Anda di halaman 1dari 4

Nama : Annisa Amalia Utari

NIM : 2301120009

MK : Pendekatan dan Teknik Konseling

Dosen : Prof. Dr.DYP Sugiharto. M.Pd.,Kons

Mulawarman, S.Pd.,M.Pd.,Ph.D.

Analisis Kasus dengan Pendekatan Person Centered

Pada semester ke-5 doni memiliki keinginan untuk mendapatkan indeks prestasi (IP)
yang lebih baik dari semester berikutnya. Namun kenyataannya ia hanya ingin belajar ketika
ada ujian dan setiap harinya sibuk dengan bermain game online bersama teman-temannya.
Doni lebih mudah menerima ajakan teman-temannya bermain setiap harinya daripada belajar
mengerjakan tugas. Secara kebetulan anak sebangku doni adalah anak pintar yang selalu
mendapatkan rangking di kelasnya. Doni memiliki anggapan bahwa dengan selalu dekat
dengan temannya yang pintar ia akan ikut pintar juga termasuk natinya akan mendapatkan IP
yang lebih baik. Doni menginginkan IP-nya meningkat lantaran ia ingin orang tuanya selalu
melihatnya sebagai anak yang berbakti dan patuh terhadao orang tua.

Berikut ini Kriteria analisis kasus dengan pendekatan Person Centered adalah:

a) Ketajaman intepretasi dikaitkan dengan pendekatan person Centered (konsep


dasar, hakikat manusia, dengan asumsi perilaku bermasalah)
 Konsep dasar : Pendekatan Person Centered dipelopori oleh Carl Rogers, yang
menekankan pada pentingnya penghargaan, pemahaman, dan penerimaan individu.
Konsep dasar dalam pendekatan ini adalah bahwa individu memiliki dorongan
bawaan untuk berkembang secara optimal dan memiliki kebutuhan untuk diterima
secara positif oleh orang lain, artinya bahwa setiap individu memiliki kebutuhan
untuk diterima dan dipahami.
Dalam kasus Doni, ini berarti bahwa Doni mencari pengakuan dari teman-
temannya dan orang tuanya. Dia ingin diterima sebagai anggota kelompok dan
diakui sebagai anak yang patuh dan berprestasi. Namun, cara Doni mencapai
pengakuan ini mungkin tidak selaras dengan caranya untu mencapai keinginian dan
tujuan untuk meningkatkan IP-nya.
 Hakekat Manusia : Pandangan Person Centered, manusia dipandang sebagai
makhluk yang memiliki potensi untuk tumbuh dan berkembang secara alami.
Setiap individu memiliki kebutuhan akan penerimaan, penghargaan, dan
pemahaman dari orang lain. Manusia juga memiliki kemampuan untuk memahami
diri sendiri dan mengarahkan pertumbuhan mereka menuju aktualisasi diri.
Manusia dipandang sebagai makhluk yang memiliki potensi untuk tumbuh dan
berkembang secara alami dalam pendekatan Person Centered.
Doni memiliki dorongan bawaan untuk meningkatkan IP-nya, menunjukkan
keinginan untuk berkembang dan mencapai potensinya. Namun, kebutuhan akan
penerimaan dan pengakuan dari orang lain juga merupakan bagian dari hakikat
manusia, yang mendorongnya untuk mencari validasi dari teman-teman dan orang
tua. Dalam kasus Doni, dia mencerminkan hakikat manusia dengan keinginan
untuk meningkatkan prestasinya (dalam hal ini, meningkatkan IP-nya), yang
mencerminkan dorongan bawaan untuk mencapai potensi pribadinya. Dia juga
mencari pengakuan dan penerimaan dari teman-teman dan orang tuanya, yang
mencerminkan kebutuhan dasar untuk diterima dan dihargai dalam hubungan
sosialnya. Oleh karena itu, pemahaman akan hakikat manusia Doni memperkuat
pentingnya mengakui kebutuhan dan dorongan intrinsiknya, serta pentingnya
mendukungnya dalam mencapai pertumbuhan dan aktualisasi dirinya sebagai
individu.
 Asumsi bermasalah : Dalam kasus Doni, perilaku bermasalahnya dapat dilihat
dari perspektif pendekatan Person Centered sebagai ketidaksesuaian antara
keinginan untuk meningkatkan IP dan tindakan nyata yang tidak mendukung
tercapainya tujuan tersebut. Doni tampaknya tidak memiliki motivasi internal yang
kuat untuk belajar secara konsisten, dan lebih mengandalkan faktor eksternal
seperti teman-temannya dan keinginan untuk memenuhi harapan orang tua.
Kebutuhan akan Penerimaan: Doni mungkin merasa perlu diterima dan diakui
baik oleh teman-teman maupun orang tuanya. Dia mungkin mengasosiasikan
pencapaian IP yang lebih baik dengan penerimaan dan penghargaan dari orang lain.
Ketidakpastian dalam Identitas: Doni tampaknya mencari identitas dan
pengakuan sebagai siswa yang berprestasi dan patuh kepada orang tua. Namun, dia
mungkin bingung tentang bagaimana mencapai hal itu dan mengandalkan strategi
yang tidak efektif, seperti bergantung pada teman-temannya daripada fokus pada
studi.
Ketidakmampuan Mengakui Potensi Diri Sendiri: Doni mungkin tidak sepenuhnya
menyadari potensi dan kemampuan dirinya untuk belajar dan berkembang secara
akademis. Dia mungkin merasa bahwa keberhasilan akademis tergantung pada faktor
eksternal seperti hubungan dengan teman-temannya, bukan kemampuan sendiri.

Dalam kasus Doni, perilaku bermasalahnya dapat dipahami dari perspektif pendekatan
Person Centered sebagai ketidaksesuaian antara kebutuhan akan penerimaan, motivasi
intrinsik, dan tindakan nyata. Doni mungkin mengalami kebingungan antara kebutuhan
untuk diterima oleh teman-temannya dan harapan untuk meningkatkan IP-nya. Dia
mungkin tidak sepenuhnya menyadari potensi dan kemampuan dirinya, dan karenanya
mengandalkan faktor eksternal seperti hubungan sosial dan harapan orang tua sebagai
penanda keberhasilannya.
Dalam menghadapi kasus Doni, pendekatan Person Centered akan pentingnya
membangun hubungan yang mendukung, memahami kebutuhan dan motivasi individu,
serta membantu Doni mengembangkan pemahaman yang lebih baik tentang dirinya sendiri
dan potensinya. Ini mungkin melibatkan eksplorasi dalam memahami bagaimana Doni
melihat dirinya sendiri, bagaimana dia mengelola hubungan sosialnya, dan bagaimana dia
dapat meningkatkan motivasi intrinsiknya untuk belajar. Dengan memperkuat
penghargaan terhadap identitas dan kemampuan dirinya, Doni mungkin akan lebih mampu
mengambil langkah-langkah yang sesuai untuk mencapai tujuan dalam meningkatkan IP-
nya.
b) Kemungkinan langkah treatment atau intervensi pada kasus tersebut.

Dalam pendekatan Person Centered, langkah-langkah pengobatan atau intervensi akan


difokuskan pada pemahaman dan pengakuan terhadap kebutuhan, motivasi, dan potensi Doni.
Berikut adalah beberapa langkah yang mungkin diambil dalam kasus ini :

 Pembentukan Hubungan Terapeutik:Pendekatan Person Centered sangat


menekan terbentuknya hubungan terapeutik yang positif antara konselor dan klien.
Dalam hal ini, konselor akan berusaha benar-benar mendengarkan Doni tanpa
penilaian, menciptakan ruang yang aman untuknya untuk berbicara tentang
perasaan, kekhawatiran, dan harapannya terkait belajar dan pencapaian
akademisnya.
 Eksplorasi Motivasi dan Nilai Pribadi: Langkah ini fokus pada preferensi lebih
dalam terhadap apa yang benar-benar penting bagi Doni. Konselor akan bertanya
tentang harapan, impian, dan nilai-nilai yang dimiliki Doni, serta bagaimana hal-
hal ini terkait dengan keinginannya untuk meningkatkan IP-nya dan mendapatkan
pengakuan dari orang tua.

 Pemahaman Terhadap Pola Perilaku: Dalam pendekatan Person Centered,


penting untuk memahami pola perilaku Doni tanpa menghakimi. Konselor akan
membantu Doni untuk memahami mengapa dia cenderung lebih tertarik pada
permainan online daripada belajar, dan bagaimana pola ini mempengaruhi tujuan
akademisnya.

 Membantu Doni Mempelajari Keterampilan Belajar:Pendekatan ini


menekankan pentingnya memahami dan mendukung kebutuhan Doni. Konselor
akan bekerja sama dengan Doni untuk mengidentifikasi keterampilan belajar yang
perlu ditingkatkan dan membantu Doni untuk mengembangkan strategi yang
sesuai dengan kebutuhan dan preferensinya sendiri.

 Memperkuat Dukungan Sosial yang Positif:Pendekatan ini menekankan


pentingnya memperkuat dan memanfaatkan dukungan sosial yang ada. Konselor
akan membantu Doni dalam menjaga hubungan yang positif dengan teman-
temannya, sekaligus memperluas jaringan dukungan sosialnya untuk mencak

Anda mungkin juga menyukai