Anda di halaman 1dari 73

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN DIABETES MELITUS

TYPE II DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KERUMUTAN

KARYA TULIS ILMIAH STUDI KASUS

NI KETUT BRANA ASIH

NIM. P031914401 R045

KEMENTERIAN KESEHATAN RI

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES RIAU

JURUSAN KEPERAWATAN PRODI DIII KEPERAWATAN

PEKANBARU 2020
ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN DIABETES MELITUS
TYPE II DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KERUMUTAN

Karya Tulis Ilmiah ini disusun sebagai salahsatu persyaratan menyelesaikan Program
Pendidikan Diploma III Keperawatan di Program Studi DIII Keperawatan
Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Riau

NI KETUT BRANA ASIH

NIM. P031914401 R045

KEMENTERIAN KESEHATAN RI

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES RIAU

JURUSAN KEPERAWATAN PRODI DIII KEPERAWATAN

PEKANBARU 2020

iii
LEMBAR PERSETUJUAN

Karya Tulis Ilmiah oleh Ni Ketut Brana Asih NIM P031914401 R045
telah diperiksa dan disetujui untuk diujikan.

Pekanbaru, April 2020

Pembimbing

Ns. Erni Forwaty, M. Kep


NIP. 19821017 200604 2 025

iii
LEMBAR PENGESAHAN

Karya Tulis Ilmiah oleh Ni Ketut Brana Asih NIM P031914401 R045

Telah Dipertahankan Didepan Dewan Penguji Pada Tanggal:

Penguji Ketua

Ns. Erni Forwaty, M. Kep


NIP. 19821017 200604 2 025

Penguji Anggota I Penguji Anggota II

Ns. Usraleli, S.Kep. M.Kep Idayanti, S.Pd, M.Kes


NIP. 197407252002122003 NIP.19691022 199403 2 002

Mengetahui

Ketua
Jurusan Keperawatan
Politeknik Kesehatan Kemenkes Riau

Rusherina, S.Pd, S. Kep, M. Kes


NIP. 196910221994032002

IV
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena

atas Rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Proposal Karya Tulis

Ilmiah dengan baik. Proposal Karya Tulis Ilmiah ini disusun sebagai syarat untuk

memenuhi Tugas Akhir dan sebagai salah satu persyaratan dalam menempuh

Ujian Akhir Program di Program Studi Diploma III Keperawatan Jurusan

Keperawatan Politeknik Kesehatan Kementrian Riau.

Selama proses penyusunan Proposal Karya Tulis Ilmiah ini, penulis tidak

lepas dari bantuan, bimbingan, dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu

dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada bapak/ibu :

1. Bapak Husnan, S. Kp, MKM, selaku Direktur Politeknik Kesehatan

Kementrian Riau.

2. Ibu Rusherina, S.Pd, S. Kep, M. Kes, selaku ketua jurusan Keperawatan

Politeknik Kesehatan Kementrian Riau.

3. Ibu Ns, Erni Forwaty, M. Kep selaku pembimbing I yang telah

membimbing dan memberikan arahan serta masukan kepada penulis

sehingga penulis dapat menyelesaikan Proposal Karya Tulis Ilmiah

4. Ibu Ns, Kurniawati, M. Kep selaku pembimbing II yang telah

membimbing dan memberikan arahan serta masukan kepada penulis

sehingga penulis dapat menyelesaikan Proposal Karya Tulis Ilmiah

5. Ibu Ns. Usraleli, M. Kep selaku penguji I yang telah berkenan hadir di

ruang ujian dan memberikan masukan kepada penulis .

i
6. Ibu Idayanti, S. Pd, M. Kes selaku penguji II yang telah berkenan hadir di

ruang ujian dan memberikan masukan kepada penulis.

7. Seluruh Dosen dan Staf pegawai Program Studi Diploma III Keperawatan

Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Kementrian Riau.

8. Teristimewa buat Suami dan anak-anak penulis yang penulis sayangi yang

telah memberi dukungan moral, spiritual dan material yang diberikan

kepada penulis selama ini.

9. Seluruh rekan-rekan teman-teman mahasiswa/i yang telah memberikan

dukungan dan motivasi dalam menyelesaikan Proposal Karya Tulis Ilmiah

ini

Penulis menyadari bahwa penyusunan Proposal Karya Tulis Ilmiah ini

masih jauh dari kesempurnaan baik isi maupun susunannya. Akhirnya penulis

berharap kiranya Proposal Karya Tulis Ilmiah ini akan bermanfaat bagi semua

pihak yang membutuhkan.

Pekanbaru, April 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PERSETUJUAN................................................................. iii


LEMBAR PENGESAHAN................................................................... iv
KATA PENGANTAR........................................................................... v
DAFTAR ISI.......................................................................................... vi
DAFTAR TABEL.................................................................................. vii
DAFTAR SKEMA................................................................................. viii
BAB 1 PENDAHULUAN..................................................................... 1
1.1..................................................................................................Latar
Belakang................................................................................. 1
1.2..................................................................................................Rumusan
Masalah................................................................................... 3
1.3..................................................................................................Tujuan
Penelitian................................................................................ 3
1.4..................................................................................................Manfaat
Penelitian................................................................................ 4
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA............................................................ 6
2.1. Konsep Dasar Diabetes Militus........................................... 6
2.1.1. Pengertian..................................................................... 6
2.1.2. Etiologi......................................................................... 6
2.1.3. Klasifikasi..................................................................... 7
2.1.4. Patofisiologi.................................................................. 9
2.1.5. Manifestasi Klinis......................................................... 10
2.1.4. Komplikasi.................................................................... 11
2.1.4. Pemeriksaan Penunjang................................................ 12
2.1.4. Penatalaksanaan............................................................ 14
2.1.4. Pathway......................................................................... 18
2.2. Asuhan Keperawatan.......................................................... 19
2.2.1. Pengkajian..................................................................... 19
2.2.2. Diagnosa Keperawatan................................................. 24
2.2.3. Perencanaan (Intervensi).............................................. 25
2.2.4. Implementasi Keperawatan.......................................... 38
2.2.5. Evaluasi......................................................................... 38
BAB 3 TINJAUAN KASUS.................................................................. 39
3.1 Pengkajian.............................................................................. 39
3.2. Diagnosa Keperawatan......................................................... 45
3.3.Intervensi Keperawatan........................................................ 45
3.4Implementasi Keperawatan dan Evaluasi Perkembangan. 47
BAB 4 PEMBAHASAN........................................................................ 52

iii
4.1 Pengkajian............................................................................. 52
4.2 Diagnosa Keperawatan........................................................ 52
4.3 Perencanan Keperawatan.................................................... 53
4.4 Implementasi Keperawatan................................................. 54
4.5 Evaluasi Keperawatan.......................................................... 55
BAB 5 PENUTUP.................................................................................. 57
4.1 Kesimpulan............................................................................ 57
5.2 Saran...................................................................................... 59
DAFTAR PUSTAKA

iv
DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 4.1 Analisa Data ......................................................................... 44


Tabel 4.2 Rencana Keperawatan......................................................... 45
Tabel 4.3 Implementasi dan Evaluasi Perkembangan....................... 47

v
DAFTAR SKEMA

Halaman

Skema 2.1Pathway Diabetes Militus......................................................... 18

vi
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Diabetes Melitus (DM) merupakan masalah kesehatan yang perlu

ditangani dengan seksama. Prevalensi DM meningkat setiap tahun, terutama pada

kelompok risiko tinggi. DM yang tidak terkendali dapat menyebabkan komplikasi

metabolik ataupun komplikasi vaskuler jangka panjang, yaitu mikroangiopati,

sehingga rentan terhadap infeksi kaki luka yang kemudian dapat berkembang

menjadi gangren sehingga menimbulkan masalah gangguan integritas jaringan

kulit yang apabila tidak segera ditangani akan menimbulkan komplikasi dan hal

ini akan meningkatkan kasus amputasi (Kartika, 2017).

World Health Organization (WHO) menyatakan jumlah penderita

Diabetes telah meningkat dari 108 juta pada tahun 1980 menjadi 422 juta pada

tahun 2014. Prevalensi global Diabetes di kalangan orang dewasa di atas 18 tahun

telah meningkat dari 4,7% pada tahun 1980 menjadi 8,5% pada tahun 2014.

Prevalensi Diabetes meningkat lebih cepat di negara-negara berpenghasilan

menengah dan rendah. Pada tahun 2015, diperkirakan 1,6 juta kematian secara

langsung disebabkan oleh Diabetes dan 2,2 juta kematian lainnya disebabkan

oleh glukosa darah tinggi pada tahun 2012. Hampir setengah dari semua kematian

akibat glukosa darah tinggi terjadi sebelum usia 70 tahun. WHO memproyeksikan

Diabetes akan menjadi penyebab kematian ketujuh di tahun 2030 (ADA, 2017).

Menurut International Diabetes Federation (IDF) pada tahun 2015

jumlah orang yang menderita Diabetes Melitus di dunia mencapai 415 juta orang.

Pada tahun 2040 ini akan meningkat menjadi 2.152 juta. Di Indonesia juga

1
penderita penyakit Diabetes Melitus sangat tinggi. Berdasarkan data Riskesdas

(2013), menunjukkan bahwa terjadi peningkatan prevalensi DM di Indonesia dari

5,7 % pada tahun 2007 menjadi 6,9 % atau sekitar 9,1 juta orang pada tahun 2013.

Prevalensi DM meningkat dikalangan lansia dan populasi minoritas. DM

dapat menyebabkan komplikasi kronis dan komplikasi akut. Komplikasi kronis

meliputi: kerusakan saraf, kerusakan ginjal, kerusakan mata, penyakit jantung,

hipertensi, stroke, gangguan pada hati, penyakit paru-paru, gangguan selera

makan, infeksi dan penyakit kulit. Komplikasi akut dari DM meliputi

hipoglikemia, Ketoasidosis Diabetic (KAD) dan Diabetic Hyperosmolar

Syndrome (Tandra,2008). Salah satu komplikasi kronik yang biasanya ditemukan

pada penderita DM adalah adanya ulkus pada kaki yang sering disebut dengan

kaki diabetik, ulkus pada kaki penderita Diabetes disebabkan tiga faktor yang

sering disebut trias, yaitu iskemi, neuropati, dan infeksi. DM yang tidak terkendali

akan menyebabkan penebalan tunika intima (hiperplasia membran basalis arteri)

pembuluh darah besar dan kapiler, sehingga aliran darah jaringan tepi ke kaki

terganggu dan nekrosis yang mengakibatkan ulkus diabetikum sehingga

menimbulkan masalah gangguan integritas jaringan kulit (Kartika, 2017). Untuk

menghindari berbagai komplikasi DM maka diperlukan upaya penatalaksanaan

penyakit DM .

Berdasarkan perolehan data Riskesdas Riau (2018), Penyakit DM di

Provinsi Riau berada diurutan nomor 4 untuk penyakit tidak menular.

Berdasarkan hasil survei data yang diperoleh dari Puskesmas Kerumutan

didapatkan data penderita DM setiap tahunnya meningkat. Pada tahun 2017

2
sebanyak 654 orang penderita DM, pada tahun 2018 sebanyak 731 orang dan

tahun 2019 sebanyak 778 orang yang mendapatkan pelayanan kesehatan.

Pelayanan kesehatan di Puskesmas Kerumutan juga dilakukan di luar

gedung seperti malakukan Poslansia dan Posindu PTM dimana pada penderita

DM bisa melakukan pengobatan serta pemeriksaan kesehatan meliputi

pemeriksaan tekanan darah, Pemeriksaan gula darah dan lain-lain. Akan tetapi

masih ada para penderita DM tidak memeriksaan gula darahnya ke Poslansia dan

Posbindu sehingga gula darah mereka tidak terkontrol sehingga mereka dibawa ke

Puskesmas Kerumutan oleh keluarganya untuk di rawat.

Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk melakukan “Asuhan

Keperawatan Klien dengan Diabetes Melitus Type II di Wilayah Kerja

Puskesmas Kerumutan”

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka perumusan masalah

dalam studi kasus ini adalah “Bagaimana Asuhan Keperawatan Klien dengan

Diabetes Melitus Type II di Wilayah Kerja Puskesmas Kerumutan?”

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk melakukan Asuhan Keperawatan klien dengan Diabetes

Melitus Type II di Wilayah Kerja Puskesmas Kerumutan

3
1.3.2 Tujuan Khusus

a. Melakukan Pengkajian pada klien dengan Diabetes Melitus

Type II di Wilayah Kerja Puskesmas Kerumutan

b. Merumuskan Diagnosa Keperawatan pada klien dengan Diabetes

Melitus Type II di Wilayah Kerja Puskesmas Kerumutan

c. Menyusun Intervensi Keperawatan pada klien dengan Diabetes

Melitus Type II di Wilayah Kerja Puskesmas Kerumutan

d. Melakukan Implementasi Keperawatan pada klien dengan

Diabetes Melitus Type II di Wilayah Kerja Puskesmas

Kerumutan

e. Melakukan Evaluasi Perkembangan pada klien dengan Diabetes

Melitus Type II di Wilayah Kerja Puskesmas Kerumutan

1.4 Manfaat Penulisan

1.4.1 Teoritis

Hasil penulisan karya tulis ilmiah ini diharapkan dapat memberikan

sumbangan pemikiran dan informasi dalam bidang Keperawatan Medikal

Bedah tentang asuhan keperawatan pada klien dengan Diabetes Melitus

Type II.

1.4.2 Praktis

a. Bagi Puskesmas

Sebagai bahan masukan dalam proses belajar mengajar tentang

asuhan keperawatan dengan Diabetes Melitus yang dapat

digunakan sebagai acuan dalam praktik bagi mahasiswa

keperawatan.

4
b. Bagi Penulis

Sebagai sarana dalam mendapatkan pengetahuan dan

pengalaman khusunya Asuhan Keperawatan pada pasien

Diabetes Melitus Type II.

c. Bagi Institusi

Sebagai bahan masukan dalam proses belajar mengajar tentang

asuhan keperawatan dengan Diabetes Melitus Type II yang

dapat digunakan sebagai acuan dalam praktik bagi mahasiswa

keperawatan.

5
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Diabetes Melitus

2.1.1 Pengertian

Diabetes Melitus (DM) merupakan keadaan hiperglikemia kronik

yang disertai dengan berbagai kelainan metabolik yang diakibatkan oleh

gangguan hormonal yang menimbulkan berbagai macam komplikasi kronik

pada organ mata, ginjal, saraf, pembuluh darah disertai lesi pada membran

basalis dalam dengan menggunakan pemeriksaan dalam mikroskop (Rendy,

M.C, 2012).

Diabetes mellitus merupakan sekumpulan gangguan metabolik yang

ditandai dengan peningkatan kadar glukosa darah akibat kerusakan pada

sekresi insulin, kerja insulin, atau keduanya (Brunner dan Suddart, 2013).

2.1.2 Etiologi

Etiologi atau faktor penyebab penyakit Diabetes Melitus bersifat

heterogen, akan tetapi dominan genetik atau keturunan biasanya menjanai

peran utama dalam mayoritas Diabetes Melitus. Adapun factor-factor lain

sebagai kemungkinan etiologi penyakit Diabetus Melitus antara lain

(Riyadi, S. M, 2011) :

1. Kelainan pada sel B pankreas, berkisar dari hilangnya sel B

sampai dengan terjadinya kegagalan pada sel B melepas insulin.

2. Faktor lingkungan sekitar yang mampu mengubah fungsi sel B,

antara lain agen yang mampu menimbulkan infeksi, diet dimana

6
pemasukan karbohidrat serta gula yang diproses secara berlebih,

obesitas dan kehamilan.

3. Adanya gangguan sistem imunitas pada penderita/gangguan

sistem imunologi

4. Adanya kelainan insulin

5. Pola hidup yang tidak sehat

2.1.3 Klasifikasi

Klasifikasi diabetes ada empat jenis, antara lain (Damayanti, 2015):

a. DM Tipe 1

DM tipe 1 ditandai oleh destruksi sel beta pankreas, terbagi

dalam dua sub tipe yaitu tipe 1A yaitu diabetes yang diakibatkan

proses immunologi (immune-mediated diabetes) dan tipe 1B

yaitu diabetes idiopatik yang tidak diketahui penyebabnya.

Diabetes 1A ditandai oleh destruksi autoimun sel beta.

Sebelumnya disebut dengan diabetes juvenile, terjadi lebih sering

pada orang muda tetapi dapat terjadi pada semua usia. Diabetes

tipe 1 merupakan gangguan katabolisme yang ditandai oleh

kekurangan insulin absolut, peningkatan glukosa darah, dan

pemecahan lemak dan protein tubuh.

b. DM Tipe 2

DM tipe 2 atau juga dikenal sebagai Non-Insulin Dependent

Diabetes (NIDDM). Dalam DM tipe 2, jumlah insulin yang

diproduksi oleh pankreas biasanya cukup untuk mencegah

ketoasidosis tetapi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh

7
total. Jumlahnya mencapai 90-95% dari seluruh pasien dengan

diabetes, dan banyak dialami oleh orang dewasa tua lebih dari 40

tahun serta lebih sering terjadi pada individu obesitas. Kasus DM

tipe 2 umumnya mempunyai latar belakang kelainan yang

diawali dengan terjadinya resistensi insulin.

Resistensi insulin awalnya belum menyebabkan DM secara

klinis. Sel beta pankreas masih dapat melakukan kompensasi

bahkan sampai overkompensasi, insulin disekresi secara

berlebihan sehingga terjadi kondisi hiperinsulinemia dengan

tujuan normalisasi kadar glukosa darah. Mekanisme kompensasi

yang terus-menerus menyebabkan kelelahan sel beta pankreas

yang disebut dekompensasi, mengakibatkan produksi insulin

yang menurun secara absolut. Kondisi resistensi insulin

diperberat oleh produksi insulin yang menurun, akibatnya kadar

glukosa darah semakin meningkat sehingga memenuhi kriteria

diagnosa DM.

Resistensi insulin utamanya dihasilkan dari kerusakan

genetik dan selanjutnya oleh faktor lingkungan. Ketika glukosa

intrasel meningkat, maka asam lemak bebas (Free Fatty Acid-

FFAs) disimpan, namun ketika glukosa menurun maka FFAs

masuk ke sirkulasi sebagai substrat dari produksi glukosa. Pada

kondisi normal, insulin memicu sintesa trigliserida dan

menghambat lipolisis postprandial. Glukosa diserap ke dalam

jaringan adiposa dan sirkulasi FFAs mempunyai efek yang

8
bahaya pada produksi glukosa dan sensitifitas insulin,

peningkatan glukosa darah pun ikut berperan. Pada tipe ini

terjadi kehilangan sel beta pankreas lebih dari 50%.

c. Diabetes pada kehamilan (Gestasional Diabetes)

Diabetes pada kehamilan terjadi pada intoleransi glukosa

yang diketahui selama kehamilan pertama. Jumlahnya sekitar 2-

4% kehamilan. Wanita dengan diabetes kehamilan akan

mengalami peningkatan risiko terhadap diabetes setelah 5-10

tahun melahirkan.

d. DM tipe lain (Others Specific Types)

Merupakan gangguan endokrin yang menimbulkan

hiperglikemia akibat peningkatan produksi glukosa hati atau

penurunan penggunaan glukosa oleh sel. Sebelumnya dikenal

dengan istilah diabetes sekunder, diabetes tipe ini

menggambarkan diabetes yang dihubungkan dengan keadaan

sindrom tertentu, misalnya diabetes yang terjadi dengan penyakit

pankreas atau pengangkatan jaringan pankreas dan penyakit

endokrin seperti akromegali, atau syndrome chusing, karena zat

kimia atau obat, infeksi dan endokrinopati.

2.1.4 Patofisiologi

Pada diabetes mellitus tipe ini terdapat dua masalah utama yang

berhubungan dengan insulin, yaitu resistensi insulin dan gangguan sekresi

insulin. Normalnya insulin akan terikat dengan reseptor khusus pada

permukaan sel. Sebagai akibat terikatnya insulin dengan reseptor tersebut,

9
terjadi suatu rangkaian reaksi dalam metabolisme glukosa dalam sel.

Resistensi insulin pada DM tipe 2 disertai dengan penurunan reaksi intrasel.

Dengan demikian insulin menjadi tidak efektif untuk menstimulasi

pengambilan oleh jaringan. Ada beberapa faktor yang diperkirakan

memegang peranan dalam proses terjadinya resistensi insulin seperti faktor

genetik, usia (resistensi insulin cenderung meningkat pada usia di atas 65

tahun), obesitas, riwayat keluarga dan kelompok etnik tertentu seperti

golongan Hispanik serta penduduk asli Amerika (Brunner & Suddarth,

2013).

Upaya untuk mengatasi resistensi insulin dan mencegah

terbentuknya glukosa dalam darah, harus terdapat peningkatan jumlah

insulin yang disekresikan. Pada penderita toleransi glukosa terganggu,

keadaan ini terjadi akibat sekresi insulin yang berlebihan dan kadar

glukosa akan dipertahankan pada tingkat yang normal atau sedikit

meningkat. Namun demikian jika sel-sel beta tidak mampu mengimbangi

peningkatan kebutuhan akan insulin, maka kadar glukosa akan meningkat

dan terjadi DM tipe 2 (Brunner & Suddarth, 2013).

Meskipun terjadi gangguan sekresi insulin yang merupakan ciri

khas DM tipe 2, namun masih terdapat insulin dengan jumlah yang

adekuat untuk mencegah pemecahan lemak dan produksi badan keton

yang menyertainya. Karena itu ketoasidosis diabetes jarang terjadi pada

DM tipe 2. Jika DM tipe 2 tidak terkontrol dapat menimbulkan masalah

akut lainnya yang dinamakan sindrom Hiperglikemik Hyperosmolar

Nonketotik (HHNK) (Brunner & Suddarth, 2013).

10
2.1.5 Manifestasi Klinis

Menurut Brunner dan Suddart (2013) manifestasi klinis DM antara

lain:

a. Poliuri, polidipsi, dan polifagia

b. Keletihan dan kelemahan, perubahan pandangan secara mendadak,

sensasi kesemutan atau kebas di tangan atau kaki, kulit kering, lesi kulit

atau luka yang lambat sembuh, atau infeksi berulang

c. Awitan diabetes tipe 1 dapat disertai dengan penurunan berat badan

mendadak atau mual, muntah atau nyeri lambung

d. Diabetes tipe 2 disebabkan oleh intoleransi glukosa yang progresif dan

berlangsung perlahan (bertahun-tahun) dan mengakibatkaan komplikasi

jangka panjang apabila diabetes tidak terdeteksi selama bertahun-tahun

(misal, penyakit mata, neuropati perifer, penyakit vaskuler perifer).

Komplikasi dapat muncul sebelum diagnosa yang sebenarnya

ditegakkan

e. Tanda dan gejala Ketoasidosis Diabetes (DKA) mencakup nyeri

abdomen, mual, muntah, hiperventilasi, dan napas berbau buah. DKA

yang tidak tertangani dapat menyebabkan perubahan tingkat kesadaran,

koma dan kematian

11
2.1.6 Komplikasi

Menurut Rendy (2012) komplikasi dari diabetes mellitus adalah

a. Akut

1) Hipoglikemia dan hiperglikemia

2) Penyakit makrovaskuer : mengenai pembuluh darah besar,

penyakit jantung koroner (cerebrovaskuler, penyakit

pembuluh darah kapiler) dan menyebabkan kematian.

3) Penyakit mikrovaskuler, mengenai pembuluh darah kecil,

retinopati, nefropati

4) Neuropati saraf sensorik (berpengaruh pada ekstremitas),

saraaf otonom berpengaruh pada gastro intestinal,

kardiovaskuler

b. Komplikasi menahun diabetes melitus

1) Neuropati diabetik

2) Retinopati diabetik

3) Nefropati diabetik

4) Proteinuria

5) Kelainan koroner

6) Ulkus/gangrene

12
2.2.1 Pemerikaan Penunjang

Menurut Smelzer dan Bare (2008), adapun pemeriksaan penunjang

untuk penderita Diabetes Melitus antara lain :

a. Pemeriksaan fisik

1) Inspeksi : melihat pada daerah kaki bagaimana produksi

keringatnya (menurun atau tidak), kemudian bulu pada jempol kaki

berkurang (-).

2) Palpasi : akral teraba dingin, kulit pecah-pecah , pucat, kering yang

tidak normal, pada ulkus terbentuk kalus yang tebal atau bisa juga

terasa lembek.

3) Pemeriksaan pada neuropatik sangat penting untuk mencegah

terjadinya ulkus

b. Pemeriksaan Vaskuler

1) Pemeriksaan Radiologi yang meliputi : gas subkutan, adanya benda

asing, osteomelietus.

2) Pemeriksaan Laboratorium

3) Pemeriksaan darah yang meliputi : GDS (Gula Darah Sewaktu),

GDP (Gula Darah Puasa).

hasil pemeriksaan kadar gula darah dikatakan normal bila :

a) Gula darah sewaktu : < 110 mg/dL

b) Gula darah puasa : 70 – 110 mg/dL

c) 1 jam setelah makan :< 160 mg/dL

d) 2 jam setelah makan :< 140 mg/dL

13
4) Pemeriksaan urine, dimana urine diperiksa ada atau tidaknya

kandungan glukosa pada urine tersebut. Biasanya pemeriksaan

dilakukan menggunakan cara Benedict (reduksi). Setelah

pemeriksaan selesai hasil dapat dilihat dari perubahan warna yang

ada : hijau (+), kuning (++), merah (+++), dan merah bata (++++).

5) Pemeriksaan kultur pus

Bertujuan untuk mengetahui jenis kuman yang terdapat pada luka

dan untuk observasi dilakukan rencana tindakan selanjutnya.

6) Pemeriksaan Jantung meliputi EKG sebelum dilakukan tindakan

pembedahan

2.2.2 Penatalaksanaan

Menurut Perkeni (2015) dalam pengelolaan/tatalaksana Diabetes

Melitus, terdapat empat pilar yang harus dilakukan dengan tepat yaitu:

a. Pendidikan ( Edukasi )

Peran perawat sebagai educator dimana pembelajaran merupakan

health education yang berhubungan dengan semua tahap kesehatan dan

tingkat pencegahan. Perawat harus mampu memberikan edukasi

kesehatan dalam pencegahan penyakit, pemulihan, penyusunan program

health education serta memberikan informasi yang tepat tentang

kesehatan. Agar perawat dapat bertindak sesuai perannya sebagai

educator pada pasien dan keluarga, maka perawat harus memiliki

pemahaman terhadap prinsip-prinsip pengajaran dan pembelajaran.

Tujuan edukasi kesehatan adalah membantu individu mencapai

tingkat kesehatan yang optimal melalui tindakannya sendiri. Metode

14
dalam pelaksanaan edukasi juga ikut berperan penting. Metode edukasi

yang digunakan harus disesuaikan dengan tujuan dan sasaran

pembelajaran. Metode edukasi dibagi menjadi 3 yaitu metode edukasi

untuk individual, metode edukasi untuk kelompok, dan metode edukasi

untuk massa. Selain menggunakan metode yang tepat, sebagai intervensi

yang terstruktur, maka edukasi membutuhkan persiapan media dalam

pelaksanaannya sehingga dapat meningkatkan efektifitas edukasi. Secara

umum orang mempergunakan tiga metode dalam belajar yaitu visuali,

auditory, kinesthetic.

b. Terapi gizi

Pengelolaan diet pada penderita Diabetes Melitus sangat penting.

Tujuan dari pengelolaan diet ini adalah untuk membantu penderita

memperbaiki gizi dan untuk mendapatkan kontrol metabolik yang lebih

baik yaitu ditunjukkan pada pengendalian glukosa, lipid dan tekanan

darah. Penatalaksanaan diet bagi penderita Diabetes tipe 2 ini

merupakan bagian dari penatalaksanaan Diabetes Melitus secara total

(Waspadji, dkk, 2010).

Standar dan prinsip diet Diabetes Melitus tipe 2 menurut Waspadji

(2010), standar diet Diabetes Melitus diberikan pada penderita Diabetes

Melitus atau pasien sehat yang bukan penderita Diabetes Melitus sesuai

kebutuhannya. Terdapat 8 jenis standar diet menurut kandungan energi,

yaitu diet Diabetes Melitus 1100, 1300, 1500, 1700, 1900, 2100, 2300,

dan 2500 kalori. Secara umum standar diet 1100 kalori sampai dengan

1500 kalori untuk pasien Diabetes yang gemuk. Diet 1700 sampai

15
dengan 1900 kalori untuk pasien Diabetes dengan berat badan normal.

Sedangkan diet 2100 sampai dengan 2500 kalori untuk pasien Diabetes

kurus (Waspadji dkk, 2010).

c. Latihan jasmani/olahraga

Kegiatan jasmani sehari-hari yang dilakukan secara teratur (3-4

kali seminggu selama kurang lebih 30 menit) merupakan salah satu pilar

dalam pengelolaan Diabetes tipe 2. Latihan jasmani dapat menurunkan

berat badan dan memperbaiki sensitifitas terhadap insulin, sehingga

akan memperbaiki kendali glukosa darah. Latihan jasmani yang teratur

dapat menyebabkan kontraksi otot meningkat, sehingga permeabilitas

membran sel terhadap glukosa meningkat dan resistensi insulin

berkurang.

Ada beberapa latihan jasmani yang disarankan bagi penderita

Diabetes Melitus, diantaranya: jalan, bersepeda santai, jogging dan

berenang. Latihan jasmani sebaiknya disesuaikan dengan umur dan

status kesegaran jasmani. Penelitian yang dilakukan oleh Eun-Mi Choi

dan Kyung-Sook Lee (2012) menunjukkan bahwa setelah dilakukan

latihan selama 60 menit dengan 12 kali latihan, kelompok intervensi

menunjukkan penurunan berat badan secara signifikan, lingkar

pinggang, tekanan darah, glycatet hemoglobin, apolipoproptein B dan

kadar asam lemak bebas (Eun-Mi Choi dan Kyung-Sook Lee, 2012).

d. Intervensi farmakologis

16
Penderita Diabetes Melitus tipe 1 mutlak diperlukan suntikan

insulin setiap hari. Penderita Diabetes Melitus tipe 2, umumnya perlu

minum obat anti Diabetes secara oral atau tablet. Penderita Diabetes

memerlukan suntikan insulin pada kondisi tertentu dimana obat sudah

tidak bisa lagi menurunkan kadar glukosa salam darah, atau bahkan

kombinasi suntikan insulin dan tablet (Perkeni, 2015).

1) Obat Hipoglikemik Oral (OHO)

Merupakan obat penurun kadar glukosa pada darah yang diresepkan

oleh dokter khusus bagi Diabetes i. Obat penurun glukosa darah

bukanlah hormon insulin yang diberikan secara oral. OHO bekerja

melalui beberapa cara untuk menurunkan kadar glukosa darah

(Perkeni, 2015).

2) Insulin

Insulin merupakan basis pengobatan penderita Diabetes Melitus tipe

I yang harus diberikan segera setelah diagnosis ditegakkan. Beberapa

hal yang perlu diperhatikan dalam pemberian insulin adalah jenis

preparat, dosis insulin, waktu dan cara penyuntikan insulin, serta

penyimpanan insulin (Suyono dkk, 2011).

17
2.2.3 Pathway

DM TIPE 1 DM TIPE 2

Reaksi autoimun Indiopatik, usia,


genetic dll

Sel beta pangkreas hancur Jumlah sel beta pangkreas


menurun

Defisiensi insulin

Risiko Hiperglikemia
ketidakstabila
n kadar
glukosa Darah Pembentukan Glukosuria Sel tidak
glikogen mendapatkan
menurun
Deuresis
Produksi energy
Glukosuria Sintesis protein osmotik
menurun
menurun
Dehidrasi
Konversi asam amino
Deuresis osmotik Kerusakan antibodi dalam hati
Hemokonsentrasi

Polifagia
Poliuri Antibodi Arterosklerosis
menurun
Glukosa hanya sampai
Kekurangan Makrovaskuler ke pembuluh darah
Resiko Infeksi
cairan elektrolit

Viskositas Ekstremit Berat badan menurun


Kekseimbangan darah as
cairan kurang meningkat
dari kebutuhan Kaki diabetik
Aliran darah Defisit nutrisi
tubuh
lambat
Diskontinuitas jaringan
Ketidakseimbanga
n perfusi jaringan Iskemik Kerusakan integritas
perifer jaringan kulit

Sumber : Rendy (2014) dan Kartika (2017)

Skema 2.1 Pathway Diabetes Melitus

18
b.2 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan

2.2.4 Pengkajian

Menurut NANDA (2015), fase pengkajian merupakan sebuah

komponen utama untuk mengumpulkan informasi, data, menvalidasi data,

mengorganisasikan data, dan mendokumentasikan data. Pengumpulan data

antara lain meliputi:

a. Identitas pasien

1) Identitas pasien (nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan,

pekerjaan, agama, suku, alamat, status, tanggal masuk, tanggal

pengkajian, diagnosa medis).

2) Identitas penanggung jawab (nama, umur, pekerjaan, alamat,

hubungan dengan pasien).

b. Riwayat kesehatan pasien

1) Keluhan/Alasan masuk Rumah Sakit

Cemas, lemah, anoreksia, mual, muntah, nyeri abdomen, nafas pasien

mungkin berbau aseton, pernapasan kussmaul, gangguan pada pola

tidur, poliuri, polidipsi, penglihatan yang kabur, kelemahan, dan sakit

kepala.

2) Riwayat Penyakit Sekarang

Berisi tentang kapan terjadinya penyakit, penyebab terjadinya

penyakit serta upaya yang telah dilakukan oleh penderita untuk

mengatasinya.

19
3) Riwayat Penyakit Dahulu

Adanya riwayat penyakit Diabetes Melitus atau penyakit-penyakit

lain yang ada kaitannya dengan defisiensi insulin misalnya penyakit

pankreas. Adanya riwayat penyakit jantung, obesitas, maupun

arterosklerosis, tindakan medis yang pernah di dapat maupun obat-

obatan yang biasa digunakan oleh penderita.

4) Riwayat Penyakit Keluarga

Riwayat atau adanya faktor risiko, riwayat keluarga tentang penyakit,

obesitas, riwayat pankreatitis kronik, riwayat glukosuria selama stres

(kehamilan, pembedahan, trauma, infeksi, penyakit) atau terapi obat

(glukokortikosteroid, diuretik tiasid, kontrasepsi oral).

5) Riwayat psikososial

Meliputi informasi mengenai perilaku, perasaan, dan emosi yang

dialami penderita sehubungan dengan penyakitnya serta tanggapan

keluarga terhadap penyakit penderita.

c. Pola aktivitas sehari-hari

Menggambarkan pola latihan, aktivitas, fungsi pernafasan dan sirkulasi.

Pentingnya latihan/gerak dalam keadaan sehat dan sakit, gerak tubuh

dan kesehatan berhubungan satu sama lain.

d. Pola eliminasi

Menjelaskan pola fungsi Eliminasi, kandung kemih dan sulit

kebiasaan defekasi, ada tidaknya masalah defekasi, masalah miksi

(oliguri, disuri, dan lain-lain), penggunaan kateter, frekuensi defekasi

dan miksi, karakteristik urin dan feses, pola input cairan, infeksi saluran

20
kemih, masalah bau badan, perspirasi berlebih.

e. Pola makan

Menggambarkan masukan nutrisi, balance cairan dan elektrolit,

nafsu makan, pola makan, diet, fluktuasi BB dalam 6 bulan terakhir,

kesulitan menelan, mual/muntah, kebutuhan jumlah zat gizi,

masalah/penyembuhan kulit, makanan kesukaan.

f. Personal hygiene

Menggambarkan kebersihan dalam merawat diri yang mencakup, mandi,

bab, bak, dan lain-lain.

g. Pemeriksaan fisik

1) Keadaan Umum

Meliputi keadaan penderita tampak lemah atau pucat. Tingkat

kesadaran apakah sadar, koma, disorientasi.

2) Tanda-tanda Vital

Tekanan darah tinggi jika disertai hipertensi. Pernapasan reguler

ataukah ireguler, adanya bunyi napas tambahan, Respiration Rate

(RR) normal 16-20 kali/menit, pernapasan dalam atau dangkal.

Denyut nadi reguler atau ireguler, adanya takikardia, denyutan kuat

atau lemah. Suhu tubuh meningkat apabila terjadi infeksi.

3) Pemeriksaan Kepala dan leher

a) Kepala : normal, kepala tegak lurus, tulang kepala umumnya

bulat dengan tonjolan frontal di bagian anterior dan oksipital

di bagian posterior

21
b) Rambut : biasanya tersebar merata, tidak terlalu kering, tidak

terlalu berminyak.

c) Mata : simetris mata, refleks pupil terhadap cahaya, terdapat

gangguan penglihatan apabila sudah mengalami retinopati

diabetik.

d) Telinga : fungsi pendengaran mungkin menurun.

e) Hidung : adanya sekret, pernapasan cuping hidung,

ketajaman saraf hidung menurun.

f) Mulut : mukosa bibir kering.

g) Leher : tidak terjadi pembesaran kelenjar getah bening.

h) Pemeriksaan Dada

(1) Pernafasan : sesak nafas, batuk dengan tanpa sputum

purulent dan tergantung ada/tidaknya infeksi, paralise

otot pernafasan (jika kadar kalium menurun tajam), RR >

24 x/menit, nafas berbau aseton.

(2) Kardiovaskuler : takikardia/nadi menurun, perubahan TD

postural, hipertensi disritmia dan krekel.

i) Pemeriksaan Abdomen

Adanya nyeri tekan pada bagian pankreas, distensi abdomen,

suara bising usus yang meningkat.

j) Pemeriksaan Reproduksi

Rabbas vagina (jika terjadi infeksi), keputihan, impotensi

pada pria, dan sulit orgasme pada wanita.

22
k) Pemeriksaan Integumen

Biasanya terdapat lesi atau luka pada kulit yang lama

sembuh. Kulit kering, adanya ulkus di kulit, luka yang tidak

kunjung sembuh. Adanya akral dingin, capillarry refill

kurang dari 3 detik.

l) Pemeriksaan Ekstremitas

Kekuatan otot dan tonus otot melemah. Adanya luka pada

kaki atau kaki diabetik.

m) Pemeriksaan Status Mental

Biasanya penderita akan mengalami stres, menolak

kenyataan, dan putus asa.

n) Pemeriksaan penunjang

Menurut Purwanto (2016), pemeriksaan penunjang Diabetes

Melitus adalah:

(1) Gula darah meningkat > 200 ml/dl

(2) Aseton plasma (aseton) positif secara mencolok.

(3) Osmolaritas serum : meningkat tapi biasanya < 330

mOsm/lt

(4) Gas darah arteri pH rendah dan penurunan HCO3

(asidosis metabolik)

(5) Alkalosis respiratorik

(6) Trombosit darah : mungkin meningkat (dehidrasi),

leukositosis dan hemokonsentrasi menunjukkan respon

terhadap stres atau infeksi.

23
(7) Ureum/kreatinin : mungkin meningkat/normal lochidrasi/

penurunan fungsi ginjal

(8) Amilase darah: mungkin meningkat > pankacatitis akut.

(9) Insulin darah : mungkin menurun/tidak ada ( Tipe I ),

normal sampai meningkat (Tipe II) yang

mengindikasikan insufisiensi insulin.

(10) Pemeriksaan fungsi tiroid: peningkatan aktivitas

hormone tiroid dapat meningkatkan glukosa darah dan

kebutuhan akan insulin.

(11) Urine : gula dan aseton positif, BJ dan osmolaritas

mungkin meningkat

(12) Kultur dan sensitivitas : kemungkinan adanya ISK dan

infeksi luka.

b.2.2 Diagnosa keperawatan

Berdasarkan SDKI (2017) diagnosa keperawatan yang muncul pada

penderita diabetes mellitus antara lain:

a. Ketidakseimbangan cairan kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan diuresis osmotik

b. Defisit nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

gangguan keseimbangan insulin

c. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan nekrosis /

kerusakan jaringan

d. Ketidakseimbangan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan

penurunan sirkulasi darah ke perifer, Proses penyakit DM

24
e. Risiko ketidakseimbangan kadar glukosa darah dibuktikan

dengan Hiperglikemia

f. Risiko infeksi dibuktikan dengan ketidakadekuatan pertahanan

tubuh primer: kerusakan integritas kulit

b.2.3 Perencanaan (Intervensi)

Berdasarkan NANDA (2015) bentuk intervensi keperawatan yang

sesuai dengan diagnosa antara lain:

a. Ketidakseimbangan cairan kurang dari kebutuhan tubuh

Tujuan: keseimbangan elektrolit dan asam basa akan dicapai,

dalam waktu 3 x 24 jam.

Kriteria hasil:

1) Memiliki konsentrasi urine yang normal

2) Memiliki hemoglobin dan hematokrit dalam batas normal

untuk pasien

3) Memiliki tekanan vena sentral dan pulmonal dalam rentan

yang diharapkan

4) Tidak mengalami haus yang berlebihan

5) Memiliki keseimbangan asupan dan haluaran yang seimbang

dalam 24 jam

6) Menampilkan hidrasi yang baik

7) Memiliki asupan cairan atau intravena yang adekuat

25
Intervensi :

1) Pengkajian

a) Pantau warna, jumlah dan frekuensi kehilangan cairan

b) Observasi khususnya terhadap kehilangan cairan yang

tinggi elektrolit (misalnya diare, drainase luka,

pengisapan nasogastric)

c) Pantau hasil laboratorium yang relevan dengan

keseimbangan cairan

2) Penyuluhan

Anjurkan pasien untuk menginformasikan perawat bila haus

3) Aktifitas kolaboratif

a) Laporkan abnormalitas elektrolit

b) Manajemen cairan

(1) Berikan ketentuan penggantian nasogastric

berdasarkan haluaran, sesuai dengan kebutuhan

(2) Berikan terapi IV sesuai program

Perhitungan tetesan infus

(a) Tetesan makro: 1 cc = 15 tetes Rumus

Tetesan / menit =

Jumlah cairan yang dimasukan


lamanya infus ( jam ) x 4

Pertahankan cairan 2500 cc/hari jika pemasukan

secara oral sudah dapat diberikan

26
b. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh

Tujuan: Memperlihatkan Status gizi seimbang dalam waktu 3 x

24 jam

Kriteria hasil:

1) Mempertahankan berat badan atau bertambah

2) Menjelaskan komponen diet bergizi adekuat

3) Mengungkapkan tekad untuk mematuhi diet

4) Menoleransi diet yang dianjurkan

5) Mempertahankan massa tubuh dan berat badan

6) Memiliki nilai laboratorium

7) Melaporkan tingkat energy yang adekuat

Intervensi:

1) Pengkajian

a) Tentukan motivasi pasien untuk mengubah kebiasaan

makan

b) Menejemen nutrisi

(1) Ketahui makanan kesukaan pasien

(2) Tentukan kemampuan pasien untuk memenuhi

kebutuhan nutrisi

(3) Pantau kandungan nutrisi dan kalori pada catatan

asupan, Diit DM I: 1100 kalori, Diit DM II: 1300

kalori, Diit DM III: 1500 kalori, Diit DM IV: 1700

27
kalori, Diit DM V: 1900 kalori, Diit DM VI: 2100

kalori, Diit DM VII: 2300 kalori, Diit DM VIII: 2500

kalori, Timbang pasien pada interval yang tepat.

2) Penyuluhan

a) Ajarkan metode untuk perencanaan makan

b) Ajarkan pasien/keluarga tentang makanan yang bergizi

dan tidak mahal

c) Menejemen nutrisi (NIC): Berikan informasi yang tepat

tentang kebutuhan nutrisi dan bagaimana memenuhinya

3) Aktivitas kolaboratif

a) Diskusikan dengan ahli gizi dalam menentukan

kebutuhan protein pasien yang mengalami

ketidakadekuatan asupan protein atau kehilangan protein.

Perhimpunan Diabetes Amerika dan persatuan Diabetik

Amerika merekomendasikan 50-60% kalori yang berasal

dari:

(1) Karbohidrat: 60-79%.

(2) Protein: 12-20%.

(3) Lemak: 20-30% (Perkeni, 2011).

b) Menejemen nutrisi (NIC): Tentukan dengan melakukan

kolaborasi bersama ahli gizi jika diperlukan jumlah

kalori dan jenis zat yang dibutuhkan untuk memenuhi

kebutuhan nutrisi.

28
4) Aktivitas lain

a) Buat perencanaan makan dengan pasien yang masuk

dalam jadwal makan, kesukaan dan ketidaksukaan

pasien, serta suhu makanan.

b) Anjurkan pasien untuk menampilkan tujuan makan dan

latihan fisik di lokasi yang terlihat jelas dan kaji ulang

setiap hari.

c) Ciptakan lingkungan yang menyenangkan untuk makan.

d) Hindari prosedur infasif sebelum makan.

e) Suapi pasien jika perlu.

c. Kerusakan integritas kulit

Tujuan: Kerusakan integritas kulit berkurang dalam waktu 3 x 24

jam

1) Menunjukkan integritas jaringan: kulit dan membrane

mukosa, yang dibuktikan oleh indikator berikut: suhu,

elastisitas, hidrasi, dan sensasi, perfusi jaringan, keutuhan

kulit

2) Menunjukkan penyembuhan luka: Primer, yang dbuktikan

oleh indikator berikut: Penyatuan kulit, Penyatuan ujung

luka, Pembentukan jaringan parut.

3) Menunjukkan penyembuhan luka: Primer, yang dibuktikan

oleh indikator berikut: Eritema kulit sekitar, luka berbau

busuk

29
4) Menunjukkan penyembuhan luka: Sekunder, yang dibuktikan

oleh indikator berikut: Granulasi, pembentukan jaringan

parut, penyusutan luka

Kriteria hasil:

1) Pasien atau keluarga menunjukkan rutinitas perawatan kulit

atau perawatan luka

2) Drainase purulen atau lainnya atau bau luka minimal

3) Tidak ada lepuh atau maserasi pada kulit

4) Nekrosis, lubang, perluasan luka ke jaringan di bawah kulit,

atau pembentukan saluran sinus berkurang atau tidak ada

5) Eritema kulit dan eritema di sekitar luka minimal

Intervensi:

1) Pengkajian

a) Perawatan area insisi (NIC): inspeksi adanya kemerahan,

pembengkakan, atau tanda dehisensi atau eviserasi pada

area insisi

b) Perawatan luka NIC

Inspeksi luka pada setiap ganti balutan

c) Kaji luka terhadap karakteristik berikut:

(1) Lokasi, luas, dan kedalaman

(2) Adanya dan karakter eksudat, termasuk kekentalan,

warna, dan bau

(3) Ada atau tidaknya granulasi atau epitalialisasi

30
(4) Ada atau tidaknya jaringan nekrotik, deskripsikan,

warna, bau, jumlahnya

(5) Ada atau tidaknya tanda-tanda infeksi luka setempat

(6) Ada atau tidaknya perluasan luka ke jaringan di

bawah kulit dan pembentukan saluran sinus

d) Aktifitas kolaboratif

(1) Konsultasikan pada ahli gizi tentang tentang

makanan tinggi protein, mineral, kalori, dan vitamin

(2) Konsultasikan pada dokter tentang implementasi

pemberian makanan dan nutrisi enteral atau

parenteral untuk meningkatkan potensi penyembuhan

luka

(3) Rujuk ke perawat terapi enterostoma untuk

mendapatkan bantuan dalam pengkajian, penentuan

derajat luka, dan dokumentasi perawtan luka atau

kerusakan kulit

(4) Perawatan luka NIC Gunakan unit TENS untuk

peningkatan proses penyembuhan luka jika perlu

e) Aktifitas lain

(1) Evaluasi tindakan pengobatan atau pembalutan

topical yang dapat meliputi balutan hidrokoloid,

balutan hidrofilik, bantuan absorben, dan

sebagainya

31
(2) Lakukan perawatan luka atau perawatan kulit

secara rutin yang meliputi: Ubah dan atur posisi

pasien secara sering, Pertahankan jaringan sekitar

terbebas dari drainase dan kelembapan yang

berlebihan

(3) Lindungi pasien dari kontaminasi feses atau urin

(4) Lindungi pasien dari eksresi luka lain dan ekskresi

selang drain pada luka

(5) Perawatan luka NIC

(a) Lepas balutan dan plaster

(b) Bersihkan dengan normal salin atau pembersih

nontoksik jika perlu

(c) Tempatkan area luka pada bak khusus

(d) Lakukan perawatan ulkus kulit jika perlu

(e) Atur posisi untuk mencegah penekanan pada

luka jika perlu

(f) Lakukan masase diarea sekitar luka untuk

merangsang sirkulasi

32
d. Ketidakseimbangan perfusi jaringan perifer

Tujuan : keseimbangan perfusi jaringan perifer akan dicapai,

dalam waktu 3 x 24 jam

Kriteria hasil :

1) Warna kulit sekitar luka tidak pucat

2) Kulit sekitar teraba hangat

3) Oedema tidak terjadi dan luka tidak bertambah parah

4) Sensorik dan motik membaik

5) Konsentrasi hemoglobin dalam darah normal 12,0-16,0 gr/dl

Intervensi :

1) Pengkajian

a) Kaji ulkus statis dan gejala selulitis

b) Lakukan pengkajian komprehensif terhadap sirkulasi

perifer

c) Pantau tingkat ketidaknyamanan atau nyeri saat melakukan

latihan fisik

d) Pantau status cairan termasuk asupan dan haluaran

2) Penyuluhan untuk pasien dan keluarga

a) Ajarkan pasien dan keluarga tentang menghindari suhu

yang ekstrem pada ekstremitas

b) Ajarkan pasien dan keluarga tentang pentingnya mematuhi

program diet dan program pengobatan

3) Aktivitas kolaboratif

33
a) Beri obat nyeri, beritahu dokter jika nyeri tidak kunjung

reda

b) Perawatan sirkulasi (NIC): beri obat antitrombosit atau

antikoagulan dan pemberian transfusi, jika perlu

4) Aktivitas lain

a) Hindari trauma kimia, mekanik, atau panas yang

melibatkan ekstremitas

b) Kurangi rokok dan penggunaan stimulan

c) Dorong latihan rentang pergerakan sendi aktif dan pasif,

terutama pada ekstremitas bawah, saat tirah baring

e. Risiko ketidakstabilan kadar glukosa darah

Tujuan : kadar glukosa darah akan stabil, dalam waktu 3 x 24

jam

Kriteria hasil :

1) Dapat mengontrol kadar glukosa darah

2) Pemahaman manajemen diabetes

3) Penerimaan kondisi kesehatan

Intervensi:

Aktivitas keperawatan

1) Pengkajian

a) Kaji faktor yang dapat meningkatkan risiko

ketidakseimbangan glukosa

b) Pantau kadar glukosa serum (di bawah 60 mg/dl

menunjukkan hipoglikemia di atas 300 mg/dl

34
menunjukkan hiperglikemi) sesuai dengan program atau

protocol

c) Pantau asupan dan haluaran

d) Pantau tanda dan gejala hiperglikemi

2) Penyuluhan untuk pasien dan keluarga

a) Beri informasi mengenai diabetes

b) Beri informasi mengenai penerapan diet dan latihan fisik

untuk mencapai keseimbangan kadar glukosa darah

c) Beri informasi mengenai obat-obatan yang digunakan

untuk mengendalikan diabetes

d) Beri informasi mengenai penatalaksanaan diabetes

selama sakit

e) Beri informasi mengenai pemantauan secara mandiri

kadar glukosa dan keton, jika perlu

3) Aktivitas kolaboratif

a) Kolaborasi dengan pasien dan tim diabetes untuk

membuat perubahan dalam pengobatan jika perlu

b) Beri tahu dokter jika tanda dan gejala hipoglikemia atau

hiperglikemia terjadi dan tidak dapat dikembalikan

dengan aktivitas mandiri

4) Aktivitas lain

a) Manajemen hipoglikemia (NIC)

(1) Beri karbohidrat sederhana, sesuai indikasi

35
(2) Beri karbohidrat kompleks dan protein, sesuai

indikasi

(3) Pertahankan akses intravena, jika perlu

f. Risiko Infeksi

Tujuan: Infeksi Tidak terjadi dalam waktu 3 x 24 jam

Kriteria hasil:

Pasien dan keluarga akan

1) Terbebas dari tanda dan gejala infeksi

2) Memperlihatkan personal hygiene yang adekuat

3) Mengindikasikan status gastrointestinal, pernapasan,

genitourinaria, dan imun dalam batas normal

4) Menggambarkan faktor yang menunjang penularan infeksi

5) Melaporkan tanda atau gejala infeksi serta mengikuti

prosedur skrining dan pemantauan

Intervensi:

Aktifitas keperawatan

1) Pengkajian

a) Pantau tanda dan gejala infeksi (misalnya, suhu tubuh,

denyut jantung, drainase, penampilan luka, sekresi,

penampilan urin, suhu kulit, lesi kulit, keletihan dan

malaise)

b) Kaji faktor yang dapt meningkatkan kerentanan

terhadap infeksi (misalnya, usia lanjut, usia kurang dari

2 tahun, luluh imun dan malnutrisi)

36
c) Pantau hasil laboratorium (hitung darah lengkap, hitung

granulosit, absolut, hitung jenis, protein serum dan

albumin)

d) Amati penempilan personal hygine untuk perlindungan

terhadap infeksi

2) Penyuluhan untuk pasien dan keluarga

a) Jelaskan pada pasien dan keluarga mengapa sakit atau

terapi meningkatkan risiko terhadap infeksi

b) Instruksikan untuk menjaga personal hygiene untuk

melindungi tubuh terhadap infeksi (misalnya, mencuci

tangan)

c) Pengendalian infeksi NIC: ajarkan teknik mencuci

tangan yang benar dan ajarkan kepada pengunjung

untuk mencuci tangan sewaktu masuk dan

meninggalkan ruang pasien

3) Aktifitas kolaboratif

a) Ikuti protocol institusi untuk melaporkan suspek infeksi

kultur positif

b) Pengendalian infeksi NIC: berikan terapi antibiotic

(misalnya, cefotaxim 1 gr 3x sehari/IV)

4) Aktifitas lain

a) Lindungi pasien terhadap kontaminasi silang dengan

perawat yang sama untuk pasien lain yang mengalami

37
infeksi dan memisahkan ruang perawatan pasien yang

terinfeksi.

b) Pengendalian infeksi NIC:

(1) Bersihkan lingkungan dengan benar setelah

dipergunakan masing-masing pasien

(2) Pertahankan teknik isolasi, bila diperlukan

(3) Terapkan kewaspadaan pengunjung bila diperlukan

b.2.4 Implementasi Keperawatan

Implementasi keperawatan merupakan serangkaian tindakan yang

dilakukan oleh perawat maupun tenaga medis lain untuk membantu pasien

dalam proses penyembuhan dan perawatan serta masalah kesehatan yang

dihadapi pasien yang sebelumnya disusun dalam rencana keperawatan

(Nursallam, 2011).

b.2.5 Evaluasi

Menurut Nursalam, 2011 , evaluasi keperawatan terdiri dari dua

jenis yaitu :

1. Evaluasi formatif. Evaluasi ini disebut juga evaluasi berjalan

dimana evaluasi dilakukan sampai dengan tujuan tercapai.

2. Evaluasi somatif, merupakan evaluasi akhir dimana dalam

metode evaluasi ini menggunakan SOAP.

38
BAB 3

TINJAUAN KASUS

2.1 Pengkajian

3.1.1 Identitas

Nama pasien  : Ny. S

Umur        : 48 tahun

No. RM : 0855

Ruang : Rawat Inap Puskesmas Kerumutan

Jenis kelamin     : Perempuan

Suku/ bangsa   : Jawa/ Indonesia

Agama            : Islam

Pendidikan        : SD

Pekerjaan             : Ibu Rumah Tangga

Alamat               : Desa Bukit Lembah Subur Kecamatan Kerumutan

Kabupaten Pelalawan

Tgl pengkajian : 26 Maret 2020

3.1.2 Riwayat Kesehatan

1. Riwayat penyakit sekarang (Keluhan utama)

Klien mengatakan pusing dan sering buang air kecil pada malam

hari lebih dari 5x, sering merasa haus dan lapar, mual, muntah

setiap makan dan minum, tidak selera makan, badan terasa lemas,

badan terasa sakit semua, dan kadang-kadang timbul terasa gatal

di badan. Gejala dirasakan pasien sejak ± 2 minggu terakhir

39
2. Riwayat keperawatan yang lalu

Pasien pernah dirawat saat 1 tahun yang lalu dengan diagnosa

Diabetes Mellitus Tipe II. Pasien memiliki riwayat penyakit

Diabetes Mellitus Tipe II sejak 5 tahun yang lalu. Pasien rutin

mengkonsumsi obat Glucotika dan tidak mempunyai riwayat

alergi. Pasien memiliki riwayat operasi amputasi pada jempol

kanan 1 tahun yg lalu.

3. Riwayat kesehatan keluarga

Ibu kandung pasien menderita penyakit hipertensi dan anggota

keluarga pasien yang lain tidak ada yang menderita penyakit

keturunan maupun menular seperti asma, jantung, TBC, diabetes

melitus dan lain-lain. Ayah klien meninggal karen kecelakaan.

GENOGRAM
 

3.1.3 Kebiasaan Sehari-hari

Sebelum sakit klien melakukan kagiatan sehari-hari dengan sendiri,

selama sakit klien dibantu dalam melakukan aktivitasnya.

40
3.1.4 Pola eliminasi

Klien sering buang air kecil pada malam hari ± 5x dalam semalam

3.1.5 Pola makan

Klien juga tidak mengontrol makannya dan mengatakan sering makan

dan minum manis.

3.1.6 Personal hygiene

Klien biasa mandi 2x sehari pagi dan sore

3.1.7 Data Psikologis, Sosial dan Spiritual

Semua data terkait kondisi Psiklogis, sosial, dan spiritual dalam batas

normal.

3.1.8 Pemeriksaan fisik

Kesadaran                               : GCS = E4 –M6 –V5=15 (normal)

E4 (respon membuka mata)      : Spontan

M6 (respon motorik)                  : Mampu mengikuti perintah

V5 (respon Verbal)                  : Orientasi penuh

Tek. Darah                             : 130/80 mmHg

Nadi                                          : 84x/ menit

Pernafasan                                 : 24x/ menit

Suhu tubuh                                : 37,50 C

BB sebelum sakit : 60 kg

BB sesudah sakit : 52 kg

1. Kulit :

Turgor kulit jelek, warna kulit kuning langsat, tidak ada

hiperpigmentasi dan bersih, sianosis (-)

41
2. Kepala :

Bentuk kepala mesosephal, bersih, tidak berbau, tidak ada lesi, rambut

hitam lurus.

3. Mata :

Reflek pupil simetris, konjungtiva tidak anemis, sclera tidak ikteric,

koordinasi gerak mata simetris dan mampu mengikuti pergerakan

benda secara terbatas.

4. Hidung :

Simetris, bersih, tidak ada polip hidung, cuping hidung tidak ada.

5. Telinga :

Simetris, bersih, tidak ada tanda peradangan ditelinga/ mastoid.

Cerumen tidak ada, reflek suara baik dan tidak berdengung.

6. Mulut :

Bibir tidak cyanosis, bibir terlihat kering, tremor tidak ditemukan,

tonsil tidak membesar, tidak ada stomatitis dan gigi masih genap.

7. Leher :

Tidak terdapat pembesaran kelenjar thiroid, tidak ditemukan distensi

vena jugularis. Otot leher tegang.

8. Dada :

a. Paru- paru :

Inspeksi     : Bentuk simetris, pergerakan dada sewaktu

bernafas simetris, peningkatan frekuensi pernafasan.

Palpasi       : tactil fremitus normal.

Perkusi      : terdengar suara normal

42
Auskultasi : suara nafas vesikuler

Jantung :

Inspeksi : IC tak tampak

Palpasi     : IC teraba di IC VI

Perkusi    : batas jantung normal.

Auskultasi : bunyi jantung I (normal) Bunyi jantung II Normal)

9.  Perut :

Bentuk perut simetris, tidak ditemukan adanya massa, tidak ditemukan

distensi abdominal dan tidak ada pembesaran hepar dan bising usus

normal.

10. Ekstrimitas :

Kaki kiri kesemutan, ada bekas amputasi di ibu jari kaki sebelah

kanan, kekuatan otot normal

11. Pemeriksaan Reproduksi

Klien tidak mengalami keputihan

3.1.9 Pemeriksaan Diagnostik

Gula darah sewaktu tanggal 26 Maret 2020 : 361 gr/dl

3.1.10 Program Pengobatan Medis

1. IVFD RL : 20 x/menit

2. Metformin : 3x1 tablet

3. Glibenclamid : 1x1 tablet

4. Antasida Syr : 3 x 1 sdm

5. Ondancentron : 3 x 1 tablet

43
3.1.11 Analisis Data

Tabel 3.1 Analisa Data Pada Pasien Ny. S


DATA PENYEBAB MASALAH
Data Subjek; Kadar glukosa darah Ketidakstabilan
a. Klien mengatakan tidak mengontrol meningkat kadar glukosa darah
makannya dan mengatakan sering makan
dan minum manis
b. Sering buang air kecil pada malam hari
lebih dari 5x,
c. Sering merasa haus
Data Objek;
a. Gula darah sewaktu 361 gr/dl
b. Kaki kiri kesemutan
Data Subjek; Deuresis Osmotik Ketidakseimbangan
a. Sering buang air kecil pada malam hari cairan kurang dari
lebih dari 5x, kebutuhan
b. Sering merasa haus
Data Objek;
a. Bibir terlihat kering
b. Turgor kulit jelek
c. TD : 130/80 mmHg
d. Nadi : 84x/ menit
e. Pernafasan : 24x/ menit
f. Temp : 37,50 C
Data Subjek; Gangguan Defisit nutrisi
a. Klien mengatakan Mual dan muntah di Keseimbangan Insulin kurang dari
setiap makan dan minum. kebutuhan tubuh
b. Klien mengetakan tidak selera makan
c. Klien mengatakan badan terasa lemas dan
sakit semua
d. Klien mengatakan juga tidak mengontrol
makannya dan mengatakan sering makan
dan minum manis
Data Objek;
a. BB sebelum sakit : 60 kg
BB sesudah sakit: 52 kg
b. Gula darah sewaktu 361 gr/dl

44
3.2. Diagnosa Keperawatan

1. Ketidakstabilan kadar glukosa darah berhubungan dengan Kadar glukosa

darah meningkat

2. Ketidakseimbangan cairan kurang dari kebutuhan berhubungan dengan

Deuresis Osmotik

3. Defisit nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

gangguan keseimbangan insulin

3.3. Intervensi Keperawatan

Tabel 3.2 Daftar Perencanaan Keperawatan pada pasien Ny. S


Diagnos Tujuan dan Kriteria
No Intervensi Keperawatan
Keperawatan Hasil

1. Ketidakstabilan Tujuan : kadar glukosa 1. Kaji faktor yang dapat

kadar glukosa darah akan stabil, dalam meningkatkan risiko

darah berhubungan waktu 3 x 24 jam ketidakseimbangan glukosa

dengan kadar 2. Pantau kadar glukosa serum (di


Kriteria hasil :
glukosa darah bawah 60 mg/dl menunjukkan

meningkat 1. Dapat mengontrol hipoglikemia di atas 300 mg/dl


kadar glukosa darah menunjukkan hiperglikemi)

2. Pemahaman sesuai dengan program atau

manajemen diabetes protocol

3. Penerimaan kondisi 3. Pantau asupan dan haluaran

4. Pantau tanda dan gejala

hiperglikemi

5. Beri informasi mengenai

penatalaksanaan diabetes selama

sakit

6. Kolaborasi dalam pemberian obat

45
2. Ketidakseimbanga Tujuan: keseimbangan 1. Kaji TTV

n cairan kurang cairan dan elektrolit 2. Pantau warna, jumlah dan

dari kebutuhan akan dicapai, dalam frekuensi kehilangan cairan

berhubungan waktu 3 x 24 jam. 3. Anjurkan pasien untuk

dengan Deuresis Kriteria hasil : menginformasikan perawat bila

Osmotik 1. Tidak mengalami haus

haus yang 4. Kolaborasi dalam pemberian

berlebihan terapi IV.

2. Menampilkan

hidrasi yang baik

3. Memiliki asupan

cairan atau

intravena yang

adekuat

4. Turgor kulit elastis

3 Defisit nutrisi Tujuan: 1. Kaji makanan kesukaan pasien

kurang dari Memperlihatkan Status 2. Tentukan kemampuan pasien

kebutuhan tubuh gizi seimbang dalam untuk memenuhi kebutuhan

berhubungan waktu 3 x 24 jam nutrisi

dengan gangguan 3. Anjurkan untuk makan sedikit


1. Tidak mual muntah
keseimbangan tapi sering
2. Klien mau makan
insulin 4. Diskusikan dengan ahli gizi

dalam menentukan kebutuhan

protein pasien

5. Ajarkan pasien/keluarga tentang

makanan yang bergizi dan tidak

mahal

6. Kolaborasi dalam pemberian obat

46
anti muntah

3.4 Implementasi Keperawatan dan Evaluasi Perkembangan

Tabel 3.3 Daftar Implementasi dan Evaluasi Keperawatan pada pasien Ny. S

No
Waktu Implementasi Evalusi Perkembangan
Dx
1 26 Maret 14.00 WIB
2020 1. Mengkaji faktor yang S :
08.15WIB dapat meningkatkan - Klien masih minum Teh pake
risiko gula
ketidakseimbangan O:
glukosa - Klien lemah,
08.30 WIB 2. Memantau kadar glukosa - GDS : 306 mg/dL
serum A : Masalah belum teratasi
11.0 WIB 3. Memantau asupan dan P : Lanjutkan intervensi
haluaran 1. Kaji faktor yang dapat
10.20 WIB 4. Memantau tanda dan meningkatkan risiko
gejala hiperglikemi ketidakseimbangan glu-kosa
10.45 WIB 5. Memberikan informasi 2. Pantau kadar glukosa serum
mengenai 3. Anjurkan kepada pasien
penatalaksanaan diabetes untuk mengganti gulanya
selama sakit dengan gula jagung
12.00 WIB 6. berkolaborasi dalam 4. Pantau tanda dan gejala
pemberian obat hiperglikemi
Metformin : 2x1 tablet 5. Kolaborasi dalam pemberian
Glibenclamid : 1x1 obat Diabetes
tablet Metformin : 2x1 tablet
Glibenclamid : 1x1 tablet
2. 26 Maret 14.00 WIB
2020 1. Mengkaji TTV S :
08.20 WIB 2. Memantau warna, - Klien mengeluh masih sering
09. 30 WIB jumlah dan frekuensi buang air kecil
kehilangan cairan - Sering merasa haus
3. Mengobservasi
O:
10.15 WIB khususnya terhadap
- TD : 120/80 mmHg
kehilangan cairan yang

47
No
Waktu Implementasi Evalusi Perkembangan
Dx
tinggi elektrolit - Nadi : 80x/ menit
4. Menganjurkan pasien - Pernafasan : 22x/ menit
10.20 WIB untuk menginformasikan - Temp : 37,50 C
perawat bila haus
A : Masalah belum teratasi
5. Berkolaborasi dalam
P : Intervensi dilanjutkan
11.00 WIB pemberian cairan infus
1. Kaji TTV
RL 20 TPM
2. Observasi khususnya
terhadap kehilangan cairan
yang tinggi elektrolit
(misalnya diare, drainase
luka, pengisapan
nasogastric)
3. Anjurkan pasien untuk
menginformasikan perawat
bila haus
4. Kolaborasi dalam pemberian
terapi IV sesuai program
Cairan RL 20 TPM
3 26 Maret 14.00 WIB
2020 1. Mengkaji makanan S:
08.30 WIB kesukaan pasien - Keluarga pasien mengatakan
2. Menentukan kemampuan pasien Masih belum mau
08.45 WIB pasien untuk memenuhi makan
kebutuhan nutrisi - Pasien mengatakan masih
3. Menganjurkan untuk mengalami mual dan muntah 2
08. 55. WIB makan sedikit tapi sering x
4. Mendiskusikan dengan - Klien mengatakan masih lemas
09.00 WIB ahli gizi dalam O:
menentukan diet untuk - klien terlihat masih mual
pasien - Klien terlihat lemah
5. Mengajarkan A:
09.30 WIB pasien/keluarga tentang - Masalah belum teratasi
makanan yang bergizi P : Lanjutkan intervensi
dan tidak mahal 1. Identifikasi status nutrisi
6. Berkolaborasi dalam 2. Monitor asupan makanan
12.00 WIB pemberian obat anti 3. Anjurkan untuk makan

48
No
Waktu Implementasi Evalusi Perkembangan
Dx
muntah sedikit tapi sering
Antasida sirup 3x1 4. kolaborasi dalam pemberian
Ondancentron tab 3x1 obat anti muntah
Antasida sirup 3x1
Ondancentron tab 3x1

No
Waktu Implementasi Evalusi Perkembangan
Dx
1 27 Maret 14.00 WIB
2020 1. Mengkaji faktor yang S :
08.20 WIB dapat meningkatkan - Keluarga mengatakan sudah
risiko mengganti gulanya dengan gula
ketidakseimbangan glu- jagung
kosa O:
09. 30 WIB 2. Mengukur kadar glukosa - Terlihat ada gula jagung di
serum meja pasien
10.15 WIB 3. Menganjurkan kepada - GDS : 286 mg/dL
pasien untuk mengganti A : Masalah teratasi Sebagian
gulanya dengan gula P : Lanjutkan intervensi
jagung 1. Kaji faktor yang dapat
10.20 WIB 4. Memantau tanda dan meningkatkan risiko
gejala hiperglikemi ketidakseimbangan glu-kosa
11.00 WIB 5. Kolaborasi dalam 2. Pantau kadar glukosa serum
pemberian obat Diabetes 3. Memantau tanda dan gejala
Metformin : 2x1 tablet hiperglikemi
Glibenclamid : 1x1 4. Kolaborasi dalam pemberian
tablet obat Diabetes
Metformin : 2x1 tablet
Glibenclamid : 1x1 tablet
2 27 Maret 14.00 WIB
2020 1. Mengkaji TTV S :
08.15 WIB 2. Mengobservasi - Klien mengatakan sudah tidak
08.30WIB khususnya terhadap sering buang air kecil
kehilangan cairan yang - Klien mengatakan sudah tidak
tinggi elektrolit merasa haus
3. Menganjurkan pasien

49
No
Waktu Implementasi Evalusi Perkembangan
Dx
09.05WIB untuk menginformasikan O:
perawat bila haus - TD : 110/70 mmHg
4. Memantau cairan infus - Nadi : 82x/ menit
10.20 WIB RL 20 TPM - Pernafasan : 18x/ menit
- Temp : 36,80 C

A : Masalah teratasi
P : Intervensi di hentikan
Pantau cairan infus RL 20 TPM
3 27 Maret 14.00 WIB
2020 S:
1. Mengidentifikasi status
08.20 WIB - Keluarga pasien mengatakan
nutrisi
pasien sudah mau makan, habis
2. Memonitor asupan
08.45 WIB ¼ piring
makanan
3. Menganjurkan untuk - Pasien mengatakan masih mual
08.50 WIB dan muntah (-)
makan sedikit tapi
sering - Klien mengatakan lemas sudah
12.00 WIB berkurang
4. Berkolaborasi dalam
pemberian obat mual O:

dan muntah - klien terlihat masih mual

Antasida sirup 3x1 - Klien terlihat sudah bisa

Ondancentron tab 3x1 kekamar mandi sendiri


A:
- Masalah belum teratasi

P : Intervensi dilanjutkan

1. Identifikasi status nutrisi

2. Monitor asupan makanan

3. Anjurkan untuk makan sedikit


tapi sering

4. Kolaborasi dalam pemberian


obat mual dan muntah
Antasida sirup 3x1
Ondancentron tab 3x1

50
No
Waktu Implementasi Evalusi Perkembangan
Dx
1 28 Maret 14.00 WIB
2020 1. Mengkaji faktor yang S :
08.15WIB dapat meningkatkan - Klien mengetakan sudah tidak
risiko ada keluhan
ketidakseimbangan glu- O:
08.30 WIB kosa - GDS : 127 mg/dL
2. Mengukur kadar glukosa A : Masalah teratasi
11.01 WIB 3. Memantau tanda dan P : Intervensi dihentikan
gejala hiperglikemi
12. 00 WIB 4. Kolaborasi dalam
pemberian obat Diabetes
Metformin : 2x1 tablet
Glibenclamid : 1x1
tablet
2 28 Maret 14,00 WIB
2020 1. Memantau cairan Infus S : Klien mengatakan sudah tidak
10.00 WIB RL 20 TPM ada keluhan
O:
- TD : 120/70 mmHg
- Nadi : 80x/ menit
- Pernafasan : 20x/ menit
- Temp : 36,50 C

A : Masalah teratasi
P : Intervensi di hentikan
3 28 Maret 14.00 WIB
2020 1. Mengidentifikasi status S:
08.30 WIB nutrisi ( mengukur BB ) - Keluarga pasien mengatakan
08.45 WIB 2. Memonitor asupan pasien sudah mau makan
makanan - Pasien mengatakan sudah tidak

51
No
Waktu Implementasi Evalusi Perkembangan
Dx
08.50 WIB 3. Menganjurkan untuk mual dan muntah (-)
makan sedikit tapi - Klien mengatakan sudah tidak
12.00 WIB sering lemas
4. Kolaborasi dalam O:
pemberian obat mual - Klien sudah terlihat segar
dan muntah - BB 53 kg
Antasida sirup 3x1 A : Masalah teratasi
Ondancentron tab 3x1
P : Intervensi dihentikan

BAB 4

PEMBAHASAN

3.1 Pengkajian

Pengkajian keperawatan dilakukan di Puskesmas Kerumutan pada hari

Kamis, 26 Maret 2020 di ruang rawat inap Puskesmas Kerumutan.

Berdasarkan hasil pengkajian diperolah hasil bahwa Ny. S mengalami

penyakit Diabetes Melitus dengan keluhan Klien mengatakan pusing dan

sering buang air kecil pada malam hari lebih dari 5x, sering merasa haus dan

lapar, mual, muntah, tidak selera makan, badan terasa lemas, badan terasa

sakit semua, dan kadang-kadang timbul terasa gatal di badan.

Hal ini sesuai dengan teori menurut NANDA (2015), bahwa pengkajian

merupakan sebuah komponen utama untuk mengumpulkan informasi, data,

menvalidasi data, mengorganisasikan data, dan mendokumentasikan data.

4.2 Diagnosa Keperawatan

52
Diagnosa keperawatan yang ditegakkan pada kasus Ny. S ini

berdasarkan analisis data yang dilakukan oleh penulis yakni Ketidakstabilan

kadar glukosa darah berhubungan dengan kadar glukosa darah meningkat,

Ketidakseimbangan cairan kurang dari kebutuhan berhubungan dengan

Deuresis Osmotik dan Defisit nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan gangguan keseimbangan insulin. Adapun masalah utama

pada kasus ini adalah Ketidakstabilan kadar glukosa darah berhubungan

dengan kadar glukosa darah meningkat, Ketidakseimbangan cairan kurang

dari kebutuhan berhubungan dengan Deuresis Osmotik dan Defisit nutrisi

kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan gangguan keseimbangan

insulin. Penetapan diagnosa keperawatan ini sebagian kecil sesuai dengan

diagnosa yang ada pada teori sebelumnya (SKDI, 2017)

Perlu juga diketahui juga, bahwa diganosa yang tidak terdapat pada

kasus ini jika dibandingkan dengan teori yang ada pada bab sebelumnya

adalah tentang risiko infeksi, Kerusakan integritas kulit dan

Ketidakseimbangan perfusi jaringan perifer. Kesemuanya diagnosa tersebut

tidak terdapat pada Ny.S oleh karena kasus yang dialaminya tidak ditemukan

adanya tanda dan gejala yang mengarah pada risiko infeksi, Kerusakan

integritas kulit dan Ketidakseimbangan perfusi jaringan perifer.

4.3 Perencanan Keperawatan

Perencanaan keperawatan pada kasus Ny. S ini sesuai dengan teori yang

telah diuraikan pada bab sebelumnya. Penulis menetapkan perencanaan sesuai

dengan kondisi dan keluhan yang dirasakan oleh klien baik saat pengkajian

pertama maupun re-asessment berikutnya. Intervensi keperawatan merupakan

53
perilaku spesifik yang diharapkan dari klien dan/atau tindakan yang harus

dilakukan oleh perawat. Tindakan/intervensi keperawatan dipilih untuk

membantu klien dalam mencapai hasil klien yang diharapkan dan tujuan

pemulangan (Doenges, 2012).

Hasil yang diperoleh dari intervensi yang dilakukan adalah masalah yang

dirasakan klien dapat teratasi selama tiga hari dan direkomendasikan oleh

dokter penanggung jawab untuk perawatan di rumah dengan mengikuti

petunjuk-petunjuk yang sudah diajarkan secara keperawatan selama perawatan

di Puskesmas. Hal yang paling penting diingatkan pada pasien adalah

menghindari kealpaan minum obat, keterlibatan keluarga sangat diperlukan

untuk mempercepat pemulihan pasien saat di rumah (Hidayat, 2010).

4.4 Implementasi Keperawatan

Implementasi keperawatan yang dilakukan pada kasus Ny.S ini mengacu

pada intervensi yang telah disusun oleh penulis pada asuhan keperawatan

klien dengan penderita DM. Implementasi keperawatan merupakan

serangkaian tindakan yang dilakukan oleh perawat maupun tenaga medis lain

untuk membantu pasien dalam proses penyembuhan dan perawatan serta

masalah kesehatan yang dihadapi pasien yang sebelumnya disusun dalam

rencana keperawatan (Nursallam, 2011).

Tujuan dari pelaksanaan adalah membantu klien dalam mencapai tujuan

yang telah ditetapkan yang mencakup peningkatan kesehatan pencegahan

penyakit. Pemulihan kesehatan dan mempasilitas koping perencanaan

tindakan keperawatan akan dapat dilaksanakan dengan baik. Jika klien

mempunyai keinginan untuk berpatisipasi dalam pelaksanaan tindakan

54
keperawatan selama tahap pelaksanaan perawat terus melakukan pengumpulan

data dan memilih tindakan perawatan yang paling sesuai dengan kebutuhan

tindakan klien.

Implementasi keperawatan dengan diagnosa keperawatan pada diagnosa

keperawatan Ketidakstabilan kadar glukosa darah berhubungan dengan kadar

glukosa darah meningkat yaitu memantau kadar glukosa serum dan

memberikan informasi mengenai penatalaksanaan diabetes selama di rawat di

puskesmas. Untuk diagnosa Ketidakseimbangan cairan kurang dari kebutuhan

berhubungan dengan Deuresis Osmotik dilakukan Mengobservasi khususnya

terhadap kehilangan cairan yang tinggi elektrolit dikarenakan BAK yang

terlalu sering, selanjutnya berkolaborasi dalam pemberian cairan infus untuk

mengganti cairan yang hilang akibat BAK yang terlalu sering.

Selanjutnya diagnosa keperawatan ketidakseimbangan nutrisi kurang dari

kebutuhan tubuh berhubungan dengan kadar glukosa darah meningkat. Salah

satunya yaitu dengan terapi pemberian makan dalam porsi kecil tapi sering.

Dimana mengkonsumsi makanan dalam porsi kecil tapi sering lebih sehat dan

dapat melancarkan metabolisme tubuh dibanding dengan makan 3 porsi besar

setiap harinya. Terapi ini dapat mempercepat penyembuhan. Pemberian terapi

ini diberikan dihari pertama sampai dihari ketiga. Lalu di lanjutkan dengan

pemberian terapi farmakologi yakni obat antasida sirup dan ondancentron

tablet.

4.5 Evaluasi Keperawatan

Evaluasi perkembangan kesehatan Ny.S dilakukan setiap hari secara

komprehensif dan berkesinambungan berdasarkan respon dan kesehatan klien

55
saat ditemui di ruang perawatan Pusekesmas. Menurut Nursalam (2011),

merupakan evaluasi akhir dimana dalam metode evaluasi ini menggunakan

SOAP.

Tujuan evaluasi untuk melihat kemampuan klien dalam mencapai tujuan.

Hal ini dapat dilaksanakan dengan mengadakan hubungan dengan klien

berdasarkan respon klien terhadap tindakan keperawatan yang diberikan

sehingga perawat dapat mengambil keputusan mengakhiri tindakan

keperawatan (klien telah mencapai tujuan yang ditetapkan), dan memodifikasi

rencana tindakan keperawatan (klien memerlukan waktu yang lebih lama

untuk mencapai tujuan).

Evaluasi keperawatan pada Ny. S dengan masalah keperawatan

Ketidakstabilan kadar glukosa darah berhubungan dengan kadar glukosa darah

meningkat, Ketidakseimbangan cairan kurang dari kebutuhan berhubungan

dengan Deuresis Osmotik dan Defisit nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan gangguan keseimbangan insulin terlah dilakukan selama

3 hari berturut-turut, dimana untuk masalah keperawatan Ketidakstabilan

kadar glukosa darah berhubungan dengan kadar glukosa darah meningkat dan

Ketidakseimbangan cairan kurang dari kebutuhan berhubungan dengan

Deuresis Osmotik dapat teratasi semuanya namun untuk masalah keperawatan

Defisit nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan gangguan

keseimbangan insulin masih tetap dipantau sehingga pasien harus datang lagi

ke Puskesmas seminggu kemudian untuk mengontrol gula darah serta berat

badannya.

56
BAB 5

PENUTUP

Berdasarkan hasil Studi Kasus asuhan keperawatan pada pasien Ny. S

dengan Diabetes Mellitus Tipe II, maka kesimpulan dan saran adalah sebagai

berikut :

4.1 Kesimpulan

5.1.1 Pengkajian

Hasil pengkajian keperawatan yang dilakukan perawat di Puskesmas

Kerumutan pada hari Kamis, 26 Maret 2020 di ruang rawat inap

Puskesmas Kerumutan. Klien mengeluh pusing dan sering buang air

kecil pada malam hari lebih dari 5x, sering merasa haus dan lapar,

mual, muntah, tidak selera makan, badan terasa lemas, badan terasa

sakit semua, dan kadang-kadang timbul terasa gatal di badan.

Berdasarkan hasil pengkajian diperolah hasil bahwa Ny. S mengalami

penyakit Diabetes Melitus.

5.1.2 Diagnosa

57
Dari pengkajian di atas ditemukan masalah keperawatan :

1. Ketidakstabilan kadar glukosa darah berhubungan dengan

defisiensi insulin.

2. Ketidakseimbangan cairan kurang dari kebutuhan berhubungan

dengan Deuresis Osmotik

3. Defisit nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

gangguan keseimbangan insulin

5.1.3 Perencanaan

Perencanaan yang digunakan untuk menyelesaikan masalah

keperawatan pada pasien Ny. S sesuai dengan teori dan hampir semua

intervensi setiap diagnosa dapat sesuai dengan kebutuhan pasien.

5.1.4 Implementasi

Pelaksanaan tindakan kasus ini di laksanakan sesuai dengan intervensi

yang sudah dibuat, sesuai dengan kebutuhan pasien dengan Diabetes

Melitus Tipe II

5.1.5 Evaluasi

Evaluasi keperawatan pada Ny. S dengan masalah keperawatan

Ketidakstabilan kadar glukosa darah berhubungan dengan kadar

glukosa darah meningkat, Ketidakseimbangan cairan kurang dari

kebutuhan berhubungan dengan Deuresis Osmotik dan Defisit nutrisi

kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan gangguan

keseimbangan insulin terlah dilakukan selama 3 hari berturut-turut,

dimana untuk masalah keperawatan Ketidakstabilan kadar glukosa

58
darah berhubungan dengan kadar glukosa darah meningkat dan

Ketidakseimbangan cairan kurang dari kebutuhan berhubungan

dengan Deuresis Osmotik dapat teratasi semuanya namun untuk

masalah keperawatan Defisit nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan gangguan keseimbangan insulin masih tetap

dipantau sehingga pasien harus datang lagi ke Puskesmas seminggu

kemudian untuk mengontrol gula darah serta berat badannya.

5.2 Saran

1. Puskesmas

Diharapkan bagi pihak Puskesmas untuk tetap menerapkan asuhan

keperawatan khususnya masalah Diabetes Melitus secara komprehensif

dan memperhatikan kesembuhan pasien secara terprogram.

2. Penulis

Hasil penulisan ini dapat dikembangkan lagi untuk penulis selanjutnya

pada asuhan keperawatan yang lebih rinci lagi untuk menghasilkan

asuhan keperawatan yang lebih berkualitas dan bermanfaat bagi pasien

3. Institusi

Diharapkan bagi institusi Poltekkes Kemenkes Riau, hasil penulisan ini

dapat dijadikan referensi untuk memperakaya bahan ajar dan koleksi

perpustakaan

59
DAFTAR PUSTAKA

ADA (American Diabetes Association .(2017) .Standards Of Medical Care In


Diabetes — 2017. The Journal Of Clinical And Applied Research And
Education. Hal. 14. Tersedia Pada: Https://Www.Diabetes.Org.

Brunner dan Suddarth.2013. Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8. Jakarta:EGC

Damayanti, Sari. 2015. Diabetes Mellitus & Penatalaksanaan Keperawatan.


Yogyakarta: Nuha Medika.

Eun-Mi Choi, Kyung-Sook Lee. 2012. “Effects of Aroma Inhalation on Blood


Pressure, Pulse Rate, Sleep, Stress, and Anxiety in Patients with Essential
Hypertension”. Journal of Korea Biological Nursing Science, Vol 14,
Issue 1, pp. 41-48, 2012

International Diabetes Federation (IDF). 2014. Diabetes atlas.


http://www.eatlas.sdf.org di akses pada hari Kamis 20 Februari 2020

Kartika, R.W. 2017. Pengelolaan gangren kaki diabetik. Jurnal CDK-248, 44(1),
18-22

Nanda. 2015. Diagnosis Keperawatan Definisi & Klasifikasi 2015-2017 Edisi 10


editor T Heather Herdman, Shigemi Kamitsuru. Jakarta: EGC.

Nursalam. 2011. Konsep dan penerapan metodologi penelitian ilmu keperawatan.


Jakarta : Salemba Medika

PERKENI. 2015. Konsesus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Tipe 2 di


Indonesia, PB. PERKENI, Jakarta

Rendy, M.C. 2012. Asuhan keperawaatan medikal bedah penyakit dalam.


Yogyakarta : Nuha medika

Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas), 2018. Badan Penelitian dan Pengembangan


Kesehatan Kementerian RI tahun 2018.
http://www.depkes.go.id/resources/download/infoterkini/materi_rakorpop_
2018/Hasil%20Riskesdas%202018.pdf Diakses 20 Februari 2020.

Riskesdas. 2018. Angka Kejadian Diabetes Mellitus di Riau


http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/infodatin/infodatin
Di akses pada hari Jumat tanggal 20 Februari 2020

Riyadi, S. M. 2011. Buku Keperawatan Medikal Bedah. Pustaka Pelajar:


Yogyakarta

60
SDKI DPP PPNI. 2017. Standar diagnosis keperawatan indonesia. Edisi 1.
Jakarta : Dewan Pengurus Pusat PPNI

Suyono, Slamet. 2011. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta Pusat: Penerbitan
Departemen Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

Tandra, H., 2008. Segala Sesuatu yang Harus Anda Ketahui Tentang Diabetes.
Jakarta: Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama.

Waspadji, S., dkk 2010. Daftar Bahan Makanan Penukar Edisi 3. Jakarta : Badan
Penerbit FK UI.

61
LEMBAR REVISI

Nama : Ni Ketut Brana Asih

NIM : P 031914401 R045

N BAB/
REVISI PENGUJI
O HALAMAN

Pekanbaru,………………… Pekanbaru, ………………...

Sebelum direvisi Sudah direvisi,

(…………………………….) (……………………….…….)

Anda mungkin juga menyukai