TUGAS 3
2. Asas nullum delictum nulla poena sine praevia lege poenali (tidak ada tindak pidana dan
hukuman tanpa undang-undang pidana yang terlebih dahulu ada) adalah asas hukum pidana
yang memuat dua hal penting, yaitu:
Tidak ada tindak pidana tanpa undang-undang pidana yang terlebih dahulu ada. Asas ini
berarti bahwa suatu perbuatan tidak dapat dikategorikan sebagai tindak pidana jika tidak
diatur dalam undang-undang pidana.
Tidak ada hukuman tanpa undang-undang pidana yang terlebih dahulu ada. Asas ini
berarti bahwa suatu perbuatan tidak dapat dihukum jika tidak diatur dalam undang-
undang pidana.
Dalam kasus Sadikin Aksa, asas nullum delictum nulla poena sine praevia lege poenali dapat
dikaitkan dengan Pasal 54 UU Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan. Pasal
tersebut mengatur tentang larangan mengabaikan atau tidak melaksanakan perintah tertulis
dari OJK.
Berdasarkan asas tersebut, tindakan Sadikin Aksa yang diduga mengabaikan perintah tertulis
dari OJK dapat dikategorikan sebagai tindak pidana jika perbuatan tersebut diatur dalam
undang-undang pidana. Dalam hal ini, perbuatan Sadikin Aksa diatur dalam Pasal 54 UU
Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan.
Oleh karena itu, jika terbukti bersalah, Sadikin Aksa dapat dijatuhi hukuman pidana sesuai
dengan ketentuan Pasal 54 UU Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan.
Berikut adalah dasar hukum yang mendasari asas nullum delictum nulla poena sine praevia
lege poenali:
Pasal 1 ayat (1) KUHP yang berbunyi:
Tiap-tiap perbuatan yang dirumuskan dalam suatu undang-undang sebagai suatu tindak
pidana, diancam dengan pidana.
Pasal 2 ayat (1) KUHP yang berbunyi:
Tiap-tiap orang yang dengan sengaja dan melawan hukum melakukan perbuatan yang
diancam dengan pidana, dipidana karena itu.
3. Hukum bisnis adalah seperangkat hukum yang mengatur kegiatan bisnis, baik antara pelaku
usaha dengan pelaku usaha, maupun antara pelaku usaha dengan konsumen. Hukum bisnis
bertujuan untuk menciptakan tata kelola bisnis yang adil dan transparan, serta melindungi
kepentingan para pelaku bisnis dan konsumen.
Dalam kasus Sadikin Aksa, terdapat beberapa aspek hukum bisnis yang dapat dianalisis,
yaitu:
1) Aspek hukum korporasi. Dalam kasus ini, Sadikin Aksa adalah Direktur Utama PT
Bosowa Corporindo, yang merupakan pemegang saham pengendali PT Bank Bukopin.
Oleh karena itu, Sadikin Aksa memiliki kewajiban untuk mematuhi perintah tertulis dari
OJK, yang merupakan regulator sektor jasa keuangan. Perintah tertulis dari OJK tersebut
bertujuan untuk menjaga stabilitas sistem keuangan dan melindungi kepentingan nasabah
PT Bank Bukopin. Oleh karena itu, tindakan Sadikin Aksa yang diduga mengabaikan
perintah tertulis dari OJK dapat dikategorikan sebagai pelanggaran hukum korporasi.
2) Aspek hukum kontrak. Perintah tertulis dari OJK tersebut merupakan suatu kontrak yang
mengikat antara OJK dan PT Bosowa Corporindo. Oleh karena itu, tindakan Sadikin Aksa
yang diduga mengabaikan perintah tertulis tersebut dapat dikategorikan sebagai
wanprestasi. Wanprestasi adalah suatu perbuatan yang dilakukan oleh salah satu pihak
dalam suatu kontrak yang tidak memenuhi kewajibannya sesuai dengan ketentuan
kontrak. Wanprestasi dapat dikenakan sanksi, seperti ganti rugi.
3) Aspek hukum persaingan usaha. Perintah tertulis dari OJK tersebut bertujuan untuk
menyelamatkan PT Bank Bukopin dari kondisi kesulitan keuangan. Oleh karena itu,
tindakan Sadikin Aksa yang diduga mengabaikan perintah tertulis tersebut dapat
dikategorikan sebagai praktik persaingan usaha tidak sehat. Praktik persaingan usaha tidak
sehat adalah suatu perbuatan yang dilakukan oleh pelaku usaha dalam rangka persaingan
usaha yang dapat merugikan pelaku usaha lain atau konsumen. Praktik persaingan usaha
tidak sehat dapat dikenakan sanksi, seperti denda atau pencabutan izin usaha.
Berdasarkan analisis tersebut, dapat disimpulkan bahwa kasus Sadikin Aksa dapat dilihat dari
berbagai aspek hukum bisnis. Kasus ini berpotensi menimbulkan kerugian bagi PT Bank
Bukopin, nasabah PT Bank Bukopin, dan pelaku usaha lain. Oleh karena itu, kasus ini perlu
disidik secara adil dan transparan agar dapat memberikan kepastian hukum bagi semua pihak
yang terkait.