Anda di halaman 1dari 11

ACC OUTLINE

26 Nov 2020
OUTLINE PENGAJUAN JUDUL SKRIPSI

Nama : Faradina Nur Hidayatun Nissa

Kelas : VII A

NIM : 1710010024

Fakultas : Hukum

Prodi : Ilmu Hukum

JUDUL :

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI MASYARAKAT SEKITAR HOME INDUSTRY

SARUNG TENUN IKAT TERHADAP PENCEMARAN AIR LIMBAH PROSES

PRODUKSI (STUDI DI DESA WANAREJAN UTARA KABUPATEN PEMALANG)

PENDAHULUAN :

Indonesia merupakan Negara yang sedang giat membangun untuk meningkatkan

pembangunan disegala sektor dengan tujuan untuk kemakmuran rakyat indonesia

berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945.

Pembangunan yang dilakukan ini lebih mengarah pada pembangunan berkelanjutan untuk

generasi yang akan datang. Namun pembangunan yang berkelanjutan juga harus diarahkan

agar dapat meminimalisir akibat rusaknya lingkungan. Untuk itu perlu dilakukan upaya sadar

dan terencana yang memadukan aspek lingkungan hidup, sosial, dan ekonomi ke dalam
strategi pembangunan untuk menjamin keutuhan lingkungan hidup serta keselamatan,

kemampuan, kesejahteraan dan mutu hidup generasi masa kini dan generasi masa depan.

Pembangunan tersebut juga harus melihat lingkungan sekitar yang seringkali menimbulkan

akibat terhadap pencemaran lingkungan dan berakibat pada masyarakat sekitar khususnya

para pelaku usaha yang sering mendirikan usaha tekstil ditengah lingkungan masyarakat.

Pengusaha atau pelaku usaha memiliki peranan yang cukup penting dalam kemajuan

bangsa Indonesia khususnya dalam sektor perdagangan. Untuk mencapai tujuan tersebut

pelaku usaha perlu mendapat perhatian dari Pemerintah untuk menjaga kelestarian dan

kestabilan ekosistem lingkungan. Pemerintah berkewajiban untuk melindungi kesehatan

masyarakat terhadap lingkungan disekitarnya.1

Industri kerajinan sarung tenun ikat merupakan salah satu usaha yang sedang giat di

Indonesia, yang dikembangkan oleh para pelaku usaha di bidang pertekstilan. Industri sarung

tenun ikat sudah ada sejak 35 tahun yang lalu. Usaha sarung tenun ikat ini banyak mengalami

perubahan dibidang produksi maupun pemasarannya.

Kerajinan tenun yang dikerjakan dengan Alat Tenun Bukan Mesin (ATBM)

merupakan kerajinan tenun tradisional yang berupa kain yang dibuat dengan benang dengan

cara memasukan benang pakan secara melintang pada benang lungsi. Hasil tenun tradisional

ini sangat beraneka ragam, masing-masing daerah mempunyai keunikan dan ragam hias

sendiri. Pencipta tenun tidak hanya menciptakan keindahan, tetapi motif yang ada pada kain

tenun tersebut juga memberikan makna tersendiri.

Dari beberapa desa di Kecamatan Taman Kabupaten Pemalang, desa Wanarejan Utara

yang memiliki home industri di bidang sarung Tenun ikat paling banyak. Dimana di Desa

Jebed memiliki 5 pengusaha sarung tenun ikat, Desa Beji memiliki 7 pengusaha sarung tenun

1
Hamzah Ismail, Penegakan Hukum Lingkungan, Jakarta : Sinar Grafika, 2005, Hal.5.
ikat, Desa Kabunan memiliki 9 pengusaha sarung tenun ikat, sedangkan di Desa Wanarejan

Utara terdapat 180 industri yang bergerak di sektor tenun ikat dan pemasarannya. Dalam

suatu wilayah dimana semakin banyak pelaku usaha di bidang Pertekstilan yang

menghasilkan limbah, maka semakin besar potensi adanya pencemaran lingkungan yang

tinggi.2

Berdasarkan data dari kantor Kepala Desa Wanarejan Utara Kecamatan Taman

Kabupaten Pemalang, proses produksi sarung tenun ikat memerlukan banyak bahan pewarna

tekstil dan air dalam setiap proses pewarnaan dalam setiap produksinya mencapai hampir 1

ember atau kurang lebih 10 liter limbah cair yang cenderung berbau menyengat. Tempat

usaha sehari dapat membuang 10 liter limbah cair yang dibuang di sekitar perkampungan

Desa Wanarejan Utara.3

Berkembangnya usaha industri sarung tenun ikat di Desa Wanarejan Utara seharusnya

menjadi perhatian tersendiri bagi pemerintah lingkungan hidup Kabupaten Pemalang, karena

secara tidak langsung sarung tenun ikat juga menghasilkan limbah cair dari sisa pewarnaan

dalam proses produksi. Semakin suatu kawasan memiliki usaha sarung tenun ikat,

dimungkinkan akan lebih besar dampak pembuangan limbah cairnya.

Pembuangan limbah hasil dari pewarnaan tersebut mengakibatkan pencemaran

lingkungan di sekitar tempat usaha sarung tenun tersebut. Akibat yang ditimbulkan seperti

rusaknya air selokan-selokan akibat tercampur dengan limbah cair, sungai-sungai kecil di

sekitar tempat usaha juga menjadi keruh serta ekosistem yang ada didalamnya banyak yang

tidak dapat hidup dengan baik. Selain itu juga lingkungan di sekitar menjadi kumuh dan

menimbulkan bau tidak sedap. Para masyarakat di sekitar tempat usaha sarung tenun ini
2
Hasil Wawancara dengan salah satu pengusaha sarung tenun ikat di Desa Wanarejan Utara pada hari Selasa 6
Oktober 2020 Pukul 16:20.
3
Wawancara dengan Kepala Desa Wanarejan Utara Bapak Mahmud Alamin pada hari Rabu 25 November 2020
Pukul 19:00.
banyak yang merasa resah dengan akibat pencemaran lingkungan akibat pembuangan limbah,

seperti kurangnya udara bersih disekitar rumah mereka, dan ada beberapa masyarakat yang

merasa air didalam rumahnya juga menjadi bau yang tidak sedap serta rasa air minumnya

berubah menjadi tidak enak. Masyarakat berpikir, air minum mereka berubah rasa

dikhawatirkan ikut tercemar limbah cair tersebut karena banyak masyarakat yang masih

menggunakan air sumur.4

Secara garis besar terdapat ratusan rumah warga yang setiap hari menghasilkan

limbah dari proses produksi sarung tenun ikat tersebut. Para pengusaha dan pengrajin sarung

tenun ikat melakukan pembuangan limbah kedalam selokan dekat tempat produksi. Hal

tersebut menyebabkan tersumbatnya aliran selokan karena limbah cair tersebut membawa

senyawa padat pada saat proses produksi.5

Keselamatan dan kesehatan masyarakat adalah hal yang paling utama dan harus

diberikan perlindungan. Perlindungan terhadap masyarakat dimaksud adalah hak-hak setiap

individu untuk mewujudkan ketentraman masyarakat. Apabila tidak ada ketentraman dalam

masyarakat, maka dapat terjadi suatu perselisihan dalam masyarakat karena pembuangan

limbah.6

Hal ini ditegaskan dalam Pasal 28H UUD 1945 menyebutkan bahwa ‘’setiap orang

berhak hidup sejahtera lahir dan batin serta berhak memperoleh lingkungan hidup yang

sehat.’’7

4
Hasil Wawancara dengan Ketua RW 03 Bapak Sholeh Ismail Desa Wanarejan Utara pada hari Kamis 12
November 2020 Pukul 18:20.
5
Peraturan Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Pemalang Nomor 16 Tahun 2003 tentang Pengelolaan dan
Perlindungan Lingkungan Hidup.
6
Gede Putu Krisna, Penegakan Hukum terhadap Pembuangan Limbah Cair , Jurnal konstruksi hukum,
Universitas Warmadewa Bali, 1 September 2020.
7
Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945.
Begitu juga dengan pasal 33 ayat (3) UUD 1945 menyebutkan bahwa “Bumi, air dan

kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan sebesar-

besarnya untuk kemakmuran rakyat”.8

Menurut pasal tersebut ada dua hal yang penting dan mendasar yang merupakan hak

setiap warga negara indonesia yaitu hak hidup sejahtera lahir batin dan hak bertempat tinggal

dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik. Suatu masyarakat baru memenuhi semua

unsur dalam pasal itu bila keselamatan dan kesehatan masyarakatnya terjamin oleh negara.

Wujud perhatian Pemerintah adalah dengan dikeluarkannya Undang Nomor 32 Tahun

2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Peraturan Daerah

Provinsi Jawa Tengah Nomor 10 Tahun 2004 tentang Baku Mutu Air limbah. Sesuai dengan

Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 10 Tahun 2004 tentang Baku Mutu Air

Limbah pada Pasal 8 dijelaskan bahwa ‘’Penanggung jawab usaha dan kegiatan yang

membuang air limbah ke lingkungan wajib melakukan pengelolaan air limbah sehingga mutu

air limbah yang dibuang ke lingkungan tidak melampaui baku mutu air limbah yang telah

ditetapkan’’.9

Pasal 8 Peraturan Daerah Jawa Tengah Nomor 10 Tahun 2004 tersebut

menitikberatkan pada pengelolaan air limbah yang betujuan untuk memisahkan pencemaran

air limbah sebelum dibuang ke lingkungan sampai memenuhi baku mutu lingkungan.

Pengelolaan air limbah yang baik adalah aman dalam pengoperasiannya dan hanya sedikit

memerlukan perawatan.

Peraturan perundangan-undangan yang berkaitan dengan pengelolaan lingkungan

cukup memadai, namun didalam pelaksanaannya perlu mendapatkan perhatian yang

8
Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945.
9
Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 10 Tahun 2004 tentang Baku Mutu Air limbah.
sungguh-sungguh dari pemerintah. Hal ini terkait dengan niat baik dari pemerintah yang

berkepentingan untuk mengelola lingkungan hidup dengan baik.

Dari penjabaran tersebut, para masyarakat yang berada disekitar usaha sarung tenun

ikat harus mendapatkan lingkungan yang baik dan sehat serta disekitar tempat tinggal mereka

tidak digunakan untuk akses pembuangan limbah yang menjadikan tercemarnya lingkungan

serta selokan dan ekosistem yang didalamnya menjadi berkurang. Berdasarkan uraian diatas,

sehingga penulis mengambil Judul ‘’PERLINDUNGAN HUKUM BAGI MASYARAKAT

SEKITAR HOME INDUSTRY SARUNG TENUN IKAT TERHADAP PENCEMARAN

AIR LIMBAH PROSES PRODUKSI (STUDI DI DESA WANAREJAN UTARA

KABUPATEN PEMALANG)’’.

RUMUSAN MASALAH :

1. Bagaimana bentuk perlindungan hukum terhadap masyarakat sekitar home industry

sarung tenun ikat akibat Pencemaran air limbah proses produksi berdasarkan

Peraturan Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Pemalang Nomor 16 Tahun 2003

tentang Pengelolaan dan Perlindungan lingkungan hidup ?

2. Bagaimana langkah penegakan hukum yang dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten

Pemalang terkait dengan Pencemaran lingkungan akibat air limbah proses produksi

sarung tenun ikat berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Pemalang Nomor 15

Tahun 2012 tentang Pengelolaan lingkungan hidup di Kabupaten Pemalang ?

DATA PENELITIAN :

Metode dalam penelitian ini adalah menggunakan metode yuridis normatif. Metode

yuridis normatif dilakukan melalui studi pustaka yang menelaah terutama data sekunder yang

berupa Peraturan Perundang-undangan, hasil penelitian, hasil pengkajian, dan referensi


lainnya. Metode yuridis normatif dapat dilengkapi dengan wawancara.10 Penelitian ini

bersifat deskriptif yaitu memberikan perlindungan hukum terhadap masyarakat di sekitar

tempat usaha sarung tenun ikat di Desa Wanarejan Utara Kabupaten Pemalang. Untuk

menyelesaikan masalah hukum, peneliti memerlukan sumber-sumber penelitian yang disebut

bahan hukum. Baik bahan hukum sekunder maupun primer. Dalam penulisan ini penulis akan

menggunakan data sekunder. Data sekunder adalah data yang diperoleh dari kepustakaan

dengan cara melakukan studi pustaka, yaitu melakukan studi-studi dokumen dan literatur

dengan mempelajari hal-hal yang bersifat teoritis dan asas-asas hukum yang berkaitan dengan

pokok penulisan serta ilmu pengetahuan hukum yang terdiri dari bahan hukum antara lain

sebagai berikut :

1. Bahan hukum primer terdiri dari ketentuan perundang-undangan :

1) UUD 1945

2) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan

Pengelolaan Lingkungan Hidup.

3) Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 10 Tahun 2004 Tentang

Baku Mutu Air Limbah.

4) Peraturan Daerah Kabupaten Pemalang Nomor 15 Tahun 2012 tentang

Pengelolaan Lingkungan Hidup di Kabupaten Pemalang.

5) Peraturan Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Pemalang Nomor 16 tahun

2003 Tentang Pengelolaan dan Perlindungan Lingkungan Hidup.

2. Bahan hukum sekunder adalah bahan hukum yang berhubungan dengan bahan hukum

primer dan dapat membantu menganalisis dan memahami bahan hukum primer seperti

jurnal, artikel dan internet.

10
Salim dan Hardi Suratman, Penerapan Hukum Pada Penelitian Tesis dan Disertasi, Jakarta : PT Raja grafindo,
2013, Hal.26.
3. Bahan hukum tersier adalah bahan-bahan yang memberikan informasi tentang bahan

hukum primer dan sekunder seperti kamus hukum, ensiklopedia.

Lokasi penelitian di Desa Wanarejan Utara, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten

Pemalang, Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Purwokerto, Perpustakaan Fakultas

Hukum Universitas Muhammadiyah Purwokerto.

Metode Pengumpulan data adalah kegiatan yang penting bagi kegiatan penelitian, karena

pengumpulan data tersebut akan menentukan berhasil tidaknya suatu penelitian. Sehingga

dalam pemilihan teknik pengumpulan data harus cermat. Teknik pengumpulan data yang

akan digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Wawancara

Wawancara adalah teknik pengumpulan data dengan mengajukan pertanyaan langsung

oleh pewawancara kepada responden, dan jawaban-jawaban responden dicatat atau

direkam. Sedangkan maksud dari wawancara ialah mengonstruksi perihal orang,

kejadian, kegiatan, organisasi, perasaan, motivasi, tuntutan, dan kepedulian,

merekonstruksi kebulatan-kebulatan harapan pada masa yang akan datang,

memverifikasi, mengubah dan memperluas informasi dari orang lain11. Wawancara

dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui Perlindungan hukum terhadap

masyarakat akibat Pencemaran lingkungan oleh air limbah proses produksi sarung

tenun ikat.

2. Observasi

Observasi adalah teknik pengumpulan data dengan melakukan pengamatan langsung

pada objek kajian. Observasi ialah pemilihan, pengubahan, pencatatan, dan pengodean

serangkaian perilaku dan suasana yang berkenaan dengan organisasi, sesuai dengan

11
Basrowi dan Suwandi , Memahami Penelitian Kualitatif, Jakarta: Rineka Cipta, 2008, Hal.127
tujuan-tujuan empiris. Observasi yang di maksud dalam teknik pengumpulan data ini

ialah observasi pra-penelitian, saat penelitian dan pasca-penelitian yang digunakan

sebagai metode pembantu, dengan tujuan untuk mengamati bagaimana penegakan

hukum yang dilakukan oleh pemerintah Kabupaten Pemalang terkait dengan

Pencemaran lingkungan akibat air limbah proses produksi sarung tenun ikat.

3. Studi Pustaka

Studi pustaka dilakukan untuk memperkaya pengetahuan mengenai berbagai konsep

yang akan digunakan sebagai dasar atau pedoman dalam proses penelitian. Peneliti

juga menggunakan studi pustaka dalam teknik pengumpulan data. Studi pustaka dalam

teknik pengumpulan data ini merupakan jenis data sekunder yang digunakan untuk

membantu proses penelitian, yaitu dengan mengumpulkan informasi yang terdapat

dalam artikel surat kabar, buku-buku, maupun karya ilmiah pada penelitian

sebelumnya. Tujuan dari studi pustaka ini adalah untuk mencari fakta dan mengetahui

konsep metode yang digunakan.

Penyajian data dalam penyusunan penelitian ini menggunakan menggunakan penyajian

data dalam bentuk uraian yang disusun secara sistematis, logis dan rasional. Keseluruhan data

yang diperoleh dihubungkan satu dengan lainnya disesuaikan dengan pokok permasalahan

yang diteliti, sehingga merupakan kesatuan yang utuh didasarkan pada norma hukum serta

doktrin hukum yang relevan dengan pokok permasalahan.12

12
Mathew, Miles dan Michel Huberman, Analisis Data Kualitatif : Buku Sumber Tentang Metode-Metode Baru,
Jakarta : UI Press, 2009, Hal.102.
DAFTAR PUSTAKA :

Buku :

Ismail, Hamzah, 2005, Penegakan Hukum Lingkungan, Jakarta: Sinar Grafika.

Suratman, Hardi, dan Salim, 2013, Penerapan Hukum pada Penelitian Tesis dan Desertasi,

Jakarta: PT Rajagrafindo.

Suwandi, dan Basrowi, 2008, Memahami Penelitian Kualitatif, Jakarta: Rineka Cipta.

Huberman Michel, Miles, dan Mathew, 2009, Analisis Data Kualitatif : Buku Sumber tentang

Metode-metode Baru, Jakarta : UI Press.

Jurnal :

Krisna Putu Gede, 2020, Penegakan hukum terhadap Pembuangan Limbah Cair , Jurnal

Konstruksi hukum, Vol.1 No.1, Universitas Warmadewa Bali.

Pratama Aji, 2020, Penegakan hukum terhadap Pencemaran Lingkungan akibat Limbah

Industri, Jurnal of Multidisciplinary Studies, Vol.11 No.1, Universitas Kuningan.

Perundang-Undangan :

Undang-Undang Dasar Republik Indonesia 1945

Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 10 Tahun 2004 tentang Baku Mutu Air

Limbah.

Peraturan Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Pemalang Nomor 16 Tahun 2003 tentang

Pengelolaan dan Perlindungan Lingkungan Hidup.

Anda mungkin juga menyukai