Anda di halaman 1dari 2

AGAMA, MANUSIA DAN KEBUDAYAAN

A. AGAMA DAN KEBUDAYAAN


Kebudayaan, sebagai hasil karya manusia, mencakup kehidupan ruhaniah dan lahiriah,
menjawab tantangan dan dorongan internal manusia menuju kebahagiaan dan kesejahteraan
baik secara spiritual maupun material. Terbagi menjadi kebudayaan im-material (filsafat, ilmu
pengetahuan, seni, bahasa, agama budaya, teknik, ekonomi, politik, pendidikan, dll.) dan
material (alat penguasaan alam, perlengkapan hidup, sawah ladang, irigasi, dll.).
Memecahkan nisbah antara kebudayaan dan agama dianggap penting, karena merupakan akar
persoalan yang banyak. Terdapat dua pandangan, di mana satu menyatakan agama mencakup
kebudayaan, dan yang lain menyatakan kebudayaan mencakup agama. Dalam pandangan
tersebut, agama samawi dan agama kebudayaan diakui tidak saling mencakup, tetapi tetap
memiliki hubungan erat, seperti hubungan suami istri yang melahirkan pemahaman.
Pemahaman kultur sebagai kebudayaan dan sivilisasi sebagai peradaban memiliki berbagai
pandangan di dunia. Dalam praktisnya, kultur dianggap setara dengan sivilisasi, keduanya
sebagai ciptaan manusia meliputi aspek kehidupan dan penghidupan, baik material maupun
spiritual.
Agama budaya, agama kebudayaan, dan agama filsafat dianggap sebagai agama bumi, hasil
ciptaan manusia. Kebudayaan agama, seperti Islam, Yahudi, Nasrani, Hindu, Konghucu, dll.,
dilandasi oleh ajaran agama tertentu.
Beberapa definisi kebudayaan oleh budayawan Indonesia memberikan pemahaman langsung
dan tidak langsung. Definisi langsung menekankan totalitas hasil usaha manusia yang
mencerminkan kekuatan jiwa dan saling mempengaruhi antar kekuatan jiwa. Definisi tidak
langsung menyoroti hubungan antara budi dan daya, menggambarkan kebudayaan sebagai
hasil dari segala budi manusia.
Musyawarah antar seniman dan budayawan Islam menggambarkan kebudayaan sebagai
manifestasi dari ruh, dzauk, irodah, dan amal dalam semua aspek kehidupan insani, sebagai
fitrah dan ciptaan karunia Allah SWT.

B. PENDAPAT BUDAYAWAN LUAR INDONESIA


1. Ralp Linton: Konfigurasi Tingkah Laku dalam Kebudayaan
Linton menyatakan bahwa kebudayaan adalah konfigurasi tingkah laku yang dibentuk dan
diteruskan bersama oleh anggota masyarakat. Istilah konfigurasi menekankan bahwa
kebudayaan adalah hasil berbagai tingkah laku yang membentuk pola keseluruhan.
2. T.S. Elliot: Kebudayaan sebagai Penyempurna Kehidupan
Elliot mendefinisikan kebudayaan sebagai sesuatu yang membuat hidup menjadi lebih baik.
Dengan kata lain, kultur adalah unsur yang memberikan nilai dan makna pada kehidupan.
3. PJ: Kultur sebagai Pengembangan Kekuatan Alam
Menurut PJ, kultur adalah usaha manusia dalam mengembangkan kekuatan-kekuatan alam
menuju tujuan tertentu. Hanya manusia dengan akal budinya yang dapat mengembangkan dan
membina kekuatan alam tersebut.
C. NILAI-NILAI DASAR ISLAM TENTANG KEBUDAYAAN.
H.A.R. Gibb menyatakan bahwa Islam bukan hanya sekadar sistem teologi, melainkan sebuah
peradaban lengkap. Pernyataan ini populer di Indonesia dan diterjemahkan oleh M. Natsir
sebagai Islam sebagai “kebudayaan yang lengkap” dan “sistem peribadatan yang sempurna.”
Pandangan berbeda diungkapkan oleh Dr. H. Endang Syaefudding Alanshari dalam bukunya
“Pokok-Pokok Fikiran Tentang Islam.” Menurutnya, Islam lebih dari sekadar sistem teologi,
melainkan sebuah sivilisasi lengkap. Dia membedakan teologi sebagai studi tentang aspek
agama, sedangkan Islam sebagai wahyu.
Beberapa aspek perlu diperhatikan terkait pandangan Gibb:
1. Islam sebagai Wahyu, Bukan Ilmu Teologi:
- Islam dilihat sebagai wahyu, bukan hanya sistem teologi. Theologi dipahami sebagai studi
tentang aspek kepercayaan agama (Credo, Creed, atau Aqidah). Islam, sebagai wahyu, tidak
terbatas oleh ilmu atau studi manusia.
2. Islam bukan “Civilization” Man-made:
- Gibb menyebut Islam sebagai “complete civilization,” tetapi pandangan ini dipertanyakan.
Islam sebagai wahyu dianggap bukan “civilization” dalam arti karya manusia. Sebab,
“civilization” biasanya merujuk pada hasil karya manusia, sedangkan Islam adalah wahyu ilahi.
3. Kebudayaan Islam sebagai Manifestasi Komitmen terhadap Agama:
- Kebudayaan Islam dipahami sebagai hasil karya orang Islam yang berkomitmen pada
agamanya. Ini menciptakan kebudayaan yang mencerminkan nilai-nilai Islam dalam berbagai
aspek kehidupan.

D. AGAMA ISLAM SEBAGAI SUMBER KEKUATAN KEBUDAYAAN ISLAM


M.Natsir menekankan bahwa Agama Islam menjadi kekuatan utama yang memicu
terbentuknya kebudayaan, yang sepatutnya disebut sebagai “Kultur Islam.” Beberapa faktor di
dalam Agama Islam mendorong pemeluknya untuk menciptakan Kebudayaan Islam, antara
lain:
1. Penghormatan terhadap Akal Manusia:
- Agama Islam memberikan tempat terhormat bagi akal manusia, mendorong penggunaannya
untuk merenung dan memahami keadaan alam. Ayat S.Ali 189,191 menunjukkan kehormatan
terhadap akal sebagai tanda kebesaran Allah:
“Milik Allah SWT kerajaan langit dan bumi, serta pergantian malam dan siang, menjadi tanda-
tanda bagi orang-orang yang berakal. Mereka mengingat Allah dalam berbagai kondisi dan
memikirkan kejadian langit dan bumi.”

Faktor-faktor ini menjadi dasar bagi pemeluk Agama Islam untuk membentuk Kebudayaan
Islam, di mana penghargaan terhadap akal dan refleksi atas ciptaan Allah menjadi landasan
kuat. Dengan demikian, Kultur Islam mencerminkan komitmen pada ajaran Agama Islam dan
nilai-nilai yang diusungnya.

Anda mungkin juga menyukai