Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

REVITALISASI PANCASILA

Disusun oleh :

1. Hisbullah 2201010233
2. Laraswati Ananda 2201010223
3. Alya Yayan Apriandini 2201010205
4. Muhamad Fikri Arjuna 2201010182
5. Muh.sohibul Ihsana 2201010224
6. Dimas Tantri 2201010225
7. Suwist Zerland 2201010230
8. Ardanu Hartanto 2201010183

PROGRAM STUDI ILMU KOMPUTER

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BUMIGORA


2023

KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya kepada kita semua, sehingga kita dapat menyelesaikan makalah ilmiah
tentang Revitalisasi Pancasila.

Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembautan makalah ini. Untuk itu kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatankjmakalahkjini.

Terlepas dari semua itu, kami meyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan
terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki
makalahkjilmiahkjini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah tentang Revitalisasi Pancasila
bermanfaat untuk kita semua dalam mempelajari Pancasila Dan Kewarganegaraan.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................2
PENDAHULUAN.....................................................................................................................5
1.1 Latar Belakang.......................................................................................................5
1.2 Rumusan Masalah.................................................................................................7
1.3 Tujuan....................................................................................................................7
BAB II.......................................................................................................................................8
ISI...........................................................................................................................................8
2.1 Dampak Globalisasi terhadap Nilai-nilai Lokal dan Identitas Nasional dalam
Konteks Pancasila...........................................................................................................8
2.2 Faktor-Faktor Penyebab Krisis Politik dan Ekonomi di Indonesia.....................10
2.3 Makna Keterbukaan Pancasila dalam Integrasi Nilai-nilai Lokal dengan
Global...............................................................................................................................11
BAB III....................................................................................................................................13
PENUTUP...........................................................................................................................13
3.1 Kesimpulan...........................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................14
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Revitalisasi Pancasila menjadi sebuah isu yang mendesak di tengah perubahan
dinamis dalam tatanan sosial, politik, dan ekonomi, baik di tingkat nasional maupun
internasional. Dalam beberapa dekade terakhir, globalisasi telah membawa dampak yang
signifikan, mempercepat arus informasi, pertukaran budaya, dan interaksi ekonomi
antarbangsa. Di sisi lain, perubahan-perubahan ini juga membawa tantangan serius
terhadap identitas nasional dan nilai-nilai kultural setiap negara.

Pancasila, sebagai dasar negara Republik Indonesia, mendapat sorotan khusus dalam
menghadapi era globalisasi ini. Proses globalisasi tidak hanya membawa kemajuan
teknologi dan ekonomi, tetapi juga menimbulkan risiko terhadap pelestarian nilai-nilai
lokal, identitas bangsa, dan keutuhan sosial. Pancasila, sebagai landasan filosofis dan
ideologis negara, dihadapkan pada tugas berat untuk tetap relevan dan bermakna dalam
menghadapi perubahan-perubahan tersebut.

Penting untuk dicatat bahwa revitalisasi Pancasila tidak hanya berkaitan dengan
konteks global, tetapi juga dengan tantangan-tantangan lokal yang muncul akibat
perubahan dalam dinamika internal negara. Krisis politik, ekonomi, dan moral budaya
telah menjadi realitas yang perlu diatasi. Munculnya paradoks dan pemlesetan terhadap
nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari menjadi indikator adanya
ketidakstabilan nilai moral dan kebingungan identitas dalam masyarakat.

Krisis moral dan budaya yang melibatkan hilangnya orientasi nilai serta kekeringan
spiritual menjadi alasan mendalam untuk merevitalisasi Pancasila. Dalam konteks ini,
peran Pancasila bukan hanya sebagai seperangkat norma konstitusional, tetapi juga
sebagai panduan moral dan spiritual yang dapat membawa bangsa Indonesia keluar dari
krisis multidimensional yang dihadapinya.
Globalisasi, dengan segala dampak positifnya, membawa tantangan serius bagi
Pancasila. Perubahan-perubahan dalam pola pikir masyarakat, arus informasi yang masif,
dan penetrasi budaya global dapat merongrong nilai-nilai tradisional dan lokal. Pancasila,
sebagai cermin dari identitas nasional, perlu menyesuaikan diri dengan era yang semakin
terbuka dan terhubung ini tanpa kehilangan esensi nilai-nilainya.

Dalam konteks globalisasi, keberlanjutan Pancasila sebagai dasar negara memerlukan


adaptasi yang cerdas. Pengembangan tafsir-tafsir baru terhadap Pancasila, yang mampu
menyatukan nilai-nilai lokal dengan nilai-nilai global yang universal, menjadi esensial.
Pancasila tidak boleh terpinggirkan atau dianggap kuno dalam dinamika global, tetapi
sebaliknya, harus menjadi pemandu untuk menyeimbangkan perubahan-perubahan
tersebut dengan kearifan lokal yang unik.

1. Krisis Politik, Ekonomi, dan Moral Budaya

Krisis multidimensional di bidang politik, ekonomi, dan moral budaya di


Indonesia menjadi sorotan utama dalam memahami urgensi revitalisasi Pancasila.
Tidak hanya sebagai dokumen konstitusional, Pancasila harus dihadapi sebagai solusi
dan sumber nilai-nilai yang mampu memberikan arah dan ketenangan di tengah
ketidakpastian.

Krisis politik dan ekonomi menggoyahkan fondasi negara dan membawa


konsekuensi serius terhadap stabilitas dan kesejahteraan masyarakat. Di saat yang
bersamaan, krisis moral budaya menciptakan kekosongan nilai dan kebingungan
identitas di kalangan generasi muda. Oleh karena itu, revitalisasi Pancasila harus
merangkul dimensi moral dan etika sebagai bagian integral dalam membangun
kembali karakter bangsa dan memperkuat fondasi nilai-nilai luhur.

2. Pancasila sebagai Pengawal dan Pemandu di Tengah Tidak Pasti

Pancasila, dengan sifat keterbukaannya untuk diinterpretasikan kembali, dapat


menjadi pengawal dan pemandu di tengah situasi yang serba tidak pasti. Konsep-
konsep dalam Pancasila seperti gotong royong, musyawarah mufakat, dan keadilan
sosial dapat menjadi pedoman dalam membangun masyarakat yang adil, inklusif, dan
berdaya saing.
Pemahaman yang mendalam terhadap komitmen-komitmen transenden
Pancasila, yang memiliki dimensi mitos tersendiri, dapat membawa makna mendalam
bagi mereka yang mampu melihat di luar paradigma teknis-positivistik. Revitalisasi
Pancasila bukan hanya sekadar pengulangan nilai-nilai, tetapi juga eksplorasi
mendalam terhadap dimensi-dimensi yang melekat padanya.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas, maka perumusan masalah yang akan dibahas
Bagaimana yaitu:
1. globalisasi mempengaruhi keberlanjutan dan relevansi Pancasila sebagai dasar
negara di Indonesia?
2. Apa keterkaitan antara krisis politik, ekonomi, dan moral budaya dengan urgensi
revitalisasi Pancasila sebagai solusi multidimensional?
3. Bagaimana Pancasila dapat diinterpretasikan kembali sebagai panduan moral dan
etika dalam merevitalisasi karakter bangsa di tengah ketidakpastian nilai dan
identitas generasi mudTujuan

1.3 Tujuan

1. Menganalisis dampak globalisasi terhadap nilai-nilai lokal dan identitas nasional


yang tercermin dalam Pancasila.
2. Mengidentifikasi faktor-faktor penyebab krisis politik dan ekonomi di Indonesia.
3. Membahas makna keterbukaan Pancasila dalam tafsir baru yang
mengintegrasikan nilai-nilai lokal dengan universalitas global.
BAB II

ISI

2.1 Dampak Globalisasi terhadap Nilai-nilai Lokal dan Identitas Nasional dalam Konteks
Pancasila

Globalisasi, sebagai fenomena kompleks yang membawa perubahan dalam banyak


aspek kehidupan, telah mengubah dinamika sosial, ekonomi, dan budaya di seluruh dunia.
Dampak globalisasi terhadap nilai-nilai lokal dan identitas nasional menjadi sangat
penting dalam konteks Pancasila sebagai dasar negara di Indonesia. Analisis ini bertujuan
untuk mendalam dan merinci bagaimana globalisasi mempengaruhi nilai-nilai lokal dan
identitas nasional yang tercermin dalam Pancasila, serta bagaimana Indonesia dapat
menavigasi tantangan ini untuk mempertahankan keutuhan budaya dan identitas
nasionalnya.

1. Dampak Globalisasi terhadap Nilai-nilai Lokal

Globalisasi membawa kemajuan teknologi dan konektivitas yang membuka


akses terhadap berbagai pengaruh asing. Nilai-nilai lokal, yang pada awalnya
mungkin dijaga secara ketat, kini terpapar oleh arus informasi global. Hal ini dapat
mengakibatkan transformasi nilai-nilai lokal sebagai respons terhadap pengaruh asing
yang masuk.

Penetrasi budaya global dapat menggeser atau bahkan menggantikan nilai-


nilai lokal, menghadirkan tantangan dalam menjaga keaslian budaya. Contoh nyata
dapat ditemukan dalam perubahan gaya hidup, norma-norma sosial, dan preferensi
konsumen yang lebih dipengaruhi oleh tren global.

2. Identitas Nasional dan Pancasila dalam Konteks Globalisasi

Identitas nasional Indonesia, yang tercermin dalam Pancasila, menghadapi


tantangan dalam mengatasi homogenisasi budaya global. Globalisasi dapat
menciptakan tren homogenisasi, di mana nilai-nilai lokal dan kekhasan identitas
nasional dapat tergeser oleh norma-norma global yang mendominasi.

Namun, Pancasila sebagai pandangan hidup dan ideologi dasar negara


dirancang untuk mencakup keberagaman dan menjadi dasar bagi kesatuan dalam
perbedaan. Oleh karena itu, analisis juga perlu mempertimbangkan bagaimana
Pancasila dapat berfungsi sebagai alat untuk merespons dan memoderasi dampak
homogenisasi budaya yang dihasilkan oleh globalisasi.

3. Tantangan dalam Mempertahankan Nilai-nilai Lokal dalam Pancasila

Pertanyaan mendasar adalah sejauh mana nilai-nilai lokal yang tercermin


dalam Pancasila dapat tetap utuh dalam menghadapi arus globalisasi. Bagaimana
nilai-nilai tradisional seperti gotong royong, musyawarah mufakat, dan keadilan
sosial dapat dipertahankan dalam dinamika global yang serba cepat?

Analisis perlu melibatkan peninjauan mendalam terhadap dinamika antara


nilai-nilai global dan lokal. Penting untuk memahami bagaimana nilai-nilai global
dapat memperkaya Pancasila tanpa mengorbankan keautentikan budaya lokal.
Dengan demikian, kita dapat mengidentifikasi strategi yang tepat untuk
mempertahankan dan memperkuat keberlanjutan nilai-nilai tersebut dalam konteks
globalisasi.

4. Upaya Menghadapi Tantangan

Analisis ini tidak hanya mencakup identifikasi dampak, tetapi juga mencakup
upaya yang dapat diambil untuk menghadapi tantangan tersebut. Bagaimana
kebijakan pemerintah, pendekatan pendidikan, dan partisipasi masyarakat dapat
membantu memelihara nilai-nilai lokal dalam Pancasila?

Upaya untuk menyeimbangkan pengaruh global dengan nilai-nilai lokal perlu


dijelaskan. Mungkin mencakup pendekatan yang proaktif untuk mendukung produksi
dan pengembangan budaya lokal, penerapan kebijakan yang mendukung
keberlanjutan budaya, dan edukasi yang membangkitkan kesadaran akan pentingnya
nilai-nilai tradisional dalam kehidupan sehari-hari.

Dengan menganalisis dampak globalisasi terhadap nilai-nilai lokal dan


identitas nasional yang tercermin dalam Pancasila, analisis ini diharapkan dapat
memberikan wawasan mendalam tentang kompleksitas tantangan dan strategi yang
dapat diadopsi untuk memelihara dan mengembangkan nilai-nilai kultural dan
identitas nasional Indonesia.

2.2 Faktor-Faktor Penyebab Krisis Politik dan Ekonomi di Indonesia

Krisis politik dan ekonomi di Indonesia tidak dapat dijelaskan secara sederhana,
karena melibatkan sejumlah faktor yang kompleks dan saling terkait. Analisis mendalam
diperlukan untuk memahami akar masalah, dinamika interaksi antar faktor, dan implikasi
jangka panjangnya. Berikut ini adalah penjelasan yang panjang mengenai faktor-faktor
penyebab krisis politik dan ekonomi di Indonesia.

1. Ketidakstabilan Politik
Ketidakstabilan politik di Indonesia menjadi salah satu faktor sentral yang
menciptakan krisis politik. Faktor ini dapat merujuk pada ketidakpastian kebijakan,
perubahan pemerintahan yang sering, dan konflik politik internal. Pergantian
kepemimpinan yang tidak stabil dan sering kali disertai dengan gejolak politik dapat
menghambat implementasi kebijakan ekonomi yang konsisten.

2. Korupsi dan Ketidakadilan


Korupsi yang merajalela dan kurangnya keadilan dalam sistem hukum dapat
menjadi pemicu krisis ekonomi. Korupsi mengakibatkan alokasi sumber daya yang
tidak efisien, menimbulkan biaya tambahan bagi pelaku usaha, dan melemahkan
kepercayaan investor.

3. Ketidaksetaraan Sosial dan Ekonomi


Ketidaksetaraan sosial dan ekonomi dapat menjadi penyebab dan akibat dari
krisis politik dan ekonomi. Ketidaksetaraan yang tinggi dapat menciptakan
ketegangan sosial dan politik yang pada gilirannya dapat memicu krisis politik. Di
sisi lain, krisis politik dan ekonomi dapat memperburuk ketidaksetaraan.

2.3 Makna Keterbukaan Pancasila dalam Integrasi Nilai-nilai Lokal dengan Global

Pancasila sebagai dasar negara Indonesia, yang terdiri dari lima sila, bukan
hanya sebuah dokumen statis; namun, ia memiliki potensi untuk terus berkembang
dan beradaptasi sejalan dengan perubahan zaman. Makna keterbukaan Pancasila
mencerminkan fleksibilitasnya untuk diinterpretasikan kembali dengan
memperhatikan nilai-nilai lokal dan mengintegrasikannya dengan universalitas global.
Analisis mendalam tentang keterbukaan Pancasila dalam tafsir baru akan menggali
esensi dan implikasi dari integrasi ini.

Pancasila tidak hanya dipahami sebagai seperangkat norma konstitusional,


tetapi juga sebagai filsafat dan pandangan hidup yang terbuka untuk diinterpretasikan
ulang. Keterbukaan ini mencerminkan kesadaran akan dinamika sosial, perubahan
nilai, dan tuntutan global yang terus berkembang.

Keterbukaan Pancasila membutuhkan keseimbangan yang cermat antara


mempertahankan identitas lokal dan beradaptasi dengan nilai-nilai global. Integrasi
nilai-nilai lokal harus diinterpretasikan dalam konteks global yang memungkinkan
Indonesia tetap relevan dalam dinamika dunia internasional.

Integrasi nilai-nilai lokal harus responsif terhadap tantangan global. Misalnya,


dalam menghadapi perkembangan teknologi dan komunikasi global, Pancasila dapat
menempatkan nilai-nilai seperti partisipasi aktif dan dialog terbuka sebagai respons
terhadap tuntutan globalisasi.

Keterbukaan Pancasila juga mencakup kesesuaian nilai-nilainya dengan


prinsip-prinsip universal yang diakui secara global, seperti hak asasi manusia,
keadilan sosial, dan demokrasi. Ini menunjukkan bahwa Pancasila tidak terisolasi,
tetapi memiliki relevansi dan daya jangkau yang lebih luas.
Pancasila memiliki potensi untuk menjadi model atau sumber inspirasi bagi
nilai-nilai global yang dianggap positif dan inklusif. Dengan mengintegrasikan nilai-
nilai lokal yang menginspirasi keberagaman dengan prinsip-prinsip universal,
Pancasila dapat berkontribusi pada narasi global tentang pluralitas dan harmoni.

Dalam tafsir baru yang memahami keterbukaan Pancasila, prinsip gotong


royong dapat diimplementasikan melalui kerja sama internasional dan kontribusi
Indonesia terhadap isu-isu global seperti perubahan iklim, perdamaian, dan
kesejahteraan global.

Melalui keterbukaan Pancasila dalam tafsir baru, Indonesia dapat mengukir


peran yang unik dan positif dalam konteks global, mempertahankan identitas lokal
sambil berkontribusi pada peradaban dunia yang semakin terhubung dan saling
bergantung.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Revitalisasi Pancasila tidak hanya relevan dalam kerangka nasional, tetapi juga
menjadi kunci dalam menjawab tantangan globalisasi. Pancasila, sebagai pandangan
hidup dan dasar negara, harus memiliki daya tahan untuk tetap berarti dalam konteks
dunia yang terus berubah. Pendidikan memainkan peran kunci dalam merevitalisasi
Pancasila. Melalui sistem pendidikan yang mempromosikan kesadaran nilai-nilai
Pancasila dan memberikan pemahaman yang mendalam, generasi muda dapat menjadi
agen perubahan yang membawa spirit Pancasila ke dalam segala aspek kehidupan.
Revitalisasi Pancasila menekankan pentingnya integrasi nilai-nilai lokal dengan
universalitas global. Dalam proses ini, Pancasila menjadi semacam jembatan yang
menghubungkan kearifan lokal dengan nilai-nilai universal, memastikan keberlanjutan
dan relevansi di panggung dunia.

Masyarakat perlu terlibat aktif dalam proses revitalisasi Pancasila. Partisipasi


masyarakat dapat mengubah Pancasila dari sekadar ideologi menjadi kekuatan yang
hidup dalam tindakan sehari-hari. Kesadaran akan nilai-nilai Pancasila menjadi fondasi
yang kuat bagi kehidupan berbangsa dan bernegara. Revitalisasi Pancasila bukan hanya
untuk kepentingan nasional tetapi juga dapat menjadi inspirasi bagi negara-negara lain.
Dalam menghadapi tantangan global, Pancasila dapat menjadi model bagi masyarakat
dunia tentang bagaimana sebuah bangsa dapat memadukan keberagaman dengan prinsip-
prinsip universal untuk mencapai kemajuan bersama.
DAFTAR PUSTAKA

http://nyomanchandra.blogspot.co.id/2017/05/revitalisasi-nilai-nilai-pancasila.html
http://triwardanamokoagow.blogspot.co.id/2013/12/revitalisasi-pancasila.html

Anda mungkin juga menyukai