Anda di halaman 1dari 26

KEKERASAN DOMESTIK

TERHADAP PEREMPUAN DAN ANAK


DI KABUPATEN LOMBOK TIMUR

Nisfawati Laili Jalilah


Dosen fakultas Syariah UIN Matram
Email: Nisfawati302412@uinma.ac.id

Abstrak
Masalah kekerasan domestik terhadap perempuan dan anak sejatinya
telah berlangsung lama. Namun, masalah ini tidak pernah menjadi
domain publik. Hal ini disebabkan karena masalah kekerasan domestic
dianggap sebagai masalah privat, yang umumnya terjadi dalam keluarga
inti. Faktor agama yang kuat serta relasi social dan budaya dalam
masyarakat Indonesia, mengakibatkan masalah-masalah kekerasan
terhadap perempuan dan anak cenderung dibiarkan menguap dalam
ruang tertutup keluarga. Hal ini juga disebabkan oleh keyakinan bahwa
mengungkapkan masalah keluarga kepada orang lain sebagai hal
yang tabu dibicarakan dengan orang lain. Ini menyebabkan semakin
meningkatnya laopran kasus kekerasan domestic terhadap perempuan
dan anak. Pada tingkat nasional, jumlah kasus kekerasan terhadap anak
dan perempuan meningkat hampir 400% dalam kurun waktu 2001-
2006.1 Hal yang sama terjadi di Provinsi Nusa Tenggara Barat, dimana
terjadi peningkatan kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak.
Penelitian yang bersetting di Lombok Timur ini mencoba untuk
mengupas fenomena kekerasan perempuan. dalam penelitian ini
menggunakan penelitian kualitatif atau deskriptif analitis dengan
menggunakan pendekatan normatif empiris, dalam hal ini menggunakan
pendekatan yang mengacu pada Undang-undang No. 23 tahun 2004.
Penelitian ini menghasilkan temuan yang berupa faktor-faktor yang
menyebabkan terjadinya kekerasan domestik perempuan dan anak,
yaituMasalah keuangan atau ekonomi, Masalah anak, cemburu,salah
paham, mau menang sendiri, tidak dapat menahan nafsu dan
emosi,mabuk,ada wanita atau laki-laki lain (WIL dan WIL), masalah
orang tua, dll.Hubungan atau relasi antara korban dengan pelaku
ketika kekerasan itu terjadi yaitu lebih banyak dilakukan orang-orang

1
Kompas, edisi 8 maret 2006. Tahun 2001 3.169 kasus, tahun 2002 5.163 kasus, Tahun
2003 7.787 kasus, Tahun 2004 14.020 kasus, dan 2005 meningkat lebih dari 100% dan mencapai
angka 20.391 kasus. Diyakini, angka yang sesungguhnya jauh lebih besar dari ini.

Volume IX, Nomor 1, Juni 2017 | 17


terdekat atau dilingkungan keluarga, seperti suami istri, orang tua
serta keluarga lannya.
Kata Kunci: Kekerasan Perempuan dan anak, KDRT

A. Pendahuluan Sementara itu system hokum


Akhir-akhir ini kekerasan nasional kita baik dari segi substansi,
dalam masyarakat tampak semakin sikap para penegak hokum maupun
meningkat baik kualitas maupun masyarakat masih menganggap bahwa
kuantitasnya. Diantara jenis kekerasan kekerasan terhadap perempuan dan
yang terjadi adalah kekersan yang anak dipandang sama dengan jenis
terjadi terhadap perempuan dan anak kejahatan pada umumnya. Bahkan
yang banyak mendapat perhatian dalam banyak hal sering sekali aparat
karena dampaknya yang luas bagi penegak hokum dan masyarakat
kehidupan perempuan dan anak serta cenderung melihat kekerasan jenis
masyarakat pada umumnya. ini sebagai kesalahan korban, baik
perempuan maupun anak.
Kekerasan jenis ini memiliki
akar yang dalam pada faktor budaya Masalah kekerasan domestik
yang menempatkan perempuan terhadap perempuan dan anak
pada posisi yang timpang dalam sejatinya telah berlangsung lama.
hubungannya dengan laki-laki. Hal ini Namun, masalah ini tidak pernah
diakui oleh masyarakat Internasional menjadi domain publik. Hal ini
sebagaimana dikemukakan dalam disebabkan karena masalah kekerasan
Deklarasi PBB tentang Penghapusan domestic dianggap sebagai masalah
kekerasan terhadap Perempuan. privat, yang umumnya terjadi dalam
Disebutkan bahwa kekerasan terhadap keluarga inti. Faktor agama yang
perempuan merupakan perwujudan kuat serta relasi social dan budaya
ketimpangan historis hubungan dalam masyarakat Indonesia,
kekuasaan antara laki-laki dan mengakibatkan masalah-masalah
perempuan. Hal ini mengakibatkan kekerasan terhadap perempuan dan
timbulnya dominasi dan diskriminasi anak cenderung dibiarkan menguap
terhadap perempuan dan laki- dalam ruang tertutup keluarga. Hal
laki. Tindak kekerasan terhadap ini juga disebabkan oleh keyakinan
perempuan merupakan salah satu bahwa mengungkapkan masalah
mekanisme social yang krusial, yang keluarga kepada orang lain sebagai
mendorong perempuan dalam posisi hal yang tabu dibicarakan dengan
subordinasi dibandingkan dengan orang lain.
laki-laki.

18 | Al - Ihkam Jurnal Ahwal Al-Syakhshiyah


Perubahan paradigma akan anak menurun, baik secara nasional
perlunya mengekspose dan melindu­ maupun di tingkat lokal. Ditingkat
ngi korban-korban kekerasan nasional, jumlah kasus kekerasan
domestik, khususnya perempuan terhadap anak dan perempuan
dan anak-anak, mengemuka seiring meningkat hampir 400% dalam kurun
dengan menguatnya perspektif Hak waktu 2001-2006.2 Hal yang sama
Azasi Manusia (HAM). Bersamaan terjadi di Provinsi Nusa Tenggara
dengan hal itu, muncul desakan Barat, dimana terjadi peningkatan
kuat pada Negara untuk melindungi kasus kekerasan terhadap perempuan
para korban kekerasan domestik. dan anak (lihat table).
Desakan ini berbuah dengan Tabel 1. Jumlah Kasus Kekerasan
dilahirkannya Undang-undang No. Domestik Terhadap Perempuan dan
23 tahun 2004 tentang Penghapusan Anak di Lombok Timur
Kekerasan Dalam Rumah Tangga.
Jumlah Jumlah
Disamping itu, setiap pemerintah Nama
NO Kasus Kasus
daerah juga diwajibkan membentuk Kabupaten
2014 2015
dan mengembangkan system 1 MATARAM 148 69
dan mekanisme kerjasama dalam 2 LOBAR 102 16
penanganan korban kekerasan dalam 3 KLU 7 152
rumah tangga (Pasal 13 UU No. 4 LOTENG 88 99
23/2004). 5 LOTIM 221 178
6 KSB 58 75
Di Nusa Tenggara Barat, regulasi 7 SUMBAWA 62 74
mengenai perlindungan terhadap 8 DOMPU 113 245
perempuan dan anak di atur melalui 9 KOTA BIMA 38 77
Perda No.2 Tahun 2009 Tentang 10 KAB.BIMA 75 2
Penyelenggaraan Pencegahan dan 11 UPT PROVINSI 217 206
Perlindungan Perempuan dan Anak TOTAL 1,129 1,193
Korban Tindan Kekerasan serta Sumber: diolah dari data P3AKB NTB.
Perda Kabupaten Lombok Timur No. Berdasarkan grafik diatas,
9 Tahun 2013 Tentang Perlindungan terlihat jelas angka kekerasan
Perdagangan Orang dan Tindak terhadap perempuan dan anak di
Kekerasan Terhadap Perempuan dan Pulau Lombok sangat tinggi dan
Anak. Namun, meskipun Undang- meningkat 5,4%. Tingginya angka
undang penghapusan Kekerasan
dalam Rumah Tangga (KDRT) dengan 2
Kompas, edisi 8 maret 2006. Tahun 2001
segenap aturan turunannya telah 3.169 kasus, tahun 2002 5.163 kasus, Tahun 2003
7.787 kasus, Tahun 2004 14.020 kasus, dan 2005
diberlakukan, tidak berarti angka meningkat lebih dari 100% dan mencapai angka
kekerasan terhadap perempuan dan 20.391 kasus. Diyakini, angka yang sesungguhnya
jauh lebih besar dari ini.

Volume IX, Nomor 1, Juni 2017 | 19


kekerasan terhadap perempuan dan menimpa para korban (khususnya
anak di Pulau Lombok menjadi ironis kekerasan seksual) dalam
mengingat label Pulau Seribu Masjid jangka panjang sangat potensial
dan masyarakat Islami yang melekat mempengaruhi kondisi pertumbuhan
di Pulau ini. Oleh karena itu, kajian kejiwaan para korban, dan bahkan
akan kekerasan perempuan dan anak menciptakan generasi balas dendam3.
di Pulau Lombok menjadi menarik Kedua, pelaku kekerasan domestic
untuk dilakukan. umumya adalah orang-orang yang
Secara umum, trend peningka­ memiliki kedekatan dengan korban,
tan kekerasan domestic setidaknya baik kedekatan emosional maupun
disebabkan oleh 2 faktor penting. geneologis. Ketiga, kuatnya pengaruh
Pertama, meningkatnya kesadaran agama, budaya patriarkhi dan struktur
masyarakat, khususnya kaum social yang saling berkelindan
perempuan, terhadap hak-hak menyebabkan dalam rangkaian
perempuan dan anak dalam kekerasan domestic ini seolah tidak
memperoleh kehidupan yang terputus. Pengaruh primordial
nyaman dan jauh dari kekerasan yang sangat kuat ini menyebabkan
baik fisik, seksual maupun verbal. mayoritas korban (terutama
Kedua, Seiring dengan meningkatnya korban kekerasan seksual dan fisik)
kesadaran kaum perempmpuan akan menganggap masalah tersebut
hak-haknya, terjadi pula perubahan sebagai area privat, tertutup dan
mindset (paradigma) dalam melihat tabu diketahui orang lain. Keempat,
kekerasan yang menimpa kaum Pulau Lombok (khususnya Lombok
perempuan dan anak. Peristiwa Timur) dikenal sebagai salah satu
kekerasan domestic tidak lagi dilihat sumbu utama penghasil Tenaga Kerja
sebagai hal yang tabu dan privat, Migran di Indonesia. Keterbatasan
melainkan telah menjadi wilayah akses sumber daya ekonomi dan
public dan Negara. pendidikan ditengarai sebagai fakor
determinan tingginya minat bekerja
Penelitian terhadap kekerasan sebagai migrant worker. Menjadi
domestik di Pulau Lombok, terutama menarik untuk melacak keterkaitan
di Lombok Timur, menjadi kajian faktor-faktor diatas dengan tingginya
menarik setidaknya karena tiga
faktor. Pertama, kekerasan terhadap
perempuan dan anak merupakan 3
Seorang anak korban kekerasan seksual,
masalah serius. Hal ini disebabkan ketika dewasa akan sangat berpotensi menjadi
mayoritas korban adalah perempuan pelaku kekerasan seksual. Demikian pula anak-
dan anak yang berada pada masa anak korban kekerasan fisik dan verbal akan
berpotensi melakukan hal yang sama ketika
pertumbuhan. Kekerasan yang dewasa.

20 | Al -Ihkam Jurnal Ahwal Al-Syakhshiyah


angka kekerasan terhadap perempuan cenderung mengalami penyempitan
dan anak di Lombok Timur. dan berpusat pada keluarga inti (nucleus
Secara sosiologis masyarakat family). Pelibatan dan tanggungjawab
Sasak di Pulau Lombok menganut keluarga besar dalam pendidikan
system patrilineal, dimana laki-laki dan pembentukan karakter anggota
memegang peranan dominan dalam keluarga besar semakin berkurang,
keluarga, struktur social dan budaya. dan keluarga inti cenderung
System patrilineal menempatkan laki- menjadi eksklusif6. Masyarakat
laki sebagai pusat dari seluruh aktivitas Sasak yang dahulu dikenal homogen
social, budaya dan ekonomi, dan dan religius) relative telah berubah
menempatkan perempuan pada posisi menjadi masyarakat yang cendrung
marginal4. Sistem social ini berkaitan individualis. Ketimpangan akses atas
erat dengan keyakinan religious basis-basis ekonomi dan pendidikan,
masyarakat Sasak yang di dominasi menyebabkan masyarakat di
Islam tradisional. Singkatnya, system pedesaan semakin termarjinalkan dan
social dan pengetahuan keagamaan mengalami mengalami keterkejutan
yang terbatas, membentuk alur fikir budaya (shock culture).
masyarakat Sasak yang menempatkan Berdasarkan paparan diatas,
perempuan dalam posisi “di maka penelitian ini akan fokus meng­
belakang”.5 kaji kekerasan terhadap perempuan
Di sisi lain, perkembangan dan anak di Lombok Timur. Guna
ekonomi kapitalistik yang berbasis mempertajam analisis, maka rumusan
pada individualism menyebabkan pertanyaannya adalah: Bagaimana
perubahan social secara fundamental. bentuk-bentuk kekerasan terhadap
Penetrasi teknologi hingga ke sudut- perempuan dan anak dalam keluarga
sudut kota dan desa mengubah watak di Lombok Timur?, Faktor-faktor
dan karakter masyarakatnya. Hal ini apa yang menyebabkan terjadinya
berimplikasi pada perubahan struktur kekerasan terhadap perempuan dan
dasar sebuah keluarga, dimana anak dalam keluarga di Lombok
keluarga besar (extended family) Timur ? dan bagaimana relasi antara
pelaku dengan korban kekerasan
4
Contoh kecil dominasi laki-laki perempuan dan anak?
dalam system patrilineal Sasak terlihat dari
“pembiaran” bangsawan laki-laki menikah
dengan perempuan non-bangsawan, dan
sebaliknya “hukuman” bagi perempuan
bangsawan yang menikah dengan laki-laki
non-bangsawan atau tidak sederajat.
5
Dalam terminology Jawa, situasi 6
T.O. Ihromi, Bunga Rampai Sosiologi
perempuan seperti ini dikenal dengan “konco Keluarga ( Jakarta: Yayasan Obor Indonesia,
wingking” atau “teman tidur”. 2004), h. 90

Volume IX, Nomor 1, Juni 2017 | 21


B. Metode Penelitian data, yaitu pertama, studi pustaka;
1. Pendekatan dan jenis penelitian kedua,observasi, ketiga wawancara
Seperti dikemukakan di atas dan keempat dokumentasi. Langkah
bahwa penelitian ini berupaya pertama yang akan dilakukan adalah
untuk melihat fenomena kekerasan studi literatur untuk menggali data
domestik perempuan dan anak di sekunder berupa buku, hasil-hasil
Lombok Timur . Untuk itu, diperlukan penelitian yang relevan dengan tema
sebuah pendekatan yang mampu yang diangkat, terutama undang-
memberikan alat untuk menggali, undang yang berkaitan dengan
mencermati dan menganalisa kasus perlindungan anak dan peradilan
yang diteliti. Atas dasar itu, metode pidana anak. Hal ini dilakukan untuk
dalam penelitian ini menggunakan menambah pemahaman teoritik
penelitian kualitatif atau deskriftif dan konseptual tentang obyek
analitis7 dengan menggunakan yang diteliti. Disamping literatur,
pendekatan normatif empiris, dalam pembacaan obyek penelitian juga
hal ini menggunakan pendekatan akan dilakukan melalui studi media.
yang mengacu pada Undang- Dengan studi media ini diharapkan
undang No. 23 tahun 2004 Tentang peneliti akan memperoleh informasi
Penghapusan Kekerasan dalam lebih mengenai obyek yang diteliti,
rumah tangga dan Undang-undang khususnya mengenai peristiwa-
lain yang menjadi perlindungan peristiwa yang pernah terjadi.
hukum terhadap perempuan dan Langkah kedua yang akan
anak korban kekerasan domestik. dilakukan peneliti adalah observasi,
Dengan pendekatan ini diharapkan ketiga yaitu wawancara. Dalam
mampu memberikan instrumentasi penelitian ini peneliti akan
untuk mempelajari, menerangkan menggunakan wawancara terstruktur
pelaksanaan konsep diversi pada dan tidak terstruktur. Wawancara
pemeriksaan di persidangan. diharapkan mampu memberikan
2. Teknik pengumpulan data keterangan-keterangan dan bukti-
bukti empirik serta informasi akurat
Untuk mendapatkan data yang
terhadap obyek penelitian, sehingga
komprehensif, penelitian ini akan
peneliti mampu mengidentifikasi
menggunakan teknik pencarian
sumber-sumber bukti yang relevan.
7
Penelitian Deskriptif Analitik yaitu Data dan informasi yang diperoleh
penelitian untuk menyelesaikan masalah peneliti dalam wawancara ini
dengan cara mendeskripsikan masalah melalui
pengumpulan, penyusunan, analisa data, sekaligus menjadi data primer dalam
penjelasan kemudian diberikan penilaian (lihat penelitian ini.
Rianto adi, Metode Penelitian Sosial dan Hukum,
( Granit: Jakarta, 200) h. 124).

22 | Al - Ihkam Jurnal Ahwal Al-Syakhshiyah


Data wawancara dari satu C. Hasil Penelitian
informan akan di cross check analysis
1. Kekerasan
dengan informan lain, sehingga akan
diketahui ada tidaknya perbedaan a. Pengertian Kekerasan
pendapat atau informasi dari masing- Awal mulanya istilah tindak
masing sumber. Jika terjadi perbedaan kekerasan pada anak atau child
akan diketahui alasan-alasannya tanap abuse dan neglect dikenal dari
mengurangi obyektivitas penelitian. dunia kedokteran. Sekitar tahun
Wawancara akan dilakukan pada 1946, Caffey-seorang radiologist
pihak-pihak yang terkait dengan melaporkan kasus cedera yang
kekerasan domestik terhadap berupa gejala-gejala klinik seperti
perempuan dan anak, seperti yang patah tulang panjang yang majemuk
sudah disebutkan dalam sumber data (multiple fractures) pada anak-
primer. Setelah wawancara dilakukan, anak atau bayi disertai pendarahan
maka langkah keempat yaitu dengan subdural tanpa mengetahui sebabnya
melakukan dokumentasi terhadap (unrecognized trauma). Dalam
data-data korban, pelaku kekerasan dunia kedokteran, istilah ini dikenal
terhadap perempuan dan anak dengan istilah Caffey Syndrome.
serta atauran yang mengaturnya di Sedang Burker mendifinisikan
Kabupaten Lombok Timur. child abuse merupakan tindakan
melukai beulang-ulang secara fisik
3. Analisis data
dan emosional terhadap anak yang
Selanjutnya peneliti akan ketergantungan, melalui desakan
menganalisa data yang didapat. hasrat, hukuman badan yang tak
Data empirik akan dianalisis kembali terkendali, degradasi dan cemoohan
secara cross check analysis dengan permanen atau kekerasan seksual.
sumber-sumber literatur, sehingga Kekerasan seksual merupakan bentuk
pemahaman dan kedalaman analisa kontak seksual atau bentuk lain yang
bisa diperoleh. Analisis data akan tidak diinginkan secara seksual.
dilakukan secara deduktif, dengan Kekerasan seksual biasanya disertai
dimulai hal-hal yang bersifat umum dengan tekanan psikologis atau fisik.
terkait penelitian, kemudian akan Perkosaan merupakan jenis kekerasan
ditarik kesimpulan seccara lebih seksual yang spesifik. Perkosaan dapat
khusus terkait dengan kekerasan didefiniskan sebagai penetrasi seksual
domestik terhadap perempuan dan tanpa izin atau dengan paksaan,
anak yang terjadi di Lombok Timur. disertai oleh kekerasan fisik.

Volume IX, Nomor 1, Juni 2017 | 23


b. Bentuk-bentuk Kekerasan ter­ a) Familial Abuse
hadap Anak Incest merupakan sexual abuse
Menurut Terry E. Lawson, yang masih dalam hubungan
psikiater internasional yang me­ darah, menjadi bagian dalam
rumuskan definisi tentang child keluarga inti. Seseorang yang
abuse, menyebut ada empat macam menjadi pengganti orang tua,
abuse, yaitu:8 misalnya ayah tiri, atau kekasih,
1. Kekerasan secara Fisik (physical termasuk dalam pengertian
abuse). incest. Kategori incest dalam
keluarga dan mengaitkan
2. Kekerasan Emosional (emotional
dengan kekerasan pada anak.
abuse).
Kategori pertama, sexual
3. Kekerasan secara Verbal (verbal
molestation (penganiayaan). Hal
abuse)
ini meliputi interaksi noncoitus,
4. Kekerasan Seksual (sexual abuse) petting, fondling, exhibitionism,
Sexual abuse meliputi pe­ dan voyeurism, semua hal yang
maksaan hubungan seksual berkaitan untuk menstimulasi
yang dilakukan terhadap orang pelaku secara seksual.
yang menetap dalam lingkup Kategori kedua, sexual assault
rumah tangga tersebut (seperti (perkosaan), berupa oral
istri, anak dan pekerja rumah atau hubungan dengan alat
tangga). Selanjutnya dijelaskan kelamin, masturbasi, fellatio
bahwa sexual abuse adalah (stimulasi oral pada penis), dan
setiap perbuatan yang berupa cunnilingus (stimulasi oral pada
pemaksaan hubungan seksual, klitoris). Kategori terakhir yang
pemaksaan hubungan seksual paling fatal disebut forcible
dengan cara tidak wajar dan rape (perkosaan secara paksa),
atau tidak disukai, pemaksaan meliputi kontak seksual. Rasa
hubungan seksual dengan orang takut, kekerasan, dan ancaman
lain untuk tujuan komersil menjadi sulit bagi korban. Mayer
dan atau tujuan tertentu. mengatakan bahwa paling
Kekerasan seksual (sexual abuse) banyak ada dua kategori terakhir
merupakan jenis penganiayaan yang menimbulkan trauma
yang biasanya dibagi terberat bagi anak-anak, namun
Sedangkan kategori ber­dasar­ korban-korban sebelumnya
kan identitas pelaku terdiri dari: tidak mengatakan demikian.
Mayer berpendapat derajat
8
Abu Huraerah, Kekerasan Terhadap
Anak, Cet. Ke 3, Nuansa Cendekia, 2012, h.33
trauma tergantung pada tipe

24 | Al - Ihkam Jurnal Ahwal Al-Syakhshiyah


dari kekerasan seksual, korban mandi, telanjang, dan saat
dan survivor mengalami hal membuang air) dan mencium
yang sangat berbeda. Survivor anak yang memakai pakaian
yang mengalami perkosaan dalam. Fondling (meraba-raba
mungkin mengalami hal yang dada korban, alat genital, paha,
berbeda dibanding korban yang dan bokong). Masturbasi ,Fellatio
diperkosa secara paksa. (stimulasi pada penis, korban
b) Extrafamilial Abuse atau pelaku sendiri). Cunnilingus
Extrafamilial Abuse, dilakukan (stimulasi pada vulva atau
oleh orang lain di luar keluarga area vagina, pada korban atau
korban, dan hanya 40% pelaku). Digital penetration
yang melaporkan peristiwa (pada anus atau rectum) terdiri
kekerasan. Kekerasan seksual dari : Penile penetration (pada
yang dilakukan oleh orang vagina), Digital penetration
dewasa disebut pedophile, yang (pada vagina). Penile penetration
menjadi korban utamanya (pada anus atau rectum). Dry
adalah anak-anak. Pedophilia intercourse (mengelus-elus penis
diartikan ”menyukai anak-anak”. pelaku atau area genital lainnya,
Pedetrasy merupakan hubungan paha, atau bokong korban)
seksual antara pria dewasa (Sgroi dalam Tower, 2002).
dengan anak laki-lakiPornografi Menurut Bagong dalam
anak menggunakan anak- bukunya “ Tindak kekerasan
anak sebagai sarana untuk Terhadap Anak: Masalah dan Upaya
menghasilkan gambar, foto, Pemantauannya”, mengelompokkan
slide, majalah, dan Biasanya kekerasan pada anak menjadi: 9
ada tahapan yang terlihat dalam 1) Kekerasan Anak Secara Fisik.
melakukan kekerasan seksual Kekerasan secara fisik adalah
kemungkinan pelaku mencoba penyiksaan, pemukulan,
perilaku untuk mengukur dan penganiayaan terhadap
kenyamanan korban. Jika anak, dengan atau tanpa
korban menuruti, kekerasan menggunakan benda-benda
akan berlanjut dan intensif, tertentu, yang menimbulkan
berupa: Nudity (dilakukan oleh luka-luka fisik atau kematian
orang dewasa),Disrobing (orang pada anak. Bentuk luka dapat
dewasa membuka pakaian di
depan anak),Genital exposure 9
Bagong Suyanto, Tindak kekerasan
(dilakukan oleh orang dewasa), Terhadap Anak: Masalah dan Upaya
Observation of the child (saat Pemantauannya( Surabaya: Kerjasama LPA
Jatim dan UNICEF, 2000), h.5

Volume IX, Nomor 1, Juni 2017 | 25


berupa lecet atau memar akibat 3) Kekerasan Anak Secara
persentuhan atau kekerasan Seksual
benda tumpul, seperti Kekerasan secara seksual
bekas gigitan, cubitan, ikan dapat berupa perlakuan
pinggang, atau rotan.Dapat prakontak seksual antara
pula berupa luka bakar akibat anak dengan orang yang lebih
bensin panas atau berpola besar (melalui kata, sentuhan,
akibat sundutan rokok atau gambar visual, exhibisionism),
setrika. Lokasi luka biasanya maupun perlakuan kontak
ditemukan pada daerah paha, seksual secara langsung antara
lengan, mulut, pipi, dada, anak dengan orang dewasa
perut, punggung atau daerah (incest, perkosaan, eksploitasi
bokong. Terjadinya kekerasan seksual).
terhadap anak secara fisik 4) Kekerasan Anak Secara
umumnya dipicu oleh tingkah Sosial.
laku anak yang tidak disukai
Kekerasan secara sosial dapat
orangtuanya, seperti anak
mencakup penelantaran
nakal atau rewel, menangis
anak dan eksploitasi anak.
terus, minta jajan, buang air
Penelantaran anak adalah
atau muntah di sembarang
sikap dan perlakuan orangtua
tempat, memecahkn barang
yang tidak memberikan
berharga.
perhatian yang layak terhadap
2) Kekerasan Anak Secara proses tumbuh-kembang anak.
Psikis. Misalnya anak dikucilkan,
kekerasan secara psikis diasingkan dari keluarga, atau
meliputi penghardikan, tidak diberikan pendidikan
penyampaian kata-kata kasar dan perawatan kesehatan
dan kotor, memperlihatkan yang layak.
buku, gambar, dan film Eksploitasi anak menunjuk
pornografi pada anak. Anak pada sikap diskriminatif atau
yang mendapatkan perlakuan perlakuan sewenang-wenang
ini umumnya menunjukkan terhadap anak yang dilakukan
gejala perilaku maladaptif, keluarga atau masyarakat.
seperti menarik diri, pemalu, Sebagai contoh, memaksa
menangis jika didekati, takut anak untuk melakukan
ke luar rumah dan takut sesuatu demi kepentingan
bertemu dengan orang lain. ekonomi, sosial, atau politik
tanpa memperhatikan hak-

26 | Al - Ihkam Jurnal Ahwal Al-Syakhshiyah


hak anak untuk mendapatkan semua individu menjadi orangtua
perlindungan sesuai dengan yang memperlakukan kekerasan
perkembangan fisik, kepada anak-anaknya. Anak-anak
psikisnya dan status sosialnya. yang mengalami perlakuan salah
Misalnya, anak dipaksa dan kekerasan mungkin menerima
untuk bekerja di pabrik- perilaku ini sebagai model perilaku
pabrik yang membahayakan mereka sendiri sebagai orangtua.
(pertambangan, sektor alas Tetapi, sebagian besar anak-anak
kaki) dengan upah rendah yang diperlakukan dengan kekerasan
dan tanpa peralatan yang tidak menjadi orang dewasa yang
memadai, anak dipaksa memperlakukan kekerasan kepada
untuk angkat senjata, anak-anaknya.
atau dipaksa melakukan
pekerjaan-pekerjaan rumah 2) Stres Sosial (social stress)
tangga melebihi batas Stres yang ditimbulkan oleh
kemampuannya. berbagai kondisi sosial meningkatkan
c. Faktor-fakor Penyebab Ke­ risiko kekerasan terhadap anak
kerasan terhadap Anak dalam keluarga. Kondisi-kondisi
sosial ini mencakup: pengangguran
Gelles Richard.J, mengemuka­
(unemployment), penyakit (illness),
kan bahwa kekerasan terhadap anak
kondisi perumahan buruk (poor housing
(child abuse) terjadi akibat kombinasi
conditions), ukuran keluarga besar dari
dari berbagai faktor, yaitu:
rata-rata (a larger than average family
1) Pewarisan Kekerasan Antar size), kelahiran bayi baru (the presence
Generasi (intergenerational of a new baby), orang cacat (disabled
transmission of violance). person) di rumah, dan kematian (the
Banyak anak belajar perilaku death) seorang anggota keluarga.
kekerasan dari orangtuanya dan Sebagian besar kasus dilaporkan
ketika tumbuh menjadi dewasa tentang tindakan kekerasan terhadap
mereka melakuakan tindakan anak berasal dari keluarga yang
kekerasan kepada anaknya. Dengan hidup dalam kemiskinan. Tindakan
demikian, perilaku kekerasan kekerasan terhadap anak juga terjadi
diwarisi (transmitted) dari generasi dalam keluarga kelas menengah dan
ke generasi. Studi-studi menunjukkan kaya, tetapi tindakan yang dilaporkan
bahwa lebih kurang 30% anak-anak lebih banyak di antara keluarga miskin
yang diperlakukan dengan kekerasan karena beberapa alasan.
menjadi orangtua yang bertindak keras 3) Isolasi Sosial dan Keterlibatan
kepada anak-anaknya. Sementara Masyarakat Bawah
itu, hanya 2 sampai 3 persen dari

Volume IX, Nomor 1, Juni 2017 | 27


Orangtua dan pengganti dilakukan oleh orang dewasa kepada
orangtua yang melakukan tindakan pasangan intimnya.10
kekerasan terhadap anak cenderung Kekerasan dalam rumah tangga,
terisolasi secara sosial. Sedikit sekali sebagaimana disebutkan dalam
orangtua yang bertindak keras Undang-undang No. 23 Tahun 2004
ikut serta dalam suatu organisasi tentang Penghapusan kekerasan
masyarakat dan kebanyakan Dalam Rumah Tangga (UU PKDRT),
mempunyai hubungan yang sedikit adalah setiap perbuatan terhadap
dengan teman atau kerabat. seseorang terutama perempuan, yang
3) Kekerasan Domestik berakibat timbulnya kesengsaraan
Kekerasan domestik terdiri atau penderitaan secara fisik, seksual,
dari Pelecehan Dalam Rumah psikologis, dan/atau penelantaran
Tangga (Domestic Abuse) yang terjadi rumah tangga termasuk ancaman
jika seseorang di dalam keluarga untuk melakukan perbuatan,
atau pernikahan mencoba untuk pemaksaan, atau perampasan
menguasai atau/dan mengkontrol kemerdekaan secara melawan hukum
anggota keluarga yang lain.Sedangkan dalam lingkup rumah tangga.
Kekerasan Dalam Rumah Tangga Dalam Undang- undang No
(Domestic Violence) adalah Pelecehan 23 tahun 2004, pada pasal 1. ayat (1)
di dalam rumah tangga yang disebutkan bahwa kekerasan dalam
mengikutsertakan kekerasan fisik. rumah tangga adalah setiap perbuatan
Anne Grant menjelaskan bahwa terhadap seseorang terutama
kekerasan domestik adalah kekerasan perempuan yang berakibat timbulnya
yang terjadi di dalam rumah tangga kesengsaraan atau penderitaan
dimana biasanya yang berjenis kelamin secara fisik, seksual, psikologis dan
laki – laki (suami) menganiaya secara atau pemelantaran rumah tangga
verbal ataupun fisik pada yang berjenis termasuk ancaman untuk melakukan
kelamin perempuan (istri). Sehinnga perbuatan, pemaksaan, atau
Anne Grant mendefisinsikan perampasan kemerdekaan secara
KDRT sebagai pola perilaku melawan hukum dalam lingkup
menyimpang (assaultive) dan rumah tangga.
memaksa (corsive), termasuk serangan
secara fisik, seksual, psikologis, dan
pemaksaan secara ekonomi yang
10
Anne Grant, Domestic Violence, Abuse,
and Child Custody: Legal Strategies and Policy
Issues, ed. Mo Therese Hannah, PhD, and
Barry Goldstein ( JD Civic Research Institute,
2010), h. 9

28 | Al - Ihkam Jurnal Ahwal Al-Syakhshiyah


4) Kekerasan, Perempuan dan adalah tidak memiliki kekuatan atau
Ketidaksetaraan Gender tenaga sama sekali, sehingga tidak
Kekerasan berarti penganiayaan, dapat mengadakan perlawanan
penyiksaan, atau perlakuan salah. sedikitpun. Akan tetapi, pada pasal
Menurut WHO kekerasan adalah dalam KUHP seringkali kekerasan
penggunaan kekuatan fisik dan dikaitkan dengan ancaman. Dengan
kekuasaan, ancaman atau tindakan demikian dapat disimpulkan bahwa
terhadap diri sendiri, perorangan kekerasan dapat berbentuk fisik dan
atau sekelompok orang atau nonfisik. (ancaman kekerasan).12
masyarakat yang mengakibatkan atau Dalam literatur terdapat
kemungkinan besar mengakibatkan beberapa penggunaan pengertian
memar/trauma, kematian, kerugian kekerasan tehadap orang lain, yaitu
psikologis, kelainan perkembangan violence, battery dan assault. Violence
atau perampasan hak. Awal mulanya (Kekerasan) dapat diartikan sebagai
istilah tindak kekerasan pada anak unjust or unwarranted exercise of force
atau child abuse dan neglect dikenal with the accompaniment of vehemence,
dari dunia kedokteran. Sekitar tahun outrage or fury, fhysical force. Pengertian
1946, Caffey-seorang radiologist Baterry itu: criminal battery, defined as
melaporkan kasus cedera yang the unlawful aplication of force to the
berupa gejala-gejala klinik seperti person. Sedangkan assault adalah anny
patah tulang panjang yang majemuk willful attempt or threat to inflict injury
(multiple fractures) pada anak- upon the person of another.
anak atau bayi disertai pendarahan
Berdasarkan pengertian di atas,
subdural tanpa mengetahui sebabnya
terminologi kekerasan terhadap
(unrecognized trauma). Dalam dunia
perempuan memiliki ciri bahwa
kedokteranistilah ini dikenal dengan
tindakan tersebut:
istilah Caffey Syndrome.11
a) Dapat berupa fisik dan nonfisik
Pengertian kekerasan dalam
(psikis).
undang-undang pada awalnya dapat
dilihat dalam pasal 89 KUHP yang b) Dapat dilakukan secara aktif
berbunyi: “membuat orang pingsan maupun dengan cara pasif (tidak
atau tidak berdaya disamakan dengan Berbuat).
menggunakan kekerasan”. Pada pasal c) Dikehendaki/ diminati oleh
tersebut tidak menjelaskan bagaimana para pelaku.
bentuk-bentuk kekerasan tersebut,
sedangkan pengertian tidak berdaya 12
Moerti Hadiati Soeroso, Kekerasan
Dalam Rumah Tangga, Perspektif Viktimologis
Jurnal LBH APIK Tentang Kekerasan
11
dan Kriminologis ( Surabaya; Sinar Grafika,
Perempuan dan Anak, 2003, h. 10. 2004), h. 58.

Volume IX, Nomor 1, Juni 2017 | 29


d) Adanya akibat/kemungkinan perbedaan jenis kelamin secara
akibat yang merugikan pada kodrati biologis. Gender dalam
korban (fisik atau psikis) yang segala aspek kehidupan manusia
tidak dikehendaki korban.13 mengkreasikan perbedaan antara
Masalah tindak kekerasan perempuan dan laki-laki termasuk
terhadap perempuan tidak terlepas kreasi social kedudukan perempuan
dari dominasi dari seseorang yang lebih rendah daripada laki-laki.
terhadaporang lain. Seks (jenis Pandangan gender ternyata
kelamin) harus dibedakan dengan dapat menimbulkan subordinasi
gender. Pengertian jenis kelamin terhadap perempuan. Anggapan
merupakan pensifatan atau bahwa perempuan itu irrasional atau
pembagian dua jenis kelamin manusia emosional, sehingga perempuan tidak
yang ditentukan secara biologis yang bias tampil memimpin berakibat
melekat pada kelamin tertentu. Karena munculnya sikap yang menempatkan
sifatnya sifatnya melekat dengan perempuan pada posisi yang tidak
sendirinya tidak dapat dipertukarkan. penting. Subordinasi karena gender
Secara permanen tidak berubah dan tersebut terjadi dalam bentuk yang
merupakan ketentuan biologis atau berbeda dari tempat ke tempat dan
sering dikatakan sebagai ketentuan dari waktu ke waktu.14
Tuhan atau Kodrat, jadi kodrat
Di Indonesia persoalan
perempuan adalah menstruasi/haid,
ketimpangan hubungan kekuasaan
hamil, melahirkan dan menyusui.
(relasi social) telah berlangsung
Adapun laki-laki memiliki penis,
lama, seperti kedudukan subordinasi
jakun dan memproduksi sperma.
perempuan yang antara lain
Hal ini sangat perlu disebabkan karena relasi gender yang
mendapatkan perhatian semua tidak seimbang anatara suami istri
pihak agar mendapatkan kejelasan, dalam keluarga, interpretasi ajaran
karena masih terdapat pandangan agama yang membenarkan suami
dalam masyarakat bahwa peran memukul istri, pemberian hak kepada
domesti, seperti memasak, mengurus suami untuk memiliki kekuasaan
rumah, mendidik anak adalah kodrat yang lebih tinggi karena ia adalah
perempuan. pemimpin dan pemberi nafkah. Nilai-
Sedangkan gender adalah cara nilai tersebut tampak dikukuhkan
pandang atau persepsi manusia dalam Undang-undang No. 1 Tahun
terhadap perempuan atau laki- 1974 tentang perkawinan, pasal 34
laki yang bukan didasarkan pada
Mansour Fakih, Analisis Gender dan
14

Transformasi Sosial (Yogyakarta:tt, 1999), h.


13 Ibid, h. 60. 15.

30 | Al -Ihkam Jurnal Ahwal Al-Syakhshiyah


ayat 1 dan 2 ysng mengstur pembagian banyak. Walaupun menurut data
peran laki-laki dan perempuan dalam dari BP3AKB propinsi NTB data
rumah tangga secara bias gender kekerasan terhadap perempuan dan
dan sekaligus menempatkan posisi anak di Lombok Timur tahun 2016
perempuan sebagai subordinasi dari berkurang dari tahun sebelumnya,
laki-laki, baik secara ekonomi, social yaitu dengan 77 kasus, namun ini
dan politik. sebenarny belum menjamin bahwa
d. Bentuk-bentuk kekerasan kekerasan-kekerasan terhadap
terhadap perempuan dan anak perempuan dan anak pada praktiknya
dalam keluarga di Lombok semakin berkurang.
Timur. Table. 2 Bentuk-bentuk Ke­
Rumah tangga merupakan kerasan Domestik Perempuan dan
bentuk masyarakat yang paling kecil, Anak di Lombok Timur
yang biasanya terdiri dari ayah, ibu JUMLAH KASUS
dan anak. Sebuah rumah tangga NO BENTUK KEKERASAN
diharapka memancarkan kebahagiaan 2014 2015
dan kehangatan penuh cinta dan 92
1 Kekerasan Fisik 140
kasih. Namun seringkali terjadi
kegoncangan dalam rumah tangga 40
2 Kekerasan Psikis 40
tersebut berupa tindakan kekerasan
yang dilakukan oleh suami pada 59
3 Kekerasan Seksual 36
istri, anak maupun anggota keluarga
yang lain. Perbuatan tersebut oleh 18
4 Kekerasan Penelantaran 14
masyarakat dan bahkan oleh korban
dianggap merupakan masalah intern 14
5 Kekerasan Eksploitasi 2
keluarga.
3
Kasus penelantaran,penyiksaan, 6 Kekerasan Trafficking -
bahkan pembunuhan yang dilakukan 7
oleh orangtua terhadap anak 7 Kekerasan Lainnya -
sering terjadi di indonesia, meski Sumber data: BPPPAKB (BP3AKB)
terus disoroti oleh masyarakat dan NTB
pemerintah, kasus kekerasan terhadap
anak seakan tidak bisa diredam.
Begitu halnya dengan di
Lombok Timur, kasus-kasus
kekerasan terhadap perempuan
dan anak terus berulang dan cukup

Volume IX, Nomor 1, Juni 2017 | 31


Table 3. Usia Korban Kekerasan Domestik Perempuan dan Anak di Lombok
Timur.
TAHUN 2015 TAHUN 2014

USIA/JUMLAH USIA/JUMLAH

60 Thn 25-29 Thn 18-24 Thn 0-17 Thn 60 Thn 25-29 Thn 18-24 Thn 0-17 Thn

1 Org 26 Org 15 Org 46 Org 2 Org 74 Org 44 Org 64 Org

Dari table di atas terlihat bahwa usia 26-29 tahun pada tahun 2014
usia korban dari tahun ke tahun, yaitu 74 orang/kasus dan 2015 26 orang/
2014-2015 yang paling tinggi adalah kasus. Sedangkan perempuan dewasa
jumlah kasus kekerasan yang dialami bahkan tergolong sudah usia lanjut
oleh anak perempuan usia 0-17 tahun, yaitu berusia 60 tahun hanya terjadi 2
yaitu 2014, 64 orang korban atau kasus, kasus saja pada 2014 dan 2015 hanya
2015 46 korban.Usia 18 -24 tahun 44 1 kasus.
kasus tahun 2014, 2015 15 kasus dan
Tabel 4. Tingkat pendidikan Korban kekerasan perempuan dan anak di
Lombok Timur
TAHUN 2014 TAHUN 2015
PENDIDIKAN/JUMLAH PENDIDIKAN/JUMLAH
Tdk
Tdk Sekolah SD SLTP SLTA PT SD SLTP SLTA PT
Sekolah
28 28
41 49 48 35 11 36 1 15

Table 5. Tingkat PekerjaanKorban Kekerasan Perempuan dan Anak di


LombokTimur
TAHUN 2014 TAHUN 2015

TIDAK TIDAK
BEKERJA BEKERJA
BEKERJA BEKERJA

52 132 71 5

32 | Al -Ihkam Jurnal Ahwal Al-Syakhshiyah


Tabel 6. Status Perkawinan Korban Kekerasan Perempuan dan Anak di
Lombok Timur
TAHUN 2015
TAHUN 2014

TIDAK TIDAK
MENIKAH MENIKAH CERAI
MENIKAH CERAI MENIKAH

100 79 36 50 2
5
Dari table 4 di atas dapat diketahui bahwa pendidikan korban rata-rata masih
pada tahap sekolah, baik SD, SMP maupun SMA bahkan tidak berpendidikan
yang mencapai 41 pada tahun 2014 e. Faktor-faktor apa yang menye­
dan 36 pada tahun 2015 mencapai 36 bab­kan terjadinya kekerasan
kasus/orang. Sedangkan pada table 5 terhadap perempuan dan anak
memperlihatkan bahwa tahun 2014 dalam keluarga.
korban yang tidak bekerja banyak Berbagai faktor yang
menjadi korban, mencapai 132 menyebabkan atau menjadi pemicu
orang/kasus dan tahun 2015 yang kekerasan domestik terhadap
perempuan dan anak di Lombok
tidak bekerja hanya 5 orang, yang
Timur, yaitu:
bekerja 71 orang/kasus. Pada table
6 menunjukkan status korban, yaitu 1. Masalah keuangan atau
100 orang/kasus korban dalam status ekonomi;
perkawinan pada 2014, tidak menikah 2. Masalah anak;
79 kasus. Sedangkan 2015 50 0rang 3. Masalah cemburu;
menikah dan 36 tidak dalam status 4. Masalah saudara;
perkawinan atau tidak menikah 5. Masalah sopan santun;
6. Masalah masa lalu;
7. Salah paham;
8. Mau menang sendiri;
9. Tidak dapat menahan nafsu dan
emosi

Volume IX, Nomor 1, Juni 2017 | 33


Table 7. Ciri-ciri pelaku kekerasan perempuan dan anak berdasarkan tingkat
usia di lombok timur
TAHUN 2014 TAHUN 2015

USIA/JUMLAH USIA/JUMLAH

0-17 Thn 18-24 Thn 25-29 Thn 60 Thn 0-17 Thn 18-24 Thn 25-29 Thn 60 Thn

29 Org 42 Org 145 Org 12 Org 13 Org 22 Org 71 Org 1 Org

Table. 8 Ciri-ciri Pelaku Kekerasan Perempuan dan anak Berdasarkan


Tingkat Pendidikan di lombok Timur
TAHUN 2014 TAHUN 2015

PENDIDIKAN/JUMLAH PENDIDIKAN/JUMLAH

Tdk
Tdk Sekolah SD SLTP SLTA PT SD SLTP SLTA PT
Sekolah

82 51 34 44 17 62 4 8 9 15

Table. 9 Ciri-ciri Pelaku Kekerasan Perempuan dan anak Berdasarkan


Pekerjaan di lombok timur
TAHUN 2014 TAHUN 2015

BEKERJA TIDAK BEKERJA BEKERJA TIDAK BEKERJA

38
116 112 57

34 | Al -Ihkam Jurnal Ahwal Al-Syakhshiyah


Tabel. 10 Relasi/Hubungan Antara Pelaku Dan Korban
TAHUN 2014 TAHUN 2015

Orang Suami/ Orang Suami/


Keluarga Lainnya Keluarga Lainnya
Tua Istri Tua Istri

26 Org 12 Org 84 Org 116 Org 17 Org 4 Org 39 Org 47 Org

D. Pembahasan dilakukan seseorang berupa


melukai bagian tubuh anak.
1. Bentuk-bentuk kekerasan
terhadap perempuan dan anak 2) Kekerasan Emosional (emotional
dalam keluarga di Lombok abuse).
Timur. Emotional abuse terjadi
Bentuk-bentuk kekerasan ketika orang tua/pengasuh
perempuan dan anak di Lombok dan pelindung anak setelah
Timur yaitu: Kekerasan Fisik, mengetahui anaknya meminta
Kekerasan Psikis, Kekerasan Seksual, perhatian, mengabaikan anak
Kekerasan Penelantaran, Kekerasan itu. Ia membiarkan anak basah
Eksploitasi, Kekerasan Trafficking. atau lapar karena ibu terlalu
sibuk atau tidak ingin diganggu
Menurut Terry E. Lawson,
pada waktu itu. Ia boleh jadi
psikiater internasional yang
mengabaikan kebutuhan anak
merumuskan definisi tentang child
untuk dipeluk atau dilindungi.
abuse, menyebut ada empat macam
Kekerasan secara Verbal (verbal
abuse, yaitu:15
abuse)
1) Kekerasan secara Fisik (physical 3) Kekerasan Seksual (sexual
abuse). abuse)
Physical abuse, terjadi ketika Sexual abuse meliputi
orang tua/pengasuh dan pemaksaan hubungan seksual
pelindung anak memukul yang dilakukan terhadap orang
anak. Pukulan akan diingat yang menetap dalam lingkup
anak itu jika kekerasan fisik rumah tangga tersebut (seperti
itu berlangsung dalam periode istri, anak dan pekerja rumah
tertentu. Kekerasan yang tangga).
Sedangkan kategori berdasarkan
Abu Huraerah, Kekerasan Terhadap
15 identitas pelaku terdiri dari:
Anak, Cet. Ke 3, Nuansa Cendekia, 2012, h.33

Volume IX, Nomor 1, Juni 2017 | 35


1) Familial Abuse P2TP2A adalah masalah ekonomi
Incest merupakan sexual akan tetapi ada pula faktor lain yang
abuse yang masih dalam dapat menjadi penyebab diantaranya
hubungan darah, menjadi kebiasaan buruk seperti mabuk-
bagian dalam keluarga inti. mabukan, perselingkuhan dan
Seseorang yang menjadi kekuasaan suami terhadap istri atau
pengganti orang tua, korban.
misalnya ayah tiri, atau Telah disebutkan sebelumnya
kekasih, termasuk dalam bahwa perilaku penyimpangan dapat
pengertian incest. Kategori dikategorikan ke dalam bentuk
incest dalam keluarga kejahatan. Untuk mengetahui faktor
dan mengaitkan dengan pendorong atau penyebab seseorang
kekerasan pada anak. melakukan kejahatan, kita tinjau hal-
2) Extrafamilial Abuse hal yang terdapat kriminologi. Karena
Extrafamilial Abuse, menurut Sutherland and Cressey,
dilakukan oleh orang lain di Kriminologi adalah himpunan
luar keluarga korban. pengetahuan mengenai kejahatan
sebagai gejala masyarakat. Yang
2. Faktor-faktor apa yang termasuk ke dalam ruang lingkupnya
menyebabkan terjadinya adalah proses pembuatan perundang-
kekerasan terhadap undangan, pelanggaran perundang-
perempuan dan anak dalam undangan dan rekasi-reaksi terhadap
keluarga. pelanggaran tersebut.
Faktor Penyebab Terjadinya Telah disebutkan bahwa ketiga
Kekerasan Dalam Rumah Tangga mazhab tersebut menganut teori
Faktor ekonomi merupakan faktor determinisme, yang mengemuka­
yang paling sering diungkap oleh kan bahwa seseorang melakukan
informan. Tingginya kebutuhan kejahatan ditentukan (determine) oleh
rumah tangga dan tuntutan gaya pengaruh luar atau lingkungannya,
hidup hedonis, serta rendahnya sedangkan menurut teori indeter­
kemampuan suami sebagai kepala minisme, kehendak seseorang untuk
rumah tangga memenuhinya menjadi melakukan kejahatan itu dikendalikan
stresor tersendiri yang memicu oleh kemauan sendiri dan tidak
terjadinya kekerasan . dipengaruhi oleh faktor luar.
Dari pernyataan di atas dapat Dengan demikian faktor pen­
ditarik analisis makna yaitu faktor dorong terjadinya kekerasan dalam
utama penyebab terjadinya kekerasan rumah tangga, dapat disebabkan
pada korban kekerasan yang dtangani

36 | Al - Ihkam Jurnal Ahwal Al-Syakhshiyah


oleh adanya berbagai faktor tersebut. kekerasan tersebut. Perasaan kesal dan
Artinya dapat dipengaruhi oleh faktor marah terhadap orang tua yang selam
dari luar atau lingkungan, tetapi dapat ini berusaha ditahan, akhirnya akan
juga dipicu karena adanya faktor dari muncul menjadi tindak kekerasan
dalam diri pelaku sendiri. Hal ini terhadap istri, suami atau anak-anak.
dapat diperoleh dari kasus-kasus yang
pernah terjadi dan ditangani oleh 3. Aktor-aktor utama (pelaku
lembaga-lembaga bantuan hukum. utama) kekerasan perempuan
dan Anak Serta relasinya
Menurut LBH APIK, sebuah
dengan para korban.
lembaga bantuan hukum untuk
Keterangan Delik Kekerasan
perempuan dan keluarga, penyebab
Biasa dalam Rumah
terjadinya kekerasan dalam rumah Tangga
tangga dapat digolongkan menjadi
Pelaku Semua Suami, istri, orang
2 faktor, yaitu faktor internal orang dari tua
dan eksternal. Faktor internal segala
menyangut kepribadian dari pelakuk usia
kekerasan yang mneyebabkan ia
Hubungan pelaku Tidak Punya ikatan
mudah sekali melakukan tindak
dan korban dikenal karena
kekerasan bila menghadapi situasi Kenal Perkawinan
yang menimbulkan kemarahan atau (tidak Hubungan darah
frustasi. Kepribadian yang agresif ada Hubungan
biasanya dibentuk melalui interasksi ikatan) pekerjaan
dalam kelaurga atau dengan Korban Bisa siapa Istri
lingkungan sosial di masa kanak- saja Anak,
kanak. Tidaklah mengherankan bila kemenakan, adik
kekerasan biasanya bersifat turun- pembantu
temurun, sebab anak-anak akan belajar Tabel di atas menunjukkan
tentang bagaimana akan berhadapan perbedaan antara delik biasa dengan
dengan lingkungan dari orang tuanya. kekerasan dalam rumah tangga.
Apabila tindak kekerasan mewarnai Sebetulnya bentuk-bentuk tindakan
kehidupan sebuah keluarga, ke­ pidana pada umumnya dalam
mungkinan besar anak-anak mereka misalnya penganiayaan yang diatur
akan mengalami hal yang sama dalam Pasal 351 KUHP, pembunuhan
setelah mereka menikah nanti. Ini (Pasal 338 KUHP), pemerkosaan
disebabkan mereka menganggap (Pasal 285 KUHP) dan penghinaan
bahwa kekerasan merupakan hal (Pasal 310 KUHP), perzinaan (Pasal
yang wajar atau mereka dianggap 284 KUHP) dan perbuatan-perbuatan
gagal kalau tidak mengulang pola lain yang dapat dikategorikan

Volume IX, Nomor 1, Juni 2017 | 37


perbuatan pidana yang diatur dalam itu, perlu ada pendampingan bagi
Kitab Undang-Undang Hukum korban sejak korban melaporkan
Pidana. Namun, kekerasan dalam kejahatan yang menimpanya.
rumah tangga mempunyai sifat yang Tidak dapat dipungkiri dalam
khusus dan karakteristik yagn terletak setiap tindak pidana korban mengalami
pada hubungan antara pelkau dan kerugian berupa kerugian materiil dan
korban, locus delicti-nya serta cara- immateriil. Kerugian materiil berupa
cara penyelesainnya. kehilangan barang-barang yang
1. Penderitaan Korban menjadi milik korban. Kerugian ini
Seperti halnya dalam setiap lebih bersifat ekonomis/mempunyai
perbuatan pidana (delik) selalu nilai ekonomis, sedangkan kerugian
terdapat dua pihak yaitu pihak pelaku immateriil bersifat psikis/mental. Hal
dan korban. Dalam hal ini yang sangat ini berkaitan kondisi kejiwaan korban.
menderita adalah korban. Penderitaan Kalau korban tidak dapat segera
korban seringkali luput dari melupakan perbuatan pidana yang
perhatian, baik dari petugas maupun menimpanya, akan menyebabkan
dari masyrakat. Karena seringkali gangguan kejiwaan, di mana untuk
korban menjadi korban ganda, yaitu menyembuhkannya membutuhkan
mulai harus menceritakan kembali waktu yang cukup lama.
kasus yang menimpanya, sampai di Selain kerugian materiil dan
ruang persidangan. Bagaimanpun immateriil, korban juga mengalami
juga dengan keharusan korban penderitaan. Terbagi atas dua macam,
untuk menceritakan kembali secara yaitu penderitaan jangka pendek dan
berulang-ulang tentang kejahatan panjang. Penderitaan jangka pendek
yang menimpanya, membuat korban artinya suatu penderitaan yang dapat
merasa tertekan. Seperti yang segera hilang dalam jangka waktu
diceritakan oleh seorang responden, yang singkat. Korban segera bisa
mengulang-ulang tentang kejahatan melupakan peristiwa yang dialaminya.
yang menimpanya, membuat korban Hal itu berbeda dengan pendertiaan
merasa tertekan. Seperti yang jangka panjang. Penderitaan korban
diceritakan oleh seorang responden, berlangsung berkepanjangan, bahan
mengulang-ulang kejahtan yang sampai menganggu segala aktivitas
dialaminya membuat korban justru dan kesehatannya, baik kesehatan
tidak dapat melupakan peristiwa yang fisik mupun psikis.
dialami. Belum lagi pada saat sidang di
Dalam sebuah wawancara
pengadilan, korban harus berhadapan
dengan seorang psikiater (dokter
dengan pelaku. Rasa marah, dendam,
jiwa) disebutkan jiwa atau mental
dan malu menjadi satu. Oleh karena

38 | Al -Ihkam Jurnal Ahwal Al-Syakhshiyah


seseroang bisa terganggu, karena d. Agama
mengalami tindak kekerasan. Berikut Empat tahap tersebut harus
skema untuk memperjelas uraian: dilalui kalau kita ingin mengenal
manusia. Kemudian dijelaskan bahwa
Mengalami proses perilaku manusia dimulai
Stress
dari adanya stimulasi (rangsangan),
Sehat
kemudian ada motivasi (dorongan).
Mental Nonpsikosis
Penyakit
syaraf/psikosomatis
Dari adanya dorongan dilakukan
mobilisasi, sehingga mengakibatkan
Sakit
Sakait jiwa (harus
adanya perbuatan (aksi). Stimulasi
Psikosis
dirawat di rumah sakit
jiwa)
bisa datang dari diri sendiri maupun
dari luar. Misalnya seseorang yang
Penjelasan: akan melakukan tindak kekerasan,
terlebih dahulu dia mendapat
Mental/jiwa dibagi menjadi 2
stimulasi (ransangan), mungkin dari
(dua) bagia, yaitu mental sehat dan
kesalahpahaman, kemudian terjadi
mental sakit. Mental sehat dapat
pertengkaran yang akhirnya diikuti
mengalami stres, sedangkan mental
dengan tindakan kekerasan.
yang sakit dibedakan menjadi dua
(dua) yaitu nonpsikosis dan psikosis. Demikian pula kekerasan
Golongan nonpsikosis kebanyakan dalam rumah tangga tentunya
disebut sakit syaraf/psikosomatis, mengakibatkan penderitaan yang
sedangkan golongan psikosis biasanya dalam bagi korban. Hal ini tidak lepas
disebut sakit jiwa. Dalam keadaan ini dari apakah kekerasan dalam rumah
harus dilakukan perawatan di rumah tangga tersebut dilaporkan kepada
sakit jiwa. polisis atau tidak. Penderitaan yang
dialami oleh korban dapat berlangsung
Selanjutnya, mental yang
lama, meskipun pelaku sudah
sehat dapat mengalami stres yang
mendapatkan sanksi. Dari beberapa
diakibatkan oleh perbuatannya
responden diperoleh penjelasan
sendiri atau akibat tindak kekerasan
bahwa penderitaan batin akibat
dan tindakan-tindakan lain. Untuk
kekerasan dalam rumah tangga, sulit
mengenal manusia sebagai pribadi
dilupakan dan menimbulkan trauma
harus dilalui empat tahap, yaitu:
psikologis. Hal ini berdampak pada
a. Biologis kehidupan sosial dan perkembangan
b. Psikologis batin korban. Rasa kecewa yang
c. Sosial budaya, dan sangat dalam seringkali membuat
korban menjadi pribadi yang tertutup
dan apatis.

Volume IX, Nomor 1, Juni 2017 | 39


E. Penutup j. Mabuk
Berdasarkan hasil pembahasan k. Ada wanita atau laki-laki
dari temuan data penelitian maka lain (WIL dan WIL)
penelitian ini dapat disimpulkan: l. Masalah orang tua, dll.
1. Bentuk-bentuk kekerasan 3. Hubungan atau relasi antara
domestic terhadap perempuan korban dengan pelaku ketika
dan anak yaitu: kekerasan itu terjadi yaitu lebih
a. Kekerasan Fisik. banyak dilakukan orang-orang
b. Kekerasan fsikis terdekat atau dilingkungan
keluarga, seperti suami istri,
c. Kekerasan seksual
orang tua serta kelurga lannya.
d. Kekerasan penelantaran
4. Perlindungan terhadap
e. Kekerasan eksploitasi perempuan dan anak korban
f. Kekerasan trafficking, dll. tindak pidana kekerasan di
2. Faktor-faktor yang Lombok Timur dilakukan
melatarbelakangi terjadinya oleh P2TP2A melalui jejaring
kekerasan perempuan dan anak kerjasama, yang berbentuk:
di Lombok Timur yaitu: a. Pelayanan pengaduan;
a. Masalah keuangan atau b. Pelayanan medis;
ekonomi; c. Pelayanan medikolegal
b. Masalah anak; untuk kepentingan
c. Masalah cemburu; pembuktian di bidang
d. Masalah saudara; hukum;
e. Masalah sopan santun; d. Pelayanan bantuan hukum;
f. Masalah masa lalu; e. Pelayanan kemandirian atau
g. Salah paham; pemberdayaan;
h. Mau menang sendiri; f. Pelayanan rehabilitasi sosial.
i. Tidak dapat menahan nafsu
dan emosi

40 | Al -Ihkam Jurnal Ahwal Al-Syakhshiyah


DAFTAR PUSTAKA T.O. Ihromi, Bunga Rampai Sosiologi
Abu Huraerah, Kekerasan Terhadap Keluarga,Jakarta: Yayasan Obor
Anak, Cet. Ke 3, Nuansa Indonesia, 2004.
Cendekia, 2012. Jurnal LBH APIK Tentang Kekerasan
Syanne Cornelia Amalia Lay, Perempuan dan Anak, 2003.
Perlindungan Terhadap Anak Moerti Hadiati Soeroso, Kekerasan
Sebagai Korban Kekerasan Dalam Dalam Rumah Tangga, Perspektif
Rumah Tangga, tt: YY,2008 Viktimologis dan Kriminologis,
Lilik Muladi, Kapita Selekta Hukum Surabaya; Sinar Grafika, 2004.
Pidana Kriminologi dan Anne Grant, Domestic Violence,
Viktimologi ( PT.Djambatan: Abuse, and Child Custody: Legal
Jakarta, 2004/2007). Strategies and Policy Issues, ed.
Mo Therese Hannah, PhD,
Frans Magnis Suseno, Etika Politik
and Barry Goldstein JD Civic
(Prinsip-prinsip Moral Dasar
Research Institute, 2010.
Kenegaraan Modern), Jakarta:PT.
Gramedia Pustaka Utama, 1994 Bagong Suyanto, Tindak kekerasan
Terhadap Anak: Masalah dan
Makalah pada Seminar Nasional
Upaya Pemantauannya, Surabaya:
“Perlindungan HAM dalam
Kerjasama LPA Jatim dan
Proses Peradilan Pidana” dalam
UNICEF, 2000.
Barda Nawawi Arief, Beberapa
Aspek Kebijakan Penegakan dan Koesparmono Irsan, Peran Polisi Dalam
Pengembangan Hukum Pidana Perlindungan hukum bagi Wanita,
Bandung:Citra Aditya Bakti, Makalah dalam Lokakarya Hak
1998 Permpuan dan PenegakanHukum
(Hotel Radison, Yogyakarta, 25-
Muladi, Kapita Selekta Sistem Peradilan
26 Oktober 2001).
Pidana , Semarang;UNDIP,
1995. Djam’an Satori, Metode Penelitian
Kualitatif , Bandung: Alvabeta,
Mansour Fakih, Analisis Gender
2014
dan Transformasi Sosial,
Yogyakarta:tt, 1999. Rianto adi, Metode Penelitian Sosial dan
Hukum, Granit: Jakarta, 2000
Abu Huraerah, Kekerasan Terhadap
Anak, Cet. Ke 3, Nuansa Lilik Muladi, Kapita Selekta Hukum
Cendekia, 2012. Pidana Kriminologi dan
Viktimologi PT.Djambatan:
Bagong Suyanto dan Sri Sanituti
Jakarta, 2004/2007).
Hariadi, Krisis dan Childs Abuse (
Surabaya: Airlangga University Kitab Undang-undang Hukum
Press, 2002. Pidana

Volume IX, Nomor 1, Juni 2017 | 41


Undang-undang No. 23 tahun 1992 Kamus Besar Bahasa Indonesia,
Undang- undang No 23 tahun 2000 Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan, Jakarta:Balai
Undang Nomor 23 Tahun 2004 tentang Pustaka, 1989
Penghapusan KekerasanDalam
Rumah Tangga. Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia No. 2 Tahun 2002,
Undang-Undang Nomor 13 Tahun Tentang Tata Cara Perlindungan
2006 tentang Perlindungan Saksi Terhadap Korban dan Saksi
dan Korban. Dalam Pelanggaran Hak Asasi
Deklarasi PBB Tentang Penghapusan Manusia Yang berat.
Kekerasan Perempuan dan http://radartegal.com/
Anak. b e r i t a k r i m i n a l / aya h - g i l a -
Perda Kabupaten Lombok Timur perkosa-anak-k andungnya-
No. 9 tahun 2013 Tentang dulu-lalu.4086.html(sabtu, 16
Perlindungan Korban. juli 2016.11:29).

42 | Al - Ihkam Jurnal Ahwal Al-Syakhshiyah

Anda mungkin juga menyukai