Anda di halaman 1dari 13

Menjelajahi Keragaman Antarbudaya melalui AI dalam Pembentukan Etika

dan Filsafat Komunikasi: Studi Kasus Penggunaan DeepL dalam


Komunikasi Bisnis Perusahaan
Nama XXX
NIM XXX

PENDAHULUAN
Dalam lanskap dinamis bisnis global, titik temu antara keragaman antar
budaya, kecerdasan buatan (AI), dan etika komunikasi telah muncul sebagai titik
fokus eksplorasi dan signifikansi (Sari et al., 2023). Studi ini memulai penyelidikan
komprehensif, menyelidiki dinamika rumit keragaman antar budaya dalam bidang
komunikasi bisnis korporat dan implikasinya yang mendalam terhadap etika dan
filosofi komunikasi. Secara khusus, studi ini berpusat pada penerapan DeepL, alat
penerjemahan bahasa yang didukung AI, sebagai studi kasus yang menarik untuk
mengungkap dimensi multifaset dari titik temu ini.
Lingkungan perusahaan masa kini dicirikan oleh tingkat keterhubungan yang
belum pernah terjadi sebelumnya, yang dipicu oleh globalisasi dan laju kemajuan
teknologi yang tiada henti (Savitri, 2019). Dalam lingkungan yang kompleks ini,
komunikasi yang efektif di seluruh lanskap budaya yang beragam tidak hanya
menjadi keharusan strategis bagi organisasi namun juga merupakan cerminan
tanggung jawab etis. Ketika perusahaan memperluas jangkauan global mereka,
menavigasi beragam bahasa dan budaya para pemangku kepentingan menjadi
sebuah tantangan besar. Menanggapi tantangan ini, alat penerjemahan bahasa
berbasis AI seperti DeepL menurut Pasaribu dan Widjaja (2022) telah muncul
sebagai fasilitator transformatif, yang menjanjikan untuk menjembatani
kesenjangan linguistik dan mendorong komunikasi antarbudaya yang lebih lancar.
Latar belakang eksplorasi ini adalah kekayaan keragaman budaya yang
melekat dalam ekosistem bisnis global. Di era dimana batas-batas negara sangat
rapuh dan kolaborasi melampaui batasan geografis, kebutuhan akan komunikasi
antar budaya yang efektif sangatlah penting. Namun, kebutuhan ini bukannya tanpa
tantangan, karena nuansa bahasa, norma budaya, dan kehalusan kontekstual
menimbulkan hambatan yang besar terhadap komunikasi yang bermakna. Dalam
konteks inilah paper ini memposisikan DeepL sebagai studi kasus, yang bertujuan
untuk membedah perannya dalam memediasi keragaman antar budaya dalam
saluran komunikasi korporat.
Inti dari telaah ini terletak pada pemeriksaan kritis terhadap pertimbangan etis
yang terkait dengan penggunaan AI dalam lanskap komunikasi korporat. Penerapan
DeepL menimbulkan pertanyaan mendasar tentang transparansi, keadilan, dan
inklusivitas seperti bagaimana DeepL mengatasi potensi bias dalam penerjemahan,
sejauh mana hal tersebut berkontribusi atau meringankan tantangan komunikasi
yang terkait dengan keragaman budaya, dan bagaimana permasalahan etika ini
menjadi titik tumpu untuk memahami tanggung jawab yang menyertai integrasi AI
ke dalam struktur komunikasi korporat antarbudaya (Raharjo, 2023). Selain itu,
paper ini memperluas pandangannya pada implikasi filosofis yang melekat dalam
penggabungan AI, keragaman antar budaya, dan etika komunikasi.
Filosofi komunikasi tradisional ditantang dan dibentuk kembali ketika
teknologi AI seperti DeepL menjadi komponen integral dari perangkat komunikatif.
Konsep seperti kepercayaan, keaslian, dan transparansi mengambil dimensi baru,
sehingga memerlukan evaluasi ulang filosofis terhadap landasan etika yang
mendasari praktik komunikasi korporat di dunia yang semakin didorong oleh AI.
Kajian ini bukan sekedar latihan akademis; ini adalah eksplorasi praktis yang
berupaya menyaring wawasan yang dapat ditindaklanjuti oleh para praktisi
korporasi, pembuat kebijakan, dan ahli teknologi. Dengan menempatkan DeepL
sebagai studi kasus, paper ini bertujuan untuk mengungkap penerapan AI di dunia
nyata dalam komunikasi korporat, menawarkan perspektif yang berbeda mengenai
tantangan, peluang, dan pertimbangan etis yang muncul ketika teknologi
berinteraksi dengan beragam struktur komunikasi bisnis global.
Oleh karena itu, paper ini berupaya untuk berkontribusi pada wacana yang
berkembang tentang simbiosis AI, keragaman antar budaya, dan etika komunikasi
di lingkungan korporat. Melalui eksplorasi mendalam terhadap studi kasus yang
melibatkan DeepL, paper ini berupaya mengungkap dinamika rumit yang terjadi
dan memberikan landasan bagi praktik, kebijakan, dan upaya paper di masa depan
dalam lanskap komunikasi korporat antarbudaya yang terus berkembang. Dengan
menyadari tantangan yang ditimbulkan oleh hambatan bahasa, perusahaan
menerapkan sistem terjemahan bahasa canggih yang didukung AI untuk
memfasilitasi komunikasi yang lancar menggunakan DeepL sebagai jembatan
dalam mengatasi keragaman budaya dalam komunikasi bisnis korporat dimana
permasalahan yang terjadi dalam implementasi bisnis dan perusahaan di Indonesia
didasarkan pada artikel dari portal media berita yaitu MediaIndonesia (2023) dan
Biskom (2022) sehingga penulis tertarik menjadikan isu ini sebagai studi kasus
untuk dikaitkan dengan etika filosofis dan komunikasi antarbudaya.

PEMBAHASAN
Pertimbangan Etika Filsafat dalam Komunikasi Bisnis Perusahaan melalui
Aplikasi DeepL dari AI
Pertemuan interaksi antar budaya, penerjemahan bahasa yang digerakkan
oleh AI, dan dampak kolektifnya terhadap etika dan filosofi komunikasi dalam
lingkup perusahaan merupakan lanskap yang kompleks dan terus berkembang.
Interaksi multifaset ini memadukan teknologi, keragaman budaya, dan
pertimbangan etis, sehingga memerlukan analisis yang berbeda untuk memahami
dinamika rumit yang membentuk praktik komunikasi korporat. Interaksi
antarbudaya dalam ranah korporat mempertemukan individu-individu dengan latar
belakang bahasa, nuansa budaya, dan gaya komunikasi yang beragam (Suryadi,
2018).
Memahami seluk-beluk budaya menjadi penting untuk membangun
lingkungan perusahaan yang kohesif dan inklusif. Munculnya terjemahan bahasa
berbasis AI, yang dicontohkan oleh teknologi seperti DeepL, memperkenalkan
elemen transformatif. Ini bertindak sebagai jembatan, mengatasi hambatan
linguistik dan memfasilitasi komunikasi real-time di antara karyawan dengan
kemampuan bahasa yang berbeda-beda. Intervensi teknologi ini mempunyai
potensi untuk meningkatkan kolaborasi dan efisiensi dalam perusahaan
multinasional, yang menggarisbawahi manfaat praktis AI dalam mendorong
pemahaman antar budaya (Suharman et al., 2018).
Namun, integrasi AI ke dalam proses penerjemahan bahasa bukannya tanpa
pertimbangan etis. Ketika perusahaan memanfaatkan AI untuk menyederhanakan
komunikasi, muncul pertanyaan mengenai pelestarian nuansa budaya, potensi bias
dalam algoritma penerjemahan, dan implikasi yang lebih luas terhadap privasi.
Mencapai keseimbangan antara efisiensi teknologi dan tanggung jawab etis
menurut Suharman et al. (2018) menjadi tantangan penting dalam menavigasi
medan yang terus berkembang ini.
Selain dari sisi praktisnya, penerapan terjemahan bahasa berbasis AI juga
memiliki implikasi filosofis yang mendalam terhadap komunikasi korporat. Hal ini
mendorong evaluasi ulang filosofi komunikasi dalam organisasi, seiring dengan
munculnya pertanyaan mengenai sifat interaksi manusia, peran teknologi dalam
membentuk identitas budaya, dan tanggung jawab etis yang ditanggung perusahaan
dalam memediasi dinamika ini. Hal ini mengundang wacana filosofis tentang sifat
etika komunikasi yang terus berkembang di era digital.
Dalam menavigasi lanskap yang kompleks ini, perusahaan menghadapi tugas
sulit untuk menyeimbangkan kemajuan teknologi dengan menjaga hubungan
antarmanusia yang sejati. Meskipun AI dapat menyederhanakan proses
komunikasi, AI tidak dapat menggantikan nuansa pemahaman, empati, dan
interpretasi kontekstual manusia. Mencapai keseimbangan ini menjadi penting
untuk menciptakan lingkungan perusahaan yang menghargai efisiensi dan
kekayaan pengalaman manusia yang beragam.

DeepL dalam Konteks Perusahaan: Cuplikan Studi Kasus


DeepL menurut Sirait et al. (2023) adalah alat terjemahan bahasa kecerdasan
buatan (AI) terkemuka, telah menjadi terkenal di berbagai industri, merevolusi cara
bisnis berkomunikasi dan beroperasi dalam skala global berdasarkan studi kasus
yang dibahas dari artikel berjudul “Perusahaan Berbasis AI, DeepL Siap Bawa
Bisnis Indonesia ke Kancah Global” oleh Dahuri (2023) dalam MediaIndonesia dan
“DeepL Atasi Hambatan Komunikasi dengan Terjemahan Instan Paling Natural di
Dunia” oleh Christian (2022) dari Biskom dapat dilihat pada Gambar 1. Studi
kasus ini snapshot menyelidiki penerapan spesifik DeepL dalam konteks
perusahaan, mengeksplorasi fungsi, keunggulan, dan tantangannya. DeepL adalah
sistem terjemahan mesin saraf canggih yang menggunakan teknik pembelajaran
mendalam untuk menyediakan terjemahan sadar konteks berkualitas tinggi
(Christian, 2022). Dilatih dengan data multibahasa dalam jumlah besar, DeepL
telah menunjukkan kemahiran luar biasa dalam menangkap nuansa dan
memberikan terjemahan yang menyaingi atau melampaui kemampuan manusia
dimana kemampuan untuk memahami konteks dan menghasilkan terjemahan yang
koheren membedakannya dalam bidang pemrosesan bahasa.

Gambar 1. Cuplikan Isu Implementasi Aplikasi AI melalui DeepL pada


Komunikasi Bisnis Antarbudaya dalam Etika Perusahaan
Dahuri (2023) dan Christian (2022)

Dalam lingkungan korporat, komunikasi yang efektif adalah hal yang


terpenting, terutama di organisasi multinasional dimana hambatan bahasa dapat
menghambat kolaborasi dan produktivitas. DeepL terintegrasi secara mulus ke
dalam berbagai aspek alur kerja perusahaan, mulai dari komunikasi internal hingga
interaksi klien dan terjemahan dokumen. Keserbagunaannya meluas ke beragam
industri, termasuk sektor teknologi, keuangan, perawatan kesehatan, dan hukum.
Keunggulan DeepL sendiri dalam setting korporat menurut Munthe et al. (2023)
antara lain unggul dalam menghasilkan terjemahan yang tidak hanya menjaga
keakuratan tetapi juga menyampaikan alur bahasa yang alami, meningkatkan
efisiensi waktu dalam lingkungan korporat untuk komunikasi lainnya berkontribusi
pada kelancaran operasional dan pengambilan keputusan. proses, dan dapat
menghasilkan penghematan biaya yang besar dibandingkan dengan layanan
terjemahan tradisional dengan mengotomatiskan tugas terjemahan dengan DeepL.
Namun terlepas dari kelebihan yang ditawarkan dari implementasi
penggunaan aplikasi DeepL sebagai bagian dari AI dalam komunikasi bisnis yang
melibatkan komunikasi antar budaya berdasarkan etika perusahaan, terdapat
beberapa permasalahan yang membuat berjalannya pengimplementasian AI untuk
menjembatani komunikasi antar budaya ini terhambat. Pertama, tantangan mungkin
muncul ketika berhadapan dengan terminologi yang sangat terspesialisasi atau
spesifik industri di mana perusahaan harus menilai kesesuaian alat tersebut untuk
domain spesifik mereka (Fitri, 2023). Kedua, DeepL memberikan kinerja out-of-
the-box yang mengesankan, beberapa perusahaan mungkin memerlukan
penyesuaian khusus namun keterbatasan fitur penyesuaian sangat penting untuk
organisasi dengan persyaratan linguistik yang unik (Munthe et al., 2023). Ketiga,
perusahaan harus secara hati-hati mengevaluasi dan mengatasi masalah keamanan
data dengan memilih antara penerapan berbasis cloud atau penerapan di lokasi,
bergantung pada toleransi risiko dan persyaratan kepatuhan organisasi (Sirait et al.,
2023).

Pertimbangan Etika dalam Filsafat Komunikasi Antarbudaya yang


Disempurnakan AI
Integrasi AI, khususnya alat seperti DeepL, dalam komunikasi korporat telah
mengantarkan era baru efisiensi dan kolaborasi global. Namun menurut Putri et al.
(2023) bahwa kemajuan teknologi ini menimbulkan pertimbangan etika yang
mendalam. Diskusi ini akan menyelidiki dimensi etika yang terkait dengan
penggunaan AI, dengan menekankan penggunaan DeepL dalam komunikasi
korporat. Poin-poin penting yang menjadi fokus mencakup implikasi privasi,
masalah sensitivitas budaya, dan potensi bias yang melekat dalam sistem AI.
Salah satu pertimbangan etis utama dalam penerapan AI, termasuk DeepL,
dalam komunikasi korporat adalah potensi kompromi terhadap privasi. Perusahaan
sering kali menangani informasi sensitif, dan penggunaan alat AI menimbulkan
pertanyaan tentang keamanan data, penyimpanan, dan potensi akses tidak sah.
Organisasi harus mengevaluasi kebijakan privasi penyedia AI dengan cermat dan,
jika memungkinkan, memilih penerapan di lokasi untuk mempertahankan kendali
atas data sensitif.
Dengan mengkaji aspek sensitivitas budaya, bahasa sangat terkait dengan
budaya, dan sistem AI mungkin secara tidak sengaja melanggengkan bias atau
ketidakpekaan budaya. Kemahiran DeepL dalam menerjemahkan bahasa yang
berbeda patut diacungi jempol, namun penting bagi perusahaan untuk tetap
waspada terhadap konteks budaya. Terjemahan otomatis mungkin tidak selalu
menangkap seluk-beluk budaya, sehingga berpotensi menyebabkan salah tafsir atau
konten yang menyinggung. Komunikasi korporat yang etis memerlukan
pemantauan berkelanjutan, pengawasan manusia, dan, bila memungkinkan,
penggabungan umpan balik dari beragam perspektif bahasa dan budaya
(Rahmawati et al., 2023).
Kemudian untuk potensi bias menurut artikel yang Rahmawati et al. (2023)
tulis, model AI termasuk yang digunakan oleh DeepL dilatih pada kumpulan data
yang sangat besar yang mungkin secara tidak sengaja mengandung bias. Bias ini
dapat muncul dalam terjemahan, memperkuat stereotip atau kesalahpahaman.
Dalam lingkungan perusahaan, bahasa yang bias dapat menimbulkan konsekuensi
serius, mempengaruhi komunikasi internal, interaksi klien, dan hubungan
masyarakat. Penting bagi organisasi untuk melakukan audit rutin terhadap sistem
AI untuk mengidentifikasi dan memperbaiki bias, serta mendorong keadilan dan
kesetaraan dalam komunikasi.
Dalam aspek transparansi dan penjelasan itu sendiri, diperlukan komunikasi
etis yang menuntut transparansi, dan ketidakjelasan proses pengambilan keputusan
AI menimbulkan tantangan. Model pembelajaran mendalam, termasuk yang
digunakan oleh DeepL, beroperasi sebagai jaringan saraf yang kompleks, sehingga
sulit untuk melacak logika di balik terjemahan tertentu. Organisasi harus berupaya
meningkatkan transparansi dan penjelasan sistem AI, memastikan bahwa
pemangku kepentingan memahami cara pengambilan keputusan. Hal ini
menumbuhkan kepercayaan dan akuntabilitas, mengurangi kekhawatiran etika
terkait sifat "black box" dari algoritma AI (Sirait et al., 2023).

Landasan Filosofis terhadap Dampak dan Tantangan AI pada Filsafat


Komunikasi
Integrasi kecerdasan buatan (AI) menurut Lubis (2021), dalam proses
komunikasi memiliki implikasi filosofis yang mendalam, membentuk cara dalam
memandang interaksi manusia dan identitas budaya. Sistem AI, termasuk model
bahasa seperti GPT-3 yang mendukung alat komunikasi, mendorong refleksi
tentang sifat kesadaran dan hak pilihan. Ketika mesin menghasilkan konten yang
semakin canggih, batas antara komunikasi yang dibuat oleh manusia dan yang
dibuat oleh mesin menjadi kabur. Perdebatan filosofis dari teori yang disampaikan
oleh filsuf Yunani Aristoteles (384-322 SM) dalam kutipan milik Pureklolon (2020)
mengenai keaslian komunikasi dan sejauh mana sistem AI dapat benar-benar
memahami dan terlibat dalam interaksi yang bermakna (Rasyid et al., 2023). Hal
ini menantang gagasan tradisional tentang kesadaran, hak pilihan, dan esensi
ekspresi manusia.
Penggabungan AI dalam komunikasi menimbulkan pertanyaan tentang peran
teknologi dalam membentuk hubungan antarmanusia. Saat individu berinteraksi
dengan antarmuka berbasis AI, mulai dari chatbot hingga alat terjemahan bahasa,
sifat persahabatan dan hubungan emosional pun berkembang. Para filsuf
merenungkan implikasi dari mengandalkan mesin untuk dukungan emosional atau
terlibat dalam percakapan dengan entitas tanpa pengalaman manusia yang
sebenarnya. Dimensi etika dalam membentuk ikatan emosional dengan sistem AI
menjadi yang terdepan (Sirait et al., 2023).
Pengaruh AI pada komunikasi meluas hingga ke ranah identitas budaya.
Ketika model bahasa seperti DeepL sendiri beradaptasi dengan beragam nuansa
linguistik, muncul pertanyaan tentang keaslian budaya (Sirait et al., 2023). Wacana
filosofis berpusat pada apakah komunikasi berbasis AI mendorong pertukaran dan
pemahaman budaya atau berisiko menyeragamkan ekspresi budaya yang beragam.
Tantangannya adalah mencapai keseimbangan antara memanfaatkan AI untuk
inklusivitas linguistik dan melestarikan kualitas unik yang menentukan identitas
budaya.
Para filsuf terlibat dalam diskusi seputar implikasi etis dari dampak AI
terhadap komunikasi. Konsep determinisme teknologi, dimana pengembangan dan
penerapan teknologi membentuk nilai dan norma masyarakat, sangatlah relevan.
Mengkaji dimensi etika AI memerlukan pertimbangan terhadap isu-isu seperti
privasi, persetujuan, dan potensi konsekuensi yang tidak diinginkan, sehingga
menantang masyarakat untuk secara aktif membentuk lanskap etika integrasi AI.
Persoalannya adalah para filsuf merenungkan implikasi dari penciptaan entitas yang
meniru pemikiran dan ekspresi manusia, sehingga mengundang evaluasi ulang
tentang apa artinya menjadi manusia di dunia yang semakin terkait dengan AI.

Menavigasi Tantangan Etika dan Filsafat Komunikasi Antarbudaya dari


Implementasi DeepL
Integrasi alat AI, seperti DeepL, ke dalam komunikasi antarbudaya
menghadirkan tantangan dan peluang. Kemahiran DeepL dalam menyediakan
terjemahan yang akurat dan peka konteks memainkan peran penting dalam
mengatasi hambatan bahasa dalam komunikasi antarbudaya. Kemampuan alat ini
untuk menangkap nuansa dan ekspresi idiomatik memfasilitasi komunikasi yang
lebih jelas, menjembatani kesenjangan antara individu yang berbicara dalam bahasa
berbeda. Hal ini sangat berharga dalam organisasi global di mana komunikasi yang
efektif sangat penting untuk kolaborasi (Sirait et al., 2023).
Melalui kemampuan pemrosesan bahasa tingkat lanjut, DeepL menurut
Munthe et al. (2023) berkontribusi untuk menumbuhkan pemahaman budaya
dengan melestarikan makna yang dimaksudkan dan konteks budaya dalam
terjemahan. Hal ini penting dalam skenario di mana salah tafsir dapat menyebabkan
kesalahpahaman atau ketidakpekaan budaya. Kinerja DeepL membantu
menciptakan pemahaman bersama di antara individu dari latar belakang budaya
yang berbeda.
Selain itu, implementasi pengembangan dari DeepL sebagai bagian dari
teknologi AI ini dapat dilakukan berdasarkan studi kasus yang dapat
mengungkapkan tantangan tertentu terkait dengan sifat otomatis terjemahan
DeepL. Penting untuk mengkaji secara kritis kejadian-kejadian di mana nuansa
budaya mungkin hilang atau disalahartikan, sehingga menimbulkan potensi
tantangan dalam menyampaikan perbedaan budaya yang tidak kentara (Munthe et
al., 2023). Hal ini menyoroti pentingnya menjaga pengawasan manusia dalam
skenario tertentu.
Efektivitas alat AI seperti DeepL dalam komunikasi antarbudaya bergantung
pada kemampuan beradaptasi dan pelatihan pengguna. Pembelajaran dari studi
kasus ini dapat menjelaskan perlunya program pelatihan untuk membantu pengguna
memahami kemampuan dan keterbatasan alat ini. Hal ini memastikan bahwa
individu memanfaatkan DeepL secara optimal, memaksimalkan potensi
manfaatnya dalam kolaborasi lintas budaya (Sirait et al., 2023). Dengan
mengevaluasi seberapa baik alat ini beradaptasi dengan kebutuhan komunikasi unik
dari berbagai tim atau departemen, memberikan pelajaran berharga bagi organisasi
yang mencari solusi komunikasi antarbudaya yang komprehensif (Raharjo, 2023).
Studi kasus tentang penerapan DeepL dalam komunikasi antarbudaya
menawarkan wawasan berbeda tentang efektivitas alat AI dalam menghadapi
tantangan budaya. Dengan mengatasi hambatan bahasa, memupuk pemahaman
budaya, dan memperkuat nuansa budaya, DeepL menunjukkan potensinya untuk
meningkatkan kolaborasi lintas budaya. Namun, tantangan yang terkait dengan
terjemahan otomatis dan pentingnya kemampuan beradaptasi pengguna
menggarisbawahi perlunya pendekatan seimbang yang menggabungkan
kemampuan AI dan pengawasan manusia. Saat organisasi berupaya mencapai
komunikasi antarbudaya yang efektif, pelajaran dari studi kasus DeepL
berkontribusi pada pemahaman yang lebih mendalam dan mendalam tentang peran
alat AI dalam mendorong kolaborasi global.

KESIMPULAN
Berdasarkan telaah dari paper ini, diketahui bahwa dimensi interaksi antar
budaya yang saling terkait, penerjemahan bahasa yang digerakkan oleh AI, serta
perumusan etika dan filosofi komunikasi di lingkungan korporat menghadirkan
lanskap yang beragam dan terus berkembang. Perusahaan-perusahaan yang
menghadapi tantangan ini harus berhati-hati, memanfaatkan teknologi untuk
meningkatkan komunikasi tanpa mengorbankan esensi hubungan antarmanusia dan
pemahaman budaya. Dialog berkelanjutan mengenai masalah ini penting untuk
membentuk paradigma komunikasi korporat yang tidak hanya maju secara
teknologi namun juga berlandaskan etika dan filosofis. Penerapan DeepL dalam
konteks korporat menunjukkan dampak transformatifnya pada penerjemahan
bahasa dan komunikasi.
Meskipun terdapat banyak tantangannya, manfaat DeepL di lingkungan
perusahaan menjadikannya pilihan menarik bagi organisasi yang ingin mendobrak
hambatan bahasa dan berkembang di dunia yang saling terhubung. Pertimbangan
etis seputar komunikasi yang ditingkatkan dengan AI, terutama dengan alat seperti
DeepL, memiliki banyak aspek. Landasan filosofis dari dampak AI terhadap
filosofi komunikasi melampaui kemajuan teknologi, sehingga mendorong refleksi
mendalam terhadap kesadaran, agensi, identitas budaya, dan pertimbangan etis.
Ketika AI menjadi bagian integral dari lanskap komunikatif antar individu,
kebutuhan akan pendekatan yang bijaksana dan etis dalam integrasinya menjadi
penting dengan menumbuhkan pemahaman yang lebih dalam mengenai implikasi
terhadap pengalaman manusia dan identitas budaya di era yang dimediasi teknologi
ini.

REFERENSI
Christian, Fanky. (2022). DeepL Atasi Hambatan Komunikasi dengan Terjemahan
Instan Paling Natural di Dunia.
https://www.biskom.web.id/2022/05/30/deepl-atasi-hambatan-
komunikasi-dengan-terjemahan-instan-paling-natural-di-dunia.bwi.
[Diakses pada 17 Desember 2023].
Dahuri, Deri. (2023). Perusahaan Berbasis AI, DeepL Siap Bawa Bisnis Indonesia
ke Kancah Global.
https://mediaindonesia.com/teknologi/630008/perusahaan-berbasis-ai-
deepl-siap-bawa-bisnis-indonesia-ke-kancah-global. [Diakses pada 16
Desember 2023].
Fitria, T. N. (2023). Performance of Google Translate, Microsoft Translator, and
DeepL Translator: Error Analysis of Translation Result. Al-Lisan: Jurnal
Bahasa (e-Journal), 8(2), 115-138.
Lubis, M. S. Y. (2021, August). Implementasi Artificial Intelligence Pada System
Manufaktur Terpadu. In Seminar Nasional Teknik (SEMNASTEK)
UISU (Vol. 4, No. 1, pp. 1-7).
Munthe, I. B., Sipayung, K., & Lestari, F. D. (2023). Comparing The Translation
Accuracy Between Google Translate And Professional
Translator. Innovative: Journal Of Social Science Research, 3(6), 890-903.
Pasaribu, M., & Widjaja, A. (2022). Artificial Intelligence: Perspektif Manajemen
Strategis. Kepustakaan Populer Gramedia.
Pureklolon, T. T. (2020). Pancasila sebagai etika politik dan hukum negara
Indonesia. Law Review, 71-86.
Putri, V. A., Sotyawardani, K. C. A., & Rafael, R. A. (2023, October). Peran
Artificial Intelligence dalam Proses Pembelajaran Mahasiswa di Universitas
Negeri Surabaya. In Prosiding Seminar Nasional Ilmu Ilmu Sosial
(SNIIS) (Vol. 2, pp. 615-630).
Raharjo, B. (2023). TEORI ETIKA DALAM KECERDASAN BUATAN
(AI). Penerbit Yayasan Prima Agus Teknik, 1-135.
Rahmawati, S. N. E., Hasanah, M., Rohmah, A., Pratama, R. A. P., & Anshori, M.
I. (2023). Privasi Dan Etika Dalam Manajemen Sumber Daya Manusia
Digital. Lokawati: Jurnal Penelitian Manajemen dan Inovasi Riset, 1(6),
01-23.
Rasyid, H. J. A., Rahman, H. J. A., Azzam, A. F., Sabila, B. F., & Radianto, D. O.
(2023). Menjelajahi Etika: Tinjauan Literatur Terbaru tentang Prinsip-
prinsip Etika, Konflik Moral, dan Tantangan dalam Kehidupan
Kontemporer. CEMERLANG: Jurnal Manajemen dan Ekonomi
Bisnis, 3(2), 229-237.
Sari, K. P., Masruri, A., & Rosalia, D. R. (2023). Optimalisasi Temu Kembali
Informasi Dengan Teknologi Kecerdasan Buatan di Perpustakaan. JIPI
(Jurnal Ilmu Perpustakaan dan Informasi), 8(2), 349-366.
Savitri, A. (2019). Revolusi industri 4.0: mengubah tantangan menjadi peluang di
era disrupsi 4.0. Penerbit Genesis.
Sirait, E. Y., Sipayung, K. T., & Silitonga, H. (2023). The Analysis Of Translation
Techniques (Indo-English) On Doa Bapa Kami At Google Translate And
Deepl Translate. Innovative: Journal Of Social Science Research, 3(6),
904-916.
Suharman, S., Nugroho, M., Muq'Asha, M. W., & Murti, H. W. (2018, December).
Inovasi, Teknologi dan Peningkatan Daya Saing Industri. In Prosiding
Seminar Nasional Peran Sektor Industri dalam Percepatan dan Pemulihan
Ekonomi Nasional (Vol. 1, No. 1, pp. 137-148).
Suryadi, S. (2018). Cross Cultural and Cultural Counseling: Komunikasi Konseling
Lintas Budaya Jawa dan Madura di Madrasah Aliyah Negeri 1
Jember. Konseling Edukasi: Journal Of Guidance and Counseling, 2(2).

Anda mungkin juga menyukai