Keywords: Tempeh is a fermented food product that has the potential as a source of antioxidants and
antioxidant contains several nutrients needed by the body. The existence of innovation in terms of raw
activity; proximate materials, namely the addition of other types of beans such as lima beans (Phaseolus lunatus
analysis; L) has the potential to minimize soybean imports from outside. There are two factors that can
fermentation; lima affect the quality of tempeh during the fermentation process, namely the concentration of added
beans; yeast yeast and also the length of fermentation time, so it is necessary to do research on the effect of
concentration; these two factors. The method used in this study was a Randomized Block Design (RBD) with
tempeh. 2 factors and 2 repetitions. The first factor is yeast concentration with 3 variations (1.5%, 2%
and 2.5%) and the second factor is fermentation time with 3 variations (42 hours, 48 hours
and 54 hours). Furthermore, the analysis of the influence of these two factors on nutritional
value using the proximate method (including water content, ash content, fat content, protein
content and carbohydrate content), antioxidant activity using the DPPH method and
organoleptic tests. The results showed that the addition of yeast concentration and
fermentation time had a significant effect on the nutritional value, antioxidant activity and
organoleptic. The best treatment was obtained in soybean tempeh combination of lima beans
with the addition of 2.5% yeast concentration and 42 hours fermentation time, namely water
content 60.92%, ash content 0.76%, fat content 1.33%, protein content 31.45%. and
carbohydrate content of 5.54%, antioxidant activity of 34.23% and based on organoleptic tests
are preferred and acceptable among the public.
larutan H3BO3 0,05 N (Merck), alumunium foil, yaitu melalui tahap penyortiran dan pencucian
kertas saring dan NaOH 30% (Merck). kedua jenis kacang terlebih dahulu dan dilakukan
penimbangan dengan perbandingan 50%:50%.
Instrumentasi Kemudian dilakukan perendaman pada dua wadah
yang berbeda yaitu dengan merendam kacang roay
Alat penelitian yang digunakan meliputi selama 48 jam dan kacang kedelai selama 42 jam.
pisau, baskom, nampan, sendok, timbangan, Setelah itu dilakukan perebusan selama 30 menit
kompor, ayakan plastik, panci, kain, plastik dan pengupasam kulit ari. Kemudian dilakukan
bening dan tusuk gigi, blender (Cosmos), corong perendaman kembali selama 24 jam dan direbus
gelas, batang pengaduk, pipet tetes, pipet volume Kembali selama 30 menit hingga kacangnya
(10 mL, 5 mL dan 1 mL) (Iwaki), pipet ukur 5 mL matang. Lalu kacang ditiriskan dan dilakukan
dan 10 mL (Iwaki), ball filler, spatula, kaca arloji, penambahan ragi dengan variasi konsentrasi ragi
neraca analitis, termometer, ayakan mesh, Rotary 1,5%, 2% dan 2,5%. Kemudian dibungkus
Vacum Evaporator, oven (Memmert), desikator, menggunakan plastik dan diberi lubang. Setelah
cawan porselen, batu didih, gelas ukur 100 mL itu dilakukan pemeraman dengan waktu 42 jam,
(Pyrex) penjepit crus, botol kaca, gelas kimia (50 48 jam dan 54 jam. Tempe yang telah jadi lalu
mL, 100 mL, 1000 mL) (Herma), labu soxhlet, dihaluskan untuk dilakukan analisis nilai gizi,
kondensor, alat destilasi, labu kjeldahl, aktivitas antioksidan dan juga organoleptik.
erlenmeyer 250 mL (Duran), kuvet, hotplate,
pembakar spirtus, kaki tiga, buret 50 mL (Herma), Analisis kadar air (drying oven method)
statif, labu ukur (Iwaki), furnace dan
Spektrofotometer Ultraviolet-Sinar Tampak Sampel yang akan diuji sebanyak 2 gram
(Agilent Technologies Series 200). ditimbang dalam cawan yang sudah diketahui
berat konstannya. Kemudian cawan yang berisi
Prosedur sampel dioven selama 6 jam dengan suhu 105°C.
Sampel didinginkan dalam desikator selama 30
Pada penelitian ini menggunakan menit, setelah itu ditimbang dan dicatat beratnya
Rancangan Acak Kelompok (RAK) pola faktorial dengan dua kali pengulangan hingga diperoleh
yang terdiri dari dua faktor yaitu faktor I berat konstan.
merupakan konsentrasi ragi (K) terdiri atas 3 level
(K1= konsentrasi ragi 1,5%; K2= konsentrasi ragi Analisis kadar abu (pemanasan pada suhu tinggi)
2% dan K3= konsentrasi ragi 2,5%) dan faktor II
merupakan waktu fermentasi (L) terdiri atas 3 Sampel yang akan diuji sebanyak 2 gram
level (L1= waktu fermentasi 42 jam, L2= waktu ditimbang dalam cawan yang sudah diketahui
fermentasi 48 jam dan L3= waktu fermentasi 54 berat konstannya. Kemudian cawan yang berisi
jam). Dari kedua faktor diperoleh 9 kombinasi sampel tersebut dimasukkan ke dalam furnace
perlakuan yaitu KILI, K2L1, K3L1, K1L2, K2L2, dengan suhu 600°C selama 4 jam. Sampel
K3L2, K1L3, K2L3 dan K3L3. Setelah itu didinginkan dalam desikator selama 30 menit,
dilakukan analisis nilai gizi tempe kedelai setelah itu ditimbang dan dicatat beratnya dengan
kombinasi kacang roay (Phaseolus lunatus L) dua kali pengulangan hingga diperoleh berat
menggunakan metode analisis proksimat dengan konstan.
parameter uji kadar air, kadar abu, kadar lemak,
kadar protein dan kadar karbohidrat. Selain itu, Analisis kadar lemak (metode soxhlet)
dilakukan analisis aktivitas antioksidan
menggunakan metode DPPH dan juga dilakukan Sampel ditimbang sebanyak 10 gram
analisis karakteristik sensoris berdasarkan uji dalam kertas saring lalu ditimbel. Pelarut lemak n-
organoleptik. Lalu diidentifikasi komposisi variasi heksan secukupnya dimasukkan ke dalam labu
konsentrasi ragi dan waktu fermentasi terbaik pada lemak yang telah diketahui berat konstannya,
pembuatan tempe menggunakan metode timbel dimasukkan ke alat ekstraksi Soxhlet dan
perbandingan eksponensial. dipasangkan. Labu lemak dipanaskan dan
diekstraksi selama 6 jam, pelarut diuapkan. Labu
Pembuatan tempe lemak diangkat dan dikeringkan dalam oven pada
suhu 105°C. Setelah itu didinginkan dalam
Pembuatan tempe kedelai kombinasi desikator selama 30 menit dan ditimbang hingga
kacang roay (Phaseolus lunatus L) dilakukan diperoleh berat konstan.
dengan cara pembuatan tempe pada umumnya
Analisis kadar protein (metode kjeldahl) 50 mL. Selain itu dilakukan pembuatan larutan
vitamin C sebagai kontrol positif dengan
Tahap destruksi, sampel ditimbang ditimbang 5 mg vitamin C kemudian dilarutkan
sebanyak 1 gram dan dimasukkan ke dalam labu dengan etanol pro analisis hingga 50 mL
Kjehdahl 100 mL, kemudian dipipet 10 mL H2SO4 (konsentrasi larutan 100 ppm). Dilakukan
pekat dan masukkan kedalam labu kjeldahl. pengenceran dari larutan vitamin C konsentrasi
Ditambahkan selenium sebagai katalis lalu labu 100 ppm menjadi larutan dengan konsentrasi 10,
kjeldahl tersebut dipanaskan. Destruksi dihentikan 30, 50, 70 dan 90 ppm.
setelah didapatkan larutan berwarna jernih Masing-masing larutan uji dan kontrol
kehijauan. positif dipipet sebanyak 1 mL kemudian
Tahap destilasi, larutan hasil destruksi ditambahkan 3 mL larutan DPPH 50 ppm.
kemudian didinginkan lalu diencerkan dengan Didiamkan selama 30 menit dalam keadaan sangat
aquades sampai 100 mL. Setelah homogen dan tertutup. Setelah 30 menit, perubahan warna yang
dingin lalu dipipet sebanyak 5 mL dan terjadi diamati. Serapan masing-masing larutan
dimasukkan ke dalam labu destilasi. Ditambahkan diukur dengan spektrofotometer Ultraviolet Sinar
10 mL larutan NaOH 30% hingga terbentuk Tampak pada panjang gelombang maksimum.
lapisan di bawah larutan asam. Labu destilat Percobaan dilakukan tiga kali ulangan. Aktivitas
dipasang dan dihubungkan dengan kondensor. antioksidan ditentukan melalui persamaan:
Ujung kondensor dibenamkan dalam cairan
penampung pada erlenmeyer. Erlenmeyer % Aktivitas Antioksidan =
penampung diisi dengan 10 mL larutan H3BO3
Absorbansi kontrol - Absorbansi sampel
yang telah ditetesi indikator metil merah. Hasil ×100%
destilasi dicek dengan kertas lakmus, jika hasil Absorbansi blanko
sudah tidak bersifat basa lagi (netral) maka Data aktivitas penangkapan radikal DPPH
penyulingan dihentikan. pada asam askorbat dianalisis dan dihitung nilai
Tahap titrasi, Hasil destilasi pada IC50 menggunakan persamaan regresi linear y = bx
erlenmeyer ditetesi indikator metil merah + a, dimana x merupakan konsentrasi larutan
sebanyak 5 tetes lalu langsung dititrasi dengan kontrol dan y merupakan % aktivitas antioksidan.
menggunakan larutan HCl 0,0173 N. Titik akhir
titrasi ditandai dengan warna merah muda. Analisis sensoris/organoleptik (uji hedonik)
Analisis kadar karbohidrat (metode by difference) Dilakukan uji sensoris (rasa, warna, tekstur
dan aroma) melalui penilaian uji kesukaan dengan
Kadar karbohidrat dihitung sebagai selisih cara meminta 25 orang panelis untuk memberikan
100% dikurangi kadar air, abu, lemak dan protein. kesan terhadap rasa, warna, tekstur dan aroma dari
sampel dengan skala numerik 1-5 (sangat tidak
Analisis aktivitas antioksidan (metode DPPH) suka-sangat suka).
Sampel sebanyak 25 gram dimaserasi HASIL DAN PEMBAHASAN
dalam 250 mL etanol selama 24 jam, setelah itu
disaring dan filtratnya ditampung. Residu Pembuatan Tempe
ditambah dengan 100 mL etanol kemudian
dimaserasi selama 24 jam. Setelah itu disaring dan Kedelai direndam selama 24 jam sedangkan
filtratnya ditampung. Residu kedua ditambah kacang roay direndam selama 48 jam karena pada
dengan 100 mL etanol. Setelah itu, disaring dan kacang roay terkandung asam sianida (HCN) yang
filtratnya ditampung. Filtrat hasil maserasi jika dikonsumsi dapat menyebabkan keracunan.
kemudian dipekatkan dengan rotary vacum Kemudian dilakukan pengupasan kulit ari agar
evaporator hingga diperoleh ekstrak kental. inokulum tempe dapat tumbuh dengan baik [7].
Ekstrak kental yang diperoleh akan dianalisis Perebusan tahap II bertujuan untuk melunakkan
aktivitas antioksidannya. kacang dan memusnahkan mikroorganisme
Larutan DPPH dibuat dengan menimbang kontaminan. Penirisan dilakukan untuk
2,5 mg serbuk DPPH kemudian dilarutkan dengan mengurangi kandungan air pada kacang. Penirisan
etanol pro analisis hingga 50 mL (konsentrasi ini dilakukan sampai kacang berada pada kisaran
larutan 50 ppm). Sedangkan larutan uji dibuat suhu 37 °C. Karena jika suhu terlalu panas maka
dengan menimbang ekstrak kental sampel dapat memicu terjadi inaktivasi ragi karena ragi
sebanyak 2,5 mg dan dilarutkan ke dalam etanol
tidak tahan panas sehingga dapat menyebabkan Standar Nasional Indonesia No. 3144 Tahun 2009
fermentasi gagal. Dilakukan penambahan ragi yang menyebutkan bahwa kadar abu tempe
untuk mengubah kacang menjadi tempe dengan maksimal 1,5% [10].
dikemas menggunakan plastik dan diberi lubang
agar kapang dapat tumbuh karena adanya oksigen
yang masuk. Lalu dilakukan inkubasi agar
berlangsung proses fermentasi sehingga
dihasilkan tempe.
Kadar air
yang menyebutkan bahwa kadar lemak tempe dari aktivitas enzim protease ini yaitu sebagai
minimal 10% [10]. Hal ini dapat disebabkan oleh sumber nitrogen dan sumber energi. Kapang
rendahnya kandungan lemak pada kacang roay. Rhizopus oligosporus yang terkandung dalam ragi
Semakin banyaknya konsentrasi ragi yang bersifat proteolitik yang dapat mendegradasi
ditambahkan dan semakin lamanya waktu protein menjadi peptida yaitu senyawa NH3 dan
fermentasi maka kadar lemaknya cenderung NH2. Hal ini menyebabkan ketika proses
menurun. Hal ini disebabkan selama fermentasi berlangsung dalam waktu yang lama
berlangsungnya proses fermentasi, enzim lipase maka kesempatan kapang untuk melakukan
akan menghidrolisis trigliserol menjadi asam degradasi protein juga semakin besar sehingga
lemak bebas yang kemudian oleh kapang Rhizopus kadar protein dalam tempe juga semakin menurun
sp akan digunakan sebagai sumber energi [11]. [16].
Setelah 48 jam proses fermentasi maka lemak
akan terhidrolisis [12]. Sehingga semakin banyak Kadar karbohidrat
konsentrasi ragi yang ditambahkan maka
kandungan lemaknya akan semakin rendah. Hasil analisis kadar karbohidrat yang
Rhizopus oligosporus dan Rhizopus stolonifera terkandung dalam tempe yaitu berkisar pada
menggunakan asam linoleat, asam oleat serta asam 3,22% - 5,54% seperti yang dapat dilihat pada
palmitat sebagai sumber energi, sehingga selama Gambar 5.
proses fermentasi berlangsung kandungan asam
linoleat, asam oleat, dan asam palmitat yang
merupakan lemak mengalami penurunan [13].
Kadar protein
dimana seharusnya kadar lemak yang terkandung Assyifa Junitasari, S.Pd., M.Si. selaku dosen
dalam tempe yaitu minimal 10%. Hal ini bisa pembimbing. Serta kepada seluruh pihak yang
disebabkan karena kandungan lemak pada kacang telah membantu dalam penulisan jurnal ilmiah ini.
roay memang relatif rendah sehingga ketika diolah
menjadi tempe juga nilainya masih di bawah mutu REFERENSI
standar. Oleh karena itu, tempe kedelai kombinasi
kacang roay ini cocok untuk dikonsumsi oleh [1] Aryanta, I.W.R., "Manfaat Tempe Untuk
orang yang memiliki kebutuhan khusus dengan Kesehatan," E-Jurnal Widya Kesehatan,
asupan lemak yang rendah. vol. 2, no. 1, p. 44, 2019.
Kadar karbohidrat pada tempe dengan [2] Yuniastuti, Ari, "Gizi dan Kesehatan,"
perlakuan terbaik yaitu 5,54%. Kadar karbohidrat Yogyakarta, Graha Ilmu, 2008, pp. 95-102.
ini nilainya lebih rendah dari kadar karbohidrat [3] Badan Pusat Statistik, “Rata-rata
yang terkandung pada tempe kedelai pada Konsumsi Per Kapita Seminggu Beberapa
umumnya. Hal ini bisa saja disebabkan oleh Macam Bahan Makanan Penting,” Badan
pengaruh dari kacang roay yang dikombinasikan Pusat Statistik, 03 November
dengan kedelai sehingga karbohidrat yang 2021.[Online].Available:https://www.bps.
terkandung jauh lebih rendah. go.id/statictable/2014/09/08/950/rata-rata-
Aktivitas antioksidan pada perlakuan konsumsi-per-kapita-seminggu-beberapa-
terbaik tempe kedelai kombinasi kacang roay yaitu macam-bahan-makanan-penting-2007-
sebesar 34,23%. Aktivitas antioksidan pada tempe 2017.html. [Diakses 06 Desember 2021].
ini lebih tinggi jika dibandingkan dengan [4] Diniyah, N., W.S Windrati, dan
antioksidan pada kacang kedelai maupun kacang Maryanto,"Pengembangan Teknologi
roay mentah. Peningkatan kadar antioksidan Pangan Berbasis Koro-koroan Sebagai
disebabkan oleh adanya senyawa isoflavon yang Bahan Pangan Alternatif Pensubstitusi
ada pada kedelai yang mampu mengubah Kedelai". Prosiding Seminar Nasional,
isoflavon glukosida menjadi isoflavon aglikon Veteran, UPN, 2013.
dengan cara fermentasi. Semakin lama fermentasi [5] Budianti, A.,"Pengaruh Konsentrasi Ragi
semakin meningkat kadar antioksidanya [30]. dan Lama Fermentasi Terhadap Sifat
Sedangkan parameter organoleptik yang Kimia dan Organoleptik Tempe Kedelai
meliputi aroma, rasa, warna dan tekstur Hitam (Glycine soja)," Skripsi, Jurusan
menunjukan nilai panelis terhadap perlakuan Teknologi Hasil Pertanian, Universitas
terbaik tempe kedelai kombinasi kacang roay yaitu Brawijaya, Malang, 2018.
suka. Hal tersebut tentu dapat menjadi salah satu [6] Khalid, A., "Karakteristik Fisik, Kimia dan
parameter bahwa komposisi terpilih dari tempe Organoleptik Koro Kratok Putih
kedelai kombinasi kacang roay dapat diterima di (Phaseolus lunatus) sebagai Pensubstitusi
kalangan masyarakat. Tempe Kedelai", Skripsi, Universitas
Jember, Jember, 2016.
SIMPULAN [7] Muslikhah, S., Anam, C. & Andriani, M.,
“Penyimpanan tempe dengan metode
Konsentrasi ragi dan waktu fermentasi modifikasi atmosfer (modified
memberikan pengaruh nyata terhadap nilai gizi, atmosphere) untuk mempertahankan
aktivitas antioksidan dan karakteristik sensoris kualitas dan daya simpan,” Jurnal
tempe kedelai kombinasi kacang roay (Phaseolus Teknosains Pangan, 2(3), 51-60, 2013.
lunatus L). Perlakuan terbaik tempe diperoleh [8] Mukhoyaroh, H., "Pengaruh Jenis Kedelai,
dengan penambahan konsentrasi ragi 2,5% dan Waktu dan Suhu Pemeraman Terhadap
waktu fermentasi 42 jam yaitu memiliki kadar air Kandungan Protein Tempe Kedelai,"
60,92%, kadar abu 0,76%, kadar lemak 1,33%, Florea: Jurnal Biologi dan
kadar protein 31,45% dan kadar karbohidrat Pembelajarannya, Vol. 2, No. 2, 2015.
5,54%, aktivitas antioksidan 34,23% serta [9] Sapitri, Y., Utami, S, H., Agung, W.,
berdasarkan uji organoleptik lebih disukai dan "Pengaruh Ragi Tempe dengan variasi
dapat diterima di kalangan masyarakat. Substrat Kacang Tunggak (Vigna
unguiculata) dan Kacang Kedelai (Glycine
UCAPAN TERIMA KASIH max (L) Merril.) serta Dosis Ragi Tempe
terhadap Kualitas Tempe Kedelai," Jurnal
Ucapan terimakasih penulis sampaikan Ilmu Hayat, Vol 2, No. 1, 2018.
kepada Bapak Dr. Asep Supriadin, M.Si. dan Ibu
100 Seminar Nasional Kimia 2019 UIN Sunan Gunung Djati Bandung
Gunung Djati Conference Series, Volume 15 (2022)
Prosiding Seminar Nasional Kimia 2022
ISSN: 2774-6585
Website: http://coferences.uinsgd.ac.id/index.php/
[10] Badan Standarisasi Nasional, SNI P.T.P., Gerardo, C.F., Carlos, A.A.G.,
3144:2009. Tempe Kedelai. Jakarta: BSN. Tatiane, S.G., "Lectin from seeds of a
[11] Wang Hasseliine, Swain and Hasseltine, Brazilian lima bean variety (Phaseolus
“Mass production of Rhizopus oligosporus lunatus L. var. cascavel) presents
spores and their application in tempeh antioxidant, antitumour and
fermentation,” Journal Food Science, Vol. gastroprotective activities," International
40, 1975, pp. 168-170. Journal of Biological Macromolecules,
[12] Kasmidjo, R.B., Tempe: Mikrobiologi dan Vol. 95, pp. 1072-1081, 2017.
Kimia Pengolahan serta Pemanfaatannya, [22] Jha Hem, Kiriakidis, Hoppe Michael and
PAU Pangan dan Gizi UGM, Yogyakarta, Egge, “Antioxidative Constituents of
1990. Tempe,” dalam Sudarmadji, S., Suparmo
[13] Astuti, M., Meliala, A., dan Dalais, F, S., dan Raharjo, S. Reiventing the Hidden
"Tempe, A Nutritions and Healthy Food Miracle of Tempe, Proceding
From Indonesia," Asia Pacific Journal International Tempe Symposium, Bali,
Clinic Nutrition, 2000. Indonesian Tempe Foundation, pp. 73-84,
[14] Yulia, R., Arif, H., Amri, A., dan Sholihati, 1997.
S., "Pengaruh Konsetrasi Ragi dan Lama [24] F.O. Adetuyi, T.A. Ibrahim, "Effect of
Fermentasi terhadap Kadar Air, Kadar Fermentation Time on the Phenolic,
Protein dan Organoleptik pada Tempe dari Flavonoid and Vitamin C Contents and
Biji Melinjo (Gnetum gnemon L)," Jurnal Antioxidant Activities of Okra
Ilmiah dan Penerapan Keteknikan (Abelmoschus esculentus) Seeds,"
Pertanian, Vol 12, No. 1, 2019. Nigerian Food Journal, Volume 32, Issue
[15] Muthmainna, Sri Mulyani, S., dan 2, p 128-137, 2014.
Supriadi, "Pengaruh Waktu Fermentasi [23] Shalaby Emad Ahmed and Shanab Sanaa,
Terhadap Kadar Protein dari Tempe Biji “Antioxidant Compounds, Assays of
Buah Lamtoro Gung (Leucaena Determination and Mode of Action,”
leucocephala)", Jurnal Akademika Kimia, African Journal of Pharmacy and
5(1): 50-54, 2016. Pharmacology, vol. 7, no. 10, pp. 528-239,
[16] Darajat, D. P., Susanto, W. H. & 2013.
Purwantiningrum, I., "Pengaruh Umur [24] Jelen, H., Majcher, M., Ginja, A.,
Fermentasi Tempe dan Proporsi Dekstrin Kuligowski, M., Determination of
terhadap Kualitas Susu Tempe Bubuk," Compounds Responsible for Tempeh
Jurnal Pangan dan Agroindustri, 2(1), 47- Aroma, Journal of Food Chemistry,
53, 2014. 141(1), 459-465, 2013.
[17] Radiati, A., dan Sumarto, "Analisis Sifat [25] Jayanti, E, T., "Kandungan Protein Biji
Fisik, Sifat Organoleptik, dan Kandungan dan Tempe Berbahan Dasar Kacang-
Gizi pada Produk Tempe dari Kacang Kacangan Lokal (Fabaceae) Non Kedelai
Non-Kedelai," Jurnal Aplikasi Teknologi (Seeds and Tempeh Protein Content From
Pangan, 5(1), 2016. Non Soybean Fabaceae)," Bioscientist:
[18] Rahma, H.," Karakterisasi Senyawa jurnal Ilmiah Biologi, Vol. 7, No.1, 2019.
Bioaktif Isoflavon dan Uji Aktivitas [26] Gunawan-Puteri, M.D.P.T., Tia R.H.,,
Antioksidan dari Ekstrak Etanol Tempe Elisabeth, K.P., Christofora, H.W.,
Berbahan Baku Kedelai Hitam (Glycine Anthony N.M., "Sensory Characteristics of
Soja), Koro Hitam (Lablab Purpureus. L.), Seasoning Powders from Overripe
Dan Koro Kratok (Phaseolus Lunatus. Tempeh, a Solid State Fermented
L.)". Tesis, Program Pascasarjana Soybean," Procedia Chemistry, Vol. 14,
Universitas Sebelas Maret, Surakarta, pp 263-269, 2015.
2010. [27] Priatni, S., Anastasia, F.D., Leonardus,
[19] Balasaheb, N., and Dipankar, P, “Free B.S.K., Vijay, J., "Quality and Sensory
Radicals, Natural Antioxidants, and The Evaluations of Tempe Prepared From
Irreaction Mechanisms,” Royal Society Various Prticle Size of Lupin Beans,"
Journal Of Chemistry, Vol. 35, 2015. Jurnal Teknologi dan Industri Pangan,
[20] Lacerda, R.R., Edilza S.N., José T.J.G.L., Vol. 24 (2): 209-214, 2013.
Luciano, S.P., Caroline, R., Mirna, M.B., [28] Wulandari, N., dan Chriswahyudi,
Isabela, R.P., Samuel, M.P.F., Vicente, "Metode Perbandingan Eksponensial
101 Seminar Nasional Kimia 2019 UIN Sunan Gunung Djati Bandung
Gunung Djati Conference Series, Volume 15 (2022)
Prosiding Seminar Nasional Kimia 2022
ISSN: 2774-6585
Website: http://coferences.uinsgd.ac.id/index.php/
102 Seminar Nasional Kimia 2019 UIN Sunan Gunung Djati Bandung