OLEH
EVIE HARDIANTI HARAHAP
NIM. P00 224313006
JURUSAN KEBIDANAN
OLEH
EVIE HARDIANTI HARAHAP
NIM. P00 224313006
POLTEKKES KEMENKES MEDAN
JURUSAN KEBIDANAN
TAHUN 2015
LEMBAR PERSETUJUAN
TANGGAL
Oleh :
Pembimbing Utama
Pembimbing Pendamping
RAMLAN,SKM.MKes
NIP.19650701 198603 1 005
LEMBAR PENGESAHAN
PADA TANGGAL
MENGESAHKAN
TIM PENGUJI
TANDA TANGAN
KETUA :
ANGGOTA I :
ANGGOTA II :
MENGETAHUI,
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas semua berkat dan rahmatNya sehinggah
dapat terselesaikannya Laporan Tugas Akhir yang berjudul “Laporan Asuhan Kebidanan Pada
Ny. Endang Masa Hamil sampai Masa Nifas di Rumah Bersalin Bidan Dora Meliana Nasution
Kota Padang sidimpuan”. Sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan Ahli Madya
Kebidanan pada Program Studi Kebidanan Padangsidimpuan Politeknik Kesehatan Kemenkes
Medan.
Dalam hal ini, penulis banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak, karena itu pada
kesempatan kali ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada :
1. Ibu Dra. Ida Nurhayati, M.Kes selaku Direktur Poltekkes Kemenkes Medan, yang telah
memebri kesempatan menyusun Laporan Tugas Akhir ini.
2. Ibu Betty Mangkuji, SST, M.Keb, selaku Ketua Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes
Medan yang telah memberikan kesempatan menyusn Laporan Tugas Akhir ini.
3. Ibu Hj. Ratni Siregar, SPd, SST, MM, selaku Ketua Program studi Kebidanan Poltekkes
Kemenkes Medan yang telah memberikan kesempatan menyusn Laporan Tugas Akhir ini.
4. Ibu Masdewi Nasution Ssos,SST,Msi selaku Pembimbing I yang telah memebrikan
bimbingan sehingga LTA ini dapat terselesaikan.
5. Bapak Ramlan,SKM,Mkes selaku Pembimbing II yang telah memebrikan bimbingan
sehingga LTA ini dapat terselesaikan.
6. Ibu Bidan Dora Meliana Nasution, AmKeb, yang telah memberikan kesempatan untuk
melakukan penyususan LTA di BPM.
7. Ibu dan keluarga responden/klien atas kerja samanya yang baik.
8. Bapak, Ibu, Kakak dan Adikku atas cinta, dukungan dan doa yang selalu di berikan sehingga
LTA ini selesai pada waktunya.
9. Rekan seangkatan dan pihak-pihak yang terkait dan banyak membantu dalam hal ini.
Semoga Tuhan Yang Maha Esa memberikan balasan pahala atas segala amal baik yang telah
diberikan dan semoga karya tulis ilmiah ini berguna bagi semua pihak yang memanfaatkannya.
Penulis
DAFTAS ISI
Halaman pengesahan............................................................................................
Kata pengantar......................................................................................................
Abstrak.................................................................................................................
Daftar isi...............................................................................................................
Daftar table...........................................................................................................
Daftar gambar.......................................................................................................
Daftar lampiran.....................................................................................................
Daftar singkatan....................................................................................................
BAB 1 PENDAHULUAN
Latar belakang.......................................................................................................
Indetifikasi masalah...............................................................................................
Tujuan....................................................................................................................
Manfaat..................................................................................................................
BAB 2 TINJUAN PUSTAKA
Pengertian...............................................................................................................
Tanda gejala............................................................................................................
Perubahan fisiologis................................................................................................
Pengkajian...............................................................................................................
Diagnose..................................................................................................................
Perencanaan.............................................................................................................
Pelaksanaan.............................................................................................................
Evaluasi...................................................................................................................
Pengkajian.....................................................................................................................
Diagnosa kebidanan.......................................................................................................
Perencanaan....................................................................................................................
Pelaksanaan....................................................................................................................
Evaluasi..........................................................................................................................
BAB 4 PEMBAHASAN
Data dasar.......................................................................................................................
Interpretasi data..............................................................................................................
Rencana Asuhan..............................................................................................................
Pelaksanaan Asuhan........................................................................................................
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan......................................................................................................................
Saran................................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN....................................................................................................................
DAFTAR TABEL
DAFTAR SINGKATAN
BB : Berat Badan
TBC : Tuberculosis
AIDS :
HT : Haid Terakhir
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. KEHAMILAN
A. Pengertian
Kehamilan merupakan suatu proses yang terjadi antara perpaduan aspek sperma, ovum,
konsepsi. Kesimpulan kehamilan adalah pertemuan antara sel ovum dan spermatozoa yang
lamanya 280 hari atau 40 minggu.
B. Fisiologi Kehamilan
Fisiologi Kehamilan Meliputi :
1. Tanda dan Gejala Kehamilan
a. Tanda-tanda presumtif ( dugaan ) hamil.
Amenorea ( tidak dapat haid )
Wanita harus mengetahui tanggal hari pertama haid terakhir ( HT ) supaya dapat
ditaksirkan umur kehamilan dan HPL ( hari perkiraan lahir).
Mual dan Muntah ( nausea dan emesis)
Biasanya terjadi pada bulan-bulan pertama kehamilan hingga akhir triwulan pertama,
karena terjadi pada pagi hari disebut morning sickness ( sakit pagi ) bila mual dan
muntah berlebihan disebut hiperemesis.
Mengidam ( ingin makanan khusus )
Ibu hamil sering meminta makan dan minuman tertentu ( ngidam ) terumata pada
bulan-bulan triwulan pertama.
Tidak tahan suatu bau-bauan.
Pingsan ( sinkope )
Bila tempat-tempat ramai yang sesak dan padat bisa pingsan.
Tidak ada selera makan ( anoreksia )
Hanya berlangsung pada triwulan pertama, dan kemudian nafsu makan timbul
kembali.
Lelah
Payudara tegang
Payudara membesar, tegang, dan sedikit nyeri, disebabkan pengaruh estrogen-
progesteron dan somatomamotropin menimbulkan deposit lemak, air dan garam dan
alveoli payudara, kelenjar mentogemery terlihat lebih membesar. Nyeri tekan pada
kehamilan trimester 1.
Miksi sering
Karena kantung kemih tertekan oleh pembesaran uterus, gejala ini akan hilang pada
triwulan kedua kehamilan, pada akhir kehamilan gejala ini kembali terulang karena
kandung kemih tertekan oleh bagian terbawah janin yang mulai masuk pintu atas
panggul.
Konstipasi / obstipasi.
Pengaruh progesterone dapat menghambat peristaltic usus menyebabkan kesulitan
BAB.
Pigmentasi kulit
Pengaruh keluarnya hormone Melanophore Stimulating Hormon ( MSH ), dijumpai
dimuka ( Closma Gravidarum ), areola mammae, leher dan di dinding perut ( linea
nigra ).
Epulis = hipertrosi dan papil gusi.
Penekanan vena-vena (varices)
Dapat terjadi pada kaki, betis, vulva, dan payudara, biasanya dijumpai pada triwulan
terakhir.
Untuk menghindari resiko komplikasi pada kehamilan dan persalinan, anjurkan setiap ibu hamil
untuk melakukan kunjungan antenatal komprehensif yang berkualitas minimal 4 kali, termasuk
minimal 1 kali kunjungan diantar suami/pasangan atau anggota keluarga
Berikan informasi mengenai perencanaan persalinan dan pencegahan komplikasi ( P4K ) kepada
ibu.
Pada kunjungan pertama, lengkapi riwayat medis ibu seperti tertera pada table dibawah ini. Pada
kunjungan berikutnya, selain memperhatikan catatan pada kunjungan sebelumnya, tanyakan
keluhan yang di alami ibu selama kehamilan berlangsung.
2.2. PERSALINAN
A. Pengertian
Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup dari dalam
uterus melalui vagina ke dunia luar.
Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang terajadi pada
kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala
yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik ibu maupun pada janin.
B. Fisiologis Persalinan
Ada beberapa teori yang menjelaskan tentang sebab terjadinya persalinan :
1) Teori penurunan progesteron
2) Teori oksitoksin
3) Teori keregangan otot rahim
4) Teori janin
5) Teori prostaglandin.
C. Tanda- Tanda Inpartu
o Adanya rasa sakit oleh adanya his yang datang lebih kuat dan teratur
o Keluar Lendir Bercampur darah (Bloody Show)
o Ketuban Pecah dengan sendirinya
o Pada pemeriksaan dalam serviks menipis dan mendatar
Setelah terjadi pelepasan plasenta maka dilanjutkan dengan PTT ( Peregangan tali pusat
terkendali) :
Kala IV
Dimulai dari saat lahirnya plasenta sampai 2 jam pertama post partum. Harus
diperhatikan 7 pokok penting :
1. Kontraksi uterus harus bagus
2. Tidak ada perdarahan dari vagina atau alat genitalia lainnya
3. Plasenta dan selaput ketuban harus telah lahir lengkap
4. Kandung kencing harus kosong
5. Luka-luka pada perineum terawat denga baik dan tidak ada hematoma
6. Bayi dalam keadaan baik
7. Ibu dalam keadaan baik. Nadi dan tekanan darah normal, tidak ada pengaduan sakit
kepala atau enek. Adanya frekuensi nadi yang menurun dengan volume yang baik
adalah suatu gejala baik.
D. Mekanisme Persalinan
1. Engagement
Ketika kepala memasuki PAP dengan biparietal terjadi dalam dua keadaan yaitu
sinklitismus dan asinklitismus.
Sinklitismus: Apabila kepala atau arah sumbu kepala janin tegak lurus dengan sumbu
PAP
Asiklitismus: Apabila arah sumbu kepala janin miring dengan bidang PAP.
Asinklitismus terbagi 2 yaitu:
-Asinklitismus Anterior: Sutura sagitalis mendekati simfisis
-Asinklitismus Posterior: Sutura sagitalis mendekati promontorium
2. Fleksi (penekukan)
Apabila his semakin kuat kepal semakin turun akan terjadi fleksi yaitu kepala menekuk
menuju jalan lahir yang lebih luas.
3. Putar paksi dalam
His semakin kuat kepala semakin maju maka kepala memasuki RTP dan kepala
menyesuaikan dengan panggul.
Kala III : segera setelah bayi lahir sampai plasenta lahir lengkap, sekitar 30 menit .
Kala IV : segera setelah lahirnya plasenta hingga 2 jam post-partum.
1. Kala I
Tatalaksana
Beri dukungan dan dengarkan keluhan ibu
Jika ibu tampak gelisah/ kesakitan :
Biarkan ia berganti posisi sesuai keinginan, tapi jika di tempat tidur sarankan untuk
miring kiri.
Biarkan ia berjalan atau beraktivitas ringan sesuai kesanggupannya
Anjurkan suami atau keluarga meminjat punggung atau membasuh muka ibu
Ajari teknik bernapas
Jaga privasi ibu. Gunakan tirai penutup dan tidak menghandirkan orang lain tanpa seizin
ibu.
Izikan ibu untuk mandi atau membasuh kemaluannya setelah buang air kecil/ besar.
Jaga kondisi ruangan sejuk. Untuk mencengah kehilangan pada bayi baru lahir, suhu
ruangan minimal 250 0C dan semua pintu serta jendela harus ditutup.
Beri minum yang cukup untuk menghindari dehidrasi.
Sarankan ibu berkemih sesering mungkin.
Pantau parameter berikut secara rutin dengan menggunakan partograf.
Kateterlisasi kandung kemih rutin : dapat meningkatkan resiko infeksi saluran kemih.
Lakukan hanya jika da induksi.
Posisi terlentang : dapat mengurangi detak jantung dan penurun aliran darah uterus
sehingga kontraksi melemah
Mendorong abdomen : menyakitkan bagi ibu, meningkatkan resiko ruptur uteri
Mengedan sebelum pembukaan serviks lengkap : dapat menyebabkan edema dan / atau
laserasi serviks
Enema
Pencukuran rambut pubis
Membersihkan vagina dengan antiseptik selama persalinan
Tatalaksana
Segera hubungi dokter spesialis obstetri dan ginekologi jika bayi belum atau tidak akan
segera lahir setelah 120 menit ( 2 jam ) meneran ( untuk primigravida )atau 60 menit ( 1 jam )
meneran ( untuk multigravida ). Jika dokter spesialis obstertri dan ginekologi tidak ada, segera
persiapkan rujukan.
14. Anjurkan ibu untuk berjalan, berjokok atau mengambil posisi yang nyaman, jika ibu
belum merasa ada dorongan untuk meneran dalam 60 menit.
Mempersiapkan pertolongan Kelahiran Bayi
15. Jika kepala bayi membuka vulva dengan diameter 5-6 cm, letakkan handuk bersih di
atas perut ibu untuk mengerikan bayi.
16. Letakkan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian bawah bokong ibu.
17. Buka tutup partus set dan perhatikan kembali kelengkapan alat dan bahan
18. Pakai sarung tangan DTT atau steril pada kedua tangan
Membantu Lahirnya Kepala
19. Setelah tampak kepala bayi dengan diameter 5-6 cm, lindungi perineum dengan satu
tangan yang dilapisi kain bersih dan kering, sementara tangan yang lain menahan
kepala bayi untuk menahan posisi defleksi dan membantu lahirnya kepala.
Anjurkan ibu meneran sambil bernapas cepat dan dangkal
20. Periksa lilitan tali pusat dan lakukan tindakan yang sesuai jika hal itu terjadi.
Jika lilitan tali pusat di leher bayi masih longgar, selipkan tali pusat lewat kepala bayi.
Jika lilitan tali pusat terlalu ketat, klem tali pusat di dua titik lalu gunting di antarnya.
Jangan lupa untuk tetap lindungi leher bayi.
21. Tunggu hingga kepala bayi melakukan putaran paksi luar secara spontan.
Membuat Lahirnya Bahu
24. Setelah tubuh dan lengan bayi lahir, lanjutkan penelusuran tangan yang berada di
atas kepunggung , bokong, tungkai dan kaki bayi.
Pegang kedua mata kaki( masukkan telunjuk di antara kaki dan pegang masi-
masih mata kaki denganibu jari dan jari-jari lainnya).
Penanganan Bayi Baru Lahir
25. Lakukanpenilaian selintas dan jawablah tiga pertanyaan berikut untuk menilai apakah
ada aspeksia bayi :
Apakah kehamilan cukup bulan ?
Apakah bayi menangis atau bernapas / tidak megap-megap?
Apakah tonus otot baik / bayi bergerak aktif?
Bila ada jawaban “ TIDAK “, bayi mungkin mengalami asfeksia. Segera lakukan
resusitasi bayi baru lahir. Pengisapan lendir jalan napas pada bayi tidak dilakukan secara rutin
26. Bila tidak ada tanda asfeksia , lanjutkan manajemen bayi baru lahir normal.
Keringkan bayi mulai dari muka, kepala, dan bagian tubuh lainnya kecuali
bagian tangan tanpa membersihkan verniks.
Ganti handuk basah dengan handuk yang kering
Pastikan bayi dalam kondisi mantap di atas dada atau perut ibu
27. Periksa kembali perut ibu memastikan tidak ada bayi lain dalam uterus ( hamil tunggal )
28. Beritahukan kepada ibu bahwa penolong akan menyuntikan oksitosin untuk membantu
uterus berkontraksi baik.
29. Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, berikan suntikan oksitosin 10 unit IM di sepertiga
paha atas bagian distal lateral ( lkukan aspirasi sebelum menyuntikkan oksitosin ).
Jika tidak ada oksitosin :
Rangsang putting payudara ibu atau minta ibu menyusui untuk menghasilkan oksitosin
alamiah
Beri ergometrin 0,2 mg IM. Namun TIDAK BOLEH diberikan pada pasien
preeklamsi, eklamsi, dan hipertensi karena dapat memincu terjadinya penyakit serebrovaskuler.
30. Dengan mengggunakan klem, 2 menit setelah bayi lahir,jepit tali pusat pada sekitar 3 cm
dari pusat ( umblikus ) bayi ( kecuali pada asfeksia nenonatus,lakukan sesegara mungkin). Dari
sisi luar klem penjepit, dorong isi tali pusat ke arah distal ( ibu ) dan lakukan pejepitan kedua
pada 2 cm distal dari klem pertama.
Dengan satu tangan,angkat tali pusat yang telah di jepit kemudian gunting tali pusat di
antara 2 klem tersebut ( sambil lindungi kepala bayi )
Ikat tali pusat dengan benang DTT /steril pada satu sisi kemudian lingkarkan kembali
benang ke sisi berlawan dan lakukan ikatan kedua mengggunakan simpul kunci.
Lepaskan klem dan masukkkan dalam larutan klorin 0,5 %
Jangan membungkus puntung tali pusat atau mengoleskan cairan / bahan apapun ke puntung
tali pusat.
32. Tempatkan bayi untuk melakukan kontak kulit ibu ke kulit bayi. Letakkan bayi dengan
posisi tertungkap di dada ibu. Luruskan bahu bayi sehingga bayi menempel dengan baik di
dinding dada-perut ibu. Usahakan kepala bayi berada di antara payudara ibu dengan posisi
lebih rendah dari putting payudara ibu.
33. Selimuti ibu ddan bayi dengan kain hangat dan kering dan pasang topi pada kepala bayi.
34. Pindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5-10 cm dari vulva
35. Letakkan satu tangan di atas kain yang ada di perut ibu, tepat diatas simpisis dan
tegangkan tali pusat dan klem dengan tangan yang lain.
36. Setelah uterus berkontraksi, tegangkan tali pusat kearah bawah sambil tangan yang
lain mendorong uterus ke arah dorso-kranial secara hati-hati, untuk mencegah terjadinya
inversion uteri.
Jika uterus tidak segera berkontraksi, minta ibu, suami atau anggota keluarga untuk
menstimulasi putting susu.
Jika plasenta tidak lahir setelah 30-40 detik, hentikan penegangan tali pusat dan tunggu
hingga timbul kontraksi berikutnya dan ulangi prosedur di atas.
37. Lakukan penanganan dan dorongan dorso-kranial hingga plasenta terlepas, lalu minta ibu
meneran sambil menarik tali pusat dengan arah sejajar lantai dan kemudian ke arah
atas,mengikuti poros jalan lahir dengan tetap melakukan tekanan dorso-kranial, seperti berikut :
Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem hingga berjarak skitar 5-10 cm dari
vulva dan lahirkan plasenta.
Jika plasenta tidak lepas setelah 15 menit menegangkan tali pusat
Beri dosis ulangan 10 unit IM.
Lakukakan kateterisasi (aseptik) jika kadung kemih penuh
Minta keluarga untuk menyiapkanrujukan
Ulangi penegangan tali pusat 15 menit berikutnya
Segara rujuk jika plasenta tidak lahir dalam 30 menit setelah bayi lahir
38. Saat plasenta terlihat di introitus vagina, lanjutkan kelahiran plasenta dengan menggunakan
kedua tangan.
Jika selaput ketuban robek,pakai sarung tangan dtt atau steril untuk melakukanekplorasi
sisa selaput kemudian gunakan jari jari tangan atau klem dtt atau steril untuk
mengeluarkan bagian selaputyang tertinggal
39. Segara setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakukan massase uterus dengan
meletakkan telapak tagn di fundus dan lakukan massase dengan gerakan melingkar secara
lembut hingga uterus berkontraksi (fundus teraba keras)
Lakukan tindakan yang diperlukan jika uterus tidak berkontraksi setelah 15 detik
melakukan rangsangan taktik/massase.
Menilai Perdarahan
40. Periksa kedua sisi plasenta baik yamg menempel ke ibu maupun janin dan pastikan bahwa
selaputnya lengkap dan utuh.
41. Evaluasi adanya laserasi pada vagina dan perineum dan lakukan penjahitan bila laserasi
menyebabkan perdarahan aktif.
Derajat Penjelasan
1 Laserasi epitel vagina atau pada kulit perineum saja
2 Melibatkan kerusakan pada otot-otot perineum, tetapi tidak melibatkan
kerusakan sfingter ani
3 Kerusakan pada otot sfingter ani
3a : robekan < 50 % sfingter ani eksterna
3b : robekan < 50 % sfingter ani eksterna
3c : robekan juga meliputi sfingter ani interna
4 Robekan stadium tiga disertai robekan epitel anus
42. Pastikan uterus berkontraksi dengan dan tdak terjadi perdarahan pervaginam
43. Mulai IMD dengan memberi cukup waktu untuk melakukan kontrak kulit ibu-bayi (di
dada ibu minimal 1).
Biarkan bayi mencari dan menemukan puting dan mulai menyusu
Sebagaian besar bayi akan berhasil melakukan inisiasi menyusu dini dalaam waktu 60-90
menit. Menyusu pertama biasanya berlangsung pada menit ke 45-60, dan berlangsung
selama 10-20 menit. Bayi cukup menyusu dari satu payudara.
Tunda semua asuhan bayi baru lahir normal lainnya dan biarkan bayi berada di dada ibu
selama 1jam walaupun bayi sudah berhasil menyusu.
Bila bayi harus dipindah dari kamar bersalin sebelum 1 jam atau sebelum bayi menyusu,
usahakan ibu dan bayi dipindah bersama dengan mempertahakan konta kulit ibu dan
bayi.
Jika bayi belum menemukan puting ibu – IMD dalam waktu 1jam , posisikan bayi lebih
dekat dengan puting inu dan biarkan kontak kulit dengan kulit selama 30-60 menit
berikutnya.
Jika bayi masih belum melakukan IMD dalam waktu 2 jam, pindahkan ibu ke ruang
pemulihan dengan bayi tetap di dada ibu. Lanjutkan asuhan perawatan neonatal esensial
lainnya (menimbang,pemberian vitamin K1, salep mata) dan kemudian kembalikan bayi
kepada ibu untuk menyusu.
Kenakan pakaian pada bayi atau tetap diselimuti untuk menjaga kehangatannya.
Tetap tutupi kepala bayi dengan topi selama beberapa hari pertama. Bila suatu saat kaki
bayi terasa dingin saat disentuh, buka pakaiannya kemudian telungkupkan kembali di
dada ibu dan selimut keduanya sampai bayi hangat kembali.
Tempatkan ibu dan bayi di ruangan yang sama. Bayi harus selalu dalam jangkauan ibu
24 jam dalam sehari sehingga bayi bisa menyusu sesering keinginannya.
Berikan gelang pengenal pada bayi yang berisi informasi nama ayah, ibu, waktu
lahir, jenis kelamin dan tanda lahir jika ada.
Lakukan pemeriksaan untuk melihat adanya cact bawaan (bibir sumbing/ langitan
sumbing , atresia ani, defek dinding perut) dan tanda-tanda bahaya pada bayi.
45. Satu jam setelah pemberian vitamin K1, berikan suntikan imunisasi hepatitis B di paha
kanan anterolateral bayi.
Letakkan bayi di dalam jangkauan ibu agar sewaktu-waktu bisa disusukan.
Letakkan kembali bayi pada dada ibu bila bayi belum berhasil menyusu di dalam
satu jam pertama dan biarkan sampai bayi berhasil menyusu.
46. Lanjutkan pemantauan kontraksi dan pencegahan perdarahan pervaginam :
Setiap 2-3 kali dalam 15 menit pertama pascasalinan.
Setiap 15 menit pada 1 jam pertama pascasalinan.
Setiap 20-30 menit pada jam kedua pascasalinan.
Lakukan asuhan yang sesuai untuk melaksanakan atonia uteri jika uterus tidak
berkontraksi dengan baik.
47. Ajarkan ibu/keluarga cara melakukan masase uterus dan menilai kontraksi, mewaspadai
tanda bahaya pada ibu, serta kapan harus memanggil bantuan medis.
48. Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah.
49. Periksa tekanan darah, nadi, dan keadaan kandung kemih ibu setiap 15menit selama 1
jam pertama pascasalin dan setiap 30 menit selama jam kedua pascasallin.
Periksa temperatur ibu sekali setiap jam selama 2 jam pascasalin.
Lakukan tindakan yang sesuai untuk temuan yang tidak normal
50. Periksa kembali kondisi bayi untuk memastikan bahwa bayi bernafas dengan baik (40-
60kali/menit) serta suhu tubuh normal (36,5-37,50C).
Tunda proses memandikan bayi yang baru saja lahir hingga minimal 24 jam
setelah suhu stabil.
51. Tempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin 0,5% untuk dekontaminasi
(10menit). Cuci dan bilas peralatan setelah didekontaminasi.
52. Buang bahan-bahan yang terdekontaminasi ke tempat smapah yang sesuai.
53. Bersihkan badan ibu menggunakan air DTT. Bersihkan sisa cairan ketuban, lendir dan
darah. Bantu ibu memakai pakaian yang bersih dan kering.
54. Pastikan ibu merasa nyaman :
Bantu ibu memberikan ASI
Anjurkan keluarga untuk memberi ibu minuman dan makanan yang
diinginkannya.
55. Dekontamminasi tempat bersalin dengan larutan klorin 0,5 %
56. Celupkan sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin 0,5% , balikkan bagian dalam
keluar dan rendam dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit.
57. Cuci kedua tangan dengan sabun dan air bersih mengalir kemudian kerungkan dengan
tisu atau handuk yang kering dan bersih.
58. Lengkapi partograf ( halaman depan dan belakang), periksa tanda vital dan asuhan kala
IV.
Catatan : Pastikan ibu sudah bisa buang air kecil setelah asuhan persalinan selesai.
2.3.NIFAS
A.Definisi Nifas
Nifas adalah masa dimulai setelah partus selesai dan berakhir setelah kira- kira enam
minggu. Seluruh alat genital baru pulih kembali sebelum ada kehamilan dalam waktu tiga bulan
(Hanifa,2005)
Masa nifas (Puerperium) dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat2
kandungannya kembali seperti keadaan sebelum hamil .Masa nifas berlangsung kira-kira6
minggu(Saifuddin,2005)
Asuhan masa nifas diperliukan pada priode ini karena merupakan masa kritis baik ibu
maupun bayinya. Diperkirakan bahwa 60% kematian ibu akibat kehamilan terjadi setelah
persalinan ,dan 50% kematian masa nifas terjadi 24 jam pertama.
Masa neonatus merupakan masa kritis dari kehidupan bayi ,dua pertiga kematian bayi terjadi
dalam 4 minggu setelah persalinan dan 60% kematian bayi baru lahir terjadi npada waktu7 hari
setelah lahir.Dengan pemantauan melekat dan asuhan pada ibu dan bayi masa nifas dan
mencegah kematian beberapa ini (saifuddin,2006)
5.Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan bayi,tali pusat,menjaga bayi tetap
hangat,dan merawat bayi sehari-hari
5.Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan bayi ,tali pusat,menjaga bayi tetap
hangat dan merawat bayi sehari-hari.
Pada ibu yang normal dapat menghasilkan ASI kira-kira 550-1000ml setiap hari ,jumlah
ASI tersebut dapat dipengaruhi oleh beberapa factor sebagai berikut:
a) Makanan
b) Ketenangan jiwa dan fikiran
c) Penggunaan alat kontrasepsi
d) Faktor istirahat
e) Perawatan payudara
f) Anatomis buah dada
g) Fisiologis buah dada
h) Faktor isapan
F. Tanda bayi cukup ASI
a. BAK > 6 kali / hari
b. Warna air seni biasanya tidak berwarna kuning tapi pucat
c. Bayi sering BAB berwarna kuning berbiji
d. Bayi paling sedikit menyusu 10 kali dalam 24 jam
e. Payudara ibu terasa lembut setiap kali selesai menyusui
f. ibu dapat merasakan rasa geli karena aliran ASI setiap kali mulai menyusui
g. ibu dapat mendengar suara menelan yang pelan ketika bayi menelan ASI
h. Bayi bertambah berat badannya. ( Ambarwati, E.R,dkk,2009)
G. ASI eksklusif adalah bayi hanya diberi ASI saja selama 6 bulan,tanpa tambahan cairan
lain seperti susu formula , jeruk, madu,air the dan air putih,serta tanpa tambahan
makanan padat seperti pisang, bubur susu,biscuit,bubur nasi,dan nasi tim. Setelah 6
bulan baru mulai diberikan makanan tambahan pendamping ASI ( MP ASI). ASI dapat
diberikan sampai anak berusia 2 tahun atau lebih
H. Perubahan fisiologis masa nifas
1. Uterus
Segera setelah pelahiran bayi,plasenta,dan selaput janin, beratnya sekitar 100 gram.
Berat uterus menurun sekitar 500 gram pada akhir minggu pertama pascapartum dan
kembali pada saat yang biasanya pada saat tidak hamil yaitu 70 gram pada minggu
kedelapan pascapartum
3. Serviks
Segera setelah pelahiran,serviks sangat lunak, kendur,dan terkulai. Serviks mungkin
memar dan edema,terutama di anterior jika terdapat tahanan anterior saat persalinan.
Serviks tampak mengalami kongesti, menunjukkan banyaknya vaskularitas serviks.
Serviks terbuka sehingga mudah di masukkan dua hingga tiga jari. Serviks kembali
ke bentuk semula pada hari pertama dan kelunakan menjadi berkurang.
4. Lochea
Lochea adalah istilah untuk sekret dari uterus yang keluar melalui vagina selama
puerperium. Karena perubahan warnanya, nama deskriptif lokia berubah: lokia rubra,
serosa, atau alba.
Perubahan Lochea
6. Payudara
Pengkajian payudara pada periode awal pascapartum meliputi panampilan dan
integritas puting susu, memar atau iritasi jaringan payudara. Karena posisi bayi pada
payudara , adanya kolostrum,apakah payudara terisi air susu, dan adanya
duktus,kongesti,dan tanda-tanda mastitis potensial
7. Tanta-tanda vital
a. Tekanan Darah Segera setelah melahirkan, banyak wanita mengalami peningkatan
sementara tekanan darah sistolik dan diastolik, yang kembali secara spontan ke tekanan
darah sebelum hamil selama beberapa hari.
b. Suhu maternal kembali normal dari suhu yang sedikit meningkat selama intrapartum dan
stabil dalam 24 jam pertama pascapartum. Denyut nadi yang meningkat selama
persalinan akhir,kembali normal setelah beberapa jam pertama pascapartum.
Hemoragia,demam selama persalinan,dan nyeri akut atau persisten dapat mempengaruhi
proses ini. Apabila denyut nadi di atas 100 selama puerperium, hal tersebut abnormal dan
mungkin menunjukan adanya infeksi atau hemoragia pascapartum lambat.
8. Sistem pernafasan
Fungsi pernapasan kembali pada rentang normal wanita selama jam pertama
pascapartum. Napas pendek,cepat,atau perubahan lain memerlukan evaluasi adanya kondisi-
kondisi seperti kelebihan cairan, eksaserbasi asma,dan embolus paru.
9. Traktus Urinarius
Diuresis mulai segera setelah melahirkan dan berakhir hingga hari kelima
pascapartum. Haluaran urine mungkin lebih dari 3000 ml per hari. Diuresi adalah rute utama
tubuh untuk membuang kelebihan cairan interstisial dan kelebihan volume darah. Hal ini
merupakan,penjelasan terhadap perspirasi yang cukup banyak yang dapat terjadi selama hari-hari
pertam pascapartum.
10. Gastrointestinal
Perubahan Gastrointestinal Wanita mungkin kelaparan dan mulai makan satu atau dua
jam setelah melahirkan. Konstipasi mungkin menjadi masalah pada puerperium awal karena
kurangnya makanan padat selama persalinan dan karena wanian menahan defekasi penurunan
berat badan wanita mengalami penurunan berat badan rata-rata 12 pon(4,5 kg) pada waktu
melahirkan. Penurunan ini mewakili gabungan berat bayi,plasenta,dan cairan amnion.
Ligamentum latum dan rotumdum jauh lebih kendur dibandingakan kondisi saat tidak
hamil,dan ligamen-ligamen ini memerlukan waktu lama untuk pulih dari pengamatan dan
pengenduran yang berlangsung selama kehamilan. Dinding kurang tidur,lingkungan yang asing
baginya dan oleh kecemasannya akan bayi,suami atau anak-anaknya yang lain.
1. Kebersihan diri
2. Istirahat
3. Latihan
4. Gizi
5. Seksual
6. Kontrasepsi
Masa nifas (puerperium) dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat
kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil, berlangsung kira-kira 6 minggu.
Anjurkan ibu untuk melakukan kontrol/kunjungan masa nifas setidaknya 4 kali yaitu:
- 6-8 jam setelah persalinan (sebelum pulang)
- 6 hari setelah persalinan
- 2 minggu setelah persalinan
- 6 minggu setelah persalinan
Periksa tekanan darah, perdarahan pervaginam, kondisi perineum, tanda infeksi,
kontraksi uterus, tinggi fundus, dan temperature secara rutin.
Nilai fungsi berkemih, fungsi cerna, penyembuhan luka, sakit kepala, rasa lelah, dan
nyeri punggung.
Tanyakan ibu mengenai suasana emosinya, bagaimana dukungan yang didapatkannya
dari keluarga, pasangan, dan masyarakat untuk perawatan bayinya.
Tatalaksana atau rujuk ibu bila ditemukan masalah
Lengkapi vaksinasi tetanus toksoid bila diperlukan
Minta ibu segera menghubungi tenaga kesehatan bila ibu menemukan salah satu tanda
berikut:
- Perdarahan berlebihan
- Sekret vagina berbau
- Demam
- Nyeri perut berat
- kelelahan atau sesak
- Bengkak di tangan, wajah, tungkai, atau sakit kepala atau pandangan kabur
- Nyeri payudara, pembengkakan payudara, luka atau perdarahan puting
6. Senggama
- Senggama aman dilakukan setelah darah tidak keluar dan ibu tidak merasa nyeri ketika
memasukkan jari kedalam vagina
- Keputusan bergantung kepada pasangan yang bersangkutan
7. Kontrasepsi dan keluarga berencana
- jelaskan kepada ibu mengenai pentingnya kontrasepsi dan keluarga berencana setelah
bersalin.
A. Pengertian
bayi baru lahir adalh bayi cukup bulan (aterm ) dengan umur antara 37 – 42 minggu, berat
badan antara 2500 – 4000 gram ( sulaiman sastrawinata, 1981 :7 ).
Seorang bayi normal beratnya kira-kira 2,5 kg dengan panjang 50 cm mulai dari kepala
hingga telapak kaki dan mempunyai keliling oksitofrontal 34-35 cm. Kepala berukuran
seperempat tubuhnya. Tubuhnya sintal dan perutnya buncit tubuhnya masih lentur dalam
keadaan terlentang kepalanya condong ke samping dan sebelah bahunya terangkat dari kasur,
tangisnya kencang (Bannet V.K and Brown L.K, 1999).
Menurut Saifuddin, (2002) Bayi bari lahir adalah bayi yang baru lahir selama satu jam
pertama kelahiran.
Menurut Donna L. Wong, (2003) Bayi baru lahir adalah bayi dari lahir sampai usia 4
minggu. Lahirnya biasanya dengan usia gestasi 38-42 minggu.
Menurut Dep. Kes. RI, (2005) Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dengan umur
kehamilan 37 minggu sampai 42 minggu dan berat lahir 2500-4000 gram.
Menurut M. Saleh Kosim, (2007) Bayi baru lahir normal adalah berat lahir antara 2500-4000
gram , cukup bulan,lahir langsung menangis, dan tidak ada kelainan congenital(cacat bawaan)
yang berat.
Pada saat tali pusat dipotong resitensi pembuluh sistemik meningkat dan tekanan atrium.
Kanan menurun, karena berkurangnya aliran darah ke atrium kanan tersebut.hal ini
menyebabkan penurunan volume dan tekanan atrium kanan itu sendiri. Kedua kejadian ini
membantu darah dengan kandungan oksigen sedikit mengalir ke paru-paru untuk menjalani
proses oksigenase ulang.
4. Fibrosis
5. Vena umbicalis
6. Ductus venosus
7. Arteriae hypogastrica
8. Ductus arteriosus
Pengaturan suhu
Bayi baru lahir belum dapat mengatur suhu tubuhnya, sehingga akan mengalami stress dengan
adanya perubahan lingkungan dari dalam rahim ibu ke lingkungan luar yang suhunya lebih
tinggi. Suhu dingin ini menyebabkan air Ketuban menguap lewat kulit, pada lingkungan yang
dingin,pembentukan suhu tanpa mekanisme menggigil merupakan usaha utama seorang bayi
untuk mendapatkan kembali panas tubuhnya. Jika seorang bayi kedinginan,dia akan mulai
mengalami hipoglikemia,hipoksia dan asidosis. Sehingga upaya pencegahan kehilangan panas
merupakan prioritas utama dan bidan berkewajiban untuk meminimalkan kehilangan panas pada
BBL
Metabolisme Glukosa
Untuk memfungsikan otak memerlukan glukosa dalam jumlah tertentu. Dengan tindakan
penjepitan tali pusat dengan klem pada saat lahir seorang bayi harus mulai memperhatikan kadar
glukosa darahnya sendiri. Pada saat bayi baru lahir,glukosa darah akan turun dalam waktu
cepat(1 sampai 2 jam)
Koreksi penurunan kadar gula darah dapat dilakukan dengan 3 cara :
a. melalui penggunaan ASI
b. melalui penggunaan cadangan glikogen
c. melalui pembuatan glukosa dari sumber lain terutama lemak.
BBL yang tidak mampu mencerna makanan dengan jumlah yang cukup,akan membuat glukosa
dari glikogen (glikogenisasi). Hal ini hanya terjadi jika bayi mempunyai persediaan glikogen
yang cukup. Bayi yang sehat akan menyimpan glukosa dalam bentuk glikogen terutama di
hati,selama bulan-bulan terakhir dalam rahim. Bayi yang megalami hipotermia,pada saat lahir
yang mengakibatkan hipoksia akan menggunakan cadangan gliokogen dam jam-jam pertama
kelahiran. Keseimbangan glukosa tidak sepenuhnya tercapai dalam 3-4 jam pertama kelahiran
pada bayi cukup bulan. Jika semua persediaan glikogen digunakan pada jam pertama,maka otak
dalam keadaan berisiko. Bayi yang baru lahir kurang bulan(prematur),lewat bulan(post
matur),bayi yang mengalami hambatan pertumbuhan dalam rahim dan stress janin merupakan
resiko utama,karena simpanan energi berkurang(digunakan sebelum lahir).
Gejala hipoglikemi dapat tidak jelas dan tidak khas, meliputi : kejang- kejang halus, sianosis,
apneu,tangis lemah, latergi, lungai dan menolak makanan. Hipoglikemi juga dapat tanpa gejala
pada awalnya. Akibatnya jangka panjang hipoglikemi adalah kerusakan yang meluas di seluruh
di sel-sel otak.
Perubahan sistem gastrointestinal
Sebelum lahir, kanin cukup bulan akan mulai menghisap dan menelan. Reflek gumoh dan reflek
batuk yang matang sudah terbentuk baik pada saat lahir. Kemampuan bayi baru lahir cukup
bulan untuk menelan dan mencerna makanan (selain susu) masih terbatas. Hubungan antara
esofagus bawah dan lambung masih belum sempurna yang mengakibatkan “gumon” pada bayi
baru lahir dan neonatus, kapasitas lambung masih terbatas kurang 30 cc untuk bayi baru lahir
cukup bulan. Kapasitas lambung ini akan bertambah secara lambat bersamaan dengan
tumbuuhnya bayi baru lahir. Pengaturan makanan yang sering oleh bayi sendiri penting
contohnya pemberian asi on demand.
b. Muntah
Stimulasi terhadap faring posterior oleh makanan, hisapan pada masuknya selang harus
menyebabka bayi mengalami reflek muntah, reflek ini harus menetap sepanjang hidup.
c. Rooting
Menyentuh dan menekan dagu sepanjang sisi mukt akan menyebabkan bayi membalikkan
kepala kearah sisi tersebut dan mulai menghisap, harus hilang pada usia kira-kira 3-4 bulan
d. Mennguap
Respon spontan terhadap penurunan oksigen dengan meningkatkan jumlah udara inspirasi,
harus menetap sepanjang hidup
e. Ekstrusi
Bila lidah disentuh atau ditekan bayi merespon dengan mendorongnya keluar harus
menghilang pada usia 4 bulan
f. Batuk
Iritasi membran mukosa laring menyebabkan batuk, reflek ini harus terus ada sepanjang
hidup, biasanya ada setelah hari pertama lahir.
3. ekstrimitas
a. Menggenggam
Sentuhan pada telapak tangan atau telapak kaki dekat dasar kaki menyebabkan fleksi
tangan dan jari
b. Babinski
Tekanan di telapak kaki bagian luar kearah atas dari tumit dan menyilang bantalan kaki
menyebabkan jari kaki hiperektensi dan haluks dorso fleksi
c. Masa tubuh
Reflek moro
Kejuan atau perubahan tiba-tiba dalam ekuilibrium yang menyebabkan ekstensi dan
abduksi ekstrimitas yang tiba-tiba serta mengisap jari dengan jari telunjuk dan ibu jar
membentuk “c”diikuti dengan fleksi dan abduksi ekstrimitas, kaki dapat fleksi
dengan lemah.
Startle
Suara keras yang tiba-tiba menyebabkan abduksi lengan dengan fleksi siku tangan
tetap tergenggam
Tonik leher
Jika kepala bayi dimiringkan dengan cepat ke salah sisi, legan dan kakinya akan
berekstensi pada sisi tersebut dan lengan yang berlawanan dan kaki fleksi.
Neck-righting
Jika bayi telentang, kepala dipalingkan ke salah satu sisi, bahu dan batan tubuh
membalik kearah tersbut dan ikuti dengan pelvis.
Inkurvasi batang tubuh (gallant)
Sentuhan pada punggung bayi sepanjang tulang belakang menyebabkan panggul
bergerak kearah sisi yang testimulasi
2. Kaget
Bayi akan bereaksi seperti kaget. Ini merupakan reflek naluriah. Sejauh refleks ini tak
berlebihan terjadinya, tak masalah. Bila ia kaget, biasanya tubuhnya bergerak semua.
Gerakannya itu harus simetris semua , tak hanya sebagian tubuhnya saja bergerak. Kalau tidak,
harus dicurigai ada sesuatu di otaknya. Segera periksakan ke dokter. Gerak refleks ini bisa
karena ia melihat cahaya yag menyilaukan atau lantaran ia sudah bisa mendengar suara/bunyi
yang mengagetkannya. Itu sebab, jika bayi sedang tidur, biasanya orang di sekitarnya diminta
untuk tak terlalu berisik. Refleks ini masih boleh ada sampai usia 5 bulan. Jika setelah itu masih
tetap ada, berarti tak normal, ada sesuatu pada diri si bayi hingga mesti dicari penyebabnya.
Kemungkinan ada kerusakan di otaknya.
3. Bersin
Jika sesekali atau tak berlebihan, wajar saja. Sebenarnya, bersin pertanda ia ingin
mengeluarkan sesuatu/kotoran dari hidungnya. Lagi pula hidung bayi itu sensitive dengan bersin,
lubang hidungnya dibersihkan. Jadi, bersin merupakan reaksi bayi untuk pertahanan tubuhnya.
Selain itu, bersin bisa juga karena ia terekspos udara dingin. Jadi, bersin tak selalu berarti bayi
akan flu. Tapi jika keseringan, misal tiap jam bersin, memang bisa jadi pertanda si bayi sakit.
Mungkin ketularan pilek dari ibuya. Karena itu, untuk menghindarinya dari sakit, jangan sering-
sering menciumi si bayi. Bila dirumah ada orang dewasa yang sedang sakit, sebaiknya tak
mencium bayi dan harus menggunakan masker.
4. Menghisap
Refleks ini merupakan refleks paling primitif untuk mempertahankan hidup. Lapar atau
tidak, bila kita taruh jari di mulutnya, ia akan mencari dan membuka mulutnya dan jari tersebut
akan dihisapnya. Kemampuan inilah yang membuatnya bisa menyusu dan mendapatkan
makanan. Bila usia kehamilan ibu 34 minggu ke atas dan bayi dilahirkan di usia itu, sudah ada
refleks mengisapnya. Jika refleks ini tak ada, berarti si bayi sakit, apakah infeksi atau sakit berat
lainnya, semisal ada kerusakan otak hingga pusat yang mengatur refleksnya tak berfungsi.
Refleks mengisap akan terus ada sampai dewasa. maka itu, adakalanya anak usia setahun pun
masih suka menghisap ibu jarinya.
5. Tersedak
Normalnya tenggorokan ada jalan napas dan jalan makanan atau kerongkongan. Jika bayi
sedang minum/makan, jalan napasnya akan menutup .
Pada bayi normal, lahir cukup bulan dan sehat, ia punya refleks otomatis seperti itu. Jadi, bila
kebanyakan minum, ia akan berhenti dulu, tak akan tersedak sampai masuk ke paru-paru. Bayi
bisa mengatur seberapa banyak harus mengisapya. Jadi, jarang bayi terdesak. Jika hanya sekali-
sekali tersedaknya tak apa-apa, asalakan jangan sampai masuk ke jalan napas dan menyebabkan
biru. Bila sampai tersedak pun ia punya refleks untuk membatukkan. Kecuali jika bayi dicekoki,
kebanyakan bisa tersedak . Pada bayi yang menyusu ASI, tak mungkin tersedak karena bayi
mengisap dan memompa ASI sesuai isapannya. Tersedak justru lebih sering terjadi pada bayi
yang minum tak benar/ tak hati-hati.
Bayi juga bisa tersedak karena kelainan anatomis, misalnya: fistula, esophagus (ada
lubang antara jalan napas dam jalan makan). Jadi, makanan/minuman yang masuk, sebagian
masuk keparu-paru hingga membuatnya tersedak kelainan ini harus diperbaiki dengan operasi.
9. Melihat ke atas
Bayi baru lahir Cuma bisa membedakan terang atau gelap, ada sinar atau tidak. Fungsi
pengliatannya belum sempurna. Jadi, jika bayi tampak seolah sering melihat keatas, sebenarnya
bukanlah demikian. Itu hanya reaksi karena ada sinar yang membuatnya silau atau matanya
tampak bergerak-gerak. Mungkin karena ia melihat bayangan saja atau seseuatu seperti bayangan
yang bergerak. Usia 2 bulan pengliatannya masih kabur dan buram, ia tahu hanya ada bayangan.
Setelah 4 bulan, barulah penglihatannya lebih jelas.
11. Gumoh/muntah
Tak apa-apa bayi gumoh. Itu bagian dari refleksnya. Apalagi jarak antara kerongkongan
dan jalan nasofaring ini pendek, hingga mudah terjadi gumoh. Gumoh pertanda bayi kebanyakan
minum atau sudah kenyang. Lambung bayi itu kecil, jika makanan/minumannya terlalu banyak
akan membuatnya gumoh.
Bila gumoh terus-terusan, kita tak boleh berpikir terlalu jelek seperti halnya muntah.
Mungkin saja karena kita mencekoki si bayi susu terus. Apalagi kadang bila bayi menangis,
umumnya ibu akan menjejalkan mulut si bayi dengan susu. Padahal, mungkin saja bayi tak
lapar, tapi pipis atau hanya ingin digendong. Tak apa-apa juga bila gumoh keluar lewat hidung,
selama bayi tak tampak biru. Jika sampai biru dan tersedak, artinya sudah masuk kejalan nafas.
Kita harus bisa membedakan antara gumoh dan muntah. Gumoh keluar begitu saja dari
mulut dan sedikit. Sedangkan muntah, ada tekanan negatif dari perut mendorong diafragma.
Jika muntahnya hanya sekali,mungkin bisa dipikirkan kekenyangannya. Tapi jika muntahnya
lebih dari 3 kali atau setiap minum muntah, mungkin ada obstruksi/sumbatan, baik disekitar
lambung atau lebih ke bagian bawahnya. Jika demikian,harus dibawa kedokter. Kalau ternyata
ada obstruksi, harus dilakukan operasi.
12. Tidur
Dalam sehari, bayi baru lahir bisa tidur 18 jam. Bangunnya hanya untuk minum, lalu
tidur lagi. Secara perlahan, makin usia bertambah,waktu tidurnya akan berkurang atau makin
sedikit. Bayi kalau perutnya kenyang, badan kering dan hangat, ia akan tidur. Kalau tidak, ia
gelisah. Ada juga bayi-bayi yang susah tidurnya, berarti termasuk bayi rewel atau ada sesuatu
yang dirasanya atau sakit. Lebih ekstrimnya, jika bayi banyak tak tidurnya alias melotot terus, ia
akan sangat aktif, bertemperamen tinggi, seperti mengamuk, dan sebagainya.
Saat ditidurkan, sebaiknya bayi tak ditaruh telentang, tapi menyamping agar jika muntah
tak akan ditelannya. Bayi bisa memilih sendiri posisi tidurnya yang dirasakannya nyaman.
13. Menguap
Normal, jika bayi sesekali menguap, bisa berarti ia mengantuk. Tapi, jika sebentar-
sebentar menguap atau sering, bisa termasuk dalam salah satu sindrom keracunan obat-obatan,
misal dari ibu yang pecandu narkotika. Harus ditangani oleh dokter untuk pengobatannya.
14. Menggeliat
Menggeliat berarti menggerakkan otot-ototnya. Normal kok, karena ia belum bisa
tengkurap atau membalikkan badannya, maka gerakannya hanya sebatas menggeliat.
Bayi memang harus banyak bergerak. Dikandungan saja, bayi banyak menendang-
nendang. Hanya seberapa banyak/aktifnya bergerak, sangat individual sifatnya, entah bayi laki
atau permpuan. Justru kalau bayi diam saja harus dicurigai, berarti ada sesuatu atau sakit.
15. Tersenyum
Orang tua dulu mengatakan, jika bayi tersenyum berarti sedang tersenyum dengan
saudaranya atau malaikat. Sebenarnya, senyumnya itu tak berarti apa-apa. Apalagi bayi belum
bisa melihat dengan jeas, masih berupa bayangan saja. Bayi tersenyum sekedar reaksinya
mengerakkan otot-otot wajahnya.
Pastikan bayi tetap hangat dan jangan mandikan bayi hingga 24 jam setelah persalinan.
Jaga kontak kulit antara ibu dan bayi serta tutupi kepala bayi dengan topi.
Tanayakan pada ibu dan atau keluarga tentang masalah kesehatan pada ibu:
Keluhan tentang bayi nya
Penyakit ibu yang mungkin berdampak pada bayi
(TBC, demam pada saatpersalinan, CPD>18jam, hepatitis B atau C,syphilis,
HIV/AIDS, penggunaan obat)
Car,waktu tempat bersalin dan tindakan yang diberikan pada bayi jika ada
Warna air ketuban
Riwayat bayi saat buang air kecil dan besar
Frekuensi bayi menyusui dan dan kemampuan menghisap
Lakukan pemeriksaan fisik sebagai berikut
Pemeriksaan dilakukan dalam keadaan bayi tenang (tidak menangis)
Femeriksaan tidak harus berurutan ,didahulukan menilai pernapasan dan tarikan
dinding dada bawah ,denyut jantung serta perut.
Perawatan khusus bayi berat lahir rendah (BBLR) atau bayi dengan kondisi rentan
lainnya:
Berikan dukungan lebih dalam pemberian ASI gunakan pompa atau cangkir bila perlu.
Berikan perhatian lebih dalam menjaga kesehatan bayi ,missal nya dengan kontak kulit ibu dan
bayi atau perawatan kanguru (Lihat bab4.9)
Berikan perhatian lebih pada bayi dan ibu HIV positif ,terutama dalam hal dukungan pemberian
makanan.
Pemulangan Bayi
Bayi yang lahir di fasilitas kesehatan seharusnya dipulangkan minimal 24 jam setelah
lahir apabila selama pengawasan tidak dijumpai kelainan.Sedangkan pada bayi yang lahir di
rumah bayi dianggap dipulangkan pada saat petugas kesehatan meninggalkan tempat persalinan.
Pada bayi yang normal dan tanpa masalah petugas kesehatan meninggalkan tempat persalinan
paling cepat2 jam setelah lahir.
Kunjungan Ulang
B. Pengertian KB
Keluarga berencana adalah suatu usaha untuk menjarangkan atau merncanakan jumlah
dan jarak kehamilan dengan memakai kontrasepsi (Manuaba, 2003).
Keluarga berencana menurut WHO adalah tindakan yang memakai individu atau
pasangan suami istri untuk:
- Mendapatkan obyek-0byek tertentu
- Menghindari kelahiran yang tidak diinginkan
- Mendapatkan kelahiran yang memang diinginkan
- Mengatur interval diantara kehamilan
- Mengontrol waktusaat kelahiran dalam hubungan dengan umur suami istri
- Menentukan jumlah anak dalam keluarga (Hanafi, 2004)
Keluarga berencana (KB) adalah suatu program yang dicanangkan pemerintah dalam
upaya peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia
perkawinan (PUP), pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga, peningkatan
kesejahteraan keluarga kecil, bahagia dan sejahtera.
Membentuk keluarga kecil sesuai dengan kekuatan sosial ekonomi suatu keluarga dengan
cara mengatur kelahiran anak, agar dapat diperoleh suatu keluarga bahagia dan sejahtera
yang dapat memenuhi kebutuhan hidupnya, (Mochtar, 2002)
Tujuan utama program KB nasional adalah untuk memenuhi perintah masyarakat akan
pelayanan KB dan kesehatan reproduksi yang berkualitas, menurunkan tingkat atau
angka kematian ibu dan bayi serta penanggulangan masalah kesehatan reproduksi dalam
rangka membangun keluarga kecil yang berkualitas.
Menurut WHO (2003) tujuan Kb terdiri dari :
1. Menunda/mencegah kehamilan.
Menunda kehamilan bagi PUS (Pasangan Usia Subur) dengan usia istri kurang dari
20 tahun dianjurkan untuk menunda kehamilannya. Alasan menunda/mencegah
kehamilan :
1. Umur dibawah 20 tahun adalah usia yang sebaiknya tidak mempunyai anak dulu
karena berbagai alasan.
2. Perioritas penggunaan kontrasepsi pil oral, karena peserta masih muda.
3. Penggunaan kondom kurang menguntungkan karena pasangan muda masih tinggi
frekuensi bersenggamanya, sehingga mempunyai kegagalan tinggi.
4. Penggunaan IUD (Intra Uterine Device) bagi yang belum mempunyai anak pada
masa ini dapat dianjurkan, terlebih bagi calon peserta dengan kontraindikasi
terhadap pil oral.
1. Reversibilitas yang tinggi artinya kembalinya masa kesuburan terjamin hampir 100%,
karena pada masa ini peserta belum mempunyai anak.
2. Efektivitas yang tinggi, karena kegagalan akan menyebabkan terjadinya kehamilan
dengan resiko tinggi dan kegagalan ini merupakan kegagalan program.
3. Menjarangkan kehamilan. Perriode usia istri 20 / 30 35 tahun merupakan periode usia
paling baik untuk melahirkan, dengan jumlah anak 2 orang dan jarak antara kehamilan
adalah 2 – 4 tahun. Ini di kenal sebagai catur warga.
1. Umur antara 20-30 tahun merupakan usia yang terbaik untuk mengandung dan
melahirkan
2. Segera setelah anak pertama lahir, maka dianjurkan untuk memakai IUD (Intra Uterine
Device) sebagai pilihan utama.
3. Kegagalan yang menyebabakan kehamilan cukup tinggi namun disini tidak atau kurang
berbahaya karena yang bersangkutan pada usia mengandung dan melahirkan yang baik.
4. Disini kegagalan kontrasepsi bukanlah kegagalan program.
F. Menghentikan/mengakhiri kehamilan/kesuburan
Periode umur istri diatas 30 tahun, terutama diatas 35 tahun sebaiknya mengakhiri
kesuburan setelah mempunyai 2 orang anak.
Alasan mengakhiri kesuburan
1. ibu-ibu dengan usia diata 30 tahun dianjurkan untuk tidak hamil atau tidak punya
anak lagi, karena alasan medis atau alasan lainnya
2. pilihan utama adalah kontrasepsi mantap
3. pil oral kurang dianjurkan karena usia ibu yang relatif tua dan mempunyai
kemungkinan timbulnya akibat sampingan dan komplikasi.
G. Macam- Macam KB
H. Konseling KB
Konseling Awal
Konseling awal sangat diperlukan untuk calon yang baru pertama datang dan dimaksudkan
untuk mengenalkan klien kepada semua cara KB atau pelayanan KB atau pelayanan kesehatan,
prosedur klinik, kebijakan dan bagaimana pengalaman klien pada kunjungannya itu. Bila
konseling awal dilakukan dengan baik, maka dapat membantu klien dalam memilih cara ber KB
yang cocok bagi klien. Dalam konseling awal diberitahukan secara singkat tentang cara-cara ber
KB yang tersedia di klinik. Jawab pertanyaan klien dengan jelas dan terarah.
a) Suasana pelayanan yang nyaman melalui penerimaan yang hangat dan kekeluargaan.
b) Penyuluhan mengenai cara ber KB
c) Penyuluhan mengenai keefektifan menyusui untuk KB bagi ibu yang baru melahirkan.
d) Keterangan mengenai apa yang diinginkan oleh klien selama kunjungan tersebut.
a) Menanyakan kepada klien cara apa yang dipilih dan apa yang ia ketahui tentang cara
tersebut. Dengan cara demikian pemberi pelayanan dapat mengoreksi dan informasi yang
salah muncul dimasyarakat untuk selanjutnya memberikan informasi yang benar.
b) Memberitahukan dan mendiskusikan cara kerja setiap metode KB, keefektipannya,
manfaat dan kerugiannya.
c) Membantu klien untuk mulai memilih suatu metode
d) Menasehati klien perlunya evaluasi lebih lanjut
e) Memberi kesempatan kepada klien untuk bertanya lebih lanjut atau ada hal lain yang
masih merisaukan
f) Menjelaskan secara singkat dan jelas bagaimana menggunakan metode tersebut dan
memungkinkan efek samping yang timbul
g) Meminta klien mengulangi instruksi untuk meyakinkan bahwa ia benar-benar telah
mengerti.
h) Membicarakan dengan klien apa harus kembali follow up. Penekanan dititik beratkan
pada penyediaan alat, nasehat tentang efek samping bagaimana mengenal adanya
masalah sedini mungkin, bagaimana bila ingin mengganti alat kontrasepsi.
Kunjungan ulang yang pertama tergantung pada jenis KB yang dipakai. Sebagai contoh,
dibawah ini diberikan jadwal yang dianjurkan: