Anda di halaman 1dari 4

Catalityc Collaboration

1. Latar belakang dan rumusan masalah.


Catalityc collaboration atau kolaborasi katalik merupakan suatu bentuk kerjasama yang
mempunyai pandangan untuk mengakselerasi perubahan dan inovasi. Pendekatan katalik
adalah pendekatan baru terhadap perubahan sosial yang dapat membantu organisasi berkerja
sama untuk menciptakan sesuatu yang lebih besar dari jumlah bagiannya[1] lebih lanjut
dalam artikel tersebut menjelaskan bahwa bahwa peran oragnisai dalam catalityc
collaboration sangat penting, dimana peran organisasi merupakan pendobrak yang bekerja
sama dengan cara baru untuk mengatasi masalah kompleks yang mengakar. Konsep ini telah
diterapkan di berbagai bidang termasuk, kepemimpinan , inovasi, dan pembangunan desa [1]
Salah satu peran Catalityc collaboration adalah memfasilitasi individu atau organisasi dalam
mengakselerasi perubahan dalam bentuk dukungan seperti sumber daya, keahlian, dan
koneksi. Pentingnya peran Catalityc collaboration dalam sebuah organisasi di pandang penting
kepercayaan, implikasi dari padangan kepentingan dan budaya, dan penglolaan sumber daya
yang efesien dan efektif di bank Indonesia merupakan bentuk dalam mencari solusi dan
pengembangan sumber daya manusia. Namun hal yang terpenting dari indikator tersebut
adalah bagaimana Bank Indonesi mejawab tangangan di masa yang akan datang
2. Analisis dan solusi.
Konteks kepemimpinan dan inovasi [1], sebuah studi mengatakan bahwa dampak Catalityc
collaboration terhadap daya ungkit kompetensi kepeminpinan transformasional dalam
menghasilkan inovasi yang berkelanjutan dimana meraka mengambangkan kepemimpinan
sustainable innivation matrix (SIM) dan mengamati perilaku lima puluh kepala daerah untuk
memahami peran kolaborasi. Dalam rangka menjawab tantang di masa yang akan datang
Bank Indonesia di tantang untuk membuat beberap inovasi dalam menjawab tantangan yang
berkaitan dengan kepemimpinan yang teridiri dari beberapa indikator tantangan yakni
membangun kepercayaan, implikasi dari padangan kepetingan dan budaya, dan penglolaan
sumber daya yang efesien dan efektif di bank Indonesia.
Kepeminpinan sebagai proses pengaruh sosial selalu melibatkan serangkaian fenomena
kompleks yang menuntut interdisipliner [2]. Pendidikan merupakan elemen penting dalam
memberuk karakteristik kepemimpinan yang kuat. Keberhasilan suatu lembaga sangat
ditentukan oleh peran kepemimpinan dalam menjalankan dan mengambil berbagai strategi
untuk memajukan lembaga sangatlah urgen [3]. Kepeminpin dan pendidikan merupakan
bentuk yang saling melengkapi satu sama lain. Dalam Catalityc collaboration, kepeminpian
yang dilandasi dengan pendidikan yang baik akan menghasilkan solusi bagi sebuah lembaga.
Menurut [1] meggambarkan bagaimana sistem Catalityc collaboration bekerja.
a) Prioritizing learning, catalityc collaboration sangat membantu dalam mengembangkan
dan menciptakan pengetahuan baru dalam kemajuan suatu lembaga.
b) Leveraging existing, dalam konsep ini catalityc collaboration akan menghasilkan inovasi
transformatif dengan cara mengembangkan teknologi yang telah ada.
c) Creating transformative solutions, organisasi dapat menciptakan solusi transformatif
dengan menyatukan beragam pemangku kepentingan, sumber daya, dan perspektif.
d) Promoting sustainable innovation, dalam konteks ini kepemimpinan merupakan poin
penting dalam menghasilkan inovasi yang berkelanjutan dengan jalan membina
lingkungan yang kolabortif dan adaptasi suatu lembaga dalam perubahan zaman.
Dari beberapa point diatas promoting sustainable inovasi memegang peran pentig dalam
catalityc collaboration terkhusus dalam bidang kepemimpinan. Tidak hanya itu beberapa
tantangan yang akan di hadapi catalityc collaboration di masa yang akan datang diamana
Bank Indonesia harus beradaptasi dengan teknologi yang semakin mendisrupsi dalam
pengambilan kebijakan. Prospek catalityc collaboration di masa yang akan datang akan
sangat bergantung pada teknologi, salah satunya dengan hadirnya teknologi artificail
intelligence. Artificial intelligence dibutuhkan sebagai alat kolaborasi untuk meningkatkan
kinerja suatu lembaga. Articial inteliigence atau Kecerdasan Buatan adalah teknologi yang
sedang berkembang yang mulai memodifikasi alat dan institusi pendidikan. Pendidikan adalah
bidang di mana kehadiran guru adalah suatu keharusan yang merupakan praktik pendidikan
terbaik. Munculnya Kecerdasan Buatan mengubah pekerjaan guru yang tak tergantikan dalam
sistem pendidikan. AI terutama menggunakan analitik canggih, pembelajaran mendalam, dan
pembelajaran mesin untuk memantau kecepatan [4]. Lebih lanjut dalam peningkatan mutu
kelembagaan kecerdasan buatan Di masa depan, kecerdasan menawarkan menawarkan
manfaat praktis yang nyata dalam banyak hal meningkatkan kemampuan manusia di banyak
bidang [5].
Dari kedua analisis tersebut diatas, ada beberapa solusi yang ditawakan.
A. Penguasaan teknologi yang saling melengkapi dengan kepemimpinan sangat penting
dalam organisasi untuk berhasil mempromosikan budaya inovasi. Oleh karena itu, para
pemimpin memegang peranan penting penting dalam pergeseran paradigma menuju
Industri 4.0. konteks industri 4.0 [6].
B. Penting pemimpin dalam memotivasi dan menerapkan yang dan jelas dan cara komunikasi
yang efektif. Kepemimpinan adalah keterampilan yang memotivasi sekelompok orang
untuk bertindak demi mencapai tujuan bersama. Kepemimpinan adalah proses mendorong
dan membantu orang lain untuk bekerja dengan antusias dalam mencapai tujuan.
Kepemimpinan sangat penting karena menetapkan visi yang jelas dan berkomunikasi
secara efektif dengan bawahan dan kolega. Dengan visi yang jelas, arah organisasi
membuat karyawan menyadari peran dan tanggung jawab mereka [7].
C. Pemanfaatan teknologi, memanfaatkan faslititas teknologi merupakan solusi dalam
menghadapi tantangan kedepan, catalistyc collaboration adalah sebuah bentuk yang
memandang pemanfaatan teknologi adalah salah satu inovasi yang akan memberikan
dampak positfif dalam sebuah lembaga, pemanfaatan teknologi khususnya teknologi
kecerdasan buatan akan semakin memudahkan dalam menghasilkan sistem dan inovasi
untuk kemajuan lembaga. AI adalah mengubah cara merek dan pengguna berinteraksi satu
sama lain. Penerapan teknologi ini sangat tergantung pada sifat situs web dan jenis bisnis.
Pemasar sekarang dapat lebih fokus pada pelanggan dan memenuhi kebutuhan mereka
secara real time. Dengan menggunakan AI, mereka dapat dengan cepat menentukan
konten apa yang ditargetkan kepada pelanggan dan saluran mana yang akan digunakan
pada saat itu, berkat data yang dikumpulkan dan dihasilkan oleh algoritmanya [8]. Dengan
pengaplikasian AI dapat membuat lembaga dalam memetakan masalah serta meciptakan
kebijakan-kebijakan baru untuk lembaga.
3. Dampak strategis.

Kepeminpinan dan teknologi merupakan dua bagian yang memagang pernanan penting
dalam kemajuan suatu lembaga. Dampak strategis dari hal tersebut adalah:
a) Inovasi: kepemimpinan yang efesien dan efektif dapat mendorong perkembangan
teknologi dan pemanfaatan teknologi yang tepat dalam kemajuan suatu lembaga.
b) Efesiensi operasional: teknologi dapat meningkatkan efesiensi operasional lembaga ,
dimana akan menghemat waktu, dan sumber daya.
c) Fleksibilitas lembaga: teknologi dapat memberikan lembaga keahlian untuk dapat
beradaptasi dalam perubahan lingkungan kerja sehingga terciptanya lembaga yang
lebih fleksibel dan responsif.
d) Transformasi lembaga: pemimpin yang mempunyai pandangan yang visioner dapat
memimpin perbaikan lembaga dengan memanfaatkan bentuk jangka panjang lembaga.
Dengan demikian kepemimpinan yang baik dalam konsep teknologi apat memiliki
dampak strategis yang positif pada keberhasilan dan pertumbuhan suatu lembaga.
Pemimpin yang mampu mengkolaborasikan teknologi dalam strateginya dapat
menciptakan keunggulan kompetitif dan membantu lembaga tetap bertahan di masa yang
akan datang
Referesni
[1] bernard simonim zohdyNada, nathalie laidler, may samali, “Catalytic Collaboration”,
[Online]. Available: https://ssir.org/articles/entry/catalytic_collaboration
[2] G. C. Banks, S. D. Dionne, M. S. Mast, and H. Sayama, “Leadership in the digital era:
A review of who, what, when, where, and why,” Leadersh. Q., 2022, [Online].
Available: https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S1048984322000376
[3] H. Fatimah and S. Syahrani, “Leadership Strategies In Overcoming Educational
Problems,” Indones. J. Educ., 2022, [Online]. Available:
http://www.injoe.org/index.php/INJOE/article/view/34
[4] F. S. Rasiwala and B. Kohli, “Artificial Intelligence in FinTech,” Int. J. Bus. Intell.
Res., vol. 12, no. 1, pp. 48–65, 2020, doi: 10.4018/ijbir.20210101.oa3.
[5] U. Mittal and D. M. Sharma, “Artificial Intelligence and its Application in Different
Areas of Indian Economy,” Int. J. Adv. Res. Sci. Commun. Technol., vol. 4, no. 10, pp.
160–163, 2021, doi: 10.48175/ijarsct-v2-i3-328.
[6] V. E. Guzmán, B. Muschard, M. Gerolamo, H. Kohl, and H. Rozenfeld,
“Characteristics and Skills of Leadership in the Context of Industry 4.0,” Procedia
Manuf., vol. 43, pp. 543–550, 2020, doi: 10.1016/j.promfg.2020.02.167.
[7] G. Nandasinghe, “Leadership and Organization Performance: A Review on
Theoretical and Empirical Perspectives,” Glob. J. Manag. Bus. Res., vol. 20, no. July,
pp. 25–30, 2020, doi: 10.34257/gjmbravol20is4pg25.
[8] A. Haleem, M. Javaid, M. Asim Qadri, R. Pratap Singh, and R. Suman, “Artificial
intelligence (AI) applications for marketing: A literature-based study,” Int. J. Intell.
Networks, vol. 3, no. July, pp. 119–132, 2022, doi: 10.1016/j.ijin.2022.08.005.

Anda mungkin juga menyukai