dan terencana tentang kesehatan klien dengan tujuan yang telah

ditetapkan dengan kenyataan yang ada pada klien, dilakukan dengan cara

berkesinambungan dengan melibatkan klien dan tenaga kesehatan lainnya.

Evaluasi keperawatan merupakan tahap akhir dari rangkaian proses

keperawatan yang berguna apakah tujuan dari tindakan keperawatan yang


37

telah dilakukan tercapai atau perlu pendekatan lain. Evaluasi keperawatan

mengukur keberhasilan dari rencana dan pelaksanaan tindakan keperawatan

yang dilakukan dalam memenuhi kebutuhan pasien. Penilaian adalah tahap

yang menentukan apakah tujuan tercapai (Dinarti & Mulyanti, 2017).

Evaluasi asuhan keperawatan ini disusun dengan menggunakan SOAP

yaitu :

- S : keluhan secara subjektif yang dirasakan pasien atau keluarga setelah

dilakukan implementasi keperawatan

- O : keadaan objektif pasien yang dapat dilihat oleh perawat

- A : setelah diketahui respon subjektif dan objektif kemudian dianalisis

oleh perawat meliputi masalah teratasi (perkembangan kesehatan dan

perubahan perilaku sesuai dengan kriteria pencapaian yang sudah

ditetapkan), masalah teratasi sebagian(perkembangan kesehatan dan

perubahan perilaku hanya sebagian dari kriteria pencapaian yang sudah

ditetapkan), masalah belum teratasi (sama sekali tidak menunjukkan

perkembangan kesehatan dan perubahan perilaku atau bahkan muncul

masalah baru).

- P : setelah perawat menganalis kemudian dilakukan perencanaan

selanjutnya.
38

D. Konsep Relaksasi Genggam Jari

1. Definisi

Teknik relaksasi genggam jari merupakan salah satu teknik

relaksasi yang menggunakan jari tangan yang membuat responden

mengalami penuruan nyeri sesudah teknik relaksasi genggam jari karena

teknik ini memberikan suatu tindakan untuk membebaskan mental dan

fisik dari ketegangan stress sehingga dapat meningkatkan toleransi

terhadap nyeri, sebuah teknik relaksasi yang sangat sederhana dan mudah

dilakukan. Relaksasi genggam jari terbukti lebih efektif menjadi terapi

kombinasi bersama terapi analgesik jika dibandingkan hanya terapi

analgesik sebagai terapi tunggal menurunkan nyeri (Pinandita 2012

dalam Hasaini, 2020).

Teknik mengenggam jari merupakan bagian dari teknik Jin Shin

Jyutsu. Jin Shin Jyutsu adalah akupresur Jepang. Bentuk seni yang

menggunakan sentuhan sederhana tangan dan pernafasan untuk

menyeimbangkan energi di dalam tubuh. Tangan (jari dan telapak

tangan) adalah alat bantuan sederhana dan ampuh untuk menyelaraskan

dan membawa tubuh menjadi 2 seimbang. Setiap jari tangan

berhubungan dengan sikap sehari-hari. Ibu jari berhubungan dengan

perasaan khawatir, jari telunjuk berhubungan dengan ketakutan, jari

tengah berhubungan dengan kemarahan, jari manis berhubungan


39

dengan kesedihan, dan jari kelingking berhubungan dengan rendah

diri dan kecil hati (Hill, 2011).

Titik-titik refleksi pada tangan akan memberikan rangsangan secara

refleks (spontan) pada saat genggaman. Di sepanjang jari-jari tangan

kita terdapat saluran atau meridian energi yang terhubung dengan

berbagai organ dan emosi. Titik- titik refleksi pada tangan memberikan

rangsangan secara refleks (spontan) pada saat genggaman. Rangsangan

tersebut akan mengalirkan semacam gelombang kejut atau listrik menuju

otak. Gelombang tersebut diterima otak dan diproses dengan cepat

diteruskan menuju saraf pada organ tubuh yang mengalami gangguan,

sehingga sumbatan di jalur energi menjadi lancar (Puwahang, 2011

dalam Sugiyanto, 2020).

2. Mekanisme Relaksasi Genggam Jari

Tangan merupakan alat sederhana dan ampuh untuk menyelaraskan

dan membawa tubuh menjadi seimbang. Setiap jari tangan

berhubungan dengan sikap sehari-hari. Ibu jari berhubungan dengan

perasaan khawatir, jari telunjuk berhubungan dengan ketakutan, jari

tengah berhubungan dengan kemarahan, jari manis berhubungan

dengan kesedihan, dan jari kelingking berhubungan dengan rendah diri

dan kecil hati. Perasaan yang tidak seimbang, seperti khawatir, takut,

marah, kecemasan, dan kesedihan dapat menghambat aliran energi

yang mengakibatkan rasa nyeri. Relaksasi genggam jari digunakan untuk

memindahkan energi yang terhambat menjadi lancar (Hill, 2011).


40

Pinandita (2012) menyatakan bahwa perlakuan relaksasi genggam

jari akan menghasilkan impuls yang dikirim melalui serabut saraf aferen

Son nosiseptor. Serabut saraf non nosiseptor mengakibatkan “pintu

gerbang” tertutup sehingga stimulus nyeri terhambat atau berkurang.

Jenis relaksasi genggam jari sangat mudah dilakukan oleh siapapun, yang

berhubungan dengan jari- jari tangan dan aliran energi yang ada dalam

tubuh kita, apabila individu mempersepsikan tentang sentuhan sebagai

stimulus untuk rileks, maka akan muncul respon relaksasi (Potter &

Perry, 2005).

Menggenggam jari sambil menarik nafas dalam-dalam dapat

mengurangi bahkan menyembuhkan ketegangan fisik atau emosi, teknik

relaksasi genggam jari ini nantinya akan dapat menghangatkan titik - titik

keluar dan masuknya energi pada meridian (jalan energi dalam tubuh)

yang terletak pada jari-jari tangan, sehingga nantinya mampu

memberikan sebuah efek rangsangan secara spontan pada saat dilakukan

genggaman, kemudian rangsangan tersebut nantinya akan mengalir

menuju ke otak, kemudian dilanjutkan ke saraf pada organ tubuh yang

mengalami gangguan, sehingga diharapkan sumbatan di jalur energi

menjadi lancar (Indrawati, 2017).

3. Pelaksanaan Teknik Relaksasi Genggam Jari


41

Menurut hasil penelitian dari (Andriyani N, 2020) ada penurunan nyeri

setelah diberika relaksasi genggam jari dengan menggunakan langkah

prosedur sebagai berikut:

Tabel 2.4 SOP Relaksasi Genggam Jari

Pengertia Relaksasi genggam jari merupakan sebuah teknik relaksasi yang


n digunakan untuk meredakan atau mengurangi intensitas nyeri
pembedahan (Pinandita, 2012).
Tujuan a. Mengurangi nyeri, takut dan cemas
b. Mengurangi perasaan panik, khawatir, dan terancam
c. Memberikan perasaan nyaman pada tubuh
d. Menenangkan pikiran, dan mampu mengontrol emosi
e. Melancarkan aliran darah
Kebijaka Semua klien yang mengalami nyeri ringan (skala 1-3), nyeri sedang
n (skala 4-6), berat (7-9) (Sofiyah, 2015)
Prosedur Teknik ini dilakukan pada pasien post operasi laparatomi pada
hari pertama, sekitar 7-8 jam setelah pemberian analgesik, pasien
dalam keadaan sadar dan kooperatif saat akan dilakukan tindakan.
Lakukan pengkajian nyeri terlebih dahulu sebelum melakukan
tindakan dengan menggunakan numeric rating scale (NRS).
Genggam jari dilakukan selama ≥10 menit menit langkah
prosedurnya adalah sebagai berikut :

Tahap Orientasi
a. Berikan salam, perawat memperkenalkan diri
b. Jelaskan tujuan, prosedur, dan lamanya tindakan intervensi
kepada responden
c. Kontrak waktu
d. Menanyakan persetujuan responden

Tahap Kerja
a. Cuci tangan
b. Berikan suasana lingkungan yang tenang
c. Posisikan pasien dengan berbaring lurus di tempat tidur,
anjurkan pasien untuk mengatur nafas dan merilekskan semua
otot.
d. Genggam jari tangan dengan telapak tangan sebelahnya dimulai
dari ibu jari selama 2-3 menit,
e. Tutup mata, focus, dan tarik nafas perlahan dari hidung selama
3 detik/3 hitungan, hembuskan perlahan dengan mulut sambil
menghitung dalam hati “satu, dua, tiga”. Lakukan berkali-kali
f. Katakan “semakin rileks, semakin rileks dan setrusnya semakin
42

rileks, sampai benar-benar rileks. Lepaskan perasaan dan


masalah yang mengganggu pikiran dan bayangkan emosi yang
mengganggu tersebut keluar dari pikiran.
g. Lepaskan genggam jari dan usahakan lebih rileks.

Tahap Terminasi
a. Setelah selesai, tanyakan bagaimana respon pasien terhadap nyeri
yang dirasakan
b. Motivasi pasien untuk mempraktikkan kembali teknik relaksasi
gengam jari
c. Rapikan pasien dan tempat tidur kembali

E. Kerangka Konseptual

1. Pengertian Kerangka Konsep

Kerangka konseptual merupakan visualisasi hubungan antara berbagai

variabel, yang dirumuskan oleh peneliti setelah membaca dan di telaah

berbagai teori yang ada, kemudian menyusun teori-teorinya sendiri yang

akan digunakan sebagai landasan penelitian yang akan dilakukan.

Diagram dalam kerangka konsep harus menunjukan hubungan antara

variabel-variabel yang akan diteliti, kemudian kerangka yang baik dapat

meberikan informasi yang jelas kepada peneliti dalam memilih desain

penelitiannya (Kurniawan W, dan Aat A.2021:35). Perumusan kerangka

konsep pada karya ilmiah akhir ners ini bersumber pada patofisiologi

hernia inguinalis lateralis karena terjadi karena terdorongnya sesuatu

jaringan tubuh dan keluar melalui defek tersebut. Akhirnya menekan


43

dinding rongga yang telah melemas akibat trauma, hipertropi prostat,

asites, kehamilan, obesitas, dan kelainan kongenital sehingga

menimbulkan diagnosis keperawatan utama yaitu Nyeri akut dan

intervensi keperawatan yang diberikan adalah Teknik Relaksasi

Genggam Jari. Kerangka konsep dapat dilihat sebagai berikut:

Skema 2.2: Kerangka Konsep

Pasien Post Pasien Post


Pasien Hernia OperasiHernia OperasiHernia
dengan Sebelum Setelah
diagnosis dilakukan dilakukan
keperawatan intervensi intervensi
utama yaitu : keperawatan keperawatan
nyeri akut Teknik Relaksasi Teknik Relaksasi
Genggam Jari Genggam Jari

F. Evidence Based Practice Nursing

Metode pemberian asuhan keperawatan pada karya ilmiah akhir ners

ini didasarkan pada aplikasi Evidence Based Practice Nursing (EBPN).

Berikut tahapan dalam pelaksanaan EBPN terdiri dari:

2. Analisis PICO

Perumusan masalah dilakukan berdasarkan pendekatan PICO (Problem,

Intervention, Comparsion, Outcome) dengan konteks penerapan teknik

relaksasi genggam jadi pada pasien post operasi hernia. Adapun


44

pendekatan perumusan masalah pada karya ilmiah akhir ners ini dapat

dilihat pada tabel berikut:

Perumusan Masalah dengan Pendekatan PICO

Problem Pasien Post Operasi Hernia dengan malah keperawatan


utama yaitu Nyeri Akut
Intervention Pemberian Terapi Nonfarmakologis yaitu Teknik
Relaksasi Genggam jari
Comparsion Pemberian teknik relaksasi Genggam jari
Outcome Menurunkan intensitas nyeri post operasi hernia

3. Metode Telusuri Artikel

a. Kriteria Inklusi

Kriteria inklusi pada pencarian artikel yang akan dijadikan sebagai

acuan untuk evidence based practice nursing adalah :

1) Tema artikel spesifik membahas Efektivitas Terapi Relaksasi

Genggam Jari Terhadap Tingkat Nyeri Pada Pasien Post

OperasiHernia

2) Artikel dipublikasikan mulai dari tahun 2018-2023

3) Artikel berbentuk full text

b. Kriteria Ekslusi

Kriteria ekslusi pada pencarian artikel adalah sebagai berikut:

1) Rentang artikel yang dipublikasikan di bawah 2018

2) Artikel yang tidak terakreditasi nasional maupun internasional

3) Artikel tidak full text

4) Artikel bukan merupakan terakreditasi hasil original research

c. Kata Kunci Pencarian


45

Kata kunci yang digunakan untuk mencari artikel dalam evidance

based practice nursing pada karya ilmiah akhir ners ini dapat

dilihat dalam tabel 2.6 berikut ini:

Tabel 2.6: Kata Kunci Pencarian

Strategi Pencarian Pada Databased


Kata kunci pencarian artikel Pada Databased
#1 Post Operasi
#2 Post Operasi Hernia
#3 Nyeri
#4 Terapi Relaksasi Genggam Jari
#4 #1 AND #3 AND #4
#5 #2 AND #3 AMD #4
#6 #1 AND #3
#7 #2 AND #3
#8 #1 AND #4
#9 #2 AND #4

Penulusuran dilakukan dengan menggunakan mesin pencari Google

dengan database elektronik Google Scholar, PubMed, Portal Garuda

menggunakan kata kunci “Post Operasi” AND “Post Operasi

Hernia” AND “Nyeri Akut” AND “Terapi Relaksasi Genggam Jari”,

kemudian untuk pencarian artikel Internasional penulis

menggunakan 4 kata kunci yang sama dengan kata kunci yang telah

ditentukan. Rentang waktu publikasi artikel tahun 2018 sampai

dengan tahun 2023 terkait artikel penulisan nasional maupun

Internasional”. Ada 11 artikel yang didapatkan dan 5 diantaranya

diambil sebagai gambaran studi kasus hasil pengkajian nyeri dengan

terapi relaksasi Genggam jari.

4. Analisis Artikel
46

a. Sugiyanto, (2020) Dengan judul “Penurunan Intensitas Nyeri Pada

Pasien Pasca Operasi Melalui Tekhnik Relaksasi Genggam Jari Di

RSUD Sawerigading Palopo”, Jenis penelitian yang digunakan

adalah Quasi Eksperiment dengan bentuk pre-post test with control

grup. Sampel yang digunakan sebanyak 50 responden yang

merupakan pasien pasca operasi dengan metode penarikan sample

consecutive sampling. Hasil: penelitian diperoleh nilai Asymp.sig.

(0,000) < 0,05. Pada kasus yang diambil oleh peneliti telah

memunculkan diagnosa nyeri akut dan salah satu Tindakan yang

dilakukan adalah relaksasi genggam jari. Relaksasi genggam jari

yang digunakan oleh peneliti memberikan pengaruh terhadap pasien

pasca operasi dengan masalah nyeri.

b. Ernawati, Taufiq, (2021) Dengan judul “Asuhan Keperawatan Pasien

Op Hernia Dengan Nyeri Dalam Penerapan Intervensi Tehnik

Relaksasi Genggam Jari Di Rumah Sakit TK III Dr. R. Soeharsono

Banjarmasin”, metode penelitian yang digunakan yaitu desain kasus

dan asuhan keperawatan, instrumen studi kasus ini menggunakan

format asuhan keperawatan medical bedah, SOP relaksasi genggam

jari dan alat tulis. Hasil studi kasus didapatkan penurunan skala nyeri

setelah pemberian teknik relaksasi genggam jari, pasien pertama

skala nyeri 6 menjadi 2 dan pasien kedua didapat skala nyeri 6

menjadi 2. Dari studi kasus yan dilakukan didapatkan hasil teknik

relaksasi genggam jari dapat menurunkan nyeri pada pasien Post


47

Operasi herniotomy. Terapi relaksasi genggam jari dapat digunakan

dalam menurunkan skala nyeri pada pasien Post Operasi herniotomi.

c. Wahyu Widodo, Meylinda Trisetya (2022) Dengan judul “Terapi

Relaskasi Nafas Dalam dan Genggam Jari Pada Klien Post

Hernioraphy Dengan Nyeri Akut, Penelitian ini menggunakan

metode deskriptif dengan menggunakan studi kasus. Subjek kasus

dalam penelitian ini adalah 2 orang klien yang mengalami masalah

keperawatan yang sama yaitu nyeri akut sedangkan tindakan

keperawatan yang di lakukan adalah menerapkan terapi relaksasi

nafas dalam dan genggam jari. Hasil studi kasus pada klien post

hernioraphy yang diberikan terapi relaksasi nafas dalam dan

genggam jari diperoleh data yaitu, pada klien I yang semula memiliki

skala nyeri 6 setelah diberikan teknik relaksasi nafas dalam dan

genggam jari berkurang menjadi skala 1. Sedangkan klien II awalnya

memiliki skala nyeri 6 menurun menjadi skala 2. Kesimpulan yang

didapat adalah terapi relaksasi nafas dalam dan genggam jari mampu

menurunkan intensitas nyeri pada klien post hernioraphy.

d. Lulu Nabillah Pratiwi, Ika Silvitasari (2023) Dengan judul

“Penerapan Terapi Genggam Jari Terhadap Skala Nyeri pada Pasien

Post Operasi Appendictomy di RS. PKU Muhammadiyah

Karanganyar, Mengetahui hasil implementasi pemberian terapi

genggam jari terhadap skala nyeri pada pasien post operasi

appendectomy di RS. PKU Muhammadiyah Karanganyar. Jenis


48

penelitian ini adalah deskriptif studi kasus dengan 2 orang

responden. Didapatkan dari hasil observasi sebelum dilakukan terapi

genggam jari menggunakan instrument NRS, Ny. S adalah 6 (Nyeri

Sedang) dan setelah dilakukan terapi genggam jari skla nyeri

menjadi 3. Sedangkan skala nyeri Tn. S sebelum dilakukan terapi

genggam jari adalah 5 (Nyeri Sedang) dan setelah dilakukan terapi

genggam jari didapatkan skala 2 (Nyeri Ringan), yang berarti jika

terapi genggam jari dapat menurunkan skala nyeri.

e. Wa Ode Sri Asnaniar, dkk. (2023) Dengan judul “Terapi Relaksasi

Genggam Jari Untuk Menurunkan Nyeri Post Operasi”, Target

utama dari pemberian Pendidikan Kesehatan ini berupa pasien di

ruang bedah anyelir RS TK II Pelamonia Makassar terdapat banyak

pasien pre operasi maupun pasien post operasi, yang tentunya harus

dilakukan tindakan maupun edukasi mengenai nyeri pasca operasi di

mana pada tahap ini Perawat memiliki peran penting dalam

pengelolaan pasien yang menghadapi nyeri pasca operasi.

Berdasarkan ini kami melakukan salah satu kegiatan Pendidikan

Kesehatan berupa penyuluhan tentang terapi relaksasi genggam jari

untuk meredakan nyeri post operasi. Hasil pelaksanaan

tersampaikannya tujuan dari penyuluhan, Tersampaikan materi

dengan baik dan sesuai dengan perencanaan, sehingga dapat

disimpulkan bahwa kegiatan ini berhasil dilaksanakan.


BAB III

GAMBARAN KASUS

A. Desain Studi Kasus

Karya ilmiah akhir ners ini menggunakan metode deskriptif dengan bentuk studi

kasus, studi kasus merupakan penelitian yang mencakup pengkajian bertujuan

memberikan gambaran secara mendetail mengenai latar belakang, sifat maupun

karakter yang ada dari suatu kasus, dengan kata lain bahwa studi kasus

memusatkan perhatian pada kasus secara intensif dan rinci (Nursalam 2016),

pada penulisan ini studi kasus yang dimaksud adalah penerapan teknik relaksasi

genggam jari terhadap penurunan intensitas nyeri pada pasien pos operasi Hernia

menggunakan pendekatan asuhan keperawatan yang meliputi pengkajian,

diagnosis keperawatan, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.

B. Subjek Studi Kasus

Agar karakteristik sampel tidak menyimpang dari populasi yang

diinginkan peneliti, maka sebelum dilakukan pengambilan sampel perlu

ditentukan kriteria inklusi dan eksklusi. Kriteria inklusi adalah kriteria yang

perlu dipenuhi oleh setiap anggota populasi yang dapat diambil sebagai sampel.

Sedangkan kriteria eksklusi adalah ciri-ciri anggota populasi yang tidak dapat

diambil sampel (Notoatmodjo, 2010).


50

Subjek yang dilaporkan dalam studi kasus ini sebanyak dua klien dengan

kasus yang kompleks dan memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi sebagai berikut:

a. Kriteria Inklusi

1) Pasien yang bersedia menjadi responden

2) Pasien post operasi Hernia inguinalis yang dirawat di Rumah Sakit

Umum Daerah Dr. Adjidarmo Kabupaten Lebak

3) Pasien dengan tingkat kesadaran Composmentis

4) Pasien sadar dan bersedia untuk diberikan terapi relaksasi genggam jari

b. Kriteria Ekslusi

Kriteria Eksklusi dalam penelian ini adalah :

1) Pasien yang tidak komunikatif dan tidak sadar penuh

2) Pasien yang mengalami penyakit kronis lainnya

3) Pasien meninggal

C. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Adjidarmo

Kabupaten Lebak.

2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian dilakukan pada tanggal 4. s.d 8 April 2024.


51

D. Metode Dan Teknik Pengumpulan Data

1. Metode

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan metode

deskripti, yaitu menggambarkan tentang pelaksanaan asuhan keperawatan

dengan memfokuskan pada salah satu masala penting dalam kasus yang

diambil yaitu asuhan keparawatan pada klien post operasi hernia dengan

fokus studi nyeri.

2. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dilakukan yaitu, studi kasus (case

study) terkait penerapan evidence based nursing terhadap pasien post

operasi Hernia, dengan pemberian teknik relaksasi genggam jari untuk

menurunkan intensitas nyeri dengan berupa Standar Operasional Prosedur

(SOP) Teknik Relaksasi Genggam Jari. Teknik pengumpulan data pada

penelitian ini dengan menggunakan lembar instrument Numeric Pain

Rating Scale, instrumen lembar wawancara dengan keluarga (informed

consent) yang ditunjukkan kepada keluarga, sebagai bukti bahwa keluarga

menyetujui tindakan relaksasi genggam jari kepada pasien post Hernia

sebagai subjek dan sampel dalam penelitian ini. Prosedur pengolahan data

yang dilakukan adalah: editing, coding, Entry data, Cleaning data.

Penelitian ini dilakukan dengan memperhatikan prinsip-prinsip etik meliputi

: izin penelitian, informed Consent, Anonymity, Confidentiality dan Benefit.


52

3. Etika Penulisan

a. Lembar Persetujuan (Informs Concent)

Lembar persetujuan berisi penjelasan mengenai penelitian yang

dilakukan, tujuan penelitian, tata cara penelitian, manfaat yang diperoleh

responden, dan resiko yang mungkin terjadi. Pernyataan dalam lembar

persetujuan jelas dan mudah dipahami sehingga responden tahu

bagaimana penelitian ini dijalankan. Untuk responden yang bersedia maka

mengisi dan menandatangani lembar persetujuan secara sukarela

b. Kerahasiaan (confidentiality)

Dalam menjaga kerahasiaan responden, peneliti tidak mencantumkan

nama, dan informasi yang tidak terkait dalam data yang diperlukan pada

penelitian, dan lembar tersebut hanya diberi kode berupa inisial

c. Manfaat (Benefit)

Peneliti menjelaskan kepada responden ataupun kerabat responden

mengenai manfaat penelitian yang dilakukan, yaitu dapat mengurangi

angka morbiditas dan mortalitas.

Anda mungkin juga menyukai