Anda di halaman 1dari 11

Prodi : Ilmu Pemerintahan-S1

Mata Kuliah : Pendidikan Kewarganegaraan

TUGAS 1

1. Sekitar 90% perdagangan global diangkut melalui perairan/laut. Di mana 40% nya ini
melewati perairan Indonesia. Nah jika dilihat dari sisi ini, posisi Indonesia sampai
kapanpun pasti akan selalu menjadi strategis. Karena inilah Indonesia berupaya menjadi
poros maritim dunia.
Poros Maritim Dunia menjadi agenda pembangunan Indonesia yang baru. Oleh Bapak
Presiden Joko Widodo konsep ini akan dicanangkan kepada masyarakat secara
Internasional di pertemuan East Asia Summit ke-9 di Myanmar. Karena menyadarinya
arti strategis Indonesia, maka pada kesempatan yang sama juga Bapak Presiden Joko
Widodo menyampaikan lima pilar agar terwujudnya poros maritim dunia ini.
Lima pilar tersebut diantaranya :
1. Membangun kembali budaya maritim.
2. Menjaga dan mengelola sumber daya laut, fokusnya pada membangun kedaulatan
pangan laut melalui pengembangan industri perikanan. Dan yang menjadi tiang
utamanya adalah nelayan.
3. Pengembangan infrastruktur dan konektivitas maritim dengan membangun tol laut,
deep seaport, logistik, pariwisata maritim, dan industri perkapalan.
4. Pengembangkan diplomasi maritim secara bersama-sama untuk menghilangkan
konflik-konflik yang ada di laut.
5. Dibangunnya kekuatan pertahanan maritim (Indonesiabaik.id, 3)
Visi Pemerintahan Joko Widodo terkait poros maritim dunia berdasarkan tinjauan
terhadap posisi strategis Indonesia yang memiliki lokasi di pusat perairan Asia Pasifik
yang juga dikenal sebagai pusat komersial maritim. Melalui visi tersebut, Presiden Joko
Widodo telah secara resmi mengumumkan program lima tahun dengan meningkatkan
pembangunan 6 pelabuhan skala internasional diikuti dengan 24 pelabuhan komersial baru
dan lebih dari seribu pelabuhan lainnya. Mega proyek ini dinilai sebagai penghubung
bagian terpencil nusantara ke perdagangan dunia. Pembentukan poros maritim tidak hanya
bertujuan untuk menjawab kebutuhan di tingkat domestik dan regional, tetapi juga
tantangan dari dunia internasional mengenai pentingnya keberadaan jalur perdagangan
dengan memanfaatkan jalur laut. Menanggapi proyek dari kebijakan Joko Widodo,
Humphrey Wangke menunjukkan ancaman dari sisi keamanan terhadap poros maritim.
Hal tersebut terlihat dari peningkatan ancaman keamanan yang terjadi terhadap kapal
niaga di Kawasan Laut Sulu Sulawesi yang berbatasan langsung dengan Malaysia dan
Filipina, termasuk ancaman rivalitas antara China dan Amerika yang terjadi di Laut China
Selatan di tengah pandemi global Covid-19. Sikap konfrontatif AS dan klaim wilayah
maritim yang dilakukan China ini berdampak terhadap kedaulatan Indonesia dalam
melanjutkan pembangunan dan konektivitas maritim. Artikel ini bertujuan me-reviewÂ
buku Humprey Wangke yang meninjau konsep pembangunan konektivitas maritim dan
diplomasi yang dilakukan Indonesia dalam menjaga kedaulatan dan keamanan di Laut
Sulu Sulawesi dan Laut China Selatan.
Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang membuatnya menjadi
poros maritim dunia. Poros maritim dunia bertujuan menjadikan Indonesia sebagai negara
maritim yang besar, kuat, dan makmur melalui pengembalian identitas Indonesia sebagai
bangsa maritim, pengamanan kepentingan dan keamanan maritim, serta memberdayakan
potensi maritim untuk mewujudkan pemerataan ekonomi Indonesia.
Presiden Joko Widodo mengatakan bahwa, “Pusat gravitasi geoekonomi dan
geopolitik dunia sedang bergeser dari Barat ke Asia Timur. Sekitar empat puluh persen
perdagangan dunia ada di kawasan ini. Negara-negara Asia sedang bangkit.” Dan lanjut
Presiden Joko Widodo menngatakan, “Indonesia berada tepat ditengah-tengah proses
perubahan strategis itu, baik geografis, geopolitik, maupun geoekonomi.”
Menyadari akan hal tersebut, maka Presiden Joko Widodo memaparkan lima pilar
sebagai upaya untuk mewujudkan poros maritim dunia itu. Adapun lima pilar utama dalam
poros maritim dunia adalah, Pertama, membangun kembali budaya maritim. Kedua,
menjaga dan mengelola sumberdaya laut dengan fokus membangun kedaulatan pangan
laut melalui pengembangan industri perikanan, dengan menempatkan nelayan sebagai
tiang utama.
Ketiga, pengembangan infrastruktur dan konektivitas maritim dengan membangun tol
laut, deep seaport, logistik, industri perkapalan, dan pariwisata. Keempat,
mengembangkan diplomasi maritim dengan bersama-sama menghilangkan sumber konflik
di laut. Dan kelima, membangun kekuatan pertahanan maritim.
Indonesia adalah negara kepulauan. Memiliki lautan yang luas dengan garis pantai
terpanjang kedua di dunia. Posisi geografis Indonesia berada di daerah khatulistiwa.
Berada di antara dua benua, yaitu benua Asia dan benua Australia. Berada di antara dua
samudera, yaitu samudera Pasifik dan samudera Hindia. Mudah diduga sejak zaman kuno,
lokasi kepulauan Nusantara ini telah menjadi sebuah lokus persilangan alur lalu lintas laut
yang menghubungkan benua timur dan barat. Hal tersebut merupakan penguat bahwa
Indonesia pantas disebut sebagai poros maritim dunia.
Langkah awal penguatan ekonomi maritim yaitu dilakukan dari sisi penegakan
hukum. Tujuannya, selain menjaga kedaulatan laut, juga dimaksudkan memberi nilai
tambah bagi nelayan dalam peningkatan produksi dan industri perikanan. Artinya, dari
lima pilar menuju poros maritim dunia yang dicanangkan pemerintah hasilnya belum
semuanya terlihat maksimal, sementara ini memprioritas realisasi pilar kedua dan pilar
ketiga.
Kebijakan memberantas illegal fishing menjadi pilihan utama. Keseriusan
memberantas illegal fishing, Presiden Joko Widodo mengeluarkan Perpres 115 Tahun
2015 tentang Satuan Tugas Pemberantasan Ikan Secara Ilegal (Illegal Fishing). Direktur
Jenderal FAO (Food and Agriculture Organization), Jose Graziano da Silva, pada
pencanangan dan peringatan pertama Hari Internasional IUUF (International Day for the
Fight Against Illegal, Unreported and Unregulated Fishing) pada 5 Juni 2018, bahkan
mengapresiasi keseriusan kebijakan pemerintah dalam pemberantasan illegal fishing ini.
Langkah keseriusan untuk pemberantasan illegal fishing berdampak positif bagi
negara. Angka pencurian ikan turun drastis, selain itu terjadi peningkatan populasi ikan di
kawasan perairan laut Indonesia. Serta, kebijakan yang di tetapkan dari tahun ke tahun
meningkatkan PDB perikanan dan menguntungkan nelayan. Keberhasilan penanganan
pencegahan dan pemberantasan illegal fishing dikarenakan telah berjalannya pelaksanaan
pengawasan terhadap pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya kelautan dan perikanan.
Langkah selanjutnya ialah pembangunan Tol Laut. Tujan membangun Tol Laut ini
adalah mengambil potensi ekonomi dari kepadatan lalu lintas kapal-kapal yang melalui
perairan Indonesia, tentu mensyaratkan infrastruktur kelautan harus dibangun dan
dikembangkan secara berkala. Infrastruktur kelautan pertama berfungsi memastikan
efesiensi jalur logistik barang-barang kebutuhan pokok antar pulau-pulau melalui sebaran
pelabuhan pengumpan (feeder) dan pelabuhan perintis secara merata di seluruh wilayah
Indonesia.
Selain itu, tujuan yang lain adalah mengembangkan pelabuhan hubungan
internasional di daerah-daerah terluar sebagai langkah untuk mengintegrasikan Indonesia
dengan sistem jaringan logistik regional dan global. Dari 1.241 pelabuhan, 141 di
antaranya ialah pelabuhan yang terbuka bagi perdagangan internasional.
Dengan cita-cita yang besar untuk membangun Indonesia sebagai poros maritim
dunia, pemerintah mengeluarkan kebijakan untuk mendorong pembangunan infrastruktur.
Dalam konteks infrastruktur kelautan, pemerintah menetapkan 24 pelabuhan strategis
untuk merealisasikan konsep Tol Laut. 5 pelabuhan hub nasional maupun internasional
dan 19 pelabuhan pengumpan (feeder). Pelabuhan yang menjadi hub Tol Laut ialah,
Belawan/Kuala Tanjung, Tanjung Priok, Tanjung Perak, Makassar, dan Bitung.
Pelabuhan-pelabuhan tersebut direncanakan menjadi jaringan pelabuhan terpadu yang
terintegrasi dengan kawasan industri.
Jika pemerintah yang didukung oleh masyarakatnya, serius dan memiliki tekad yang
tinggi untuk melaksanakan program pembangunan “Poros Maritim Dunia”, maka program
yang besar ini dapat terealisasi secara lancar. Dan jika pembangunan “Poros Maritim
Dunia” ini bisa terealisasi secara lancar, maka akan banyak manfaat dan keuntungan yang
diperoleh oleh Pemerintah Indonesia.
Demi terwujudnya Indonesia menjadi negara Poros Maritim Dunia, diperlukan adanya
kebijakan dan strategi pembangunan yang jelas, sesuai dengan visi dan misi yang telah
dikemukakan pemerintah. Seperti sektor kelautan dan perikanan, yang mampu
menghasilkan daya saing dan pertumbuhan ekonomi tinggi dan inklusif secara
berkelanjutan, serta berkontribusi secara signifikan bagi terwujudnya Indonesia sebagai
poros maritim dunia, dalam waktu tidak terlalu lama. Mengingat, sudah adanya keinginan
dari pemerintah untuk memusatkan pembangunan kearah maritim dan tersedianya
sumberdaya laut yang melimpah.
2. Sebagai negara besar archipelago state dengan berbagai ragam, suku, bangsa,
budaya dan bahasa, Indonesia tidak pernah terlepas dari berbagai ancaman,
tantangan, hambatan dan gangguan baik secara internal maupun eksternal, baik
militer maupun non militer dengan berbagai proxy war. Ini menjadi sesuatu yang
harus kita cermati semua.
Untuk menjadi ATHG tersebut diperlukan sinergi dari seluruh eleme n bangsa,
salah satunya dengan peran sentral dari perguruan tinggi, di mana mahasiswa berada
di dalamnya yang memiliki peranan penting dalam menangkal ATHG tersebut.
Perguruan tinggi dapat mengambil bagian dalam merumuskan kembali arah
kebijakan pertahanan nasional Indonesia, melalui kurikulum pendidikan bela negara
dan wawasan kebangsaan yang sejalan dengan kekinian. Disinilah pentingnya
sekolah kebangsaan dan peradaban seri ke -7.
Berdasarkan Pasal 27 Ayat 3 UUD NRI 1945, dapat disimpulkan bahwa usaha
pembelaan negara merupakan hak dan kewajiban setiap negara Indonesia. Hal ini
berkonsekuensi bahwa setiap warganegara berhak dan wajib untuk turut serta
dalam menentukan kebijakan tentang pembelaan negara melalui lembaga-lembaga
perwakilan sesuai dengan UUD 1945 dan perundang-undangan yang berlaku
termasuk pula aktifitas bela negara. Selain itu, setiap warga negara dapat turut serta
dalam setiap usaha pembelaan negara sesuai dengan kemampuan dan profesi
masingmasing. Dalam Undang-Undang No. 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara
pasal 9 ayat 1 disebutkan bahwa “Setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta
dalam upaya bela negara yang diwujudkan dalam penyelenggaraan pertahanan
negara”.
Dalam bagian penjelasan Undang-undang No. 3 Tahun 2002 tersebut
dinyatakan bahwa upaya bela negara adalah sikap dan perilaku warga Negara yang
dijiwai oleh kecintaannya kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan
Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 dalam menjamin kelangsungan hidup
bangsa dan negara. Upaya bela negara, selain sebagai kewajiban dasar manusia, juga
merupakan kehormatan bagi setiap warga negara yang dilaksanakan dengan penuh
kesadaran, tanggung jawab, dan rela berkorban dalam pengabdian kepada negara dan
bangsa.
Bela negara dapat dibedakan secara fisik maupun nonfisik. Secara fisik yaitu dengan
cara "memanggul senjata" menghadapi serangan atau agresi musuh. Bela Negara
secara fisik dilakukan untuk menghadapi ancaman dari luar. Pengertian ini dapat
disamakan dengan bela negara dalam arti militer. Sedangkan bela negara secara
nonfisik dapat didefinisikan sebagai "segala upaya untuk mempertahankan negara
kesatuan Republik Indonesia dengan cara meningkatkan kesadaran berbangsa dan
bernegara, menanamkan kecintaan terhadap tanah air serta berperan aktif dalam
memajukan bangsa dan negara, termasuk penanggulangan ancaman. Bela negara
demikian dapat dipersamakan dengan bela negara secara nonmiliter.
Berdasar pada pengertian ketahanan nasional sebagai kondisi dinamik bangsa
yang ulet dan tangguh dalam menghadapi berbagai ancaman, ketahanan nasional tetap
relevan sebagai kekuatan penangkalan dalam suasana sekarang maupun nanti, sebab
ancaman setelah berakhirnya perang dingin lebih banyak bergeser kearah nonfisik,
antara lain; budaya dan kebangsaan (Sudradjat, 1996: 1-2). Inti ketahanan Indonesia
pada dasarnya berada pada tataran “mentalitas” bangsa Indonesia sendiri dalam
menghadapi dinamika masyarakat yang menghendaki kompetisi di segala bidang. Hal ini
tetap penting agar kita benar-benar memiliki ketahanan yang benar-benar ulet dan
tangguh. Ketahanan nasional dewasa ini sangat dipengaruhi oleh kondisi
ketidakadilan sebagai “musuh bersama”. (Armawi, 2012:90). Konsep ketahanan juga
tidak hanya ketahanan nasional tetapi sebagai konsepsi yang berlapis, atau Ketahanan
Berlapis yakni ketahanan individu, ketahanan keluarga, ketahanan daerah, ketahanan
regional dan ketahanan nasional (Basrie, 2002).
Hal ini disebabkan bentuk ancaman di era modern semakin luas dan kompleks.
Bahkan ancaman yang sifatnya nonfisik dan nonmiliter lebih banyak dan secara masif
amat mempengaruhi kondisi ketahanan nasional. Misalnya, ancaman datangnya
kemarau yang panjang di suatu daerah akan mempengaruhi kondisi ketahanan
pangan di daerah yang bersangkutan.
Berikut ini hal yang dapat dilakukan mahasiswa dalam melindungi Negara
Kesatuan Republik Indonesia dari (ATHG) baik yang berasal dari dalam dan luar negeri
serta berupa fisik dan non fisik :
1. ATHG dari dalam negeri
a. Penguatan ideologi Pancasila dengan mengamalkan nilai-nilai Pancasila dalam
kehidupan sehari-hari, diawali di lingkungan keluarga.
b. Memberikan ketauladanan sebagai pemuda-pemudi yang berpendidikan dengan
mengedepankan toleransi dan keharmonisan dalam kehidupan bermasyarakat.
c. Menunjukkan moralitas dan karakter yang kuat.
d. Mahasiswa harus mampu mengembangkan inovasi dan menghargai kearifan lokal
agar bangsa ini tidak ketergantungan terhadap nilai-nilai asing.
e. Melatih kepemimpinan karena dalam kepemimpinan, karakter menempati
prosentasi tertinggi yaitu 80% sementara ilmu 5%, pengetahuan umum 5% dan
pengambilan keputusan 10%.
f. Mempersiapkan diri menjadi manusia Indonesia seutuhnya serta peka dan cermat
terhadap hal-hal yang menyimpang dari jati diri dan nilai-nilai kebangsaan.
2. ATHG dari luar negeri
a. Mahasiswa berperan sebagai the agent of change dengan cara mendorong
motivasi berprestasi, berpikir positif, kritis, kreatif, serta inovatif.
b. Mahasiswa berperan dalam control social (idealisme).
c. Selalu berusaha untuk meng-upgrade diri mengenai perubahan dari segi
geoekonomi dan geopolitik serta kemajuan teknologi dan informasi.
3. Dalam membangun integrasi nasional, bangsa Indonesia selalu dihadapkan pada
Ancaman, Tantangan, Hambatan dan Gangguan (ATHG). Dikutip dari situs resmi
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, yang dimaksud
dengan ATHG adalah:
• Ancaman adalah suatu hal atau usaha yang bersifat mengubah atau merombak
kebijaksanaan yang dilakukan secara konsepsional, kriminal serta politik.
• Tantangan adalah suatu hal atau usaha bertujuan atau bersifat menggugah
kemampuan.
• Hambatan adalah suatu hal atau usaha berasal dari diri sendiri yang bertujuan
melemahkan atau menghalangi secara tidak konsepsional.
• Gangguan adalah usaha dari luar yang bertujuan melemahkan atau menghalangi
secara tidak konsepsional.
Indonesia tidak terbebas dari ancaman yang dapat memecah belah bangsa. Ancaman
bagi integrasi nasional tersebut datang dari luar maupun dari dalam negeri
Indonesia sendiri. Ancaman muncul dalam berbagai dimensi kehidupan berupa ancaman
militer dan nonmiliter. Ancaman di bidang ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya serta
pertahanan dan keamanan.
1) Ancaman bidang ideologi, Ancaman di bidang ini adalah yang mengancam Pancasila
seperti komunisme dan liberalisme. Liberalisme merupakan akibat dari globalisasi.
Akibat negatif globalisasi seperti gaya hidup mewah, pergaulan bebas dan lainnya.
Hal-hal tersebut akan menjadi ancaman bagi kepribadian bangsa Indonesia bila tidak
diatasi.
2) Ancaman bidang politik Ancaman di bidang politik memiliki tingkat risiko besar
terhadap kedaulatan, keutuhan dan keselamatan bangsa. Ancaman di bidang
politik bersumber dari dalam dan luar negeri. Ancaman politik dari luar negeri
misalnya tekanan politik terhadap Indonesia oleh negara lain. Ancaman nonmiliter
berdimensi politik antara lain intimidasi, provokasi atau blokade politik.
Ancaman berdimensi politik dari dalam negeri bisa berupa: Penggunaan kekuatan
dalam bentuk pengerahan massa untuk menumbangkan pemerintah yang berkuasa.
Menggalang kekuatan politik untuk melemahkan kekuasaan pemerintah. Separatisme
melalui pola perjuangan politik tanpa senjata dan perjuangan bersenjata. Separatisme
tanpa senjata dengan cara menarik simpati masyarakat internasional sulit dihadapi
dengan kekuatan militer.
3) Ancaman bidang ekonomi, suatu negara tidak dapat berdiri sendiri. Ini adalah bukti
nyata pengaruh globalisasi. Saat ini tidak ada negara dengan kebijakan ekonomi yang
tertutup dari pengaruh negara lain. Globalisasi perekonomian di satu sisi membuka
peluang pasar produk dalam negeri ke pasar internasional secara kompetitif.
Sebaliknya, juga membuka peluang masuknya produk-produk global ke dalam pasar
domestik.
4) Ancaman bidang sosial budaya, Ancaman ini berasal dari dalam dan dari luar.
Ancaman dari dalam didorong oleh isu-isu kemiskinan, kebodohan, keterbelakangan
dan ketidakadilan. Isu-isu tersebut menjadi titik pangkal timbulnya permasalahan,
seperti separatisme, terorisme, kekerasan dan bencana akibat perbuatan manusia.
Dampaknya akan mengancam persatuan dan kesatuan bangsa, nasionalisme dan
patriotisme. Sedangkan ancaman dari luar timbul akibat pengaruh globalisasi.
Dari uraian di atas, penyebab munculnya ATHG adalah karena :
o Rendahnya sikap saling bertoleransi dalam masyarakat.
o Masyarakat Indonesia yang bersifat heterogen (keberagaman suku bangsa, budaya,
agama dan ras) mudah terjadi konflik antar SARA.
o Lestarinya paham etnosentrisme atau menganggap suku atau budayanya lah yang
paling unggul dari suku atau budaya lain.
o Adanya sikap tidak puas dan perasaan tidak adil terhadap ketimpangan akan
pembangunan fasilitas publik yang terjadi dalam masyarakat.
o Rendahnya kesadaran diri dalam masyarakat untuk menjaga persatuan dan kesatuan.
o Wilayah Indonesia yang sangat luas dengan ribuan pulau yang tersebar dari Sabang
sampai Merauke.
o Budaya asli mulai tergerus karena dipengaruhi budaya asing yang belum tentu sesuai
dengan kepribadian bangsa.
4. Menurut KBBI, ideologi memiliki arti kumpulan konsep bersistem yang
dijadikan asas pendapat (kejadian) yang memberikan arah dan tujuan untuk
kelangsungan hidup; cara berpikir seseorang atau suatu golongan; paham, teori, dan
tujuan yang merupakan satu program sosial politik. Sehingga ideologi Pancasila
adalah paham yang menggunakan Pancasila sebagai landasan utamanya.
Fungsi dari ideologi Pancasila yakni: mempersatukan bangsa, memelihara dan
mengukuhkan persatuan dan kesatuan itu. Fungsi ini sangatlah penting bagi bangsa
Indonesia karena sebagai masyarakat majemuk sering kali terancam perpecahan.
Selain itu, Pancasila membimbing dan mengarahkan bangsa menuju tujuannya.
Pancasila memberi gambaran cita-cita bangsa Indonesia sekaligus menjadi sumber
motivasi dan tekad perjuangan mencapai cita-cita, menggerakkan bangsa
melaksanakan pembangunan nasional sebagai pengamalan Pancasila.
Pancasila juga memberikan tekad untuk memelihara dan mengembangkan
identitas bangsa. Pancasila memberi gambaran identitas bangsa Indonesia, sekaligus
memberi dorongan bagi nation and character building berdasarkan Pancasila.
Ketahanan Nasional (Tannas) adalah kondisi dinamis bangsa Indonesia, yang berisi
keuletan dan ketangguhan, yang mengandung kemampuan mengembangkan
kekuatan nasional dalam menghadapi segala tantangan, ancaman, hambatan dan
gangguan baik dari dalam maupun dari luar, untuk menjamin identitas, integritas,
kelangsungan hidup bangsa dan negara, serta untuk mencapai perjuangan nasionalnya
(Suradinata, 2005: 47, atau lihat soemarsono dkk, 2001: 106).
Dalam pengertian tersebut, ketahanan nasional adalah kondisi kehidupan
nasional yang harus diwujudkan. Kondisi tersebut harus terus diusahakan sejak dini,
dibina dan dapat dimulai dari pribadi, keluarga, lingkungan, daerah, dan nasional.
Proses berkelanjutan untuk mewujudkan kondisi tersebut dilakukan berdasar
pemikiran geostrategi berupa konsepsi yang dirancang dan dirumuskan dengan
memperhatikan kondisi bangsa dan konstelasi geografi Indonesia. Konsep inilah
yang disebut ketahanan nasional (Soemarsono dkk, 2001: 106).
Jadi dapat disimpulkan bahwa ketahanan nasional adalah konsep geostrategi
Indonesia. Sejak bangsa Indoensia memproklamirkan kemerdekaannya 17 Agustus
1945, Bangsa Indonesia tidak luput dari berbagai gejolak dan gangguan baik dari dalam
maupun luar yang nyaris mengoyak persatuan dan integritas nasional sebagai sebuah
bangsa yang bersatu. Misalnya di era-era awal kemerdekaan, bangsa Indonesia harus
berjuang sekuat tenaga untuk mempertahankan kemerdekaan dari agresi militer I dan II
Belanda yang tidak rela melepaskan negara Indonesia menjadi sebuah negara
merdeka setelah periode berabad-abad penjajahannya di seluruh Wilayah Nusantara.
Dalam konteks gangguan yang mucul dari dalam negeri sendiri, kita juga bias
menyaksikan pergolakan-pergolakan di dalam negeri (daerah) selama masa awal
kemerdekaan seperti gerakan APRA di bandung, Andi Aziz di Makasar, pemberomntakan
RMS, pemberontakan PRRI di daerah sumatera, dan permesta di daerah sulawesi,
serta gerakan DI/TII di bawah pimpinan Kartosuwiryo (1947-1962), serta
pemberontakan PKI tahun 1965 (Karsono, 1999: 96).
Menyoroti kenyataan yang ada dan mengkritisi upaya perwujudan cita-cita yang
terkandung dalam Pancasila, kita tentu harus menerima dan melaksanakan Pancasila
secara konsekuen. Pancasila menjadi ukuran untuk melakukan kritik mengenai
keadaan Bangsa dan Negara.
Dengan fungsi-fungsi tersebut, jika Indonesia tidak memiliki ideologi yang
mempersatukan seperti ideologi Pancasila, maka Indonesia akan mengalami perpecahan
di seluruh Indonesia, pertempuran akan muncul dari Sabang sampai Merauke,
masyarakat Indonesia akan semakin intoleran terhadap suku, agama, ras dan adat lain.
Cara yang paling efektif untuk memperkuat ideologi Pancasila menurut saya adalah
memulai dari diri sendiri terlebih dahulu. Seperti meningkatkan toleransi terhadap
suku, agama, ras dan adat lain yang ada di Indonesia. Dengan begitu, kita bisa
memberikan contoh yang baik untuk orang lain agar mereka dapat mengikuti contoh kita.
Karena jika kita tidak memberikan contoh yang baik, maka tidak akan ada orang
yang ingin mendengarkan ucapan kita mengenai pelestarian ideologi Pancasila. Oleh
karena itu salah satu cara melestarikan ideologi Pancasila adalah dengan hidup
bertoleransi antar penganut agama berbeda dan mencintai sesama manusia tanpa
melihat suku, agama, warna kulit, etnis, ras dan golongannya.
Dibawah ini ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk memperkuat ideologi
Pancasila sebagai usaha untuk memperkuat wawasan ideologi Indonesia terkait
dengan pembinaan ketahanan nasional adalah sebagai berikut :
1) Menerapkan nilai nilai Pancasila dalam kehidupan bermasyarakat, bebangsa dan
bernegara.
2) Menolak masuknya ideologi lain yang bertentangan dan tidak sesuai dengan
ideologi bangsa kita.
3) Mengutamakan persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia.
4) Pemerintah dan masyarakat harus mendorong tumbuhnya pusat pendidikan dan
pembudayaan Pancasila secara kreatif dan dinamis agar kesadaran ber-Pancasila
terjaga dari generasi ke generasi.
5) Aktualisasi Pancasila dalam kehidupan keseharian, Pancasila harus betul-betul di
manifestasikan jangan sebatas cerita-cerita tekstual semata.
6) Dalam hal legislasi peraturan perundangan, baik pemerintah maupun DPR, sejak
tahap persiapan hingga ke pembahasan dan persetujuan akhir harus memiliki
pemahaman yang sama tentang Pancasila.
7) Dalam hal produk hukum, panut menilai perlu mendorong paradigma hukum
yang progresif. Dengan begitu, nilai-nilai Pancasila dapat terimplementasikan
dengan baik.

Sumber Referansi :

1. BMP Pendidikan Kewarganegaraan MKDU4111


2. https://indonesiabaik.id/motion_grafis/indonesia-sebagai-poros-maritim-dunia
3. https://ejournal.politik.lipi.go.id/index.php/jpp/article/view/875
4. https://kmip.faperta.ugm.ac.id/indonesia-sebagai-poros-maritim-dunia/
5. https://www.studocu.com/id/document/universitas-terbuka/pendidikan-kewarganegaraan-
edisi-2/tugas-1-pendidikan-kewarganegaraan/33115344
6. https://www.kemahasiswaan.itb.ac.id/welcome/tampil_berita/734/peran-mahasiswa-
hadapi-ancaman-nasional-di-industri-global

Anda mungkin juga menyukai