Disusun untuk memenuhi Tugas Ujian Tengah Semester Mata Kuliah Perancangan Peraturan
Perundang-undangan Kelas (A) Semester Genap 2023/2024
Dosen Pengampu :
1. Rosita Indrayati S.H., M.H.
2. Igam Arya Wada S.H., M.H.
Disusun Oleh :
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS JEMBER
2024
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat dan
karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan Penyusunan Naskah Akademik Rancangan
Peraturan Daerah Kabupaten Jember tentang Pengembangan dan Penguatan Ekonomi Kreatif,
dimana kini pengaturan ekonomi kreatif di daerah-daerah maju menjadikan ekonomi kreatif
sebagai dasar pengembangan kreasi dan daya cipta para pelaku kreatif untuk digunakan dalam
UMKM. Selanjutnya UMKM akan mewujudkan ide-ide jenius pelaku kreatif dengan izin dari
pelaku kreatif untuk diperbanyak dalam jumlah besar dengan cara memproduksinya dan
memasarkannya.
Penyusun ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu hingga tersusunnya naskah akademik ini. Penyusunan Naskah Akademik merupakan
satu kegiatan di dalam perencanaan pembentukan Peraturan Perundang-undangan termasuk di
dalamnya adalah pembentukan Peraturan Daerah. Dalam hal ini, Naskah Akademik disusun
melalui penelitian atau pengkajian hukum terhadap permasalahan di dalam penyusunan
Rancangan Peraturan Daerah tentang Pengembangan dan Penguatan Ekonomi Kreatif di
Kabupaten Jember sebagai solusi terhadap permasalahan dan kebutuhan hukum masyarakat yang
terjadi selama ini.
Dalam hal ini, Pemerintah Daerah Kabupaten Jember telah mengikutsertakan Kantor
Wilayah Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Jawa Timur di dalam penyusunan Naskah
Akademik Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Jember tentang Pengembangan dan
Penguatan Ekonomi Kreatif. Naskah Akademik ini merupakan kajian secara filosofis, sosiologis,
dan yuridis serta melalui penelitian yang mendalam terkait dengan pelaksanaan dan
penyelenggaraan Ekonomi Kreatif selama ini, yang kemudian disesuaikan dengan peraturan
perundang-undangan yang ada dan berlaku saat ini.
Akhir kata, penyusun mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu kelancaran hingga selesainya penyusunan Naskah Akademik Rancangan Peraturan
Daerah Kabupaten Jember tentang Pengembangan dan Penguatan Ekonomi Kreatif beserta
UMKM. Semoga Naskah Akademik ini dapat memberikan manfaat dan masukan di dalam
pembentukan dan penyusunan Peraturan Daerah Kabupaten Jember.
Jember, 9 April 2024
Tim Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................................................II
DAFTAR ISI................................................................................................................................IV
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................................0
3.1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 Tentang Usaha Kecil Mikro dan Menengah ... 23
5.1. Kesimpulan.........................................................................................................................29
5.2. Saran...................................................................................................................................31
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................32
BAB I
PENDAHULUAN
Pengembangan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) serta sektor Ekonomi
Kreatif telah menjadi fokus utama dalam strategi pembangunan ekonomi di berbagai daerah di
Indonesia. UMKM saat ini memegang peran penting serta berkontribusi signifikan untuk
pertumbuhan ekonomi di Indonesia. UMKM pada dasarnya berpotensi tinggi dan apabila
dikembangkan serta dikelola secara maksimal pastinya bisa membentuk suatu usaha yang kuat.
2
Hal ini tidak terkecuali bagi Kabupaten Jember, yang memiliki potensi besar dalam sektor
UMKM dan kreativitas ekonomi yang perlu diperkuat melalui regulasi yang mendukung.
Menurut data Kementrian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah 2023 Banyaknya UMKM di
2017
1
Monica Salam and Anantha Pratama, ‘Peran Pemerintah Daerah Dalam Pengembangan UMKM The Role Of Local
Goverment In The Development Of UMKM’ [2022] jurnalunri.ac.id.
2
Humas, ‘Perkembangan UMKM Sebagai Critical Engine Perekonomian Nasional Terus Mendapatkan Dukungan
Pemerintah’ (KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA, 10 October 2022)
<https://www.ekon.go.id/publikasi/detail/4593/perkembangan-umkm-sebagai-critical-engine-perekonomian-
nasional-terus-mendapatkan-dukungan-pemerintah>.
sebesar 62,9 juta unit usaha, peningkatan dari 64,2 juta unit pada tahun 2018. Pada tahun
2019 mencapai 65,47 juta unit usaha UMKM di seluruh Indonesia. Hingga ekonomi Indonesia
turun pada sektor UMKM akibat pandemi mencapai 61,8 juta unit usaha dan pada tahun 2021
pelaku usaha mulai bangkit hingga menembus 65,46 juta unit usaha. Pun jumlah UMKM di
Kabupaten Jember yang saat ini mencapai 347.000 per 2023.3
Berdasarkan data dan roadmap Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Kabupaten Jember
memiliki 3 sektor unggulan UKM bidang ekonomi kreatif yang memiliki potensi untuk
dikembangkan yaitu UMKM Fashion, Kerajinan dan Kuliner. 4 Sebagai sektor unggulan, UMKM
Fashion mencakup industri pakaian dan aksesoris yang mencerminkan kekayaan budaya dan
kreativitas lokal, sementara sektor Kerajinan meliputi produk-produk seni dan kerajinan tangan
yang memiliki nilai seni dan keunikan tersendiri. Selain itu, sektor Kuliner mencakup beragam
makanan dan minuman khas daerah yang dapat menjadi daya tarik wisata kuliner dan
mendukung promosi kekayaan kuliner lokal. Dengan potensi yang dimiliki oleh ketiga sektor ini,
strategi pengembangan yang terencana dan berkelanjutan dapat memperkuat kontribusi UMKM
dalam mendukung pertumbuhan ekonomi kreatif di Kabupaten Jember.
Bedasarkan data yang disajikan dapat dilihat bahwa lebih dari setengah penduduk Jember
mengandalkan UMKM sebagai mata pencaharian utama. Data tersebut diperkuat dari hasil
perhitungan yang dilakukan, Jember menempati rekor MURI dengan jumlah 2.548 UMKM yang
terlibat di Jember Fashion Carnival per 2023. Hal tersebut menunjukkan potensi besar yang
dapat menjadi terobosan baru yang dalam memajukan perekonomian kabupaten jember melalui
UMKM. Namun, potensi tersebut terhambat oleh beberapa permasalahan. Tantangan-tantangan
3
Setyanti and others, Membangun Ekonomi Kreatif Kabupaten Jember (2018).
4
Ibid. Hal. 9
seperti akses terbatas terhadap modal, kurangnya akses pasar, serta kurangnya infrastruktur
pendukung masih menjadi kendala yang perlu diatasi. Survey Badan Pusat Statistik Kabupaten
Jember mengidentifikasi permasalahan yang dihadapi UMKM di Kabupaten Jember yang perlu
dibenahi adalah masalah sumber pendanaan (modal), birokrasi insfrastruktur.5
Banyak Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) mengalami kendala dalam
mengakses sumber pendanaan yang memadai dari lembaga keuangan formal. Persyaratan yang
rumit, seperti dokumen yang kompleks dan prosedur yang panjang, sering menjadi hambatan
utama bagi UMKM untuk mendapatkan pinjaman atau pembiayaan. Selain itu, banyak UMKM
juga menghadapi kesulitan dalam memenuhi persyaratan jaminan yang diminta oleh lembaga
keuangan, seperti agunan yang nilainya mencukupi. Tingginya suku bunga yang dikenakan oleh
lembaga keuangan juga menjadi beban tambahan bagi UMKM yang sedang berkembang.
UMKM juga menghadapi tantangan dalam membangun reputasi kredit yang baik di mata
lembaga keuangan. Kurangnya riwayat kredit atau rekam jejak keuangan yang kuat sering
membuat lembaga keuangan enggan memberikan pembiayaan yang cukup besar. Oleh karena
itu, diperlukan upaya yang lebih luas dalam hal edukasi keuangan dan pembinaan UMKM untuk
meningkatkan pemahaman mereka tentang manajemen keuangan yang baik dan pentingnya
membangun reputasi kredit yang solid. Agar UMKM dapat lebih diakui dan dipercaya oleh
lembaga keuangan, memperoleh akses pembiayaan yang lebih baik dan sesuai dengan kebutuhan
usaha mereka.
Kurangnya akses pasar Kurangnya akses pasar bagi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah
(UMKM) di Kabupaten Jember menjadi hambatan utama dalam mengembangkan bisnis mereka.
Kendala ini terutama terjadi karena kurangnya integrasi dengan jaringan distribusi yang lebih
luas serta minimnya informasi mengenai pasar dan tren konsumen. Dalam era digital yang
semakin berkembang, UMKM perlu meningkatkan kehadiran dan keterlibatan mereka dalam
platform online untuk memperluas jangkauan pasar. Upaya untuk mengatasi masalah akses pasar
ini dapat dilakukan melalui berbagai strategi, seperti pelatihan dalam pemasaran digital,
kolaborasi dengan platform e-commerce, dan pengembangan jaringan distribusi yang lebih
5
Imam Nawawi, ‘JFC Pecahkan Rekor MURI Karena Libatkan 2.548 UMKM dan 268 Lampu Sorot Dalam Karnaval
Malam Hari Artikel Ini Telah Tayang Di Tribunjatim-Timur.Com Dengan Judul JFC Pecahkan Rekor MURI Karena
Libatkan 2.548 UMKM dan 268 Lampu Sorot Dalam Karnaval Malam Hari.’ (08 2023) <https://jatim-
timur.tribunnews.com/2023/08/06/jfc-pecahkan-rekor-muri-karena-libatkan-2548-umkm-dan-268-lampu-sorot-
dalam-karnaval-malam-hari>.
efektif. Selain itu, dukungan finansial dari lembaga keuangan juga penting untuk membantu
UMKM memperluas operasi mereka dan menjangkau pasar yang lebih luas. Dengan langkah-
langkah ini, diharapkan UMKM di Kabupaten Jember dapat lebih kompetitif dan mampu
bersaing di pasar yang semakin kompleks.
Tidak hanya itu, Infrastruktur UMKM di Kabupaten Jember kurang memadai, dapat
dilihat dari pedagang kaki lima yang berjualan di disepanjang trotoar Jalan Jawa yang semrawut.
Penertiban pedagang kaki lima (PKL) di Jalan Jawa juga merupakan permasalahan serius. Jalan
Jawa merupakan jalanan utama yang dilewati mahasiswa, pekerja, maupun pelajar SMP dan
SMAN 2 Jember. Karena pemerintah daerah tidak berani menertibkan PKL dengan tegas, hal ini
menyebabkan gangguan dalam lalu lintas dan mengakibatkan penyempitan lebar jalan aspal yang
seharusnya mencapai 12meter menjadi hanya 7 sampai 8meter yang bisa digunakan untuk lalu
lintas kendaraan. Selain itu, parkir kendaraan di bahu jalan juga semakin mempersempit ruang
lalu lintas yang tersedia. Upaya penertiban pemerintah melalui penerapan kebijakan Sistem Satu
Arah kurang tepat pada implementasinya yang dirasa merugikan pengguna jalan baik pengendara
maupun pejalan kaki. Kondisi di Jalan Jawa telah berlangsung lama tanpa adanya upaya
penertiban dari instansi terkait seperti Dinas Perhubungan (Dishub), Disperindag, dan Diskop
UMKM. Ketiadaan penertiban ini membuat PKL di Jalan Jawa merasa memiliki hak atas trotoar
dan bahu jalan, mengakibatkan kesulitan bagi pejalan kaki yang ingin melintas dengan lancar. 6
Penertiban terhadap PKL, baik yang berada di trotoar maupun bahu jalan, menjadi hal
yang mendesak untuk mengatasi kepadatan dan meningkatkan kenyamanan pengguna jalan.
Selain itu Fakta bahwa jalan aspal yang seharusnya lebar 12meter hanya efektif digunakan dalam
lebar 7 sampai 8meter karena lapak pedagang yang menjorok ke aspal, menambah masalah yang
perlu segera ditangani. Trotoar yang seharusnya steril dari lapak PKL juga telah terpakai penuh,
menyulitkan pejalan kaki dan mengganggu keteraturan lalu lintas. Pemerintah perlu segera
membuka mata dan telinga untuk mengatasi permasalahan ini dengan melakukan penertiban
terhadap PKL, memastikan trotoar dan bahu jalan steril dari lapak pedagang, serta menyesuaikan
strategi lalu lintas seperti penerapan sistem satu arah (SSA) di Jalan Jawa. Upaya ini sangat
penting untuk menjaga keteraturan lalu lintas, meningkatkan keselamatan pengguna jalan, dan
menciptakan lingkungan yang nyaman bagi masyarakat.
6
Radar Digital, ‘Penerapan SSA Di Jalan Jawa Jember Dinilai Tidak Efektif’ RadarJember.id (Oktober 2023)
<https://radarjember.jawapos.com/jember/793038844/penerapan-ssa-di-jalan-jawa-jember-dinilai-tidak-efektif>.
Oleh karena itu, Pemerintah daerah juga diharuskan untuk memperhatikan pengelolaan
potensi ekonomi secara bijaksana dengan memperhatikan kondisi lingkungan dan perekonomian
masyarakat sekitar. Dalam hal ini pengembangan regulasi yang mendukung UMKM dan
ekonomi kreatif menjadi sangat penting. Peraturan Daerah (Perda) sebagai instrumen hukum
lokal memiliki peran penting dalam menciptakan lingkungan yang kondusif bagi pertumbuhan
dan perkembangan UMKM serta sektor ekonomi kreatif. Dengan adanya Perda yang berorientasi
pada pengembangan UMKM dan ekonomi kreatif, diharapkan dapat memberikan dorongan bagi
pelaku usaha di Kabupaten Jember untuk mengoptimalkan potensi yang dimiliki. Inisiasi
dibentuknya Rancangan Undang Undang Tentang Pengembangan UMKM dan Ekonomi Kreatif
di Kabupaten Jember adalah bentuk usaha matang pemerintah dalam mengentaskan
permasalahan UMKM. Melalui adanya Undang-Undang ini diharapkan segala permasalahan
dapat terselesaikan serta dengan adanya dukungan regulasi yang kuat dan berkelanjutan,
diharapkan UMKM dan sektor ekonomi kreatif dapat terus berkembang dan memberikan
kontribusi yang lebih besar dalam pertumbuhan ekonomi serta peningkatan kesejahteraan
masyarakat Kabupaten Jember.
1. Apa permasalahan yang dihadapi oleh usaha mikro di Kabupaten Jember, terutama dalam
hal akses informasi, dukungan pemerintah daerah, dan kebijakan yang mendukung
pertumbuhan dan keberlangsungan usaha mikro?
3. Apa yang menjadi Pertimbangan filosofis, sosiologis, dan ekonomis dalam pembentukan
Rancangan Peraturan Daerah tentang Pemberdayaan Usaha Mikro di Kabupaten Jember,
termasuk landasan hukum yang mendukung perlindungan dan pemberdayaan usaha
mikro?
4. Apa sasaran yang akan dicapai, ruang lingkup pengaturan, jangkauan, dan arah
pengaturan dari Rancangan Peraturan Daerah tentang Pemberdayaan Usaha Mikro di
Jember Regency untuk meningkatkan kontribusi usaha mikro terhadap pembangunan
ekonomi lokal dan kesejahteraan masyarakat?
Tujuan dari pembuatan Rancangan Peraturan Daerah tentang Pengembangan UMKM dan Ekonomi
Kreatif di Kabupaten Jember:
1. Menemukan solusi konkret untuk permasalahan yang dihadapi oleh usaha mikro di
Kabupaten Jember, terutama terkait dengan akses informasi yang memadai, dukungan
yang efektif dari pemerintah daerah, dan kebijakan yang mendorong pertumbuhan dan
keberlangsungan usaha mikro.
2. Menghadirkan sebuah peraturan daerah yang dapat menjadi landasan hukum yang kuat
untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi oleh usaha mikro di Kabupaten Jember,
sehingga dapat memberikan perlindungan dan dukungan yang lebih baik untuk menjaga
keberlangsungan dan pertumbuhan usaha mikro.
Kedua adalah pengumpulan bahan hukum dan bahan nonhukum yang relevan
dengan isu hukum yang telah ditetapkan. Bahan hukum yang dikumpulkan meliputi
bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder. Bahan hukum primer adalah
peraturan perundang-undangan sedangkan bahan hukum sekunder adalah buku-buku
dan jurnal-jurnal hukum yang memuat tentang kajian-kajian atas bahan hukum
primer yang telah dikumpulkan. Jadi bahan hukum sekunder merupakan bahan-
bahan yang menjelaskan bahan hukum primer sebagaimana dikemukakan oleh
Iosipescu yang menegaskan bahwa "secondary legal materials are materials basically
used for understanding primary legal materials". Sementara bahan non-hukum adalah
hasil kajian dalam bidang ilmu lain yang memiliki relevansi dengan isu hukum yan
diangkat. Selain itu, bahan non-hukum juga dimaksudkan pengumpulan data-data
primer seperti wawancara, focus group, survey dan lain sebagainya. Secara praktis,
pengumpulan bahan hukum primer, bahan hukum sekunder, dan bahan non-hukum
berjalan beriringan.
Ketiga adalah telaah atas isu hukum yang ditetapkan. Dalam rangka telaah
atas isu hukum yang diajukan, pendekatan- pendekatan yang digunakan dalam
penelitian hukum adalah: pendekatan peraturan perundang- undangan (statute
approach), pendekatan kasus (case approach), pendekatan sejarah (historical
approach), pendekatan perbandingan (comparative approach), dan pendekatan
konseptual (conceptual approach). Namun demikian, tidak berarti bahwa semua
pendekatan tersebut dipergunakan dalam setiap penelitian hukum. Pendekatan yang
dipergunakan adalah pendekatan yang relevan dengan isu hukum yang diajukan.
Terkait dengan penyusunan Rancangan Peraturan Daerah tentang Pengembangan
UMKM dan Ekonomi Kreatif di Kabupaten Jember, pendekatan yang dipergunakan
adalah pendekatan peraturan perundang-undangan (statute approach) dan pendekatan
konseptual (conceptual approach).
9
Mauled Moelyono, “Menggerakkan Ekonomi Kreatif antara Tuntutan dan Kebutuhan”, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
2010), Hal 23.
Yaitu Layanan profesional yang menciptakan dan mengembangkan konsep dan
spesifikasi yang mengoptimalkan fungs, nilai dan penampilan suatu produk dan sistem
untuk keuntungan pengguna maupun pabrik.
f. Musik
Yaitu kegiatan kreatif yang berkaitan dengan kreasi/komisi, pertunjukkan, reproduksi,
dan distribusi dari rekaman suara.
g. Fashion
Yaitu Gaya hidup dalam berpenampilan yang mencerminkan identitas diri atau
kelompok. Pada Tahun 2015 laju pertumbuhan PDB subsektor fashion sebesar 2,80% dan
ada 56% Produk industri kreatif yang di ekspor keluar negeri berasal dari produk-produk
fashion.
h. Film, Animasi, Video Film
Yaitu karya seni gambar bergerak yang memuat berbagai ide atau gagasan dalam bentuk
audiovisual, serta dalam proses pembuatannya menggunakan kaidah-kaidah
sinematografi. Animasi yaitu Tampilan Frame ke Frame dalam urutan waktu untuk
menciptakan ilusi gerakan yang berkelanjutan sehingga tampilan terlihat seolah-olah
hidup atau mempunyai nyawa. Video yaitu sebuah aktivitas kreatif, berupa eksplorasi dan
inovasi dalam cara merekam atau membuat gambar bergerak, yang ditampilkan melalui
media presentasi, yang mampu memberikan karya gambar bergerak alternatif yang
berdaya saing dan memberikan nilai tambah budaya, sosial, dan ekonomi.
i. Fotografi
Yaitu sebuah industri yang mendorong penggunaan kreativitas individu daalam
memproduksi citra dari suatu obyek foto dengan menggunakan perangkat fotografi,
termasuk didalamnya media perekam cahaya, media penyimpan berkas, serta media yang
menampilkan informasi untuk menciptakan kesejahteraan dan juga kesempatan kerja.
j. Kriya
Yaitu kegiatan kerajinan (kriya) merupakan bagian dari seni rupa terapan yang
merupakan titik temu antara seni dan desain yang bersumber dari warisan tradisi atau ide
kontemporer yang hasilnya dapat berupa karya seni, produk fungsional, benda hias dan
dekoratif, serta dapat dikelompokkan nberdasarkan material dan eksplorasi alat teknik
yang digunakan, dan juga dari tematik produknya.
k. Kuliner
Yaitu kegiatan persiapan, pengolahan, penyajian produk makanan dan minuman yang
menjadikan unsur kreativitas, estetika, tradisi dan kearifan lokal, diakui oleh lembaga
kuliner sebagai elemen terpenting dalam meeningkatkan cita rasa dan nilai produk
tersebut, untuk menarik daya beli dan memberikan pengalaman bagi konsumen.
i. Musik
Yaitu segala jenis usaha, kegiatan kreatif dan daya imajinasi untuk membuat konten
kreatif yang berkaitan dengan pendidikan, kreasi/komposisi, rekaman, kontribusi,
distribusi, penjualan dan pertunjukan karya seni musik.
m. Penerbitan
Yaitu daya imajinasi untuk membuat konten kreatif yang memiliki keunikan tertentu,
dituangkan dalam bentuk tulisan, gambar atau audio ataupun kombinasinya, diproduksi
untuk dikonsumsi publik, melalui media cetak, media daring menggunakan perangkat
elektronik, ataupun media baru untuk mendapatkan nilai ekonomi, sosial ataupun seni
dan budaya yang lebih tinggi.
n. Periklanan
Yaitu Bentuk Komunikasi melalui media tentang produk/merek kepada khalayak
sasarannya agar memberikan tanggapan sesuiai tujuan pemrakarsa, kegiatan kreatif yang
berkaitan jasa periklanan (komunikasi suatu arah dengan menggunakan medium tertentu),
yang meliputi proses kreasi, produksi dan distribusi dari iklan, iklan luar ruang, produksi
material iklan, promosi, kampanye relasi publik, tampilan iklan di media cetak (surat
kabar, majalah) dan elektronik (televisi dan radio), pemasangan berbagai poster dan
gambar, penyebaran selebaran, pamphlet, edaran brosur dan relame sejenis, distribusi dan
delivery advertising atau sampels, serta penyewaan kolom untuk iklan.
o. Seni Pertunjukan
Yaitu cabang kesenian yang melibatkan perancang, pekerja teknis dan penampil yang
mengolah, mewujudkan dan menyampaikan suatu gagasan kepada penonton, baik dalam
bentuk lisan, musik, tata rupa, ekspresi dan gerakan tubuh atau tarian yang terjadi secara
langsung didalam ruang dan waktu yang sama, disini dan kini.
p. Televisi dan Radio
Yaitu kegiatan kreatif yang berkaitan dengan usaha kreasi, produksi dan pengemasan
acara televisi (seperti games, kuis, reality show, infotainment, dan lainnya), penyiaran,
dan transmisi konten acara televisi dan radio, termasuk kegiatan station relay (pemancar
kembali) siaran radio dan televisi.
1. Mewujudkan karakter bangsa sebagai bangsa beriman dan bertaqwa, berbudi luhur,
bertoleran, bergotong royong, berjiwa patriotik,
berkembang dinamis, dan berorientasi ilmu pengetahuan dan teknologi, serta
memantapkan budaya bangsa, meningkatkan peradaban, harkat dan martabat manusia
Indonesia, serta menguatnya jati diri dan kepribadian bangsa.
2. Terwujudnya bangsa yang berdaya saing untuk mencapai masyarakat yang lebih
makmur dan sejahtera. Ekonomi kreatif dapat berkontribusi dalam: (a) meningkatkan
pertumbuhan ekonomi yang berkualitas dan berkesinambungan yang ditunjukkan dari
peningkatan pendapatan perkapita, penurunan tingkat pengangguran terbuka dan jumlah
penduduk miskin; (b) meningkatkan kualitas sumber daya manusia, termasuk peran
perempuan dalam pembangunan. yang ditunjukkan dari peningkatan Indeks
Pembangunan Manusia (IPM) dan Indeks Pembangunan Gender (IPG), serta
pertumbuhan penduduk yang seimbang; (c) membangun struktur perekonomian yang
kokoh berlandaskan keunggulan kompetitif meliputi sektor pertanian, pertambangan,
industri manufaktur, serta jasa; dan (d) meningkatkan profesionalisme aparatur negara
(pusat dan daerah).
4. Terwujudnya Indonesia asri dan lestari. Ekonomi kreatif dapat berkontribusi dalam: (a)
meningkatkan kualitas pengelolaan dan pendayagunaan sumber daya alam dan
pelestarian fungsi lingkungan hidup yang dicerminkan oleh tetap terjaganya fungsi, daya
dukung, dan kemampuan pemulihannya dalam mendukung kualitas kehidupan; (b)
memelihara kekayaan keragaman jenis dan kekhasan sumber daya alam untuk
mewujudkan nilai tambah, daya saing bangsa, serta modal pembangunan nasional; dan
(c) meningkatkan kesadaran, sikap mental, dan perilaku masyarakat dalam pengelolaan
sumber daya alam dan pelestarian fungsi lingkungan hidup.
Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) adalah unit usaha produktif yang berdiri
sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha disemua sektor ekonomi.
Pada prinsipnya pembedaan antara usaha mikro, usaha kecil, usaha menengah, usaha besar
umumnya didasarkan pada nilai aset awal (tidak termasuk tanah dan bangunan), omset rata-
rata per tahun, atau jumlah pekerja tetap. Namun, definisi UMKM berdasarkan tiga alat ukur
ini berbeda menurut negara. Oleh karena itu memang sulit membandingkan pentingnya atau
peran UMKM antar negara.10
Selanjutnya, Badan Pusat Statistik (BPS) memberikan definisi UMKM berdasarkan
jumlah tenaga kerja. Menurut BPS (2013), usaha kecil merupakan usaha yang memiliki
jumlah tenaga kerja lima orang sampai dengan 19 orang. Sedangkan, usaha menengah
merupakan usaha yang memiliki jumlah tenaga kerja 20 orang sampai dengan 99 orang.11
Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang UMKM, disebutkan, bahwa yang
dimaksud usaha mikro adalah usaha produktif milik orang-perorangan dan badan usaha
perorangan yang memenuhi usaha mikro. Sementara yang dimaksud usaha kecil adalah usaha
ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang-perorangan atau badan
usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki,
dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha mikro atau
usaha besar yang memenuhi kriteria usaha kecil sebagaimana telah diatur dalam UU tersebut.
Sedangkan usaha menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang
dilakukan oleh orang-perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan
atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung
maupun tidak langsung dari usaha mikro, usaha kecil atau usaha besar yang memenuhi
kriteria usaha mikro sebagaimana dimaksud dalam UU tersebut.12
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang UMKM di atas, maka
definisi dari masing-masing usaha adalah: (a) Usaha Mikro adalah usaha dengan kekayaan
bersih kurang dari 50 juta rupiah atau menghasilkan penjualan kurang dari 300 juta rupiah
selama satu tahun. (b) Usaha kecil adalah usaha dengan kekayaan antara 50 sampai 500 juta
rupiah atau menghasilkan penjualan antara 300 juta hingga 2,5 miliar rupiah selama satu
tahun. (c) Usaha menengah adalah usaha dengan kekayaan atara 500 juta sampai 10 miliar
rupiah atau menghasilkan penjualan antara 2,5 hingga 50 miliar rupiah selama satu tahun. 13
10
Tulus Tambunan, “Usaha Mikro Kecil dan Menengah di Indonesia” (Jakarta: LP3ES, 2012). Hal 11.
11
Yazfinedi, “Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah di Indonesia: Permasalahan dan Solusinya”, (Quantum, Jurnal Ilmiah
Kesejahteraan Sosial, Volume XIV, Nomor 25 Januari-Juni 2018). Hal 33-41.
12
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 Tentang UMKM, (Bab 1, Ketentuan Umum), Pasal 1.
13
Ibid. Pasal 6.
Ketentuan UMKM telah diubah dalam Undang-Undang No. 11 Tahun 2020 tentang Cipta
Kerja (UU Cipta Kerja). Tindak lanjutnya dengan diterbitkannya Peraturan Pemerintah No. 7
Tahun 2021 tentang Kemudahan, Pelindungan, dan Pemberdayaan Koperasi dan Usaha
Mikro, Kecil dan Menengah (PP UMKM). PP tersebut mengubah beberapa ketentuan yang
sebelumnya telah diatur di dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro,
Kecil dan Menengah (UU UMKM). Salah satunya adalah aturan terkait kriteria UMKM itu
sendiri.
Kriteria UMKM yang baru diatur di dalam Pasal 35 hingga Pasal 36 PP UMKM.
Berdasarkan pasal tersebut, UMKM dikelompokkan berdasarkan kriteria modal usaha atau
hasil penjualan tahunan. Kriteria modal usaha digunakan untuk pendirian atau pendaftaran
kegiatan UMKM yang didirikan setelah PP UMKM berlaku. Kriteria modal tersebut terdiri
atas :
a. Usaha Mikro memiliki modal usaha sampai dengan paling banyak Rp1.000.000.000,00
(satu miliar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha
b. Usaha Kecil rnemiliki modal usaha lebih dari Rpl.000.000.000,00 (satu miliar rupiah)
sampai dengan paling banyak Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah) tidak termasuk tanah
dan bangunan tempat usaha.
c. Usaha Menengah merniliki modal usaha lebih dari Rp5.000.000.000,00 (lima miliar
rupiah) sampai tlengan paling banyak Rp10.000.000.000,00 (sepuluh rniliar rupiah) tidak
termasuk tanah dan bangunan tempat usaha.
Sedangkan bagi UMKM yang telah berdiri sebelum PP UMKM berlaku, pengelompokkan
UMKM dilakukan berdasarkan kriteria hasil penjualan tahunan. Kriteria hasil penjualan
tahunan terdiri atas:
a. Usaha Mikro memiliki hasil penjualan tahunan sampai dengan paling banyak
Rp2.000.000.000,00 (dua miliar rupiah)
b. Usaha Kecil memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp2.000.000.000,00 (dua
miliar rupiah) sampai dengan paling banyak Rp15.000.000.000,00(lima belas miliar rupiah)
Ekonomi Kreatif adalah sebuah konsep pada era ekonomi baru yang mengintensifkan
informasi dan kreativitas dengan mengandalkan ide dan pengetahuan dari sumber daya manusia
sebagai faktor produksi yang utama. Konsep ini biasanya akan didukung dengan keberadaan
industri kreatif yang menjadi perwujudannya. Seiring berjalannya waktu, perkembangan
ekonomi sampai pada taraf ekonomi kreatif setelah beberapa waktu sebelumnya, dunia dihadapi
dengan konsep ekonomi informasi yang mana informasi menjadi hal yang utama dalam
pengembangan ekonomi. Tercatat beberapa hal yang menjadi karakteristik dari ekonomi kreatif
yaitu diperlukan kolaborasi antara berbagai aktor yang berperan dalam indusri kreatif, yaitu
cendekiawan (kaum intelektual), dunia usaha, dan pemerintah yang merupakan prasyarat
mendasar, berbasis pada ide atau gagasan, pengembangan tidak terbatas dalam berbagai bidang
usaha, serta konsep yang dibangun bersifat relatif.
Di Indonesia sendiri, perkembangan ekonomi kreatif dimulai pada tahun 2006 dimana
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengintruksikan untuk mengembangkan ekonomi kreatif.
Proses pengembangan ini diwujudkan pertama kali dengan pembentukan Indonesian Design
Power oleh Departemen Perdagangan untuk membantu pengembangan ekonomi kreatif di
Indonesia. Tujuan dari pengembangan ekonomi kreatif sendiri yakni guna mengurangi angka
pengangguran. Sebab konsep ini ramah lingkungan dan sangat menjanjikan untuk jangka
panjang. Perkembangan ekonomi kreatif di Indonesia sudah menunjukkan peningkatan yang
cukup baik walaupun potensi ini masih terbuka luas untuk lebih dikembangkan lagi, mengingat
Indonesia memiliki sumber daya manusia yang cukup teruji di dunia Internasional. Untuk itu,
pemetaan potensi Usaha Kecil dan Menengah (UKM) bidang ekonomi kreatif di Kabupaten
Jember harus segera dilaksanakan, karena Kabupaten Jember memiliki keunggulan di bidang
ekonomi dan budaya yang beraneka ragam. Kabupaten Jember memiliki 15 sektor ekonomi
kreatif yaitu Periklanan, Arsitektur, Pasar Barang Seni, Kuliner, Kerajinan, Desain, Fashion,
Video, Film dan Fotografi, Permainan Interaktif, Musik, Seni Pertunjukan, Penerbitan dan
Percetakan, Layanan Komputer dan Piranti Lunak, Televisi dan Radio, serta Riset dan
Pengembangan.
Berdasarkan data dan roadmap Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Kabupaten Jember
memiliki 3 sektor unggulan UKM bidang ekonomi kreatif yang memiliki potensi untuk
dikembangkan yaitu UKM Fashion, Kerajinan dan Kuliner. Salah satu event fashion yang
terkenal di jember adalah Jember Fashion Carnaval (JFC). JFC (Jember Fashion Carnaval)
adalah sebuah even karnaval busana yang setiap tahun digelar di Kabupaten Jember, Jawa
Timur. Karnaval ini digagas oleh Dynand Fariz yang juga pendiri JFC Center. Sebanyak 2.000
peserta berkarnaval dalam 4 hari penyelenggaraan event meliputi Kids Carnival, Artwear
Carnival, Waci, dan Grand Carnival. Di jalan utama kota Jember disaksikan oleh ratusan ribu
penonton di kanan dan kiri jalan. Mereka terbagi dalam 10 defile yang masing-masing defile
mencerminkan tren busana pada tahun yang bersangkutan.
Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) merupakan harapan bangsa, karena UMKM
sebagai salah satu penggerak perekonomian rakyat yang tangguh. UMKM kebanyakan tumbuh
dari industri keluarga, sehingga konsumennya pun berasal dari kalangan menengah ke bawah.
Selain itu, kenyataan menunjukkan bahwa pada waktu terjadi adanya krisis ekonomi, UMKM
lebih konsisten dibandingkan perusahaan-perusahaan besar. Sehingga UMKM dapat dipandang
sebagai penyelamat dalam proses pemulihan ekonomi nasional, pendorong laju pertumbuhan
ekonomi serta membantu penyerapan tenaga kerja
Banyak bisnis menengah di Indonesia yang mendulang untung serta kesuksesan. Namun,
tidak sedikit juga yang akhirnya kandas bahkan belum mencapai tahun kelimanya. Banyak hal
yang menjadi alasan masih sulitnya UMKM yang berkembang di indonesia salah satunya adalah
modal usaha. Untuk itu para pelaku usaha membutuhkan dukungan modal dari perbankan atau
lembaga keuangan. Jumlah UMKM yang besar dari segi kuantitasnya masih belum didukung
oleh perkembangan yang memadai dari segi kualitasnya sehingga kinerja UMKM masih
tertinggal. Ketertinggalan tersebut disebabkan oleh kekurang mampuan dalam bidang
manajemen, penguasaan teknologi, dan pemasaran. Keberadaan UMKM yang handal dan kuat.
Namun, selama ini UMKM masih memiliki banyak keterbatasan dan kendala terutama kendala
pada pencatatan laporan keuangan. Ketersediaan laporan keuangan dan rencana pengembangan
usaha merupakan kendala yang menyebabkan minimnya akses keuangan pada UMKM. Padahal
dengan adanya laporan sangat bermanfaat dalam membantu UMKM untuk pengambilan
keputusan dalam pengelolaan Usaha Kecil.Pengelolaan keuangan merupakan masalah yang
seringkali terabaikan oleh para pelaku UMKM yang kemudian berdampak pada pencatatan
akuntansi. Laporan keuangan adalah catatan informasi suatu entitas pada suatu periode akuntansi
yang dapat digunakan untuk menggambarkan kinerja entitas tersebut. Pencatatan akuntansi yang
baik akan menghasilkan laporan keuangan yang berkualitas dan sesuai dengan standar akuntansi
untuk UMKM yaitu SAK ETAP.
Perlunya penyusunan laporan keuangan bagi UMKM sebenarnya bukan hanya untuk
kemudahan memperoleh kredit dari kreditur, tetapi untuk pengendalian aset, kewajiban, dan
modal serta perencanaan pendapatan dan efisien biaya-biaya yang terjadi, yang pada akhirnya
sebagai alat untuk pengambilan keputusan ekonomis dalam pengelolaan usaha mikro dan kecil
antara lain keputusan penetapan harga, pengembangan pasar. UMKM dapat menggunakan
Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP) yang diterbitkan
oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) dalam pelaporan keuangannya.
SAK ETAP adalah Standar Akuntansi Keuangan untuk Entitas Tanpa Akuntabilitas
Publik (SAK ETAP) dimaksudkan untuk digunakan oleh Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik
(ETAP), yaitu entitas yang tidak memiliki akuntabilitas publik signifikan dan menerbitkan
laporan keuangan untuk tujuan umum (general purpose financial statement) bagi pengguna
eksternal. Contoh pengguna eksternal adalah pemilik yang tidak terlibat langsung dalam
pengelolaan usaha, kreditur dan lembaga pemeringkat kredit.
Kualitas laporan keuangan adalah sejauh mana laporan keuangan yang disajikan
menunjukkan informasi yang benar dan jujur (Payamta, 2006:83). Kualitas laporan keuangan
berguna sebagai dasar pengambilan keputusan ekonomi bagi pihak yang berkepentingan.
Kualitas laporan keuangan dengan berbagai pengukurannya, umumnya digunakan dalam
keputusan investasi, perjanjian kompensasi dan persyaratan hutang. Oleh karena itu, dibutuhkan
Sumber Daya Manusia (SDM) yang kompeten untuk menghasilkan sebuah laporan keuangan
yang berkualitas. Dalam pengelolaan keuangan yang baik, manajer maupun pegawai harus harus
memiliki sumber daya manusia yang kompeten, yang didukung dengan latar belakang
pendidikan akuntansi, sering mengikuti pendidikan dan pelatihan. Dan mempunyai pengalaman
di bidang akuntansi. Hal tersebut diperlukan untuk menerapkan system akuntansi yang ada.
Sumber Daya Manusia (SDM) yang kompeten tersebut akan mampu memahami logika akuntansi
dengan baik.
BAB III
EVALUASI DAN ANALISIS PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN TERKAIT
3.1 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 Tentang Usaha Kecil Mikro dan Menengah
Undang-Undang UMKM mengacu pada usaha-usaha produktif yang dimiliki oleh
individu atau entitas usaha yang telah memenuhi syarat sebagai usaha mikro, kecil, atau
menengah. Sesuai dengan ketentuan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008, kriteria untuk
UMKM dibagi menjadi usaha mikro, kecil, dan menengah. Usaha mikro adalah usaha produktif
yang dimiliki oleh individu atau entitas usaha perorangan yang memenuhi standar usaha mikro
yang ditetapkan dalam Undang-Undang tersebut. Usaha kecil adalah usaha ekonomi produktif
yang berdiri sendiri, dilakukan oleh individu atau entitas usaha yang tidak merupakan anak
perusahaan atau cabang dari usaha menengah atau besar yang memenuhi standar usaha kecil
sebagaimana yang dijelaskan dalam Undang-Undang tersebut. Usaha menengah, pada sisi lain,
adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, dilakukan oleh individu atau entitas usaha
yang tidak merupakan anak perusahaan atau cabang dari usaha besar yang memenuhi standar
usaha menengah sebagaimana yang diatur dalam Undang-Undang tersebut.
Tujuan dirancangnya Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 mengenai Usaha Mikro,
Kecil, dan Menengah (UMKM) yaitu sebagai respons terhadap perkembangan dinamis dan
globalisasi dalam lingkungan ekonomi. Yang dimana Fokus utamanya adalah memberikan
perlindungan hukum yang adil dan pasti bagi UMKM di Indonesia. Pembentukan undang-
undang ini juga terinspirasi oleh Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia
Nomor XVI/MPR-RI/1998 tentang Politik Ekonomi dalam rangka Demokrasi Ekonomi, yang
menegaskan pentingnya memperkuat UMKM sebagai bagian integral dari ekonomi masyarakat
yang berperan strategis dalam mencapai keadilan dan kemakmuran berdasarkan nilai-nilai
Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Terkait dengan adanya Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 yang mengatur tentang UMKM
sebagai berikut :
A. kekeluargaan;
B. demokrasi ekonomi;
C. kebersamaan;
D. efisiensi berkeadilan;
E. berkelanjutan;
F. berwawasan lingkungan;
G. kemandirian;
H. keseimbangan kemajuan; dan
I. kesatuan ekonomi nasional.
Berkaitan dengan UU Nomor 28 Tahun 2008, UU Nomor 24 Tahun 2019 juga membahas
tentang cara mengembangkan dari sektor ekonomi di Indonesia sebagai berikut :
Pasal 5 Setiap Pelaku Ekonomi Kreatif berhak memperoleh dukungan dari Pemerintah dan/atau
Pemerintah Daerah melalui pengembangan Ekosistem Ekonomi Kreatif.
Evaluasi dan analisis dari UU Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan
Menengah (UMKM) dengan UU Nomor 24 Tahun 2019 tentang Ekonomi Kreatif
mengidentifikasi beberapa persamaan dan perbedaan didalam kedua Undang-Undang tersebut
yaitu seperti Fokus pada Pengembangan Ekonomi Kreatif yang dimana Kedua undang-undang
memiliki fokus yang serupa pada pengembangan ekonomi kreatif yang memberikan nilai tambah
pada produk kreatif yang berdaya saing tinggi, mudah diakses, dan mendapatkan perlindungan
hukum yang memadai. Selain itu kedua undang-undang ini pun sama-sama memiliki Insentif
bagi Pelaku Ekonomi Kreatif yang Dimana tujuannya yaitu untuk UU UMKM maupun UU
Ekonomi Kreatif yang memberikan insentif bagi pelaku ekonomi kreatif, termasuk dalam hal
pendaftaran hak kekayaan intelektual dan hak terkait. Selain dari persamaan antara kedua
Undang-Undang tersebut terdapat perbedaan yang membedakan kedua Undang-Undang tersebut
yaitu dari Fokus dan Ruang Lingkup yang dimana UU UMKM lebih terfokus pada usaha mikro,
kecil, dan menengah, sementara UU Ekonomi Kreatif lebih spesifik dalam mengatur aspek
kreativitas, inovasi, dan kekayaan intelektual. Dan dari hasil kedua undang-undang tersebut
dapat kita lihat bahwa pada insentif bagi pelaku ekonomi kreatif, sementara perbedaannya
terdapat dalam fokus dan ruang lingkup pengaturannya. UU UMKM lebih umum dalam
cakupannya, sedangkan UU Ekonomi Kreatif lebih spesifik dan mengakomodasi aspek kreatif,
inovatif, dan kekayaan intelektual.
BAB IV
LANDASAN FILOSOFIS, SOSIOLOGIS, DAN YURIDIS
Landasan filosofis pada umumnya berisi tentang pandangan hidup, kesadaran, dan cita-
cita hukum serta cita-cita moral yang terkandung dalam Pancasila dan Pembukaan UUD 1945.
Peraturan daerah harus memuat norma-norma hukum yang diidealkan oleh suatu masyarakat
tentang arah cita-cita kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Maka dari itu idealnya Peraturan
Daerah dapat digambarkan sebagai cermin dari cita-cita masyarakat tentang nilai-nilai luhur dan
filosofis yang akan diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari melalui pelaksanaan Peraturan
Daerah.
Sebab hal tersebut merupakan cita-cita filosofis yang terkandung dalam Peraturan
Daerah, maka harus mencerminkan cita-cita filosofis yang dianut masyarakat Kabupaten Jember.
filosofis yang terkandung dalam Peraturan Daerah jangan sampai mencerminkan falsafah
kehidupan yang tidak cocok dengan cita-cita filosofis bangsa kita. Karena, dalam konteks
kehidupan bernegara, Pancasila sebagai falsafah haruslah tercermin sebagai pertimbangan-
pertimbangan filosofis yang terkandung didalam Peraturan Daerah.14
Semua nilai di daerah yang berada di Indonesia hendaknya tercermin bersumber dari
Pancasila, karena merupakan pandangan hidup, cita-cita bangsa, falsafah, atau jalan kehidupan
bangsa. Adapun falsafah hidup berbangsa dan bernegara merupakan suatu landasan penyusunan
peraturan perundang-undangan dengan demikian perundang-undangan yang dibentuk harus
mencerminkan falsafah suatu bangsa. Tujuan utama pendirian negara Indonesia adalah
terwujudnya kesejahteraan umum bagi seluruh masyarakat Indonesia.
Pembangunan nasional yang mencakup seluruh aspek kehidupan bangsa diselenggarakan
bersama oleh masyarakat dan pemerintah. Masyarakat menjadi pelaku utama pembangunan, dan
pemerintah berkewajiban mengarahkan, membimbing, melindungi, serta menumbuhkan suasana
dan iklim yang menunjang. Usaha mikro sebagai bagian dari Usaha Mikro, Kecil dan Menengah
(UMKM) merupakan kegiatan usaha yang mampu memperluas lapangan keija dan memberikan
pelayanan ekonomi.
Secara luas kepada masyarakat, dan dapat berperan dalam proses pemerataan dan
peningkatan pendapatan masyarakat, mendorong pertumbuhan ekonomi, dan berperan dalam
mewujudkan stabilitas nasional. Selain itu, usaha mikro adalah salah satu pilar utama ekonomi
nasional yang harus memperoleh kesempatan utama, dukungan, perlindungan, dan
pengembangan seluas-luasnya sebagai wujud keberpihakan tegas kepada para pengusaha usaha
ekonomi rakyat, tanpa mengabaikan peranan usaha besar dan Badan Usaha Milik Negara.
Secara filosofis penyusunan Peraturan Daerah ini diarahkan dalam mewujudkan
kesejahteraan masyarakat melalui pemberdayaan usaha mikro dengan prinsip sebagai berikut:
14
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014.
a. Pertumbuhan sikap kemandirian, kebersamaan, dan kewirausahaan Usaha Mikro, Kecil dan
Menengah (UMKM) untuk berkarya dengan prakarsa sendiri.
b. Perwujudan kebijakan publik yang transparan, akuntabel, dan berkeadilan;
c. Pengembangan usaha berbasis potensi daerah dan berorientasi pasar sesuai dengan kompetensi
Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM);
d. Peningkatan daya saing Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM); dan
e. Penyelenggaraan perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian secara terpadu.
4.2 Landasan Sosiologis
Landasan sosiologis relevan Seiring dengan prinsip otonomi daerah yang seluas-luasnya
pemerintah daerah diberikan kewenangan untuk mengurus dan mengatur urusan pemerintahan
diluar yang menjadi urusan Pemerintah Pusat dan Pemerintah daerah memiliki kewenangan
membuat suatu kebijakan daerah untuk melaksanakan suatu pembangunan dan memberikan
pelayanan kepada masyarakat di daerah Jember.
Peningkatan peran serta, prakarsa dan pemberdayaan masyarakat dalam rangka untuk
peningkatan kesejahteraan masyarakat-dengan selalu . memperhatikan kepentingan dan aspirasi
yang tumbuh dalam masyarakat. Dalam menyelenggarakan urusan pemerintahan yang menjadi
kewenangan daerah, pemerintah daerah menjalankan otonomi yang seluas-luasnya untuk
mengatur dan mengurus urusan-urusan pemerintahan berdasarkan asas ekonomi dan tugas
pembantuan. Salah satu wujud kewenangan pemerintah daerah yang harus dilakukan
diantaranya dengan membuat suatu kebijakan daerah yang berupa peraturan daerah khususnya
yang mengatur program pengelolaan dan pembinaan usaha mikro.
Secara sosiologis pengembangan dan pemberdayaan usaha mikro di Kabupaten Jember
diarahkan pada upaya mewujudkan struktur perekonomian daerah yang seimbang dari UMKM
berkembang dan berkeadilan, menumbuhkan dan mengembangkan kemampuan usaha mikro
menjadi usaha yang tangguh dan mandiri dan meningkatkan peran usaha mikro dalam
fembangunan daerah, penciptaan lapangan keija, pemerataan pendapatan, pertumbuhan ekonomi,
dan pengentasan rakyat dari kemiskinan, sehingga dengan adanya peraturan daerah tentang
Pemberdayaan Usaha Mikro dapat 5 mewujudkan tujuan tersebut.
4.3. Landasan Yuridis
Peraturan perundang-undangan di tingkat pemerintah kabupaten harus mempunyai
landasan hukum atau dasar hukum yang terdapat dalam ketentuan peraturan perundang-
undangan yang lebih tinggi. Landasan yuridis adalah landasan hukum yang meliputi mengenai
kewenangan membuat peraturan perundang-undangan, yang kedua mengenai- materi peraturan
perundang-undangan yang harus dibuat. Kewenangan menyusun peraturan daerah di tingkat
kabupaten terletak pada Bupati bersama Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten
Jember.
Sedangkan materi muatan peraturan daerah adalah seluruh materi muatan dalam
penyelenggaraan otonomi daerah dan tugas pembantuan serta memuat kondisi khusus daerah dan
penjabaran peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi. Landasan yuridis penyusunan
rancangan peraturan daerah tentang Pemberdayaan dan Perlinduangan Usaha Mikro,
diantaranya:
1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 Tentang Usaha Kecil Mikro dan Menengah
2. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2019 Tentang Ekonomi Kreatif
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
5.2. Saran
Melihat kajian dan penelitian diatas dapat diberikan saran sebagai berikut:
1. Penyusunan Peraturan Daerah (Perda) yang lebih komprehensif dan inklusif untuk
mendukung pengembangan UMKM dan sektor Ekonomi Kreatif. Perda tersebut harus
memperhatikan berbagai aspek, termasuk akses pendanaan, akses pasar, pembinaan usaha,
infrastruktur, dan perlindungan hukum bagi pelaku usaha.
2. Penguatan regulasi terkait dengan pengembangan UMKM dan Ekonomi Kreatif, termasuk
pembaruan atau revisi Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil,
dan Menengah (UMKM), serta Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2019 tentang Ekonomi
Kreatif. Perubahan atau penambahan regulasi perlu dilakukan agar lebih responsif terhadap
perkembangan dinamis dalam ekonomi kreatif dan UMKM.
3. Mendorong terciptanya mekanisme hukum yang memfasilitasi akses pendanaan bagi UMKM,
seperti penyediaan fasilitas pinjaman dengan bunga yang rendah dan syarat yang mudah
dipenuhi, serta perlindungan hukum yang memadai terkait dengan pembiayaan.
4. Memperkuat perlindungan hukum terhadap kekayaan intelektual dalam sektor Ekonomi
Kreatif melalui peningkatan pengawasan dan penegakan hukum terhadap pelanggaran hak
kekayaan intelektual.
5. Mendorong kolaborasi antara lembaga pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat sipil dalam
pengembangan regulasi dan penegakan hukum terkait UMKM dan Ekonomi Kreatif. Ini
bertujuan untuk memastikan bahwa regulasi yang dibuat memperhatikan kepentingan semua
pihak dan efektif dalam mencapai tujuan pembangunan ekonomi yang berkelanjutan.
DAFTAR PUSTAKA