Anda di halaman 1dari 57

LAPORAN KEGIATAN

UPAYA KEGIATAN MASYARAKAT

“UPAYA PENINGKATAN PENGETAHUAN DAN KESADARAN


MENGENAI PENTINGNYA POLA HIDUP SEHAT PADA PENDERITA
HIPERTENSI BAGI WARGA KELURAHAN KARANG PILANG”

Pembimbing:
dr. Wienta Diarsvitri, M.Sc., MHPE., Ph.D., FISPH, FISCM

Penyusun:
Henri Tumilaar 2021.04.2.0076
Haris Rizky Minata 2021.04.2.0077
I Dewa Putu Gede K. P. 2021.04.2.0078
I Gusti Ayu Ratih F. M. 2021.04.2.0079
I Gusti Ayu Tya Satvika P. 2021.04.2.0080
Idfia Nur Syafara Putri 2021.04.2.0081
Ilfarita 2021.04.2.0082
Ilham Taufiqul Hakim 2021.04.2.0083
Indrawati 2021.04.2.0084
Intan Annisa Putri 2021.04.2.0085

ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HANG TUAH
PUSKESMAS KEDURUS
SURABAYA
2024
1

LEMBAR PERSETUJUAN
LAPORAN KEGIATAN
UPAYA KESEHATAN MASYARAKAT

Diajukan sebagai salah satu tugas dalam rangka menyelesaikan studi kepaniteraan
klinik sebagai Dokter Muda di Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas
Kedokteran Universitas Hang Tuah di Puskesmas Kedurus dengan judul
“UPAYA PENINGKATAN PENGETAHUAN DAN KESADARAN
MENGENAI PENTINGNYA POLA HIDUP SEHAT PADA PENDERITA
HIPERTENSI BAGI WARGA KELURAHAN KARANG PILANG”.

Penyusun:
Henri Tumilaar 2021.04.2.0076
Haris Rizky Minata 2021.04.2.0077
I Dewa Putu Gede K. P. 2021.04.2.0078
I Gusti Ayu Ratih F. M. 2021.04.2.0079
I Gusti Ayu Tya Satvika P. 2021.04.2.0080
Idfia Nur Syafara Putri 2021.04.2.0081
Ilfarita 2021.04.2.0082
Ilham Taufiqul Hakim 2021.04.2.0083
Indrawati 2021.04.2.0084
Intan Annisa Putri 2021.04.2.0085

Surabaya, 24 Februari 2024


Menyetujui,
Dokter Pembimbing Kepala Puskesmas

dr. Wienta Diarsvitri, M.Sc., MHPE., dr. Ratnaika Wahdini


Ph.D., FISPH, FISCM

Pembimbing Puskesmas I

dr. Choirul Anwar Fathoni

1
1

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
laporan Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) dengan judul “Upaya
Peningkatan Pengetahuan dan Kesadaran Mengenai Pentingnya Pola Hidup
Sehat pada Penderita Hipertensi Bagi Warga Kelurahan Karang Pilang”
dengan baik. Tugas ini disusun sebagai salah satu tugas wajib untuk
menyelesaikan kepaniteraan klinik di bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat
(IKM), dengan harapan dapat menjadi tambahan ilmu yang bermanfaat bagi
pengetahuan penulis maupun pembaca. Kegiatan yang kami laksanakan
merupakan upaya untuk memahami proses manajemen puskesmas secara
langsung.
Kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. dr. Ratnaika Wahdini , selaku Kepala Puskesmas Kedurus;
2. dr. Choirul Anwar Fathoni selaku pembimbing dan koordinator
dokter muda selama di Puskesmas Kedurus;
3. dr. Wienta Diarsvitri, M.Sc., MHPE., Ph.D., FISPH, FISCM,
selaku Pembimbing Akademik selama kepaniteraan IKM;
4. Para dokter dan teman sejawat tenaga kesehatan (bidan dan
perawat) yang bertugas di Puskesmas Kedurus;
5. Staf Puskesmas Kedurus dan jajarannya;
6. Teman-teman sejawat Dokter Muda pada kepaniteraan stase IKM;
7. Serta seluruh pihak yang telah membantu kami atas penyelesaian
Laporan Puskesmas yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu.
Kami menyadari bahwa penyusunan laporan ini masih jauh dari
kesempurnaan, oleh karena itu penulis memohon maaf dan mengharapkan
kritik serta saran yang membangun dari semua pihak. Semoga laporan ini
dapat menambah wawasan dan bermanfaat bagi pembaca serta penyusun.

Surabaya, 24 Februari 2024

2
1

Penyusun

3
1

4
1

DAFTAR TABEL

Tabel 1 6 Masalah terbanyak berdasarkan SMD 15


Tabel 2 Prioritas penyebab masalah dengan kriteria USG 16
Tabel 3 Penetapan skala prioritas pemecahan masalah dengan metode CARL 19
Tabel 4 Penyusunan rencana penerapan pemecahan masalah 20
Tabel 5 Jadwal pelaksanaan UKM 24
Tabel 6 Kuisioner Survei Mawas Diri 30

5
1

DAFTAR GRAFIK

Grafik 1 Perilaku hidup bersih dan sehat 37


Grafik 2 ASI eksklusif 38
Grafik 3 Menimbang balita tiap bulan 38
Grafik 5 Air bersih 39
Grafik 6 Cuci tangan 40
Grafik 7 Jamban sehat 41
Grafik 8 Makanan sehat 42
Grafik 9 Aktivitas fisik 43
Grafik 10 Kebiasaan merokok 43
Grafik 11 Hipertensi dan diabetes melitus 44
Grafik 12 Diare 46
Grafik 13 Fasilitas kesehatan 46

6
1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) menggambarkan suatu
pelayanan publik yang bergerak dalam bidang pelayanan kesehatan
memiliki peranan yang penting dalam Sistem Kesehatan Nasional. Dalam
mendukung Pembangunan di bidang kesehatan, Puskesmas mempunyai
peran melaksanakan kebijakan. di bidang Kesehatan. Diamanahkan bahwa
untuk melaksanakan tugasnya dalam pembangunan kesehatan, Puskesmas
mempunyai peran melaksanakan Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) dan
Upaya Kesehatan Perorangan (UKP) (Hasanah, Dai & Sari, 2021). Menurut
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 43 tahun 2019 tentang Pusat Kesehatan
Masyarakat, yang selanjutnya disebut Puskesmas merupakan fasilitas
pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat
dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih
mengutamakan upaya promotif dan preventif di wilayah kerjanya. Definisi
dari fasilitas pelayanan kesehatan sendiri adalah suatu tempat yang
digunakan untuk menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan, baik
promotif, preventif, kuratif, maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh
pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau masyarakat (Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia, 2019).

Puskesmas Kedurus merupakan merupakan salah satu Puskesmas


yang berada di wilayah kota Surabaya yang bertanggung jawab dalam
menyelenggarakan dan melaksanakan pembangunan kesehatan di wilayah
kerjanya dan berada di bawah pengawasan Dinas Kesehatan Kota Surabaya.
Puskesmas Kedurus dalam memberikan pelayanan kesehatan dasar perlu
menjaga mutu pelayanan sesuai dengan standar yang berlaku. Oleh karena
itu, Puskesmas Kedurus menyelenggarakan Survei Mawas Diri (SMD) di
salah satu wilayah kerja Puskesmas Kedurus di Kelurahan Karang Pilang
Kota Surabaya dalam rangka mengetahui permasalahan kesehatan yang ada
di wilayah tersebut. Berdasarkan survei yang telah dilakukan telah

1
1

ditemukan masalah utama yang menjadi pokok bahasan, yaitu “Kurangnya


Pengetahuan dan Kesadaran Mengenai Pentingnya Rutin Kontrol dan
Minum Obat Hipertensi Bagi Warga Kelurahan Karang Pilang”.
Hipertensi didefinisikan sebagai penyakit yang ditandai dengan
peningkatan tekanan darah secara menetap. Seseorang dikatakan menderita
hipertensi apabila tekanan darah sistol di atas 140 dan diastole di atas 90
mmHg. Penyebab hipertensi dibagi menjadi dua, yaitu hipertensi primer
(esensial) dan hipertensi sekunder. Beberapa faktor risiko yang memicu
munculnya hipertensi adalah umur, jenis kelamin, riwayat keluarga, genetik
(faktor risiko yang tidak dapat diubah/dikontrol), kebiasaan merokok,
konsumsi garam, konsumsi lemak jenuh, penggunaan jelantah, minuman
beralkohol, obesitas, dan kurang aktivitas fisik, stres (Lakhsmi, 2020).
Hipertensi merupakan pembuka bagi munculnya penyakit lain seperti stroke,
gagal jantung, diabetes, dan penyakit ginjal sekaligus penyebab kematian
nomor satu di dunia.1 Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan
seseorang lebih berisiko mengalami hipertensi. Data Riskesdas 2018
melaporkan bahwa terdapat tingginya proporsi pada factor risiko hipertensi
seperti 35,5% masyarakat kurang melakukan aktivitas fisik, 29,3% merokok,
31% orang dengan obesitas sentral dan 21,8% orang mengalami obesitas
umum. Data World Health Organization (WHO) tahun 2019 memperkirakan
terdapat 1,13 milyar orang dengan hipertensi di seluruh dunia, dua pertiga
kasus berada di negara dengan penghasilan menengah ke bawah. Jumlah ini
akan terus meningkat setiap tahunnya dan pada tahun 2025 diperkirakan
akan mencapai 1,5 Miliar kasus, serta angka kematian akibat hipertensi dan
komplikasinya diperkirakan dapat mencapai 9,4 juta orang setiap tahunnya
(Astuti, Tasman and Amri, 2021).

Hipertensi merupakan penyakit yang semakin banyak ditemukan di


klinik, unit gawat darurat, puskesmas maupun rumah sakit dan mash
merupakan masalah besar di bidang penyakit tidak menular. Perkembangan
tatalaksana hipertensipun telah jauh berbeda di bandingkan di masa lalu,
namun apakah hal ini diketahui oleh individu atau masyarakat baik yang
sudah mengetahui dirinya menderita hipertensi atau sebenarnya menderita

2
1

hipertensi tetapi tidak terdiagnosis. Hampir sebagian besar pasien tidak


mengetahui kalau dirinya mengidap hipertensi. Yang sudah mengetahui
menderita hipertensi tidak melakukan kunjungan ulang secara teratur bahkan
tidak minum obat samasekali. Ketidaktahuan seseorang mengidap hipertensi
dapat disebabkan karena hipertensi merupakan penyakit yang dari tidak ada
keluhan/ gejala, keluhan ringan sampai keluhan/gejala hebat. Bahkan
seringkali hipertensi diketahui bila sudah timbul komplikasi (Lakhsmi,
2020).

1.2 Rumusan Masalah


Bagaimana gambaran pengetahuan dan kesadaran mengenai
pentingnya pola hidup penderita hipertensi bagi warga Kelurahan Karang
Pilang?

1.3 Tujuan Kegiatan


1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui gambaran pengetahuan dan kesadaran mengenai
pentingnya pola hidup sehat pada penderita hipertensi bagi warga Kelurahan
Karang Pilang.
1.3.2 Tujuan Khusus
Meningkatkan pengetahuan dan kesadaran mengenai pentingnya pola
hidup sehat pada penderita hipertensi bagi warga Kelurahan Karang Pilang.

1.4 Manfaat Kegiatan


Sebagai informasi dan bahan masukan bagi masyarakat Kelurahan Karang
Pilang untuk meningkatkan kesadaran atas masalah kesehatan yang terbanyak di
lingkungan tinggal masyarakat, terutama mengenai pengetahuan dan kesadaran
akan pentingnya pola hidup sehat pada penderita hipertensi bagi warga Kelurahan
Karang Pilang.
Bahan masukan bagi petugas Puskesmas Kedurus sebagai upaya
peningkatan kesadaran mengenai masalah kesehatan di wilayah kerja puskesmas.

3
1

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Puskesmas
2.1.1 Definisi Puskesmas
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
75 Tahun 2014 tentang Puskesmas, menjelaskan bahwa Puskesmas adalah
fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan
masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan
lebih mengutamakan upaya promotif, dan preventif, untuk mencapai
derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya.
Puskesmas merupakan unit pelaksana teknis kesehatan dibawah supervisi
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Secara umum, mereka harus
memberikan pelayanan preventif, promotif, kuratif sampai dengan
rehabilitatif baik melalui Upaya Kesehatan Perorangan (UKP), ataupun
Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM). Puskesmas dapat memberikan
pelayanan rawat inap selain pelayanan rawat jalan. Untuk dapat
memberikan pelayanan yang baik tentunya harus diusahakan adanya
peningkatan kualitas layanan guna mencapai derajat kesehatan yang
optimal bagi seluruh masyarakat (Nasution, Kurniansyah & Priyanti,
2022).

2.1.2 Fungsi Puskesmas


Dalam susunan fungsionalnya, puskesmas menjalani fungsi berikut:
1. Sebagai pusat pembangunan kesehatan masyarakat di wilayah
kerjanya
2. Melaksanakan perencanaan berdasarkan analisis masalah kesehatan
masyarakat dan analisis kebutuhan pelayanan yang diperlukan
3. Melaksanakan advokasi dan sosialisasi kebijakan kesehatan
4. Membina peran serta masyarakat di wiliyaha kerjanya dalam
rangka meningkatkan kemampuan hidup sehat

4
1

5. Menggerakkan masyarakat untuk mengidentifikasi dan


menyelesaikan masalah kesehatan pada setiap tingkat
perkembangan masyarakat yang bekerjasama dengan sektor terkait
lainnya
6. Melaksanakan pembinaan teknis terhadap jaringan pelayanan dan
upaya kesehatan berbasis masyarakat
7. Melaksanakan peningkatan kompetensi sumber daya manusia
puskesmas
8. Memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan terpadu
kepada masyarakat di wilayah kerjanya
9. Memantau pelaksanaan pembangunan berwawasan kesehatan
10. Melaksanakan pencatatan, pelaporan, dan evaluasi terhadap akses,
mutu, dan cakupan pelayanan kesehatan
11. Memberikan solusi terkait masalah kesehatan masyarakat,
termasuk dukungan terhadap sistem kewaspadaan dini dan respon
penanggulangan penyakit (Depkes, 2014)

2.2 Survei Mawas Diri (SMD)


2.2.1 Definisi SMD
Survei Mawas Diri merupakan suatu upaya yang dilakukan oleh
puskesmas dengan melibatkan peran serta masyarakat untuk mengidentifikasi
permasalahan kesehatan di masyarakat dan menggali potensi-potensi yang
dimiliki untuk memecahkan permasalahan, seperti sumber daya dan peluang-
peluang lainnya yang dapat dimobilisasikan sesuai dengan tujuan pemecahan
masalah (Depkes, 2014).
2.2.2 Tujuan SMD
Survei Mawas Diri dilakukan untuk mengkaji dan menganalisa masalah
kesehatan, lingkungan, maupun pola perilaku dalam suatu populasi sesuai
dengan wilayah kerja puskesmas. Tujuan SMD dapat dicapai dengan
memanfaatkan sumber daya masyarakat yang ada dengan dukungan serja
kepala desa atau kelurahan dan pemukan masyarakan untuk menggerakkan dan
memberdayakan masyarakat (Depkes, 2014).

5
1

2.2.3 Cara Pelaksanaan SMD


SMD dilaksanakan oleh kader, tokoh masyarakat, dan kelompok warga
yang telah ditunjuk melaksanakan SMD dengan bimbingan petugas puskesmas
dan bidan. Pelaksana SMD ini ditunjuk untuk mengolah data SMD dengan
bimbingan petugas puskesmas dan bidan di desa atau kelurahan sehingga dapat
diperoleh perumusan masalah kesehatan, lingkungan, dan pola perilaku di desa
atau kelurahan terkait, sesuai dengan tujuannya (Depkes, 2014).
Kegiatan SMD meliputi:
1. Pengenalan instrumen (daftar pertanyaan) yang akan dipergunakan
dalam pengumpulan data dan informasi masalah kesehatan.
2. Penentuan sasaran baik jumlah KK maupun lokasinya.
3. Penentuan cara memperoleh informasi masalah kesehatan dengan
cara wawancara yang menggunakan daftar pertanyaan (Depkes,
2014).
SMD dilakukan dalam beberapa langkah sebagai berikut:
1. Menyusun daftar pertanyaan berdasarkan prioritas masalah yang
ditemui di puskesmas.
2. Menyusun lembar observasi dan menentukan kriteria responden
dan cakupan wilayah.
3. Melaksanakan wawancara.
4. Melakukan pengolahan dan analisis data yang telah dikumpulkan.
5. Menyusun laporan SMD (Depkes, 2014).

2.3 Musyawarah Masyarakat Desa (MMD)


2.3.1 Definisi MMD
MMD merupakan pertemuan perwakilan warga desa beserta tokoh
masyarakat dan para petugas untuk membahas hasil SMD dan merencanakan
penanggulangan masalah kesehatan yang diperoleh dari SMD (Depkes, 2014).
2.3.2 Tujuan MMD
MMD dilaksanakan dengan tujuan sebagai berikut:
1. Mengenalkan masalah kesehatan kepada masyarakat di
wilayahnya.

6
1

2. Mengikutsertakan masyarakat dalam penanggulangan masalah


kesehatan.
3. Menyusun rencana kerja dalam rangka menanggulangi masalah
kesehatan (Depkes, 2014).
2.3.3 Pelaksanaan MMD
MMD dihadiri oleh pemuka masyarakat desa atau kelurahan, petugas
puskesmas, dan sektor terkait kecamatan (pemerintahan). MMD dapat
dilaksanakan di balai desa atau kelurahan atau tempat pertemuan lain di desa
atau kelurahan tersebut. MMD dilaksanakan segera setelah dilakukannya SMD
(Depkes, 2014).
MMD dilaksanakan dengan alur sebagai berikut:
1. Penguraian tujuan dilakukannya MMD yang dipimpin oleh kepala
desa atau kepala keluarahan.
2. Pengenalan masalah kesehatan oleh masyarakat melalui diskusi
dengan menggunakan alat peraga, poster, atau media lainnya.
3. Penyajian hasil SMD.
4. Perumusan dan penentuan prioritas masalah kesehatan berdasarkan
hasil SMD dengan bimbingan petugas kesehatan di wilayah tersebut.
5. Penyusunan rencana penanggulangan masalah kesehatan (Depkes,
2014).
2.3.4 Perencanaan Kesehatan Komunitas
Perencanaan kesehatan komunitas dilakukan dengan memperhatikan
beberapa aspek:
1. Prioritas masalah: perencanaan kesehatan komunitas dimulai dengan
masalah yang menjadi prioritas. Prioritas masalah didapatkan berdasarkan
analisis yang telah dilakukan.
2. Kriteria hasil: penentuan kriteria hasil (outcome) harus ditujukan untuk
komunitas. Kriteria hasil meliputi kegiatan yang akan dilakukan dalam
durasi waktu yang telah ditentukan. Kriteria hasil harus rasional dan dapat
diukur.
3. Rencana tindakan: merupakan desain spesifik intervensi untuk
membantu komunitas dalam mencapai kriteria hasil. Rencana tindakan

7
1

dilaksanakan berdasarkan analisis penyebab terjadinya suatu masalah


sehingga dapat dilakukan pemutusan rantai masalah dengan membatasi
faktor-faktor pendukung suatu masalah yang dapat dikendalikan.
4. Dokumentasi: dilakukan untuk mempromosikan kesehatan yang meliputi
perawatan individu, keluarga, dan komunitas. Perencanaan asuhan
kesehatan melibatkan tiga prinsip, yaitu pemberdayaan, negosiasi, dan
kerjasama lintas sektor (Depkes, 2014).
2.4 Program Terkait
2.4.1 Kalender
Kalender Hipertensi adalah upaya kami dalam mewujudkan hipertensi
yang terkontrol pada masyarakat, meningkatkan wawasan masyarakat terhadap
hipertensi dan bahaya komplikasinya. Kalender ini memberikan informasi
mengenai definisi, gejala, komplikasi, cara mengukur tekanan darah secara
mandiri, cara mengontrol tekanan darah, kalender tahun 2024 beserta tabel
untuk mencatat hasil tekanan darah. Kalender ini juga dapat dimanfaatkan
untuk mencatat jadwal minum obat sehingga mendorong masyarakat yang
menderita hipertensi untuk rutin minum obat. Kalender ini diharapkan dapat
mengedukasi warga sehingga dapat mengerti dan menjalankan gaya hidup
sehat dan kontrol rutin hipertensi.
Kalender Hipertensi dirancang untuk satu tahun dan dapat ditempel di
dinding sehingga bisa bermanfaat sebagai kalender 2024 maupun untuk
mendorong masyarakat untuk kontrol hipertensi. Kalender ini dihimbau untuk
dibawa ke puskesmas setiap bulannya saat kontrol untuk mengambil obat,
sehingga dokter atau petugas kesehatan lainnya dapat melihat perkembangan
pasien. Diharapkan dokter dan petugas kesehatan lainnya dapat memberikan
komentar dan apresiasi bagi pasien yang melakukan pengecekan rutin tekanan
darah serta minum obat secara rutin setiap hari.

2.5 Masalah Terkait


2.5.1 Hipertensi
Hipertensi merupakan kondisi dimana tekanan darah sistolik lebih dari
atau sama dengan 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari atau sama

8
1

dengan 90 mmHg pada dua kali pengukuran dengan selang waktu 5 menit
dalam keadaan cukup istirahat atau tenang (WHO, 2023).
2.5.2 Pentingnya Kontrol dan Minum Obat Hipertensi
Hipertensi umumnya tidak menimbulkan keluhan spesifik, tetapi
terkadang penderita dapat mengeluhkan gejala sakit kepala, pusing, jantung
berdebar-debar, nyeri dada, gelisah, pandangan kabur, dan mudah lelah.
Keadaan ini sering diabaikan oleh penderita, padahal hipertensi merupakan
salah satu penyakit yang cukup berbahaya bahkan mendapat julukan “the silent
killer”. Penyebab hipertensi sangat berkaitan dengan faktor gaya hidup dan
pola makan, sehingga diperlukan perubahan perilaku sejak dini agar
menerapkan perilaku hidup sehat, seperti melakukan aktivitas fisik minimal 30
menit per hari, mengonsumsi makanan yang bergizi seimbang dan mencukupi
kebutuhan tidur. Selain itu, bagi penderita hipertensi yang sudah menjalani
pengobatan diharapkan juga mengontrol kondisinya dengan melakukan
pengecekan rutin tekanan darah dan minum obat teratur sesuai anjuran dokter.
Hal tersebut penting diperhatikan dan diterapkan oleh karena hipertensi yang
tidak terkontrol dapat menyebabkan terjadinya komplikasi yaitu gangguan
organ seperti jantung, koroner, ginjal, dan otak, yang akhirnya dapat
membahayakan penderita (WHO, 2023).

2.6 Urgency, Seriousness, Growth


Merupakan salah satu metode untuk menyusun urutan prioritas isu yang
harus diselesaikan (Permenkes, 2016). Cara menentukan tingkat urgensi,
keseriusan dan perkembangan isu tersebut dengan menentukan skala nilai 1 – 5
atau 1 – 10. Isu yang memiliki total skor tertinggi merupakan isu prioritas.
1. Urgency. Seberapa mendesak isu tersebut harus dibahas dikaitkan dengan
waktu yang tersedia dan seberapa keras tekanan waktu untuk memecahkan
masalah yang menyebabkan isu tersebut. Urgency dilihat dari tersedianya
waktu, mendesak / tidak masalah tersebut diselesaikan (Permenkes, 2016).
2. Seriousness. Seberapa serius isu tersebut perlu dibahas dikaitkan dengan
akibat yang timbul dengan penundaan pemecahan masalah yang
menimbulkan isu tersebut atau akibat yang menimbulkan masalah-masalah

9
1

lain kalau masalah penyebab isu tidak dipecahkan. Seriousness dilihat dari
dampak masalah tersebut terhadap produktivitas kerja, pengaruh terhadap
keberhasilan dan membahayakan sistem atau tidak (Permenkes, 2016).
3. Growth. Seberapa kemungkinannya isu tersebut menjadi berkembang
dikaitkan kemungkinan masalah penyebab isu akan makin memburuk jika
dibiarkan (Permenkes, 2016).
Data yang dibutuhkan dalam metode USG:

− Hasil analisa situasi

− Informasi tentang sumber daya yang dimiliki

− Dokumen tentang perundang-undangan, peraturan, serta kebijakan

pemerintah yang berlaku (Permenkes, 2016).

2.7 Fish Bone


2.7.1 Definisi, Fungsi, dan Manfaat
Diagram fish bone disebut juga sebagai diagram sebab akibat (diagram
cause and effect) merupakan metode yang membantu mengidentifikasi,
memilah, dan menampilkan berbagai penyebab yang mungkin dari suatu
masalah atau karakteristik kualitas tertentu. Diagram ini menggambarkan
hubungan antara masalah dengan semua faktor penyebab yang mempengaruhi.
Ditemukan oleh Kaoru Ishikawa, disebut “fishbone” atau “tulang ikan" karena
tampak mirip dengan tulang ikan (Bilsel, 2012).
Fungsi diagram fish bone antara lain:
1. Mengenali akar penyebab masalah atau sebab mendasar dari akibat,
masalah, atau kondisi tertentu.
2. Memilah dan menguraikan pengaruh timbal balik antara berbagai
faktor yang mempengaruhi akibat atau proses tertentu.
3. Menganalisa masalah yang ada sehingga tindakan yang tepat dapat
diambil (Bilsel, 2012).
Manfaat diagram fish bone antara lain:

10
1

1. Membantu menentukan akar penyebab masalah dengan pendekatan


yang terstruktur.
2. Mendorong kelompok untuk berpartisipasi dan memanfaatkan
pengetahuan kelompok tentang proses yang dianalisis.
3. Menunjukkan penyebab yang mungkin dari variasi atau perbedaan
yang terjadi dalam suatu proses.
4. Meningkatkan pengetahuan tentang proses yang dianalisis dengan
membantu setiap orang untuk mempelajari lebih lanjut berbagai
faktor kerja dan bagaimana faktor‐faktor tersebut saling
berhubungan.
5. Mengenali area dimana data seharusnya dikumpulkan untuk
pengkajian lebih lanjut (Bilsel, 2012).
2.7.2 Cara Menyusun dan Menganalisa
1. Identifikasi dan definisikan dengan jelas hasil atau akibat yang akan
dianalisis. Hasil atau akibat disini adalah karakteristik dari kualitas
tertentu, permasalahan yang terjadi pada kerja, tujuan perencanaan, dan
sebagainya. Gunakan definisi yang bersifat operasional untuk hasil atau
akibat agar mudah dipahami. Hasil atau akibat dapat berupa positif
(suatu tujuan, hasil) atau negatif (suatu masalah, akibat). Hasil atau
akibat yang negatif yaitu berupa masalah biasanya lebih mudah untuk
dikerjakan. Lebih mudah bagi kita untuk memahami sesuatu yang
sudah terjadi (kesalahan) daripada menentukan sesuatu yang belum
terjadi (hasil yang diharapkan). Kita bisa menggunakan diagram pareto
untuk membantu menentukan hasil atau akibat yang akan dianalisis.
2. Gambar garis panah horizontal ke kanan yang akan menjadi tulang
belakang. Di sebelah kanan garis panah, tulis deskripsi singkat hasil
atau akibat yang dihasilkan oleh proses yang akan dianalisis. Buat kotak
yang mengelilingi hasil atau akibat tersebut.
3. Identifikasi penyebab‐penyebab utama yang mempengaruhi hasil atau
akibat. Penyebab ini akan menjadi label cabang utama diagram dan
menjadi kategori yang akan berisi berbagai penyebab yang
menyebabkan penyebab utama. Untuk menentukan penyebab utama

11
1

dapat mencoba memulai dengan menulis daftar seluruh penyebab yang


mungkin. Kemudian penyebab‐penyebab tersebut dikelompokkan
berdasarkan hubungannya satu sama lain. Kategori yang biasa
digunakan, yaitu:
- 4S: surrounding, supplier, system, skill.
- 8P: product atau service, price, people, place, promotion,
procedures, processes, policies.
- 6M: man, machine, material, method, measurement, mother nature.
4. Untuk setiap penyebab utama, identifikasi faktor‐faktor yang menjadi
penyebab dari penyebab utama. Identifikasi sebanyak mungkin faktor
penyebab dan tulis sebagai sub cabang utama. Jika penyebab ‐penyebab
minor menjadi penyebab dari lebih dari satu penyebab utama, tuliskan
pada semua penyebab utama tersebut.
5. Identifikasi lebih detail lagi secara bertingkat berbagai penyebab dan
lanjutkan mengorganisasikannya dibawah kategori atau penyebab yang
berhubungan. Hal ini dapat dilakukan dengan cara mengajukan
serangkaian pertanyaan “mengapa”.
6. Menganalisis diagram analisis membantu kita mengidentifikasi
penyebab yang menjamin pemeriksaan lebih lanjut. Diagram fishbone
ini hanya mengidentifikasi kemungkinan penyebab. Diagram pareto
dapat digunakan untuk membantu kita menentukan penyebab yang akan
pertama kita fokuskan. Lihat keseimbangan diagram:
- Jika ada kelompok dengan banyak item pada suatu area dapat
mengindikasikan perlunya pengkajian lebih lanjut.
- Jika ada kategori utama dengan sedikit penyebab minor dapat
mengindikasikan perlunya identifikasi lagi penyebab minornya.
- Jika ada beberapa cabang kategori utama hanya memiliki sedikit sub
cabang, mungkin kita perlu mengkombinasikannya dalam satu
kategori.
- Cari penyebab yang muncul berulang, mungkin penyebab ini adalah
penyebab akar. Cari apa yang bisa diukur dari setiap penyebab
sehingga kita dapat mengkuantitaskan hasil atau akibat dari setiap

12
1

perubahan yang kita lakukan dan yang terpenting, identifikasi


penyebab‐penyebab yang dapat diambil tindakan (Bilsel, 2012).

Gambar 1 Contoh diagram fishbone


2.8 CARL (Capability, Accessibility, Readiness, Leverage)
2.8.1 Definisi
Metode CARL merupakan suatu teknik atau cara yang digunakan untuk
menentukan prioritas masalah jika data yang tersedia adalah data kualitatif
(Supriyanto, 2007).
2.8.2 Kriteria
Metode ini dilakukan dengan menentukan skor atas kriteria tertentu,
seperti kemampuan (capability), kemudahan (accessibility), kesiapan
(readiness), serta pengungkit (leverage) (Supriyanto, 2007).
Semakin besar skor semakin besar masalahnya, sehingga semakin
tinggi letaknya pada urutan prioritas. Penggunaan metode CARL untuk
menetapkan prioritas masalah dilakukan apabila pengelola program
menghadapi hambatan keterbatasan dalam menyelesaikan maslah. Penggunaan
metode ini menekankan pada kemampuan pengelola program (Supriyanto,
2007).
Tidak semua masalah kesehatan akan mampu diatasi oleh Puskesmas
maupun Dinas Kesehatan Kabupaten. Untuk itu perlu dilakukan penentuan
prioritas masalah dengan menggunakan salah satu dari berbagai cara yang
biasanya digunakan. Salah satu cara yang biasanya digunakan adalah Metode
CARL (Supriyanto, 2007). Metode CARL merupakan metode yang cukup baru

13
1

di kesehatan. Metode CARL juga didasarkan pada serangkaian kriteria yang


harus diberi skor 0-10.
Kriteria CARL tersebut mempunyai arti:

− C (Capability): ketersediaan sumber daya (dana, sarana, prasarana).

− A (Accesibility): kemudahan, masalah yang ada mudah diatasi atau

tidak. Kemudahan dapat didasarkan pada ketersediaan metode/cara/


teknologi serta penunjang.

− R (Readiness): kesiapan dari tenaga pelaksana maupun kesiapan

sasaran, seperti keahlian atau kemampuan dan motivasi.

− L (Leverage): seberapa besar pengaruh kriteria yang satu dengan

yang lain dalam pemecahan masalah yang dibahas (Supriyanto,


2007).
Setelah masalah atau alternatif pemecahan masalah diidentifikasi,
kemudian dibuat tabel kriteria CARL dan diisi skornya. Bila ada beberapa
pendapat tentang nilai skor yang diambil adalah rerata. Nilai total merupakan
hasil perkalian: C x A x R x L (Supriyanto, 2007).
2.8.3 Kelebihan dan Kekurangan
Dengan masalah (solusi) yang relatif banyak, bisa ditentukan peringkat
atas masing-masing masalah sehingga bisa diperoleh prioritas masalah
(Supriyanto, 2007).
Penentuan skor sangat subyektif, sehingga sulit untuk distandarisasi.
Penilaian atas masing-masing kriteria terhadap yang di skor perlu kesepakatan
agar diperoleh hasil yang maksimal dalam penentuan peringkat. Obyektivitas
hasil peringkat masalah (solusi) kurang bisa dipertanggungjawabkan karena
penentuan skor atas kriteria yang ada (Supriyanto, 2007).

14
1

BAB III
LANGKAH MANAJEMEN TERPADU MASYARAKAT

3.1 Pengumpulan Data Penyebab Masalah


3.1.1 Survei Mawas Diri (SMD)
Dilampirkan di halaman lampiran

3.2 Identifikasi Masalah


3.2.1 Analisa Data Puskesmas
Berdasarkan analisa data hasil SMD, didapatkan 5 masalah terbanyak
yaitu:
MASALAH
Terdapat anggota keluarga yang merokok di dalam rumah.
Jarang melakukan aktivitas fisik dan tidak mengetahui waktu optimal
serta cara melakukan aktivitas fisik yang benar.
Sering mengonsumsi makanan cepat saji.
Sering mengonsumsi makanan yang berlemak atau digoreng.
Tidak mengetahui bahwa kurang olahraga, obesitas, merokok, dan
minum alkohol menyebabkan kekambuhan hipertensi.
Tabel 1 6 Masalah terbanyak berdasarkan SMD

3.3 Penentuan Prioritas Penyebab Masalah


Untuk menentukan prioritas penyebab masalah, penyusun dilakukan dengan
menggunakan kriteria USG (Urgency, Seriousness, Growth). Skor pada kriteria
USG tersebut adalah antara 1 sampai 5. Pemberian bobot dan skor adalah
berdasarkan kesepakatan.

15
1

Nilai Kriteria
No. Masalah Total
U S G
Terdapat anggota keluarga yang
1. 4 4 3 48
merokok di dalam rumah.
Jarang melakukan aktivitas fisik
dan tidak mengetahui waktu
2. 3 4 3 36
optimal serta cara melakukan
aktivitas fisik yang benar.
Sering mengonsumsi makanan
3. 3 3 3 27
cepat saji.
Sering mengonsumsi makanan
4. 3 4 3 36
yang berlemak atau digoreng.
Tidak mengetahui bahwa kurang
olahraga, obesitas, merokok, dan
5. 4 5 5 100
minum alkohol menyebabkan
kekambuhan hipertensi.

Tabel 2 Prioritas penyebab masalah dengan kriteria USG

Urutan prioritas penyebab masalah yang didapatkan dari penilaian


berdasarkan kriteria USG adalah sebagai berikut:
1. Tidak mengetahui bahwa kurang olahraga, obesitas, merokok, dan minum
alkohol menyebabkan kekambuhan hipertensi.
2. Terdapat anggota keluarga yang merokok di dalam rumah.
3. Jarang melakukan aktivitas fisik dan tidak mengetahui waktu optimal serta
cara melakukan aktivitas fisik yang benar.
4. Sering mengonsumsi makanan yang berlemak atau digoreng.
5. Sering mengonsumsi makanan cepat saji.

3.4 Diskusi dengan Pembimbing Puskesmas


Berdasarkan hasil diskusi dengan para pembimbing Puskesmas Kedurus,
disepakati bahwa tema tentang “Upaya Peningkatan Pengetahuan Dan Kesadaran

16
1

Mengenai Pentingnya Pola Hidup Sehat Pada Penderita Hipertensi Bagi Warga
Kelurahan Karang Pilang” merupakan prioritas permasalahan yang didapatkan
dari analisa data hasil SMD.

3.5 Pernyataan Masalah


Berdasarkan hasil SMD didapatkan masalah berupa masih banyaknya
masyarakat yang belum mengetahui bahwa kurang olahraga, obesitas, merokok,
dan minum alkohol menyebabkan kekambuhan hipertensi.

3.6 Penentuan Penyebab Masalah dengan Fish Bone


Penyebab masalah digali menggunakan diagram Tulang Ikan (Fish Bone) /
Ishikawa / Cause Effect. Pembuatan diagram Fish Bone adalah sebagai berikut:
1. Menuliskan masalah pada kepala ikan (bagian kanan / efek)
2. Membuat garis horizontal
3. Menentukan kategori utama dari penyebab masalah berupa manusia,
metode, sarana, lingkungan dan lain-lainnya
4. Melakukan curah pendapat pada masing-masing kategori
5. Melanjutkan curah pendapat pada kategori lainnya.

Gambar 2 Penentuan penyebab masalah dengan fish bone

17
1

3.7 Rencana Tindak Lanjut


Berdasarkan data hasil SMD yang telah dilakukan Kelurahan Kedurus
Surabaya, direncanakan tindak lanjut penyelesaian masalah sebagai berikut:
Penyuluhan mengenai pemeriksaan rutin hipertensi dan pentingnya konsumsi obat
hipertensi, pembuatan kalender kontrol rutin hipertensi dan membagikannya, serta
cek kesehatan rutin terutama tekanan darah.
3.7.1 Penetapan Skala Prioritas Pemecahan Masalah
Metode CARL didasarkan pada serangkaian kriteria yang harus diberi
skor 0-10. Kriteria CARL tersebut mempunyai arti:

− C (Capability): ketersediaan sumber daya (dana, sarana dan prasarana)

− A (Accesibility): kemudahan, masalah yang ada mudah diatasi atau

tidak. Kemudahan dapat didasarkan pada ketersediaan


metode/cara/teknologi serta penunjang.

− R (Readiness): kesiapan dari tenaga pelaksana maupun kesiapan

sasaran, seperti keahlian atau kemampuan dan motivasi

− L (Leverage): seberapa besar pengaruh kriteria yang satu dengan yang

lain dalam pemecahan masalah yang dibahas.


Setelah masalah atau alternatif pemecahan masalah diidentifikasi,
kemudian dibuat tabel kriteria CARL dan diisi skornya. Bila ada beberapa
pendapat tentang nilai skor yang diambil adalah rerata. Nilai total merupakan
hasil perkalian: C x A x R x L

18
1

Daftar C A R L Total Urutan


Membuat kalender
hipertensi yang
berisi hasil
8 8 7 9 4032 1
pemeriksaan
tekanan darah setiap
Hipertensi hari selama setahun
Penyuluhan
mengenai hipertensi 8 8 7 8 3584 2
kepada masyarakat
Cek tekanan darah
setiap minggu 6 5 6 8 1440 3
secara door to door
Tabel 3 Penetapan skala prioritas pemecahan masalah dengan metode CARL

3.8 Pembentukan Tim Pemecahan Masalah


Penanggung Jawab: Kepala UPT Puskesmas Kedurus
Tim Pelaksana yang dibentuk antara lain:

− Dokter Puskesmas

− Petugas Promkes

− Kader Desa

− Tokoh Masyarakat

19
1

3.9 Penyusunan Rencana Penerapan Pemecahan Masalah


Nama Petugas Penanggung Tanggal Anggaran Indikator
No. Kegiatan Uraian Kegiatan Target Lokasi
Jawab Pelaksanaan Dana keberhasilan
25-30 warga
Penanggung Jawab: Posyandu
usia 25-60 Dana
Membagikan dan Kepala Puskesmas Kedurus Balita dan
tahun 19 Februari pribadi Menemukan
1. SMD mengisi kuesioner Pelaksana: Lansia
2024 dokter masalah
SMD Dokter Muda FK-UHT 46-P dan Karang
Kelurahan muda
46-Q Pilang
Kedurus

Penanggung Jawab: Masyarakat


Kader Kantor Dana
Pembagian Kepala Puskesmas Kedurus memahami
Keluruan 24 Februari Kelurahan pribadi
2. RTL kalender kontrol Pelaksana: penggunaan
Karang 2024 Karang dokter
hipertensi Dokter Muda FK-UHT 46-P dan kalender kontrol
Pilang Pilang muda
46-Q hipertensi

Tabel 4 Penyusunan rencana penerapan pemecahan masalah

20
1

3.9.1 Tujuan

− Melakukan skrining kesehatan untuk masyarakat dengan mengadakan

cek kesehatan.

− Meningkatkan pengetahuan pada masyarakat membentuk pola hidup

yang sehat khususnya pada penderita hipertensi.

− Rutin memeriksa tekanan darah sendiri baik sewaktu kontrol dan

mencatat hasil tekanan darah pada penderita hipertensi dengan


pembuatan kalender hipertensi.

− Memberikan motivasi untuk masyarakat untuk melakukan pemeriksaan

kesehatan terutama cek tekanan darah dan aktif untuk berolahraga.


3.9.2 Kegiatan

− Cek kesehatan masyarakat.

− Pembuatan kalender kontrol hipertensi.

− Penyuluhan tentang pengetahuan mengenai pentingnya pola hidup sehat

pada penderita hipertensi.


3.9.3 Indikator Keberhasilan

− Jumlah warga yang mendapatkan penyuluhan dan pembagian kalender

hipertensi di Kelurahan Karang Pilang

− Kesiapan petugas.

− Sarana dan prasarana penyuluhan.

− Antusiasme pertanyaan yang diajukan oleh warga yang pendapatkan

penyuluhan
3.9.4 Monitoring dan Evaluasi

− Jumlah masyarakat yang tidak melakukan pemeriksaan tekanan darah

secara rutin.

21
1

− Jumlah masyarakat yang menderita hipertensi tetapi tidak kontrol dan

mengonsumsi obat secara rutin.

− Bekerja sama dengan puskesmas untuk mengevaluasi ulang.

22
1

BAB IV
KESIMPULAN & SARAN

4.1 Kesimpulan
DM FK UHT telah melakukan Survey Mawas Diri pada Kelurahan
Karang Pilang, salah satu wilayah kerja dari Puskesmas Kedurus. Terdapat
6 daftar permasalahan yang ditetapkan dalam Survey Mawas Diri, yang
kemudian dilakukan penentuan prioritas menggunakan kriteria USG. Dari
hasil metode USG, ditetapkan bahwa masalah yang paling diprioritaskan
adalah Tidak mengetahui bahwa kurang olahraga, obesitas, merokok, dan
minum alkohol menyebabkan kekambuhan hipertensi. Setelah penetapan
masalah tersebut, ditentukan penyebab masalah menggunakan diagram Fish
Bone, dengan 4 kriteria, yaitu Methode, Material, Machine, dan Man.
Setelah ditemukan masalah prioritas dan penyebabnya, ditentukan
cara pemecahan masalah menggunakan metode CARL. Hasil dari metode
CARL menunjukkan bahwa cara yang paling efektif untuk menyelesaikan
masalah adalah penyuluhan mengenai pemeriksaan rutin hipertensi dan
pentingnya konsumsi obat hipertensi, pembuatan kalender kontrol rutin
hipertensi dan membagikannya, serta cek kesehatan rutin terutama tekanan
darah.

4.2 Saran
4.2.1 Saran Bagi Puskesmas

− Evaluasi rutin dan revisi pelaksanaan prioritas pemecahan masalah.

− Meningkatkan dan memperluas jangkauan penyuluhan.

− Mengedukasi pasien hipertensi yang berobat ke puskesmas untuk rutin

kontrol dan meminum obat anti hipertensi sesuai aturan minum yang
benar.

23
1

4.2.2 Saran Bagi UKM-KP

− Melakukan evaluasi hasil secara berkelanjutan terhadap kegiatan dokter

muda selama menjalani kepaniteraan di puskesmas.


4.2.3 Saran Bagi Dokter Muda

− Dapat memahami dan menerapkan pelaksanaan terapi terhadap

hipertensi yang dilaksanakan di puskesmas.

− Memberikan ide-ide kreatif dalam mengedukasi pasien untuk preventif

dan manajemen terapi kasus hipertensi di puskesmas


4.2.4 Saran Bagi Masyarakat

− Memeriksakan tekanan darah secara rutin minimal 1 bulan sekali bagi

masyarakat yang belum menderita hipertensi.

− Rutin melakukan kontrol dan pemeriksaan tekanan darah sesuai jadwal

kontrol bagi masyarakat yang telah terdiagnosa menderita hipertensi.

− Saling mengingatkan untuk rutin minum obat anti hipertensi bagi

anggota keluarganya yang menderita hipertensi


4.2.5 Saran Bagi Dinas Kesehatan

− Melakukan pelatihan tenaga kesehatan di puskesmas

− Menganggarkan dana untuk membeli sarana dan prasarana untun

menyehatkan masyarakat

24
1

LAMPIRAN

Lampiran 1. Jadwal Pelaksanaan UKM


Tanggal Kegiatan Bulan Februari 2024
No Kegiatan
14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24

Penyusunan
1.
Kuisioner

2. SMD

Pengelolaan
3. Data dan
Analisa

Pembuatan
4. Laporan
UKM

Presentasi
5.
UKM

Tabel 5 Jadwal pelaksanaan UKM

25
1

Lampiran 2. Kuisioner Survei Mawas Diri

26
1

27
1

28
1

29
1

30
1

31
1

Gambar Kuisioner Survei Mawas Diri

32
1

Lampiran 3. Dokumentasi Kegiatan SMD (Survei Mawas Diri)


Kegiatan SMD dilaksanakan pada hari Senin, 19 Februari 2024 di
Kelurahan Karangpilang, Kecamatan Karangpilang, Kota Surabaya.

Gambar 3 Pengisian kuisioner

Lampiran 4. Lampiran SMD


Dasar : Penilaian Survey Mawas Diri

33
1

Tujuan Kunjungan : Survey Mawas Diri di Kelurahan Karang Pilang


Hasil Kunjungan : Telah dilakukan Survey Mawas Diri di Kelurahan
Kedurus, Kecamatan Karangpilang, Surabaya
SMD yang dilakukan menghasilkan sejumlah 33 responden yang terdiri atas
usia rentang usia 20-30 tahun sejumlah 3 orang, rentang usia 30-40 tahun
sejumlah 11 orang, rentang usia 40 -50 tahun sejumlah 12 orang, rentang usia 50-
60 tahun sejumlah 4 orang, rentang usia 60-70 tahun sejumlah 3 orang. Dengan
jumlah responden sebanyak 33 yang terdiri dari 5 laki – laki (15%) dan 28
perempuan (85%). Mendapatkan hasil sebagai berikut:

Grafik 1 Rentang Usia.

Grafik 2 Jenis Kelamin.

34
1

Grafik 3 PHBS.
Anggota keluarga yang tidak merokok sebesar 17 (52%), dan yang merokok 16
(48%). Anggota keluarga mencuci tangan dengan sabun sebelum makan sebesar
32 (97%), tidak mencuci tangan sebelum makan sebesar 1 (3%). Anggota keluarga
melakukan PSN (Pemberantasan sarang Nyamuk) minimal 1 minggu sekali 31
(94%), dan tidak melakukan PSN minimal 1 minggu sekalu 2 (6%). Anggota
keluarga minum dengan air yang dimasak lebih dahulu sebesar 21 (64%), dan
tidak dimasak atau membeli air isi ulang atau air jadi 12 (36%). Anggota keluarga
biasa buang Air besar di jamban sebesar 31 (94%) dan tidak dijamban sebesar 2
(6%). Cuci tangan dengan sabun setelah BAB sebesar 33 (100%). Anggota
keluarga makan buah dan sayur setiap hari sebesar 28 (85%), dan tidak makan
buah dan sayur setiap hari sebesar 5 (15%). Anggota keluarga biasa melakukan
aktifitas fisik/olah raga minimal 30 menit tiap hari sebesar 20 (61%), dan keluarga
tidak melakukan aktifitas fisik/olah raga minimal 30 menit tiap hari13 (39 %).

Rumah Sehat

35
1

Grafik 2 Pembuangan kotoran (jamban keluarga)


Berdasarkan grafik diatas dengan kategori pembuangan kotoran (jamban
keluarga), 31 rumah responden (93,9%) ada sarana, memenuhi syarat, 1 rumah
responden (3%) ada sarana, tidak memenuhi syarat dan 1 rumah responden (3%)
tidak ada sarana.

Grafik 3 Jarak Pembuangan kotoran atau sumur resapan dengan sumber air bersih

Berdasarkan grafik diatas dengan kategori jarak pembuangan kotoran atau sumur
resapan dengan sumber air bersih, 10 rumah responden (30,3%) memiliki jarak
<10 meter dan 23 rumah responden (69,6%) memiliki jarak >10 meter.

36
1

Grafik 4 Sumber Penyediaan Air Bersih

Berdasarkan grafik diatas dengan kategori penyediaan air bersih, mengambil dari
sumber, 10 responden (30,3%) mengambil dari air sumur, 23 responden (69,6%)
mengambil dari PDAM.

Grafik 5 Kamar mandi yang dipakai keluarga

Berdasarkan grafik diatas dengan kategori kamar mandi yang dipakai keluarga, 26
responden (78,7%) tersedia kamar mandi didalam rumah, 7 rumah responden
(21,2%) tersedia kamar mandi didalam rumah.

37
1

Grafik 6 Pembuangan Sampah

Berdasarkan grafik diatas dengan kategori Pembuangan Sampah, 28 rumah


responden (84,8%) tersedia tempat pembuangan sampah yang tertutup, 5 rumah
responden (15,1%) tersedia tempat pembuangan sampah yang tidak tertutup.

Grafik 7 Ventilasi Rumah

Berdasarkan grafik di atas dengan kategori ventilasi rumah, 29 rumah responden


(88%) memiliki ventilasi jendela dan ada lubang angin, 4 rumah responden (12%)
memiliki ventilasi jendela tanpa lubang angin.

38
1

Grafik 8 Ventilasi Dapur

Berdasarkan grafik di atas dengan kategori ventilasi dapur, 25 rumah responden


(75,7%) memiliki ventilasi jendela dan ada lubang angin, dan 8 rumah responden
(24,2%) memiliki ventilasi jendela tanpa lubang angin.

Grafik 9 Lantai Rumah

Berdasarkan grafik di atas dengan kategori lantai rumah, lantai 1 rumah responden
(3%) terbuat dari tanah pada seluruh ruang/ kamar, lantai 5 rumah responden
(15,1%) terbuat dari plester/semen pada seluruh ruangan, lantai 6 rumah
responden (18,1%) terbuat dari ubin/keramik pada sebagian ruang/kamar, lantai 21
rumah (63,6%) responden terbuat dari ubin/keramik pada seluruh ruangan lainnya.

39
1

Grafik 10 Atap Rumah

Berdasarkan grafik di atas dengan kategori atap rumah, atap 33 rumah responden
(100%) terbuat dari seng/genting.

Grafik 11 Langit-langit Rumah

Berdasarkan grafik di atas dengan kategori atap rumah, langit-langit rumah 19


rumah responden (57,5%) terbuat dari asbes, dan langit-langit rumah 14 rumah
responden (42,4%) terbuat dari triplex.

40
1

Kesehatan Ibu dan Anak

Grafik 12 Kesehatan ibu dan anak

Berdasarkan grafik diatas, sebanyak 31 responden (93,9%) memeriksakan


kehamilannya minimal 6x ke dokter/bidan, sedangkan 2 responden lain tidak
(6,1%). Persalinan pada 32 responden (96,9%) ditolong oleh nakes (dokter/bidan)
dan hanya 1 responden lainnya tidak (3,1%). Sebanyak 31 responden (93,9%)
mengajak balita nya untuk selalu mengikuti program imunisasi, namun 2
responden lain tidak (6,1%). Bayi dari 31 responden selalu ditimbang setiap bulan
(93,9%), tetapi 2 responden lain tidak (6,1%). Sebanyak 6 responden(18,2%)
memiliki balita dalam keluarga dengan status gizi kurang/buruk, sedangkan 27
responden lainnya tidak (81,8%).

Gizi

41
1

Grafik 13 Frekuensi makan dalam sehari

Berdasarkan grafik di atas, 6 responden (18%) makan 2 kali sehari, 21 responden


(64%) makan 3 kali sehari, dan 6 responden (18%) makan tidak teratur.

Grafik 14 Makanan pokok

Berdasarkan grafik di atas, seluruh responden (100%) mengkonsumsi nasi sebagai


makanan pokok.

42
1

Grafik 15 Cakupan makanan sehari – hari

Berdasarkan grafik di atas, 17 responden (52%) mengkonsumsi makanan 4 sehat 5


sempurna sehari – hari, 9 responden (27%) mengkonsumsi makanan 4 sehat
sehari-hari, dan 7 responden (21%) mengkonsumsi makanan dengan cakupan yang
tidak lengkap sehari – hari.

Grafik 16 Pantangan makanan dari keluarga

Berdasarkan grafik di atas, 3 responden (9%) memiliki pantangan makanan dari


keluarganya, dan 30 responden (91%) tidak memiliki pantangan makanan dari
keluarga.

43
1

Grafik 17 Cara mengolah makanan

Berdasarkan grafik di atas, 29 responden (88%) mengolah makanannya dengan


cara dicuci terlebih dahulu, baru diiris dan dimasak. Sedangkan 4 responden
(12%) mengolah makanannya dengan cara diiris terlebih dahulu, dicuci baru
dimasak.

Grafik 18 Kebisaan konsumsi makanan sehari hari

44
1

Berdasarkan grafik di atas, 30 responden (91%) minum air minimal 2.5 L per hari
dan 3 responden (9%) tidak. Untuk konsumsi makanan siap saji, 14 responden
(42%) masih sering mengkonsumsi makanan siap saji dan 19 responden (58%)
jarang mengkonsumsi makanan siap saji. Selain itu, 21 responden (64%) sering
menggunakan penyedap rasa untuk masak dan 12 responden (36%) tidak. 23
responden (70%) masih suka makan makanan yang berlemak, sedangkan 10
responden (30%) tidak. 26 responden (79%) mengaku suka minum kopi/teh dan 7
responden (21%) tidak. 15 responden (45%) sering minum susu dan 18 responden
(55%) tidak. 12 responden (36%) mengaku sering minum suplemen vitamin,
sedangkan 21 responden (64%) tidak.

Pengetahuan tentang Hipertensi

Grafik 19 Pengetahuan tentang Hipertensi 1

Grafik 20 Pengetahuan tentang Hipertensi 2

45
1

Berdasarkan grafik di atas, tentang Penyakit hipertensi merupakan tekanan darah


tinggi 32 responden (97%) menjawab benar dan 1 responden (3%) menjawab
salah. Tentang Penderita tekanan darah tinggi penting memeriksakan tekanan
darah ke pelayanan kesehatan yang terdekat, 32 responden (97%) menjawab benan
dan 1 responden (3%) menjawab salah. Tentang Membatasi makanan berlemak
merupakan salah satu usaha untuk mencegah tekanan darah tinggi, 29 responden
(88%) menjawab benar dan 4 responden (12%) menjawab salah. Tentang
Mengkonsumsi garam berlebihan akan menyebabkan tekanan darah meningkat, 30
responden (91%) menjawab benar dan 3 responden (9%) menjawab salah. Tentang
Selain dari mengkonsumsi buah-buahan segar, usaha lain untuk mencegah tekanan
darah tinggi adalah olahraga teratur, 28 responden (85%) menjawab benar dan 5
responden (15%) menjawab salah. Tentang Merokok dan minum alkohol
merupakan penyebab timbulnya kekambuhan penyakit tekanan darah tinggi, 28
responden (85%) menjawab benar dan 5 responden (15%) menjawab salah.
Tentang Menjauhkan diri dari stress salah satu cara untuk mencegah tekanan darah
tinggi, 32 responden (97%) menjawab benar dan 1 responden (3%) menjawab
salah. Tentang Dukungan keluarga merupakan salah satu yang penting untuk
memotivasi penderita hipertensi dalam menjalankan perubahan gaya hidup, 31
responden (94%) menjawab benar dan 2 responden (6%) menjawab salah. Tentang
Meminum obat anti hipertensi secara teratur dan mengontrol pola makan adalah
usaha mencegah kekambuhan penyakit tekanan darah tinggi, 30 responden (91%)
menjawab benar dan 3 responden (9%) menjawab salah. Tentang Menjaga berat
badan dalam kisaran normal bisa mngurangi risiko terjadinya penyakit hipertensi,
28 responden (85%) menjawab benar dan 5 responden (15%) menjawab salah.

46
1

Lampiran 5. Poster dan Kalender Hipertensi

Gambar 4 Kalender hipertensi

47
1

Lampiran 6. Dokumentasi Kegiatan Rencana Tindak Lanjut UKM Berupa


Penyuluhan dan Pembagian Kalender Hipertensi
Kegiatan Rencana Tindak Lanjut UKM berupa penyuluhan dan pembagian
Kalender Hipertensi dilaksanakan pada hari Sabtu, 24 Januari 2024 di Puskemas
Kedurus dan di kelurahan Karang Pilang.

Gambar 5 Penyuluhan dan pemberian kalender hipertensi di Kelurahan Karang


Pilang.

Gambar 6 Penyerahan kalender hipertensi di Kelurahan Karang Pilang.

48
1

Gambar 7 Pemberian poster dan kalender hipertensi di Puskemas Kedurus.

49
1

DAFTAR PUSTAKA

Bilsel, R.U C. & Lin, DKJ (2012). Ishikawa Cause and Effect Diagrams Using
Capture Recapture Techniques. Quality Technology & Quantitave
Management, 9 (2): 137-152.

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia Direktorat Jenderal Pengendalian


Penyakit dan Penyehatan Lingkungan. 2014.

Kementerian Kesehatan RI (2019). Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 43 Tahun


2019, tentang Pusat Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Kementerian
Kesehatan.

Kementerian Kesehatan RI (2016). Peraturan Menteri Kesehatan Republik


Indonesia Nomor 44 Tahun 2016, tentang Pedoman Manajemen Puskesmas.

Supriyanto dan Damayanti (2007). Perencanaan dan Evaluasi. Surabaya:


Airlangga University Press.

World Health Organization (2023). Hypertension. Available at:


https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/hypertension

Astuti, V.W., Tasman, T. and Amri, L.F., 2021. Prevalensi Dan Analisis Faktor
Risiko Hipertensi Di Wilayah Kerja Puskesmas Nanggalo Padang. BIMIKI
(Berkala Ilmiah Mahasiswa Ilmu Keperawatan Indonesia), 9(1), pp.1–9.

Hasanah, Y., Dai, R.M. and Sari, D.S., 2021. Implementasi Kebijakan Fungsi
Puskesmas Selama Pandemi Covid 19 Di Puskesmas Margahayu Selatan
Kabupaten Bandung. Responsive, 3(4), p.223.

Lakhsmi, B.S., 2020. 6606-Article Text-17720-1-10-20210302.pdf. Sanus Medical


Journal, .

Nasution, I.F.S., Kurniansyah, D. and Priyanti, E., 2022. Analisis pelayanan pusat
kesehatan masyarakat (puskesmas). Kinerja, 18(4), pp.527–532.

50

Anda mungkin juga menyukai