Anda di halaman 1dari 11

KEBIJAKAN PEMERINTAH INDONESIA MENUJU POROS MARITIM

DUNIA
Nur Aisyah
Nuraisyahlava022@gmail.com
Statistika , Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam-Universitas Hasanuddin

Abstrak

Penulisan karya tulis ini bertujuan untuk memaparkan sejauh mana kebijakan-kebijakan
pemerintah mengenai kemaritiman Indonesia untuk menuju poros maritim dunia. Pemerintah
terus bekerja keras dalam menegakkan kedaulatan kebijakan kemaritiman Indonesia. Kebijakan-
kebijakan tersebut satu persatu mulai lahir dan adapula beberapa kebijakan yang direvisi. Salah
satu kebijakan mengenai kemaritiman ialah perpres.Terdapat berbagai permasalahan yang hadir
dalam mewujudkan Indonesia menuju poros maritim dunia. Penguatan kemaritiman Indonesia
masih belum maksimal walaupun telah banyak kebijakan yang telah dibuat namun belum ada
yang sepenuhnya benar-benar maampu menguatkan kedaulatan maritim indonesia. Selain itu
untuk menjadi Negara maritime hal yang perlu menjadi prioritas adalah pembangunan yang
merata disegala bidang. Kebijakan Indonesia menjadi hal yang mendasar untuk menuju poros
maritim dunia, namun percuma jika hanya kebijakan tersebut hadir namun tidak
diimplementasikan secara nyata. Karya tulis ini berjudul kebijakan Pemerintah Indonesi menuju
Poros Maritim Dunia. Kebijakan-kebijakan di Indonesia khusunya pada lingkup Kemaritiman
ternyata belum mampu membawa Indoesia menuju poros maritim Dunia. Padahal Indonesia
adalah salah satu negara kepulauan terbesar di dunia. Pemanfaatan SDA yang kurang optimal
serta SDM yang kurang kompoten ditambah lagi kebijakan pemerintah yang dinilai kurang
mampu mengatasi serta menguatkan kemaritiman Indonesia.

Kata kunci : maritim , kebijakan pemerintah , permasalahan kemaritiman


A. LATAR BELAKANG

Poros Maritim Dunia bertujuan menjadikan Indonesia sebagai negara maritim yang besar,
kuat, dan makmur melalui pengembalian identitas Indonesia sebagai bangsa maritim,
pengamanan kepentingan dan keamanan maritim, memberdayakan potensi maritim untuk
mewujudkan pemerataan ekonomi Indonesia. Untuk menuju negara Poros Maritim Dunia akan
meliputi pembangunan proses maritim dari aspek infrastruktur, politik, sosial-budaya, hukum,
keamanan,dan ekonomi. Penegakkan kedaulatan wilayah laut NKRI, revitalisasi sektor-sektor
ekonomi kelautan, penguatan dan pengembangan konektivitas maritim, rehabilitasi kerusakan
lingkungan dan konservasi biodiversity, serta peningkatan kualitas dan kuantitas SDM kelautan,
merupakan program-program utama dalam upaya mewujudkan Indonesia sebagai poros maritim
dunia (Kominfo, 2016).

Disinilah pemerintah harus membuat kebijakan yang mampu mewujudkan cita-cita


indonesia untuk menjadi poros maritim dunia. Dengan menjadi poros maritim dunia
perekonomian indonesia akan menjadi lebih baik lagi. Apalagi indonesia adalah negara maritim
dengan kekayaan sumber biotalaut yang sangat banyak. Namun menjadi poros maritim dunia
memanglah tidak mudah. Hadirnya masalah-masalah serta negara lebih fokus terhadap
pembangunan infrastruktur. Sangat disayangkan sekali, padahal sebelumnya pemerintah telah
berjanji untuk memperbaiki konektivitas ekonomi namun yang terjadi tidak sesuai harapan.
Nyatanya sampai saat ini Indonesia belum memiliki kebijakan nasional tentang pembangunan
negara kepulauan yang terpadu. Dan masalah yang sampai saat ini belum terselesaikan ialah
adanya terjadinya pencurian ikan yang dilakukan kapal asing. Pemerintah yang gencar
melakukan penenggalaman kapal asing yang masuk ke wilayah Indonesia ternyata belum mampu
menimbulkan efek jera, buktinya sampai saat ini pencurian ikan masih saja kerap terjadi. Padahal
wilayah perairan indonesia adalah mutlak menjadi kedaulatan Indonesia. Kapal-kapal asing tidak
boleh masuk tanpa seizin dari pihak Indonesia, namun nyatanya pencurian ikan pun marak
terjadi. Tentu saja hal ini sangat merugikan negara, bukan dalam kerugian yang sedikit namun ini
merupakan kerugian yang besar. Dimana hasil laut seperti ikan dan udang dan masih banyak lagi
dapat diekspor keluar negri. Itu hanya beberapa permasalahan yang terjadi terkait kemaritiman di
Indonesia. Pemerintah seharusnya selain membuat kebijakan harus benar-benar
mengimplementasikannya. Bukan hanya itu, selain mengembangkan infrastruktur negara
kemaritiman Indonesia juga harus dijadikan prioritas negara. Dengan membuat sebuah kebijakan
yang mengedepankan kemakmuran masyarakat Indonesia, karena jika Indonesia telah menjadi
poros maritim dunia maka perekonomiannya juga akan maju. Bukan hanya perekonomian namun
juga hubungan kerja sama dengan negara lain apalagi negara maju dapat menjadi hubungan
diplomatik sesama negara maritim. Maka dari Kebijakan-kebijakan yang dibuat pemerintah
khususnya mengenai kemaritiman Indonesia diharapkan mampu menghantarkan Indonesia
menuju poros maritim dunia.
Menurut Sofian Effendi selaku Ketua Yayasan Dewan Pimpinan Habibie Center
dalam kompas.com bahwa poros maritim terhadap PDB Indonesia baru 7% dari Rp 14.300
Triliun. Setidaknya peningkatan sumbangsih poros maritim bisa mencapai 30%. Terdapat
lima pilar utama dalam poros maritim, yakni pembangunan kembali budaya maritim
Indonesia; menjaga dan mengelola sumber daya laut; infrastruktur dan konektivitas:
diplomasi maritim; serta pertahanan dan keamanan. Namun, dalam pelaksanaannya, terdapat
berbagai masalah, antara lain illegal fishing, penurunan minat rumah tangga nelayan, hingga
kemisikinan yang masih besar. Selain itu Muhammad Arif selaku Peneliti Habibie Center
juga mengatakan bahwa poros maritim dunia akan menjadi satu potensi Indonesia untuk
memilki model diplomatik yang unik.
Untuk menjadi poros maritim dunia tidaklah mudah. Apalagi Indonesia dihadapkan
dengan berbagai macam permasalahan yang terjadi. Lalu , apa sajakah permasalahan yang
dihadapi Indonesia menuju poros maritim dunia? Seperti yang diketahui sebelumnya bahwa
terdapat berbagai macam permasalahan yang dihadapi Indonesi khususnya mengenai
kemaritiman, maka dari itu perlu adanya pengkajian terhadap masalah apa saja yang dihadapi
Indonesia menuju poros maritim dunia. Selain itu, apa kebijakan yang dibuat pemerintah dalam
mengatasi permasalahan-permasalahan tersebut? Untuk mengatasi permasalahan yang terjadi
maka perlu adanya kebijakan yang dibuat oleh pemerintah yang benar-benar mampu mengatasi
satu persatu permasalahan yang terjadi.

B. PEMBAHASAN

B.1 PROBLEMATIKA MENUJU POROS MARITIM DUNIA

Potensi kelautan Indonesia begitu besar. 80 persen dari perdagangan di seluruh dunia
bergantung pada pengiriman barang melalui laut. Sementara, 60 persen dari pengiriman melalui
laut tersebut melewati perairan Indonesia. Tidak hanya sebagai jalur strategis, perairan Indonesia
juga mengandung kekayaan yang luar biasa. Karena itu, tidak heran jika presiden terpilih Joko
Widodo, ingin menjadikan Indonesia sebagai poros maritim dunia.
Namun ada beberapa hal yang menjadi penghambat Indonesia menuju poros maritime dunia.
Adanya berbagai masalah-masalah yang terjadi yang hingga saat ini masih belum terselesaikan
dengan baik. Ketua Dewan Pembina Kesatuan Nelayan Tradisional (KNTI) Riza Damanik
menemukan adanya tiga persoalan atau permasalahan mendasar dalam dunia maritim
Indonesia(Tabita,2014)
Adapun permasalahan tersebut ialah:

1. Kerentanan pencurian ikan

Pencurian ikan (Illegal fishing) diartikan sebagai kegiatan penangkapan


ikan yang: dilakukan oleh orang atau kapal asing pada suatu perairan yurisdiksi
suatu negara tanpa izin dari negara tersebut, atau bertentangan dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku; bertentangan dengan peraturan nasional
dan/atau kewajiban internasional; dilakukan oleh kapal yang mengibarkan
bendera suatu negara yang menjadi anggota organisasi pengelolaan perikanan
regional, tetapi beroperasi tidak sesuai dengan ketentuan pelestarian dan
pengelolaan yang diterapkan oleh organisasi tersebut, atau ketentuan hukum
internasional. Unreported fishing diartikan sebagai kegiatan penangkapan ikan
yang: tidak melapor atau melaporkan hasil tangkapan secara tidak benar kepada
instansi yang berwenang; dilakukan di area yang menjadi kompetensi Regional
Fisheries Management Organizations (RFMOs), namun tidak pernah dilaporkan
atau dilaporkan secara tidak benar, tidak sesuai dengan prosedur pelaporan yang
ditetapkan RFMOs tersebut. Sementara unregulated fishing diartikan sebagai
kegiatan penangkapan ikan: pada suatu area atau stok ikan yang belum diterapkan
ketentuan pelestarian dan pengelolaan, dan kegiatan penangkapan tersebut
dilaksanakan dengan cara yang tidak sesuai dengan tanggung-jawab negara untuk
pelestarian dan pengelolaan sumber daya ikan (SDI) sesuai hukum internasional;
pada area yang menjadi kewenangan RFMOs, yang dilakukan oleh kapal tanpa
kewarganegaraan, atau yang mengibarkan bendera suatu negara yang tidak
menjadi anggota RFMOs, dengan cara yang tidak sesuai/ bertentangan dengan
ketentuan pelestarian dan pengelolaan dari RFMOs tersebut5 Berdasarkan
penjelasan IUU Fishing tersebut, terlihat bahwa masingmasing kegiatan
penangkapan ikan memiliki bentuk pelanggarannya sendirisendiri, dan bentuk
pelanggaran yang bersifat lintas batas negara tercakup dalam pengertian illegal
fishing (Muhamad, 2012).

Illegal fishing yang terjadi di perairan Indonesia sudah tentu juga dapat
dipahami sebagai bagian dari kegiatan transnational crime. Illegal fishing yang
bersifat lintas batas ini tidak saja menimbulkan kerugian secara ekonomi dan
sosial bagi Indonesia, tetapi juga dapat mengganggu hubungan politik secara
bilateral antara Indonesia dengan negara-negara tetangga di kawasan (Asia
Tenggara) yang para nelayannya sering memasuki dan menangkap ikan secara
ilegal di perairan Indonesia. Oleh karena itu, Indonesia perlu mengambil
langkahlangkah serius untuk mengatasinya, termasuk melalui kerja sama secara
bilateral dengan negara-negara tetangga di kawasan (Muhamad, 2012).

2. Ketimpangan agraria kelautan


Petani dan nelayan memiliki posisi yang sangat strategis dalam
pemenuhan pangan masyarakat Indonesia, sehingga peningkatan komoditas
pertanian dan perikanan amat perlu dilakukan. Konflik agraria dan sengketa tanah
menjadi salah satu gesekan yang mengganggu efektivitas kehidupan pertanian dan
perikanan (kementrian Kelautan dan Perikanan, 2018)
Setidaknya ada dua pemicu konflik agraria, pertama kurang tepatnya
hukum dan kebijakan pengatur masalah agraria, baik terkait pandangan atas tanah,
status tanah dan kepemilikan, hak-hak atas tanah, maupun metode untuk
memperoleh hak-hak atas tanah. Kedua, kelambanan dan ketidakadilan dalam
proses penyelesaian sengketa tanah, yang akhirnya berujung pada konflik (
Kementrian Kelautan dan Perikanan, 2018)

Akibatnya, banyak petani dan nelayan yang kehilangan mata pencaharian


dan akhirnya menjadi pengangguran. Pengangguran menyebabkan bertambahnya
penduduk miskin di daerah terpencil seperti pedesaan yang sebagian besar adalah
petani dan nelayan. Oleh karena itu, Reforma Agraria hadir untuk mempersempit
ketimpangan penguasaan dan pemilikan tanah yang sejatinya akan memberikan
harapan baru untuk perubahan dan pemerataan sosial ekonomi masyarakat secara
menyeluruh (Kementrian Kelautan dan Perikanan, 2018)

3. Ketimpangan Infrastruktur

Jika melihat secara seksama permasalahan akut mengenai distribusi bahan


baku perikanan seperti penyakit kronis yang susah untuk dihindari yaitu
rendahnya konektivitas. Secara sederhana konektivitas logistik perikanan akan
menjadi sangat penting ketika stok perikanan yang tinggi di wilayah timur
Indonesia (lumbung ikan nasional) menjadi tidak bermanfaat karena keterbatasan
pasar. Namun, di sisi lain untuk mengangkut ikan hasil produksi dari wilayah
timur Indonesia juga terkendala sarana dan prasarana logistik yang terbatas
sehingga biaya operasional akan jauh lebih mahal ketimbang dengan
mendatangkan ikan secara import (Bahari, 2019)

Permasalahan ini juga tergambar jelas dari data Kementerian Keuangan


2016 mengenai distribusi PDB antar wilayah, dimana kontribusi Product
Domestic Bruto (PDB) Indonesia bagian barat mencapai 81,24 persen dengan
rincian pulau jawa 57,86 persen dan pulau Sumatera 23,88 persen. Sedangkan
kontribusi PDB untuk Indonesia bagian timur hanya mencapai 18,76 persen
dengan rincian Kalimantan 8,93 persen, Sulawesi 4,61 persen, Nusa tenggara 2,55
persen, dan Papua 2,33 persen. Data tersebut menunjukan perputaran ekonomi
masih terjadi sebagian besar di wilayah Jawa dan Sumatera. Salah satu alasan
terjadinya disparitas ekonomi antar wilayah di Indonesia adalah konektivitas yang
ditandai dengan tingginya biaya logistik yang menimbulkan praktik ekonomi
biaya tinggi. Biaya logistik Indonesia masih mencapai 24,6 persen dari PDB.
Artinya, dari nilai akhir produk yang dihasilkan oleh berbagai unit produksi di
Indonesia dalam waktu satu tahun, 24,6 persen darinya merupakan komponen
biaya logistik. Angka tersebut sangat tinggi jika dibandingkan rata-rata negara
ASEAN yang hanya mencapai 18 persen (Bahari, 2019
Maka, untuk meningkatkan performa tersebut diperlukan grand design dan
aksi nyata pembangunan infrastruktur seperti pelabuhan bertaraf internasional
yang terintegrasi dengan fasilitas jalan raya, rel kereta api bahkan terintegrasi
dengan bandara. Namun sekali lagi sampai 2016 pemerintah belum
menyelesaikan pembangunan satu pelabuhan pun. Sehingga, penurunan performa
logistik nasional dinilai cukup beralasan. Hal ini juga terlihat pada quick win
pembangunan infrastruktur dalam APBN 2016, meskipun infrastruktur
menempati urutan pertama dalam pagu APBN. Namun, sangat disayangkan
pembangunan infrastruktur maritim belum menjadi perhatian utama dalam porsi
pembangunan infrastruktur justru pembangunan infrastruktur darat tetap menjadi
primadona pemerintah (Bahari, 2019)

B.2 KEBIJAKAN PEMERINTAH MENGATASI PERMASALAHAN YANG TERJADI

1. Penguatan Perundang-Undangan Illegal Fishing


Atas dasar diterimanya Deklarasi Djuanda yang kemudian dikuatkan
United Nations Conventionon The Law ofThe Sea (UNCLOS) tahun 1957, yang
kemudian melahirkan sejumlah pengaturan laut dan pengaturan dibidang
perikanan, serta didukung dengan konsep lima pilar yang disampaikan Presiden
Jokowi didepan KTT Asia Timur di Nay Pyi Taw, Myanmar, maka Indonesia
secara yuridis memiliki kekuatan untuk menjaga kedaulatannya dari
gangguangangguan asing, termasuk illegal fishing dalam wilayah perairan laut
Indonesia. Laut Indonesia yang terhampar luas dari Sabang (Barat) sampai
Mereuke (Timur), dan dari gugusan pulau Biaro (bagian utara Sulut) sampai
gugusan pulau Alor (bagian selatan batas Timur Leste dan Australia) merupakan
bagian dari wilayah Indonesia yang perlu dijaga, karena kedaulatan. Demi
menjaga kekayaan ikan dan kekayaan laut lainnya, maka di dalam Undang-
Undang Nomor 45 Tahun 2009 tentang Perikanan, diatur dengan tegas bahwa
dalam rangka mendukung kebijakan pengelolaan sumberdaya ikan,maka Menteri
menetapkan beberapa hal, karena berkaitan dengan kesejahteraan dan kedaulatan
negara. Beberapa hal berupa penetapandan kewajiban bagi pengelola perikanan
dalam Pasal 7 ayat (1) dan (2) yang penulis menyoroti adalah jenis, jumlah, dan
ukuran alat penangkapan ikan, jenis, jumlah, ukuran dan penematan alat bantu
penangkapan ikan, persyaratan atau standar prosedur operasional penangkapan
ikan, sistem pemantauan kapal perikanan, ukuran atau berat minimum jenis ikan
yang boleh ditangkap, jenis ikan yang dilarang untuk diperdagangkan,
dimasukkan. , dan dikeluarkan ke dan dari wilayah negara Republik Indonesia,
dan jenis ikan yang dilindungi.
2. Reforma agraria

Reforma Agraria merupakan salah satu Program Prioritas Nasional yang


ditingkatkan Pemerintahan Jokowi-JK dalam upaya membangun Indonesia dari
pinggir serta meningkatkan kualitas hidup; sebagaimana terkandung dalam Nawa
Cita Jokowi-JK. Menilik sebelumnya pada UU Pokok Agraria tahun 1960,
terdapat tiga tujuan mulia yang ingin dicapai: Pertama, Menata ulang struktur
agraria yang timpang jadi berkeadilan, Kedua, Menyelesaikan konflik agraria, dan
Ketiga menyejahterakan rakyat setelah reforma agraria dijalankan (Kementrian
Kelautan dan Perikanan)

Reforma agraria secara fundamental memberikan program-program yang


dapat menuntaskan masalah kemiskinan masyarakat desa, meningkatkan
kesejahteraan dengan kemandirian pangan nasional, meningkatkan produktivitas
tanah, memberikan pengakuan hak atas tanah yang dimiliki baik secara pribadi,
negara, dan tanah milik umum yang pemanfaatannya untuk memenuhi
kepentingan masyarakat (Kementrian Kelautan dan Perikanan, 2018)

Reforma agraria bentuknya ada tiga, yaitu legalisasi aset, redistribusi


tanah dan perhutanan sosial. Dalam bentuknya reforma agraria yang ditargetkan
akan dilaksanakan seluas 9 juta hektar sebagaimana Lampiran Peraturan Presiden
Nomor 2 Tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional
Tahun 2015-2019, dalam skemanya legalisasi aset 4,5 juta hektar yang meliputi
legalisasi terhadap tanah-tanah transmigrasi yang belum bersertipikat yaitu seluas
600.000 hektar dan legalisasi terhadap tanah-tanah yang sudah berada dalam
penguasaan masyarakat seluas 3,9 juta hektar. Untuk redistribusi tanah seluas 4,5
juta hektar, meliputi Hak Guna Usaha Habis, tanah terlantar dan tanah Negara
lainnya seluas 400.000 hektar dan tanah-tanah yang berasal dari pelepasan
kawasan hutan seluas 4,1 juta hektar. Peran Kementerian Agraria dan Tata
Ruang/Badan Pertanahan Nasional (ATR/BPN) dalam Reforma Agraria adalah
memberikan aset dan akses. Dalam hal aset, Kementerian ATR/BPN menjamin
kepastian hukum atas tanah yang dimiliki seperti memberikan sertipikat tanah,
mempercepat pendaftaran tanah dan inventarisasi penguasaan, pemilikan dan
penggunaan dan pemanfaatan tanah dalam kerangka reforma agraria yang
dilakukan melalui Program Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap (PTSL).
Untuk hal akses Kementerian ATR/BPN memberikan pemberdayaan terhadap
infrastruktur jalan dan irigasi, termasuk prasarana pascapanen, pendidikan dan
pelatihan, kredit usaha, serta pemasaran (kementrian Kelautan dan Perikanan,
2018)

Pada tahun 2018 ini, Kementerian ATR/BPN memiliki target sertipikasi


tanah melalui PTSL sebanyak 7 juta bidang dan target redistribusi tanah sebanyak
350.650 bidang yang tersebar di 31 Provinsi di seluruh Indonesia. Berdasarkan
data yang dimiliki Kementerian ATR/BPN, PTSL yang menggunakan data
potensi per 7 Juni 2018, telah dilakukan pemetaan sebanyak 2.077.139 bidang,
sertipikat sebanyak 519.759 dan potensi PTSL sebanyak 915.911 bidang
(kementrian Kelautan dan Perikanan, 2018)
Selama tahun 2018 Kementerian ATR/BPN telah mencetak success
story Reforma Agraria, di antaranya; Redistribusi tanah eks HGU yang dilepaskan
sukarela di Siak, Riau berjumlah 4.000 bidang seluas kurang lebih 4.000 ha, KT
dalam rangka pengembangan peternakan berbasis IPTEK pada tanah eks HGU
seluas 510 ha di Soppeng, Sulawesi Selatan, KT dalam rangka pengembangan
kawasan pariwisata pada tanah eks HGU seluas 47 ha di Pandeglang, Banten.
Redistribusi tanah eks HGU dan tanah terlantar di Sulawesi Utara; Kampung
Kakao di Kolaka akan dikembangkan 3.000 ha, Kolaka Timur: Pelepasan HGU
6.070 ha dan tanah terlantar 225 ha, Muna eks HGU 1.100 dan 1.500 ha, sudah
dilaksanakan IP4T (Kementrian Kelautan dan Perikanan, 2018)

3. Perbaikan infrastruktur
Perbaikan dan pembangunan infrastruktur transportasi di Indonesia sedang
digenjot. Yang paling terlihat adalah pembangunan transportasi darat mulai dari
pembangunan tol trans Sumatera hingga Papua. Kemudian transportasi udara
melalui pembangunan dan perbaikan bandara. Terakhir yang masih dan terus
berjalan adalah transportasi laut. Jalur cepat transportasi laut atau tol laut menjadi
salah satu program unggulan Presiden Joko Widodo. Selama ini, pertumbuhan
ekonomi hanya terpusat di Pulau Jawa sehingga untuk mendistribusikan muatan
logistik ke wilayah yang memiliki pertumbuhan ekonomi rendah, khususnya di
Kawasan Timur Indonesia membutuhkan biaya yang tinggi. Pembangunan tol laut
dilakukan untuk menyediakan jaringan angkutan laut tetap dan teratur yang
menghubungkan simpul pelabuhan utama atau Hub dengan pelabuhan-pelabuhan
pengumpannya (Feeder). Tujuan utamanya untuk menghilangkan kesenjangan
harga antara Indonesia bagian barat dengan timur yang terkendala dengan tidak
efisiennya sistem logistic (Purnamasari, 2018)
Tol laut mulai beroperasi pada November 2015 dengan tiga ruas trayek
dari enam yang direncanakan. Tahun 2018, Kemenhub menambahkan menjadi 15
trayek atau rute untuk tol laut yang akan dioperasikan. Dalam laporan tiga tahun
pemerintahan Jokowi-JK (pdf), disebutkan bahwa tol laut terbukti mampu
mengurangi disparitas harga antarwilayah di Indonesia. Harga beras di Kepulauan
Anambas dan Fak-fak turun sebesar 14 persen. Sementara di Larantuka, NTT
harga beras turun 17 persen. Selain beras, harga kebutuhan lain seperti gula pasir,
tepung terigu, minyak goreng, dan semen juga tercatat mengalami penurunan.
Dalam perkembangannya, pembangunan infrastruktur perhubungan laut erat
kaitannya dengan perbaikan lalu lintas barang dan penumpang. Mengingat
wilayah Indonesia didominasi oleh kepulauan, transportasi laut memiliki peranan
penting untuk meningkatkan konektivitas antarpulau di Indonesia. Karena peran
dan fungsinya sebagai alat mobilitas manusia dan barang, maka penyediaan
prasarana dan sarana transportasi terus dituntut untuk meningkatkan efisiensi
pelayanan (Purnamasari,2018)
Di Indonesia, pelabuhan diklasifikasikan ke dalam dua kelompok yaitu
pelabuhan yang diusahakan dan pelabuhan yang tidak diusahakan. Kedua
pelabuhan ini sama-sama melayani kegiatan angkutan laut hanya saja fasilitas
pada pelabuhan yang tidak diusahakan tidak selengkap pelabuhan yang
diusahakan. Menurut data Departemen Perhubungan, pertumbuhan jumlah
pelabuhan di Indonesia cenderung lambat. Pada 2012, jumlah pelabuhan yang
diusahakan ada sebanyak 111. Jumlahnya tidak bertambah hingga tahun 2015,
malah mengalami penurunan dua tahun setelahnya yaitu 108 pelabuhan pada 2016
dan 97 pelabuhan tahun 2017 (Purnamasari, 2018)

Secara umum, peningkatan jumlah pelabuhan yang paling besar ada di


tahun 2016. Sementara jumlah pelabuhan yang tidak diusahakan menunjukkan
kenaikan. Pada 2012, tercatat ada sebanyak 571 pelabuhan. Naik menjadi 574
pelabuhan pada 2015. Jumlah ini dirasa belum berimbang untuk memenuhi
kebutuhan pelayaran di Indonesia (Purnamasari, 2018)

C.KESIMPULAN

Sebagai Negara maritim, Indonesia berpotensi menjadi poros maritim dunia. Namun, ada
berbagai macam permasalahan yang dihadapii Indonesia. Dimana, permasalahan tersebut
menjadi penghambat Indonessia meenjadi poros maritim dunia. Adapun permasalahan tersebut
ialah kerentanan pencurian ikan (illegal fishing) yang diartikan sebagai kegiatan penangkapan
ikan yang dilakukan orang atau kapal asing pada suatu perairan yurisdiksi suatu Negara tanpa
izin dari Negara tersebut, atau dengan bertentangan dengan perundang-undangan yang berlaku.
Berikutnya adalah ketimpangan agraria kelautan, Indonesia sering dihadapi dengan konflik
agrarian dimana terjadi gesekan yang menganggu efektivitas kehidupan pertanian dan perikanan.
Selanjutnya adalah ketimpangan infrastruktur, konektivitas logistic perikanan akan menjafi
sangat penting namun pemerintah belum mampu menyelesaikan secara tuntas pembangunan
infrastruktur yang mampu menunjang konektivitas, bukan hanya pada bagian Indonesia Barat
namun juga Indonesia bagian timur.

Untuk menjawab segala permasalahan yang ada, maka pemerintah telah membuat
berbagai macam kebijakan, seperti penguatan perundang-undangan illegal fishing, secara yuridis
Indonesia memiliki kekuatan untuk menjaga kedaulatannya dari gangguan-gangguan asing,
termasuk illegal fishing dalam wilayah perairan laut Indonesia. Berikutnya ialah reforma agraria
yang merupakan program pemerintahan Jokowi-JK dalam membangun Indonesia, reforma
agrarian terbagi atas tiga yaitu legallisasi asset, redistribusi tanah dan perhutanan sosial. Dan
yang terakhir ialah perbaikan infrastruktur, hal ini sangat perlu dilakukan untuk membangun dan
melancarkan transportasi serta konektivitas, seperti pemerintah mulai membangun berbagai
pelabuhan.

DAFTAR PUSTAKA

Bahari, Robin. 3 Tahun Pembangunan Infrastrutur maritim

https://www.republika.co.id/berita/jurnalisme-warga/wacana/17/10/30/oyn3yu396-refleksi-3-
tahun-pembangunan-infrastruktur-maritim (diakses pada 10 november 2019)

Biro Perencnaan dan Infomasi. Penyempurnaan RUU Landas Kontinen Perlu Segera Aksi Lanjut

https://maritim.go.id/penyempurnaan-ruu-landas-kontinen-perlu-segera-aksi-lanjut/ (diakses
pada 26 oktober 2019)

Cecilia Agatha. Indonesia , Negara Maritim dengan Segala Permasalahannya

http://scdc.binus.ac.id/himslaw/2018/03/indonesia-negara-maritim-dengan-segala-
permasalahannya/ (diakses pada 26 oktober 2019)

Deti Mega Purnamasari. Apa Kabar Indonesia sebagai poros maritim dunia?
https://nasional.kompas.com/read/2019/08/07/08062741/apa-kabar-indonesia-sebagai-poros-
maritim-dunia?page=all (diakses pada 01 november 2019)

Diela, Tabita. Tiga Masalah Mendasar Maritim Indonesia

https://money.kompas.com/read/2014/09/07/164541826/Tiga.Masalah.Mendasar.Maritim.Indone
sia
Kementrian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia. Reforma Agraria Menjamin
Pemerataan Sosial Ekonomi Masyrakat Secara Menyeluruh

https://kkp.go.id/artikel/5232-reforma-agraria-menjamin-pemerataan-sosial-ekonomi-
masyarakat-secara-menyeluruh (Diakses pada 10 november 2019)

Lidya. Negara Maritim. http://scdc.binus.ac.id/himpgsd/2017/09/negara-maritim/ (diakses pada


26 oktober 2019)

Kominfo. Menuju Poros Maritim Dunia.


https://www.kominfo.go.id/content/detail/8231/menuju-poros-maritim-dunia/0/kerja_nyata
(diakses pada26 oktober 2019)

M Ambari. Seperti Apa Kebijakan Kelautan Indonesia Untuk Kedaulatan Maritim?


https://www.mongabay.co.id/2019/03/29/seperti-apa-kebijakan-kelautan-indonesia-untuk-
kedaulatan-maritim/ (diakses pada 26 oktober 2019)

Muhamad, simela victor. Indonesia Menuju Poros Maritim Dunia, ” Info Singkat Hubungan
Internasional, Vol. VI, No. 21, (November 2014).

http://berkas.dpr.go.id/puslit/files/info_singkat/Info%20Singkat-VI-21-I-P3DI-November-2014-
7.pdf (diakses pada 9 november 2019)

Purnamasari, Desi. Sejauh mana Perbaikan Infrastruktur laut Indonesia. https://tirto.id/sejauh-


mana-perbaikan-infrastruktur-laut-indonesia-cMJG (diakses pada 3 november 2019)

Muhamad, simela victor. Indonesia Menuju Poros Maritim Dunia, ” Info Singkat Hubungan
Internasional, Vol. VI, No. 21, (November 2014).

http://berkas.dpr.go.id/puslit/files/info_singkat/Info%20Singkat-VI-21-I-P3DI-November-2014-
7.pdf (diakses pada 9 november 2019)

Anda mungkin juga menyukai